THE EFFECT OF COLCHICIN CONCENTRATION AND APPLICATION TECHNIQUE ON VEGETATIVE GROWTH OF GARLIC (Allium sativum L.)
Sartono Putrasamedja
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
(Diterima: 11 September 2004, disetujui: 21 Pebruari 2005)
ABSTRACT
Research aimed at finding out good concentration of colchicin applied to the vegetative growth on garlic (Allium sativum L). The research was conducted at Balitsa experiment Garden from October 2002 until June 2003. A factorial Randomized Block Design with four replications was used. Treatment of colchicin with concentration was 250 (k ), 375 (k ), and 500 ppm (k ), and application 1 2 3
treatment were dripped to basal plate (t ), dripped to diagonal position of bulb (t ), 1 2
dipped for 6 hours (t ). The result showed that: (1) Dripped application of 375 ppm 3
colchicin at the plate and concentration of 500 ppm to sprinkle on diagonal cross gave positive effect on plant growth, (2) Dipped application of 250 ppm colchicin affected plant height at 6 week after planting; (3) Colchicin application of 375 ppm with sprinkle at basal plate was the best effect on foliar length at 7 week after planting.
Oleh:
ISSN. 1411-9250 Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. V No. 2, Agustus 2005: 61-67
sehari-hari khu-susnya untuk bumbu
PENDAHULUAN
masak (Duriat, 1999). Varietas bawang Bawang putih merupakan salah
putih jenis lokal pada umumnya lebih satu jenis sayuran terpenting di
disukai oleh masyarakat, hal ini selain Indonesia, yang selain digunakan
harganya yang lebih murah juga sebagai bumbu penyedap masakan juga
aromanya lebih tajam (Asandhi, 1999). digunakan sebagai obat-obatan,
Pada umumnya, bawang putih dari luar sehingga tidak jarang hampir semua
negeri selain jumlah siungnya banyak lapisan masyarakat mengonsumsi
juga ukurannya besar, yaitu sampai bawang putih. Oleh karenanya, bawang
mencapai empat kali lebih besar putih (Allium sativum L.) mempunyai
daripada bawang lokal (Agoes et al., nilai paling tinggi di antara jenis
1994). Konsumen cenderung memilih bebawangan. Produksi bawang putih di
bawang putih impor meskipun harganya Indonesia sampai saat ini masih belum
lebih mahal karena selain mudah men-cukupi kebutuhan nasional. Pada
dikupas juga mudah diproses karena tahun 1998, Indonesia mengimpor
lebih lunak. bawang putih sebanyak 138.492,47
Sesuai dengan perkembangan ton, yang setara dengan US $
selera masyarakat ini dan agar 45.853,35. Padahal, apabila Indonesia
produksi bawang putih jenis lokal tidak d a p a t m e m e n u h i j u m l a h y a n g
ketinggalan, maka harus di-tingkatkan dibutuhkan tersebut, Indonesia dapat
secara intensifikasi. Salah satu cara menghemat US $ 45.853,35 (Fintrac,
intensifikasi, yaitu dengan cara 1998).
m e n y e d i a k a n b i b i t u n g g u l d a n Permintaan bawang putih yang
berproduksi tinggi. Pada umumnya, tinggi disebabkan oleh pemakaian
bawang putih di Indonesia dapat melintang.
b e r b u n g a n a m u n b e l u m m a m p u k t :dosis 250 ppm dengan cara 1 3
membentuk biji, sehing-ga untuk direndam selama 6 jam.
mendapatkan jenis unggul baru secara k t :dosis 375 ppm dengan cara 2 1 generatif masih menemui kesulitan. diteteskan pada bagian cakram. Salah satu cara untuk mendapatkan k t :dosis 375 ppm dengan cara
2 2
bibit unggul dapat diatasi dengan diteteskan pada bagian irisan menggunakan zat perangsang tumbuh, melintang.
dan pemberian kolkhisin diharapkan k t :dosis 375 ppm dengan cara
2 3
dapat menggandakan jumlah kromosom
direndam selama 6 jam. pada bawang putih agar terjadi
k t :dosis 500 ppm dengan cara 3 1
pengimbasan poliploid (Permadi,
diteteskan pada bagian cakram. 1999). Dari percobaan ini diharapkan
k t :dosis 500 ppm dengan cara 3 2
akan terjadi perangkapan yang
diteteskan pada bagian irisan meningkat dan berakhir dengan
melintang. pembentukan umbi yang lebih besar
k t :dosis 500 ppm dengan cara 3 3
dan berlipat ganda.
direndam selama 6 jam.
