• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Alat Musik Angklung Pada Anak Usia 5-6 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Alat Musik Angklung Pada Anak Usia 5-6 Tahun"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:

M A R L I N A

F54209023

Disetujui Oleh: Pembimbing I

Drs. MUHAMAD ALI, M.Si NIP. 19580416 198703 1 001

Pembimbing II

HALIDA, M.Pd NIP. 19740522 200604 2 001 Disahkan Oleh:

Dekan FKIP Untan

Dr. ASWANDI NIP. 19580513 198603 1 002

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Dr. M. SYUKRI, M.Pd NIP. 19580505 198603 1 004

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK

MELALUI PERMAINAN ALAT MUSIK ANGKLUNG

PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

MARLINA, MUHAMMAD ALI, HALIDA

PG PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNTAN Pontianak email: marlina_lina@yahoo.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah permainan alat musik angklung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok 5-6 tahun. Bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) terhadap 24 orang anak pada usia 5-6 tahun. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus. Dari hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan motorik kasar anak dengan keterangan sebagai berikut; a) kategori kurang mengalami pengurangan jumlah anak dari rata-rata 6 anak di siklus 1 menjadi rata-rata 3 anak di siklus II (meningkat 1,6%); b) kategori baik mengalami pengurangan jumlah anak dari rata-rata 15 anak di siklus I menjadi rata-rata 13 anak di siklus II (menjadi 1,67%); c) katagori sangat baik mengalami peningkatan jumlah anak dari rata-rata 3 anak di siklus I menjadi rata-rata 7 anak di siklus II (meningkat 13,89%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat musik angklung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

Kata Kunci: Kemampuan Motorik Kasar Anak, Angklung

Abstract: The aim of this research is to investigate whether the angklung game can increase gross motor skills of children in group 5-6 years. The form of study is a classroom action research (CAR) to 24 students at the age group of 5-6 years . Classroom action research was conducted in 2 cycles.

The results showed an increase in gross motor abilities of children with the following information: a) less or reduced in the number of children from the average of six children in cycle 1 remained the three children in average of the cycle II (increased 1.6%), b) good reduced in the number of children an average of 15 children in the first cycle remained 13 children in average of the cycle 2 (approximately 1.67%); c ) very good increased in the number of children in the average of 3 children in the first cycle remained 7 children in the average of cycle 2 (increase 13.89%). The results showed that the angklung musical instrument can improve the gross motor skills of children.

Kata Kunci: Children Gross Motor Skill, Angklung Musical Intrument

endidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan diri individu seorang anak. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas

(3)

pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat pada umumnya dan khususnya kepada anak didik. Pendidikan berlangsung seumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat, pentingnya pendidikan diberikan pada anak usia dini terdapat di dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Hal ini dinyatakan pula oleh Piere Duquet (dalam Jasni Herlani, 2008: 23) bahwa “a children who does not draw is an anomally, and particulary so in the years between 6 an 0, which is outstandingly the golden age of creative expression”. Pada rentang usia lahir sampai enam tahun, anak mulai peka untuk menerima berbagai upaya perkembangan potensi yang dimilikinya.

Pembelajaran pendidikan di TK bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar dengan mengembangkan nilai-nilai agama (moral), fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni.

Seringkali perkembangan motorik anak prasekolah diabaikan atau bahkan dilupakan oleh orang tua, pembimbing, atau guru sendiri. Hal ini dikarenakan belum pahamnya mereka bahwa perkembangan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak usia dini. Kemampuan motorik terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulative sedangkan yang dimaksud dengan motorik halus adalah kemampuan anak prasekolah beraktivitas menggunakan otot-otot halus (otot kecil) seperti menulis, menggambar dan lain-lain (Samsudin:2005).

Untuk dapat memvariasikan kegiatan motorik kasar yang biasa dilakukan oleh guru di kelas seperti: merangkak, berjalan, berlari, melompat dan sebagainya, maka penulis ingin sesuatu yang berbeda agar anak didik lebih semangat dan lebih kreatif dalam motorik kasarnya, untuk mengambil tahapan di atas yang relevan maka penulis lebih tertarik untuk dapat meningkatkan motorik kasar yakni dengan permainan angklung adalah mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan, mampu melakukan permainan fisik dengan aturan; terampil menggunakan tangan kanan dan kiri. Pada masa anak usia dini kemampuan motorik berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak.

Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Samsudin (2005: 29) mengungkapkan bahwa “Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi, perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses interaksi”. Ada berbagai cara meningkatkan kemampuan motorik anak, salah satunya yaitu mengenalkan anak dengan alat-alat musik tertentu dan memberinya kesempatan untuk bermain musik. Usia taman kanak-kanak adalah saat paling tepat untuk mulai mengajak anak memainkan

(4)

musik, karena rentang usia inilah berlangsung perkembangan pendengaran anak yang paling pesat. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak kita dapat menggunakan alat-alat musik yang mudah dan tepat digunakan oleh anak.

Dalam kaitannya dengan pengenalan musik pada kelompok usia dini, Susan Feez (2010: 99) mengatakan bahwa the incremental progression of musical exercises extends into the class room for four-to six-year-olds, where children are offered the seeds of musical knowledge. Maksud dari pendapat tersebut peningkatan perkembangan keterampilan musik pada anak perlu diperluas di kelompok usia 4 sampai dengan 6 tahun, di mana anak-anak diberikan dasar-dasar pengetahuan tentang musik.

Lebih lanjut Feez (2010: 99) mengatakan the progress made by children along the pathway to musical culture is driven by interest, imagination and creativity. A long the way, in the prepared environment, children encounter materials for learning about musical styles from different times and places.

Kemajuan yang dibuat anak-anak dalam menuju budaya musik didorong oleh ketertarikan, imajinasi dan kreativitas. Dalam perjalanan waktu yang memadai, anak-anak menemukan materi untuk belajar tentang jenis musik dari waktu dan tempat yang berbeda. Untuk memberikan pengenalan kepada anak tentang musik, banyak alat musik yang dapat digunakan salah satunya yaitu alat musik angklung. Angklung merupakan alat musik tradisional terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Ansor (dalam Indriani, 2005:14) mengemukakan keunggulan dari alat musik angklung, yaitu untuk memainkan alat musik tersebut pemain tidak dituntut memiliki keterampilan dan bakat tertentu, sehingga hampir semua orang diyakini dapat memainkan alat ini.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis, diperoleh informasi bahwa kemampuan anak-anak usia 5-6 tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak dalam menggerakkan dan memainkan alat musik angklung belum maksimal. Dari 24 anak yang diujicobakan, hanya 5 anak saja (20,83%)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui permainan alat musik angklung kelompok umur 5-6 Tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak”.

1. Karakteristik Anak TK

Anak usia Taman Kanak-kanak berada pada fase perkembangan individu sekitar empat sampai enam tahun, pada masa ini anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya, dapat mengatur dirinya dalam beberapa kebiasaan dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya. Taman Kanak-kanak merupakan sebuah jenjang pendidikan yang berada pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur formal. TK merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak berusia empat sampai enam tahun. Pendidikan ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pada pendidikan di TK, pengelompokan (jenjang) didasarkan pada usia. Untuk anak berusia empat sampai lima tahun berada pada kelompok A dan untuk anak usia lima sampai enam tahun berada pada kelompok B. Pendidikan TK merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada

(5)

peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, seni, sosio emosional, nilai dan norma agama serta bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak. Berkaitan dengan hal tersebut Suryaman (2005: 80) mengungkapkan bahwa anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminology disebut anak usia prasekolah. Masa peka merupakan masa untuk meletakan dasar dalam mengembangkan seluruh potensi anak termasuk pula bakat dalam bidang seni.

Kemampuan pada tahapan kanak-kanak ini dapat berkembang dengan baik melalui konsep belajar sambil bermain. Adapun karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan aktivitas belajar menurut Aliawati (2005: 18) yaitu 1) Anak bersifat unik, 2) Anak bersifat aktif dan energik, 3)Anak memiliki rasa ingin tau yang kuat dan antusias terhadap banyak hal, 4) Anak bersifat eksloratif dan berjiwa petualang, 5) Anak mengekspresikan prilakunya relatif secara spontan, 6) Anak senang dan kaya dengan fantasi, 7) Anak masih mudah frustasi, 8) Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, 9) Anak memiliki daya perhatian yang pendek, 10) Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman dan 11) Anak semakin menunjukan minat terhadap teman.

