• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN REKLAME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA,

Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat promosi

terhadap suatu produk baik barang maupun jasa, dengan

tujuan komersil untuk dapat memperkenalkan,

menganjurkan, mempengaruhi dan menarik perhatian umum;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dan meningkatkan potensi sumber

pendapatan dari reklame, perlu diatur penyelenggaraan

reklame dengan memperhatikan prinsip-prinsip

akuntabilitas, keadilan, estetika, ketertiban, melindungi kepentingan masyarakat, dan potensi daerah;

c. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian serta perlindungan terhadap penyelenggaran reklame, perlu adanya jaminan kepastian hukum dalam pemberian izin penyelengaraan reklame;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Reklame.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4872);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

6. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 10

Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lombok Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010 Nomor 10);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 9

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 19).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA dan

BUPATI LOMBOK UTARA MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN

REKLAME.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Utara.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintah daerah.

3. Bupati adalah Bupati Lombok Utara.

4. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang

selanjutnya disingkat DPPKAD adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lombok Utara.

5. Tim Pengawasan dan Pengendalian adalah tim yang di bentuk oleh Bupati

untuk melaksanakan tugas pengawasan dan pengendalian termasuk pula tindakan penertiban di dalam penyelenggaraan reklame.

6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau

(3)

Organisasi yang sejenis Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya.

7. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk,

susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

8. Reklame Papan atau Billboard adalah reklame yang bersifat tetap (tidak

dapat dipindahkan) terbuat dari papan, kayu, seng, tinplate, collibrite, vynil, aluminium, fiberglas, kaca, batu, tembok atau beton, logam atau bahan lain yang sejenis, dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau digantung atau ditempel atau dibuat pada bangunan tembok, dinding, pagar, tiang dan sebagainya baik bersinar, disinari maupun yang tidak bersinar.

9. Reklame Megatron/Vidiotron/Large Electronic Display (LED) adalah

reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik.

10. Reklame Kain adalah reklame yang tujuan materinya jangka pendek atau

mempromosikan suatu even atau kegiatan yang bersifat insidentil dengan menggunakan bahan kain, termasuk plastik atau bahan lain yang sejenis, termasuk di dalamnya adalah spanduk, umbul-umbul, bendera, flag chain (rangkaian bendera), tenda, krey, banner, giant banner dan standing banner.

11. Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,

diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau diminta untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda.

12. Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,

diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada benda lain.

13. Reklame Berjalan/Kendaraan adalah reklame yang ditempatkan pada

kendaraan atau benda yang dapat bergerak, yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa/didorong/ ditarik oleh orang, termasuk didalamnya reklame pada gerobak/rombong, kendaraan baik bermotor ataupun tidak.

14. Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan diudara dengan

menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis.

15. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau perantaraan alat.

16. Reklame Film atau Slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan

cara menggunakan klise (celluloide) berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan lain yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/atau dipancarkan.

17. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

18. Penyelengara Reklame adalah Pemerintah Daerah, pemilik reklame,

pemilik produk, dan/atau perusahaan jasa periklanan yang

menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

19. Sarana dan Prasarana Kota adalah bagian dari ruang kota yang dimiliki

dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah, yang pemanfaatannya untuk kepentingan umum.

(4)

20. Di luar Sarana dan Prasarana Kota adalah bagian dari ruang kota yang status pemilikannya perseorangan atau badan yang pemanfataannya sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam rencana kota.

21. Peruntukan Lokasi Reklame adalah tempat tertentu dimana titik reklame

ditempatkan atau ditempelkan.

22. Titik Reklame adalah tempat dan/atau lokasi di mana bidang reklame

didirikan atau ditempelkan.

23. Pajak Reklame yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah

atas pemasangan reklame.

24. Nilai Strategis Lokasi adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik-titik

lokasi pemasangan reklame yang dikategorikan sebagai lokasi yang didasarkan kriteria kepadatan lalu lintas, kemudahan pemanfaatan tata ruang kota, pusat keramaian kota serta aspek lainnya.

25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, mengelola data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban dari pemasang dan/atau pengelola reklame.

26. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh PPNS yang

selanjutnya disebut penyidik untuk mencari serta mengumpulkan data atau bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana khususnya pelanggaran dibidang Penyelenggaraan Reklame yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

27. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang atau ketentuan yang berlaku untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

BAB II

PERENCANAAN PENEMPATAN DAN PENYELENGGARAAN REKLAME Bagian Kesatu

Perencanaan Penempatan Pasal 4

(1) Setiap perencanaan penempatan reklame yang meliputi pendataan,

pemetaan, penataan dan penetapan titik reklame, harus memperhatikan estetika, keselamatan, keserasian bangunan dan lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang.