M a s i n g - m a s i n g p e r l a k u a n
METODE PENELITIAN ditanam dalam pot sebanyak 10 pot dan
Penelitian dilaksanakan di Balai setiap perla-kuan diulang 4 kali.
P e n e - l i t i a n T a n a m a n S a y u r a n Peubah yang diamati adalah Lembang di Rumah Sereh, dimulai jumlah tanaman hidup, tinggi tanaman tanggal 22 Oktober 2002 sam-pai Juni (cm), jumlah daun, jumlah khromosom, 2003. Bahan percobaan adalah jenis dan ukuran umbi. Pengamatan jumlah bawang putih Lumbu Hijau. Rancangan khromosom dilakukan pada waktu perco-baan yang digunakan adalah tanaman berumur 3 bulan dan sebelum Rancangan Acak Kelompok dengan pola panen dengan cara mengambil bagian faktorial. Perlakuan ini terdiri atas dua ujung akar. Metode yang digunakan faktor, yaitu: 1) Dosis kol-khisin (k) adalah metode peremasan.
dan teknik pemberian kolkhisin (t). Pemeliharaan agar tanaman tetap Konsentrasi kolkhisin (k) terdiri atas 3 subur dengan pemupukan dengan dosis taraf, yaitu a. 250 ppm (k ), b. 375 1 pupuk organik 20 ton/ha, 200 kg N, 90
ppm (k ), dan c. 500 ppm (k ); 2) 2 3 kg P dan 150 kg K/ha, sedang untuk menjaga dari serangan hama dan Faktor kedua terdiri atas teknik
penyakit diberikan fungisida dan pemberian kolkhisin, yaitu a. dengan
insektisida berupa mancozeb dan Decis cara diteteskan pada bagian bawah
dengan dosis masing-masing 1-2 g/l siung atau cakram sebanyak 2
air atau 1-2 ml/l air. Aplikasinya tetes/100 ml (t ), b. diteteskan pada 1
diberikan setiap satu minggu satu kali bagian atas siung yang telah dipotong
atau disesuaikan dengan keadaan melintang 1/3 sebanyak 2 tetes/100 ml
pertanaman. (t ), dan c. siung direndam selama 6 2
jam (t ). Kombinasi perlakuan berupa:3
k t :dosis 250 ppm dengan cara 1 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
diteteskan pada bagian cakram. Jumlah Tanaman Hidup
k t :dosis 250 ppm dengan cara 1 2 P e n g a m a t a n p a d a j u m l a h
putih selama 6 jam berpengaruh baik meristem yang selalu mengalami terhadap jumlah tanaman yang hidup p e m b e l a h a n s e l , d a l a m h a l i n i (k t , k t , k t ), dan berbeda nyata 1 3 2 3 3 3 khususnya akar. Bagian cakram merupakan pusat titik tumbuh akar dengan perlakuan pemberian kolkhisin
yang mendapat rangsangan kolkhisin pada dosis 500 ppm dengan cara
akan terangsang untuk memacu diteteskan pada bagian cakram (k t ). 3 1
pertumbuhan (Rahayu, 1999). Pada Pada pengamatan umur 5 minggu,
pemberian kolkhisin konsentrasi 375 jumlah tanaman hidup pada semua
ppm dengan cara diteteskan dan perlakuan tidak berbeda nyata, tetapi
d i r e n d a m s e l a m a 6 j a m s e r t a p a d a p e r l a k u a n d e n g a n c a r a
pemberian konsentrasi 500 ppm meneteskan pada bagian cakram
b e r d a m p a k k e p a d a b u r u k - n y a dengan konsentrasi 375 ppm (k t ) dan 2 1
tanaman. Hal ini ada kecenderungan dengan konsentrasi 500 ppm yang
semakin pekat serta hubungan kontak d i t e t e s k a n d i b a g i a n p o t o n g a n
langsung pada umbi secara berangsur-melintang (k t ) berbeda nyata dengan 3 2
angsur jumlah tanaman semakin konsentrasi 375 ppm yang diteteskan
berkurang karena keracunan (Eigsti dan direndam selama 6 jam (k t , k t ), 2 2 2 3 dan Dustin, 1957 dalam Suyatman,
juga pada konsentrasi 500 ppm dengan 2001). cara direndam selama 6 jam (Tabel 1).
