• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEKNIK TRI - FOKUS STEVE SNYDER PADA

PENINGKATAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM)

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA

KELAS 4 SD NEGERI 2 RENDANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Ni Komang Artawati

1

, MG. Rini Kristiantari

2

, I Made Suara

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: nikomang_artawati@yahoo.com

1

,

imadesuara@yahoo.co.id

2

, rini_bali@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menerapkan teknik Tri-Fokus Steve Snyder pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri 2 Rendang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas 4 SD Negeri 2 Rendang, semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 38 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Data diperoleh melalui tes, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data tes, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan teknik Tri-Fokus Steve Snyder dalam pembelajaran membaca cepat dapat meningkatkan KEM siswa. Dari hasil tes diketahui bahwa skor rata-rata KEM pratindakan sebesar 78,42 kpm termasuk kategori rendah. Pada siklus I, skor rata-rata KEM meningkat sebesar 23,26 menjadi 101,68 kpm termasuk kategori sedang dan siklus II meningkat sebesar 19,27 menjadi 120,95 kpm termasuk kategori tinggi. Persentase rata-rata KEM pratindakan mencapai 56,01% termasuk kategori rendah. Pada siklus I, persentase rata-rata KEM meningkat sebesar 14,52% menjadi 70,53% termasuk kategori sedang. Pada siklus II, persentase rata-rata KEM meningkat sebesar 15,86% menjadi 86,39% termasuk kategori tinggi. Penerapan teknik Tri-Fokus Steve Snyder juga mampu memberikan motivasi dan kesenangan dalam proses pembelajaran membaca cepat. Siswa terlihat lebih aktif dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 siswa pada siklus I sebanyak 4 orang (nilai KEM tinggi dan sedang) atau 66,67% mengaku sangat senang dengan teknik yang diterapkan. Sementara itu, terdapat 2 siswa (dengan KEM rendah) atau 33,33 % mengaku cukup senang. Hasil wawancara dengan siswa pada siklus II yaitu 25 siswa (65,79%) menyatakan sangat senang, 10 siswa (26,32%) menyatakan senang, dan 3 siswa (7,89%) menyatakan cukup senang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan teknik Tri-Fokus Steve Snyder dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa kelas 4 SD Negeri 2 Rendang.

Kata Kunci: Kecepatan Efektif Membaca (KEM), TeknikTri-Fokus Steve Snyder Abstract

This study was aimed at investigating the improvement of the accelerated reading effectiveness on Bahasa Indonesia subject of the fourth grade elementary students of SD Negeri 2 Rendang by the implementation of Tri-Focus Steve Snyder Technique. Action-based research was carried out in which the subjects were the second semester students of the fourth grade elementary of SD Negeri 2 Rendang in the academic year 2013/2014 consisting of 38 students. This study was conducted in two cycles covering some stages such as; preparation, action, observation and reflection. The data was collected from test result, observation, interview and interview. The data was analyzed

(2)

quantitatively and qualitatively. The students’ accelerated reading effectiveness on pre-test was 78,42 kpm categorized as low level. The students’ accelerated reading effectiveness on post-test I improved about 23.26 kpm to be 101,68 kpm categorized as average level. The students’ accelerated reading effectiveness on post-test II was 120,95 kpm categorized as high level. Thus, there was improvement of students’ accelerated reading effectiveness on post test I that was about 23,26 kpm, and on post test II that was about 19,27 kpm. The percentage of students’ accelerated reading effectiveness on pre-test was 56.01% categorized as loe level. On post test I it improved about 14.52% to be 70.53% categorized as average level. The percentage of students’ accelerated reading effectiveness on post-test II improved about 15.86% to be 86.39% categorized as high level. Moreover, the technique was also able to improve the students’ motivation and interest on having accelerated reading class. The students were more active and motivated in having the class. Regarding to the result of the interview on the first cycle, there were 4 students (56,67%)categorized as high and average level out of 6 students admitting that they were very happy with the implementation of the technique. The other 2 students (33,33%) confessed that they were happy enough. Meanwhile, out of 38 students being interviewed on the second cycle, there were 25 students (65,79%) admitting that they were very happy with the implementation of the technique. There were 10 students (26,32%) confessing that they were happy and 3 students (7,89%) saying that they were happy enough. In accordance to the analysis above, it can be concluded that the application of Tri-Focus Steve Snyder technique was able to improve the accelerated reading effectiveness of the fourth grade elementary students of SD Negeri 2 rendang.