(2) Perencanaan penempatan reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan terhadap :

a. sarana dan prasarana kota;

b. diluar sarana dan prasarana kota meliputi tanah dan/atau bangunan.

(3) Ketentuan mengenai penempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Kedua

Penyelenggaraan Reklame Pasal 5

(1) Penyelenggaraan reklame dilaksanakan oleh penyelenggara reklame.

(2) Penyelenggara reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pemerintah daerah;

(5)

c. perusahaan jasa periklanan atau biro reklame.

(3) Pemilik reklame atau produk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

adalah orang pribadi atau badan pemilik reklame untuk kepentingan sendiri.

(4) Perusahaan jasa periklanan atau biro reklame sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf c adalah badan usaha yang bergerak di bidang reklame untuk dan atas nama pihak lain.

(5) Penyelenggaraan reklame harus memenuhi persyaratan estetika,

keselamatan, keserasian bangunan dan lingkungan serta tidak boleh bertentangan dengan norma keagamaan, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan, budaya bangsa serta harus sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 6

(1) Reklame diselenggarakan pada sarana milik perorangan, badan usaha dan

sarana-sarana umum yang dikuasai oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Daerah.

(2) Penyelenggaraan reklame pada sarana milik perorangan/badan usaha

dilekatkan pada bangunan, atau didirikan di atas tanah/halaman.

(3) Reklame pada sarana pemilik reklame sendiri dibuktikan dengan bukti

pemilikan tanah/bangunan miliknya, dan pada sarana milik orang lain dibuktikan dengan perjanjian penggunaan sarana antara pemilik reklame dengan pemilik sarana.

Pasal 7

Penyelenggaraan/pemasangan reklame khusus produk rokok dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan/pemasangan reklame yang disyaratkan memiliki izin mendirikan bangunan dikenakan retribusi izin mendirikan bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. bando;

b. megatron;

c. video wall;

d. dinamic wall;

e. neon sign/neon box;

f. billboard;

g. midi billboard; dan

h. papan petunjuk.

Bagian Ketiga Jenis Reklame

Pasal 9

(1) Reklame menurut jenisnya dibedakan menjadi:

a. reklame permanen; dan

b. reklame insidentil.

(2) Reklame permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri

dari reklame papan/billboard/videotron/megatron/Large Electronic

Display (LED) atau sejenisnya dan reklame berjalan termasuk dalam kendaraan.

(6)

(3) Reklame insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. reklame kain;

b. reklame melekat (stiker);

c. reklame selebaran;

d. reklame balon udara;

e. reklame apung;

f. reklame suara;

g. reklame film/slide; dan

h. reklame peragaan.

Bagian Keempat Standar Reklame

Pasal 10

(1) Setiap pemasangan reklame harus memenuhi standar reklame.

(2) Standar reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. standar etik yaitu isinya tidak mempertentangkan unsur SARA (Suku,

Agama, Ras dan Antar Golongan) dan menjaga norma kesusilaan serta kesopanan;

b. standar estetis yaitu bentuk dan penampilannya memperhatikan aspek

keindahan;

c. standar teknis yaitu reklame yang dipasang memenuhi ketentuan

standar konstruksi;

d. standar fiskal yaitu reklame yang dipasang telah melunasi seluruh

kewajiban perpajakan;

e. standar administrasi yaitu reklame yang dipasang memenuhi perizinan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

f. standar keselamatan yaitu reklame yang dipasang tidak mengganggu

lalu lintas dan tidak membahayakan pejalan kaki atau masyarakat disekitarnya.

Pasal 11

(1) Materi reklame yang ditayangkan berupa gambar, lukisan atau foto harus

memenuhi ketentuan-ketentuan yaitu :

a.tidak bersifat Suku Agama Ras Antar Golongan (SARA);

b.tidak bersifat pornografi;

c. tidak melanggar etika dan moral;

d.tidak melanggar ketertiban umum;

e. mencerminkan bahasa yang santun dan tidak melawan hukum.

(2) Materi reklame yang ditayangkan adalah sesuai dengan contoh gambar

yang diajukan pada saat mengajukan ijin.

