}USDA JATENG
l'l
/
03
BAB
I
PENDATIULUAN
1. 1.
Latar
BelakangKarya sastra
lama
dapat memberikan khazanah ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Penggalian karya sastra lama yang tersebardi
daerah-daerah akan menghasilkanciri-ciri khas
kebudayaan daerah,di
dalamnya meliputi pandanganhidup
serta landasan falsafah yangmulia
dan Unggi nilainya.Mungkin orang berpendapat, bahwa studi naskah tidak
banyak
manfaatnyadalam
dunia
masa
kini.
Pendapat demikianini
adalah pendapat yang mengingkari kenyataan bahwa bangsakita
termasuk bangsa beraksara yang telah lama mengerti dan melakukan perekaman dalam tulisan.Pendapat
ini
juga
menutup mata terhadap
kearifan
kebudayaan yang direkam dalam naskah-naskah itu.
Apa manfaat naskah kuno dalam hubungannya dengan
penelitian sejarah.
Di
antara sekian banyak naskah kuno terdapat sejumlah besar naskah yang memuat karya sastraseJarah peninggalan para pujangga kita dimasa lalu. Sebagai
sumber, naskah kuno merupakan sumber yang tak pernah
kering. Meneliti naskah
kuno bukan
hanya
sekedarmembacanya
saja
untuk
mengetahui
isi,
melainkan
memerlukan penelitian filologi yang selengkap mungkin dan
sedalam-dalamnya.
Kata
Filologi berasaldari
bahasa Yunani"Philologia" yangarti
aslinya adalah "kegemaran berbincang-bincang".Perbincangan atau percakapan sedikit banyak sebagai seni
sangat dibina oleh bangsa Yunani kuno, karena
itu
filologi segeradimuliakan
artinya
menjadi
"cinta
kepada kata" sebagai pengejawantahanpikiran,
kemudian
menjadi "perhatian terhadap sastra dan akhirnya "studi ilmu sastra" (Sulastin, 198I: 1).Pekerjaan utama dalam penelitian filologi adalah
untuk
mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan
yang bisa dipertanggun$awabkan pula sebagai naskah yang
paling dekat pada aslinya serta cocok dengan kebudayaan yang melahirkannya. Pekerjaan
itu
tidak
dapat dilakukantanpa
pengetahuan
bahasa naskah
secara
luas
dan mendalam.Hal
itu
penting, supayaisi
naskahtidak
di-interpretasikan secara salah.Dalam pembangunan bangsa Indonesia dewasa
ini
insan Indonesia sungguh memerlukan sekali siraman sejuk akannilai-nilai
luhur
yang tersimpan dalam karya sastraIama.
Kita yakin, bahwa nilai yang dapat tergali dari naskah
kuno
dapat
bermanfaatbagi
seluruh
bangsa Indonesiamelalui
membaca
kajian,
yang
kemudian
menjadi
sumbangan yang khas sifatnya bagi pembangunan sastra daerah dan nilai-nilai yang terkandung. Dengan demikian,
adanya penyebaran
dan
peran sastra dalam
praktek
kehidupan dapat mewarnai kehidupan sehari-hari dewasa
ini.
Salah
satu
di
antara warisan budaya nasional yang sangatpenting
disampingseperti: candi, prasasti
atau artefak-artefak adalah dalam bentuk naskah kuno. Apabiladilihat dari segi lahir atau wujud, naskah kuno adalah benda
budaya yang berupa hasil karangan dalam bentuk tulisan tangan maupun ketikan, namun bukan tulisan yang tanpa
makna.
Didalamnya
mengandung ide-ide, gagasan danberbagai macam pengetahuan
tentang alam
semestamenurut persepsi budaya masyarakat yang bersangkutan, ajaran-ajaran moral, filsafat, keagamaan dan unsur-unsur lain yang mengandung nilai-nilai
luhur
(Tashadi, 1991: 3-4).Naskah Wirid Hidayat Jati yang
dipilih
sebagai bahan kajian /penelitian ini merupakan hasil karya pujangga besarRaden Ngabehi Ronggowarsito pujangga keraton Surakarta,
yang memuat rangkuman wejangan para
wali
yang membicarakan masalahkajian
makrifatyakni
pandangan terhadap sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa.Naskah kuno
ini
merupakan salah satu mata rantai atau sumber yang dapat memberikan informasi kepada kita tentang perkembanganilmu,
teknologi, tata upacara, obat-obatan, dongeng, babad, peraturan pemerintah, hukum dansopan-santun, masalah hubungan manusia
dengan 'luhannya (sistem religi) dan sejarah masa lampau. Naskah-naskah tersebut semuanyaditulis
dengan tangan,huruf
dan bahasa daerah. Kadangkala
ada yangditulis
denganhuruf
Arab atauhuruf latin.
Naskah yangditulis
tanganoleh
nenek moyangkita
padawaktu
itu
belum
banyak rllcetak menjadi sebuah buku seperti sekarang, yaitu sekitar Lahun L92O ke belakang.Sejak tiga
puluh
tahun terakhirini
humf-huruf
sertabahasa daerah tidak lagi dipelajari sungguh-sungguh dalam
;lendidikan formal di Indonesia, oleh karena
itu
anak-anak3 Taar-/;,tt*t;
toril
W:"ddan
generasi mudajaman
sekarangjarang
yang
dapat membacahuruf
daerahnya masing-masing.
Kesulitan membacahuruf
daerah, ditambahlagi
dengan semakinderasnya kebudayaan
asing yang masuk
dan
saranakomunikasi, serta kemajuan teknologi yang semakin pesat
menyebabkan naskah-naskah tulisan tangan menjadi barang
simpanan
di
rak buku
yarrgtidak
pernah dibaca maupun dirawat seczrra sungguh-sungguh.Museum mempakan salah satu
unit
pelaksana teknis di bidang kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakanpengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian,
penerbitan
hasil
penelitian
dan
memberikan bimbingan edukatifkultural
tentang benda yang bernilai budaya dan ilmiah.l.
2.
Dasarl.
Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, pasal32
tentang Kebudayaan Nasional Indonesia dan pasal 36 bagian penjelasan tentang bahasa negara.2. GBHN TAP IIIMPR/1993 tentang arah
pembangu-nan, tujuan
jangka panjang kedu, pembangunanlima tahun
keenam, prioritas pembangunan lima tahun keenam, kebijaksanaan pembangunan lima tahun keenam, sasaran bidang pembangunan limatahun
keenam dan tentang kebudayaan.3. Sambutan Presiden
pada
Pembukaan KonggresBahasa
Jawa
199I
di
Semarang.4. Keputusan Konggres Bahasa
Jawa
199 15.
Perda
No
3
tahun
1984 tentang Pola
DasarPembangunan Daerah, Strategi Wawasan Identitas.
6. Program Museum Ronggowarsito Jawa Tengah
7. SK. Kepala Museum Ronggowarsito Jawa Tengah
1.3.
TuJuan1. Umum:
Menumbuhkan pandangan
dan
pen$ertian
masyarakat bahwa museum adalah
lembagapendidikan
dan
ilmu
pengetahuanyan dimiliki
masyarakat.2. Khusus:
Memberikan
motivasi
kepada
seluruh
lapisan masyarakat apalagi generasimuda, agar
lebihkreatif
dalamikut
serta membinadan
mengem-bangkan kebudayaan daerah pada khususnya, serta
memahami
manfaat
naskah-naskahkuno
yang tersebardi
seluruh nusantara.l.
4.
Sasaran1. Masyarakat bertambah wawasan dan pemaharnan
mengenai isi dan masalah naskah kuno dan sastra
daerah.
2. Masyarakat berperan serta menyelamatkan
naskah-naskah kuno yan ada dilingkungannya.
f.
5.
Ruang LingkupPelaksanaan
transkripsi (alih
aksara)
Serat Wiriddiusahakan
sesuai denganbunyi
naskah
aslinyamungkin, karena
struktur
kalimat
bahasa Jawa, apalagiberbentuk
tembangtidak
seiring
dengan struktur bahasa Indonesia. Jika diterjemahkan sesuaidengan
urut-urutan
katanya.Kita yakin
bahwa
nilai
yang
dapat
tergali
daridalamnya
akan
berguna
bagi
daerah
yangbersangkutan bahkan
juga
akan
bermanfaat bagiseluruh
bangsa Indonesiamelalui
membaca hasil kajian, yang kemudian menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra daerah dannilai-nilai
yang terkandung.
Dengandemikian,
adanyapenyebaran
dan
peran sastra
dalam praktek
kehidupan dapat
mewarnaikehidupan
sehar-haridewasa ini.
1.
6.