Key Words: Accelerated Reading Effectiveness, Tri-Focus Steve Snyder Technique PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan teknologi pada saat ini telah menciptakan berbagai kemudahan bagi seluruh umat manusia

dalam menjalankan segala aspek

kehidupannya. Akan tetapi, di balik kemudahan tersebut ternyata tersimpan berbagai dampak negatif yang sangat berpotensi menyerang pola pikir maupun prilaku manusia itu sendiri. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, dampak negatif tersebut ternyata sangat mudah untuk dirasakan oleh para siswa, khususnya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan teknologi, adalah menurunnya minat baca siswa yang tercipta oleh adanya berbagai teknologi audio visual yang memungkinkan mereka untuk tidak perlu membaca lagi dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang diinginkan (Farida, 2005: 2). Lebih fatalnya lagi, informasi yang cenderung dicari adalah sesuatu yang sifatnya di luar yang seharusnya dipelajari. Buku-buku pelajaran yang didapatkan dari sekolah maupun yang dibelikan oleh orang tua sudah bukan lagi sebagai sesuatu yang wajib untuk dibuka dan dibaca. Dengan kegiatan membaca yang menurun itu,

kesempatan untuk meningkatkan

penguasaan kosa kata serta wawasan pengetahuan dan pengalaman menjadi semakin sempit. Fenomena ini secara

langsung mempengaruhi kemampuan

akademis di sekolah sebagai akibat dari

rendahnya kecepatan membaca dan

kemampuan dalam memahami konsep yang disampaikan dalam wacana tertulis (kecepatan efektif membaca).

Sehubungan dengan fenomena

tersebut, peneliti ternyata menemukan hal yang sama dalam observasinya terhadap nilai rata-rata tengah semester I untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh oleh siswa di kelas 4 SD Negeri 2 Rendang. Observasi yang dilakukan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 tersebut menunjukkan

bahwa berdasarkan hasil tes awal

(pratindakan) nilai rata-rata Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa masih rendah yakni menunjukkan angka sebesar 78,42 kpm (dibawah standar KEM untuk tingkat SD). Peneliti juga mengamati

bahwa pengajaran membaca selalu

mengacu pada teknik yang ada pada buku paket, sehingga para siswa beranggapan pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan lain-lain.

(3)

Melihat hal tersebut, peneliti mencoba menerapkan sebuah teknik pembelajaran dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder guna meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca

yang nantinya diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Rendang. Pendekatan ini dipilih karena mudah diterapkan pada siswa sekolah dasar. Disamping itu, teknik

Tri-Fokus Steve Snyder juga dapat

mengoptimalkan sinkronisasi kinerja mata dan otak sehingga lebih bersinergi. Latihan teknik dengan mempercepat gerakan mata ini dirasakan amat penting karena secara umum orang melakukan aktivitas membaca dengan indra mata yang dipakai untuk mengenali huruf, kata, frasa, kalimat, dan

wacana yang kompleks. Selanjutnya,

dengan cepat memberikan informasi

kepada otak untuk diproses menjadi sebuah pengetahuan. Apabila mata mampu menyampaikan informasi secara cepat ke

otak, maka semakin cepat pula

pengetahuan diperoleh sehingga akan terjadi proses membaca cepat yang efektif dan efisien dalam pembelajaran siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menerapkan Teknik Tri - Fokus Steve Snyder pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Rendang.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Rendang, Kecamatan Rendang. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, maka alasan peneliti memilih sekolah ini karena: a). peneliti bertugas di sekolah tersebut sehingga memiliki tanggung jawab meningkatkan kualitas sekolah terutama

dalam pembelajaran, b). penerapan

pembelajarannya masih menggunakan

pendekatan yang konvesional, dan c).

peneliti menemukan permasalahan

mengenai KEM menyangkut sebagian besar siswa di kelas 4.

Adapun subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 yang berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 21

siswa perempuan, serta proses

pembelajaran di kelas 4 sebagai objek penelitian. Proses penelitian dilakukan di ruang kelas 4 dan lingkungan kelas

disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kondisi alam. Penelitian dilaksanakan pada

semester 2 tahun ajaran 2012/2013

tepatnya pada bulan Mei. Untuk

pembatasan, penelitian ini berfokus pada Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Menurut

Kasbolah (1999: 13), Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Sejalan dengan itu Kemmis dan

Taggart (dalam Daryanto, 2011:3)

menyatakan bahwa PTK suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial.

Penelitian ini dilakukan dalam pola siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini ada empat tahapan yang harus dilakukan

dalam setiap siklus yaitu meliputi

perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi.

Pada Tahap perencanaan dilakukan analisis kurikulum, sosialisasi tentang teknik Tri-Fokus Steve Snyder, sampai pada penyusunan scenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan bahan bacaan serta instrunen

yang akan digunakan saat proses

pembelajaran berlangsung.

Pada tahap pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan yaitu melaksanakan

skenario pembelajaran dengan teknik

Tri-Fokus Steve Snyder yang telah

direncanakan. Secara garis besarnya, tahapan pelaksanaan teknik Tri-Fokus

Steve Snyder dilaksanakan dengan

tahapan sebagai berikut: (1) memberikan

motivasi agar tumbuh gairah untuk

mengubah diri berkaitan dengan membaca cepat. (2) siswa dilatih mengembangkan peripheral dengan memfokuskan mata ke depan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri,ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

cakupan mata siswa. (3) melatih daya

tangkap dengan menggerakkan bola-bola kecil (bandul) atau dengan menelusuri

(4)

benang-benang kusut dan titik-titik berderet. (4) siswa diberikan lembaran tri-fokus dengan memusatkan mata pada tiga bagian yakni bagian kiri, tengah dan kanan. (5) siswa menerapkan konsep tersebut dalam membaca sesungguhnya.