Sebagaimana penjelasan Aliawati mengenai karakteristik anak tersebut maka dapat disimpulkan bahwa implikasi dari kegiatan pembelajaran untuk anak harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan. Anak pada usia TK sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan luar biasa. Para ahli berpendapat bahwa masa ini dikatakan sebagai usia emas karena pada prosesnya anak mengalami kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikisnya yang siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan, sehingga merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar utama dalam mengembangkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotoriknya secara optimal.

Menurut Jeannette Vos dalam Musfiroh (2008: 27) mengungkapkan terdapat prinsip yang perlu dipahami guru tentang bagaimana anak belajar. Prinsip tersebut mengacu pada cara belajar yang memungkinkan anak mengetahui, paham dan menguasai hal-hal secara langsung. Adapun prinsip-prinsip tersebut diantaranya:

1) Learning by doing, maksudnya adalah anak belajar melalui pengalaman melakukan aktivitas.

2) Reinforce with picture and sound, maksudnya adalah anak belajar melalui hal-hal yang dilihat dan didengar. Penyatuan bunyi dan gambar (audio visual) memudahkan anak mencerna informasi.

3) Learning should fun, maksudnya adalah Belajar harus menyenangkan bagi anak. Anak merasa sukarela dan menikmati apa yang dilakukannya.

4) Learn in a relaxed but challengsing state, maksudnya adalah anak belajar harus ada pada situasi yag santai, tidak tertekan. Riset menunjukan 80% masalah belajar berkaitan dengan rasa tertekan yang diderita anak.

5) Learn with music and rhythm, maksudnya adalah Musik dapat membangkitkan otak. Lirik yang dikombinasikan dengan musik lebih mudah dipelajari.

6) Learn with lost of movement-use the body and the mind together, maksudnya adalah tubuh dan otak adalah satu kesatuan. Belajar lebih mudah dan

(6)

menyenangkan jika anak-anak diajak bergerak, dan bukan duduk sepanjang waktu.

7) Learning by talking to each other, Maksudnya adalah praktik berbicara, berkomunikasi, dan saling bertukar fikiran adalah cara belajar bahasa dan sosialisasi.

8) Learn by reflecting, Maksudnya adalah anak membutuhkan waktu untuk “tenang” mencerna sesuatu sebelum memperaktekannya lebih jauh.

9) Link numbers and words in plyful way, maksudnya adalah anak perlu belajar angka dan kata-kata melalui cara-cara yang menyenangkan, seperti lagu tentang urutan angka-angka dalam bahasa asing atau bahasa daerah.

10)Learn by touching, maksudnya adalah melalui sentuhan anak belajar tentang tekstur sifat dan bentuk.

11)Learn by tasting, maksudnya adalah anak belajar tentang nama dan rasa melalui percobaan langsung.

12)Use the whole world, maksudnya adalah anak belajar tentang alam dengan mengamati, mengkalasifikasi, membandingkan hal-hal yang menarik minat mereka.

2. Konsep Dasar Gerak

Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan penguasaan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik, pada masa awal dan pembentukan pola gerak dasar. Gerak dasar tersebut meliputi berjalan, berlari, melompat dan meloncat. Kesalahan pada gerak dasar yang tidak dikoreksi akan merugikan anak tersebut dan akan bersifat menetap dan sukar untuk dirubah, kerugian tersebut meliputi: (1) tidak efisiensinya gerakan, (2) buruknya mekanika pada saat penampilan, (3) kemungkinan terjadinya cidera lebih besar, (4) pengeluaran energi lebih besar/pemborosan energi dan (5) prestasi yang diraih tidak maksimal akibat dari menurunnya kualitas gerak (dalam Sukamti, 2010).

Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu “Locomotor, Non locomotor, dan manipulatif. Kemampuan locomotor

digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti : lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop). Kemampuan non locomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non locomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain. Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam obyek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan.

3. Kemampuan Motorik

Kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar merupakan fenomena yang selalu melekat pada usia anak-anak. Kemampuan motorik berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan dan pertumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi

(7)

kemampuan gerak dasar anak. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1998:251) bahwa, “Gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan anak-anak”. Namun disisi lain, kemampuan gerak dasar tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan saja, tetapi dipengaruhi faktor lainnya seperti latihan.

Dalam hal ini Sukintaka (2004:79) berpendapat, “Berkembanganya kemampuan gerak dasar sangat ditentukan oleh dua faktor, yakni pertumbuhan dan perkembangan. Dari kedua faktor penentu ini masih harus didukung dengan latihan sesuai dengan kematangan anak, dan gizi yang baik”. Latihan dan gizi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik seseorang. Latihan yang dilakukan secara teratur akan bermanfaat terhadap kemampuan motorik anak.