(3) Penggantian materi reklame dari produk yang sama dalam masa ijin harus

terlebih dulu mendapat persetujuan tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

Bagian Kelima

Tata Cara Penyelenggaraan Reklame Pasal 12

Penyelenggaraan reklame permanen harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. konstruksi reklame dapat dipertanggungjawabkan menurut persyaratan

(7)

b. lampu reklame yang dipasang diarahkan kebidang reklame sehingga tidak menyilaukan pandangan pemakai jalan;

c. instalasi listrik yang dipasang harus memenuhi persyaratan teknis

sehingga tidak membahayakan keselamatan umum;

d. menempatkan media reklame pada bidang atau konstruksi reklame;

e. kontruksi reklame harus kuat menahan beban sendiri dan beban-beban

lain yang berpengaruh;

f. struktur reklame harus diperhitungkan kekuatannya;

g. kontruksi reklame tidak boleh menganggu penguna jalan maupun lalu

lintas; dan

h. utilitas disesuaikan dengan lokasi setempat.

Pasal 13

(1) Penyelenggaraan reklame pada sarana/prasarana kota harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. tidak menutup/mengganggu pandangan perlintasan terhadap lalu

lintas jalan;

b. tidak mengganggu fungsi atau merusak sarana dan prasarana kota

serta tidak mengganggu pemeliharaannya;

c. kaki konstruksi tidak boleh berada di saluran air, sungai atau badan

jalan.

(2) Penyelenggaraan reklame di trotoar harus memenuhi ketentuan:

a. diameter tiang reklame paling besar 10 % (sepuluh persen) dari lebar

trotoar;

b. titik pondasi/sepatu kaki konstruksi (pile cap) harus terletak pada sisi

trotoar yang berbatasan/berdekatan dengan persil;

c. titik pondasi/sepatu kaki konstruksi (pile cap) tidak menganggu fungsi

badan jalan;

d. titik pondasi/sepatu kaki konstruksi (pile cap) dan bidang reklame

tidak mengganggu/merusak jaringan utilitas baik yang berada di bawah (dalam tanah) maupun diatas;

e. ketinggian/elevasi dari pondasi/sepatu kaki konstruksi (pile cap) harus

rata dengan permukaan trotoar;

f. bidang reklame tidak melebihi sisi trotoar bagian luar, yang berbatasan

dengan badan jalan;

g. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang reklame

masuk kedalam/diatas persil.

(3) Penyelenggaraan reklame di median jalan atau jalur hijau, bidang reklame

dilarang melebihi median jalan yang bersangkutan. Pasal 14

Penyelenggaraan reklame di luar sarana dan prasarana harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. mendapat persetujuan tertulis dari pemilik tanah/persil;

b. bidang reklame beserta konstruksinya, tidak diperbolehkan menembus

atap bangunan;

c. penyelenggaraan reklame di halaman, lebar bidang reklame tidak boleh

melebihi 60% (enam puluh persen) dari lebar sisi halaman tempat reklame tersebut diselenggarakan.

Pasal 15

Penyelenggaraan reklame insidentil jenis kain harus memenuhi ketentuan :

a. tidak diletakkan/ditempatkan pada tiang lampu pengatur lalu lintas. tiang

(8)

b. tidak diletakan/ditempatkan pada bidang atau konstruksi reklame jenis papan/billboard/videotron/ megatron;

c. tidak diletakkan/ditempatkan melintang di atas jalan; dan

d. materi reklame bersifat jangka pendek atau mempromosikan suatu

kegiatan yang bersifat insidentil.

Pasal 16

Penyelenggaraan reklame insidentil jenis melekat/stiker tidak diperbolehkan ditempelkan pada rambu lalu lintas, tiang listrik, tiang Penerangan Jalan Umum (PJU), tiang telepon atau sarana dan prasarana kota lainnya.

Pasal 17

Penyelenggaraan reklame insidentil Balon Udara, titik jatuhnya tidak boleh berada pada Ruang Milik Jalan.

Pasal 18

(1) Penyelenggaraan reklame berjalan termasuk pada kendaraan bermotor

harus sesuai dengan desain dan konstruksi kendaraan bermotor;

(2) Penyelenggaraan reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

diperuntukan untuk reklame jenis megatron.

