• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lapsus IKM Faringitis Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lapsus IKM Faringitis Akut"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS “

“UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Tn.UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Tn. MB DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN FARINGITIS AKUT MB DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN FARINGITIS AKUT””

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

TARA DHIYA’UL HAQ AL ULYA

TARA DHIYA’UL HAQ AL ULYA, S.Ked, S.Ked 210.121.0007 210.121.0007 Pembimbing Lapangan : Pembimbing Lapangan : dr. Wahyu Widiyanti dr. Wahyu Widiyanti Dosen Pembimbing : Dosen Pembimbing :

dr. Farida Rusnianah, M.Kes, (MARS), Dpl.DK dr. Farida Rusnianah, M.Kes, (MARS), Dpl.DK

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PUSKESMAS GONDANGLEGI PUSKESMAS GONDANGLEGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2017 2017

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Faringitis adalah inflamasi pada mukosa faring akibat infeksi, alergi, atau Faringitis adalah inflamasi pada mukosa faring akibat infeksi, alergi, atau iritasi kronik yang banyak dijumpai di bagian THT-KL. Prevalensi faringitis iritasi kronik yang banyak dijumpai di bagian THT-KL. Prevalensi faringitis kronik di Provinsi Jawa Tengah berkisar 0,2% setara dengan Sumatra Barat dan kronik di Provinsi Jawa Tengah berkisar 0,2% setara dengan Sumatra Barat dan Jawa Timur. Umumnya faktor predisposisi faringitis kronik adalah rhinitis kronik, Jawa Timur. Umumnya faktor predisposisi faringitis kronik adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu

mukosa faring dan debu

Setiap tahunnya ±40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan Setiap tahunnya ±40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah. viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.

 National

 National Ambulatory Ambulatory Medical Medical Care Care Survey Survey menunjukkan menunjukkan ±200 ±200 kunjungankunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksimaupun non infeksi.

akibat infeksimaupun non infeksi.

Faringitis dapat menular melalui droplet infecti

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderitaon dari orang yang menderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya dayatahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang dayatahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang  berlebihan.

 berlebihan.

Berikut merupakan laporan kasus yang diperoleh dari balai pengobatan Berikut merupakan laporan kasus yang diperoleh dari balai pengobatan Puskesmas Gondanglegi Malang berdasarkan Tn. MB, 36 tahun dengan keluhan Puskesmas Gondanglegi Malang berdasarkan Tn. MB, 36 tahun dengan keluhan nyeri telan. Pada laporan kasus ini dibahas penegakan diagnosis pasien nyeri telan. Pada laporan kasus ini dibahas penegakan diagnosis pasien  berdasarkan

 berdasarkan anamnesis anamnesis dan dan pemeriksaan pemeriksaan fisik fisik serta serta penatalaksanaan penatalaksanaan baik baik secarasecara medikamentosa maupun di tinjau dari kedokteran keluarga

(3)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Faringitis adalah inflamasi pada mukosa faring akibat infeksi, alergi, atau Faringitis adalah inflamasi pada mukosa faring akibat infeksi, alergi, atau iritasi kronik yang banyak dijumpai di bagian THT-KL. Prevalensi faringitis iritasi kronik yang banyak dijumpai di bagian THT-KL. Prevalensi faringitis kronik di Provinsi Jawa Tengah berkisar 0,2% setara dengan Sumatra Barat dan kronik di Provinsi Jawa Tengah berkisar 0,2% setara dengan Sumatra Barat dan Jawa Timur. Umumnya faktor predisposisi faringitis kronik adalah rhinitis kronik, Jawa Timur. Umumnya faktor predisposisi faringitis kronik adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu

mukosa faring dan debu

Setiap tahunnya ±40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan Setiap tahunnya ±40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah. viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.

 National

 National Ambulatory Ambulatory Medical Medical Care Care Survey Survey menunjukkan menunjukkan ±200 ±200 kunjungankunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksimaupun non infeksi.

akibat infeksimaupun non infeksi.

Faringitis dapat menular melalui droplet infecti

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderitaon dari orang yang menderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya dayatahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang dayatahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang  berlebihan.

 berlebihan.