Metode Pengumpulan Bahan PenulisanStudi
kepustakaan denganmemilih naskah
yang masih lengkap halamnnya,jelas
tulisannyadan
isi naskah mengandungnilai
dan
gagasan yang dapat diterima oleh seluruh bangsa Indonesia.BAB
TRAT{SKRIPSI
DAN
SERAT
II
TRANSLITERASI
WIRID
,d
Transkripsi (alih
aksara)Punika warahipun Hidayat
Jati,
ingkang anenahakendunungipun
angkating ngelmu
makrifat,
medal
saking warayating wiradat, wewejanganipun parawali ing
Tanah Jawi. Sasedanipun Kan$eng Susuhunan ing Ngampel denta,sami karsa
ambuka w'iwiridan, ingkang
dadoswijining
wewejanganipun suraosing
ngelmu
kasampurnanipunpiyambak-piyambak, sami
asal
sakingdalil
kadis
ijemakkiyas,
kados ingkang sampun kasebut
salebetingwirid
sadaya, papangkatanipun kados
ing
ngandhap punika: Ingkangrumiyin
saangkatankala
jaman
awalipun nagari Demak, para wali ingkang karsa mejang amung:8
:ui.
1.
Kan$eng Susuhunan ing Ciri Kedhaton, wewejanganipun wisikan adining dat.2.
Kangjeng Susuhunan
ing
Tandes,
wewejanganipunWesharan Wahaning dat.
3.
Kangjeng Susuhunaning
Majagung, wewejanganipun anggelar Kahaning dat.4.
KangjengSusuhunan
ing
Bonang, wewejanganipun pambukaning tata maligeing
dalem Betal Makntun5.
Kan$eng Susuhunan ing Warywapada, wewejanganipun pambukaning tata maligeing
dalem Betal Mukharam.6.
Kan$eng Susuhunaning
Kalinyamat, wewejanganipun7
7. 8.
panetep Santosaning iman.
Kan$eng Susuhunan
ing
Gunungiati, wewejanganipun pambukaningtata
maligeing
dalem Betal Mukharam. KangjengSusuhunan
ing
Kajenar,
wewejanganipunSasaidan.
Ingkang kaping
kalih, ing
saangkatanmalih,
kala jaman akiripun nagari Demak dumugi ing Pajang, para wali ingkang karsa mejang inggih namung;8 :
iji.1.
Kan$eng Susuhunan ing Giri Parapen, wewejanganipun Wisikan ananing dat.Kangjeng
Susuhunan
ing
Darajat,
wewejanganipun Wedharan wahaning dat.Kangjeng Susuhunan ing Ngatas Angin, wewejanganipun
anggelar Kahaning dat.
Kangjeng
Susuhunan
ing
Kalijaga,
wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Makmur, lajengambabar Sagunging ingkang dados prabotipun amatrap-aken panjenganipun
dat
sadaya, nanging derengurut
ing patrap panggenanipun satunggal-tunggal.Kan$eng Susuhunan ing Tembayat, kalilan dening guru Kan$eng Sunan Kalijaga. Amiridaken wewejanganipun pambukaning
tata
maligeing
Dalem Betal Mukhadas. Kan$eng Susuhunaning
Kalinyamat, wewejanganipun pambukaning tata maligeing
Dalem Betal Mukharam. Kan$eng Susuhunaning
Gunungiati, wewejanganipun panetep santosaning iman.Kangjeng
Susuhunan
ing
Kajenar,
wewejanganipunsasaidan. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ingkang
kaping
tiga, ing
saangkatanmalih,
kala
jaman akiripun nagari Demak dumugi ing Pajang, para wali ingkangkarsa mejang inggih amung:
8 :
iji.I.
KangiengSusuhunan
ing
Parapen, wewejanganipun Wisikan ananing dat.2.
KangjengSusuhunan
ing
Darajat,
wewejanganipun wedharan kahananing
dat.3.
Kangieng Susuhunan ing Ngatas angin, wewejanganipungeturran kahananing dat.
4.
KangjengSusuhunan
ing
Kalijaga,
wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Makrnur, lajengambabar
ingkang
dados
parabotipun,
amtrapakenpanjenenganing
dat
sadaya, ananging dereng
urut
patraping panggenanipun satunggal-tunggal.5.
Kan$eng Susuhunaning
Tembayat, wewejanganipunkalilan
deningguru
Kanjeng Susuhunaning
Kalijaga,amiridaken wejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Mukharam.
6.
Kan$eng Susuhunan
ing
Padusan, wewejanganipunpambukaning
tata
malige ing Dalem Betal Mukhadas.7.
Kangleng
Susuhunan
ing
Kudus,
wewejanganipunpanetep santosaning iman.
8.
KangjengSusuhunan
ing
Geseng, wewejanganipunsasaidan.
Dene wewejangan kasebut nginggil punika, suraosipun inggih anunggil kemawon, amargi sami
wiwiridan
saking panjenenganipun Kanjeng Susuhunaning
Ngampel dentasadaya. Sareng dumugi jaman ing Mataram, panenenganipun
nata
ingkang
Sinuhun
KangjengSultan
Agung
Prabu9 frar^ak+a
*"^
Tr*a/lltra+l tt 41 W;";/Hanyakrajusuma, wewejangan wolung pangkat wau, karsa
kaipun
dalah parabotipunpisan,
supados mutamada ingsuraosipun
sadaya,punika
lajeng
kababaraken dados wejangan satunggal kemawon, sasam-punipun mupakat kaliyan kawruhipun para ahli ngelmu. Karsa dalem amatahingkang
kalilan
miridaken,
wewejanganmakaten
ing ngandhap punika:1.
Panembahan Pumbaya2.
Panembahan Ratu Pekik3.
PanembahanJuru
kithing4.
Pangeraning
Kadilangu5.
Pangeran ing Kudus6.
Pangeran ing Tembayat7.
Pangeran ing Kajoran8.
Pangeran ing Wongga9.
Pangeran ing Juminah.Menggiah wewejangan ingkang sampun dados satunggal
wau, wiyosanipun sami asal saking nunukilan bangsanipun
kitab
tasawup sadaya,
urutipun
satunggal-tunggal
asasandhan
daliling
ngelmu,
minangka pitedahan
anggenipun amratelakaken pangandikarripun PangeranKangjeng
Maha
Suci
dhateng
Kangieng
Nabi
MusaKalamolah, manawi manungsa
punika
kathahanipun dat kang asipat esa, makaten wau ingkang kawedharaken dadoswiting ngelmu makrifat, dados wiriridanipun para nabi, para wali ing jaman
kina,
lajeng dipunkiyas ing para pandhita,dados bubukanipun wewejangan piyambak-piyambak, sareng
kaimpun
dados satunggal, sakingkarsa
Dalem IngkangSinuhun
KangjengSultan
Agunging
Mataram,
punikamupakafipun suraosing ngelmu makrifat, ingkang kaweja-ngaken sadaya, wekasanipun ing n$alami-lami wewejangan
wau
punika
kawijangaken
malih,
dados
sanes-sanes suraosipun ing pangawikan, amargi saking kathahipun para wicaksana, ingkang dadosguru
sami ambabarakenwiwiri-danipun
piyambak-piyambak, wonten ingkang miridaken parabotipurr ngelmu makrifat kemawon, malah terkadhang wonten ingkang amedharaken ngelmu talek akaliyan ngelmu patah sapanungg;ilipun, ingkang bangsa ngelmu sosorogansadaya,
mila ing
samangkedipun
persudi dhateng KiyaiAgeng Mukhammad Siroltah ing kedhung kol, inggih punika
sakidulipun
kedhungkol
pengaten, mawi tinengeran ingtaun
punika rong
sangga wargasinuta
salebetingalip
:1779, kadhawahan ilham,
rinilan
denin$ Pangeran ingkangMaha Suci, anata
urut-urutipun
patraping ngelmu makrifat,anurut
wejangan wolun$ pangkat, kakumpulaken dadossatungfgfal, sangkep saprabotipun pisan.
Punika Serat
V/irid
ingkang
wiwitan,
agemipun sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kan$eng Sunan Paku Buwana ingkang kapingpitu,
ing
nagari dalem Surakarta Hadiningrat. Kaorehaken para Pangeranputra
sarta para pangeran wayah,tedhak
turunipun
sadaya,wiwit
taun Walandi:
1850 babontitilaranipun
swargi Raden NgabehiRanggawarsita, ingkang kasebut, angka: 1.