Pada tahap observasi, data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu 1). Tes untuk mengetahui kemampuan KEM siswa, 2). Lembar pengamatan untuk mengetahui aktivitas selama proses pembelajaran, 3). Wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang teknik yang diterapkan. Tes wawancara dilakukan di luar jam pelajaran.

Sedangkan pada tahap refleksi

dilakukan refleksi terhadap proses

pembelajaran untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini,

peneliti bersama guru mitra dapat

melakukan perbaikan

kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari

pemecahan masalahnya untuk

direncanakan tindakan pada siklus

selanjutnya.

KEM merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. Kecepatan rata-rata baca merupakan cermin dari tolak ukur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambang-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan

merupakan cermin dari kemampuan

kognisi, yakni kemampuan berpikir dan bernalar dalam mencerna masukan grafis yang diterimanya lewat indera mata.

Untuk menentukan KEM, diperlukan data mengenai skor kecepatan baca dan persentase pemahaman isi bacaan. Data mengenai skor kecepatan baca dapat diketahui apabila jumlah kata yang dibaca dan waktu tempuh bacanya diketahui. Cara menghitung skor kecepatan baca adalah dengan cara membagi jumlah kata yang

dibaca dengan waktu tempuh baca.

Contohnya, jika seseorang dapat membaca sebanyak 2.500 kata dalam waktu 5 menit,

skor kecepatan baca pembaca tersebut adalah 500 kpm (2500 : 5 = 500 kpm).

Sementara, untuk memperoleh data tentang persentase pemahaman isi bacaan yang objektif (bukan perkiraan), tentu diperlukan suatu alat untuk mengukurnya. Alat tersebut berupa alat tes. Untuk mengukur aspek kognitif, alat tes lebih tepat bila dibandingkan dengan alat nontes. Kemampuan pemahaman sesorang tidak bisa diprediksi melalui observasi. Angket

atau wawancara mungkin saja bisa

menggali kemampuan membaca

seseorang, tetapi penggunaan alat nontes ini untuk kepentingan pengukuran aspek kognitif tidaklah praktis.

Untuk menentukan persentase

pemahaman siswa terhadap isi bahan bacaan yang dibacanya ialah dengan cara membagi skor bobot tes pemahaman isi bacaan yang dapat dijawabnya dengan benar dengan bobot/skor ideal kemudian dikalikan dengan 100 persen. Misalnya, jika seseorang dapat menjawab dengan benar tes pemahaman isi bacaan sebanyak 32 dari skor ideal 50, maka persentase pemahaman isi bacaan pembaca yang bersangkutan adalah 64% (32/50 x 100% = 64%).

Berpedoman kepada pengertian KEM, yakni perpaduan antara kemampuan visual dan kemampuan kognisi, maka contoh di atas dapat ditentukan KEM-nya.

Dari hasil penghitungan rata-rata

kecepatan baca diperoleh data 500 kpm

dan hasil penghitungan persentase

pemahaman isi bacaan diperoleh data 64%, maka penghitungan KEM-nya adalah 320 kpm (500 x 64%). Angka terakhir ini (320

kpm) merupakan kecepatan efektif

membaca yang sudah menyertakan

pengukuran dua unsur penyokong kegiatan baca, yakni kemampuan gerak mata dalam

melihat lambang-lambang cetak dan

kemampuan memahami isi bacaan.

Sementara, angka 500 kpm itu merupakan kemampuan kecepatan rata-rata baca yang belum menyertakan unsur pemahaman isi bacaan (Harjasujana dan Mulyati, 1997: 68-69).

Berbekal rumus penghitungan,

terdapat sejumlah persiapan yang harus dipersiapkan untuk mengukur KEM, yakni: (1) teks/wacana; (2) alat ukur waktu seperti

(5)

jam tangan atau stopwatch; (3) perangkat

tes; dan (4) personal (petugas)

(Widiatmoko, 2011: 26).

Secara umum, kategorisasi pembaca dilihat dari sudut kepemilikan KEM-nya dapat ditolakukuri dengan patokan berikut di antaranya: 1). Kecepatan 150 kpm termasuk kategori pembicara rata-rata, 2). Kecepatan 150-250 kpm termasuk kategori pembaca lambat, 3). Kecepatan 250-350 kpm termasuk kategori pembaca rata-rata, 4). Kecepatan 350-500 kpm termasuk kategori pembaca tinggi, 5). Kecepatan 500-1500 kpm termasuk kategori pembaca cepat dan 6). Kecepatan di atas 1500 kpm termasuk kategori power reader.

Tingkatan KEM bila dilihat dari segi

jenjang pendidikan diantaranya: 1).

Setingkat SD (di Indonesia) adalah 80 - 140 kpm, 2). Setingkat SLTP adalah 140 – 175 kpm, 3). Setingkat SMA adalah 175 – 245 kpm, 4).Setingkat perguruan tinggi adalah 245 – 280 kpm, 5). Untuk kaum profesional, kecepatan membacanya bisa mencapai 500 kpm. (Widiatmoko, 2011: 25)

Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. 1). Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data tes berupa angka (Daryanto, 2011: 191). Dalam mengukur Kecepatan Efektif Membaca (KEM), ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan. Kecepatan membaca dapat diukur dengan jumlah kata dalam bacaan, dibagi total waktu baca

dikali dengan 60 detik. Sedangkan

pemahaman isi bacaan dihitung dengan

membandingkan skor yang diperoleh

dengan skor maksimal. Hasil perkalian

antara kecepatan membaca dan

pemahaman isi bacaan akan menghasilkan KEM (Widiatmoko, 2011: 25).