Menurut Benjamin Bloom (1981:91) menyatakan bahwa rentang penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar atau luwes. Tingkat pencapaian perkembangan yang dirumuskan oleh Peraturan Menteri No 58 Tahun 2009 menunjukkan bagaimana seorang anak dapat menggerakkan tangannya dengan teratur dan terarah. Adapun indikasinya dapat dilihat dari keterampilan anak dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan benar sesuai contoh bahkan dapat lebih baik dari contoh yang telah diberikan. Usia emas (golden age) dalam perkembangan motorik kasar middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996):

During midlle childhood, the body and brain undergo important growth changes, leading to better motor coordinator, greater strength and more skillfull problem-solving. Health and nutrition play an impotrant part in these biological developments.

Artinya selama masa pertengahan, tubuh dan otak mengalami perubahan pertumbuhan yang penting, yang mengarah ke koordinator motorik yang lebih baik, kekuatan yang lebih besar dan lebih terampil memecahkan masalah. Kesehatan dan nutrisi berperan penting dalam perkembangan biologis.

Dalam pembagian kemampuan motoric, Sujiono (2008: 111) menyatakan bahwa secara umum ada dua macam gerakan motorik, gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan hampir seperti orang dewasa. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak, gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi.

2) Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan

(8)

tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cepat.

4. Musik Angklung

Dalam upaya meningkatkan kemampuan motoric anak, penggunaan alat music angklung merupakan salah satu dari upaya yang layak untuk menjadi perhatian guru dalam mendidik anak-anaknya terutama siswa TK. Untuk itu, perlu kiranya memahami terlebih dahulu apa sebetulnya music itu. Pengertian musik banyak sekali dikemukakan oleh para ahli baik dilihat dari pengertian secara tradisional ataupun secara modern, musik dapat dilihat dari beberapa aspek yang salah satunya dapat dilihat dari aspek pendidikan. Musik menurut Campbell (2002:157), adalah:

Musik adalah bahasa yang di ucapkan pada semua budaya, sehingga menawarkan cara stimulasi yang penting setiap negara, seperti contoh syair “Haiku” ditulis untuk menggambarkan beberapa prinsip dengan irama tambul afrika, musik gamelan Bali, atau lonceng Tibet akan mengandung gerakan-gerakan ritmik dan selanjutnya menawarkan untuk menggali lebih jauh budaya yang menghasilkan budaya musik tersebut.

Adiningsih (2008:4) mengungkapkan bahwa karakter yang dimiliki anak usia dini salah satunya yaitu tertarik untuk mempelajari alat musik tertentu. Anak-anak umumnya tertarik untuk memainkan alat musik dan menciptakan irama yang selaras sehingga ia akan menikmati ketika memainkannya. Sheppard (2007:121) mengungkapkan bahwa menciptakan dan memainkan musik akan membawa kepuasan dan kegembiraan besar bagi anak.

Hamdju dan Windawati (1984:9) mengemukakan bahwa:

Musik adalah suatu cetusan ekspresi isi hati yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa bunyi dan lagu. Apabila cetusan ekspresi dikeluarkan melalui mulut disebut vocal. Dan apabila dikeluarkan melalui alat-alat musik disebut instrumental. Sedang apabila vokal diiringi instrumen disebut campuran.

Berkenaan dengan penggunaan alat music angklung, Broer and Zerniche (Harsono, 1998: 221) mengatakan bahwa: “Koordinasi motorik adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan.” Permainan alat musik angklung merupakan salah satu permainan yang melibatkan keterampilan teknik.

Menurut Giriwijoyo (2007: 77): Latihan atau penggabungan keterampilan teknik berarti mengembangkan kemampuan mengkoordinasi fungsi saraf otot dan hakekat dari kemampuan mengkoordinasi fungsi saraf otot adalah penggabungan antara komponen kekuatan, ketepatan, dan ketahanan. Selanjutnya dikemukakan bahwa ‘Penguasaan kecakapan fisik, khususnya koordinasi merupakan salah satu tugas utama dalam mencapai keahlian dan menguasai keterampilan”.