Tinggi Tanaman
Apabila dilihat dari jumlah
Dari rerata angka yang diperoleh tanaman yang hidup pada umur 4
terlihat bahwa pada umur 5 minggu m i n g g u , a n g k a t e r - t i n g g i p a d a
setelah tanam, pemberian kolkhisin pemberian konsentrasi 250 dan 375
dengan berbagai konsentrasi maupun ppm dengan cara direndam selama 6
dengan berbagai cara tidak berbeda jam. Pada perendaman ini, nampak
nyata. Akan tetapi, pada umur 6 hubungan kontak langsung dengan titik
minggu, dengan perendaman (k t ) 3 3
tumbuh sangat berpenga-ruh. Titik
dalam konsentrasi kolkhisin 500 ppm tumbuh merupakan suatu daerah
5 5,03 ab 5,25 ab 5,13 ab 5,80 a 4,58 b 4,83 b 5,25 ab 5,78 a 4,65 b 10,18 4 8,75 a 9,00 a 10,00 a 10,00 a 8,50 a 10,00 a 8,75 a 9,75 a 8,75 a 10,75
Umur (minggu setelah tanam / MST) 3 8,00 ab 8,25 ab 10,00 a 8,00 ab 7,50 ab 10,00 a 7,00 b 9,25 ab 9,75 a 18,87 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. k t1 1 k t1 2 k t1 3 k t2 1 k t2 2 k t2 3 k t3 1 k t3 2 k t3 3 CV Perlakuan No.
Keterangan: Nilai rerata pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.
8 7 6 5 30,292 a 30,037 a 35,217 a 31,747 a 29,150 a 31,370 a 33,225 a 55,307 a 32,495 a 20,09 27,160 a 28,630 a 26,215 a 30,952 a 26,647 a 28,897 a 29,145 a 33,220 a 31,522 a 26,42 24,860 ab 23,902 a 32,607 a 28,972 ab 25,132 ab 29,175 ab 29,680 ab 30,627 ab 28,045 ab 18,41 21,575 a 21,812 a 23,000 a 25,962 a 22,927 a 27,275 a 22,007 a 28,525 a 23,908 a 27,12
Umur (minggu setelah tanam / MST) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. k t1 1 k t1 2 k t1 3 k t2 1 k t2 2 k t2 3 k t3 1 k t3 2 k t3 3 CV Perlakuan No.
Tabel 2. Tinggi Tanaman pada Umur 5, 6, 7, dan 8 Minggu Setelah Tanam (MST)
untuk semua perlakuan tidak berbeda ppm yang diteteskan pada potongan
nyata (Tabel 2). melintang (k t ), 375 ppm yang 1 2
Pada perlakuan pemberian diteteskan pada potongan melintang kolkhisin 375 ppm yang diteteskan di (k t ), dan 500 ppm yang direndam 2 2 permukaan yang dipotong secara selama 6 jam tidak berbeda nyata melintang (k t ) memberikan dampak 2 2 terhadap perlakuan lainnya. Pada
pada usia tertentu, yaitu 6 minggu. pengamatan umur 5 minggu setelah Tanaman pertumbuhannya menjadi tanam, pemberian kolkhisin 250 ppm terlambat apabila dibandingkan dengan dengan cara direndam selama 6 jam kontrol. Keterlambatan ini diduga (k t ) dan 500 ppm dengan cara 1 3 dipengaruhi adanya kontak langsung direndam selama 6 jam (k t ) berbeda
3 3
antara luka titik tumbuh dan kolkhisin, sangat nyata dengan perlakuan 500 sehingga terjadi kerusakan pada sel ppm yang diteteskan pada bagian titik tumbuh (Eigisti dan Dustin, 1957 c a k r a m ( k t ) , 3 7 5 p p m y a n g
3 1
dalam Suyatman, 2001). Setelah umur
diteteskan pada bagian potongan tanaman 7 dan 8 minggu, rerata tinggi
melintang (k t ), dan 250 ppm yang 2 2
tanaman hampir sama dan tidak
diteteskan pada bagian cakram (k t ) 1 1
berbeda nyata.
yang tidak berbeda nyata terhadap
Jumlah Daun
perlakuan lainnya.