Berikut merupakan laporan kasus yang diperoleh dari balai pengobatan Berikut merupakan laporan kasus yang diperoleh dari balai pengobatan Puskesmas Gondanglegi Malang berdasarkan Tn. MB, 36 tahun dengan keluhan Puskesmas Gondanglegi Malang berdasarkan Tn. MB, 36 tahun dengan keluhan nyeri telan. Pada laporan kasus ini dibahas penegakan diagnosis pasien nyeri telan. Pada laporan kasus ini dibahas penegakan diagnosis pasien  berdasarkan

 berdasarkan anamnesis anamnesis dan dan pemeriksaan pemeriksaan fisik fisik serta serta penatalaksanaan penatalaksanaan baik baik secarasecara medikamentosa maupun di tinjau dari kedokteran keluarga

(4)

Klinik Dokter Keluarga FK

Klinik Dokter Keluarga FK UNISMAUNISMA  No. RM  No. RM : 19.330: 19.330 Berkas Pembinaan Keluarga

Berkas Pembinaan Keluarga  Nama pasien  Nama pasien : Tn. MB: Tn. MB Puskesmas Ampelgading

Puskesmas Ampelgading  Nama KK  Nama KK : Tn.MB: Tn.MB KARAKTERISTI

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI K DEMOGRAFI KELUARGAKELUARGA  Nama Kepala Keluarga

 Nama Kepala Keluarga : Tn. MB: Tn. MB Alamat

Alamat lengkap lengkap : : Putat Putat Lor Lor RT. RT. 11 11 RW. RW. 0202 Bentuk

Bentuk Keluarga Keluarga :: Nuclear family Nuclear family

Tabel 1. Daftar Anggo

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga ta keluarga yang tinggal dalam satu yang tinggal dalam satu rumahrumah

Sumber : Data Primer, 31 Desember Sumber : Data Primer, 31 Desember 20162016

Kesimpulan : Kesimpulan :

Keluarga pasien merupakan

Keluarga pasien merupakan  Nuclear  Nuclear familyfamily yang terdiri atas 4 orang.yang terdiri atas 4 orang. Pasien adalah Tn. MB umur 36 tahun, beralamat di Putat Lor, Diagnosa klinis Pasien adalah Tn. MB umur 36 tahun, beralamat di Putat Lor, Diagnosa klinis  pasien adalah Faringitis Akut.

 pasien adalah Faringitis Akut. No ama

No ama Status Status L/P L/P Umur Umur Pendidikan Pendidikan ekerjaanekerjaan PasienPasien PKM PKM KetKet 1 1 Tn.Tn. MB MB Suami Suami (KK) (KK) L L 36 36 th th SDSD Petugas Petugas  parkir  parkir YY Faringitis Faringitis AKut AKut 2

2 Ny. Ny. E E Istri Istri P P 32 32 th th SMP SMP IRT IRT TT

3

3 dr. dr. A A Anak Anak L L 22 th 22 th SMK SMK Bengkel Bengkel T T

--4

(5)

--BAB II STATUS PASIEN ANAMNESIS 1. Identitas Pasien  Nama :Tn. MB Umur :36 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki Pekerjaan :Petugas Parkir

Pendidikan :SD

Agama :Islam

Alamat :Putat lor

Status Pernikahan : menikah

Suku :Jawa

Tanggal periksa :31 Desember 2016 2. Keluhan Utama :  Nyeri telan

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Balai pengobatan Puskesmas Gondanglegi dengan keluhan nyeri tenggorokan sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit.  Nyeri tenggorokan membuat pasien merasa sedikit sulit untuk menelan.  Nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa nyeri bila menelan air. Selain itu,  pasien juga mengeluh pilek. Hidung sebelah kiri mampet dan hidung sebelah kanan terasa sakit dan keluar ingus.Ingus yang keluar cair, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Bila udara dingin, dirasakan hidung semakin mampet. Pasien juga merasa sedikit pusing. Keluhan adanya mual atau muntah disangkal, tidak ada keluhan pada kedua telinga pasien.

Sehari sebelum datang ke rumah sakit, pasien sudah membeli obat flu di apotek dekat rumahnya. Obat sudah diminum 1 hari, dan setelah minum obat, pasien merasa lebih baik, hidung tidak tersumbat lagi..

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Sebelum sakit saat ini pasien tidak ada keluhan.