(9)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Soehardi Sigit (2001:183) adalah upaya untuk menentukan dan melaporkan keadaan yang ada menurut kenyataannya, dengan mengukurnya jadi metode deskriptif adalah menggambarkan gejala apa adanya berdasarkan hasil observasi pada saat penelitian dilakukan sedangkan bentuk penelitiannya yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Lokasi penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Al-Azhar 21 Pontianak. Obyek yang diteliti adalah peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui permainan alat musik angklung kelompok umur 5-6 Tahun. Waktu penelitian siklus pertama dan siklus kedua dilakukan pada bulan September 2012.

Subyek penelitian adalah anak usia 5-6 tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak dengan jumlah 24 anak didik, terdiri dari 13 perempuan dan 11 laki-laki dan karakteristik anak didik memiliki kemampua.n dan potensi yang hetreogen.

Dalam melakukan prosedur penelitian, secara umum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang , empat bagian utama yang ada dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planing) b. Pelaksanaan (Acting )

c. Pengamatan (Observing)

d. Refleksi (Reflecting)

Selanjutnya, dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu 1) teknik observasi dan documenter. Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi anak yang dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri nama-nama anak, indikator yang diteliti yaitu menggerakkan alat musik angklung dengan benar, menggerakkan alat musik angklung sesuai not angka menggerakkan alat musik angklung dengan benar dalam rentang waktu tertentu.

Untuk melakukan analisis data, peneliti menggunakan teknik data analisis yaitu dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase ketiga katagori secara komulatif maupun persentase secara parsial atau masing-masing dengan katagori yaitu:

1. Kemampauan motorik kasar kurang atau Mulai Berkembang (MB) 2. Kemampuan motorik kasar baik atau Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3. Kemampuan motorik kasar sangat baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB)

Dalam melakukan data analisis, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Lembar observasi penilaian terdiri dari 3 (tiga) buah dengan 3 kali pertemuan dengan indikator :

a. Menggerakkan angklung dengan benar dengan persentase 0% -49%

b. Menggerakkan angklung sesuai not angka dengan persentase 50% - 74%

c. Menggerakkan angklung dengan benar dalam rentang waktu tertentu dengan persentase 75% - 100%

(10)

Penilaian masing-masing MB dengan nilai 1 (satu), BSH dengan nilai 2 (dua) dan BSB dengan nilai 3 (tiga) dijumlah dengan nilai paling minimal 3 (tiga) dan masimal dengan nilai 9 (Sembilan)

2. Lembar penilaian kumulatif

Dan hasil lembar observasi dengan 3 (tiga) kali pertemuan dijumlah dari rata-rata nilai sehingga berupa klasifikasi penilaian:

a. Anak berkemampuan motorik kasar kurang ( MB) (<5,5)

b. Anak berkemampuan motorik kasar baik (BSH) ( >5,5 s/d < 7,5)

c. Anak berkemampuan motorik kasar sangat baik (BSB) (>7,5) 3. Lembar penilaian parsial masing-masing indikator

Dari basil lembar observasi dengan 3 (tiga) kali pertemuan dijumlah dari rata-rata nilai sehingga berupa klasifikasi penilaian:

a. Anak berkemampuan motorik kasar kurang ( MB) (<1,5)

b. Anak berkemampuan motorik kasar balk (BSH) ( >1,5 s/d < 2,5)

c. Anak berkemampuan motorik kasar sangat baik (BSB) ( >2,5) Untuk menentukan pemberian penilaian pada anak dengan nilai 1(satu), 2 (dua) dan 3 (tiga) masing-masing indikator tersebut sebagai berikut:

a. Indikator menggerakkan angklung

1) MB (Mulai Berkembang) apabila anak menggerakkan angklung belum sesuai petunjuk guru dengan nilai 1 (satu)

2) BSH (Berkembang Sesuai Harapan) apabila anak menggerakkan angklung sudah sesuai petujuk guru dengan nilai 2 (dua)

3) BSB (Berkembang Sangat Baik) apabila anak menggerakkan angklung sangat baik tanpa diarahkan oleh guru dengan nilai 3 (tiga)

b. Indikator menggerakkan angklung sesuai not angka

1) MB (Mulai Berkembang), apabila anak belum mampu memainkan angklung sesuai not angka dengan nilai 1 (satu) 2) BSH (Berkembang Sesuai Harapan) apabila anak mampu

memainkan angklung sesuai not angka dengan nilai 2 (dua)