Punika bubukaning
Wirid
ingkang
amratelakakensangkepipun patraping amejang ngelmu makrifat,
kasampur-naning
ngagesang,
ingkina
sampun
kalampahaken
dening para wali sadaya,
turutipun
satunggal-satunggal ing ngandhap punika:Ingkang
rumiyin
wiwiting patrap ingkang
dadoskuwajiban,
punika
guru
akaliyan badhe
murid
sami angambiltoya
wau,
sarta
niyat
ingkang
maksud kados makaten.Nawaitu
rafal
khadasi suharata fardlanliltahi
ta'ala. Allahu akbar.Niyatingsun amek banyu kandhas, karana angilangake
kadhas
cilik
lan
kang gedhe,parlu
karana Allah.Nunten sami dandos angagem busana sarwa suci, boten
kenging ngagem ingkang mawi emas, utaminipun manawi
karsa
angagemkuluk,
kajeng angligasarira,
akokonyohganda
wida, sarta mawi sumping sekar
oncen-oncensurengpati wonten ing talingan kiwa, akaliyan mawi kalung sekar oncen-oncen
usus
ayam karangkeptiga,
wangun marga/supana, utawi gombyok wangkingan kados pangantenenggal.
Nunten
ing
pamejangan
katata dipun
pasangitutuwuhan maju
sakawan,
sarta
kadekekakenlampit
ingkang resik, lajeng katumpangan gelaran pasir ingkang tigas, ing nginggil pisan katumpangan sinjang pethak (mori)
saules lapis pitu, apesipun lapis tiga, mawi kasebaran sekar
campur bawur.
Nunten sasaosan srikawin salaka pethak wawrat satail, kadekek ing wadhah tunggil akaliyan lisah sundhul langit,
sarta
menyanwawrat
saringgit, kasasabanmori
pethak,mawi pangiring
sasangganpisang
agung sedhah
ayu woanipun tanganan kasasabanmori
pethak dados kalih wadhah, sarta kembar mayang sajodho, sami sumaji wontening pamejangan.
Nunten
ing
ngantawis manawi sampun sirep tiyangutawi wanci
tengah
dalu sami tindak
dhateng
enggenpamejangan,
ingkang badhe
kawejang lenggah majeng mangilen, sarta dudupa ratus kaasepaken ing talingan kiwa,lajeng ing grana, wekasan ing
jaja,
punikawiwit
kawejangdhateng gurunipun, mawi saksi sakawan ingkang sampun sami tunggil ngelmu.
Dene ingkang kawejangaken:
asurut
pamejangipunpara
wali wolu
ing
tanah
jaji,
kakumpulaken
dados satunggal, wiyosipun amendhetwijining
kikiyasan saking dalil pangandikaning Allah, ingkang kasebut ing dalem kadis pangandikanipun KangjengNabi Mukhamad
Rasululah, dhateng sayidinaNgali,
kawisikakening
talingan
kiwa, papangkatanipun dados wolung wejangan, kapratelakaken ing ngandhap punika jarwanipun sadaya.l.
Wisikan ananing dat.Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih alrang uwung
durung ana
sawiji-',^riji, kang anadhingin
iku
ingsun,ora ana
Pangeran, amungingsun
sajatiningdat
kang Amaha Suci, anglimputiing
sipatingsun, anartani ingasmaningsun, amratandhani
ing
apngalingsun.2.
Wedharan wahananing dat.Sajatine ingsun dat kang murba amisesa, kang kuwasa anitahake
sawiji-wiji, dadi
padha sanalika, sampurnasaka
ing
kodratingsun,
ing
kono
wus
kanyataanpratandhaning apngalingsun,
kang dhingin
ingsunnitahake kayu, aran sajaratul yakin, tumuwuh
ingsajroning
ngalam ngadammakdum
ajali
abadi, nuli
cahya,
aran
nur
Mukhamad,nuli
kaca
aran
mir'atulkhayai,
nuli
nyawa,aran
roh ilapi,
nuli
damar, arankijab
kang minangka warananing kalaratingsun.3.
Gelaran kahananing dat.Sajatine manungsa
iku
rahsaningsun,lan
ingsun
iki
rahsaning manungsa, karangingsun
anitahake Adam asal saka ing nganasir patang prakara:1.
Bumi2.
Geni3.
Angin4.
BanyuIku
dadi
kawujudaning sipatingsun,ing
kono
ingsun pancingi mudarah limang prakara:1.
Nur2.
Rahsa3.
Roh4.
Napsu5.
BudiIya
iku
minangkawarnaning wajah
ingsun
kang Amaha Suci.4.
Pambukaning tata maligeing
dalem betal Makmur.Sajatine ingsun anata malige ana sajroning
Beta1Makmur,
iku
amah engging parameyaningsun, jumeneng ana sirahing Adam, kang ana sajroning sirahiku
dimak, iyaiku
utek, kang ana ing ngantaraning utekiku
manik, sajroningmanik
iku
budi,
sajroningbudi
iku
napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa,sajroning rahsa
ikrr
ingsun,ora
ana Pangeran, anging ingsun kang anglimputiing
kahanan jati.5.
Pambukaningtata
maligeing
dalem Betal Mukharam.6.
Sajatine
ingsun anata malige ana sajroning
BetalMukhadas,
iku
omah
enggoning lalaranganingsun, jumeneng ana dhadhaning Adam,kang ana
sajroningdhadha iku ati, ang ana ing antaraning ngati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem, iya
iku
angen-angen, sajroning angen-angeniku
suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsaiku
ingsun,ora
ana Pangeran amung ingsundat
kang anglimputi kahananjati.
Pambukaning tata malige
ing
dalem Betal Mukhadas.Sajatine ingsun anata malige ana sajroning
BetalMukhadas,
iku
omah enggoning
pasuceningsun,
jumeneng ana ing kondholing Adam, kang ana pajroning
kondhol
iku
pringsilan, kang ana
ing
antaraning
pringsilan
iku
nutfah, iyaiku
mani, sajroning maniiku
madi,
sajroning
madi
iku
wadi,
sajroning
wadi iku
manikem, sajroning manikemiku
rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran, ananging ingsun dat kanganglilnputi
ing
kahananjati,
jumenengnukat
ghaib,tumurun
dadi
Johar
awal,ing
kono
ananing ngalam akhadiyat, alam arwah, ngalammisal,
ngalam ajsam,ngalam insan kamil, dadining manungsa kang sampurna iya
iku
sajatining sipatingsun.Panetep iman, inggih punika ingkang dados santosaning
iman.
Ingsun anakseni, sahutune
ora ana
Pangeran, amung ingsun,lan
nakseni ingsun, sahutune Mukhamadiku
utusaningsun.
7.
8.
Sasaidan.Ingsun anakseni, ing datingsun dhewe satuhune ora ana
Pangeran, amung ingsun, lan nakseni ingsun, satuhune
Mukhamad
iku
utusaningsun,iye
sajatinekang
aranAllah
iku
badan
ingsun,
rasul
iku
rasaningsun,
Mukhamad iku wahyaningsun, iya ingsun kang
urip
tan kena ing pati, iya ingsun kang eling tan kena ing lali, iya ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangurn ing pangerti, byar: sampurna padhang terawanga, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa,mung ingsun kang ngimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodratingsun.
Sasampunipun makaten,
nunten
amarah
malih
paraboting amatrapaken
ing
panjenenganingdat,
dadossapangkat, kasebut
ing
ngandhap punika: 1. Angumpulaken kawula GustiIngsun dating
gusti
kang asipat
esa,anglimputi
ing kawulaningsun, tunggaldadi sakahanan, sampurna sakaing kudratingsun. Nucekaken
ing
datIngsun
dat kang
amahaSuci
asipat
langgeng, kang amurba amisesa, kang kuwasa kang sampurnaning mala waluya ingjatiningsun,
kalawan/kodratingsun.Angrakit
Ingsun
dat
kang amahaluhur,
jumenengratu
agung,amurba amisesa, kang kuwasa kang sampurnaning mala
waluya
ing jatiningsun,
kalawan/kodratingsun, kangagung kang Maha Mulya, ingsun wengku sampurna saka
2.
3.
kapraboningsun, sang;kep saisening karatoningsun, pepak
sabalan ingsun kabeh, ora ana kang kukurangan, byar:
gumelar dadi saciptaningsun, ana sasedyaningsun, teka sakarsaningsun kabeh, saka ing kodratingsun.
4.
Gumelaring jagadIngsun andadekake ngalamdunya, saisen-isene
iki,
iyewis
tutur
ing
wawangene, ingsunkukut mulih
mulyasampurna
dadi
sawiji kalawan kahananingsun maneh,saka ing kodratingsun.
5.
Karaharjaning turasTurasingsun
kang
taksih
padhakeri
ana
ing
ngalam dunya kabeh, padha nemua suka bungah, sugih singgih aja ana kang kukurangan, rahayua salameta sapandhu-wure sapangisore, saka ing kodratingsun.6.