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal 5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal 6. Riwayat Psiko Sosio Ekonomi

Pasien merupakan seorang suami dan ayah. Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari pasien yang bekerja sebagai petugas  parker, anak-anak pasien juga telah bekerja sendiri-sendiri. Keluarga pasien memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus. Hubungan  pasien dengan keluarga kurang saling memperhatikan dan kurang memperhatikan kondisi kesehatan. Dalam kehidupan sosial Tn. MB kurang aktif berperan dalam kegiatan kemasyarakatan.

(6)

7. Riwayat Gizi.

Pasien makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, kadang ayam. Pasien jarang makan buah-buahan dan jarang minum susu. Kesan gizi kurang.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum

Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi

kesan kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Tensi : 120/70 mmhg

 Nadi : 86x/menit, reguler, isi cukup Pernafasan : 22x/menit

Suhu : 37,8oC

3. Kulit :

Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

4. Kepala :

Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. Temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

5. Mata :

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

6. Hidung :

 Nafas cuping hidung (+), sekret (+), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

7. Mulut :

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

8. Telinga :

 Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal

9. Tenggorokan : Tonsil membesar (+) T2/T2 hiperemis, faring hiperemis (+)

10. Leher :

JVP tidak meningkat, trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),  pembesaran kelenjar limfe (+/+), lesi pada kulit (-)

11. Thoraks

Simetris, retraksi (-) - Cor :

oI : Ictus cordis tak tampak oP : Ictus cordis tak kuat angkat oP :

(7)

Batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS Batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS Batas kanan atas : SIC II LSD

Batas kanan bawah : SIC IV LSD Batas jantung kesan tidak melebar oA : BJ I

 – 

II intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo : (depan dan belakang)

o I : Pengembangan dada kanan = kiri o P : Fremitus raba kanan = kiri

o P : Sonor / sonor

o A : Suara dasar vesikuler (+ /+) ronkhi (-/-), wheezing (-/-), ekspirasi memanjang

12. Abdomen

- I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) - P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

- P : Timpani

- A : Peristaltik (+) normal 13. Sistem Collumna Vertebralis

- I : Deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) - P : Nyeri tekan (-)

- P : NKCV (-/-)

14. Ektremitas: palmar eritema (-/-), jari tabuh (-/-) akral dingin edema

- - -

-- - -

-15. Sistem genetalia: Dalam batas normal 16. Status Lokalis

CAVUM ORIS DAN OROFARING

BAGIAN KETERANGAN

Mukosa Hiperemis ( + )

Lidah Normal

Gigi geligi Normal

Uvula Dalam batas normal

Pilar Hiperemis ( + ), simetris +/+

Halitosis ( - )

(8)

Tonsil : Mukosa Besar Kripta Detritus Perlengketan Gambar : Hiperemis ( - ) T2-T2 ( -/- ) ( -/- ) ( -/- ) Faring : Mukosa Granulae Post nasal drip

Hiperemis ( + ) ( + ) ( - ) Laring : 1. Epiglotis 2. Kartilago arytenoid 3. Plika vestibularis 4. Plika vokalis 5. Plika aryepiglotika 6. Rima glotis Tidak diperiksa RESUME

Pasien datang ke Balai pengobatan Puskesmas Gondanglegi dengan keluhan nyeri tenggorokan sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit. Nyeri tenggorokan membuat pasien merasa sedikit sulit untuk menelan. Nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa nyeri bila menelan air. Selain itu, pasien  juga mengeluh pilek. Pasien juga merasa sedikit pusing. Pada pemeriksaan

fisik tampak faring hiperemi dan granulae.

DIAGNOSIS KERJA - Faringitis akut DIAGNOSIS HOLISTIK  1. Diagnosis Biologis Faringitis akut 2. Diagnosis Psikologis

Hubungan dengan anggota keluarga kurang mendukung, kurang memperhatikan kondisi kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.

(9)

3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya a) Status ekonomi cukup.

 b) Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

c) Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat. d) Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. PENATALAKSANAAN

Promotif: Konseling terhadap keluarga agar mengetahui penyakit faringitis

akut, perjalanan penyakit dan komplikasinya. Dan edukasi untuk menjaga higienitas, banyak istirahat, membantu mengurangi konsumsi rokok dan menghilangkan pikiran negatif tentang penyakitnya.

