• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tes Fungsi Thyroid.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tes Fungsi Thyroid.doc"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Tes Fungsi Thyroid

February 27, 2010 · Filed under Patologi Klinik

Hypothalamic pituitary thyroid (HPT) axis dan sumber iodida dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid yang normal. Hipothalamus memproduksi Thyrotrophin releasing hormone (TRH), yang merangsang thyrotroph pada hipotalamus anterior untuk memproduksi Thyroid stimulating hormone (TSH). TSH merangsang sintesis hormon tiroid dan sekresi kelenjar tiroid. Hormon tiroid bekerja secara perifer, menengahi berbagai proses metabolik, tetapi juga memberikan umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis untuk menjaga konsentrasi hormon tiroid dalam batas yang sempit.

Pada proses stimulasi TSH, iodide memasuki sel folikuler thyroid sebagai iodide anorganik dan diubah menjadi hormon tiroid, tiroksin (T4), dan 3,5,3 ‘-triiodothyronine (T3) melalui berbagai proses metabolik dengan urutan: (1) transpor aktif iodida ke dalam sel; (2) iodinasi residu tirosyl pada Tg; (3) coupling dari molekul iodothyrosine dengan Tg membentuk T4 dan T3; (4) proteolisis Tg disertai pelepasan iodothyrosine bebas, T4 dan T3, dan sekresi iodothyronine pada sirkulasi; (5) deiodinasi iodothyrosine dan tiroid, dan penggunaan kembali iodida yang bebas; (6) deiodinasi T4 menjadi T3.

Seratus persen T4 yang ada di sirkulasi berasal dari thyroid, sementara 20% dari T3 yang berasal dari thyroid dan 80% T3 diproduksi secara enzimatik di jaringan non-thyroidal oleh 5′-monodeiodination dari T4. Sekitar 110 nmol (85 μg) T4 dan 10 nmol (8,5 μg) T3 diproduksi tiroid setiap harinya. Sekitar 70% T4 terikat pada Tiroksin binding globulin (TBG), 20% pada transthyretin (sebelumnya disebut binding prealbumin), dan 10% pada albumin. Sementara sebagian besar T3 di sirkulasi berikatan dengan TBG, karena afinitasnya yang berkurang 10 kali lipat dibandingkan T4. Sebagian kecil T4 dan T3 tidak berikatan dengan protein, yaitu sekitar 0,03% T4 dan 0,3% T3 menimbulkan deiodinasi perifer bersama hati dan ginjal yang memiliki peran penting dalam proses ini.

Penyakit tiroid dapat dikelompokkan antara lain: hipertiroidisme, hipotiroidisme dan euthyroidism. Tanda dan gejala hipertiroidisme meliputi intoleransi panas, takikardia, penurunan berat badan, kelemahan, emosi yang labil dan tremor. Yang paling umum terkait dengan sindrom klinis hipertiroid adalah penyakit Graves yang disebabkan oleh reaksi antibodi terhadap

(2)

reseptor TSH di sirkulasi. Gangguan lain yang menyebabkan hipertiroidisme meliputi toxic adenoma dan TSH secreting pituitary tumor dan thyroid carcinoma.

Hipotiroidisme menghasilkan gejala: suara serak, kepekaan dingin, kulit kering, sembelit, bradycardia dan kelemahan otot. Myxedema coma merupakan stadium lanjut akibat kekurangan hormon tiroid ditandai dengan progresif stupor, hipotermia dan hipoventilasi. Kegagalan tiroid itu sendiri untuk mensekresikan hormon tiroid dalam jumlah yang memadai disebut hipotiroidisme primer dan kebanyak disebabkan iatrogenik, baik hasil dari ablasi radioaktif iodide atau karena operasi pengobatan hipertiroidisme. Hipotiroidisme sekunder terjadi bila sekresi TSH menurun akibat gangguan hipofisis. Hipotiroidisme tersier adalah hasil dari disfungsi hipotalamus.

Penyakit thyroid seperti gondok, tiroid adenoma dan karsinoma tiroid biasanya terjadi pada individu yang euthyroid. Pengujian subklinis untuk pengembangan yang lebih sensitif dilakukan dengan mendiagnosis hiper dan hypothyroidism pada pasien yang tampak secara klinis euthyroid, namun nilai-nilai TSH mereka masing-masing bisa meningkat atau menurun. Sejumlah situasi klinis dapat mengakibatkan kesulitan dalam menginterpretasi tes fungsi tiroid: munculnya protein abnormal binding protein (akibat kelainan kongenital atau obat-obatan), perubahan pada metabolisme hormon tiroid seperti terlihat pada mereka yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit jiwa akut, atau pada pengobatan yang mempengaruhi pengikatan hormon tiroid atau HPT axis secara langsung. Yang menjadi masalah yang paling penting dan umum pada tes fungsi tiroid mungkin terjadi pada pasien dengan berbagai penyakit yang tidak secara langsung melibatkan tiroid, yang disebut penyakit nonthyroidal.

Hormon tiroid mengatur produksinya sendiri melalui feedback inhibition pada sintesis kedua TRH dan TSH di hipotalamus dan hipofisis, masing-masing. TRH juga memproduksi hormon hipofisis lain, terutama prolaktin. Leptin memainkan peran penting dalam regulasi gen TRH (Bjobeck, 2004) yang mempengaruhi selera makanan individu. Tes laboratorium untuk serum TRH tidak berguna untuk gangguan tiroid karena sulit untuk mengembangkan antibodi spesifik.

TSH adalah glikoprotein yang terdiri dari dua mono-kovalen dihubungkan subunit alfa dan beta. Alpha-subunit memiliki sekuens asam amino yang sama sebagai luteinizing hormone (LH), follicle-stimulating hormon (FSH) dan human chorionic gonadotropin (HCG). Inilah merupakan beta-subunit yang membawa informasi khusus untuk pengikatan reseptor bagi ekspresi aktivitas hormon. Uji TSH dapat mengidentifikasi hampir semua kasus hipertiroidisme dan hipotiroidisme, kecuali apabila ada kerusakan pada hipotalamus atau pituitari, resistensi hormon tiroid, atau gangguan fungsi normal dari HPT axis akibat obat-obatan. Hasil uji TSH dalam interval referensi

(3)

biasanya mengecualikan disfungsi tiroid dan membedakan supresi TSH pada Graves ‘tirotoksikosis yang parah (TSH <0,01 Miu/L) dari tingkat sederhana supresi TSH (0,01-0,1 Miu / L) diamati pada hipertiroidisme utama dan beberapa kasus penyakit nonthyroidal. Kisaran normalnya tetap antara sekitar 0,5-5,0 Miu/L di sebagian besar laboratorium. Namun, konsentrasi serum TSH yang menurun terdeteksi pada pasien dengan tirotoksikosis berat, serum TSH <0,004 Miu/L pada pasien hipertiroidisme berat. Hipertiroidisme subklinis didefinisikan oleh TSH yang rendah dengan T4 dan T3 yang normal.

Pada kebanyakan individu dengan hypothyroidism, hasil TSH serumnya tinggi, tapi hasilnya normal untuk T4, T3, dan tiroksin bebas (FT4) pada mereka yang memiliki gangguan hipofisis atau hipotalamus. Penyebab penting bagi peningkatan dan penurunan hasil TSH adalah penyakit nonthyroidal (NTI). Pasien dengan NTI cenderung memiliki hasil TSH rendah selama sakit akut, kemudian TSH naik di atas rentang referensi dengan resolusi penyakit yang mendasarinya, akhirnya kembali ke normal setelah penyakit akut teratasi. Situasi ini bisa makin rumit karena obat-obatan, termasuk glucagons, opioid, glukokortikoid dan dopamin yang menekan TSH. Tes sensitif TSH sangat membantu dalam evaluasi terapi hormon tiroid pengganti atau terapi penekanannya.