3) BSB (Berkembang Sangat Baik) apabila anak mahir dan luwes memainkan angklung sesuai not angka dengan nilai 3 (tiga) c. Indikator menggerakkan angklung dengan benar dalam rentang

waktu tertentu

1) MB (Mulai Berkembang) apabila anak menggerakkan angklung kurang dari 3 menit dengan nilai 1 (satu)

2) BSH (Berkembang Sesuai Harapan) apabila anak mampu menggerakkan angklung lebih dari 3 menit kurang dari 5 menit dengan nilai 2 (satu)

3) BSB (Berkembang Sengat Baik) apabila anak mampu menggerakkan angklung lebih dari 5 menit dengan nilai 3 (satu) Dalam penelitian ini dapat dilihat kemampuan anak secara kumulatif (bersama-sama) yang menggambarkan kemampuan secara umum, sedangkan secara parsial dapat menggambarkan kemampuan anak dilihat masing-masing indikator. Lebih lanjut untuk memperoleh

(11)

gambaran peningkatan kemampuan motrik kasar anak melalui permainan alat musik angklung pada siklus pertama dan siklus kedua denan menggunakan rumus persentase Sudjana (1996:49) sebagai berikut :

Keterangan :

X % : Persentase yang dicapai N : jumlah kemampuan anak N : jumlah anak yang diteliti HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pada siklus pertama selama 3 kali pertemuan dan pada siklus kedua dengan 3 kali pertemuan adalah untuk mengetahui sejauh mana adanya perkembangan peningkatan kemampuan motorik kasar anak, penilaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian langkah-langkah kegiatan pembelajaran bermain Angklung. Secara garis besar perkembangan peningkatan kemampuan motorik kasar anak ditampilkan dalam bentuk tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 1. Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I dan Siklus II Pada Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azbar 21 Pontianak No Tingkat Kemampuan Tahapan Siklus Siklus I Siklus II Jml Anak % Jml Anak % 1. Kurang (MB 9 37.50 7 29.17 2. Baik (BSH) 11 45.83 7 29.17 3. Baik sekali (BSB) 4 16.67 10 41.67 JUMLAH 24 100 24 100

Sumber : Data primer yang telah diolah, Tahun 2012

Dari data tersebut pada label diatas anak berkemampuan kurang atau mulai berkembang (MB) pada siklus pertama sebanyak 9 anak (37,50%) dan pada siklus kedua anak berkemampuan kurang atau mulai berkembang (MB) sebanyak 7 orang anak (29,17%). Sehingga dapat disimpulkan adanya peningkatan sebanyak 2 orang anak (8,33%). Untuk kategori anak berkemampuan baik atau berkembang sesuai harapan (BSH) pada siklus pertama sebanyak 11 orang anak (45,83%) dan pada siklus kedua, anak berkemampuan baik atau berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 7 orang anak (29,17%). Untuk kategori anak berkemampuan sangat baik atau berkembang sangat baik (BSB) pada siklus pertama sebanyak 4 orang anak (16,67%) dan pada siklus kedua sebanyak 10 orang anak (41,67%), sehingga dapat disimpulkan adanya peningkatan sebanyak 6 orang anak (25%). Untuk melihat peningkatan kemampuan anak pada grafik 1 dibawah

(12)

Grafik 1. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Berdasarkan Persentase per Siklus Pada Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21

Pontianak

Dilihat dari grafik di atas dapat menjawab pertanyaan penelitian ini bahwa permainan alat musik angklung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa peningkatan kemampuan motorik kasar anak Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak sebesar 8,33% untuk kategori sedang atau mulai berkembang (MB), 16,66% untuk kategori baik berkembang sesuai harapan (BSH), dan 25% untuk kategori sangat baik atau berkembang sangat baik (BSB).

Untuk melihat perkembangan kemampuan anak dilihat dari jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 2 dibawah ini.

Grafik 2. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Berdasarkan Persentase Persiklus Menurut Jenis Kelamin

Pada Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak

(13)

Dari grafik diatas adanya peningkatan anak yang berkemampuan kurang atau mulai berkembang (MB), anak berkemampuan baik atau berkembang sesuai harapan (BSH) dan anak berkemampuan sangat baik atau berkembang sangat baik (BSB) pada umumnya meningkat pada anak laki-laki maupun perempuan.