Preventif: Mengedukasi pasien untuk mengurangi konsumsi rokok, dan

menjaga kebersihan diri serta lingkungan rumah.

Kuratif :

Non Medika mentosa

- Hindari makanan yang terlalu dingin dan terlalu pedas - Hindari konsumsi alkohol

- Hindari rokok

- Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan tinggi protein - Berolahraga teratur - Menggunakan masker Medikamentosa - Amoxicilin 3 x 500 mg -  Natrium diclofenak 2 x 25 mg - Paracetamol 3 x 500 mg - Dextrometorphan 3 x 200 mg - Efedrin HCl 3 x 25 mg - CTM 3 x 2 mg

Rehabilitatif : Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas dan banyak

 beristirahat untuk pemulihan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Dan dianjurkan untuk mengikuti saran dan nasihat dokter.

Identifikasi Fungsi-fungsi keluarga Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari Tn. MB , Ny. E (Ibu), Sdr. A (Kakak) dan  Nn. N. Selama sakit, Tn. MB tidak bekerja karena tenggorokan terasa

nyeri dan pilek. Keluarga merasa sakit yang diderita oleh Tn. MB merupakan sakit flu biasa

2. Fungsi Psikologis

Hubungan keluarga mereka terjalin cukup baik, saling mendukung, namun kurang memperhatikan kondisi kesehatan karena kurangnya  pengetahuan tentang kesehatan. Keluarga jarang bertemu karena pekerjaan

(10)

3. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka hanya anggota masyarakat  biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial Tn. MB kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Ekonomi keluarga tergolong cukup. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau iuran membayar listrik berasal dari penghasilan Tn. MB sebagai petugas parkir dan terkadang dibantu oleh Sdr. A dan Nn.  N sebagai bengkel dan penjual jus. Untuk kebutuhan air dengan

menggunakan air PDAM. Untuk memasak memakai kompor LPG. Pasien makan sehari-hari biasanya antara 3 kali dengan nasi putih atau nasi  jagung, sayur, dan lauk pauk seperti tahu-tempe, kadang ayam. Kalau ada keluarga yang sakit biasa diobati sendiri dulu jika tidak membaik baru berobat ke puskesmas.

Kesimpulan :

Dari poin satu sampai empat dari fungsi biologis, fungsi psikologis dan fungsi sosial dan ekonomi keluarga Tn. MB umur 36 tahun, disimpulkan fungsi biologis pasien terganggu karena sakit, hubungan antar anggota keluarga saling mendukung, namun kurang perhatian tentang  pentingnya kesehatan karena rendahnya pengetahuan tentang kesehatan.

Keluarga pasien tergolong cukup.

Fungsi Fisiologis (APGAR SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE  disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.

Tabel 1. APGAR Tn.MB terhadap keluarga

A.P.G.A.R Tn. M Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang-kadang Hampir tidak  pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya

 bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G

Saya puas dengan cara keluarga saya menerimadan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A

Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya dansaya membagi waktu bersama-sama

(11)

Tabel 2. APGAR Ny.E terhadap keluarga

A.P.G.A.R Nn.N Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang-kadang Hampir tidak  pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G

Saya puas dengan cara keluarga saya menerimadan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A

Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 5

Tabel 3. APGAR Sdr.A terhadap keluarga

A.P.G.A.R Tn. M Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang-kadang Hampir tidak  pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya

 bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G

Saya puas dengan cara keluarga saya menerimadan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A

Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya dansaya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 5

Tabel 4. APGAR Nn.N terhadap keluarga

A.P.G.A.R Nn.N Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang-kadang Hampir tidak  pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G

Saya puas dengan cara keluarga saya menerimadan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A

Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

(12)

membagi waktu bersama-sama Total poin = 5

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (5+5+5+5) / 4= 5 Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R  keluarga pasien adalah 20, sehingga rata-rata A.P.G.A.R   dari keluarga pasien adalah 5. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.

B. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Nn.N dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 4.Fungsi patologis ( S.C.R.E.M ) dari keluarga Tn. MB

Kesimpulan :

Dalam keluarga Tn. MB fungsi patologis terdapat pada unsur social, agama dan medis.

SUMBER PATOLOGI KET

 Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif.

