CRITICAL THINKING SEBAGAI
LANDASAN CLINICAL
REASONING
PENDAHULUAN
Clinical reasoning merupakan salah satu
ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk memecahkan masalah klinis
yang dihadapinya.
Kemampuan clinical reasoning seorang dokter
dapat berkembang seiring dengan pengalaman
Critical thinking ability berpengaruh terhadap
Critical Thinking
Schafersman (1991) menyatakan bahwa berfikir kritis adalah berfikir dengan benar berdasarkan pengetahuan yang relevan dan reliable, atau cara fikir yang beralasan, relfektif, bertanggungjawab, dan mahir.
Definisi
Critical Thinking
John Dewey:
critical thinking adalah pertimbangan yang aktif dan tepat serta berhati-hati atas keyakinan dan keilmuan untuk mendukung kesimpulan
Ennis:
critical thinking adalah kegiatan berfikir yang
beralasan dan reflektif yang memfokuskan pada apa yang diyakini dan apa yang akan dilakukan
The APA (American Philosophical Association) Consensus Definition
berfikir kritis sebagai keputusan yang memiliki tujuan dan dilakukan sendiri oleh pelaku kegiatan berfikir, sebagai hasil dari kegiatan interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi serta penjelasan dari pertimbangan yang didasarkan pada bukti, konsep, metodologi, kriteriologi dan kontekstual, yang kemudian melandasi keputusan yang dibuat oleh orang tersebut.
Cognitive Skills dalam Critical Thinking
Critical thinking • Interpretation • Analysis • Evaluation • Inference • Explanation • Self Regulation Inquisitive Systematic Analytical Open minded Judicious Truth seeking Confident in reasoning Statement Description Question Other form representation MetacognitionInterpretation
(Penafsiran)
adalah kemampuan untuk memahami dan
mengartikan secara cepat dan akurat atas pengalaman, situasi, data, kejadian, kejadian, tata cara, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria yang bervariasi. Penafsiran meliputi keahlian
dalam menggolongkan dan menjelaskan arti.
Contoh:
mampu mengintepretasikan data hasil pemeriksaan
laboratorium normal/ abnormal
membaca hasil pemeriksaan radiologi/ foto rontgen
Membaca artikel ilmiah mampu mengidentifikasi ide
Analysis
adalah kemampuan untuk mengenali maksud dan hubungan, sehingga dapat menyimpulkan secara benar antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lainnya, yang ditujukan untuk mengungkapkan pendapat, pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat. Termasuk kemampuan untuk menganalisis ide, mendeteksi argumen, dan menganalisis argumen merupakan bagian dari analisis.
Evaluation
adalah kemampuan untuk menilai pernyataan yang logis atau bentuk lainnya seperti perhitungan atau deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, keputusan, atau pendapat seseorang, dan menilai kebenaran secara logis atau dapat menyimpulkan
hubungan antara pernyataan, deskripsi,
Evaluation
Contoh:
membandingkan kelemahan dan kelebihan berbagai
pendapat
Menilai artikel atau sumber bacaan tersebut layak
Inferensi
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih
elemen yang dibutuhkan untuk menyusun simpulan yang beralasan; untuk menduga dan menegakkan diagnosis; untuk mempertimbangkan informasi apa sajakah yang dibutuhkan dan untuk memutuskan konsekuensi apa yang harus diambil dari data, informasi, pernyataan, kejadian, prinsip, opini, konsep, dan lain sebagainya
Subskill inferensi adalah mampu mengumpulkan bukti,
menyampaikan berbagai alternatif, dan bukti, menyampaikan berbagai alternatif, dan membuat simpulan/ menegakkan diagnosa.
Explanation
Adalah kemampuan untuk menjelaskan apa yang difikirkannya serta bagaimana dan mengapa ia sampai pada keputusan tersebut.
Contoh: mampu menjelaskan alasan yang mengacu
pada kriteria dan langkah mengapa ia mengambil keputusan tersebut mampu menjelaskan dasar diagnosis, mengapa ia memberikan terapi mukolitik pada pasien asthma yang ia tangani.
Self Regulation/ Reflection
kemampuan untuk selalu melihat ulang pada seluruh dimensi critical thinking yang dilakukannya dan mengeceknya berulang kali atas apa yang dilakukannya pada keseluruhan kegiatan critical thinking-nya tersebut.
Clinical Reasoning
Adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai informasi yang diperoleh dokter baik melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik atau melalui kasus klinik yang diberikan pada mahasiswa kedokteran disintesis dan diintegrasikan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya oleh dokter dan mahasiswa tersebut yang kemudian dipergunakan untuk mendiagnosis dan menatalaksana masalah pasien.
Cevero (1988) & Harris (1993)
Clinical reasoning adalah pola berpikir seorang klinisi untuk menempuh tindakan bijaksana (memiliki dasar benar, dampak baik) dalam arti melakukan tahapan tindakan terbaik sesuai dengan konteks yang spesifik.
Proses Clinical Reasoning dalam
Praktek
Faktor-faktor yang berpengaruh
1. Pengetahuan yang terstruktur 2. Kemampuan berpikir kritis 3. Kemampuan mengatur pola pikir 4. Kemampuan melakukan kategorisasi 5. Kemampuan melakukan refleksi 6. Pengalaman menerimaumpan balik yang membangun (constructive feedback) 7. Pengalaman terpapar masalah klinis 8. Pengalaman menangani pasien 9. Kemampuan komunikasi interpersonal
Jenis
Clinical Reasoning
berdasarkan
proses analisis
Jenis Clinical Reasoning Berdasarkan
Pola
Forward reasoning
Backward reasoning/ Hypothetico-deductive reasoning
Illness script
Scheme Inductive Reasoning
Forward Reasoning
Proses menetapkan hipotesis berdasarkan data yang ada.
Dibutuhkan pengumpulan data informasi mengenai pasien sebanyak-banyaknya
Digunakan pada kasus sederhana/ tunggal
Harus memiliki pengorganisasian pengetahuan yang dimiliki oleh ahli
Contoh kasus
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan badan cepat lelah. Keluhan ini dirasakan sejak 6 bulan terakhir, disertai mudah mengantuk, sering kencing sehingga banyak minum dan mudah lapar. Riwayat keluarga: ayah menderita kencing manis. Hasil pemeriksaan gula darah puasa 300 gr/dL.
badan cepat lelah
mudah mengantuk
sering kencing (poly uri)
banyak minum (poly dipsi) mudah lapar GD puasa > 200gr/dL Hipotesis: DM tipe I DM tipe II
Backward reasoning/ Hypothetico-deductive
reasoning
Diawali dengan penyusunan hipotesis berdasarkan
data/informasi awal
Selanjutnya hipotesis diuji dengan melakukan
penggalian informasi lebih dalam yang bersifat terarah sehingga setiap data yang masuk akan mempersempit hipotesis.
Metode ini cocok digunakan dalam pembelajaran
meningkatkan transfer analogi
Dapat digunakan oleh pemula, dimana
pengorganisasian pengetahuaannya belum terbentuk dengan baik.
illness Script
diperkenalkan oleh Feltovich dan Barrows pada tahun 1984
Menyocokan diagnosa kasus yang saat ini dijumpai dengan kasus yang sudah pernah ditemui
sebelumnya karena memiliki kesamaan pola. Tanpa ada proses analisis yang mendalam Metode ini sering digunakan oleh expert
Scheme inductive reasoning
Skema ini bila digambarkan di atas kertas menyerupai peta jalan.
Sering digunakan oleh ahli untuk menegakkan
diagnosa pada kasus yang kompleks (sudah muncul berbagai komplikasi).
Aplikasi Critical thinking dalam clinical
reasoning
Intepretating (Penafsiran) Menafsirkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang Mengelompokan tanda
dan gejala
Analysis Menentukan hubungan/
kaitan antar tanda/gejala yang satu dengan yang lain Contoh: memikirkan apakah
hipertensi disebabkan karena mekanisme
kompensasi atau mekanisme patologis.
Evaluation Memutuskan apakah data yang diperoleh sudah cukup untuk menegakkan diagnosa. Melakukan penajaman thd
hipotesa awal melakukan pemeriksaan penunjang
untuk menguji hipotesa
Inferensi Menegakkan diagnosa Menetapkan terapi
Explanasi Menjelaskan alasan/ dasar diagnosis kepada dokter pembimbing klinis atau mahasiswa
Menjelaskan diagnosis penyakit kepada pasien dengan benar dan baik serta etis
Self
regulation/ refleksi
Melihat kembali/
malakukan instrospeksi diri apakah langkah-langkah/ tindakan yang dilakukan sudah benar atau belum
Contoh Kasus
Seorang laki-laki usia 45 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan sesak nafas
Problem Solving
Hipotesis awal Sistem Respirasi Sistem Cardiovaskuler Sistem HematopoetinProblem Based Learning
Apakah yang dimaksud dengan sesak nafas?
Bagaimana mekanisme bernafas yang normal?
Mengapa bisa terjadi sesak nafas?
Kelainan sistem organ apa sajakah yang bisa menimbulkan sesak nafas?
Bagaimana mekanisme kelainan sistem organ sampai menimbulkan sesak nafas?
Data Gathering (Pengumpulan Data)
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Relevan Dengan Hipotesis Awal Biomedical Sciences Patofisilogi Clincal SciencesDiagnostic error & Clinical Reasoning
Graber (2005) Penyebab paling sering diagnositic error cognitive error
Cognitive error:
1. Kesalahan pengetahuan
2. Kesalahan pengumpulan data/ informasi
3. Kesalahan mensintesis informasi menyimpulkan
terlalu awal
Kesimpulan
Pengetahuan tentang ilmu kedokteran dasar
(anatomi, fisiologi, biokimia, histologi, dll) serta ilmu
kedokteran klinis berpengaruh terhadap
kemampuan penegakan diagnosis
Critical thingking merupakan landasan dalam melakukan clinical reasoning
Clinical reasoning yang kuat akan menghasilkan diagnosis yang presisi
Referensi
Anderson, K.J., 2006, Factors affecting the development of
undergraduate medical student’s clinical reasoning ability, A Thesis, Medicine Learning and Teaching Unit Faculty of Health Sciences University of Adelaide.
Bowen, J.L. 2006, Educational strategies to promote clinical
diagnostic reasoning, N Engl J Med; 355: 2217-25
Eva, K.W.,2005, What every teacher needs to know about clinical
reasoning, Med Educ.;39(1):98-106.
Graber, M.L., 2005, Diagnostic Error in Internal Medicine, Arch Int
Med.; 165: 1493-1499
Hardin, L.E.,2002, Research in medical problem solving: A review,
JVME; 30(3): 227-232
Kassirer, J.P., 2010, Teaching clinical reasoning: case-based and