Bagian Keenam

Hak, Kewajiban dan Larangan Pasal 19

Pemegang izin reklame berhak untuk melakukan kegiatan

penyelenggaraan/pemasangan reklame sesuai dengan izin yang diberikan. Pasal 20

Setiap orang atau badan yang memasang reklame wajib:

a. menempelkan penning atau stiker atau tanda lain yang ditetapkan oleh Bupati atau masa berlaku yang dibubuhkan oleh petugas pada reklame yang dipasang;

b. memelihara benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan untuk reklame agar selalu dalam kondisi baik;

c. memenuhi persyaratan administratif mengenai status tanah yang digunakan untuk pemasangan reklame;

d. memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan media reklame yang meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan tentang bangunan;

e. membongkar reklame beserta bangunan konstruksi segera setelah berakhir izin atau setelah izin dicabut;

f. menanggung segala akibat yang disebabkan penyelenggaraan reklame yang menimbulkan kerugian baik fisik maupun non fisik pada pihak lain.

Pasal 21 Penyelenggara reklame dilarang:

a. memasang reklame tanpa izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

b. menempatkan atau menggunakan lokasi/tempat pemasangan reklame yang tidak sesuai dengan izin yang dimiliki;

(9)

c. merubah ukuran, konstruksi, penyajian dan pesan sesuai dengan izin yang diberikan;

d. memindahtangankan secara sepihak kepada pihak lain yang bukan pemegang izin;

e. memasang reklame pada pohon-pohon penghijauan/pelindung jalan, tiang listrik atau tiang telepon dan pagar taman;

f. merusak kelestarian lingkungan tempat pemasangan reklame;

g. memasang reklame dengan cara melintang di atas jalan untuk jenis reklame spanduk;

h. memasang reklame yang tidak memenuhi standar reklame; i. menempatkan dan memasang reklame pada:

1. persil-persil milik pemerintah daerah yang digunakan untuk kantor pemerintahan;

2. lingkungan sekolah, tempat ibadah dan lingkungan kesehatan; 3. badan sungai dan saluran; dan

4. jembatan sungai. BAB III PENATAAN REKLAME Bagian Kesatu Umum Pasal 22

(1) Pemerintah Daerah dalam rangka menunjang keindahan, keamanan dan

keselamatan masyarakat berwenang menata reklame serta mengatur setiap penyelenggaraan atau peletakan reklame dalam suatu komposisi yang tertib dan rapi pada titik lokasi, panggung reklame atau sarana lain.

(2) Pembangunan panggung reklame dapat dilakukan Pemerintah Daerah

atau penyelenggara reklame.

(3) Apabila terdapat kendala teknis pada saat perletakan/penempatan titik

reklame di lapangan, maka terhadap titik tersebut dapat digeser pada titik di sekitar titik reklame yang telah ditetapkan selama tidak bertentangan dengan batasan teknis.

(4) Segala biaya pergeseran titik reklame sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2) dibebankan kepada pemohon.

Bagian Kedua Perletakan Titik Reklame

Pasal 23

Pemasangan reklame dilakukan pada lokasi atau kawasan tertentu sesuai dengan pemanfaatan wilayah yang dapat dipergunakan untuk tempat pemasangan reklame, kecuali beberapa lokasi yang dilarang sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 24

(1) Setiap pemasangan reklame dilakukan pada lokasi atau kawasan yang

telah ditetapkan.

(2) Lokasi atau kawasan tempat pemasangan reklame sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dikelompokkan berdasarkan penyebaran titik lokasi reklame.

(10)

Pasal 25

(1) Titik lokasi tempat pemasangan reklame sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (2) dikelompokkan berdasarkan nilai strategis.

(2) Nilai strategis lokasi tempat pemasangan reklame diklasifikasikan menjadi:

a. klasifikasi A;

b. klasifikasi B;

c. klasifikasi C;

(3) Lokasi tempat pemasangan reklame yang ditetapkan sebagai Klasifikasi A

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, bernilai strategis tinggi.

(4) Nilai strategis tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dengan kriteria:

a. merupakan kawasan pusat ibukota daerah,

b. merupakan pusat perdagangan/perbelanjaan;

c. merupakan daerah kawasan pariwisata;

d. tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan lalu lintas kendaraan umum

maupun pribadi padat;

e. peminat pemasang reklame banyak.

(5) Lokasi tempat pemasangan reklame yang ditetapkan sebagai Klasifikasi B

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, bernilai strategis sedang.

(6) Nilai strategis sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dengan

kriteria:

a. lokasi cukup jauh dengan pusat ibukota kabupaten,

perdagangan/perbelanjaan;

b. lokasi merupakan jalan penghubung;

c. tingkat mobilitas sedang dan lalu lintas kendaraan umum maupun

pribadi tidak terlalu padat;

d. peminat pemasang reklame sedang.