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

-Religion Pemahaman agama kurang. Penerapan ajaran kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pasien dan keluarga jarang sholat di rumah maupun di tempat lain.

+

E conomic Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, mampu mencukupi kebutuhan sekunder namun tidak mememiliki rencana ekonomi.

-E ducation Pendidikan anggota keluarga cukup memadai. Pendidikan dan  pengetahuan pasien kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran cukup memadai.

- Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga tidak mempunyai kartu jaminan kesehatan. Keluarga mampu bila membiayai biaya kesehatan setingkat puskesmas, namun untuk rawat inap atau tingkat yang lebih tinggi keluarga tidak siap.

(13)

Genogram Nn. N

Alamat lengkap : Ds. putatlor Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Kesimpulan :

Dari genogram di atas dapat disimpulkan bahwa faringitis akut yang diderita oleh Tn. MB bukan merupakan penyakit yang ditularkan dari anggota keluarga yang lain.

Pola Interaksi Keluarga

Keterangan :

Berhubungan baik

Berhubungan tidak baik

Faringitis akut Ny. Nn.N Tn. M Sdr. A Keterangan : Laki-laki Perempuan Tn.MB Ny. E Sdr.A Nn. N

(14)

Kesimpulan :

Hubungan antara Tn. MB dengan seluruh anggota keluarga cukup baik. Dalam keluarga ini jarang terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga. Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan

1. Faktor Perilaku Keluarga

Sehari-hari Tn. MB tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Terkadang saat ada masalah mereka akan membicarakannya.

Tn. MB dan keluarganya kurang memperhatikan kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan. Pasien dan keluarganya merasa sakit yang diderita pasien hanya flu biasa. Awalnya dibiarkan saja, Karena tidak membaik, maka Tn. MB berobat ke puskesmas untuk mendapatkan  penanganan yang lebih baik.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga cukup. Keluarga ini memiliki tiga sumber penghasilan yaitu sebagai  petugas parkir yakni Tn. MB dan Anak laki-laki bekerja di bengkel serta

anak perempuan yang bekerja sebagai penjual jus.

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup namun ada kekurangan dalam  pemenuhan standar kesehatan. Kamar mandi dan WC terlalu di belakang dan

kotor serta banyak terdapat punting rokok dengan sirkulasi yang tidak baik.

Diagr am F aktor Perilaku dan Non Perilaku

: Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku

Keluarga Ny.P

Tindakan: Datang ke puskesmas

bila penyakit tidak kunjung sembuh Sikap: Cukup perhatian keluarga terhadap penyakit penderita Pelayanan Kesehatan: Letak puskesmas tidak terlalu

 jauh dengan rumah Keluarga Ny.P Keluarga Tn. MB Pengetahuan: Pengetahuan tentang kesehatan kurang Keturunan: Tidak ada faktor

keturunan Lingkungan:

Lingkungan rumah tidak terlalu padat penduduk, suasana udara

yang sejuk karena dekat lahan pertanian. Rumah yang cukup ventilasi, tetapi kurang bersih Sikap dan perilaku:

Cukup perhatian keluarga terhadap penyakit penderita. Namun Keluarga

tidak dapat menghentikan kebiasaan merokokpasien

(15)

Identifikasi Lingkungan Rumah

Rumah keluarga ini memiliki dinding yang sudah permanen dari batu bata, terdiri dari, ruang dalam rumah, terdapat dua buah kamar tidur, sebuah dapur dan tempat cuci, satu kamar mandi dan jamban yang lantainya masih diplester, Untuk ruangan yang lain, lantai masih diplester, kecuali ruang tamu yang sudah berlantai keramik. Atap menggunakan genting. Suasana di dalam rumah ventilasi cukup walau masih terasa agak pengap, jendela terdapat pada ruangan depan dan masing-masing kamar. Untuk  pencahayaan kurang, banyak barang yang berserakan, juga sampah basah

dan kering tidak dipisahkan.

Di ruang tamu menggunakan sofa dan karpet yang berdebu.

Denah Rumah

Kesimpulan :

Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan, karena kotor. Jamban Kamar mandi Ruang keluarga Ruang tamu Dapur Kamar Tidur Kamar Tidur

(16)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.8

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia  bukofaringeal.

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.1,8

(17)

Gambar 2.1. Otot-otot Faring dan Esofagus

Berdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan Laringofaring (Hipofaring).