Tes Fungsi Tiroid

Beberapa tes digunakan untuk menilai fungsi tiroid. Biasanya digunakan multipel tes untuk menilai secara umum keadaan tiroid pada pasien. Tes tersebut harus disesuaikan dengan keadaan klinis pasien, sebagai contoh TSH dibutuhkan dan baik digunakan untuk keadaan nodul tiroid yang secara klinis eutiroid.

1. TSH, diukur menggunakan radioimunoassay dengan menggunakan antibodi terhadap TSH. Nilai normal adalah 0,5-5 µU/ml. TSH biasanya meningkat pada keadaan hipotiroid. TSH juga menggambarkan kemampuan hipofise anterior untuk mendeteksi free T4 dan fungsinya dalam mengeluarkan TSH.

2. Total T4 dan total T3, Nilai total T4 55-150 nmol/L dan T3 1,5-3,5 nmol/L. Keduanya didapat melalui radioimunoassay. Total T4 merefleksikan pengeluaran langsung dari tiroid

sedangkan total T3 selain dari tiroid juga berasal dari perubahan oleh jaringan dan organ lain, sehingga nilai total T3 tidak cocok menggambarkan fungsi tiroid. Total T4 meningkat pada keadaan hipertiroid dan peningkatan tiroglobulin pada kehamilan, pengguna hormonal estrogen dan progesteron atau kongenital. Total T4 menurun pada hipotiroid, penurunan tiroglobulin akibat penggunaan steroid dan protein loss seperti pada sindrom nefrotik. Total T3 meningkat pada hipertiroid dan awal hipotiroid.

3. Free T4 dan Free T3, Nilai free T4 12-18 pmol/L dan nilai free T3 3-9 pmol/L. Tes ini dilakukan untuk menilai awal hipertiroid dimana nilai total T4 masih normal sedangkan nilai free T4 meningkat. Pada pasien dengan organ resisten T4 (Refetoff syndrome), level T4 meningkat sedangkan TSH normal.

(4)

Free T3 sama dengan free T4 dapat menilai awal hipertiroid dimana total T4 dan total T3 masih normal saat dilakukan pemeriksaan.

4. TRH, Bermanfaat untuk menilai fungsi hipofise dalam mengeluarkan TSH. Disuntikan TRH 500 µg dan nilai kadar TSH 30-60 menit kemudian. TSH harus bernilai sekurangnya 6 µIU/ml setelah disuntikan. Tes ini juga digunakan untuk menilai pasien dengan curiga hipertiroid namun sensitif terhadap pemeriksaan radioimunoassay.

5. Antibodi tiroid, Anti tiroglobulin (anti-Tg), anti mikrosomal, antitiroid peroksidase (anti-TPO) dan tiroid stimulating imunoglobulin (TSI) merupakan antibodi terhadap tiroid. Anti Tg dan anti TPO tidak menilai fungsi tiroid namun bermanfaat pada penyakit autoimun seperti tiroiditis, penyakit grave, goiter multinodular dan kadang-kadang pada neoplasma tiroid. 6. Tiroglobulin serum, Normalnya tiroglobulin tidak dikeluarkan kedalam sirkulasi dalam jumlah

besar namun dapat meningkat jumlahnya pada keadaan destruksi tiroid seperti cancer, setelah total tiroidektomi, ablasi iodin radioaktiv, tiroiditis dan keadaan hiperaktifitas tiroid seperti grave disease dan goiter multinodular

TES TIROID

Ada 5 tipe disfungsi tiroid yang sering dipakai oleh klinisi : 1. hipertiroid (tirotoksikosis) à kelebihan h.tiroid

2. hipotiorid (myxedema) à kekurangan h.tiroid 3. goiter à pembesaran gld.tiroid yg difus

4. nodul tiroid à pembesaran fokal gld. Tiroid à neoplasma jinak/ganas 5. fgs abnormal tiroid à clinically euthyroid patient.

Efek metabolik hormon tiroid : 1. kalorigenik

2. termoregulasi

3. Mengatur metab. Protein, karbohidrat dan lipid 4. mengatur metab. Vit A

5. Berperan penting dalam pertumbuhan syaraf otak dan sintesis hormon gonadotropin, hormon pertumbuhan dan reseptor adregenik.

(5)

Pengaturan faal tiroid

Untuk menjamin kebutuhan jaringan terhadap homon tiroid selalu stabil, maka kelenjar tiroid mempunyai 2 mekanisme pengaturan atau regulasi faal tiroid yaitu autoregulasi dan regulasi ekstra tiroid

Autoregulasi adalah kemampuan kelenjar tiroid meregulasi hormonnya dengan bahan baku iodium dari makanan. Regulasi ekstra tiroid diatur oleh kelenjar hipofisis yaitu Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang mengaktifkan semua tahap sintesis hormon dalam kelenjar tiroid, mulai dari trapping sampai hidrolisis dan pelepasan T3 dan T4 ke dalam sirkulasi.

Proses sintesis dan sekresi kelenjar tiroid diatur dan dikontrol secara langsung oleh TSH yaitu melalui mekanisme umpan balik dan secara tidak langsung pada tingkat hipotalamus yang dipengaruhi oleh Thyroid Releasing Hormon (TRH). Hormon T3 dan T4 yang bebas dalam plasma bila meningkat akan memberi efek umpan balik kepada hipofisis untuk mengurangi sekresi TSH, sedang T3 saja dapat pula memberi efek pada hipotalamus untuk mengurangi sekresi TRH .

Kadar homon bebas yang tinggi akan menekan sekresi TSH oleh kelenjar hopofisis, sehingga poduksi T3 dan T4 menurun. Sebaliknya apabila hormon tiroid bebas dalam plasma menurun, maka akan memberi rangsangan ke hipofisis untuk mengeluarkan TSH lebih besar sehingga akan meningkatkan produksi T3 dan T4 .

(6)

Bila hormon tiroid tidak cukup menyediakan tiroksin, maka TSH memacunya dengan berlebihan sebagai umpan balik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar tiroid akibat hiperplasia sehingga timbul nodul tiroid .

TES TIROID

Tes tiroid terdiri atas :

A. Tes untuk mengukur aktivitas/fungsi tiroid terdiri dari :  Tiroksin serum (T4)

 Tri-iodotironin serum (T3)  Kadar T4 bebas (FT4)  Kadar T3 bebas (FT3)  Indeks T4 bebas (FT4I)  Tes TSH

 Tes TRH.

B. Tes untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid : Tes Antibodi antitiroid

 Antibodi Tiroglobulin (anti Tg)

 Antibodi tiroid peroksidase (anti TPO) /Antibodi mikrosomal  Thyroid Stimulating Antibodies (TSAb)

C. Tes untuk monitoring terapi :  Tiroksin serum (T4)  Tri-iodotironin serum (T3)  Tes FT4  Tes FT3  Tes TSH

TES FUNGSI TIROID

Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status tiroid. Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan maintenance dosetiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal .

TSHs (Thyroid Stimulating Hormon sensitive) adalah tes TSH generasi ke tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status tiroid dan dilanjutkan dengan

(7)

tes FT4 hanya bila dijumpai TSHs yang abnormal. FT4 lebih sensitif daripada FT3 dan lebih banyak digunakan untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs .

Tes Thyroid Releasing Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur respons hipofisis terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis atau subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya bila pasien eutiroid atau sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis akan memberikan respons yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang normal menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme .

Tes TRH hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih normal atau untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak diketahui . TES UNTUK MENUNJUKKAN GANGGUAN FUNGSI TIROID

Antibodi Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein utama tiroid yang berperan dalam sintesis dan penyimpanan hormon tiroid. Tujuan tes : terutama diperlukan sebagai petanda tumor dalam pengelolaan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (well

differentiated thyroid carcinoma). Kadar Tg akan meningkat pada karsinoma tiroid

berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal setelah tiroidektomi total, kecuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada jaringan karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan meningkat kembali jika terjadi metastasis setelah terapi .

Pada penyakit Graves ditemukan antibodi yang mmpengaruhi resepor TSH dari sel tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut thyroid stimulating

immunoglobulins(TSI). Selain TSI, ada immunoglobulin yang merangsang pertumbuhan

kelenjar tiroid tanpa mempengaruhi produksi hormon. Antibodi ini disebut thyroid

growth immunoglobulins (TGI) .

TES UNTUK MONITORING TERAPI

Untuk memonitoring terapi tiroid maka diperlukan tes T4 Total, T3 , FT4, FT3 dan TSH seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tujuan tes monitoring terapi untuk melihat perkembangan terapi berdasarkan status tiroid.

NILAI RUJUKAN DAN INTERPRETASI 1. TES T4

Nilai Rujukan :

- Dewasa : 50-113 ng/L (4,5mg/dl)

- Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat - Diatas : diatas 16,5 mg/dl

(8)

- Anak-anak : diatas 15,0 mg/dl

- Usila : menurun sesuai penurunan kadar protein plasma

Interpretasi :

- Meningkat : hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin, methadone, estrogen.

- Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti androgen, kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.

2. TES T3

Nilai Rujukan:

Dewasa : 0,8 – 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)

Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.

Interpretasi

- Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau lebih dan obat T4 300 mg/hr atau lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral

- Menurun : hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3 normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida, phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium, propanolol, reserpin, steroid.

3. TES FT4 (FREE THYROXIN) Nilai Rujukan: 10 – 27 pmol/L

o Interpretasi

- Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T4.

- Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.

1. 4. TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)  · Nilai Rujukan : 4,4 – 9,3 pmol/L  · Interpretasi :

- Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T3.

- Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.

5. Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE) Nilai rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l

Interpretasi :

- Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar

(9)

hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium potassium.

- Menurun : hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin.

6. TES TSHs (TSH 3rd Generation) Nilai rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l Batas pengukuran : 0,002 – 20 mIU/L

Interpretasi

- Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium potassium.

- Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin. 7. Antibodi Tiroglobulin

Nilai rujukan: 3-42 ng/ml  Interpretasi :

- Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang tidak diterapi, penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid.

- Menurun : hipotiroidisme neonatal. 8. Antibodi Mikrosomal

Nilai rujukan : hasil tes negatif Interpretasi :

Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun, juga dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan pengobatan tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi petunjuk kegagalan fungsi tiroid.

9. TS Ab

Nilai rujukan: hasil tes negatif Interpretasi :

TSAb ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak mendapat pengobatan, 15% pada penyakit Hashimoto, 60% pada penderita Graves oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tiroid.

(10)

Memahami Tes Tiroid

Fungsi dan aktivitas tiroid adalah salah satu proses yang paling berpengaruh dalam tubuh manusia. Hal ini karena overproduksi atau hormon tiroid terlalu rendah dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia dan berfungsi nya. Dengan demikian, penting bahwa seseorang menjalani tes tiroid sering dan teratur untuk memantau tingkat

hormon yang disekresi oleh tiroid. Jika tidak, konsekuensi pada kesehatan bisa mahal dan fatal.

Mengapa Test Thyroid Dilakukan?

Sebuah tes tiroid biasanya dilakukan karena alasan-alasan berikut:

* Sebagai langkah pencegahan sebelum operasi

* Untuk menentukan apakah seseorang mengalami semacam masalah hormonal

* Untuk melihat apakah ada tumor di tiroid

* Untuk menentukan apakah gejala lain karena masalah tiroid

The Thyroid Tes yang berbeda-beda

Ada berbagai jenis tes tiroid. Masing-masing melayani suatu tujuan tertentu, terutama yang berkaitan dengan menentukan sifat yang tepat dari masalah tiroid bahwa

seseorang mengalami. Beberapa mungkin dipilih karena kemudahan yang mereka dilakukan sementara beberapa yang dipilih hanya karena tes lainnya tidak akan cukup.

Berikut ini adalah berbagai bentuk tes tiroid:

* Pengukuran Serum Hormon Tiroid melalui radioimmunoassay. Ini adalah tes tiroid yang paling umum. Hal ini dilakukan untuk menentukan jumlah tiroksin dalam darah. Ini adalah tes yang sangat baik dan akurat fungsi tiroid, terutama jika pasien belum

(11)

* Pengukuran Produksi TSH hipofisis. TSH adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Jika ada kenaikan tingkat TSH, mungkin merupakan respon dari kelenjar hipofisis untuk penurunan tingkat sirkulasi hormon tiroid. Ketika ini terjadi, biasanya indikator pertama dari kegagalan kelenjar tiroid.

* Tes TRH. TRH mengacu pada hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang bertindak sebagai pemicu ke kelenjar pituitari untuk menghasilkan TSH. Dalam hal ini, seseorang akan disuntik dengan TRH dan ketika pasien menunjukkan respon yang diangkat ke tingkat baru TRH, bisa menjadi indikator hypothyroidism.

* Serapan yodium Scan. Hal ini untuk menentukan berapa banyak yodium tubuh memanfaatkan dalam memproduksi hormon. Sel-sel di kelenjar tiroid memakai yodium dalam aliran darah. Ketika kelenjar thyroid akan menggunakan yodium terlalu sedikit, itu berarti bahwa seseorang mengalami hipotiroidisme. Di sisi lain, ketika seseorang akan menggunakan terlalu banyak yodium, maka hal tersebut merupakan indikator

hipertiroidisme.

* Thyroid Scan. Ini berkembang pesat menjadi cara yang paling populer untuk menguji aktivitas kelenjar tiroid, terutama karena memanfaatkan teknologi terkini. Di sini, sebuah kamera khusus digunakan untuk mendeteksi tingkat iodine di dalam tiroid, banyak cara yang sama bahwa sinar X-karya. Seorang pakar medis maka akan dapat menilai aktivitas tiroid melalui apa yang ditunjukkan pada gambar.

Klinik Aborsi Tampa , didirikan oleh Dr James Pendergraft. Kami Tampa Klinik Aborsi Penawaran terbaru, paling aman dan paling maju teknik untuk menyediakan bedah, kedokteran dan bedah aborsi termasuk metode non-pil aborsi di Tampa. Untuk informasi lebih lanjut, termasuk perencanaan keluarga, silahkan kunjungi website kami premier. www.womenscenter.com

Tes Dan Perawatan Untuk Gland

Thyroid Hiperaktif

(12)

Karena hormon dari kelenjar tiroid, yaitu T 4 dan T 3 meningkat dalam darah, analisis darahpasien untuk estimasi dari hormon-hormon, akan membuat diagnosis yang jelas tersebut. Namun, untuk program skrining untuk mendeteksi kasus-kasus okultisme / tersembunyi dari Hipertiroidisme, estimasi yang ideal T4 serum bebas, karena T4 adalah hormon utama dari tiroid.

Semua tes fungsi tiroid, seperti T4 dan T3 harus ditafsirkan dengan hati-hati. Tingkat tes fungsi tiroiddapat berbagai altereci pada pasien yang berada pada obat-obatan seperti salisilat, propranolol (salah satu obat antihipertensi), glukokortikoid.