(7) Lokasi tempat pemasangan reklame yang ditetapkan sebagai Klasifikasi C

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, bernilai strategis rendah.

(8) Nilai strategis rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dengan

kriteria yang tidak termasuk Klasifikasi A dan Klasifikasi B. Pasal 26

(1) Kategori titik perletakan/penempatan reklame dibagi menjadi dua kawasan meliputi :

a. kawasan selektif; dan b. kawasan umum.

(2) Kawasan selektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi kawasan:

a. gedung milik pemerintah atau pemerintah daerah;

b. sarana ibadah;

c. sarana pendidikan;

d. sarana kesehatan.

(3) Kawasan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. penempatan titik perletakan reklame di dalam sarana dan prasarana

kota; dan

b. penempatan titik perletakan reklame di luar sarana dan prasarana

kota.

(4) Penempatan titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi :

a. sisi luar trotoar atau bahu jalan;

b. median jalan;

c. daerah pengawasan jalan/daerah aliran sungai;

d. terminal/pangkalan umum;

e. pasar/bangunan dan/atau tanah milik Pemerintah;

(11)

g. pos jaga polisi;dan

h. sarana dan prasarana lainnya.

(5) Penempatan titik perletakan reklame di luar sarana dan prasarana kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, meliputi:

a. menempel pada bangunan;

b. di atas bangunan; dan

c. di luar bangunan/dihalaman.

Pasal 27

Ketentuan mengenai penetapan kawasan dan penempatan titik reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

BAB IV PERIZINAN

Pasal 28

(1) Setiap orang atau badan yang bermaksud memasang reklame wajib

memiliki izin dari Bupati.

(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala DPPKAD.

(3) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon

harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan

melampirkan:

a. untuk reklame permanen:

1. fotocopy KTP dengan menunjukkan aslinya; 2. fotocopy NPWP dengan menunjukkan aslinya;

3. surat kuasa bermaterai dari pemohon bila pengajuan permohonan dikuasakan pada orang lain;

4. rekomendasi dari Kepala Desa;

4. sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame; 5. desain dan tipologi serta konstruksi reklame; 6. lokasi penempatan reklame berukuran 4R; 7. naskah/pesan yang akan disampaikan; 8. ukuran reklame; dan

9. jaminan biaya bongkar.

b. untuk reklame non permanent/insendentil : 1. fotocopy KTP dengan menunjukkan aslinya; 2. fotocopy NPWP dengan menunjukkan aslinya; 3. naskah/pesan yang akan disampaikan;

4. lokasi penempatan reklame;

5. surat kuasa bermaterai dari pemohon bila pengajuan permohonan dikuasakan pada orang lain; dan

6. ukuran reklame;

(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(6) Setiap orang atau badan yang sebelumnya telah memiliki izin dan telah habis masa berlakunya apabila pemasangan reklame akan diteruskan, wajib melakukan permohonan perpanjangan izin sesuai ketentuan yang berlaku.

(12)

(7) Permohonan perpanjangan izin sebagimana dimaksud ayat (6), diajukan secara tertulis paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa izin.

(8) Setiap orang atau badan yang memasang reklame yang berdasarkan perjanjian, untuk perpanjangan izinnya wajib diadakan pembaharuan perjanjian terlebih dahulu.

(9) Tata cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perpanjangan izin sebagaimana dmaksud pada ayat (6), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 29

Kewajiban memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 pada ayat (1) tidak berlaku bagi penyelenggaraan reklame:

a. melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;

b. hanya mengenai pemilikan/peruntukan tanah dengan ketentuan ukuran reklame tidak melebihi 0,50 m2 (nol koma lima puluh meter persegi) dan diselenggarakan di atas tanah/bangunan yang bersangkutan;

c. hanya memuat nama atau pekerjaan orang/badan dengan ketentuan ukuran reklame tidak melebihi 2 m2 (dua meter persegi) dan diselenggarakan di atas tanah/bangunan yang bersangkutan;

d. hanya memuat nama lembaga formal yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan dengan ketentuan ukuran reklame tidak melebihi 4 m2 (empat meter persegi) dan diselenggarakan di atas tanah/bangunan yang bersangkutan;

e. hanya memuat nama tempat ibadah dan panti asuhan yang diselenggarakan di atas tanah/bangunan yang bersangkutan.

f. diselenggarakan oleh Partai Politik/Organisasi Masyarakat tanpa disertai kepentingan atau muatan komersial lainnya;dan

g. diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Daerah tanpa disertai kepentingan atau muatan komersial lainnya;

Pasal 30

(1) Penyelenggaraan reklame ukuran besar jenis megatron dan jenis papan harus memperoleh pertimbangan teknis dari Tim Teknis.

