• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK PEGAWAI TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK PEGAWAI TAHUN 2019"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2019

LAPORAN MONITORING DAN

EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN

KODE ETIK PEGAWAI

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BITUNG

TAHUN ANGGARAN 2019

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA, karena atas perkenanNYA laporan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kode Etik Pegawai TA. 2019 dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan serta sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan ini, Kode Etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. laporan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kode Etik Pegawai TA. 2019 telah dilaksanakan.

Pelaksanaan laporan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kode Etik Pegawai TA. 2019 diuraikan secara jelas pada laporan kegiatan ini, diantaranya tujuan yang hendak dicapai, sasaran pelaksanaan kegiatan, serta output dari pelaksanaan kegiatan.

Laporan kegiatan ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur dalam pelaksanaan Penyusunan laporan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kode Etik Pegawai TA. 2019 dapat diselesaikan. dan menjadi bahan perbaikan untuk masa yang akan datang.

Bitung, 06 Januari 2020 Kepala Pelabuhan

Tri Aris Wibowo

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ... ii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum ... 3 1.3. Tujuan... 3 1.4. Ruang Lingkup... 4

II. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 4

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 7

IV. TINDAK LANJUT MONEV SEBELUMNYA ... ... 12

4.1 Saran dan Rekomendasi Sebelumnya ...12

4.2. Tindak lanjut hasil Monev...13

V. PENUTUP...13 LAMPIRAN

(4)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata etika sering disebut pula dengan istilah etik yang mengandung banyak pengertian dari segi etimologi istilah etika berasal dari kata latin ‘’ethicus’’ dan dalam bahasa yunani disebut dengan ‘’ethicos’’ yang berarti kebiasaan dengan demikian menurut pengertian yang asli , yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. namun lambat laun pengertian etika ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai burukatau tidak baik.

Etika juga disebut sebagai nilai normative karena berisi tentang ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan dan persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan dengan demikian dapat dikatakan bahwa etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dalam hal yang baik dan buruk. Etika tidak membahas keadaan manusia, tetapi membahas bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku.

Kode etik merupakan aturan-aturan susila atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu organisasi , oleh karena itu kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan bersama yang timbul secra murni dan diri pribadi dari para anggota guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi sehingga mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat.

Adapun yang dimaksud dengan etika jabatan adalah norma-norma. Nilai-nilai, norma- norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah , ukuran-ukuran yang diterima dan ditaati oleh para pegawai atau peraturan yang sudah merupakan kebiasaan yang baik, dan semua pegawai dianggap sudah mengetahui dan melaksanakannya.

Manfaat ataupun guna etika ialah pertama, kita hidup dalam masyrakat yang semakin pluralistic dalam bidang moralitas , setiap hari kita beremu dengan orang dengan suku yang berbeda , daerah dan agama yang berbeda , kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan. Kedua, kita hidup dalam masa transormasi masyarakat yang tanpa tanding dimana perubahan tersebut terjadi dibawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita yaitu gelombang modernisasi. Ketiga, tidak mengherankan apabila proses perubahan social dan budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan untuk memancing dalam air keruh, etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideology-ieologi itu dengan kritis dan objektif. Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercyaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

(5)

Dalam rangka pengaturan tentang pegawai di lingkungan pemerintahan telah ditetapkan Undang-Undang Nomor : 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dijelaskan dalam Undang-undang tersebut bahwa pegawai di lingkup pemerintahan tidak lagi dibedakan pegawai daerah maupun pegawai pusat namun dinamakan Aparatur Sipil Negara (ASN). Pegawai ASN terdiri atas: PNS dan PPPK. Pegawai PNS berfungsi sebagai:

a. pelaksana kebijakan Publik;

b. pelayan publik; dan

c. perekat dan pemersatu bangsa.

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung sebagai satuan kerja dari pemerintah yang mempunyai pegawai PNS harus memenuhi segala haknya dan selalu mengawasi serta mengendalikan semua kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PNS di pelabuhan perikanan. Untuk itulah pengelolaan tentang pengaturan hak dan kewajiban pegawai PPS Bitung perlu diperhatikan.

Dengan adanya Peraturan Pemerintahan Nomor. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, maka penilaian pegawai PNS juga didasarkan kinerja yang dicapai serta perilakunya. Dengan demikian sebagai pegawai PNS tidaklah mudah hanya berpangku tangan menunggu jam kerja tapi harus aktif melaksanakan tugas yang diembannya.