Kondisi lain di mana tes fungsi tiroid dapat diubah dalam kasus pasien yang mengambil obat anti-inflammatory drugs. Atau, dalam media kontras yang telah digunakan untuk studi pencitraan, atau dalam kasus-kasus muntah berat / berulang selama masa kehamilan, meskipun dalam kondisi seperti itu, efeknya hanya sementara.

Selanjutnya, dalam kasus yang akut serius, sebagai akibat dari beberapa penyakit, atau dalam kasus pasien yang menderita parah mental / kejiwaan gangguan, tes fungsi tiroid harus dibaca dengan hati-hati.

Pengobatan kelenjar tiroid yang hiperaktif

Overactivity dari kelenjar tiroid sebagai akibat dariGraves 'penyakit dapat berhasil dibawa ke tingkat normal dengan menggunakan berbagai obat-obat antitiroid, dan yang umum digunakan adalah neomercazole (carbimazole). Sedangkan pada terapi antitiroid, kita harus secara teratur menonton aktivitas kelenjar tiroid, karena itu adalah penyakit di mana kedua remisi alam dan relaps dapat terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pasien tersebut akan membutuhkan perawatan seumur hidup.

(13)

Setelah terapi awal, pasien dapat memakai dosis pemeliharaan obat antitiroid. Sebagai obat menunjukkan efeknya, T4 dan T3 akan kembali ke tingkat normal, dan ukuran kelenjar tiroid juga dapat menurunkan. Namun, setiap saat, aktivitas tiroid mungkin menjadi rendah (hipotiroidisme), bahkan ketika pasien pada dosis pemeliharaan obat antitiroid, karena ia mungkin mendapatkan remisi alamiah. Oleh karena itu, T4 dan T3 mungkin harus diulang sering, ketika gambaran klinis sehingga waran.

Selanjutnya, pasien bahkan mungkin mendapatkan kambuh alami dari overactivity dari kelenjar tiroid, sementara masih pada dosis pemeliharaan obat antitiroid, dan dalam kasus-kasus seperti T3 (bukan awal) dan T4 akan meningkat, dan akan memberikan status

sebenarnya dari tiroid kelenjar. Oleh karena itu jelas bahwa tes fungsi tiroid harus dilakukan dari waktu ke waktu sehingga fungsi dari kelenjar tiroid adalah sempurna dipelihara, dan pasien menjalani kehidupan yang normal memuaskan.

Radio-iodin atau bahkan operasi dapat dianggap diperlukan dalam beberapa kasus.

Dalam kasus nodul soliter / s bertanggung jawab atas overactivity dari kelenjar tiroid, setelah mengendalikan aktivitas kelenjar ditinggikan dengan obat antitiroid, ini mungkin diangkat melalui pembedahan untuk menyembuhkan penyakit abadi.

Profilaksis untuk kanker tiroid:

Bahkan jika tes tidak membuktikan keganasan pada nodul tiroid / s, masih nodul seperti / s harus diangkat melalui pembedahan sebagai tindakan pencegahan terhadap kanker. Ini nodul / s mungkin bertanggung jawab atas hiperaktivitas kelenjar tiroid, dan karenanya penghapusan mereka adalah suatu keharusan. Setelah dihapus, semua bintil seperti / s harus dikenakan histopatologi yang mungkin terbukti sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Source: http://id.hicow.com/kelenjar-gondok/hipertiroidisme/graves-penyakit-1623107.html

KELENJAR TIROID

ANATOMI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian

(14)

membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan desensus atau menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal , persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu jauh akan memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang memproduksi kalsitonin.

Gambar 1 : anatomi kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu atau huruf H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea inferior. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus prefaring yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis, sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening

brakiosefalikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari tiroid.

Gambar 2 : anatomi kelenjar tiroid

FISIOLOGIS KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara : 1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.

2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk

menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium yaitu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air. Iodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium

(15)

ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid dalam darah yaitu :

1 Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.

1. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu triiodotironin (T3).

T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga untuk T3 dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid

Ada 7 tahap, yaitu: 1. 1. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifatenergy dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh

TSH.

1. 2. Oksidasi

Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk

monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.

1. 3. Coupling

Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada

(16)

ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.

1. 4. Penimbunan (storage)

Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

1. 5. Deiodinasi

Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.

1. 6. Proteolisis

TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.

1. 7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian

ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin(TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total

menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.

Gambar 3 : fisiologi hormon tiroid

Efek Primer Hormon Tiroid

Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek primer hormon tiroid adalah:

a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.

(17)

b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran.

Kedua fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan

peningkatan produksi panas oleh setiap sel.

c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung.

d) meningkatkan responsivitas emosi.

e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontraksi otot rangka.

f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.

Pengaturan Faal Tiroid

Gambar 4 : pengaturan faal tiroid

Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid : 1. 1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)

Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang jugaFollicle Stimulating

Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). 1. 2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)

TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid ( TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat. 1. 3. Umpan balik sekresi hormon

Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.

Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.

Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH

(18)

dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH.

EVALUASI KELENJAR TIROID

Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar, konsistensi, penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi pada KGB daerah servikal.

Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam serum.

Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi dengan pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai contoh pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi terdapat peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal (T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan kecurigaan hipertiroidism.

PENYAKIT KELENJAR TIROID

Di luar kelainan bawaan, kelainan kelenjar tiroid dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu penyakit yang menyebabkan perubahan fungsi, seperti hipertiroidisme dan penyakit yang menyebabkan perubahan jaringan dan bentuk kelenjar, seperti struma noduler. Fungsi tiroid dapat berkurang, normal atau bertambah. Pengurangan fungsi atau hipotiroidisme dapat disebabkan oleh penyakit hipotalamus, kerusakan kelenjar hipofisis, defisiensi yodium, obat antitiroid, dan tiroiditis. Juga terdapat keadaan yang dikenal dengan hipotiroidisme iatrogenik, yang terjadi sesudah tiroidektomi atau setelah terapi dengan yodium radioaktif.

Hipertiroid dapat terjadi pada struma toksik difus (penyakit Graves), struma nodosa toksik, pengobatan berlebihan dengan tiroksin, tiroiditis, struma ovarium rang), dan metastasis luas karsinoma tiroid terdeferensiasi. Gangguan autoimun dengan atau tanpa reaksi radang dapat menyebabkan struma Graves yang bergejala hipertiroid dan struma Hashimoto yang akhirnya mengakibatkan hipotiroid. Contoh kelainan hiperplasia ialah struma koloid dan struma endemik. Keganasan terutama disebabkan oleh

adeniokarsinoma. Tumor ganas kelenjar tiroid dapat dibagi sesuai tingkat keganasannya

Hipertiroid (Tirotoksikosis) Diagnosa utama :

(19)

- BB menurun - kelemahan otot

- nafsu makan menurun – poliuri

- berkeringat – siklus menstruasi terganggu - suhu tubuh meningkat – infertilitas

- gelisah – murmur

- gynecomastia – exophthalmus, berkunang-kunang - iodine uptake, T3,T4, T3RU ↑ – TSH tidak ada

- T3 suppression test abnormal – goiter

Hipertiroid biasanya disebabkan oleh hipersekresi goiter (Graves disease) atau oleh multi nodular toxic goiter (Plummer’s disease). Amat jarang hipertiroidism disebabkan oleh akut tiroiditis, mengkonsumsi hormon tiroid, kehamilan, tumor hipofisis, struma ovarium, dan kelainan lainnya.

Gejala hipertiroid dapat di tegakan dengan peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah. Manifestasi klinik dapat ditandai oleh periode eksaserbasi dan remisi. Pada pasien dapat dijumpai keadaan hipotiroid sebagai hasil dari pengobatan hipertiroid.