KamayanSakebe makhlukingsun, kabeh kang ora ngendhahake/
maringingsun, padha
kapawaning
kamayan
deningkodratingsun.
Ing
wekasan
kang
kawejang
dipunjatenana
yenpanggenaning
patrap pratikelipun
satunggal-satunggal, kapratelakaken wonten babaring wirid ingkang mawi muradmaksud, kasebut
ing
ndalem wiradat dados
pitedah andununging ngelmu makrifat sadaya wau punika.Sasampunipun makaten, ingkang amejang maos donga
istifar
kaliyan
dongakabula
salebetingbatas
anuwunpangapunten dhateng Kang Amurba Awisesa ing ngagesang,
supados
sampun ngantos
angsal wewek
anggenipunamedharaken rahsaning dat punika.
Nunten ingkang kawejang dipunjanjeni, manawi taksih
gesang gurunipun prayogi, dene manawi kabujeng ing perlu wonten akrabipun ingkang
sakit
sanget, mangka derengngelmu, punika kenging amisik ananing dattullah kemawon.
Kajawi saking makaten, saumpami ingkang kawejan$
wau
derenganarimah
utawi taksih kirang
padhanging panampinipun, manawi badhe anggugunring
sanesipun malih mboten dados punapa, angger anedha idining guru ingkang amejang ngelmu punika.Sasampunipun
luwar
saking pamejangan, ing ngrikununten
sami angepung ambengan wilujengingjiwa
raga, menggahkathahing
ambegandados tigang asaha,
ing ngandhap punika pratelanipun.1. Mumule angaturi dhahar
KangiengNabi
MukhamadRasulullah
sekul
wuduk
lembaran ayamutawi
tigan, karupuk, sarem, lombok terong.2.
Mumulengaturi
dhaharpara
sakabat Rasul, akaliyan para waliyulah, sekul golong, pecel ayam, jangan menir, ulam maesa satunggal kagoreng.3.
Mumule ngaturi dhahar dhateng para Leluhur ingkang sami amedharaken rahsaning ngelmu makrifat, punapa ingkang dados dhadharanipun kala taksih gesang, sartamawi ganten, sekar konyoh,
sadaya
punika
sami kadonganan, donga Rasul, majmuk, kabula, tulak bilahi, wekasan slamet.Dene
pakantuking
amejangpunika, yen
amarengiwulan
tanggalipun sapisaning
dinten
Jumungah,pame-jangipun anuju
purnama, anggeripun boten sangar botentrahas, sarta boten tali wangke, manawi sangaraning wulan
anuju
ing
dinten
Jumungah,
pamejangipuning
dintenilnggiara kasih, boten angetang purnama.
Menggah pakantuking panggenan pamej angan punika,
stti
Suci
ingkang
saenamanipun,
sarta
boten
kaubarwangon, utaminipun wonten
ing ardi, ing
ngara-ara sarta lng toya, anggeripun sepen, langkung utami malih manawi amejangwonten
ing
sitinggil,
tuwin
palataran
masjid, sasaminipun ingkang sakintenpikantuk
ing nama kaliyan panggenanipun.Punika pratelanipun wajibing Uyang ingkang pantes
dados
guru,
wolung prakawis.l.
Bangsaning ngawirya, tegesipun bangsaluhur
ingkangtaksih
kadrajatan.2.
Bangsaning ngagama, tegesipun kang bangsa ngulamaing[<ang ngalim ing kitab.
3.
Bangsaning ngatapa, tegesipun bangsa pandhita, ingkangtaksih
ulah
lampah.4.
Bangsanipun sujana, tegesipun bangsa linuwih, ingkang dados tiyang sae.5.
Bangsaning ngaguna, tegesipun bangsa saged, ingkangulah
kasagedan.6.
Bangsaning prawira, tegesipun bangsaprajurit,
ingkangtaksih
kasub kaprawiranipun.7.
Bangsaning supunya, tegesipun bangsa sugih, ingkangtaksih
kabe$an.8.
Bangsaning supatya, tegesipun bangsatani
ingkangtemen.
Dene panganggening tiyang dados guru, wonten wolung prakawis.
1.
Paramasastra, tegesipun limpating
sastra.2.
Pararna kawi, tegesipun putus ing kawi.3.
Mardi basa, tegesipun saged mamanates tembung.4.
Mardawa lagu, tegesipun saged damel lemesing lalagon.5.
A\Mi carita, tegesipun sugih cariyos.6.
Mondraguna, tegesipun sugih kasagedan.7.
Nawung kridha, tegesipunlantip
ing panglepasarn.8.
Sambegana, tegesipun engetan.Ugering tiyang dados
guru
wolung prakawis. 1. Asih ingmurid,
denanggepputra
wayah.2.
Talaten pamulangipun, boten mawi wigah-wigih.3.
Lumuhing
parnrih, boten darbe pangangkah punapa-punapa.4.
Tanggap ing sasmita, saged anampeni pasemoning murid.5.
Sepening
panggrayagan, boten dados kinten-kinteningmurid.
6.
Boten ambaekaken potaken.7.
Boten angendhak kagunan.8.
Boten amburu
aleman,
angunggul-unggulaken
kasagedanipun.
Utamining tiyang dados
gum
wolung prakawis.l.
Mulusing
sarira, boten wonten cacadipun2.
Alus ing wicara, boten asring mimisuh miwah supaos3.
Jatmikaing
solah4.
Antepan bubudenipun(i, 7. 8. Paramarta lalabuhanipun Patitising nalaripun Sae lalabuhanipun Boten darbe pakareman
Punika pratelanipun ingkang
wajib
dadosmurid
wolungprakawis.
l.
Tedhakturrn
2.
Tunggal bangsa3.
Tunggil agami4.
Tunggil basa5.
Sumereping
sastra6.
Sampun kalangkung tengah tuwuh7.
Tanpa sakit8.
Tanpa kuciwaTamat
\lririd
angka: 1Lajeng nyandhak Serat Wirid Hidayat ingkang kasebut
bab angka 2 punika Serat Wirid Hidayat, ingkang kasebut bab angka: 2.
Punika babaring
wirid
ingkang amawimurad
saharnaksudipun pisan, angiras minangka bubukaning Hidayat
lngkang dados pitedahan dununging ngelmu makrifat
sadaya, wiyosipun asal saking
dalil,
khadis,ijimak
kiyas.Tegesing dalil, anedahaken pangandikaning Allah. Tegesing
khadis, anyariyosaken wuwulang ing Rasulullah. Tegesing
ijimak
angumpulaken wewejanganing para wali.Tegesing
kiyas,
amencarakenwawarah
ing
para pandhita. Sadaya punika sami dados pambukaning kekeraningkang amedharaken rahsa ghaib sajatosing ngagesang,
supados
waskitha
ing
gesangipun, lestantuna gesangingngawal akir, dene apesing kawula manawi dumugi ing
janji
amung sageda waskitha
ing
sampurnaning sangka paran sampun ngantos dhateng panasaran.1.
Menggah ingkang dados wijining ngelmu makrifat anutkikiyasan saking khadis pangandikanipun Kan$eng Nabi Mukhamad, ingkang kawejangaken dhateng sayiddina Ngali, angestokaken ananing
dat
ingkang kasebut ing dalil s2pi"an saking pangandikaning Pangeran kang MahaSuci Kawisikaken talingan
kiwa ing
ngandhap punika jarwanipun.Menggah
dunungipun
makaten: Ingkang angandika sajatining dat kang Maha Suci punika, inggih gesang kitapribadi, sayekti katitipan rahsaning
dat
kang
agung, anglimputi ing sipat punika, inggih rupa kita pribadi, sayektikawimbuhan warnaning
dat
kang
elek,
anartani
asmapunika, inggih nama
kita/pribadi,
sayektikaaken
sese-butaning dat kang wisesa, amratandhani apngal tining dat kang sampurna, mila babasanipun wahananing dat punika anyamadi sipat, sipat punika anartani asma. Asma punika amratandhani apngal, apngal punika dados warananing dat.
Dene dat, anggenipun anyamadi sipat punika: upami
kadi madu
lawan manisipun,
yekti
boten
kenging yenkapisahena.