Untuk menghitung rata-rata (Mean) secara klasikal tingkat kemampuan siswa sehubungan dengan kecepatan efektif membaca yaitu dengan membandingkan jumlah KEM yang dicapai oleh siswa dibagi dengan banyak siswa. (Agung, 2005:95).

Skor hasil tiap-tiap tes dihitung jumlahnya dalam satu kelas (ΣN), kemudian untuk menghitung persentase rata-rata KEM yaitu dengan membandingkan jumlah

skor dalam satu kelas (ΣN) dibagi skor maksimal (n) dikali jumlah siswa (s) kemudian dikalikan 100%. 2) Analisis

deskriptif kualitatif digunakan untuk

menganalisis data nontes (Daryanto, 2011: 191).

2). Data kualitatif ini diperoleh dari data observasi dan wawancara. Adapun langkah

penganalisisan data kualitatif adalah

dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan mendiskusikannya dengan wali kelas. Data

wawancara dianalisis dengan cara

membaca lagi catatan wawancara. Hasil analisis-analisis tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan membaca

cepat, mengetahui kelebihan, dan

kekurangan dalam membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder serta sebagai dasar untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan membaca cepat.

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan tindakan terdiri atas keberhasilan proses dan produk. 1). Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari beberapa hal,

yaitu: a). proses pembelajaran

dilaksanakan dengan menarik dan

menyenangkan, b). siswa aktif berperan

serta selama proses pembelajaran

berlangsung, dan c). siswa paham tentang pembelajaran membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder. 2). Indikator keberhasilan produk dideskripsikan dari keberhasilan siswa dalam praktik membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder. Keberhasilan produk diperoleh jika persentase skor rata-rata KEM siswa sudah mencapai angka sebesar 80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pratindakan

Hasil KEM yang didapat siswa pada saat pratindakan dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang kecepatan efektif

membacanya termasuk sangat cepat.

Sebanyak 1 siswa atau 2,63% memiliki kecepatan efektif membaca yang tinggi. Siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong sedang sebanyak 12 orang atau 31,58%. Siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong rendah sebanyak

(6)

25 orang atau 65,79%. Tidak terdapat siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong sangat rendah. Hasil nilai rata-rata kecepatan efektif membaca siswa kelas 4 SD Negeri 2 Rendang pada pratindakan adalah 78,42 kpm, dengan persentase rata-rata KEM sebesar 56,01%. Pencapaian ini termasuk kategori rendah.

Hasil observasi proses pratindakan menunjukkan bahwa pada aspek siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh sebanyak 35 siswa atau 92,10% masuk dalam kategori sangat baik. Aspek siswa membaca bacaan dengan penuh konsentrasi masuk kategori cukup dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang atau

52,63%. Aspek ketiga yaitu siswa

mengerjakan soal pemahaman membaca dengan sungguh-sungguh masuk dalam kategori baik. Sebanyak 30 atau 78,94%

siswa berusaha mengerjakan soal

pemahaman dengan sungguh-sungguh. Pada waktu proses pembelajaran, siswa masih enggan bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan. Hanya 3 orang atau 7,89% yang aktif bertanya sehingga pada aspek ini masuk dalam kategori sangat kurang. Aspek kelima yaitu siswa tidak menggangu siswa lain. Pada aspek ini, sebanyak 28 siswa atau 73,68% tidak mengganggu siswa lain sehingga masuk dalam kategori sangat baik. Berikut ini hasil observasi kebiasaan membaca siswa yang merupakan pengamatan siswa saat teman

sebangkunya melakukan aktivitas

membaca bacaan.

Hasil observasi kebiasaan membaca

yang tidak baik pada pratindakan

menunjukkan bahwa siswa yang

membacanya dengan jarak mata kurang dari 30 cm berjumlah 15 orang atau 39,47% dan berkategori baik. Siswa yang membaca dengan vokalisasi berjumlah 20 orang atau 52,63% dan berkategori cukup. Siswa yang membaca dengan menggerakkan bibir sebanyak 21 orang atau 55,26% dan berkategori cukup. Siswa yang membaca dengan menggerakkan kepala sebanyak 9 orang atau 23,68% dan berkategori baik. Siswa yang membaca dengan menunjuk kata dengan jari/pena sebanyak 23 orang atau 60,52% dan berkategori sangat cukup. Siswa yang membaca dengan menyangga kepala berjumlah 6 orang atau 15,79% dan

berkategori sangat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa kebiasaan membaca siswa yang tidak baik perlu dihilangkan dengan teknik yang benar.

Melihat kondisi awal dimana nilai rata-rata serta persentase rata-rata-rata-rata KEM siswa belum mencapai nilai yang diharapkan, diputuskan untuk mengambil teknik guna meningkatkan kecepatan membaca para siswa dengan Teknik Tri-Fokus Steve Snyder. Tujuan utama penggunaan teknik tersebut adalah memotivasi siswa agar

melakukan aktivitas membaca cepat

dengan teknik yang benar, mengurangi kebiasaan buruk dalam membaca cepat,

mengetahui gambaran kemampuan

membaca cepat siswa, dan membuat

pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan.