Grave’s disease adalah penyakit autoimmune, pada banyak kasus diagnosa dapat mudah di tegakkan hanya dilihat dari gejala yang timbul. Kebanyakan pada pasien dengan

tirotoksikosis terdapat peningkatan kadar T3 danT4, dan panurunan kadar TSH. Tirotoksikosis dapat juga dijumpai kadar T4 yang normal sedangkan kadar T3 yang meningkat (T3 toksikosis).

Pada T4 pseudotoksikosis ditemukan kadar T4 yang tinggi sedangkan kadar T3 yang rendah, hal ini disebabkan gangguan perubahan T4 menjadi T3. tirotoksikosis dapat menyebabkan gangguan katabolisme yang progesif, kerusakan jantung, sehingga dapat menyebabkan kematian karena gagal jantung.

Gejala dan tanda.

Pada penderita hipertiroidism dapat ditemukan gejala-gejala takikardia, gelisah, suhu tubuh meningkat, BB menurun, kelelahan, pandangan berkunang-kunang, dan muka yang

memerah, kulit terasa hangat, berkeringat banyak.

Pada grave’s disease dapat ditemukan exophthalmus, pretibial mixedema, vitiligo. Biasanya tanda tersebut tidak terlihat pada single atau multinodular toxic goiter. Reflek achiles akan memanjang pada hipotiroid dan memendek pada hipertiroid.

(20)

Pada pasien dengan hipertiroid yang hebat biasanya dijumpai gejala hiperpireksia, takikardi, gagal jantung, eksitasi neuromuscular, delirium dan ikterik.

Pemeriksaan laboratorium.

Disini dilakukan pengukuran konsentrasi T3, T4, T3RU dan TSH RIA. Sejarah pengobatan pada pasien sangat penting untuk diketahui karena banyak obat dan campuran bahan organic lainnya yang dapat memberikan efek pada serangkaian tes fungsi tiroid.

Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang sedikit, karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini ada 2 pemeriksaan yang dapat membantu yaitu T3 suppression test dan TRH test, pada T3 suppression test pasien dengan hipertiroid mengalami kegagalan dalam penekanan ambilan tiroid dari radioiodin pada waktu diberikan T3 exogen. Pada tes TRH, serum TSH tidak meningkat sebagai respon pemberian TSH pada pasien hipertiroid.

Pada hipertiroidism ditemukan juga keadaan rendahnya colesterol serum, limfositosis, dan biasanya hiperkalsemia, dan glukosuria.

Pemeriksaan penunjang Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian klinik

mempunyai peran yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar tiroid, penginderaan visual untuk menetapkan kelainan morfologi kelenjar tiroid, dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk menetapkan perubahan patologis. Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay yang dapat memberi gambaran fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, TBG, dan TSH dalam plasma. Kadar T4 total di dalam serum adalah refleksi tepat fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3 total di dalam serum selalu tinggi pada penderita

tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG diperlukan untuk interpretasi kadar T4 dan sampai tingkat tertentu berlaku untuk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah pada kehamilan atau pengobatan dengan sediaan estrogen. Kadar TSH di dalam serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme, oleh karena kadar ini meningkat sebelum ada pengurangan kadar T4. Antibodi mikrosom dan antibodi tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun. Imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid stimulating immunoglobulins, TSI) dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. TSI juga berperan pada patogenesis penyakit ini. Tiroglobulin dapat dideteksi di dalam serum orang normal, dan penetapan kadarnya dapat digunakan untuk mengetahui kekambuhan karsinoma tiroid sesudah tireoidektomi total. Sidik radioaktif menggunakan unsur teknetium (Tc99m) atau yodium (I 131) dapat memperlihatkan gambaran jaringan tiroid yang

berfungsi. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang umumnya disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal. Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan hipofungsi, meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang berfungsi normal.

(21)

 Morfologi

- Besar, bentuk, batasnya

- Konsistensi, hubungan dengan struktur sekitarnya - USG, foto Rontgen

 Fungsi

- Uji metabolisme

- Uji fungsi tiroid, kadar hormon - Antibodi tiroid

 Lokasi (dan fungsi)

- Sidik radioaktif/tes yodium radioaktif

 Diagnostik patologik

- Fungsi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi - Biopsi insisi/eksisi untuk pemeriksaan histologi

Teknik ultrasonografi digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid yang teraba pada palpasi adalah nodul tunggal atau multipel, dan berkonsistensi padat atau kistik.

Pemeriksaan ultrasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan keganasan dan hanya dapat mengenal kelainan di atas penampang setengah sentimeter.

Pemeriksaan sitologi Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum

halus. Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma. Cara ini cara baik untuk menduga kemungkinan keganasan dalam nodul tiroid, dan mulai menggeser kegunaan pemeriksaan radioaktif atau ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis.

Diagnosa banding.

Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan, tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause, pheocromositoma, primary

ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah diperlukan.

(22)

Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid. Pada ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat, denyut jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal.

Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid abnormal. Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid.

Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.

HIPOTIROID

Definisi Hipotiroid

Hipertiroid

adalah suatu kondisi yang

dikarakteristikan oleh produksi hormon

tiroid yang abnormal rendahnya. Ada

banyak kekacauan-kekacauan yang

berakibat pada hipotiroid.

Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau

tidak langsung melibatkan kelenjar

tiroid. Karena hormon tiroid

mempengaruhi pertumbuhan,

(23)

proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak

memadai mempunyai

konsekwensi-konsekwensi yang meluas untuk tubuh.

Etiologi

 Hashimoto’s thyroiditis

 Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)  Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)  Penyakit pituitari atau hipothalamus

 Obat-obatan : methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU), lithium (Eskalith, Lithobid), amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s solution

 Kekurangan yodium yang berat

Gejala Hipotiroid

Gejala-gejala hipotiroid seringkali tak

kentara, dan tidak spesifik (yang berarti

mereka dapat meniru gejala-gejala dari

banyak kondisi-kondisi lain) dan

seringkali dihubungkan pada penuaan.

Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan

mungkin tidak mempunyai tanda atau

gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya

menjadi lebih nyata ketika kondisinya

(24)

memburuk dan mayoritas dari

keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu

perlambatan metabolisme tubuh.

Gejala-gejala umum didaftar dibawah:

 Kelelahan

 Depresi

 Kenaikkan berat badan yang sedang  Ketidaktoleranan dingin

 Ngantuk yang berlebihan

 Rambut yang kering dan kasar

 Sembelit

 Kulit kering

 Kejang-kejang otot

 Tingkat-tingkat kolesterol yang meningkat

 Konsentrasi menurun

 Sakit dan nyeri yang samar-samar

 Udem pada kaki

Diagnosis hipotiroid yang dapat dengan mudah dilakukan dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).

Diagnosis Hipotiroid

Suatu diagnosis hipotiroid dapat

dicurigai pada pasien-pasien dengan

kelelahan, tidak toleran terhadap

(25)

dan mengeripik. Suatu tes darah

diperlukan untuk mengkonfirmasi

diagnosis.

Pemeriksaan laboratorium :

 TSH

 TRH : dapat membantu membedakan apakah penyakitnya disebabkan oleh suatu

kerusakkan di pituitari atau di hipothalamus. Tes ini memerlukan suntikan hormon TRH dan dilakukan oleh seorang endocrinologist (spesialis hormon).

 Thyroid scan dapat membantu mendiagnosis persoalan yang mendasari tiroid yang lebih jelas.