Peningkatan kemampuan motorik kasar anak laki-laki dari siklus I dan siklus II memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan kemampuan motorik kasar yang bervariasi. Untuk katagori kurang atau mulai berkembang (MB) mengalami penurunan sebesar 14,68%. Prosentase tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan tingkat kemampuan motorik kasar anak dari kurang menjadi baik. Untuk kategori baik atau berkembang sesuai harapan (BSH) mengalami peningkatan sebesar 17,49%, dan untuk kategori sangat baik atau berkembang sangat baik (BSB) mengalami penurunan sebesar 2,8%.

Demikian juga peningkatan kemampuan motorik kasar anak perempuan menunjukkan adanya perubahan yang bervariasi. Untuk kategori kurang atau mulai berkembang (MB) mengalami penurunan sebesar 13,28%. Prosentase ini juga menunjukkan bahwa terjadi pergeseran tingkat kemampuan anak dari kategori kurang menjadi baik. kategori baik atau berkembang sesuai harapan (BSH) sebesar 20,28%, sedangkan kategori sangat baik atau atau berkembang sangat baik (BSB) mengalami penurunan sebesar 6,99%. Untuk jelas melihat peningkatan jumlah kemampuan motorik kasar anak secara parsial dapat dilihat pada tabel dibawah

Tabel 2. Persentase Kemampuan Anak secara parsial Per Siklus Pada Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak

No Indikator

Siklus I Siklus II

Kemampuan Anak Kemampuan Anak

MB BSH BSB MB BSH BSB Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1. Menggerakan angklung dengan benar 6 25 15 62.5 3 12.5 4 16.67 14 58.33 6 25.00 2. Menggerakan angklung

sesuai not angka 5 20.83 15 62.5 4 16.67 4 16.67 13 54.17 7 29.17 3.

Menggerakan angklung dengan benar dalam rentang waktu tertentu

7 29.17 14 58.33 3 12.5 5 20.83 12 50.00 7 29.17

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan motorik kasar anak Kelompok Arrohim Taman Kanak-Kanak Islam Al-Azhar 21 Pontianak melalui permainan alat musik angklung mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan kategori baik.

Keberhasilan yang diraih anak-anak dalam peningkatan kemampuan motorik kasar tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran guru dalam memberikan bimbingan pembelajaran. Besarnya peran guru tersebut dapat dilihat dari langkah-langka kegiatan pembelajaran bermain Angklung siklus pada siklus II yang menunjukkan perbaikan/peningkatan dibandingkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran di siklus I. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(14)

Tabel 3. Peningkatan Langkah-langkah Pembelajaran Bermain Angklung

Pada Siklus I dan Siklus II

Pada Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak

No Aspek yang di amati Penilaian

Siklus I Siklus II

1. Pembukaan 66,67% 83,33%

2 Kegiatan inti 75% 91,67%

3. Menutup pelajaran 75% 87,50%

Dalam tabel di atas terlihat bahwa pada aspek pembukaan kegiatan pembelajaran dan kegiatan inti terjadi peningkatan sebesar 16,67%. Sedangkan materi aspek menutup kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,50%. Peningkatan yang terjadi tersebut merupakan hasil dari perbaikan/koreksian terhadap beberapa kekurangan yang terjadi pada saat berlangsungnya siklus I seperti penjelasan tentang musik Angklung yang akan diajarkan, penampilan guru dalam proses pembelajaran musik Angklung, serta penguasaan materi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak melalui permainan alat musik angklung mengalami peningkatan yang cukup berarti. Peningkatan tersebut dijelaskan terdiri dari: 1) Perencanaan pembelajaran melalui permainan alat musik angklung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak. 2) Permainan alat musik angklung dengan cara menggerakkan angklung dengan benar dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak, dengan perolehan prosentase sebesar 20,83%. 3) Permainan alat musik angklung dengan cara menggerakkan angklung sesuai not angka dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak, dengan perolehan prosentase sebesar 16,67%. 4) Permainan alat musik angklung dengan cara menggerakkan angklung dengan benar dalam rentang waktu tertentu dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak, dengan perolehan prosentase sebesar 16,67%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Hasil penelitian yang penulis lakukan mampu membuktikan bahwa alat musik angklung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, disarankan agar penelitian berikutnya dilakukan dengan waktu yang lebih lama, agar diperoleh hasil yang lebih baik lagi.

(15)

2. Guru hendaknya dapat menggunakan materi pembelajaran dengan menggunakan alat musik diantaranya dengan alat musik angklung, karena terbukti dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak.