Dene asma, anggenipun amratandhani apngal punika:
upami kadi paesan, ingkang angilo lawan wawayanganipun,
yekti
saulah bawahipun ingkang angilo wawayangan waukatut
kemawon.Dene
apngal, anggenipun dados wahananing
datpunika: upami
kadi
samodralawan
ombakipun,
yekti w:rhananing ngombakanut
sarehing
samodra.Dados sejatosipun ingkang nama dat punika tajalining
Mukhamad, sejatosipun ingkang nama Mukhamad punika
wirhananing cahaya ingkang anglimputi ing jasat, dumunung
wonten
ing
gesangkita,
inggihpunika
gesang piyambak,Iroten wonten ingkang ang€esangi, milakua saha aninggali,
rrrrdyarsa, angganda, anggandika, anggraosaken saliring lirhsa, punika saking kodrating dat
kita
sadaya, tegesipunIrrakaten:
dating
Pangeran
Kang Maha
Suci
punika
irnggenipun
aningali amung
angageming
netra
kita,
iln#lenipun amiyarsa angagem ing talingan kita, anggeniPun
:tngganda angagem
ing
granakita,
anggenipun angandikairngagem
ing
lesankita,
anggenipun angraosaken saliringt'ahsa ugi angagem ing pangraos
kita,
sampun mawi uwasstrmelanging galih, sebab wahaning wahyu dyatmika punika
sampun kasarira, tegesipun,
Iair
batining
Allah
sampun rlumunung wontening
gesangkita
pribadi,
manawi in$ lrabasan sepuhdating
manungsakaliyan
sipating Allah,:rwit
dadosingdat punika kadim ajali
abadi,
tegesipun rumuhun piyambak, kala taksih awang-uwung salaminipunlng kahanan kita, dadosing sipat punika: kudzusul ngalam,
tegesipun anyar wonten kahananing ngalam donya, ananging
sami tarik-tinarik, tetep-tinetepan, samukawis ingkang nama
<lat punika sayekti dumunung wonten ing sipat, sakaliripun
ingkang anama sipat punika sayekti kadunungan sipat daya.
2.
Dene mengsah ing ngurut-urutan dumadining dat sipatpunika wonten waharripun, kasebut ing dalil kapin$ kalih,
saking
pangandikaning
PangeranKang Maha
Suci, makaten Jarwanipun:Sejailne ingsun dat kang murba amisesa, kang kuwasa anitahaken sawiji-wiji, dadi padha sanalika sampurna saka
ing kodratingsun, ing kono wus kanyatahan ing pra(andha angalingsun, minang (ka) bubukaning iradatingsun, kang
dhingin ingsun
anitahake
kayu, aran sajaratul
yakin, tumuwuh ing sajroning ngalam ngadam makdum ajali abadi,nuli
cahya, arannur
Mukhamad,nuli
kaca, aran mir'atul kayai,nuli
nyawa aranroh
ilapi,nuli
damar, aran kandit,nuli
sosotya, aran darah, nuli dhing-dhing Jalal, aran kijab,kang minangka warananing kalaratingsun,
menggah dunungipun makaten.Sajaratul
gaktn, tumuwuh
ing
salebeting
ngalam makdumajali
abadi, tegesipun: kajeng sejati, dumunung ing Jagad sonyaruri, taksih awung-awung salaminipun ing kahanan kita, punika khakekating dat mutlak kang khadim, tegesipun: sajatining dat kang amesthi rumuhun piyambak,inggih punika dating
atma,
dados wahananing ngalam akadiyat.Nur Mukhamad, tegesipun: baya kang pinuji, kacariyos
ing khadis, warninipun kados paksi merak, wonten ing dalem
sosotya kang pethak, dumunung ing arah-arahing sajaratul
yakin, punika khakekating cahya ingkang ingaken tajalining dat, wonten salebeting
ing nukat
gaib, minangka sipating asma, dados wahananing ngalam wahdat.Mir'qtul kayat, tegesipun, kaca wirangi, kacariyos ing
khadis
dumunung wonten sangajengingnur
Mukhamad,punika
khakekating pramana, ingkang ingaken rahsaning 24 fri*r/rr+r;/a*
T"a^,/l.lzraa; 9"42 W;od(lut,
minangka asmaningatma,
dados wahaning ngalam irkadiyat.Roh ilapL tegesipun: bawa ingkang awening, kacariyos
lng khadis, asal saking nur Mukhamad, punika khakekating
suksma, ingkang angaken kahaning dat, minangka apngaling
atma, dados wahananing ngalam arwah.
Kandil tegesipun: dilah tanpa latu, kacariyos ing khadis awarni sosotya ingkang
mancur
mancorong, gumantung tanpa canthelan,ing ngriku
kahananingnur
Mukhamad,sarta
enggen pakumpulaning
roh
sadaya, punika
khakekailng angen-angen, ingkang ingaken wa\Mayanganing
rlat, minangka embananing atma, dados wahananing ngalam
misal.
Darah, tegesipun: sosotya, kacariyos ing khadis adarbe
sorot mancawarni, sami kanggenan malaekat, punika khake
(ka)
ting budi,
ingkang angaken paesaning dat, minangka wiwaraning atma, dados wahananing ngalam ajsam.KAab, winastan dhing-dhing
jalal,
tegesipun: waranaingkang ngagung, kacariyos ing khadis medal saking sosotya
ingkang amanca warni, ing nalika mosik anganakaken uruh,
kukus,
toya,
punika
khakekating
jasad,
minangka
sasandhanganing atma, dados wahananing ngalam insan kamil.
Menggah
pratelanin
sakingijmak
kiyas,
papangka-taning dhing-dhingjalal
ingkang awarniuruh
kukus, toyawarl, sami
dados anigang warana, ingkang kasebut ing ngandhap 'punika:Ingkang
rumiyin,
uruh
ngedalaken tigang panglkat:I
Kitab kisma, dados wahyaning jasad ing jawi, kadosta: kulit,daging, sapanunggilanipun. 2. Kitab rukmi, dados wahyaning
jasat ing
lebet,
kadosta:utek, manik,
manah, jantung, sapanunggilanipun. 3. Kitab retna, dados wahyaning zasadingkang alembat, kadosta:
mani, erah,
sungsum
sapanunggilanipun.
Ingkang
kaping
kalih
kukus,
angedalaken tigangpangkat, 1. Kitab
pepeteng, dadoswahananing
panas sapanunggilanipun,2.
Kitab guntur
dados wahananing panca driya,3.
Kitablatu,
dados wahananing napsu.Ingkang kaping tiga toya, angedalaken tigang pangkat, 1. Kitab ebun, toya gesang, dados kahananing suksma, 2.
Kitab nur rasa, dados wahanarring rahsa, 3. Kitab nur cahya,
ingkang saka langkung padhang, dados kahananing atma,
sadaya punika warananing dat sami dumunung wonten ing
insan kamil, tegesipun kasampurnaning manungsa sampun uwas sumelang malih, sabab kahananig bale ngaras, kursi, lohkil nahpul, kalam, taraju, wot siratal mustakim, swarga,
naraka,
bumi, langit
saisenipun sadayapunika
sampun kawengku salebeting warana, sinamadan deningdat
kita ingkang Amaha Agung gumelar dados kaelokaning sipat kita ingkang Esa, anartani ing purbarring asma kang Wisesa,amratandhani
ing
kuwasaning apngal
kita
ingkang sampurna.3.
Pratelanipun kadosta: ing nalika ingkang Maha Suci karsa amujudakensipatipun,
winastan:Adam, asal
saking nganasir kawan prakawis,l.
Siti;
2
l,attu;3.
Angiu
4.Toya,
punika
kahananipun kasebutwonten
ing
dalil kapingtiga,
saking pangandikaning Pangeran Ingkang Maha Suci, makaten jarwanipun.Sajatine
ingsun
anitahaken Adam,asal saking
ing nganasir patangprakara, 1. Bumi;
2.
Geni;3.
Angin; 4.tsanyu,
iku
dadi awujudaning sipatingsun, ing kono Ingsunpanjingi mudah limang prakara,
I.
Nur;2.
Rahsa;3.
Roh;4.
Napsu;
5. Budi, iya iku
minangka
warananing
wajahingsun ingkang Amaha Suci.
Menggah dunungipun makaten, mudah punika dating
kawula, wajah punika dating Gusti ingkang asipat langgeng,
kacariyos ing kadis panjinging mudah gangsal prakawis wau,
wiwit saking embun-embun kendel wonten ing utek, lajeng
tumumn
dhatengnetra,
lajengtumurun
dhateng karna, lajengtumumn
dhatengjaja,
lajeng sumarambah ing jasadsadaya, jangkepipun jumeneng insan kamil, makaten punika
kawimbuhan saking karsanipun ingkang Maha
Suci, anggenipun anjenengakenmalih
anggeningdat,
katatawonten
ing bettullah
dados
tigang kahanan,
punika
sajatosipun
minangka
kayekteningkahanan
satungSal-tunggal, anandhakaken kalarating dat kang Agung, ingkang Amaha Mulya, langgeng boten kenging ewah gingsir, saking kahananjati,
kasebut wontening dalil
kaping
sakawan,saking pangandikaning Pangeran ingkang Maha Suci dados
tigang ayat, kapratelakaken ing ngandhap punika:
4.