Hasil pengamatan pada tanaman A n g k a r e r a t a d a r i h a s i l yang telah mencapai umur 4 minggu pengamatan setelah umur 6 minggu m e n u n j u k k a n b a h w a p e m b e r i a n tidak berbeda nyata an-tara perlakuan konsentrasi 375 ppm dengan cara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, direndam selama 6 jam (k t ) berbeda 2 3 dari hasil pengamatan setelah tanaman
nyata dengan perlakuan kolkhisin 250 berumur 7 minggu menunjukkan ppm yang diteteskan pada bagian p e m b e r i a n k o l k h i s i n d e n g a n cakram (k t ). Pemberian kolkhisin 250 1 1 konsentrasi 375 ppm yang diteteskan
Keterangan: Nilai rerata pada kolom yang sama diikuti oleh salah satu huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Pada pengamatan sampai dengan Pada pengamatan umur 6 minggu umur 7 minggu setelah tanam terlihat setelah tanam, pemberian kolkhisin 250 adanya kecenderungan pemberian ppm dengan cara direndam (k t ) 1 3
kolkhisin dengan konsentrasi 375 ppm berbeda nyata dengan pemberian (k t ) maupun dengan konsentrasi 500 2 1 kolkhisin 250 ppm yang diteteskan
ppm yang diteteskan (k t dan k t ) 2 1 3 1 pada bagian cakram (k t ) dan 375 ppm 1 1
ternyata mampu menghasilkan daun yang diteteskan pada bagian potongan paling banyak. Keadaan semacam ini melintang (k t ). Pemberian kolkhisin 2 2
nampak ber-pengaruh langsung sejak 500 ppm yang diteteskan pada bagian pertumbuhan awal, yaitu pada waktu cakram (k t ) tidak berbeda nyata 3 1 cakram ditetesi dengan larut-an terhadap lainnya.
kolkhisin akan terjadi rangsangan dan Pengamatan pada umur 7 minggu bagi-an titik tumbuh bertambah m e n u n j u k k a n b a h w a p e m b e r i a n panjang (Winarsih dan Priyono, 2000). kolkhisin 250 ppm dengan cara Akan tetapi, pemberian kolkhisin 500 direndam (k t ) mampu menghasilkan
1 3
ppm dengan cara direndam (k t ) 3 3 jumlah daun paling panjang, berbeda
menghasilkan pembentukan daun nyata dengan perlakuan pemberian
sangat sedi-kit, apabila dibandingkan kolkhisin 250 ppm yang diteteskan dengan perlakuan lainnya. Keadaan pada permukaan potongan melintang semacam ini diduga terjadi kerusakan (k t ), tetapi tidak berbeda nyata
2 2
fisiologis akibat perendaman selama 6 dengan perlakuan lainnya (Tabel 4).
jam (Yuzammi, 1991). S e c a r a k e s e l u r u h a n , p a d a
Panjang Daun pengamatan umur 4 sampai dengan 7
Dari hasil rerata angka yang minggu setelah tanam, rerata panjang diperoleh terlihat bahwa pada semua daun hampir tidak ada perbedaan. Akan perlakuan pada waktu umur 4 minggu tetapi, khusus untuk perla-kuan dan 5 minggu setelah tanam antara satu pemberian kolkhisin konsentrasi 250 dengan lainnya tidak berbeda nyata. ppm dengan cara direndam mulai dari
7 6 5 4 3,250 abc 3,250 abc 2,250 cd 4,000 a 2,750 bc 1,250 d 4,250 a 3,750 ab 1,500 d 22,57 3,700 a 3,725 a 4,225 a 4,300 a 3,825 a 3,475 a 3,825 a 4,250 a 4,075 a 16,31 3,150 c 3,375 bc 4,525 a 3,850 abc 3,200 c 4,150 ab 3,275 c 3,800 abc 4,450 a 14,12 2,450 c 2,725 c 4,150 ab 3,150 bc 2,425 c 4,375 a 2,575 c 3,800 ab 3,970 ab 38,78
Umur (minggu setelah tanam / MST) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. k t1 1 k t1 2 k t1 3 k t2 1 k t2 2 k t2 3 k t3 1 k t3 2 k t3 3 CV Perlakuan No.