3. Sebaiknya dalam pembelajaran dengan menggunakan alat musik angklung guru dapat memperagakan berbagai jenis lagu (bervariasi), sehingga dapat menarik perhatian anak untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Sebaiknya dalam pembelajaran dengan menggunakan alat musik angklung guru selalu berupaya memberikan kesempatan yang lebih lama lagi kepada anak-anak yang dirasakan belum memiliki kemampuan yang memadai sehingga diharapkan keterampilannya bermain angklung lebih meningkat lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N.U. (2008). Permainan Kreatif Asah Kecerdasan Musik Balita. Bandung: PT Karya Kita.

Aliawati Murid. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Grasinda.

Beni Mulyono. (1994). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Indonesia.

Bloom, Benjamin S. et al. (1981). Evaluation To Improve Learning. New York: McGraw-Hill Inc.

Campbell, Don (2002). Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Darsono, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Freez, Susan. (2010). Montessori and Early Childhood. Singapore: Sage Publications Asia Facific Pte Ltd.

Giriwijoyo, Y.S .(2007). Ilmu Faal Olah Raga.Bandung: FPOK UPI

Hamdju, Atan dan Windawati, Armillah. (1984). Pengetahuan Seni Musik. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Harsono. (1998). Pembinaan Olahraga Usia Dini. Jakarta : Pusat Ilmu Olahraga. Indriani Hanny. (2005). Penggunaan Angklung Pa’ Daeng dalam

Pembelajaran Tangga Nada Minor di Kelas Dua SMP Negeri I Ciamis. Skripsi. Bandung: FPBS-UPI.

Jasni Herlani. (2008). Pengaruh Metode Bercerita terhadap Seni Lukis Anak Di TK Bumi Limas. Skripsi PGTK UPI Bandung. (Tidak dipublikasikan). Musfiroh, Tadkiroatun .(2008). CerdasMmelalui Bermain (Cara Mengasah

Multiple Intelligence pada Anak Sejak Usia Dini). Jakarta: Grassindo. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 58 Tahun 2009

(16)

Petterson, Candida. (1996). Looking Forward Through The Lifespan: Developmental Psychology. Australia : Prentice Hall.

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Jakarta.

Steppard, P. (2007). Steppard, Music Can Make Your Child Smarter. Jakarta: Erlangga.

Sugiyanto (1998), Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Setara D-II. Sujiono, Bambang. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Sukamti, Endang R. (2010). Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Sebagai Dasar Menuju Prestasi Olahraga. Yogyakarta: FIK-UNY.

Sukintaka (2004). Teori Pendidikan Jasmani Filosofi, Pembelajaran dan Masa Depan.Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Suryaman Ukun. (2005). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Bandung: Alumni.

Wahyuni , Dwi. (2010). Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, dan Sosio Emosional pada Masa Bayi. (http://oneclubaplikom.wordpress.com) diakses pada tanggal 6 Pebruari 2012

Gambar

Grafik 1. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Berdasarkan Persentase per Siklus Pada Kelompok Arrohim  TK Islam Al-Azhar 21
Tabel 2. Persentase Kemampuan Anak secara parsial Per Siklus Pada  Kelompok Arrohim TK Islam Al-Azhar 21 Pontianak

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tingkat upah terhadap penawaran tenaga kerja wanita karier di Kecamatan Bajeng adalah berpengaruh positif dan

Kedua, studi do- kumenter ( documenter study ), untuk mem- peroleh data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Dari penelitian ini didapatkan hubungan antara kadar CA-125 dengan sifat dan tipe sel tumor ovarium, namun ditemukan meningkatnya kadar CA-125 pada tumor ovarium jinak seperti

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang

Penemuan ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Newman dan Newman (1995) mendukung hasil penelitian yang dilakukan peneliti yang menyatakan bahwa dukungan

Gaya baju Rina dan Dion mengikuti standar baju perkuliahan (berkerah, bersepatu, rapi). Selain Rina dan Dion, terdapat pula karakter mentor , yaitu karakter yang

Sequence diagram yang ditunjukkan gambar 3.6 dijelaskan user awalnya masuk ke halaman daftar rumah makan, setelah itu memilih salah satu rumah makan yang ada dalam daftar

Botot TSS per tanaman (TSS weight per plant), g Bobot TSS per umbel (TSS weight per umbel), g.. maupun melalui kombinasi perendaman + penyiraman dua kali pada umur 3 dan 5