Ayat ingkang sapisan, pambukaning tata malige ing dalembetal makmur, makaten Jarwanipun:
Sajatine
ingsun
anata malige
ana
sajroning
betal makmur,iku
omah enggoning parameyaningsun, jumeneng ana siqah ing Adam, kang ana sajroning sirahiku
demak,iyo
iku
utek, kang ana
ngantaraningutek
iku
manik,sajroning manik iku budi sajroning budi iku napsu, sajroning napsu
iku
suksma, sajroning suksmaiku
rahsa, sajroning rahsaiku
ingsun,ora ana
Pangeran, amungingsun
dat kang anglimputiing
kahananjati.
6.
Ayat ingkang kaping tiga, pambukaning tata malige ing dalem betal Mukhadas, makaten Jarwanipun:Sajatine
ingsun
anata malige
ana
sajroning
betal mukhadasiku
omah enggoning pasuceningsun, jumenengana
kondholing Adam,kang
ana
sajroningkondhol iku
pringsilan, kang ana ing ngantaraning pringsilan iku nutjah, iya
iku
mani, sajroning maniiku
madi, sajroning madiiku
wadi, sajroning wadi
iku
manikem, sajroning manikemiku
rahsa,
sajroningrahsa
iku
ingsun
iku
ingsun,
ora
anaPangeran, amung ingsun dat kang anglimputi ing kahanan
jati,
jumenengnukat
ghaib,tumurun
dadi johar Awal, ingkono kahananing ngalam akhadiyat, wahdat, wakidiyat, alam
arwah, ngalam misal, ngalam ajsam, ngalam insan kamit,
dadining
manungsakang
sampurna,
iya
iku
sajatinig sipatingsun.Manawi sampun anampeni ing dalil pangandikanipun kang Amaha Suci makaten
wau
dipunwaskithaing
galih,inggih
ingkang makaten
punika
wahananing nugraha, kahananing kanugrahan,nugraha
punika
dating
Gusti,kanugrahan
punika
sipating kawula, tunggal
tanpa wawangenan, dumunung wonten ing badan kita.Dene pratelaning kayektening kahanan sadaya wau,
kasebut ing ngandhap punika pratelanipun:
Ingkang
rumiyin,
anedahaken ingkang kasebut ing salebetingbetal
makmur,
tegesipungriya kang
arame,rnakaten dunungipun satunggal-tunggal. Sirah Utek Manik Budi Suksma Rahsa
Punika wiyosanipun
kahananing betal makmurKahananing kandha, anarik wahananing cahya, dados pambukaning dat
Kahananig pramana kanarik wahananing karsa, dados pambukaning paningal Kahananing
prana,
anarik
wahananing karsa, dados pambukaning pamicara Kahananing nyawa,anarik
wahananing cipta, dados pambukaning panglglandaKahananing
atma, anarik
wahananing wisesa, dados pambukaning pangraosWasiyating
guru
ingkang
amedharaken
ngelmupambukaning
tata
malige
ing
dalem
betal
makmur, utaminipun anglampahan boten karsa dhahar ulam utak, kaliyan ulam manik, madyanipun sampun ngantos amastanipolo kaliyan manik, kabar pa (I) kantukipun ingkang sampun kalampahan asring katarimah ngelmunipun.
Ingkang kaping
kalih,
anedahaken ingkang kasebuting salebeting ing betal mukharam, tegesipun griya ingkang
kaawisan, makaten dunungipun satunggal-tunggal
Dhadha
:
Punika wiyosanipun
kahananing betal mukharamAti
:
Kahananing pancadriya,
anarik
waha-naning napsu, dados wahananing napasJantung
Budi
Jinem
Suksma
rahsa
Kahananing
panca maya,
anarik
wahananing
birahi,
dados
wahyuning keketekKahananing pranawa, anarik wahananing karsa, dados wahyaning pamicara
Kahananing panggraito,
anarik
wahananing su (swara) dados wahyaning
pamiyarsa
Kahananing nyawa,
anarik
wahananing cipta, dados wahyaning panggandaKahananing
atma,
anarik
kahananing wisesa, dados wahyaning pangraosWasiyating
guru
ingkang medharaken
ngelmupambukaning
tata
malige
ing
dalem
betal
mukharam, utaminipun anglampahan boten karsa dhahar ulam manah,kaliyan
jantung,
madyanipun sampun ngantos amastaniangen-angen,
kabar
pakantukipun ingkang
sampunkalampahan asri katarimah ngelmunipun.
Ingkang kaping
tiga,
anedhahaken ingkang kasengu(bu) ing salebeting betal mukhadas, tegesipun griya ingkang sinucekaken, makaten dunungipun satunggal-tunggial.
Kondhol
:
Punika wiyosanipun kahananing
betal mukhadasPringsilan
:
Kahananingpurba,
katumusan
waha-naning birahi, dados bubukaning asmaranala, inggih
punika
sengseming manahMani
:
Kahananingkandha,
katumusanwaha-naning hawa, dados pambukaning asmara
Madi
Wadi
Manikem
Rahsa
tura,
inggih punika
sengsemingsapan-dulon
Kahananing
warna katumusan
kaha-naning karsa, dados pambukaning asma
ratu
rida,
inggih
punika
sengsemingpamirengan
Kahananing
nrpa,
katumusanwahana-ning
cipta,
dadosbubukaning
asmara-dana, inggih punika sengsemingsapoca-pan
Kahananing
suksma,
katumusan
wahananing pangarasa,
dadosbubukaning asmara tantra, inggih punika
sengseming pangarasan
Kahananing
atma, katumusan
kaha-naning wisesa, dados bubukaning
asmara-gama, inggih
punika
sengseming salulutWirayating
guru
ingkang amedharaken
ngelmupambukaning
tata
malige
ing
dalem
betal
mukhadas,utaminipun
anglampahanaboten karsa dhahar
ulam pringsilan, sapanunggilanipun, madyanipun sampun ngantosamastani
mani, kabar pakantukipun
ingkang
sampunkalampahan asring katarimah ngelmunipun.
Ing ngandhap punika wonten riwayating guru, manawi amedharaken rahsaning betal mukhadas,
ing
ngatasipunamejang dhateng tiyang estri, wenang kiniyasaken makaten:
Ing nalika
ingkang MahaSuci
karsa anata
maligewonten salebeting betd mukhadas, jumeneng ing baganipun
siti kawa, punika ingkang wonten salebeting baga, purana,
ingkang wonten ing ngantawising purana: reta, inggih punika
mani,
salebeting
mani: madi,
salebeting
mani:
wadi, salebetingwadi:
manikem,
salebetingmanikem:
rahsa, salebeting rahsapunika dating
atma, ingkang nglamputi kahanan jati.Dene
pitedhahipun makaten, baga,
timbanganing kondhol, purana: timbanganing pringsilan, ing salajengipunsami kaliyan
ing
ngatasipun amejang dhateng kakung,anggenipun
marsudi
supados
sami
amarsudi
ing
waskithaning sangkan paran.7.
Manawi sampun waskitha, prayogi anetepa ingkang dadossantosaning
iman, inggih
punika
saadatjati,
ingkang kasebuting
dalem boten makaten jarwanipun.Ingsun
anakseni satuhuneora
ana
Pangeran, anging ingsun,lan
nakseni ingsun, satuhune Mukhamadiku
utusaningsun.
Wirayating
guru malih,
ingatasipun amejang dhateng pawestri, wenang kawewahan makaten Jarwanipun: Ingsun anakseni, satuhuneora
ono, Pangeran, angingingsun,
anakseni
ingsun,
satuhune Mukhamad
iku
utusaningsun, Patimahiku
umatingsun.8.
Manawi sampun sumerep suraosing sahadatjati
makaten wau, nunten asahidu dhateng wahananing sanak.kita,inggih
punika
kahananingdumadi,
ingkang gumelar wonten ing ngalam donya, kadosta: bumi, langit, surya,wulan, lintang,
latu,
angin,
toya,
sapanunggalipunsadaya,
sami
anaksenanayen
kita
man$ke sampunangagem, jumeneng dating Gusti ingkang Amaha Suci,
dados sipating Atlah ingkang sajati kasebut
ing
dalemboten makaten jarwaniPun.