Terapi

Hipotiroid

Dengan pengecualian dari

kondisi-kondisi tertentu, perawatan

hipotiroid memerlukan terapi seumur

hidup. Sebelum synthetic levothyroxine

(T4) tersedia, tablet-tablet tiroid yang

dikeringkan dipakai. Tiroid yang

dikeringkan didapat dari kelenjar tiroid

hewan. Sekarang ini, suatu sintetik T4

yang murni tersedia secara luas. Oleh

(26)

karenanya, tidak ada alasan untuk

menggunakan ekstrak tiroid yang

dikeringkan. Dengan ketentuan sebagai

berikut :

 Dosis rata-rata T4 pada orang-orang dewasa adalah kira-kira 1.6 mikrogram per kilogram per hari. Ini kira-kira 100 sampai 150 mickograms per hari.

 Anak-anak memerlukan dosis-dosis yang lebih besar.

 Pd pasien yang muda dan sehat, pemakaian hormon pengganti T4 secara penuh dimulai

dari awal terapi.

 Pada pasien dengan penyakit jantung yang sebelumnya, metode pengganti hormon ini mungkin dapat memperburuk kondisi jantung

 Pada pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung, memulai dengan dosis penuh pengganti tiroid mungkin berakibat pada nyeri dada atau serangan jantung. Untuk hal ini, pasien dengan sejarah penyakit jantung atau mereka yang dicurigai beresiko tinggi, terapi hormon dimulai dengan 25 mikogram atau kurang, dengan kenaikkan dosis yg berangsur-angsur dalam 6 minggu.

 Idealnya, pengganti T4 sintetik hrs dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum makan. Obat-obat yang mengandung zat besi atau antasid harus dihindari, karena dapat mengganggu penyerapan.

NODULUS DAN GOITER TIROID Tiroid nodulus.

Masalah yang dihadapi jika menemui pasien dengan tiroid nodular adalah apakah lesi tersebut simptomatik ataukah merupakan suatu tumor baik jinak ataupun ganas. Diagnosis bandingnya adalah goiter jinak, intrathyroideal cysts, tiroiditis, atau tumor jinak dan ganas. Umur, jenis kelamin, tempat tinggal, riwayat keluarga pasien harus jelas, riwayat terapi radiasi daerah leher juga harus ditanyakan karena pada bayi dan anak-anak kejadian ca tiroid insidennya tinggi yang terjadi sebagai akibat radiasi. Tiroid nodul ini lebih menyerupai ca pada pria dari pada wanita, dan pada usia muda dari pada usia tua.

Pemeriksaan perabaan tiroid harus dilakukan secara sistematis, untuk mengetahui apakah terdapat soliter atau multi nodular tiroid, soliter nodul lebih cenderung dapat menjadi keganasan dari pada multi noduler. Pada sebagian besar pasien suatu keganasan sulit untuk ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan mikroskopik, biopsy percutan yang dilakukan oleh ahli endokrin sitologi sangatlah membantu dalam menegakan diagnosa. False positive jarang sekali dilaporkan, tetapi pada 20% hasil biopsy yang didiagnosa sebagai undetermined dan 5% yang terdiagnosa sebagai benigna ternyata adalah suatu

(27)

keganasan (malignant). Jika hasil diagnosanya adalah inadekuat maka pemeriksaan harus diulang kembali. Needle biopsy tidak boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai riwayat terkena radiasi pada leher, karena radiasi seringkali menimbulkan tumor yang multifokal. Jangan terlalu cepat percaya bila hasilnya negatif, jika ahli sitologi yang berpengalaman tidak ada maka pemeriksaan radio nuklir dan ultra sound sangatlah membantu.

Pemeriksaan radioiodin dapat digunakan untuk menentukan apakah lesinya single atau multiple, dan apakah aktif (hot or warm) atau tidak aktif (cold). Pada hot solitary tiroid nodul dapat menyebabkan hipertiroidsm tetapi jarang terjadi malignant, tetapi pada cold solitary tiroid nodul 20% dari kejadian yang ada dapat menjadi malignant dan harus diangkat.

Pada pasien bayi dan anak-anak yang menderita tiroid nodul karena terpapar radiasi pada daerah leher 40% dapat menjadi malignant, Ca tiroid terjadi hampir 50% pada anak yang menderita cold tiroid nodul, dan tiroidektomi di indikasikan pada pasien ini.

Prinsip-prinsip dasar untuk dilakukan pengangkatan nodular tiroid : - curiga keganasan

- gejala yang berat - hipertiroidism

- terjadi substernal ekstensi - alasan kosmetik

pada solitary nodul tiroid yang terdiagnosa cold pada radioiodin, solid dengan ultrasound atau dicurigai sebagai keganasan maka biopsy sitologi tidak diperlukan lagi. Pengobatan nonoperasi diindikasikan pada pasien dengan multinoduler goiter dan hashimoto tiroiditis kecuali terdapat kecurigaan pada pasien yang rentan terkena radiasi dan pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga yang pernah menderita medullary carcinoma.

Simple atau Nontoxic goiter.

Simple goiter dapat terjadi karena factor psikologis, dapat terjadi pada saat pubertas, menstruasi, hamil, atau pada pasien yang tinggal pada daerah endemic (poor iodine), pada orang-orang yang sering terekspose dengan goiter food and drug juga dapat terjadi siple goiter. Goiter dapat terjadi karena congenital defek pada produksi hormon tiroid.

Ada beberapa asumsi bahwa nontoxic goiter timbul akibat kompensasi dari produksi hormon tiroid yang inadekuat, nontoxic diffuse goiter biasanya merespon administrasi hormon tiroid, jika tidak di obati maka dapat berubah menjadi multi nodular goiter dengan atau tidak bersifat racun (toxic) pada beberapa tahun kemudian.

(28)

Gejala yang timbul biasanya terdapatnya massa pada leher, dsypnea, dysphagia, atau gejala yang dapat menghalangi aliran balik vena. Pada diffuse goiter, tiroid membesar simetris, permukaannya halus. Banyak pasien sudah menjadi multinodular gland baru berkeinginan untuk berobat.

T4, T3, T3RU dan TSH biasanya dalam jumlah yang normal, sedangkan radioiodin uptake meningkat, tindakan bedah di indikasikan bila terjadi tekanan yang berlebihan pada daerah sekitar karena pembesaran tiroid, pemeriksaan biopsy sangat dianjurkan untuk

mengetahui terjadi atau tidaknya keganasan.

Struma Nodosa Struma nodosa atau struma adenomatosa, terutama ditemukan di daerah

pergunungan karena defisiensi yodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan

substitusi yodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa karena insufisien yodium struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu. Etiologinya umumnya multifaktor. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.

Struma multinodosa biasanya terjadi pada wanita berusia lanjut, dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin.

Gambar 6 : Struma

Biasanya penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan berkembang menjadi

multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan foto Roentgen polos (trakea pedang). Struma nodosa unilateral dapat

menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah kontralateral. Pendorongan demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernapasan. Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan stridor inspiratoar. Biasanya struma adenomatosa benigna walaupun besar tidak menyebabkan gangguan neurologik, muskuloskeletal, vaskuler, atau menelan karena tekanan atau dorongan. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu

menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga tiroid terasa berat karena terfiksasi pada trakea. Hipertiroidi jarang ditemukan pada struma adenomatosa. Sekitar 5% dari struma nodosa mengalami keganasan. Tanda keganasan ialah setiap perubahan

bentuk, perdarahan lokal, dan tanda penyusupan di kulit, n.rekurens, trakea, atau

esofagus. Benjolan tunggal dapat berupa nodul koloid, kista tunggal, adenoma tiroid jinak, atau karsinoma tiroid. Nodul ganas lebih sering ditemukan pada laki muda.