Keterangan: Nilai rerata pada kolom yang sama diikuti oleh salah satu huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.
2,08 a 2,09 a 2,02 a 2,22 a 1,87 a 1,98 a 2,06 a 2,12 a 1,85 a 4,23 16 16 16 16 16 16 16 16 16 -1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. k t1 1 k t1 2 k t1 3 k t2 1 k t2 2 k t2 3 k t3 1 k t3 2 k t3 3 CV
Perlakuan kromosomJumlah Diameter(cm) No.
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Tabel 5. Jumlah Kromosom dan Diameter Umbi menghasilkan perlakuan yang optimum yang ganda (Tabel 5). Jumlah
karena susunan umbi bawang putih kromosom sebelum dan sesudah
sangat kompak, dan kekompakan ini perlakuan adalah sama, yaitu 2n = 16. tidak hanya pada titik tumbuh saja, Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi tetapi juga pada daging umbinya. Hal pemberian kolkhisin yang diberikan ini jauh berbeda dengan lapisan umbi belum dapat meng-imbas poliploid bawang merah, sehinggga pelakuan bawang putih. Diduga pem-berian pada bawang putih masih harus dicari k o l k h i s i n 2 5 0 - 5 0 0 p p m h a r u s cara paling tepat. Oleh karena dengan dilakukan secara berulang-ulang, cara perendaman baru menyentuh hingga pengaruh kolkhisin akan lebih bagian luarnya dan belum mengenai efektif.
sasaran titik tumbuh pada bagian lembaga.
Pada kepekatan 250 ppm, nampak masih relatif lebih mudah untuk terjadinya osmose, sehingga keadaan ini berlanjut dengan bertambah besarnya ukuran maupun volume sel. Tanaman menjadi tumbuh lebih subur d a n l e b i h r i m b u n , s e h i n g g a p e r t u m b u h a n v e g e t a t i f m e n j a d i bertambah dan khususnya daun menjadi lebih panjang (Crowder, 1986).
Jumlah Kromosom
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan bahwa dari seluruh perlakuan, jumlah kromosom pada sel yang diberi kolkhisin tidak ada
7 6 5 4 22,005 ab 22,952 ab 28,387 a 24,955 ab 21,307 b 23,950 ab 23,397 ab 26,975 ab 24,935 ab 15,00 20,342 b 21,100 b 27,960 a 24,162 ab 20,545 b 23,167 ab 21,392 ab 24,405 ab 23,467 ab 17,27 18,212 a 19,510 a 24,792 a 22,012 a 19,405 a 22,405 a 19,017 a 24,395 a 19,572 a 19,76 14,310 a 15,232 a 19,932 a 17,437 a 14,587 a 18,022 a 14,947 a 20,627 a 13,687 a
Umur (minggu setelah tanam / MST) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. k t1 1 k t1 2 k t1 3 k t2 1 k t2 2 k t2 3 k t3 1 k t3 2 k t3 3 CV Perlakuan No.
Keterangan: Nilai rerata pada kolom yang sama diikuti oleh salah satu huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Tabel 4. Panjang Daun pada Umur 4, 5, 6, dan 7 Minggu Setelah Tanam (MST)
ISSN. 1411-9250
Abidin, L. Prabaningrum, R.M.Diameter Umbi
Sinaga, Y. Hilman, dan R.S. Basuki Dari hasil pengamatan diameter (Eds.), Teknologi Produksi Bawang umbi yang diambil pada waktu panen Putih. Balitsa, Bandung.
menunjukkan bahwa perlakuan satu C r o w d e r , L . V . 1 9 8 6 . G e n e t i k a Tumbuhan. Terjemahan L. Kusdiati dengan lainnya tidak berbeda nyata
d a n S o e t a r s o . G a j a h M a d a (Tabel 5). Tidak adanya per-bedaaan
University Press, Yogyakarta, Hal.
diameter umbi antara satu dengan 300-303.
lainnya menunjukkan bahwa pemberian
Duriat, A.S. 1999. Status dan Prospek kolkhisin dengan konsentrasi 250-500 Bawang Putih di Indonesia. Hal. 1-ppm belum efektif. Ketidakefektifan ini 13. Dalam: S. Sastrosiswojo, A.S.