Ingsun anakseni
ing
datingsun dhewe, satuhune oraono Pangeran, anging ingsun, lan nakseni ingsun, satuhune
Mukhamad
iku
utusan ingsun,iya
sajatine ingkang aran Allah iku badaningsun, Rasul iku rahsaningsun, Mukhamadiku
cahyaningsun, iya ingsun kangurip
ora kena ing pati,iya
ingsun kang elingora
kenoing
lali,
iya
ingsun kanglanggeng ora kena owah gingsir ing kahanan
jati,
iya ingsun kang waskithaora
kasamaraning
sawiji-wiji,iya
ingsunkang
amurba kang misesa,kang
kuwasa wicaksana orakukurangan
ing
pangerti,
byar:
sampurna
padhang terawangan,ora krasa
apa-apa,ora
ana katon
apa-apa,mung
kang
anglimputi
ing
ngalam kabeh,
kalawan sakodratingsun.Taman
Wirid,
angka2
tajeng nyandhak serat Wirid panengeran, ingkang kasebut bab angka: 3Punika
wirid
panengeraning
badan dumugi kasam-purnan, ingkang kasebut bab angka: 3Punika pratikelipun angetrapaken paraboting ngelmu kasampurnan, ingkang kasebut ing dalem pemuting wiradat, kala ing kina-kina kineker kaawisan dening para wali, ing mangke kawedharaken sadaya
bubukanipun,
anedhaken ingkang dados panengeran badhe kadhatengan ing dinten kiyamat, tegesing kiyamat, inggih punika kiyamat ing badankita badhe jumeneng pribadi, kapratelakaken ing ngandhap punika,
uruting
panengeran satunggal-tunggal.1.
Ingkangrumiyin, yen
sampunasring uninga
ingkang boten nate katingal, tandhakirang
sataun,ing
ngrikupanggenanipun
anyangeti
tapa
brata,
anyunyudapakareman, anetepana panggalih:
trima,
lila,
temen,utami,
menggahutami punika
dumunung wonten ing sabar narimah myang darana.2.
Ingkang kaping kalih, yen sampun asring mireng ingkangboten nate kapiyarsa, kadosta: mireng raraosaning
jin,
setan, sato kewan, tandha
kirang
setengahtaun,
ing ngriku panggenaning kurmat, akaliyan tilawat, tegesipunangaj i-aj i kaliyan saj ati, sapanunggilanipun, an$lampahi
padamelan
sae,
kinanthenan
ngantos-atos
dhateng gesangipun piyambak.Ingkang
kaping
tiga, yen
sampun
asring
malih
paningalipun, kadosta: wulan Mukharam, sapar, aningalilangit
katingal
abrit, Mulud,
Rabingul
akir,
katingalcemeng, Rejeb, Ruwah, toya katingal abrit Siyam, Sawal,
wawayanganipun piyambak katingal kalih, Dukangidah,
Besar, latu katingal cemeng, sadaya punika tandha kirang
kalih
wulan, ing ngriku panggenaning wasiyat akaliyan riwayat, tegesipun amemeling kaliyan awawarah, kanthi taberi myang susuci.Ingkang
kaping
sekawan,yen
dariji
panunggul dipunbekuk
kapetelaken dalah epek-epekipun,dariji
manis kaangkat, yen sampun kangkat, anjunjung darijinipun3.
4.
manis wau, tandha kirang kawan dasa dinten, ing ngriku panggenaning ngawiyat, tegesipun angapunten, inggih
ngapunten
ingkang sami kalepatan,
utawi
nedha ngapunten ingkang sami kasakitaken manahipun.5.
Ingkang kaping gangsal, yen kawawas darijinipun sampunkatingal
kalong,
ugel-ugelsampun
katingal
pedhot,tandha
kirang
sawulan,
ing
ngriku
panggenaning amatrapaken pikekahing ngelmu kasampurnan, kadosingkang kasebut ing ngandhap punika: Iman
Tokit
Makripat
Islam
Tegesipun angandel, ingkang dipunandel kodratipun tegesipun kodrat kuwasa
Tegesipun
muhung
satunggal,
inggih punika pasrah dhateng iradat karsaTegesipun
waskitha, ingkang
dipun-waskithani
ngelminipun,inggih
punika anguningani dununging dat, sipat, asma,apngal.
1. Dat, tegesipun kandha
2.
Sipat, tegesipun rupa 3. Asma, tegesipun aran 4. Apngal, tegesipun pangertiTegesipun
wilujeng,
ingkang
wilujengpunika
khayatipun,
tegesipun khayat: gesang,dumunung wonten sipat
jalal,jamal,
kahar, kamal.1. Jamal, tegesipun Agung, ingkang agung
punika datipun
deneanglimputi
ing ngalam sadaya.2.
Jamal,
tegesipunelek, ingkang
elok punika sipatipun dene dede jaler, dedeestri,
dedewandu, sarta
boten arah, boten enggen, tanpa warna tanpa rupa. 3.Kahar, tegesipun misesa,
ingkangmisesa punika asmanipun, dene boten
nama sinten-sinten.
4. Kamal, tegesipun sampurna, ingkang
sampurna
punika
apngalipun,
denesaged gumelar sanalika pangertinipun, saking kiwasa tanpa sangsaya.
Menggah dunungipun makaten
Iman
:
Wonten ing enengTokhid :
Wontening
eningMakrifat
:
Wontening
awasIslam :
Wontening
engetan6.
Ingkang kaping nem, yen sampun katinglal warninipun piyambak,tandha kirang
satengahwulan,
ing
ngriku panggenaningpamuja,
anegeskarsanipun
ingkang kuwasa, patrapipun saben angangkat yen badhe sare,pamujanipun kasebut ing ngandhap punika:
Ana pupujaningsun sawiji, date iya datingsun, sipate
iya
sipatingsun,
asmaneiya
asmaningsun apngale iya apngalingsun,ingsun puja
ing
patemontunggal,
saka ananingsun, sampurna kalawan kodratingsun,ing
ngrikucinipta
ingkangpinuja
satunggil, kadosta:
bapa biyung, kakinini,
garwa putra wayah sasaminipun, ingkang dadostelenging
cipta,
sageda
nunggil
wonten jamaning
kalanggengan.
7.
Ingkang kapingpitu,
yen sampun rumaos boten ajengpunapa-punapa,
tondha
kirang
pendhak
dinten,
ingngriku panggenaninS tobat, patrapipun saben wungu sare kasebut ing ngandhap punika:
Ingsun ana
longsamaringdat ingsun
dhewe, regeding sisi ingsun, gesehe atiningsun, serengingnapsuing-sun
,lalineing
nguripingsun salawas-lawase,ing
mengkoingsun ruwat sampurna ing sadosaningsun kabeh, soko ing kodratingsun.
8.
Ingkang kaping wolu, yen keteking asta sampun botenwonten,
tuwin
garbbegingtalingan
sampun
kandel,punapa
dene wapramayaning kena
sampun
onyet,pramananing
tingal
sampun
sepen,
andadosaken rengatingimbu, ing
wekasan pucukingparsi
sampun karaos asrep, punika tondha sampun majad ing dintenkiyamat, jtimeneng
kaliyan pribadi,
ing
ngriku
panggenanipun anucekaken sakathahing
anasir,
tegesipun anasir: bongso,
inggih punika
bangsanipunkhak,
dumunung wontening dat
sipat
asma, apngal kadosta: anasir badan, asal sakin$bumi,
latu,
angin,toya, punika kacipta asuci mulya mantuk
dhatengasalipun
sampurna,anunggil
kaliyan
anasiring
roh, ingkang mondhok wonten kahananing wujud ngelmunur
suhud.Tegesipun wujud: wahana, inggih punika erah, amargi erah punika dados kanyatananipun eroh.
Ngelmu,
tegesipun:
paningal
inggih
punika
paningalipun
netra balaka, amargi
tingal punika
dadospamawasing roh.
Nur
tegesipun:
cahya,
inggih
punika
cahya
ingkalimputi
ing
sarira,
amargi
cahya
punika
dadospratandhaning roh.