(2) Tim Teknis sebagaiana dimaksud pada ayat (1) dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati yang melibatkan SPKD terkait.

(3) Penetapan ukuran reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 31

(1) Izin Penyelenggaraan Reklame permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), diberikan dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.

(2) Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Reklame permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa izin berakhir.

(3) Apabila sampai batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum masa izin berakhir tidak mengajukan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka titik reklame tersebut dapat ditawarkan kepada Penyelenggara Reklame lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(13)

Pasal 32

(1) Izin Penyelenggaraan Reklame insidentil diberikan untuk penyelenggaraan reklame dengan ketentuan:

a. jenis reklame kain dan reklame peragaan dengan jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari; dan

b. jenis reklame selebaran, reklame melekat, reklame berjalan, reklame film, reklame udara dan reklame suara untuk 1 (satu) kali penyelenggaraan.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan dalam bentuk pengesahan atau porporasi.

(3) Jenis reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus diserahkan terlebih dahulu pada pejabat yang berwenang untuk diberi tanda pengesahan atau porporasi pada materi reklame.

(4) Ketentuan mengenai pengesahan atau porporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(5) Izin Penyelenggaraan Reklame Insidentil tidak dapat diperpanjang. Pasal 33

Izin penyelenggaraan Reklame diterbitkan apabila Penyelenggara Reklame :

a. melunasi Retribusi Sewa Lahan terhadap penyelenggaraan reklame pada

sarana dan prasarana kota dan tanah/bangunan yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah;

b. melunasi Pajak Reklame;

c. memiliki Izin Mendirikan Bangunan bagi yang dipersyaratkan;

d. mempunyai izin penggunaan listrik dari instansi yang berwenang bagi

penyelenggaraan reklame yang menggunakan tenaga listrik; dan

e. menyerahkan Bank Garansi sebesar 15% dari nilai konstruksi sebagai

Jaminan Pembongkaran bagi Reklame Permanen yang berukuran sedang dan besar.

Pasal 34

Izin penyelenggaraan/pemasangan Reklame dapat dibatalkan/dicabut apabila :

a. terdapat perubahan kebijakan Pemerintah Daerah; dan/atau

b. keinginan sendiri penyelenggara Reklame.

BAB V

PEMBONGKARAN REKLAME Pasal 35

(1) Setiap orang atau badan yang memasang reklame, pada saat batas waktu

izin reklame sudah berakhir wajib membongkar sendiri reklame yang telah dipasang.

(2) Pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

dengan tetap menjaga keamanan, keselamatan, kebersihan, keindahan dan kelestarian lingkungan.

(3) Apabila setelah batas waktu pemasangan reklame sudah berakhir dan

pemilik reklame belum dan/atau tidak membongkar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka konstruksi reklame tersebut menjadi milik Pemerintah Daerah.

(4) Apabila batas waktu pemasangan reklame belum berakhir dan terjadi

pembongkaran akibat dari pembangunan fasilitas umum atau kepentingan lainnya yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah di tempat reklame itu

(14)

berada, maka dapat dipindahkan ke lokasi pemasangan reklame yang telah ditetapkan.

(5) Pemindahan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan setelah

diberitahukan secara tertulis kepada pemilik izin selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pembongkaran.

(6) Konstruksi reklame yang sudah dinyatakan menjadi milik Pemerintah

Daerah dan tidak dibongkar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat disewakan kepada pemasang reklame lain yang besaran nilai sewanya ditentukan berdasarkan hasil perhitungan oleh DPPKAD.

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan pembongkaran atas reklame apabila:

a. reklame yang dipasang tanpa izin;

b. telah berakhir masa izinnya dan tidak diperpanjang sesuai ketentuan

yang berlaku;

c. tidak melakukan pelunasan pajak reklame;

d. terdapat perubahan jenis reklame, sehingga tidak sesuai dengan izin

yang telah diterbitkan;

e. letak pemasangan yang tidak sesuai pada titik reklame yang telah

ditetapkan;

f. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan

melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;.

g. mengganggu fungsi jalan dan/atau mengganggu pengguna jalan;

(2) Pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah

memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pemegang Izin.