Sebagai wujud dari perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan pegawai PNS, maka telah dibayarkan tunjangan kinerja bagi pegawai PNS yang mempunyai kinerja baik dengan memperhatikan kehadirannya di kantor. Dengan adanya kebijakkan pemerintah tersebut, PPS Bitung sebagai satuan kerja pemerintahan juga harus bisa mengelola pegawainya untuk dapat melaksanakan kebijakkan tersebut dengan diperhatikan kesejahteraannya.

Dalam rangka peningkatan keterampilan dan kompetensi pegawai di PPS Bitung, setiap tahun dengan anggaran yang dikelola pelabuhan telah mengikutkan pegawai pelabuhan perikanan untuk meningkatkan ketrampilannya dan kompetensi dalam tugas PNSnya agar lebih maju dan kreatif. Untuk mengukur penerapan kode etik pegawai, maka perlu adanya Monitoring dan Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Aturan Kode Etik Pegawai Lingkup Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Tahun 2019.

(6)

1.2. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan

Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil;

4. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 5/PER-DJPT/2019 tentang

Kode Etik dan Kode Perilaku Bagi Pegawai ASN Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap;

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06/MEN/2007 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan;

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 15/MEN/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/MEN/2011 tentang Sistem

Informasi Manajemen Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

1.3. Tujuan

Maksud dan Tujuan disusunnya laporan Monitoring dan Evaluasi Etika Pegawai ini adalah :

1. Untuk memantau pegawai dalam menjaga integritas pegawai melalui tata kerja

yang memiliki budaya Kerjasama, Akuntabel, Melayani, Inovatif, Disiplin, Jujur, Pioner dan Tanggung Jawab

2. Untuk mendorong peningkatan kinerja serta keharmonisan hubungan antara

pribadi baik di dalam maupun di luar Lingkungan PPS Bitung

3. Untuk penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan Efisien.

1.4. Ruang Lingkup

Pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan Kode Etik pegawai di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung yang ditujukan kepada ASN baik PNS maupun Tenaga Kontrak.

(7)

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kode Etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil didalam melaksanakan tugas-tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Lingkup Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung dilakukan dari Januari s.d Desember 2019

Pelaksanaan kode etik dan kode perilaku pegawai di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung telah dilaksanakan dengan mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 5/PER-DJPT/2019 tentang Kode Etik Dan Kode Perilaku Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu sebagai berikut:

2. 1. Kepatuhan dan Manajemen Resiko

Pimpinan satuan kerja sebagai pemilik risiko melakukan pengendalian yang lebih memadai dengan pendekatan manajemen risiko untuk mencapai tujuan suatu aktivitas/kegiatan apabila kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang diperkirakan tidak cukup hanya dengan pengendalian rutin. Maka untuk mencapai tujuan suatu aktivitas/kegiatan tersebut pimpinan satuan kerja sebagai pemilik risiko melakukan pengendalian yang lebih memadai dengan pendekatan manajemen risiko.

1. Pengelolaan Kepegawaian

Dalam pengelolaan SDM PPS Bitung terkait presensi kehadiran pegawai sudah mentaati jam kerja kantor, sebagian besar sudah melaksanakan ketentuan yang berlaku. Tetapi tetap akan dilakukan internalisasi terkait resiko yang akan dijatuhkan jika melanggar dari aturan terkait kehadiran pegawai. Selain itu, masih ada kendala tentang jam kerja pegawai shift, rencana untuk mengatasinya yaitu akan melakukan koordinasi ke pusat untuk disesuaikan. Pegawai yang ada dipelabuhan belum semua menjalankan tugas dan fungsi sesuai kompetensinya. Direncanakan akan dilakukan pengembangan kompetensi pegawai yang kurang memadai terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya serta akan membuat usulan penambahan SDM secara berkala sesuai dengan Analisis Beban Kerja (ABK). Terkait penilaian SDM pelabuhan bahwa seluruh pegawai telah mendapatkan tugas dan fungsi kegiatan yang harus dilakukan setiap harinya dan pegawai yang tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan telah dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan PP 53

(8)

2. Pengelolaan Kinerja

Dalam pengelolaan kinerja PPS Bitung dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tugas dan fungsi yang ditetapkan. Pada pelaksanaan kegiatan di pelabuhan masih terjadi kegiatan yang dilaksanakan melebihi waktu yang telah ditetapkan didalam ROK, untuk mengatasi hal ini akan dilakukan monev pelaksanaan kegiatan secara berkala dan terus menerus. Dan juga tidak ada kegiatan yang dalam proses pelaksanaannya menyimpang yang akan berakibat kemungkinan tujuan tidak dapat dicapai.