(18)

 Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini antara lain : - batas atas : Basis Kranii

- batas bawah : Palatum mole - batas depan : rongga hidung - batas belakang : vertebra servikal

 Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan  beberapa struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus Vags dan  Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosus

os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius. 1,8

Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring. Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu :

- batas atas : palatum mole

- batas bawah : tepi atas epiglottis - batas depan : rongga mulut

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. 4

Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas dari laringofaring antara lain, yaitu :

- batas atas : epiglotis

- batas bawah : kartilago krikodea - batas depan : laring

- batas belakang : vertebra servikalis

2.2. Fisiologi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara dan artikulasi. 9

(19)

2.2.1. Fungsi Menelan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut “t he process of taking food into the body through the mouth” .

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. 9

(20)

2.2.2. Fungsi Faring Dalam Proses Bicara

Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk  perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.

Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada  bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran  berkesinambungan dari udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah

kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan  peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara. 9

2.3. Definisi

Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. 1

2.4. Etiologi

Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-40%).  Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang  paling banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada  Influenza virus, Parainfluenza virus, adenovirus,  Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A, cytomegalovirus dan Epstein- Barr virus  (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya

faringitis.1

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus

(21)

merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini  jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun. Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain  Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica  dan Treponema pallidum,  Mycobacterium tuberculosis. 1

Faringitis dapat menular melalui droplet infection  dari orang yang menderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

2.5. Insidens

Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada  pada dewasa. Sekitar 15

 – 

 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4

 – 

  7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun.

Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.

2.6. Patogenesis

Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring.10 Periode inkubasi faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24

 – 

 72 jam.11

(22)

Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.10

Faktor risiko dari faringitis yaitu:12

Cuaca dingin dan musim flu

Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat

menular melalui udara

Merokok, atau terpajan oleh asap rokokInfeksi sinus yang berulang

Alergi

2.7. Klasifikasi Faringitis 2.7.1. Faringitis Akut

a. Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus  tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus  dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. 1

(23)

Gambar 2.4. Viral Pharyngitis

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.  Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat  pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.1

b. Faringitis Bakterial

 Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada  pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan

terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul  bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior

(24)

Gambar 2.4. Streptococcal Pharyngitis

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu : - demam

- Anterior Cervical lymphadenopathy - Tonsillar exudates

- absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka  pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptococcus group A dan bila skor

4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptococcus group A.5

c. Faringitis Fungal

Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak  plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. 1

2.7.2. Faringitis Kronik

Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya

(25)

faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. 1

a. Faringitis Kronik Hiperplastik

Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak. Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding  posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band

hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan  berglanular.1

b. Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering dan tebal seerta mulut berbau. Pada  pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila

diangkat tampak mukosa kering. 1

2.8. Gejala klinis

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti demam, anorexia, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit.1,2

2.9. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang

(26)

hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

2.10. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnose antara lain yaitu :

  pemeriksaan darah lengkap

 GABHS rapid antigen detection test  bila dicurigai faringitis akibat

infeksi bakteri streptococcus group A

 Throat swab culture

 Namun pada umumnya peran diagnostic pada laboratorium dan

radiologi terbatas.

2.11. Penatalaksanaan

Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali pemberian/hari pada orang dewasa dan  pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. 1

Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-0,3 mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau antiseptik. 1

Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter ). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur,

(27)

 jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif atau ekspetoran. Penyakit  pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi  pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut. 1

2.12. Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

2.13. Komplikasi

Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses  peritonsiler.

Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena

 bakteri yaitu : sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan  pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan  pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik,

atau adanya paparan baru.

Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi),

 poststreptococcal glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome,  peritonsiler abses

Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis,

Guillain Barré syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring. 7

(28)

BAB IV PEMBAHASAN

A. MASALAH MEDIS : Faringitis Akut

B. MASALAH NON MEDIS :

1. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat.

2. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. MB tentang kesehatan kurang. 3. Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

D. PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. MB adalah sebagai berikut :

1. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat.

2. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. MB tentang kesehatan kurang. 3. Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah kondisi lingkungan dan rumah yang kurang Tn. MB serta tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan kurang yang mempengaruhi kesembuhan penyakit faringitis akut.