Struma nodosa lama biasanya tidak dapat dipengaruhi dengan supresi hormon tiroid (TH) atau pemberian hormon tiroid. Penanganan struma lama yaitu

(29)

dengan tiroidektomi subtotal. Tiroid mungkin ditemukan sampai ke mediastinum anterior terutama pada bentuk modulus yang disebut struma retrosternum. Umumnya struma retrosternum ini tidak turut naik pada gerakan menelan karena apertura toraks terlalu sempit dan mungkin asimtomatik. Mungkin ditemukan gejala dan tanda tekanan pada trakea atau esofagus. Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan yodium radioaktif. Biasanya pengeluaran struma dapat dilakukan melalui bedah leher, sehingga tidak

dibutuhkan torakotomi. Jika letak di dorsal a.subklavia, harus dilakukan pendekatan melalui torakotomi. Diagnosis banding ialah tumor lain di mediastinum anterior seperti timoma, limfoma, tumor dermoid, dan keganasan paru.

PENYAKIT INFLAMASI TIROID

1. Acute Suppurative thyroiditis. Jarang sekali terjadi, mempunyai gejala sakit leher sebagian dengan onset yang tiba-tiba, diikuti dengan disfagia, demam, menggigil, dan biasanya diikuti dengan ISPA yang diterapi dengan drainase, mikro organisme yang sering ditemukan adalah streptococcus, staphylococcus, pneumococcus, coliform. 1. Subacute Thyroiditis. Merupakan noninfection disorder, ditandai dengan

pembengkakan tiroid, sakit pada kepala dan dada, demam, lemas, malaise, hilangnya BB, pada beberapa pasien tidak ada nyeri. Harus dibedakan dengan graves disease. Pada subakut tiroiditis LED dan serum gamma globulin meningkat. Radioiodin uptake sangat rendah dan bisa tidak ada, dengan peningkatan kadar hormon tiroid. Nyeri biasanya hilang sendiri, aspirin dan kortikosteroid diberikan tergantung pada keluhan. 1. Hashimoto’s thyroiditis. Merupakan jenis tiroiditis yang paling sering terjadi,

biasanya ditandai dengan pembesaran tiroid tidak atau dengan nyeri dan nyeri lepas. Pada umunya lebih sering terjadi pada wanita dan terkadang menyebabkan

disfagia.Tiroiditis hashimoto dipercaya sebagai penyakit autoimun, pada beberapa pasien sensitive terhadap jaringan tiroidnya sendiri dan antibody antitiroidnya, titer serum antimikrosomal, antitiroglobulin antibody yang tinggi sangat membantu dalam menentukan diagnosa. Diberikan hormon tiroid dengan dosis yang rendah sebagai terapi, operasi diindikasikan pada keadaan dimana terjadi penekanan organ Karena pembesaran yang terjadi, curiga malignancy, dan untuk alasan kosmetik. Untuk pasien dengan choking symptoms pembedahan pada ismus dapat memberikan rasa

lega. Jika tiroid membesar tidak simetris dan gagal untuk mengecil pada pemberian hormon tiroid eksogen, atau mengandung nodul discrete , maka tiroidektomi dapat di

rekomendasika, needle biopsy dapat juga membantu dalam menegakan diagnosa. 1. Kiedel’s thyroiditis. Kondisi yang jarang sekali terjadi, tiroid mengeras seprti kayu

dengan fibrosis, dan inflamasi yang kronik di dalam dan disekitar kelenjar. Proses inflamasi menginfiltrasi otot dan menyebabkan gejala kompresi pada trachea, hipotiroidism biasanya timbul dan tindakan bedah diperlukan untuk mengurangi obstruksi pada trachea atau esophagus.

(30)

1. Tumor jinak tiroid. Tumor jinak tiroid adalah adenomas, involutionary nodules, cysts

atau localized tiroiditis. Hampir semua adenomas adalah type follicular. Adenomas biasanya solitary dan encapsulated. Alasan utama dilakukannya pengangkatan jika dicurigai malignancy, over aktifitas fungsional dari produksi hipertiroid dan alasan kosmetik.

1. Tumor ganas tiroid.

Papillary adenokarsinoma.

Papillary adenokarsinoma terjadi 85% dari seluruh Ca tiroid, tumor ini timbul pada awal masa remaja sebagai solitary nodul, kemudian menyebar melalui kelenjar limfa dari kelenjar tiroid menuju ke subscapular dan periscapular limfonodulus, 80% anak-anak dan 20% orang dewasa didapat pembesaran limfonodulus.

Tumor dapat bermetatase secara mikroskopik ke paru dan tulang, psammoma bodies tampak pada 60% kasus, mixed papillary-follicular atau papillary, follicular karsinoma terkadang ditemukan. Tumor ini tumbuh karena stimulasi dari TSH.

Follicular adenokarsinoma.

Follicular adenokarsinoma terjadi 10% dari seluruh Ca tiroid, timbul lebih lebih lama dari papillary form, pada palpasi teraba masa yang elastik, kenyal, dan lembut. terdapat dalam bentuk encapsulated yang mengandung koloid. Secara mikroskopik follicular karsinoma susah dibedakan dengan jaringan tiroid. Kapsul dan vaskularisasi invasi dapat digunakan untuk membedakan follicular adenoma dengan follicular karsinoma. Meskipun dapat menyabar melalui kelenjar limfa, tetapi cenderung menyebar lebih hebat melalui darah dapat menyebar ke paru, hati, dan tulang. Metastase ke tulang dapat timbul 10-20 tahun setelah lesi primer terjadi. Tumor ini mempunyai prognosis yang buruk sama dengan papillary form.

Medullary karsinoma.

Medullary karsinoma mempunyai angka kejadian 2-5% dari Ca tiroid. Mengandung amiloid, solid, dan keras. Dapat mensekresi kalsitonin. riwayat medullary karsinoma pada keluarga dengan pheochromocytoma bilateral dan hiperparatiroid dikenal dengan Sipple sindrom atau type II multiple endokrin adenomatosus. Pada sipple sindrom, hiperplasi parafollicular cell dan medullary cancer yang kecil daqpat di diagnosa dengan menemukan serum

kalsitonin setelah distimulasi dengan pentagastrin dan kalsium.

Undifferentiated Karsinoma.

Tumor yang dapat cepat tumbuh ini sering terjadi pada wanita dengan usia muda dan angka kejadiannya 3% dari semua Ca tiroid. Lesi ini terjadi dari papillary atau follicular neoplasm. Mempunyai sifat solid, sepat membesar, keras, masa yang difus irregular

(31)

melibatkan kelenjar dan menginfasi trachea, otot, dan neurovaskular. dapat menyebabkan laringeal atau esophageal obstruksi.

Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat 3 jenis sel yang khas yaitu; giant cell, spindle cell, dan small cell. Mitosis sering terjadi pada metastase di paru-paru dan cervical

lymphadenopathy, dapat timbul kembali pasca operasi. Terapi eksternal radiasi dan kemoterapi bisa dijadikan terapi palliatif pada beberapa pasien, radioiodin tidak effektif untuk dijadikan terapi, prognosisnya buruk.

PENATALAKSANAAN GANGGUAN KELENJAR TIROID

Pada hipertiroid dapat diterapi secara aktif dengan obat anti tiroid, radioaktif iodine, dan tiroidektomi. Terapi tergantung dari umur, keadaan umum, besarnya kelenjar, beratnya keadaan patologis, dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan yang optimal.

A. Obat anti tiroid.

- Propylthiouracil (PTU) 300 – 1000mg/hari peroral - Methimazol 30 – 100mg/hari peroral

Obat ini menginterfensi ikatan iodine dan mencegah penggabungannya dengan iodotirosin di dalam kelenjar tiroid. Salah satu keuntungan dari terapi ini dari pada dengan terapi radio iodine dan tiroidektomi adalah dapat mengobati tanpa harus merusak jaringan, dan jarang terjadi keadaan hipotiroidism setelah terapi.