2. 2. Benturan Kepentingan

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari pegawai PPS Bitung secara keseluruhan telah sesuai aturan kode etik yaitu :

1. ASN wajib memberitahu ke atasan apabila terdapat permohonan perijinan, pemberian layanan jasa, dan/atau pemiiihan rekanan yang berasal dari angota keluarga, sanak saudara, atau kerabat sehingga prosesnya dapat segera dialihkan ke ASN lain, Pegawai dilarang :

 Menerima dan/atau meminta sesuatu sebagai imbalan/pemberian dalam bentuk

apapun

 Mengadakan perikatan perjanjian kerja dengan pihak lain selama jam kerja dan/atau

memperoleh penghasilan lain di luar institusi yang terkait dengan pekerjaan atau jabatan

 Memiliki usaha atau bisnis pribadi di luar tugas sebagai pegawai ASN DJPT yang dapat

mengganggu & mempengaruhi profesionalisme & integritas

 Menggunakan kewenangan jabatan untuk kepentingan pribadi/golongan yang

merugikan organisasi

 Melakukan kecurangan dalam pelaksanaan promosi/mutasi/ penerimaan pegawai

atas dasar kepentingan pribadi/golongan atau pengaruh pihak tertentu.

2. 3. Lingkungan Kerja yang Kondusif

Secara keseluruhan pegawai di PPS Bitung telah melaksanakan kewajiban dan larangan aturan kode etik yang berlaku yaitu:

1. Kewajiban :

1. Mengutamakan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja

2. Menggunakan peralatan dan fasilitas kerja yang memadai dan hanya dapat

digunakan oleh pegawai untuk mendukung pelaksanaan tugas di unit organisasi sesuai prosedur yang berlaku.

(9)

3. Memfasilitasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan tugas kedinasan untuk kepentingan unit organisasi

4. Pegawai ASN DJPT dalam kapasitasnya sebagai individu dapat berpartisipasi

sebagai anggota suatu organisasi/asosiasi di luar institusi dan sebagai warga negara, pegawai memiliki kebebasan dalam berpolitik namun dilarang menjadi pengurus partai politik

2. Larangan :

1. Melakukan tindakan diskriminasi dan pelecehan yang didasari oleh perbedaan suku

bangsa, agama, warna kulit, jenis kelamin, usia, jabatan dan/atau kapabilitas dalam bentuk apapun.

2. Menjadi pengurus aktif partai politik

2. 4. Pengelolaan dan Pengamanan Informasi

Pegawai PPS Bitung telah melaksanakan kewajiban dan larangan aturan kode etik yaitu kewajiban :

1. Menjaga kerahasiaan informasi sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Menyimpan informasi rahasia ditempat yang aman agar tidak memungkinkan pihak

yang tidak berkepentingan dan/atau tidak berwenang dapat melihat, mengetahui, mencatat, dan/atau menggandakan informasi tersebut

3. Pembuatan, pencatatan dan/atau pelaporan informasi mempertimbangkan aspek

kelengkapan, akurasi, kerahasiaan dan kebenaran informasi serta dapat dipertanggungjawabkan & menghindari terjadinya hal yang menyesatkan bagi pengguna informasi atau menyebabkan terjadinya kesalahan pengambilan keputusan

Selain itu juga dilarang memberikan informasi organisasi/institusi yang bersifat

sensitif dan rahasia kepada pihak lain

2. 5. Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari seluruh pegawai PPS Bitung telah berpedoman pada aturan kode etik yang berlaku yaitu melaksanakan kewajiban 1. Memberikan layanan prima kepada pengguna layanan tanpa dipengaruhi

faktor kedekatan, suku bangsa, agama, wama kulit, jenis kelamin dan usia 2. Memperhatikan prinsip kehati-hatian dan melakukan penilaian adil sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dalam menyeleksi dan menjaga hubungan dengan rekanan

(10)

3. Melakukan deklarasi secara tertulis kepada atasan apabila

pemberian/penerimaan hadiah dari pihak lain tidak memungkinkan untuk dihindari

Selain itu dilarang:

1. Melakukan kerjasama dengan pengguna layanan dan/atau rekanan

yang memiliki reputasi kurang baik

2. Terlibat langsung maupun tidak langsung dari segala bentuk kegiatan

penyuapan

3. Memberikan atau menerima hadiah dalam bentuk apapun kepada atau

dari rekanan, pejabat pemerintah, pegawai yang dapat mempengaruhi keputusan

2. 6. Hubungan dengan Sesama Pegawai ASN DJPT

Secara keseluruhan pegawai PPS Bitung didalam melaksanakan tugas selalu berpedoman dengan kewajiban dan larangan pegawai yaitu melaksanakan kewajiban:

1. Saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi hak dan kewajiban sesama pegawai ASN DJPT

2. Menjaga sopan santun dalam bersikap dan berkata antar sesama pegawai 3. Mendahulukan penyelesaian secara musyawarah mufakat apabila

terjadi perselisihan Serta dilarang melakukan:

1. Membeda-bedakan suku, agama, ras, dan adat istiadat di dalam pergaulan 2. Menghambat kompetensi dan karir sesama pegawai ASN.

(11)

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1. Kode Etik dan Disiplin Pegawai

Berdasarkan ketentuan kode etik sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah ini Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi menetapkan kode etik instansi. Khusus untuk kode etik ASN di Lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap nomor 5/PER-DJPT/2019 tentang kode etik dan kode perilaku bagi Pegawai ASN Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang telah dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Komitmen Disiplin PPS Bitung dalam menjalankan tugas sesuai kode etik dan kode perilaku dapat ditinjau langsung melalui hari dan jam kerja yg telah diatur dalam Permen KP Nomor 3 tahun 2016 Tentang Hari dan Jam Kerja Pegawai di Lingkungan KKP yang yang setiap Pegawai saat ini sudah menggunakan alat Fingerprint dan terekam dengan sistematis melalui Aplikasi SIKEPO dan dapat di Akses langsung oleh masing-masing pegawai melalui

Aplikasi E-Pegawai (https://epegawai.kkp.go.id/home/auth/login) sehingga pegawai bisa

mengetahui tingkat kehadirannya sendiri tanpa melalui Operator SIKEPO, pengambilan absensi setiap Apel Pagi oleh petugas absen untuk mengetahui tingkat keterlambatan pegawai setiap hari kerja, sehingga bisa dijadikan pembanding antara Fingerprint dan Absensi Apel Pagi dalam segi keterlambatan.

Setiap PNS di PPS Bitung wajib mempedomani kode etik yang diatur didalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Setiap ASN wajib juga bersikap dan berpedoman pada kode etik yang terdiri dari :

a. Kode etik pegawai:

- Saling menghormati sesama warga Negara yang memeluk

agama/kepercayaan yang berlainan - Memelihara rasa persatuan dan kesatuan

- Saling menghormati antara teman sejawat, baik secara vertikal

maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi maupun antar instansi - Menghargai perbedaan pendapat

- Menjunjung tinggi harkat dan martabat ASN

- Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama ASN - Komitmen Disiplin dari setiap ASN

(12)

b. Penegakan kode etik

Penegakan kode etik merupakan upaya dalam penegakan peraturan perundang- undangan mengenai kode etik ASN. Bagi pegawai yang melakukan pelanggaran selain akan dikenakan sanksi moral juga dapat dikenakan tindakan administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin ASN. Dalam kegiatan penegakan kode etik ini terdapat tahapan mulai dari prosedur penyampaian dugaan pelanggaran kode etik, pembentukan Komisi Kode Etik dan Kode Perilaku, tata cara pemeriksaan terhadap pelanggaran kode etik serta sanksi terhadap pelanggaran kode etik.