E. DIAGNOSA HOLISTIK 1. Aspek Personal

Keluhan Utama : nyeri telan

Harapan : Pasien dan keluarga berharap agar keluhannya bisa cepat sembuh

Kekhawatiran : Pasien dan keluarga takut sakitnya makan parah. 2. Aspek Klinis

Faringitis akut

3. Aspek Resiko Internal

Kondisi lingkungan dan rumah Tn. MB kurang sehat. Tn. MB 36 th Dengan Faringitis akut Tingkat pengetahuan keluarga Tn. MB tentang kesehatan kurang.

Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemas arakatan.

(29)

 pengetahuan tentang sakit yang diderita pasien masih kurang riwayat perokok  pasien yang tidak dapat dihentikan

4. Aspek Resiko Eksternal :

Lingkungan rumah kurang menjaga kebersihan, tidak segera berobat karena menganggap hal enteng.

5. Aspek Fungsional:

Pasien tidak dapat beraktifitas karena nyeri telan dan pilek.

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

Promotif: Konseling terhadap keluarga agar mengetahui penyakit faringitis

akut, perjalanan penyakit dan komplikasinya. Dan edukasi untuk menjaga higienitas, banyak istirahat, membantu mengurangi konsumsi rokok dan menghilangkan pikiran negatif tentang penyakitnya.

Preventif: Mengedukasi pasien untuk mengurangi konsumsi rokok, dan

menjaga kebersihan diri serta lingkungan rumah.

Kuratif :

Non Medika mentosa

- Hindari makanan yang terlalu dingin dan terlalu pedas - Hindari konsumsi alkohol

- Hindari rokok

- Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan tinggi protein - Berolahraga teratur - Menggunakan masker Medikamentosa - Amoxicilin 3 x 500 mg -  Natrium diclofenak 2 x 25 mg - Paracetamol 3 x 500 mg - Dextrometorphan 3 x 200 mg - Efedrin HCl 3 x 25 mg - CTM 3 x 2 mg

Rehabilitatif : Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas dan  banyak beristirahat untuk pemulihan dan meningkatkan daya tahan

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Masalah kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakitnya dan kurang sehatnya lingkungan rumah pasien dapat diatasi bila pasien merubah dan menerima anjuran tenaga kesehatan.

1. Diagnosis Biologis Faringitis akut

2. Diagnosis Psikologis

Hubungan dengan anggota keluarga yang lain kurang mendukung. 3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

a) Penyakit cukup mengganggu aktifitas sehari-hari.  b) Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat. B. SARAN

Promotif: Konseling terhadap keluarga agar mengetahui penyakit faringitis

akut, perjalanan penyakit dan komplikasinya. Dan edukasi untuk menjaga higienitas, banyak istirahat, membantu mengurangi konsumsi rokok dan menghilangkan pikiran negatif tentang penyakitnya.

Preventif: Mengedukasi pasien untuk mengurangi konsumsi rokok, dan

menjaga kebersihan diri serta lingkungan rumah.

Kuratif :

Non Medika mentosa

- Hindari makanan yang terlalu dingin dan terlalu pedas - Hindari konsumsi alkohol

- Hindari rokok

- Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan tinggi protein - Berolahraga teratur - Menggunakan masker Medikamentosa - Amoxicilin 3 x 500 mg -  Natrium diclofenak 2 x 25 mg - Paracetamol 3 x 500 mg - Dextrometorphan 3 x 200 mg - Efedrin HCl 3 x 25 mg - CTM 3 x 2 mg

Rehabilitatif : Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas dan  banyak beristirahat untuk pemulihan dan meningkatkan daya tahan

tubuh. Dan dianjurkan untuk mengikuti saran dan nasihat dokter .

(31)

Gambar 1. Depan Rumah Nn. N Gambar 2. Ruang Tamu

Gambar 3. Kamar Tidur Gambar 4. Kamar Mandi

(32)

Gambar

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga  ta keluarga  yang tinggal dalam satu  yang tinggal dalam satu rumah rumah
Tabel 1. APGAR Tn.MB terhadap keluarga
Tabel 2. APGAR Ny.E terhadap keluarga
Tabel 4. Fungsi patologis ( S.C.R.E.M ) dari keluarga Tn. MB
+6

Referensi

Dokumen terkait