Duriat, W.W. Hadisoeganda, Z. dapat disebabkan waktu pemberian
Abidin, L. Prabaning-rum, R.M. kolkhisin atau teknik pemberian yang Sinaga, Y. Hilman, dan R.S. Basuki
belum tepat. (Eds.), Teknologi Produksi Bawang
Putih. Balitsa, Bandung.
Fintrac. 1998. Volume Impor Beberapa
KESIMPULAN
Komo-diti Tanaman Pangan dan 1. P e m b e r i a n k o l k h i s i n p a d a H o r t i k u l t u r a . ( O n - l i n e ) .
konsentrasi 250 ppm dengan cara h t t p : / / w w w . F i n t r a c . c o m / i n d o g / tradests/ekstp.html, diakses 9 Juli direndam mempunyai pengaruh baik
2003. terhadap tinggi tanaman pada umur 6
Permadi, A.H. 1999. Botani Bawang minggu dan panjang daun pada umur
Putih. Hal. 59-65 Dalam: S.
7 mingggu setelah tanam. Sastrosiswojo, A.S. Duriat, W.W.
2. P e m b e r i a n k o l k h i s i n p a d a H a d i s o e g a n d a , Z . A b i d i n , L . Prabaningrum, R.M. Sinaga, Y. k o n s e n t r a s i 3 7 5 p p m y a n g
Hilman, dan R.S. Basuki (Eds.), diteteskan pada bagian cakram dan
Teknologi Produksi Bawang Putih. k o n s e n t r a s i 5 0 0 p p m y a n g Balitsa, Bandung.
diteteskan pada bagian potongan
R a h a y u , A . A . 1 9 9 9 . P e n g a r u h
melintang mempu-nyai pengaruh Pemberian Kolkhisin terhadap
baik terhadap jumlah tanam-an Sitologi, Morfologi, dan Anatomi Hibrid Kacang Tanah Hasil Silangan hidup.
antara Arachis hypogea var. Gajah 3. P e m b e r i a n k o l k h i s i n p a d a dengan Arachis cardenasii. Skripsi. k o n s e n t r a s i 3 7 5 p p m y a n g J u r u s a n B u d i d a y a P e r t a n i a n Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 32 diteteskan pada bagian cakram
hal. (Tidak dipublikasikan). memberikan pengaruh baik terhadap
Suyatman. 2001. Pengaruh Perlakuan panjang daun pada umur 7 minggu
Kolkhisin sebagai upaya Awal
setelah tanam. Penciptaan Buah Tanpa Biji pada
Tanaman Jeruk Siem (Sitrus nobilis var microcarpa). Skripsi. Jurusan
DAFTAR PUSTAKA
B u d i d a y a P e r t a n i a n F a k u l t a s Pertanian Unsoed, Puwokerto. 46 Agoes, T.S., W.H. Widjaja, A.S. Duriat,
hal. (Tidak dipublikasikan). A.H. Permadi, R.M. Sinaga, dan A.
Hidayat. 1994. Survai Identifikasi Winarsih, S. dan Priyono. 2000. Masalah Bawang Putih di Dataran Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh M e d i u m . B u l . P e n e l . H o r t . , terhadap Pertumbuhan Tunas Mikro
27(1):74-87. pada Asparagus secara in vitro (
Effect of plant growth regulator on Asandhi, A.A. 1999. Penyebaran
the proliferation and rooting). J. Produksi dan Konsumsi Bawang
Hort. X(3):183190. Putih di Indonesia. Hal. 15-29.
Dalam: S. Sastrosiswojo, A.S. Yuzammi. 1991. Pengaruh Berbagai Duriat, W.W. Hadisoeganda, Z. K o n s e n - t r a s i K o l k h i s i n ,