Disiplin ASN merupakan kesanggupan pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan dan/atau Peraturan kedinasan dan apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, ada 17 Kewajiban PNS yang harus ditaati dan 15 Larangan yang harus dihindari oleh PNS. Pelanggaran disiplin ini, merupakan setiap ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Larangan yang harus dihindari PNS adalah sebagai berikut :

1. Menyalahgunakan wewenang;

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain

dengan menggunakan kewenangan orang lain;

3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau

lembaga atau organisasi internasional;

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat

asing;

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan

barang barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain

di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara

(13)

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, dewan

perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, atau dewan perwakilan rakyat daerah dengan cara:

a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut pns; c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan pns lain;

dan/atau d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan

salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada pns dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan

(14)

15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala

Daerah/Wakil

b. Kepala Daerah;

c. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan

kampanye;

d. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

e. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

3. 2. Sanksi Pelangaran Kode Etik

PNS/ASN yang melakukan pelanggaran kode etik akan dijatuhi hukuman disiplin. Hal ini dilakukan, supaya adanya efek jera bagi setiap PNS untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar kode etik. Tingkat dan jenis hukuman disiplin terdiri dari:

1) Jenis Hukuman Disiplin Ringan (Teguran lisan, Teguran tertulis, Pernyataan tidak puas secara tertulis, Jenis Hukuman Disiplin Sedang, Penundaan KGB selama 1 tahun, Penundaan Kenaikan Pangkat selama 1 tahun, Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun);

2) Jenis Hukuman Disiplin Berat (Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun, Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, Pembebasan dari jabatan, Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS).

3. 3. Hasil Monitoring dan Evaluasi

Berdasarkan hasil Monev tahun 2019 ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Kepatuhan Etika

a. Tidak ada pegawai yang melanggar etika sesama PNS

b. Tidak ada pegawai yang melanggar etika dalam memberikan pelayanan

c. Tidak ada pegawai yang melanggar etika dalam melakukan Pengadaan Barang dan Jasa.

(15)

2) Kepatuhan dalam menghindari larangan

Tidak ada pegawai PPS Bitung yang melanggar larangan bagi PNS sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

3) Kepatuhan Jam Kerja

Pada tahun 2019 terdapat pelanggaran jam kerja an. Frans Jacob Laurens yang merupakan pegawai PPS Bitung dengan penempatan di PP Dagho dimana PNS bersangkutan tidak masuk kerja selama 23 (dua puluh tiga) hari kerja. Sedangkan pada pegawai dengan penempatan di PPS Bitung dan PPP Tumumpa tidak terdapat pelanggaran jam kerja.

4) Kepatuhan Pakaian Kerja

Dalam rangka melaksanakan tugas kedinasan, seluruh pegawai wajib menggunakan seragam kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal berseragam, sebagian besar pegawai telah memenuhi ketentuan pakaian seragam

dan terdapat sedikit pegawai yang masih lupa memakai tanda pengenal (name tag).

3. 3. Tindak Lanjut

Terhadap pelanggaran jam kerja an. Frans Jacob Laurens yang merupakan pegawai PPS Bitung dengan penempatan di PP Dagho dimana PNS bersangkutan tidak masuk kerja selama 23 (dua puluh tiga) hari kerja telah dilakukan tindak lanjut berupa penjatuhan hukuman Displin Sedang yaitu penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun (terlampir).

(16)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kegiatan pelaksanaan kode etik dan displin pegawai di PPS Bitung berjalan dengan

baik, tetapi masih terdapat pelanggaran terhadap jam kerja dan ketentuan pakaian dinas.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, perlu dilakukan pembinaan pegawai dengan penyampaian secara rutin aturan serta pelaksanaan kode etik & disiplin pegawai melalui kegiatan apel pegawai maupun kegiatan pembinaan pegawai baik di masing-masing Seksi

(17)

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KODE ETIK DAN DISIPLIN TAHUN 2019

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang penyelesaian pelanggaran Kode Etik Kepolisian berpotensi Pidana ... Upaya pengawasan Kode Etik

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan peianggaran kode etik selain dikenakan sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, d^iat dikenakan tindakan admimstratif sesuai

Pada saat Peraturan Badan ini ditetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 6 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai Badan Narkotika Nasional (Berita Negara

(3) Atasan langsung pegawai yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dianggap melakukan pelanggaran Kode Etik.

Pegawai administrasi memiliki kewenangan untuk mengadukan anggota sivitas akademika yang terbukti telah melakukan pelanggaran kode etik baik terhadap dirinya maupun terhadap

Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku yang juga menjadi norma hukum dikenakan sanksi sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, seperti yang

(3) Apabila Pegawai yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik tersebut tidak bersedia melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan kepada Pegawai yang bersangkutan,

(5) Jika berdasarkan pemeriksaan Komite Kode Etik, Pegawai Negeri Sipil yang diduga melakukan Pelanggaran Kode Etik terbukti tidak bersalah, Komite Kode Etik menyampaikan