(3) Pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja setelah berkoordinasi dengan instansi terkait.

BAB VI

JAMINAN PEMBONGKARAN REKLAME Pasal 37

(1) Pada saat memasang reklame, penyelenggara reklame wajib memberikan

uang jaminan pembongkaran reklame pada Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah sebesar 15 % dari Nilai Ketetapan Pajak Reklame sebagaimana tersebut dalam Pasal 33 huruf e.

(2) Pembayaran uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan bersama-sama dengan saat pembayaran Pajak Reklame.

(3) Setiap orang atau badan yang memasang reklame, pada saat batas waktu

pemasangan sudah berakhir wajib membongkar sendiri reklame yang telah dipasang.

(4) Batas waktu kewajiban membongkar sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya izin pemasangan reklame.

(5) Apabila penyelenggara reklame sampai dengan batas waktu berakhirnya

masa pemasangan reklame tidak membongkar sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka uang jaminan bongkar tidak dapat diambil dan menjadi milik Pemerintah Daerah.

Pasal 38

(1) Apabila penyelenggara reklame melakukan pembongkaran sendiri dalam

batas waktu kewajiban membongkar sebagaimmana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (4), maka pengembalian uang jaminan bongkar reklame

(15)

sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 ayat (1) dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pembongkaran dilakukan.

(2) Dalam hal pembongkaran reklame dilakukan oleh Pemerintah Daerah,

maka uang jaminan dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) menjadi hak sepenuhnya Pemerintah Daerah.

BAB VII

PENGAWASAN DAN PENERTIBAN Bagian Kesatu

Pengawasan Pasal 39

(1) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan reklame dilakukan untuk

menguji kepatuhan penyelenggara reklame dalam rangka memenuhi kewajiban penyelenggara reklame.

(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan tim pengawas dan pengendali yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua Penertiban

Pasal 40

(1) Penertiban reklame yang terpasang dilakukan terhadap : a. reklame terpasang tanpa izin;

b. reklame terpasang dengan izin yang telah berakhir masa berlakunya; c. reklame terpasang tanpa peneng atau tanda reklame.

d. reklame terpasang yang terdapat perubahan, sehingga tidak sesuai lagi dengan izin yang diberikan, antara lain perubahan :

1. lokasi reklame; 2. konstruksi reklame; 3. ketinggian reklame; 4. jenis reklame; 5. naskah/teks reklame; 6. luas/ukuran reklame.

(2) Pelaksanaan penertiban terhadap reklame terpasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan Linmas berkoordinasi dengan Tim Pengawas dan Pengendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2).

BAB VIII

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN Pasal 41

(1) Dalam rangka menjaga ketertiban, kelestarian dan keindahan lingkungan, reklame yang telah dipasang wajib diadakan pemeliharaan dan perawatan secara berkala.

(2) Pemeliharaan dan perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemegang izin reklame.

(16)

BAB IX

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 42

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan reklame.

(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan

cara:

a. memberikan masukan, usul, dan/atau saran dalam penyelenggaraan

reklame;

b. melaporkan pelanggaran peraturan daerah yang dilakukan oleh

penyelenggara reklame.

(3) Laporan pelanggaran peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf b, disampaikan kepada Kepala Desa untuk selanjutnya ditindaklanjuti kepada Tim Pengawas dan Pengendali.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 43

(1) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan Pasal 20 huruf a, huruf

b, huruf c, huruf d dan huruf e, dan Pasal 41 ayat (1) dikenai sanksi administrasi.

(2) Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berupa :

a. peringatan tertulis;

b.pencabutan izin sementara atau;

c. pencabutan izin.

(3) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,

dilakukan setelah peringatan tertulis selama 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu selama 7 (tujuh) hari kerja.

(4) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c, dilakukan setelah

pencabutan sementara dengan tenggang waktu selama 1 (satu) bulan.

(5) Terhadap pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tidak

membatalkan pembayaran pajak, retribusi, dan jaminan bongkar; BAB XI

PENYIDIKAN Pasal 44

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 45

(1) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 adalah :

a. menerima laporan, mencari data, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana sehingga keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;

(17)

c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana;

g. melakukan tindakan pertama pada saat kejadian atau saat penyidikan

di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan terhadap tindak pidana;

h. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan pemeriksaan indentitas orang dan/atau dokumen yang dibawa;

i. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi

daerah;

j. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagaimana tersangka atau saksi;

k. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak

terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan

l. melakukan tindakan lain menurut hukum yang berlaku untuk

kelancaran penyidikan tindak pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA Pasal 46

(1) Setiap orang atau Badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan

Pasal 20 huruf f dipidana kurungan palig lama 6 (enam) bulan atau pidana dendapaling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).