Suhud tegesipun: saksi, inggih punika napas amargi
napas
punika
dadossaksinipun
roh
dene anggenipun anucekaken kasebut ing ngandhap punika.Ingsun
anucekakensakaliring anasir kang
bangsajasmani, sukci
mulya sampurna anunggal
kalawan.Sakaliring anasiringsun kang bangsa rokhani, nirmala wau
ya ing
kalawanjati
dening kodratingsuning
badanipun, angusapa puser kapingtiga, upami
karaos liwung kadoswuru,
angusapajaja
kaping Uga, upami karaos arip badhetilem,
angusapabathuk
kapingtiga, upami
kraos badhesupe, angusapa embun-embunan kaping
tiga,
ing
ngriku anempakna rasaningjati
wisesa, tegesipun angeniraken angen-angen, sebabpunika
panggenanipun kadhatenganrancana saking badanipun piyambak, inggih
punika
sadherek sakawan gangsal
pancer,
ing
ngriku
prayogi kamwata, kados ing ngandhap punika.Ingsun angruwat kadangingsun papat kalima pancer,
dumunung ana ing badaningsun dhewe, kakang kawah adhi ari-ari, getih, puser, sakehing kadangingsun kang metu ing marga
ina, lan
kang ora metu sakaing
margaina,
sarta kadangingsunkang metu
bareng sadina, kabeh
padhasampurna,
nir
mala waluya
ing
kahananjati,
kalawan kodratingsun.Nunten asaksia kalawan datingsun piyambak, kasebut ing ngandhap punika:
Ingsun anakseni datingsun dhewe, satuhune ora ana
Pangeran, angin ingsun,
lan
satuhune Nabi Mukhammadiku
utusaningsun,
iya
sajatine
kang aran
Allah
iku
badaningsun, iya ingsun kang eling ora kena lali, iya ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahananjati,
iya ingsun kang waskithaora
kasamaraning
sawiji-wiji, iya ingsun kang amurba wisesa, kang kuwasa wicaksana orakukurangan
ing
pangerti,
byar:
sampurna
padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora katon apa-apa, mung ingsun ingkang anglimputi ing ngalam kabeh kalawan kodrat ingsun.Yen
asampun makaten, cahya
nur
Mukhammad,tumumn
gumilang-gilang wontening
wadana,ing
ngrikupanggenanipun angawinaken badan akaliyan nyawa, kasebut
ing
ngandhap punika:Allah kang ngawinake winalen dening Rasul, pangulune Mukhammad, saksine Malaikat papat, iya
iku
ingsun kang ngawin badaningsun, sapatemon kalawan suksma ningsun, winalenan dening rahsaningsun,Israpil
paningalingsun,ngijrail
pamiyarsaningsun,
srikawine
sampurna
sakakodratingsun.
Nunten anyiptaa
sangkan
paraning tanqjul
tarki, kasebuting
ngandhap punika:Ingsun
mancadsaka
tingal, insan kamil,
tumeka marang ngalam ajsan,nuli
tumeka marang ngalam misal,nuli
tumeka marang ngalam arwah,nuli
tumeka marang wakidiyat, nuli tumeka marang wahdat, nuli tumeka marang akadiyat,nuli
tumeka marang ngalam insan kamil maneh,sampurna padhang terawangan, saka ing kodratingsun. Yen sampun makaten nunten tata-tata dandos, kados
ing ngandhap punika:
1. Asidhakep suku tunggal, anutupi babahan nawa sanga,
darijining asta
samiantuk ing
selaningdariji,
jempol den aben sami jempol, lajeng tumumpang ingjaja,
denleresi sipataning
tengahjaja,
salonjoring
suku
awitjempol,
kapanggihakensami dhengkul kang
rapet,pajaleran sapalandhunganipun
sinipat
kaliyan jempol suku, sampun ngantos katindhihan.2.
Amawas pucuking grana den sipat ingjaja
ing pusering jaleran ing jempol suku.3.
Anarik napas king kiwa, mubeng anengen, saking tengenmubeng ngina, kakumpulaken dados satunggal, wonten ing lintang johar, tegesipun ing puser, katarik nlanginggil leres kang asareh,
nunten
tinata
wonten maligenipun betal mukharam, tegesipun ingjaja,
sampun ngantos tumpangsuh kumpuling napas, tan napas, anpas, nupus.J.
Napas punika ta tangsulingjisim,
dumunung wontening
manah suweda, tegesipun woding
manah wahananipun dados angin.ingkang medal kemawon.2.
Tan napas, punika ta tangsuling manah, dumunung wonten ing puser, wahananipun dados angin ingkang manjing kemawon.3.
Anpas, punikata
tangsuling roh, dumunung wontening jantung,
wahananipun dados
angin
ingkang wonten nglebet kemawon.4.
Nupus, punika ta tangsuling rahsa, dumung wontening
manah
puad kang
ngapethak,inggih
punika wonten woding jajantung, wahananipun dados anginingkang anglimputi
sakaliring
jasmani,
akaliyan rokhani, yen sampun kumpul dados satunggal, napas,tan
napas, anpas,
nupus, wau
lajeng katarik
manginggil
ingkang
alon,
kendel wonten
ing
maligenipun betal makmur, inggih punika ing sirah, kacipta mantun dados
nukat
ghaib.4. Angeremaken netra, ingkang alon, angingkemaken lathi ingkang dhamis, Iidhah katekuk manginggil kapadalaken
ing
cethak, wajagathuk
kasami waja ingkang aradin,ing ngriku
nunten
angeningakencipta,
lajeng pasrah analangsa dhateng datipun piyambak.Yen
sampun makaten, godhongingkajeng
sajaratilmuntaha
rentah, redi tursina
rebah,
tegesipun punika talingan pangleh, graha mingkup,ing ngriku
dhatengipun cahyaning napsu kawan prakawis, ingkangrumiyin
cahyacemeng,
nunten
cahyaabrit,
nunten cahyaning pramana, amanca warni dhatengipun, gumelar sareng cemeng, abrit, ijem,jene,
pethak, sami anglimputi
ing
dating
karaton, ananging sadayapunika
dede sejatosipunkaraton
kangtinata
MahaMulya,
mila
ing
saderengipun kadhatengan cahyapunika,
kedah ambirata asaling cahya satunggal, kasampurnakakensaking
kodrat
kita,
ingkang
supadossampun ngantos kalimputan dening cahya,
ing
ngandhap punika pamberatipun.4l
frar,"tl,r;/,,nfu^
Ta<.^a/;fu,*t; 9.41 U/;";/Cahya
ireng
kadayaningnapsu
luamah,
sumurup maring cahya kang abang, cahya abang kadayaning napsu amarah, sumurup maring cahya kang kuning, cahya kuning kadayaning napsu supyah,sumump
maring cahya kang putih, cahya putih kadayaning napsu mutmainah, sumurupmaring
cahya
kang
amancawarna
kadayaning napsu mutmainah, sumurup mAiing cahya kang amanca warrra kadayaning pramanasumurup maring
dating cahyaning,kang
awening
mancur
mancorong gumilang
tanpa
wawayangan, byar: sampurna padhang terawangan, ora ana
katon apa-apa, kabeh-kabeh padha kalimputan datingsun saka kodratingsun.
Sasampunipun makaten,
nunten
matrapna panjene-nganing dat kados ingkang kasebut ing ngandhap punika.1. Angumpulaken kamula Gusti
Ingsun dating Gusti asipat
Esa,kang anglimputi
ing kawula ningsun, tunggal dadi sakahanan, samprrrna sakakodratingsun.
2.
AnuncekakenIngsun kang Amaha Suci, kang asipat langgeng ingkang amurba amisesa, kang kuwasa, kang sampurna nir mala waluya ing jatiningsun kalawan kodratingsun.
3.
AngrakitIngsun
dat
kang Maha
Luhur,
kang jumeneng RatuAgung, kang amurba amisesa, kang kuwasa, andadekake
ing karatoningsun. Kang Agung kang Maha Mulya, ingsun
wengku
sampurnasaka
praboningsun sakep saisen,pepak
sabalaning kabeh,ora ana
kang kukurangan,4. 5. 6. 7. 8. 9.
byar: gumelar dadi saciptaningsun, ana sasedya ningsun, teka sakarsaningsun, saka kodratingsun.
Angracut
Jisimingsun kang
kari
ing
ngalam donya, yenwis
anajam karamat, Kang Maha Mulya, wulu
kulit
daging getih balung sumsum sapanunggalane kabeh, asale saka ing cahya:muliya
maring
cahya, sampurnabali
marang ingsun maneh, sakaing
kodratingsun.Anarik
Yoganingsun
sapandhuwur
sapangisor,kabeh
kang padha mulih ing jaman karamating ngalam dhewe-dhewe,padha Suci Mulya sampurna kaya ingsun. Angukut
Ingsun
anandakakeing
ngalam donya,
saisen-isenekabeh, yen wis tutug ing wawangene ingsun kukut mulih,
naulya sampurna dadia sawiji kalawan kahananingsun maneh, saka kodratingsun.
Ambabar
Turasingsun
kang
padhakari
ana
ing
ngalam donyakabeh, padha nemua suka bungah, sugih ajana kang
kukurangan, rahayua
salameta
sapandhuwure
sapangisore saka kodratingsun. Amasang pengasihan
Sakehing
titah
ingsun kabeh, kang padha andulu, kang padha kapmngu, padha asih welasa marang ingsun, sakakodratingsun. Amasang kamayan