Siklus I

Hasil observasi proses pada siklus I menunjukkan bahwa pada aspek siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh sebanyak 36 siswa atau 94,74% dan berkategori sangat baik. Aspek siswa

membaca bacaan dengan penuh

konsentrasi masuk kategori baik dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang atau 65,79%. Aspek siswa mengerjakan soal pemahaman membaca dengan sungguh-sungguh masuk dalam kategori sangat baik sebanyak 35 siswa atau 92,10%. Pada waktu proses pembelajaran, siswa masih enggan bertanya kepada guru ketika

mengalami kesulitan, walau ada

peningkatan jumlah siswa yang bertanya. Sebanyak 13 siswa atau 34,21% yang aktif bertanya sehingga pada aspek ini masuk dalam kategori masih kurang. Aspek kelima yaitu siswa tidak menggangu siswa lain. Pada aspek ini, sebanyak 30 siswa atau 78,94% tidak mengganggu siswa lain sehingga masuk dalam kategori baik.

Hasil observasi kebiasaan membaca tidak baik pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang membacanya dengan jarak mata kurang dari 30 cm berjumlah 6 orang atau 15,79% dan berkategori sangat baik. Siswa yang membaca dengan vokalisasi berjumlah 8 siswa atau 21,05% dan berkategori baik. Terdapat 19 siswa atau 50% yang membaca dengan gerakan bibir yang dikategorikan cukup . Siswa yang

(7)

membaca dengan menggerakkan kepala sebanyak 4 orang atau 10,53% dan berkategori sangat baik. Siswa yang membaca sambil menunjuk kata dengan jari/pena sebanyak 17 siswa atau 36,84% dan masuk kategori baik. Siswa yang

membaca dengan menyangga kepala

sebanyak 3 orang atau 6,25% dan berkategori sangat baik.

Selain observasi di atas, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa.

Wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini tidak ditujukan kepada semua

siswa kelas IV. Wawancara hanya

dilakukan kepada 6 siswa, yaitu 2 siswa yang mengalami peningkatan KEM paling tinggi, 2 siswa yang peningkatannya sedang dan 2 siswa yang peningkatannya

rendah. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui tanggapan siswa tentang

pembelajaran membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa saat wawancara diantaranya (1) keterangan siswa tentang apakah siswa

pernah belajar menggunakan teknik

membaca cepat yang menarik sebelumnya; (2) tanggapan siswa setelah pembelajaran

membaca cepat menggunakan teknik

Tri-Fokus Steve Snyder; (3) kendala atau

hambatan selama siswa mengikuti

pembelajaran membaca menggunakan

teknik Tri-Fokus Steve Snyder; (4)

pendapat siswa tentang keberhasilan teknik

Tri-Fokus Steve Snyder dalam

meningkatkan kecepatan membaca siswa; dan (5) saran siswa agar pembelajaran membaca cepat lebih menyenangkan.

Berdasarkan keterangan yang

diberikan oleh para siswa, semua

menyatakan bahwa belum pernah belajar menggunakan teknik membaca cepat yang menarik sebelumnya. Mereka sebagian menjawab bahwa selama ini guru hanya membimbing siswa dengan buku paket

sekolah. Teknik Tri-Fokus memang

terbilang mudah. Hal ini membuat siswa bisa mengikutinya dengan baik.

Berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap pembelajaran siklus I, siswa memberikan tanggapan yang baik tentang pembelajaran membaca cepat ini. Hanya saja mereka mengaku sedikit bingung karena teknik tersbut baru pertama kali

mereka terapkan. Menurut pengakuan siswa yang mengalami peningkatan KEM

yang rendah atau sedang, mereka

membaca pokoknya asal cepat saja. Biar

lekas selesai atau mendapat waktu

membaca yang sedikit. Mereka merasa grogi ketika melihat teman-temannya sudah selesai membaca sehingga ketika mereka harus mengerjakan soal-soal, mereka tidak dapat menjawab dengan benar. Bagi siswa yang mengalami peningkatan KEM yang tinggi, mereka senang sekali dengan pembelajaran ini karena bagi mereka ini

merupakan ajang untuk berlomba

membaca.

Selain itu juga, untuk membantu

memahami isi buku-buku pelajaran.

Kendala atau hambatan selama siswa

mengikuti pembelajaran membaca

menggunakan teknik Tri-Fokus Steve

Snyder cukup beragam. Bagi siswa yang

memperoleh peningkatan KEM tinggi,

mereka mempunyai kendala dalam hal konsentrasi dan gerakan mata yang cepat. Siswa yang peningkatan KEM rendah dan sedang merasa kesulitan untuk konsentrasi membaca dan memahami bacaan.