Obat anti tiroid juga dapat digunakan sebagai terapi definitive atau sebagai terapi

persiapan menuju operasi atau terapi radio aktif iodine. Hasil akhir yang diharapkan adalah membuat penderita sampai pada keadaan eutiroid state dan hilangnya gejala remisi. Pasien dengan kelenjar tiroid yang kecil mempunyai prognosis yang baik, gejala remisi yang

memanjang sampai 18 bulan dari pengobatan dapat sembuh pada 30% dari pasien yang ada. Beberapa pasien dapat terjadi hipotiroidism karena terapi ini. Efek samping yang dapat terjadi adalah rashes, demam dan agranulositosis. Pengobatan harus dihentikan jika terjadi sakit tenggorokan dan demam.

B. Radiologi Iodin (I131).

Dapat digunakan secara aman pada pasien yang sudah diterapi sebelumnya dengan obat anti tiroid dan sudah pada keadaan eutiroid. Indikasi terapi ini adalah untuk orang-orang yang sudah berusia 40 tahun keatas yang mempunyai resiko pembedahan, dan pada pasien dengan recurrent hipertiroidism. Terapi ini lebih murah dibandingkan dengan terapi dengan pembedahan. Terapi ini tidak boleh dilakukan pada pasien dengan leukemia, kanker tiroid, kelainan congenital, tetapi dapat disarankan untuk terapi tumor jinak tiroid. Pada pasien yang masih muda bahaya radiasi harus diperhatikan dan dapat menjadi keadaan hipotiroid. Anak-anak dan wanita hamil tidak boleh diterapi dengan radio iodine.

(32)

C. Pembedahan Tiroid

Jenis:

- Biopsi insisi, contoh indikasi: struma difus pradiagnosis

- Biopsi eksisi, contoh indikasi: tumor (nodul) terbatas pradiagnosis

- Tiroidektomi subtotal, contoh indikasi: hipertiroidi (Graves), struma nodosa benigna - Hemitiroidektomi (istmolobektomi), contoh indikasi: kelainan unilteral (adenoma) - Tiroidektomi total, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe Tiroidektomi radikal, contoh indikasi: keganasan tiroid dengan kemungkinan metastasis ke kelenjar limfe regional

Subtotal tiroidektomi

Keuntungan dilakukan tiroidektomi adalah dapat menghilangkan keluhan, dan menurunkan insiden terjadinya hipotiroidism yang bisa didapat oleh terapi radio iodine. Dilakukan

tindakan subtotal tiroidektomi apa bila :

- pada kelenjar tiroid yang sudah membesar. - Keganasan.

- Terapi untuk anak dan wanita hamil.

- Untuk pasien yang tidak dapat melakukan terapi jangka panjang.

Kelenjar tiroid yang diangkat 3-8 g tanpa mengangkat kelenjar paratiroid dan N.

laryngeal. Angka kematian dari prosedur ini amatlah rendah, kurang dari 0,1%. Subtotal tiroidektomi adalah cara teraman dan tercepat dalam mengkoreksi keadaan tirotoksikosis, frekuensi timbulnya kembali hipertiroidism dan hipotiroidism tergantung dari jumlah tiroid yang diambil. Pada pembedahan yang berhasil dan persiapan preoperasi yang baik, cidera pada nervus laryngeal dan kel paratiroid didapatkan kurang dari 2% kasus

Persiapan operasi

Resiko dari tindakan tiroidektomi untuk toxic goiter menjadi tidak berarti,sejak ditemukan kombinasi praoperasi menggunakan kombinasi dari iodides dan obat anti tiroid. PTU atau obat anti tiroid lainnya dapat digunakan untuk menekan kadar hormon sehingga dalam keadaan eutiroid keadaan ini dipertahankan sampai dilakukannya operasi. 2-5 potassium iodide atau lugol’s iodine dapat diberikan 10-15 hari sebelum pembedahan yang di gabungkan dengan PTU untuk menurunkan vaskularisasi dari kelenjar

(33)

tiroid. Thyroid Storm atau krisis hipertiroid memerlukan penanganan yang

segera pada kasus trauma dan tindakan bedah. Maka jika terjadi keadaan ini adalah ; mencegah keluarnya hormon tiroid dengan memberikan lugol iodine, atau ipodate sodium. Berikan juga obat penghambat β adrenergik (propanolol) untuk melawan keadaan yang diakibatkan oleh tirotoksikosis, atau menurunkan produksi hormon tiroid dan perubahan extratiroid T3 dan T4 dengan memberikan PTU. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengkoreksi tanda-tanda vital, dengan pemberian oksigen, sedatif, cairan IV,

kortikosteroid, dan penghilang panas, tergantung dari gejala yang timbul. Reserpin dapat diberikan pada pasien yang mengalami kegelisahan yang hebat.

Pembedahan pada struma Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik

dan terapeutik. Bedah diagnostik berupa :

– Biopsi

insisi – Biopsi eksisi

Bedah terapeutik bersifat ablatif berupa : – Lobektomi – Istmolobektomi – Tiroidektomi subtotal atau total.

Tindak bedah total dilakukan dengan atau tanpa diseksi leher radikal. Untuk struma nontoksik dan nonmaligna digunakan enukleasi nodulus yaitu eksisi lokal, (istmo-)lobektomi, atau tiroidektomi subtotal. Pembedahan total dilakukan untuk karsinoma terbatas, dan pembedahan radikal dilakukan bila ada kemungkinan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Hemitiroidektomi atau (istmo-)lobektomi dapat dilakukan pada kelainan unilateral.

Indikasi tindak bedah struma nontoksik

- Kosmetik (tiroidektomi subtotal)

- Eksisi nodulus tunggal (yang mungkin ganas) - Struma multinoduler yang berat

- Struma yang menyebabkan kompresi laringatau struktur leher lain

- Struma retrosternal yang menyebabkan kompresi trakea atau struktur lain

Pembedahan pada tumor tiroid

Terapi pada ca differentiated tiroid adalah pengangkatan melalui tindakan operasi, untuk papillary ca total lobektomy, atau total lobektomi dengan isthmectomy, dan total

Referensi

Dokumen terkait

Displacer level sensor adalah sensor yang menggunakan prinsip Archimedes untuk mengukur ketinggian isi dalam tangki dengan berat yang dari perpindahan batang

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kemajuan tahun

Sementara untuk kapang vs bahan pengawet, Pada uji bahan pengawet (asam asetat, asam benzoat dan formalin) tidak terlihat adanya zona bening, artinya

Sistem pangkalan data fuzzy model Tahani menjembatani dua konsep berbeda yaitu antara relasi standar yang menyimpan data-data yang bersifat pasti ( crisp ) pada sistem basis data

Hasil dari regresi linier berganda dalam penelitian ini maka dapat dibentuk persamaan untuk penelitian ini mengenai pengaruh ROA, rasio utang, nilai pasar ekuitas, dan

Pengembangan pendidikan karakter mengupayakan agar individu-individu memiliki karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan

Hatay ANTALYA ﻪﻴﻟﺎﺘﻧﺁ Sancak Mrk.. Ş imdi Arnavutluk’ta Dirin nehri kenar ı nda bir nahiyedir. Arnavutluk fetholundu ğ unda bu aile Müslüman olmu ş tur..

Materi yang dipelajari pada mata kuliah ini meliputi satuan, besaran dan dimensi, vektor (komponen vektor, penjumlahan dan perkalian vektor), gerak lurus (jarak,