(2) Tindak pidana sebabaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 47

(1) Izin pemasangan reklame sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini,

dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan habis berlakunya izin.

(2) Semua permohonan izin pemasangan reklame yang sudah diajukan dan

dalam proses sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, diproses sesuai ketentuan sebelumnya.

(18)

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 48

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara.

Ditetapkan di Tanjung pada tanggal 3 Juli 2014 BUPATI LOMBOK UTARA,

H. DJOHAN SJAMSU Diundangkan di Tanjung

pada tanggal 3 Juli 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA,

H. SUARDI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2014 NOMOR 4

Salinan sesuai aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI

TTD

M U H A D I, SH

NIP. 1968420 199303 1 006

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014

(19)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN REKLAME

I. PENJELASAN UMUM

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum.

Keberadaan media reklame sebagai salah satu alat promosi suatu produk perlu diatur penyelenggaraannya, agar tertata sesuai dengan tata ruang, estetika (keindahan), kepribadian dan budaya bangsa serta tidak bertentangan dengan norma keagamaan, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan dan kesehatan.

Pemanfaatan ruang untuk media reklame inilah yang pada akhirnya menimbulkan kewajiban bagi orang atau badan untuk membayar pajak kepada daerah dengan nama Pajak Reklame.

Semakin baik pelayanan maupun penataan reklame di wilayah daerah, maka semakin optimal pula pendapatan asli daerah dari sektor pajak. Pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak ini diperkirakan akan terus meningkat melalui penyelenggaraan reklame yang berkeadilan, transparan dan berkualitas.

Dalam rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas pemasangan reklame perlu adanya pengaturan dalam bentuk izin reklame dan untuk memberikan kepastian hukum atas pengaturan mengenai perizinan reklame di Kabupaten Lombok Utara perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Reklame.

I. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. . Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup Jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7

Yang dimaksud sesuai dengan ketentuan yang berlaku adalah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Rokok

Pasal 8

Cukup jelas.

(20)

Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa bidang reklame yang diatur dengan baik dalam suatu komposisi yang estetis, baik dari segi kepentingan penyelenggara, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan pemanfaatan ruang kota beserta lingkungan sekitarnya.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Huruf a

(21)

Menempel pada bangunan adalah titik reklame yang

menempel/menyatu pada bangunan, baik

mempergunakan konstruksi maupun tidak.

Huruf b

Di atas bangunan adalah titik reklame yang ditempatkan di atas bangunan/gedung.

Huruf c

Halaman adalah bagian ruang terbuka yang terdapat di dalam persil. Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8)

Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian penggunaan tanah antara penyelenggara reklame dengan pemilik tanah yang telah berakhir.

Ayat (9) Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41

(22)

Cukup jelas Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Selain tempat tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), Bupati dapat menetapkan tempat lainnya bagi Penjualan Langsung untuk diminum dan Pengecer untuk

membagi tugas sesuai dengan kompetensi jabatan bawahan dalam rangka penyiapan bahan rencana program kerja dan anggaran bidang pengawasan, rancangan Peraturan

(6) Pengecer dan Penjual Langsung yang menjual Minuman Beralkohol golongan A tidak memiliki SKP-A atau SKPL-A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenai sanksi

membagi tugas sesuai dengan kompetensi jabatan bawahan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan rancangan Rencana Strategis, Program dan Rencana Kerja Tahunan/Rencana

membagi tugas sesuai dengan fungsi dan kompetensi jabatan bawahan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan program kerja subbagian Administrasi Pemerintahan agar

mendistribusikan tugas sesuai dengan fungsi dan kompetensi bawahan dalam rangka penyiapan bahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan umum di tingkat kecamatan agar

membagi tugas sesuai dengan fungsi dan kompetensi jabatan bawahan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan kurikulum dan penilaian agar pelaksanaan tugas berjalan dengan

tiket Pesawat (harga riil pada saat melakukan perjalanan dinas) dan pass naik (boarding pas) dari tempat kedudukan ke tempat bertolak untuk menuju ketempat tujuan