Pendapat siswa tentang keberhasilan

teknik Tri-Fokus Steve Snyder dalam

meningkatkan kecepatan membaca siswa adalah teknik tersebut bisa meningkatkan

kecepatan membaca. Siswa yang

memperoleh peningkatan KEM tertinggi merasa tertantang dengan teknik ini karena baru pertama kali mencoba. Siswa yang memperoleh peningkatan KEM sedang merasa tertarik dengan teknik Tri-Fokus

karena dapat membantu untuk

mempercepat gerakan mata. Siswa yang memperoleh peningkatan KEM rendah berpendapat bahwa teknik Tri-Fokus terlalu rumit karena harus menggerakkan bola mata secara cepat dan teratur.

Saran siswa agar pembelajaran

membaca cepat lebih menyenangkan

bervariasi. Menurut siswa yang

memperoleh peningkatan KEM tertinggi adalah pembelajaran yang akan datang lebih menarik dan menyenangkan lagi. Sebaiknya, ada hadiah agar siswa lain lebih termotivasi saat belajar. Siswa yang memperoleh peningkatan KEM sedang memberikan saran agar ada lebih banyak lagi latihan konsentrasi dalam membaca

(8)

cepat. Siswa yang memperoleh peningkatan KEM rendah memberikan saran agar bacaannya lebih mudah dan

suasana kelas dibuat menyenangkan

dengan tertawa.

Hasil KEM yang didapat siswa pada saat Siklus I dapat diketahui bahwa belum

ada siswa yang kecepatan efektif

membacanya termasuk kategori sangat tinggi. Siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong tinggi sebanyak 13 orang atau 34,21%. Siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong sedang sebanyak 15 orang atau 39,47%. Siswa

yang kecepatan efektif membacanya

tergolong rendah sebanyak 10 orang atau 26,32% dan siswa yang kecepatan efektif membacanya sangat rendah adalah sudah tidak ada. Nilai rata-rata KEM siswa kelas 4 SD Negeri 2 Rendang pada siklus I adalah 101,68 kpm dengan persentase rata-rata KEM sebesar 70,53%. Pencapaian ini termasuk kategori sedang.

Berdasarkan hasil analisis data siklus I, maka diketahui nilai rata-rata KEM siswa meningkat sebesar 23,26 menjadi 101,68 kpm yang secara klasikal sudah mencapai target yang diharapkan sebesar 80-140 kpm, namun persentase rata-rata KEM belum mencapai target masih dibawah 80% yakni sebesar 70.53%. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan membaca cepat perlu diadakan perbaikan di siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil observasi proses pada siklus II dapat diketahui bahwa pada aspek siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh masuk kategori sangat baik dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang atau 97,37%. Aspek siswa

membaca bacaan dengan penuh

konsentrasi dan aspek siswa mengerjakan

soal pemahaman membaca dengan

sungguh-sungguh masuk dalam kategori sangat baik dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang atau 92,11%. Pada waktu proses pembelajaran, siswa mulai aktif bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan. Sebanyak 26 siswa atau 68,42% yang aktif bertanya sehingga pada aspek ini masuk dalam kategori sangat baik. Aspek kelima yaitu siswa tidak menggangu siswa lain. Pada aspek ini, sebanyak 37 siswa atau

97,37% tidak mengganggu siswa lain sehingga masuk dalam kategori sangat baik.

Hasil observasi terhadap kebiasaan membaca tidak baik menunjukkan bahwa siswa yang membacanya dengan jarak mata kurang dari 30 cm dan membaca dengan gerakan kepala berjumlah 2 orang atau 0,53% dan termasuk kategori sangat baik. Terdapat 3 orang siswa yang membaca dengan vokalisasi atau 0,79% yang merupakan kategori sangat baik. Kategori untuk siswa yang membaca dengan gerakan bibir termasuk baik yaitu sebanyak 12 orang atau 31,58%. Siswa yang membaca sambil menunjuk kata dengan jari/pena sebanyak 11 orang atau

28,94% dan masuk kategori baik.

Kebiasaan siswa menyangga kepala ketika membaca sudah tidak ditemukan lagi.

Pada akhir pembelajaran guru dan mahasiswa peneliti membagikan lembar jurnal wawancara pada semua siswa untuk

mengetahui kesan siswa terhadap

pembelajaran dan mengetahui kesulitan yang dialami. Jurnal siswa yang diberikan terdiri atas lima pertanyaan dan diisi secara individu. Lima pertanyaan itu meliputi (1)

kesan siswa terhadap pembelajaran

membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder; (2) kesulitan yang siswa alami dalam pembelajaran membaca cepat; (3) pendapat siswa tentang keberhasilan

teknik Tri-Fokus Steve Snyder dalam

membaca cepat; (4) saran siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca cepat yang menyenangkan

Berdasarkan hasil jurnal wawancara siswa pada pertanyaan pertama, diketahui bahwa dari 38 siswa, sebanyak 25 siswa atau 65,79% menyatakan sangat senang

dan tertarik dengan pembelajaran

membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder. Hal ini dikarenakan media teknik yang diterapkan sangat menarik dan hal baru bagi siswa dalam keterampilan membaca cepat. Sebanyak 10 siswa atau 26,32% menyatakan senang. Sebanyak 3 siswa atau 7,89% menyatakan cukup

senang. Besarnya antusias siswa

dikarenakan siswa ingin bisa menjadi pembaca cepat seperti Steve Snyder dan berharap mendapatkan hadiah. Selain itu,

(9)

membaca banyak buku dalam waktu singkat jika akan menghadapi ujian.

Dalam pembelajaran siklus II,

berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi siswa ketika membaca cepat adalah

sebanyak 13 siswa mengaku tidak

mengalami kesulitan dalam membaca

cepat. Sebanyak 15 siswa masih

mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi saat membaca. Sebanyak 6 siswa yang mengalami kesulitan dalam menggerakkan mata secara teratur. Sebanyak 2 siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca tanpa vokalisasi. Sebanyak 2 siswa yang mengalami kesulitan membaca dengan sikap badan tegak.

Pendapat siswa tentang keberhasilan

teknik Tri-Fokus Steve Snyder dalam

membaca cepat yaitu sebanyak 37 siswa menyatakan bisa berhasil. Para siswa

berpendapat bahwa teknik ini bisa

membantu mereka dalam pembelajaran membaca cepat. Besarnya minat siswa terhadap pembelajaran membaca cepat dengan teknik ini menjadikan proses pembelajaran berjalan lancar. Hanya ada 1 siswa yang menyatakan sedikit berhasil. Siswa tersebut menyatakan hal itu karena teknik ini belum dikuasainya dengan baik.

Saran siswa terhadap pembelajaran

membaca cepat yang menyenangkan

cukup beragam. Sebanyak 15 siswa menyarankan untuk memperbanyak latihan

membaca cepat. Sebanyak 5 siswa

menyarankan pada guru agar mengajar tidak terlalu cepat dalam menjelaskan teori. Sebanyak 8 siswa menyarankan ada latihan cara memahami bacaan dengan baik. Sebanyak 5 orang menyarankan untuk belajar di luar kelas. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan yaitu sebanyak 33 siswa menyatakan sudah menyenangkan. Sebanyak 5 siswa menyatakan cukup menyenangkan. Besarnya siswa yang

menyatakan menyenangkan tersebut

menjadikan teknik ini memang diminati oleh para siswa dalam membaca cepat.

Hasil KEM yang didapat siswa pada Siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang kecepatan efektif membacanya termasuk sangat tinggi sebanyak 15 orang atau 39,47%. Siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong tinggi sebanyak 8

orang atau 21,05%. Siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong sedang sebanyak 14 orang atau 36,84%. Siswa

yang kecepatan efektif membacanya

tergolong rendah sebanyak 1 orang atau 2,63% dan siswa yang kecepatan efektif membacanya sangat lambat adalah sudah tidak ada. Hasil rata-rata kecepatan efektif membaca siswa kelas IV SD Negeri 2 Rendang pada siklus II adalah 120,95 kpm dengan persentase rata-rata KEM sebesar 86,39%. Pencapaian ini termasuk kategori tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data siklus II, maka diketahui nilai rata-rata KEM siswa meningkat sebesar 19,27 menjadi 120,95 kpm yang secara klasikal sudah mencapai target yang diharapkan sebesar 80-140 kpm, dengan persentase rata-rata KEM sebesar 86,39%. Nilai ini sudah mencapai target yang ditentukan yaitu di atas 80%.

Dari uraian di atas adanya

peningkatan hasil KEM yang diperoleh pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan serta dengan mempertimbangkan hasil refleksi, maka

diputuskan tidak melakukan siklus

berikutnya. Artinya penelitian ini

dilaksanakan terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

PEMBAHASAN

Nilai kecepatan efektif membaca siswa dalam praktik membaca cepat pada saat pratindakan nilai rata-rata sebesar 78,42 kpm dengan persentase sebesar 56,01%. Pemberian perlakuan dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder pada siklus I dan siklus II dilakukan agar dapat meningkatkan kecepatan efektif membaca siswa.

Implementasi tindakan dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder baik dalam siklus I

maupun siklus II, ternyata mampu

meningkatkan kemampuan kecepatan

efektif membaca siswa. Pada siklus I

pertemuan terakhir, nilai rata-rata

kecepatan efektif membaca siswa yang telah menggunakan teknik Tri-Fokus Steve

Snyder meningkat sebesar 101,68 kpm

dengan peningkatan persentase sebesar 70,53%. Di siklus II, nilai rata-rata

kecepatan efektif membaca siswa

meningkat lagi sebesar 120,95 kpm dengan peningkatan persentase sebesar 86,39%.

(10)

Selain mampu meningkatkan KEM siswa dalam praktik membaca cepat, penerapan

teknik Tri-Fokus Steve Snyder mampu

memberikan kesenangan dan semangat siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai hasil jurnal wawancara. Berdasarkan hasil jurnal wawancara siklus I diketahui bahwa dari 38 siswa, sebanyak 25 siswa menyatakan sangat senang dan tertarik dengan pembelajaran membaca cepat dengan teknik Tri-Fokus Steve Snyder. Hal ini dikarenakan media dan teknik yang diterapkan sangat menarik dan mudah diterapkan, serta merupakan hal baru bagi siswa dalam keterampilan membaca cepat. Ada 10 siswa yang menyatakan senang dan 3 orang menyatakan cukup senang. Ada 37 siswa yang menyatakan bahwa

teknik yang diterapkan berhasil

meningkatkan KEM mereka dan terdapat 1 siswa yang menyatakan sedikit berhasil. Besarnya antusias siswa dikarenakan siswa ingin bisa menjadi pembaca cepat seperti Steve Snyder dan berharap mendapatkan hadiah. Selain itu, mereka juga merasa terbantu untuk membaca banyak buku dalam waktu singkat jika akan menghadapi ujian.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data tes,

dapat ditarik kesimpulan bahwa

penggunaan teknik Tri-Fokus Steve Snyder dalam pembelajaran membaca cepat dapat meningkatkan KEM siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata KEM siswa pada pratindakan dan akhir siklus II. Dari hasil analisis data dapat diketahui

bahwa nilai rata-rata KEM siswa

pratindakan sebesar 78,42 kpm dengan persentase 56,01% termasuk kategori rendah. Pada siklus I, nilai rata-rata KEM siswa meningkat menjadi 101,68 kpm

dengan persentase 70,53% termasuk

kategori sedang dan siklus II nilai rata-rata KEM siswa meningkat menjadi 120,95 kpm

dengan persentase 86,39% termasuk

kategori tinggi. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan skor rata-rata KEM siswa dari pratindakan sampai siklus I sebesar 23,26 kpm, sedangkan peningkatan nilai rata-rata KEM siklus I ke siklus II sebesar 19,27 kpm. Jika diakumulasikan, peningkatan nilai rata-rata KEM dari pratindakan sampai siklus II

sebesar 42,53 kpm. Peningkatan

persentase KEM siswa dari pratindakan sampai siklus I sebesar 14,52%, sedangkan peningkatan persentase KEM dari siklus I sampai Siklus II sebesar 15,86%. Jika diakumulasikan, peningkatan persentase KEM dari pratindakan sampai siklus II sebesar 30,38%. Peningkatan nilai ini menunjukkan bahwa implementasi tindakan pada siklus I dan siklus II mampu

meningkatkan keterampilan membaca

cepat dalam meningkatkan kecepatan efektif membaca siswa.

Penerapan teknik Tri-Fokus Steve

Snyder juga mampu memberikan motivasi

dan kesenangan dalam proses

pembelajaran membaca cepat. Siswa

terlihat lebih aktif dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Agustina, Eva. 2009. Kemampuan

Membaca Pemahaman dan

Kemampuan Bercerita. Tugas Akhir

(Tidak Diterbitkan). Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri Singaraja.

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Awangga, S. 2007. Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid Publisher

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas

dan Penelitian Tindakan Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media

De Porter, B dan Hemacki, M. 2000.

Quantum Leaming: Membiasakan

belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

(11)

Harjasujana, Akhmad Slamet dan Yeti Mulyati. 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud

Hernowo. 2003. Quantum Reading.

Bandung: MLC

Hurmali, Tarcy. 2011. Seni dan Strategi

Membaca Cepat Tanpa Lupa.

Yogyakarta: Sophia Timur Publisher

Kasbolah, Kasihani. 1999. Penelitian

Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud

Noer, Mohammad. 2012. Speed

Reading/Panduan Membaca Lebih

Cepat, Lebih Cerdas, dan dengan Pemahaman yang Lebih Baik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar Baru Algensindo

Nurkancana, I Wayan dan Sunartana. 1990.

Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:

Usaha Nasional

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian

dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE UGM

Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar

Membaca dan Pengajarannya.

Surabaya: Usaha Nasional

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Padang: Bumi Aksara

Santoso, Teguh. 2011. Metode Membaca

Secepat Kilat. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Soedarso. 2006. Sistem Membaca Cepat

dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2009. Metodelogi Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sutama, I Made, dkk. 2009. Pedoman

Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.

Singaraja: Universitas Pendidikan

Ganesha

Supriyono. 2011. Membimbing Siswa

Membaca Cerdas dengan Taksonomi Barret. Makalah. Jayawijaya: Yayasan Pendidikan Jayawijaya.

Widiatmoko, Irwan. 2011. Super Speed

Reading. Jakarta: PT Gramedia

Referensi

Dokumen terkait

Berbanding terbalik dengan hal tersebut, rata-rata waktu paling lama yang dibutuhkan adalah 135,6 second yaitu waktu yang diperoleh ketika variasi ketinggian pompa 3,5 meter

Untuk efisiensi, efektivitas dan untuk meminimalisir segala masalah dan kendala yang kami hadapi dalam proses penerimaan / rekrutmen Calon Karyawan sebelumnya maka

BADAK LNG untuk periode V Tahun 2013 meliputi wilayah kerja Region Jawa, Region Sumatera, Region Kalimantan dan Region Indonesia Timur yang dilaksanakan berdasarkan

Pendekatan yang dikemukakan ole Edward III mempunyai empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu (1) komunikasi, (2)

Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebabkan karena komunikasi telah melalui

Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan jelamin di antara seorang laki-laki dan perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan 39. Para fuqaha

Tujuan artikel yaitu untuk mengetahui gambaran pendapatan ijarah pada PT Bank BRI Syariah, mengetahui profitabilitas (Return On Asset) pada PT Bank BRI Syariah, dan

Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum., selaku Diruktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk