• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. Aizid, Rizem Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. Yogyakarta : Penerbit DIVA Press

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. Aizid, Rizem Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. Yogyakarta : Penerbit DIVA Press"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem.2012. Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. Yogyakarta : Penerbit DIVA

Press

Anomin.

Wayang

Golek.

melalui

dari

:

<http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek> [20/07/13]

Anonim. Melalui

<http://pangauban-wayanggolek.blogspot.com/2012/09/arimbi-ngadeg-ratu.html> [06/02/13]

Ardianto, Elvinaro dan Q-Anees, Bambang. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media

Badawi, Jamal A. 2008. Kedudukan Wanita dalam Islam. Maktabah Raudhah Al

Muhibbin

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.

Surabaya : Penerbit Insan Cendikia

Brooks, Ann. 1997. Posfeminisme dan Cultural Studies. Yogyakarta : diterbitkan

oleh Jalasutra

Cronick, Karen. 2002. The Discourse of President George W. Bush and Osama

Bin Laden : A Rhetorical Analisis and Hermeneutic Interpretation.

Qualitative Sosial Research : Proquest Document

Dubrin, Andrew J. 2006. The Complete Ideal's Guide Leadership : Edisi kedua.

Jakarta : Penerbit Prenada

Franklin, Leanne. 2012. Gender. Printed and Bound in China (UK. USA) :

Penerbit Palgrave Macmillan.

Gamble, Sarah. 2010. Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme.

Yogyakarta : Penerbit Jalasutra

Hadijah, Ijah. 2012. Studi Komparatif Wayang Golek Purwa Khas Kuningan Dan

Sumedang Jawa Barat Dalam Analisis Semiotik Tahun 2007 Sampai 2010.

Melalui < http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/30>

[29/09/13]

Hollows, Joanne. 2010. Feminisme, Feminitas, dan Budaya Populer. Yogyakarta :

Penerbit Jalasutra

(2)

Irfansyah, Yasraf A. 2006. Perubahan Kode Visual Raut Golek Asep Sunandar

Sunarya dari Tahun 1970 – 2005. Dalam Rekap Jurnal Rekacipta Telaah

Desain dan Budaya Visual Nusantara Volume II no. 2 Tahun 2006

Pierce, Jon L dan Newstrom, John W. 2008. On the Meaning of Leadership.

Dalam Leaders & the Leadership Process. Mc-Graw Hill Interational

Edition. Fifth Edition

Khumaini, Anwar. 2008. Uji Publik RUU Pornografi Ditanggapi Beragam.

Melalui

<

http://news.detik.com/read/2008/09/15/110310/1006238/10/uji-publik-ruu-pornografi-ditanggapi-beragam?nd771104bcj

> [22/06/13]

Lal, P. 2008. Ramayana. Jakarta : Penerbit Pustaka Jaya

Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi : Theories of

Human Communication. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika

Murphy, David Cotter. 2003. Mediated Pedagogical Design : The Cycles of

Interation

Interface.

Simon

Fraser

University.

melalui

<

http://www.sfu.ca/media-lab/cycle/extras/cycle_design.htm

> [08/09/13]

Mustapa, Hasan. 2010. Adat Istiadat Sunda. Bandung : Penerbit PT. Alumni

Putra, R Masri Sareb. 2012. Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya dalam

Studi Komunikasi. UMN Volume IV. Nomer I

Rachman, Ace Sriati. 2004. Konstruksi Realitas Perempuan di Surat Kabar

Nasional : Suatu Analisis Framing Isu Kesetaraan Gender pada Rubrik

Swara Harian Kompas dalam Perspektif Konstruktivisme. Perpustakaan UI.

Diunduh dari <

http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-79979.pdf

>

[06/05/13]

Rajagopalachari, C. 2011. Mahabarata. Jogjakarta : Penerbit IRCiSoD

Rich, Stephanie. Dkk. 2011. ‘Unnatural’, ‘Unwomanly’, ‘Uncreditable’, and

‘Undervalue’ : The Significance of Being a Childless Woman in Australian

Society. Springer Science+business Media, LLC : Proquest Document

Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi : Edisi ketiga. Jakarta : Penerbit Rajawali Pers

Rumadi dan Fathurahman,Wiwit Rizka. 2010. Perempuan dalam Relasi Agama

dan Negara. Dalam Rumadi dan Fathurahman. Perempuan dan Penegasan

Identitas Negara Bangsa, Hlm 17-18 Jakarta : Penerbit Komnas Perempuan

(3)

Rumadi dan Fathurahman,Wiwit Rizka. 2010. Perempuan dalam Relasi Agama

dan Negara. Dalam Venny, Andrian. Dkk. Menyulam Sejarah Gerakan

Perempuan, Hlm 19-25 Jakarta : Penerbit Komnas Perempuan

Salenda, Kasjim. 2012. Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Islam.

Al-Risalah Volume 12

Safaria, Triantoro. 2004.Kepemimpinan. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu

Sharma, Kavita A. 2013. Perempuan-Perempuan Mahabarata. Jakarta Penerbit

Kepustakaan Populer Gramedia

Siagian, Sondang P. 2010. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Penerbit

Rineka Cipta

Soekarso, Dkk. 2010. Teori Kepemimpinan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana

Media

Suganda, Dadang. 2007. Pemanfaatan Konsep ”Muka” (Face) dalam Wacana

Wwayang Golek: Analisis Pragmatik. Dalam Jurnal Humaniora Volume 19,

no. 3 Oktober 2007

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Penerbit Alfabeta

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2008. Kepemimpinan Profesional : Pendekatan

Leadership Games. Yogyakarta : Penerbit Gava Media

Suraji. 2011. Kesetaraan gender di Indonesia Ditinjau dari Teori-Konsep dan

Pendekatan

Sosiologi

Hukum.

Melalui

<pa-wonogirikab.go.id/static/file/Makalah_Suraji.pdf > [06/05/13]

Surwati, Chatarina Heni Dwi. Konstruksi Feminisme dalam Film Indonesia

(Analisis Wacana Kritis Konstruksi Feminisme dalam Film Indonesia

Karya Sutradara Nia Dinata). Jurnal Komunikasi Massa Volume V no 1

Januari 2012

Teks Lakon Wayang Golek Gatotkaca Krama

Teks Lakon Wayang Golek Jaka Gintiri

Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminisme Thought : Pengantar Paling

Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Jakarta : Penerbit

Jalasurta

(4)

Wardhani, Sally Satuty. 2012. Parameter Kesetaraan Gender dan Rencana

Tindak Lanjutnya. Disampaikan pada Konsultasi Nasional Meneguhkan

Komitmen Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Bagi Perempuan. Jakarta

12 Maret 2012. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak

Wirawan. 2002. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan : Pengantar untuk Praktek

dan Penelitian 1. Jakarta : Penerbit Yayasan Bangun Indonesia dan

UHAMKA Press

Wood, Julia T. 2009. Gender Lives : Communication, Gender, and Culture Edisi

ke-8. Boston USA : Penerbit Wadsworth

Wulan, Tyas Retno. 2008. Pemetaan Gerakan Perempuan di Indonesia dan

Implikasinya Terhadap

Penguatan

Public Sphere di

Pedesaan.

Purwokerto : Jurnal Studi Gender dan Anak Yin Yang PSG STAIN

Yukl, Gary. 2007. Kepemimpinan Dalam Organisasi Edisi kelima. Jakarta :

Penerbit PT Indeks

(5)

CONTOH GAMBAR WAYANG GOLEK

Bima

Arjuna

Arimbi

(6)

Cover Kaset Arimbi Ngadeg Ratu

(7)

Transkrip Pembicaraan Dengan Mantan Dalang

Nama

: Tarya

Aktif

: Tahun 70-80 an

Tempat

: Cibatu, Tasikmalaya

Peneliti

: Begini ki jika masih ada, saya datang ke sini mau meminjam

buku pegangan cerita wayang yang biasa di pakai oleh para

Dalang

Nara Sumber : Maaf buku tersebut sudah lama dipinjang sama saudara, jadi

sekarang sudah tidak ada lagi di saya

Peneliti

: Saya ingin tahu mengenai cerita asli Wayang Golek yang biasa di

pentaskan oleh para Dalang

Nara Sumber : kalo Cerita asli, jaman sekarang ini sudah jarang sekali Dalang

yang membawakan lakon Wayang Galur, Biasanya

Dalang-Dalang sekarang lebih suka membawakan lakon Wayang

Carangan

Peneliti

: Kalau Wayang Galur sumber ceritanya dari mana

Nara Sumber : Wayang Galur itu cerita asli, kalau lakon Mahabarata yang di

pentaskan, maka yang diceritakan cerita Mahabarata

Peneliti

: Untuk Wayang Carangan apakah ada buku pegangan yang

menjadi panduan para Dalang

Nara Sumber : Lakon Wayang Carangan itu tidak ada buku panduannya.

Wayang Carangan itu murni karangan dan kreativitas dari Dalang

yang membawakan lakon tersebut. Bisanya dalang mengambil

sempalan-sempalan

dari

Wayang

Galur

lalu

kemudian

dikembangkan sendiri oleh Dalang sehingga menjadi Cerita

tersendiri

(8)

Peneliti

: Kalau begitu Dalang bisa menyisipkan pesan sesuai dengan

keinginan Dalang

Nara Sumber : Betul, Wayang itu adalah Sindir jeung Siloka. Artinya Wayang

itu merupakan perlambang dari keadaan sosial yang terjadi.

Dengan Wayang Dalang menyampaikan sidiran-sindiran, namun

tidak langsung karena itu digunakan siloka,

perlambang-perlambang

Peneliti

: Begitu, saya mengira setiap lakon yang dipentaskan itu adal cerita

aslinya yang memang harus diikuti

Nara Sumbar : tidak, itu adalah kreasi dari Dalang sendiri

Peneliti

: Mengapa dulu berhenti menjadi Dalang

Nara Sumber : Dulu mendalang itu hobi. Dan pada akhirnya memang serius

mendalami dunia Perdalangan, namun pada saat itu banyak orang

tua yang melarang saya menjadi dalang. Ada orang tua yang

bilang bahwa jika kamu tetap menjadi Dalang, kamu akan

menjadi Dalang yang sukses, namun kamu tidak akan

menemukan kebahagiaan. Saya disarankan untuk berhenti

menjadi Dalang.

(9)

SINOPSIS LAKON WAYANG GOLEK

JAKA GINTIRI

Lakon Wayang Golek Jaka Gintiri merupakan salah satu lakon wayang Golek

yang dipentaskan oleh Dalang Asep Sunandar Sunarya. Lakon ini menceritakan

tentasng Semar yang akan menjemput istrinya dulu ketika masih menjadi Dewa

dan tinggal di Kahyangan yaitu Dewi Kanastren. Dewi Kananstren kini telah

menitis kepada salah seorang putri cantik dari kerajaan Sekar Mume.

Cerita dimuai dimulai dengan mengisahkan di kerajaan Sekar Mume yang sedang

mengadalakan saemara untuk menentukan calon suami dari putri kerajaan tersebut

yaitu Dewi Siti Ragen. Karena kecantikannya, banyak sekali raja yang hendak

melamarnya, maka untuk menghindarkan perselisihan diantara para raja, maka

diadakan sayembara. Sayembara tersebut adalah barang siapa yang mampu

mengalahkan jago sayembara maka akan menjadi calon suami dari Siti Ragen.

Yang menjadi jago sayembara adalah adik Siti Ragen yaitu Jaka Gintiri.

Diceritakan sayembara sudah memasuki hari ke-16, dan hanya tinggal dua orang

raja yang tersisa. Diceritakan juga kebanggan Raja Sekar Mume kepada Jaka

Gintiri karena kehebatannya sebagai jago Sayembara, sehingga ketika pernikahan

Dewi Siti Ragen juga akan sekalian untuk menobatkan Jaka Gintiri sebagai

Penglima Angkatan Perang kerajaan Sekar Mume.

Seteh persiapan selesai dan pembacaan aturan sayembara dibacakan, maka

sayembara pun dimulai. Raja pertama yang melawan Jaka Gintiri dapat

dikalahkan dengan cepat. Kemudian Raja kedua yang merupakan ahli sihir

(10)

mampu merepotkan Jaka Gintiri. Namun Raja tersebut juga dalat dikalahkan

dengan Ilmu pamungkas Jaka Gintiri, sehingga Raja tersebut mati. Sesaat sebelum

kematiannya raja tersebut mampu menyihir Jaka Gintiri sehingga dia menicintai

kakaknya.

Akibat sihir tersebut Jaka Gintiri jatuh cinta dan memaksa Dewi Siti Ragen untuk

menikahinya. Karena marah, Raja mengutuk Jaka Gintiri menjadi Dedemit dan

pergi dari kerajaan.

Di tempat lain Semar bersama dengan Cepot dan Dawala sedang beristirahat

dalam perjalanan mereka menuju Kerajaan Sekar Mume untuk mengikuti

sayembara memperebutkan Dewi Siti Ragen. Namun mereka dikejutkan oleh

suara meminta tolong. Setelah diselidiki permintaan tolong tersebut berasal dari

seorang yang buruk rupa yang tersangkut di tanaman rambat.

Namun setelah diberi pertolongan, seorang buruk rupa tersebut malah marah

karena mengetahui tujuan perjalan Semar dan anak-anaknya. Bahkan Cepot dan

Dawala terbunuh. Semar yang aslinya merupakan seorang Dewa yang sedang

menyamar menghidupkan kembali Cepot dan Dawala dan mengalahkan mahluk

tersebut. Ternyata mahluk buruk rupa tersebut adalah Jaka Gintiri yang di kutuk

oleh ayahnya lalu kemudian disembuhkan oleh Semar. Karena merasa kalah dari

Semar dan pengaruh sihir telah hilang, maka Jaka Gintiri membawa Semar dan

anak-anaknya untuk dinikahkan dengan Dewi Siti Ragen.

Pada awalnya Dewi Siti Ragen menolak untuk dinikahkan dengan Semar karena

semar yang jelek dan sudah tua. Namun ketika semar kembali lagi dalam wujud

aslinya sebagai Batara Ismaya, Dewi Siti Ragen sadar bahwa Semar adalah

suaminya pada kehidupannya ketika di kahyangan sebagai Dewi Kanastren.

(11)

SINOPSIS LAKON WAYANG GOLEK

GATOTKACA KRAMA

Lakon Wayang Golek Gatotkaca Krama merupakan lakon yang dipentaskan

dengan Dalang ki Asep Sunandar Sunarya. Lakon ini menceritakan mengenai

kisah Gatotkaca yang akan menikah dengan putri dari pamannya Arjuna yaitu

Pergiwa.

Lakon ini dimulai dengan dengan keadaan di Madukara tempat kediaman Arjuna

yang sedang mengadakan persiapan pernikahan antara Gatotkaca dengan Pergiwa.

Pada keadaan sibuk tesebut, Arjuna kedatangan guru yang sangat dihormatinya

yaitu Dorna. Dorna datang mengaku mendapatkan pertanda bahwa Dewi Pergiwa

tidak boleh diikahkan dengan Gatotkaca karena akan menimbulkan bencana.

Namun sebenarnya, maksud kedatangan Dorna adalah ingin menikahkan Pergiwa

dengan putranya Suyudana yaitu Mandrakomara. Mendengar gurunya, Arjuna

kemudian membatalkan pernikahan Pergiwa dangan Gatotkaca dan kemudian

berencana akan menikahkan Pergiwa dengan Mandrakomara.

Mendengar keputusan Arjuna, Bima marah lalu pergi mencari Gatotkaca. Bima

merasa, bahwa tidak mungkin Arjuna membatalkan pernikahan jika Gatotkaca

tidak memiliki kesalahan. Setelah bertemu dengan Gatotkaca, Bima

melampiaskan kemarahannya dengan menghajar Gatotkaca habis-habisan.

Melihat kamarahan ayahnya, Gatotkaca yang pergi kabur dengan perasaan kecewa

karena pernikahannya dibatalkan. Gatokaca merasa berdosa karena telah

mengecewakan ayah dan ibunya.

(12)

Pada keadaan kecewa, Gatotkaca yang sedang sedang dalam keadaan depresi

ditolong oleh Sri Kresna. Bersama Sri Kresna Gatotkaca pergi ke Madukara untuk

menyaksikan arak-arakan seserahan Mandrakomara yang akan menikahi Pergiwa.

Pada saat mau mengadakan permikahan, Pergiwa dilaporkan hilang diculik oleh

seorang yang tidak dikenal. Dorna yang mendengar kejadian tersebut langsung

menuduh Gatotkaca yang memang sedang ada di sana. Namun Gatotkaca dibela

oleh Sri Kresna yang memberi kesaksian bahwa Gatotkaca selama beberapa hari

bersamanya dan tidak pergi kemana-mana. Untuk menengahi kejadian tersebut,

akhirnya disepakati untuk membuat sayembara, bahwa siapapun yang mampu

menemukan Pergiwa dalan dua hari dan membawa orang yang menculiknya hidup

atau mati maka akan dinikahkan dengan Pergiwa.

Pemenang dari sayembara tersebut adalah Gatotkaca. Bersama dengan Cepot dan

Dawala, Gatotkaca mampu menyelamatkan Pergiwa. Namun perdebatan masih

terjadi karena Dorna masih menuduh Gatotkaca sebagai penculiknya. Walaupun

Gatotkaca membawa saksi dan bukti, Dorna tetap tidak percaya. Akhirnya Sri

Krisna mengusulkan, untuk sayembara ulang dengan pertarungan. Gatotkaca

menyanggupinya, namun tidak seorangpun dari pihak Kurawa berani melawan

Gatotkaca. Akhirnya Gatotkaca dan Pergiwa dinikahkan.

(13)

SINOPSIS LAKON WAYANG GOLEK

ASTRAJINGGA TIWIKRAMA

Lakon ini menceritakan mengenai keadaan dunia yang akan dilanda bencana

karena Kawah Candradimuka secang bergejolak. Diceritakan Sang Hyang Otipati

Jagatnata memanggil semua dewa untuk membahas mengenai masalah ini.

Menutut Sang Hyang Otipati Jagatnata, bahwa untuk menghentikan bencana yang

akan terjadi, adalah dengan mengorbankan Astrajingga (Cepot) putranya Semar.

Maka diutus para Dewa untuk menyampaikan berita tersebut kepada raja-raja

supaya menagkap Asrtajingga dan membawanya ke Surga untuk dikorbankan ke

Kawah Candradimuka.

Diceritakan Semar dan putra-putranya yang sedang membahas kegiatan-kegiatan

dan langkah-langkah apa saja untuk menganitsipasi bencana di wilayahnya

kedatangan para kurawa untuk menagkap Astrajingga. Namun karena Astrajingga

tidak mau karena para Kurawa bukan merupakan pemerintahan yang sah di

wilayannya, maka terjadilah pertarungan. Para kurawa dapat diusir dengan

bantuan warga.

Setelah kejadian itu, muncul Arjuna yang sama-sama hendak membawa

Astrajingga ke Surga untuk dikorbankan ke Kawah Candradimuka. Berhubunga

Arjuna merupakan representasi pemerintahan yang sah di wilayahnya, Astrajingga

pada akhirnya mau untuk dibawa oleh Arjuna.

(14)

Semar yang sedih akan kehilangan anaknya, memberikan sehelai rambut dari kuncungnya. Beliau berpesan untuk memakannya. Di tengah perjalanan, Asrtajingga melaksanakan amanat dari Semar, yang mengakibatkan badannya membesar sebesar gunung. Astrajingga pergi ke Surga untuk mengobrak-abrik surga. Sang Hyang Otipati yang merasa takut akhirnya lari kepada Semar untuk meminta tolong.

TEKS LAKON WAYANG ARIMBI NGADEG RATU

Suara salendro...

Sinden : ...

Dalang : anjrah ingkang puspita arum kaselir ing samira nami... kangselir ing samira nami.. samira nami... anjrah ingkang puspita arum kaselir ing samira nami... kangselir ing samira nami... sekar gadung kongas gandane... ya kongas gandane... maweh lasras tresna ning dria... dria...

Dalang : kacarios di pertapan alas sapta rengga.. begawan Abiyasa eyangna pandawa

kurawa.. kasumpingan putuna ku anjeun.. raden Bima kalih raden Arjuna teu kantun kasepuhan.. Semar lurah kudrapawana sami sadayana tungkul hamari kelu dat nyembah narima sabda.. ajrih ningali pamor sang begawan.. watek wantes begawan Abiyasa duduwong samanea.. manusa tru simadu tarhing kusumah titising andana wirih trahing dewa kamanusan...

Dalang : kunira kangandika.. kawedaling lisan mekaten pengandikane pun..

Abiyasa : ieuh kasep.. bagja nu taya papadana.. dina dangeut ieu lamun seg dibandingkeun kabungah kula jeung gunung anu cing jalegir di ieu dunya masih keneh gede kabungah kaula kanca.. ku kadatangannana incu kadieu anu ka bejakeun maot ka duruk di bale sigala gala.. ayeuna ting parucenghis.. ari di sangka mah ririwana ku kaula.. eh..eh..eh.. yap kahareup incu kaula Bima..

Bima : ieuh.. pembage si eyang aku terima eyang.. lan aku jaloh ma’lum oro bisa tata

peryoga kayah nu lian..

Abiyasa : heug teu nanaon ari soal teu bisa lemes mah ngomong.. dihampura ari geus jadi adat mah.. heueuh keun bae.. saperti bubuahan didunya teh aya buah mangu aya buah kadongdong.. ari buah manggu dimana geus asak teh hideung nyah.. tapi dijerona bodas.. jeung ari manggu tara bohong lamun tiluarna cupatna genep dijerona ge genep.. tuh.. heueuh jalema ge teu beda ti kitu sanajan ayeuna urang bahasa nano.. basa kasar.. garihal, ari geus jadi adatmah.. tapi anu penting mah hate sing beresih.. sabab ari meunteunna pangeran ka manusa teh dumasar kana rupa jeung pangkat tapi gumantung kana kabersihan hatena.. nya kancara hahahaha..

Panayagan : haha.. eta sepuh .... sae... Abiyasa : aya deui buah kadongdong.. Panayagan : kumaha ari buah kadongdong..

(15)

Panayagan : tiluarnamah jiga anu di sugu..

Abiyasa : tuh sakurang-kurang namah kapan.. lamun didahar teamah urang matak ngelad jeung nyarelap dina huntu.. nya.. tah manusa ge teu beda ti kitu.. aya nu lemes ngomongna teh.. kawas nu heuheuh tapi hatena kotor.. sirik pidik teh dina hate bet ngancik.. eheheheheh..

Panayagan : jail kaniyaya teh teu weleh..

Bima : inggih.. lan baktos ti si ibu oge si kakang Kontea..

Abiyasa : euhh.. Calalaguer sararea..

Bima : ieah..

Abiyasa : heuh sukur.. dimana ayeuna inung hedep, adi hidep, jeung lanceuk hidep..

Bima : si nakula, si sadewa, si kakang Kontea Wijakangka oge si ibu aya di negara

cempala reja.. nyaeta sikakang Kontea keur bulan madu.. Abiyasa : ohh.. Wijakangka geus kawin karah teh..

Bima : ingih..

Abiyasa : ka..

Bima : ka putri raja negara cempala reja nyaeta kaputrina prabu drupada anu kakasih

Dewi Drupadi eyang..

Abiyasa : ehh.. sukur.. jadi didinya kararumpulna..

Bima : inggih..

Abiyasa : emh.. heuh.. sukur ditarima kituh.. salamna ti sararea..

Bima : ieuh..

Arjuna : teu pino damel kaulanun eyang.. wayah dalem Arjuna ngahaturkeun sembah

sungkem ka hunyuk pangjenengan pangersa eyang.. Abiyasa : heug ditarima kasep margana..

Arjuna : kalihna ti eta nyanggakeun pang layad..

Abiyasa : heueuh sukur..

Arjuna : oge baktos ti sadayana we anu sami aya di Cempalareja..

Abiyasa : ehh sukur-sukur.. ke..ke..ke.. ari itu saha nyangkewok dijuru.. Panayagan : itu saha kulan..

Abiyasa : hahahahaha.. si olot geuning eta teh.. kadieu Semar..

Bima : mar ka hareup mar..

Arjuna : kahareup kang..

Semar : (suara salendro) aduh aya anak... amuing... teu pino damel ngahaturkeun nampi kana pembage kalayan unjuk sumanga ngahaturkeun sembah sungkem ka hunjuk panjenengan juragan sepuh nun...

Abiyasa : ditarima Semar..

Semar : kalihna ti eta.. nguningakeun ieu tuang putu teh geuning masi keneh

jarumeneng nun.. anu kawartoskeun kaduruk di bale sigala-gala.. Abiyasa : heueuh..

Semar : kalayan nyanggakeun pang layad.. oge jisim abdi salamet hindar tina durukan

di bale sigala-gala..

Abiyasa : heueuh syukur.. emhh.. masih keneh bisa leumpang jauh eta si olot.. Panayagan : eta ku jagjag wae nya..

Abiyasa : heueuh.. amuing-amuing sukur-sukur-sukur.. tah ku halna sakitu atuh.. heula anan hayang nyaho eyang.. bisana salamet hidep nyaeta tina durukan di bale sigala-gala.. sabab ieu teh geus geunjleung ka mana-mana..

Panayagan : ear sun..

Abiyasa : kaceluk ka kangang ngewo ka loka ka jana pria kajamparing angin-angin beja teh.. yen pandawa teh maot kaduruk jeung inung na.. tuh.. ka budak-budak anu keur ngurek apaleun.. yen pandawa teh ka duruk di bale sigala-gala.. nya..

(16)

Bima : inggih..

Abiyasa : malahan ieu beja teh dikuatan ku bukti sabab aya bangke jalema.. genepan.. cenahmah etateh bangke pandawa jeung inungna.. tapi ayeuna pandawa jeung inungna harirup keneh naha saha etateh anu kaduruk teh cu..

Panayagan : asa kaget..

Semar : emh.. aya anak.. panyang riwayatna teh sun..

Bima : panyang riwayatna eyang..

Arjuna : panyang lalakona eyang..

Bima : ari anu kadrukteh sabenerna harita di bale sigala-gala teh aya anu ngadon ngarerep.. ngadon reureuh genep urang.. ngadon istirahat.. nya anu kaduruk teh eta anu milu istirahat.. anu milu reus..

Abiyasa : eleuh..elueh..eleuh..eleuh.. bisa jadi mereunan eta teh anu milu sare teh panayagan balik nabeuh.. maklum da jaman baheula teh panayagan mah lempang.. mana sina cara jaman ayeuna mah kana mobil.. bari ngajingjing idangan geuning.. gongsang geuning nya.. heueuh.. amuing-amuing.. jadi eta anu kaduruk teh..

Bima : inggih..

Abiyasa : emh..

Semar : eta anu kaduruk teh nun..

Abiyasa : emh.. heheuh syukur atuh ari salametmah.. ngan hayu urang ngado’a eta anu kaduruk teh muga-muga we sing ditempatkeun dina tempat anu nikmat mungguh pangeran urang..emh..

Bima : ieuh..

Semar : amin.. nun.. amin..

Abiyasa : heueuh syukur.. jadi pandawa bisa salamet..

Bima : dikersakeun kaula teh nuturkeun lanak bodas.. nyaeta.. ngadak-ngadak dina keur nguntab-nguntab seuneu kenca katuhu tukang hareup.. aya lanak anu kaluar kajero.. tina jero taneuh di tengah-tengah bale.. dikersakeun nyieun liang anu gede.. nya inung oge adi oge lanceuk dirawu dibawa kana jero liang.. liang lanak tea.. jeung aneh na barang abus kana jero eta liang ngadak-ngadak teneuh linta deui..

Abiyasa : uluh itu pitulung pangeran.. emh.. pitulung pangeran gusti nu kagungan abdi-abdi sadaya.. emh geuning teu heseun pangeran nyalametkeun manusa nya kanca.. jeung ari pangeran mah moal arek dolim ka mahlukna kanca..

Bima : nya kaluar-kaluar di leuweng Pringgandani.. didinya nepi ka kaula meunang

jodo.. nyaeta ka Arimbi.. sanajan lanceuk si Arimbi.. nya dahuan kaula.. teu doaeun..

Abiyasa : saha.. nu teu doaeun teh..

Bima : dahuan..

Abiyasa : emh..

Bima : ari dahuan teh raja Pringgandani anu ngaran raja Arimba..

Abiyasa : euleuh..

Bima : manehna nafsu ngagudug-gudug amarah teu kawadahan.. nya ger patelak..

kaula teh da puguh nyaho yen eta dahuan dibejaan ku si Arimbi.. ngan ukur nyingkahan paneungul nyingkahan panarajang.. nyalametkeun diri.. manehna ngagabrung kaula nyingcet.. atuh puguh we si Arimba ngagebros.. sedengkeun dihareupeunna teh gawir anu sakitu lungkawingna.. si Arimba ngagebrus kana gawir bari dihanapna teh embal.. gebrus kana embal.. ngalelep teu kaluar deui ngemasaning pati tumakaning perlaya.. malahan kaluar cai anu ngabulak ti hanap.. malahan beuki ngagedean eta cai ngalir..

(17)

nepika di sebut kali ramut.. jadi sumber cai.. nya si Semar anu ngaranan eta kali teh.. walungan.. anu kasebut kali ramut..

Semar : kitu nun.. ari tadinamah bade dingaranan kali genep.. mung da puguh katingal

ti hanap jiga rambutna Arimba anu kacanak ku cai tihanap.. nya disebatna teh kali ramut we ku jisim abdi teh..

Arjuna : kakang Semar..

Semar : ieu nun..

Arjuna : ari disebut kali genep mah teu nyamung..

Semar : tah.. sumuhun kitu manawi oge..

Cepot : hi..hi..hi.. jang..hi..hi.. Panayagan : akang..

Cepot : marukanan dewek teu ngadengekeun diluar merureun nya euy..

Panayagan : padahal nyengo tina janela..

Cepot : heu..heu.. da kadenge ku dewek oge.. padahal anu nukitumah tong dihakan teuing lain bagean manehna nya euy.. bagean aing ari ngabodor mah.. heueuh..

Panayagan : nukitumah bagean akang atuh..

Cepot : paingan ku batur dipikageuleuh wae.. da sok kaluar tina tetekon hirupna teh..

Panayagan : nya kitu meureun hirupnateh sakacumplang sakacampleng..

Dawala : tong pipilueun nyamperkeun kadinya didieu we urang mah urang..

damdaman didieu yeuh..

Panayagan : nya.. itumah urusan pangagung atuh..

Cepot : emung ari damdaman jeung sia teh sok licik ah..

Panayagan : ha..ha..ha.. paingan tara meunang.. ha..ha.. damdaman kantun tara meunang heueuh..

Bima : tah kitu eyang.. nya kaula teh dirapalan we.. dibanyu muda.. di mitoha..

Abiyasa : saha mitoha teh..

Bima : nyaeta begawan kesarpa..

Abiyasa : euleuh-elueh..heueuh..

Bima : tidinya kaula teh da.. emung cicing di tempat awewe.. bari jeung diparaban ku awewe.. bari aing teu usaha.. bisi disebut nyalindung ka gelung.. nya kapaksa we init nyangsara apruk-aprukan.. sabab lamun cicing wae di nagara Pringgandani bari jeung eweuh gawe bari jeung barang hakan ladang hasil kesang awewe.. hukumna nu kitu dayus..

Abiyasa : naon cu ari dayus teh..

Bima : dayus.. ari hukumna dayusteh tong boro make jeung nincak sawarga..

ngambeu ge moal.. cenah nu kitu teh.. Abiyasa : heueuh..

Bima : tah kitu eyang..

Abiyasa : heueuh..

Bima : tah tidinya kaula teh langsung apruk-aprukan.. papangih jeung hiji kampung..

eta kampung teh keur dirajah buta.. ari pamingpinna buta teh ngarana kalabaka.. nyaera kanibal.. beuki jalema.. beuki daging jalema.. nya ku kaula disalametkeun masyarakat dieta kampung.. kampung kalicaka..ari sesepuh eta kampung panita ijraba.. eta buta dibasmi ku kaula pararaeh.. si kalabaka jeung batur-baturna.. tidinya.. kaula meunang beja yen di negara Cempalareja aya sayembara.. nyaeta prabu drupada nyaembarakeun Dewi Drupadi.. nya tidinya langsung milu sayembara.. nya hasil nateh putri dikawinkeun ka sikakang Kontea.. tah kitu eyang riwayatna..

(18)

Abiyasa : emh.. kitu.. paingan..paingan.. heueuh da nepi ka ayeuna oge masih keukeuh panawa teh geus paeh..

Bima : tapi kurawa geus arapaleun sabab pangih di negara cempala reja waktu

sayembara..

Abiyasa : emh.. geus kanyahoan deui..

Bima : inggih.. anumawi dongkap kadieu kaula rek menta ijin ti si eyang..

Abiyasa : naon..

Bima : kurawa incu si eyang keneh ku kaula rek dipaehan kabeh..

Abiyasa : ke..ke..ke..

Semar : emh.. aya anak mani ngagebeg aing..

Abiyasa : ke naon maksudna dipaehan..

Bima : sabab yakin eyang.. kaula dibale sigala-gala teh lain ka duruk tapi diduruk..

Abiyasa : diduruk..

Bima : enya.. anu aya patula patalina jeung politik si sangkuni yeuh.. pamana kurawa

ti inungna.. yen meurueun siuen negara astina dicokot kukaula ku pandawa.. nepi ka nyieun rupa-rupa cara.. pikeun maehan pandawa.. biktina kaula teh lain kaduruk teh sabab seneu datangna ti luar lain tijero.. kukituna yakin nu ngaduruk kaula teh kurawa.. ayeuna rek balas dendam kaula..

Dalang : tijar meneng.. meneng gusti peteng atinera..(suara salendro) atinera munstina..

antinera.. tijar meneng meneng gusti peteng antinera.. antinera.. lir kalimpudan mega bodara awur lan mega putih.. walas salin sumamba..lawas.. (salendro berhenti) Abiyasa sakedap pen botena wangsul marganepun peteng penggalih.. dangu-dangu ngandika kawedaling lisan mekaten pengandikane pun..

Abiyasa : eleuh..eleuh..eleuh.. ke kasep.. ari urang mah ngabogaan adat istiadat.. jeung ngabogaan budaya.. ari budaya diurang teh adat diurang teh nyaeta.. mipit anit ngala menta nete taraje nincak hamalan nuntik ngari nyucruk walungan mapay wahangan ipis lapis kanel tapel.. hartina malapah gedang.. heu..

Bima : geus sidik salah eyang..

Abiyasa : heuhh kelanan.. ulah getas harupateun.. ari pang initan tina durukan kadituna teh kadang-kadang jadi ruhak jadi lebu.. geus pasti lain kadang-kadang.. pang initan tina durukan hartina kaditu jadi ruhak jadi lebu..

Bima : tuman eyang..

Abiyasa : heueh kelanan.. anu pentingmah urang we geus salamet..

Bima : tapi lamun di antep ieu bakal dedeuieun.. bakal tuman..

Abiyasa : kasep..

Bima : iah..

Abiyasa : sing inget yen cilaka jeng salametna jalma teh gumantung kana amal perbuatannana.. sabab ratu tara ngahukum pamarentah tara nyiksa anging laku lampah anu bakal jadi hakimna diri melak hade buah hade melak goreng buah goreng.. keune da engke ge bakal karasa ku dirina.. ulah ku urang.. sabab ari manusa beda jeung sato.. ceuk rarasaan mah ungal kaset geus diomongkeun.. unggal lalakon oge.. beda jeung satoteh jalema saperti anying budug dijarian paehnateh ngan ukur samet bilatungan.. tapi ari jalemanah sajabana tibilatungan teh bakal pangih jeung balitungan nya kanca.. tuh.. urang mah ngeureuyeuh nikreuh we sanajan bari pateuh gunung oge bakal aya disahanepeun mumuncangan.. asal urang ulah ngewaan kabatur ulah geureuhan kabatur kadar batur rek ngewa ka urang sabodo..

Bima : tuman eyang..

(19)

Bima : kahiji kitu.. kaduana kapan sidik nagara astina teh yaeta hak pandawa.. Abiyasa : ke lamun rek nyokot hak sabenerna kurawa oge aya hakna keneh.. aya hak na

keneh.. geura sok ari anak eyang teh aya sabaraha hiji..

Bima : tilu..

Abiyasa : hiji..

Bima : si ua Dastarata..

Abiyasa : dua..

Bima : sibapa Pandu Dewanata..

Abiyasa : tilu..

Bima : si paman Widura..

Abiyasa : ari hidep anak saha..

Bima : anak si bapa pandu..

Abiyasa : ari kurawa..

Bima : anak si ua dastarata..

Abiyasa : tu geuning ari eta aya hakna keneh.. sarua.. sarua.. tah kitu kanca numatak tea oge sanajan bari saturunan tapi ngaran beda nyaeta nuhiji disebut kurawa nuhiji disebut pandawa sedengkeun satiap beda ngaran pasti bakal dualisme.. satiap dualisme bakal beda faham.. satiap beda faham bakal pasea.. ari pasea eweh nu bener dua nana ge.. tuh nya.. ulah kasep..

Bima : eta kapan aya hak kaula pikeun nyokot karajaan..

Abiyasa : oh sihoreng.. sihoreng.. maneh kituteh dek ngudag-ngudag kakawasaan dek ngudag-ngudag kapangkatan nya.. nepi ka tega dek neungeulan kurawa dek ngabasmi kurawa teh dek nyokot kadudukan dek nyokot kakawasaan.. Panayagan : kasawaan..

Abiyasa : tah geuning saha tateh catrik teh cu.. emh alus pisan tateh biwir teh jang.. geuning maneh ayeuna pang initan teh tetep be tina durukan sabab anu diudag-udag teh kakawasaan.. aya udang dibalik batu geuning maneh kitu teh.. tuh.. aya udang dibalik batu.. sihoreng anu diudag-udang ku maneh teh kakawasaan.. sing inget Bima.. sing inget sakali deui.. sing inget saha-saha jalema anu ngudag-ngudag dunya.. atawa beh dituna kapangkatan kadudukan tanpa mikiran aherat maka pengeran eta jelema teh lain Allah tapi dunya, pangkat, jeung kadudukan.. sakali deui.. saha-saha jalema anu ngudag-ngudag wae dunya tanpa mikiran aherat.. maka pengeran eta jelema teh lain Allah tapi dunya.. sedengkeun ceuk pangeran lamun mangeran salian ti ka Allah musrik ngarana.. ari musrik, timana datangna..

Bima : timana..

Abiyasa : ti iblis.. tuh.. jadi sing inget lamun jalema anu ngudag-ngudag wae kadudukan tanpa mikiran nagara jeung bangsa.. jalema anu ngudag-ngudag kakawasaan tanpa mikiran nagara jeung bangsa.. bari jeung hirupna keur kapentingan pribadina, keur kapentingan golongannana, jeung keur kapentingan partaina.. maka pengeran eta jelema teh lain Allah.. musrik tah nu kitu.. ari musrik datangna ti i..

Bima : ti iblis..

Abiyasa : tah kari mikir tah maneh naha daek dipimpin ku iblis atawa emung..

Bima : iyahh..

Abiyasa : ayeuna maneh dek hayang jadi iblis.. apan maneh teh manusa.. tah didieu mana anu atuh disebut mulya teh manusa teh nukumaha.. ulah waka genah hate dumeh manusa disebut mulya.. ulah waka beukah liang irung dumeh manusa disebut mulya.. mun ceuk basa ayeuna mah nepi kapalebah mana konsekwensi maneh salaku manusa teh.. mana manusa teh.. anu disebut

(20)

mulya teh.. konsekwensina manusa anu disebut mulya teh numana jeung kumaha.. sedengkeun ari nu disebut mulya teh manusa anu geus bisa ngagunakeun akal pikiran budi pamilih rasa jeung perasaannana dina jalan Allah..

Bima : ihhh.. enya nya yang..

Abiyasa : ee.. pikir ku maneh.. ayeuna kurawa kitu.. ayeuna dek diturutan ku maneh.. atuh saruana paingan geuning tadi ceuk eyang tadi.. nu paseamah eweuh nu bener duanana oge.. ayeuna maneh dek nyokot kakawasaan..

Bima : nyaah ka rakyat..

Abiyasa : heueuh saolah-olah maneh teh jadi wakil rakyat..

Bima : enya..

Abiyasa : ayeuna dek parasea..

Bima : enya..

Abiyasa : nu diluhur parasea.. hah.. kasebut wakil rakyat.. maneh teh ke teh dikaraton teh geur we parasea.. parea-rea omong paadu peureup.. naha nu kitu teh wakil rakyat kitu.. nu gelo nukitu mah.. nu gelo nukitumah.. naha nyieun wakil rakyat jalema nugarelo cenah meurun ceuk nu ngarti teh..

Panayagan : nukitumah wakil tinju meureun atuh..

Abiyasa : wakil si muhammad ali nukitumah.. tuh.. nugarelo kasep nugarelo.. mana profesionalna da euweuh anjeun lamun ayeuna rek ngadu peuruep nya..

Bima : iahhh..

Abiyasa : ngerakeun-ngerakeun.. cenah ayeuna keur kurawa dek nyokot kakawasaan pek bikeun heula..

Bima : naha eyang..

Abiyasa : bikeun heula.. keun bae Bima sing inget da moal lila.. jalema jadi raja.. jelema jadi pejabat.. jalema jadi itu teh moal lila.. sing ngari pangarti anu jadi ciri kagagah anu rongkah kapangkatan anu dipikawegah kabeh helas eweuh paedahna tanpa hirup dibarengan ku kaimanan jeung kataqwaan kanu kawasa..

Cepot : (Batuk-batuk) lain sepuh dewek anu batukmah..

Panayagan : akang batuk wae..

Cepot : ampun teuing euy.. kadung dibuka baju dewekmah euy.. jang..

Panayagan : akang..

Cepot : heueuh da juragan Abiyasamah tilas raja kapungkunna numatak bebeledugan..

lamun dewek ngomong kitu ditewak jigana.. tah numatak dewek emung pipilueun kana urusan politik teh kitu.. politik tea sakurang-kurangna mah bisa ngahalalkeun kana sagala rupa cara.. heueuh.. sakumaha anu paratos disaurkeun ku kasepuhan juragan Abiyasa bieu.. da jiga anu heueuh tuda jelama teh.. pajarkeun nateh cenah keur rakyat, untuk rakyat.. heueuh.. keur nagara, keur bangsa.. sangup ngemban amanat penderitaan rakyat..

kaitunamah ujung-ujungnamah ahh.. mentingkeun pribadinawe

golongannana jeung partaina.. hehe nu kadenge kua aingmah.. nu kadeuleu nukasaksi.. numatak tong dipercaya teung kemah lah.. heueuh..

Dawala : naon a..

Cepot : sia mah da hees wae.. kadieu atuh ngobrol didieu yeuh.. jeung aing..

Semar : emhh.. leres nun..

Abiyasa : tuh.. dengekeun..

Bima :iah..

Abiyasa : bikeun heula we.. mun bisa kumaneh bantuan kumaha cara jeung katangtuannana pikeun ngurus nagara jeung bangsa.. bere kasempetan..

(21)

lamun manehna engke teu kapake moal kumaneh kurakyat.. sabab naon.. sabenerna ieumah sabenerna.. upama ditinggal kuhakekatna anu lembaga pengluhurna sabenernamah rakyat.. manehmah ukur wakil-wakilna.. rakyat.. sabab naon aya hak rakyatmah pikeun ngadaulat..

Cepot : (tertawa) heueuh yang sangat paling tertinggi jeung luhur.. heueuh.. yang paling tinggi, terluhur, teratas.. emh.. bener pisan euy.. emh kasauran sepuh.. Abiyasa : ulah kasep.. bere kasempetan ke dimana maneh geus.. eu.. kurawa geus teu

kapake ku rakyat tah kakara maneh nararaek.. bari jeung diseredna manehteh kurakyat deuih.. sabab naon.. tiayeuna maneh diajar pangalaman.. pek geura pek jadi rakyat heula kumaha carana..

Bima : iahhh..

Abiyasa : kaharti..

Bima : iahhh..

Abiyasa : teangan elmuna heula.. elmu lahirna.. elmu batinna..

Dalang : lir pendra.. barang saweg nuju aya dina imbal wacana sapratanepun ieu dedayo saking negara Pringgandani nyaeta arya Purbakesa sampun dumugi dateng arca..

Purbakesa : sapurasun.. Abiyasa : saha..

Cepot : euleuh jang..

Panayagan : kang.. jiga aya tamu tuh..

Cepot : kawas.. kawasnamah enya aya tamu.. lain jiga euy..

Panayagan : enya katinggalna aya tamu..

Cepot : wah juragan Purbakesa deuleu ituh..

Panayagan : song enggal geura laporan kaituh.. kalebet..

Cepot : laporan.. akh naa bakal kajero.. keune antep akh.. hehe.. haroream dewekteh

hoream init-initan ayeunateh euy..

Panayagan : ehh.. heuras-heuras teuing beheung teh pira oge kajero..

Cepot : teuing-teing kumaha waktu ieu aing jadi kedul.. hehe..

Panayagan : paingan atuh ari kedul mah teu boga baju-baju acan..

Cepot : heueuh alah.. ampun teuing aing..

Purbakesa : sampurasun..

Bima : ihh.. saha..

Abiyasa : saha kasep..

Bima : iehhh.. si Purbakesa eyang..

Abiyasa : saha Purbakesa teh cu..

Bima : adi beuteung..

Abiyasa : emmhhh.. adi beuteung..

Bima : adi beuteung eta teh adina si Arimbi ti Pringgandani..

Abiyasa : euleuh-euleuh-euleuh.. rampes.. rampes.. rampes.. Suara salendro...

Purbakesa : nyanggakeun sembah baktos kahunyuk pangjenengan pangersa eyang.. Abiyasa : emh.. deudeuh teuing mas putu..

Purbakesa : ngahaturkeun sembah pangabaktos.. Abiyasa : nuhun kasep..

Purbakesa : kahunyuk kakang Bima..

Bima : aku terima Purbakesa..

Arjuna : wilujeng sumping..

Purbakesa : walah.. kang rayi Arjuna.. nuhun-nuhun..

(22)

Purbakesa : kaula wae kang rayi..

Semar : ngahaturkeun wilujeng sumping nun..

Purbakesa : nuhun olot.. wahh sono kaula.. hahahhahha.. Abiyasa : mangga lingih.. linggih.. linggih..

Purbakesa : mangga.. mangga.. mangga.. Suara salendro..

Sinden : ...

Dalang : bingah.. bingah amarwata suta.. bingah amarwatasuta bingah ka giri-giri.. bingahna ka giri-giri.. bingah amarwarasuta bingah kagiri-giri.. ningal ingkang sampun prata.. ningali ingkang sampun prata.. yaaa ieuu.. sadayana sami bingah ku kasumpingannana ieu arya Purbakesa saking nagara Pringgandani.. puniraha ngandika..

Abiyasa : emh.. wilujeng sumping mas putu..

Bima : bagea satekal amu Purbakesa..

Abiyasa : wilujeng sumping..

Purbakesa : walah.. nampi rebu nuhun laksaketi kabingahan kalayan unjuk sumangga ngahturkeun sembah baktos kahunjuk pang jenengan..

Abiyasa : nuhun kasep nuhun.. Purbakesa : kahunjuk kakang Bima..

Bima : aku terima..

Purbakesa : kalayan kalihna ti eta hapunten tina naon rupi hal kalepatan.. Abiyasa : saling ma’lum cu..aya naon ieu teh..

Bima : aya naon Purbakesa..

Purbakesa : anumawi..

Semar : aya naon ieu teh nun.. kumaha di Pringgandani parantos panen kaitu nun.. hahaha..

Purbakesa : kakang Semar.. ku beurit pare didituteh ayeuna teh..

Semar : eleuh-eleuh..

Purbakesa : marukana teh kitu.. anu mawi purwa dongkap kadieu teh teu aya sanes nyangakeun pang layad we nun..

Abiyasa : nuhun kasep..

Purbakesa : oge sajabina ti kitu kaula teh kapan dina waktos ayeuna teh tepang munggaran paripaosna..

Abiyasa : leres.. nampi wartos tipun incu Bima cenah hidep teh raina Arimbi.. Purbakesa : leres.. leres pisan..

Abiyasa : aya naon cu..

Purbakesa : ari saperkawismah kaula dongkap kadieu teh bade nguningakeun wireh aceuk Arimbi teh ayeuna nuju kakandungan tujuh sasih..

Bima : iehh...

Abiyasa : ahh.. tah geuning..

Arjuna : kakang Semar..

Semar : ieu nun..

Arjuna : aceuk Arimbi kakandungan..

Semar : ememem.. ujang..

Panayagan : naon..

Semar : gusti Arimbi kakatua.. eh kakatua.. kakandungan ucu.. emh bagja teuing

deuleu ujang.. tereh kagungan putra juragan Bima nya cu.. Panayagan : sumuhun..

Semar : hahahaha..

(23)

Bima : ieh..

Purbakesa : maklum ciri sa bumi cara sa desa jawadah tutung biritna sacarana-sacarana.. ari diPringgandani mah parantos jadi adat..

Bima : kumaha..

Purbakesa : nyaeta dimana parantos kakandungan tujuh sasih teh sok diayakeun upacara ngadat tujuh sasihan..

Bima : upacara adat meuruen..

Purbakesa : sumuhun tah eta.. nyaeta ngarujak.. dipeser ku kenteng meunang ngabuleud-buleud.. kitu.. dimanian ku cai belut.. kalayan meulah kalapa ading.. oge meupueskeun jajamaran di hotel.. aeh di hotel dijalan golecer.. tah kitu.. tah dimana-mana upacara adat tujuh sasihan teh hoyong ka.. palay kasakseni ku salira.. kakang mas Bima..

Bima : ieh..

Abiyasa : amuing-amuing.. heuu wayahna Bima kaituh..

Bima : ia.. aku sing bakal lumampah..

Abiyasa : emhh sukur..

Prubakesa : tah kitu.. nanging sajabina ti kitu.. ayeuna teh nyaeta bade sakantenan we kakasepuhan muga tiasa sumping we dina waktosna..

Abiyasa : mudah-mudahan aya waktos ucu..

Cepot : jang.. heueuh geuning sok meulah kalapa gading tuluy kalapanateh

digamaran ku gamar Arjuna.. ameh kasep meuruen budaknateh mun lalaki.. tuluy digamaran dewi ratih jeung kamajaya ameh kasep.. hehe.. akhh.. sagala rupa oge kumaha tutunan jalemamah.. ari bapa jeung inungna pararegekmah piraku anakna make jeung mancung.. lamun anak mancung etateh meunang batur.. hhehhe heueuh.. haduh ampun.. hehehe.. tah anak si ewon.. anak si ewon.. ning panonnamah da lempeng.. menggeus siah akh ganeng..

Purbakesa : tah kitu pangersa.. Abiyasa : emh deudeuh teuing..

Bima : iah..

Purbakesa : sajabina tikitu nyaeta ngeunaan negara Pringgandani sakantenan kaulateh kakasepuhan margi saliramah kapan begawan nyaeta tilas raja nagara astina anu parantos legok tapak genteng kadek.. ngeunaan kumaha cara sareng katangtosannana ngurus nagara sareng bangsa.. tah kaayaan dinaga Pringgandani teh dina waktos ayeuna nuju kaayaan harengheng.. (batuk) punten yeu batuk heula..

Abiyasa : heueuh.. ke ke ke harengheng naon cu..

Purbakesa : harengheng.. kuayana dikantunkeun maot ku kakang Arimba teh kapan teu acan aya raja dinagara Pringgandani ayeuna.. tah kukituna lajeng we dinagara Pringgandani teh pesta demokrasi Pringgandani.. nyaeta pikeun nangtoskeun saha anu kedah jadi ais pangampih dinagara.. lajeng we para saderek sadayana diantawisna kaula, kakang kalabendana, aceuk Arimbi, atuh cenah kakang Brajamusti, kakang Brajawikalpa, Lamatan, Denta, Wisesa.. salapan jalmi teh lajeng ngadegkeun partai sewang-sewangan.. anu kaetang pang seuerna suara teh nyaeta aceuk Arimbi..

Bima : ieh..

Semar : emh.. teu sangka jang.. jempe-jempe ge geuningan eta gusti Arimbi teh

geuningan seueur masanamah..

Purbakesa : tah salajengna anu kaetang pang seeurna suara dinagara Pringgandani teh nyaeta aceuk Arimbi..

(24)

Purbakesa : anu mawi henteu..

Bima : naon sabab..

Purbakesa : margi dina waktosna gempungan dina waktosna sawala teh kakang Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, sareng Wisesa teh oge kakang kalabendana teh ngayakeun kualisi..

Semar : euleuh.. ngayakeun kuala lumpur ucu..

Purbakesa : kualisi lain kuala lumpur..

Semar : dupi kualisi teh kumaha sun..

Purbakesa : heuh gawe babarengan.. nyaeta hasil sawala.. hasil kualisi nya anu jadi raja dinagara Pringgandani teh ayeuna teh kakang Brajamusti..

Bima : eihh.. si Brajamusti..

Purbakesa : sumuhun..

Bima : kumaha kaayaan rakyat..

Purbakesa : anumawi kalah beuki harengheng.. kalah beuki kacau balau kaayaan nagara.. aluh propokator mah propokatror.. marukanateh diditu didieu masyarakat teh diararadu.. antara suku jeung suku, antara desa ka desa, tikacamatan ka kacamatan, geus wani saling serang geus wani saling paehan dina waktos ayeuna..

Cepot : emh.. jang.. lain nyata eta ayat-ayat pangeran friman Allah dina waktos kapungkur dina waktos nabi Adam bade ka bumi jadi khalifah.. para malaikat naroskeun nganahakeun kapangeran.. heuh mun ayeunamah meureunan nya unyuk rasa meuruen heueuh.. protes.. nganahakeun kapangeran naha ya Allah make bade nurunkeun nabi Adam jadi khalifah kaluhur bumi sabab turunan-turunan nabi Adam teh bakal saling ngocorkeun getih bakal saling serang jeung saling paehan.. kumaha dawuhan Allah.. kami nuleuwih nyaho tibatan mararaneh.. nyata nya euy.. numatak ulah dimang-mangkeun deui oge ayat-ayat pengeran teh kitu nya.. heueuh.. geus we sakitu dewekmah rek ngalelep deui we akh..

Purbakesa : tah kitu manawi..

Abiyasa : emhh.. jadi.. beuki riweh..

Purbakesa : timalan.. katurub-turub nyaeta putrana kakang Arimba suargi anu kakasih raden Rimbana ayeunateh jadi buronan nagara..

Bima : ieuhh.. naha..

Purbakesa : margi kakang Brajamusti teh mangaruhan nu teu puguh.. dina waktosna kampanye ge kitu we ngagogoreng aceuk Arimbi pajarkeun teh cenah kakang Arimba maot teh cenah dipaehan ku Arimbi nitah salakina.. atuh rakyat teh seueur anu kapangaruhan..

Cepot : jang..

Panayagan : naon..

Cepot : mun ayeunamah meureun masyarakat teh loba anu terkontaminasi ku

intimidasi meurunnya.. heueuh.. duh.. ampun aingmah batuk aing mah duh.. ari disebut panyakit batuk da kudu Bima ge kudu batuk da henteu.. haduh alah.. meureunan juragan Bima mah maksakeun maneh we..

Purbakesa : tah kitu pangersa..

Bima : si Rimbana..

Purbakesa : si Rimbana jadi propokator dina waktos ayeuna.. make jeung ngabeletuk-beletukkeun bom.. euhh loba anu mati kuayana eta Rimbana.. seeur korban.. waragadna seeur.. mereunan etateh sesa korupsi bapana bareto.. uhh da kakang Arimba teh kapenak soteh ayeuna geuning kakayaannateh diditu didieu dimana-mana.. luyuh layah diditu didieu..

(25)

Bima : ieuh..

Purbakesa : malahan ayeuna teh raden Rimbana teh palay misahkeun diri ti nagara Pringgandani.. ayeuna teh dihiji daerah anu kasebat panglebur gangsa anu parantos dikawasai.. parantos ampir pro ka raden Rimbana seeur pemberontakan anu palay misahkeun diri ti nagara Pringgandani.. hiji daerah parantos kacepeng ku raden Rimbana mepeg balad piken ngayakeun balasan ka aceuk Arimbi oge kasadayana sakur anu ngewa ka kakang Arimba kapungkur..

Bima : iehh.. jadi tetep aing difitnah pajar maehan si Arimba..

Purbakesa : leres.. leres..

Bima : difitnah ku si Brajamusti..

Purbakesa : sumuhun..

Bima : edan..

Purbakesa : sadaya-daya.. Abiyasa : kitu kasep.. Purbakesa : leres pengersa..

Bima : emmmmhhh.. ora nyana si Rimbana mitnah ka aing.. majar aing maehan si

Arimba.. saksi loba.. yen aing teu rumasa maehan.. yen etamah cilaka kupamolah sorangan..

Cepot : emh.. kitu nya euy ari kajalema soleh.. nu ngahina, numitnah, nu nyaci, nu maki, da ka jalema kitu teh pimajueun jalema anu dikitu-kitu teh.. heueuh asal kuat we mentalna kawas si jebrag.. hehee.. aduh ampun..

Dawala : enggeus lah didieu cicing ulah pipilueun kana urusan politik.. didieuhh..

Cepot : cicing siah onyong.. sanajan aing teu sakola ari ngadengekeun mah jeung nyaho perlu..sabab engkena bakal nyaho kana kayaan nagara seluk belukna.. heueueh..

Abiyasa : jadi maksad salira kumaha ayeuna..

Purbakesa : tah kukituna.. sajabina tiraden Rimbana anu dina waktos ayeuna.. jadi pemberontak dinagara teh aya nu nguntunan pakakas perangna..

Abiyasa : saha..

Bima : saha nu ngiriman senjata..

Arjuna : saha..

Semar : saha nun..

Cepot : boa kadewek nya euy mitnahna tah nungiriman senjata.. kungsi eta ge ngan

ngriman katepel hahaha.. harita teh.. harita teh peuyeum we.. da peuyeum mah lain senjata nya euy.. bejakeun we kanu nyaho.. hehe..

Abiyasa : saha kasep.. anu ngriman pakakas perangna ka raden Rimbana..

Purbakesa : ari anu ngintunan pakakas perangna teh teu aya sanes tuang putu ti nagara astina nyaeta para kurawa..

Bima : emmhhhh.. eyang dangukeun eyang.. eta tuang putu beuki dieu beuki

pikageuleuheun..

Arjuna : heeh.. kakang Semar..

Semar : ieu nun..

Arjuna : beuki dieu teh beuki nyeuceuheu eta urang-urang kurawa.. ngalunturkeun

wibawa komara para pini sepuh nagara oge ngalunturkeun harkat darajat nagara astina.. sedengkeun para pini sepuh teh diantawisna eyang bisma, kanjeng rama guru resi dorna, paman widura.. sadayana para ratu mikayungyun para menak mikaserab kolot ngeso budak era dengeun-dengeun mikadeudeuh.. kari-kari ayeuna dilunturkeun wibawa komarana ku urang-urang kurawa.. eyang tuang putu teh geuning sanes antepeun..

(26)

Abiyasa : kekeke kasep.. kumaha salajengna kasep..

Purbaksa : tah.. jelaran saliramah sasat parantos legok tapak genteng kadek jadi raja kapungkur dinagara astina dina gelar kresna dipayana.. kedah kumaha jalan kaluarna pikeun ngarengsekeun pasualan dinagara Pringgandani dina waktos ayeuna..

Dalang : wijar meneng meneng gusti petenge atinera.. petenge atinera salendra salin pawarna salin pawarna kaget kuniraha midanget amidanget ... begawan Abiyasa sakedapan botena wangsul dipunut pandangan ku ieu Purbakesa.. gunirahangandika..

Abiyasa : emhh.. kitu cu.. nya mudah-mudahan we atuh aya tiasa katampi ieu kamandang tikula..

Purbakesa : ihh.. diajeung ajeung pisan..

Bima : kumaha eyang..

Abiyasa : upami nguping kana samatawis dongeng anu nembe.. eces jentre pertela ngemang boled supados nagara ulah harengheng masyarakat teu parasea wae kumaha ayeunamah langsung we dewa ti sawarga nyaeta kedah lungsur ngistrenan Arimbi jadi ratu Pringgandani..

Purbakesa : waduh..

Bima : emmmhhhh.. pan sidik siBraja musti jadi raja..

Abiyasa : pokona kitu carana teu aya deui cara..

Purbakesa : anumawi eta rencana teh kitu tapi kakang Brajamusti kekeuh nyaeta saurat batu cenah sok saha anu rek bisa nurunkeun aing.. malahan disingsieunan dewa anu bade lungsur ngistrenan aceuk Arimbi teh kakang Brajamusti nantang sok cenah urang adu kakuatan jeung aing.. kitu pokna teh..

Abiyasa : eleuh-eleuh-eleuh..

Purbakesa : pajarkeunna teh cenah aing moal nyingkah tikaraton.. kitu we lajag-lejeg dikaratonateh kadang-kadang mamake calana kolor..

Abiyasa : eleueh-eleuh..

Purbakesa : numawi matak tea oge.. sok cenah pasukan aing bakal diturunkeun pasukan barani mati.. kituh..

Abiyasa : na.. ari kukituteamah heueuh da Brajamustimah sakti mandraguna punjulingan papa.. luarbiasa atamah nulimaan nyaeta Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, jeung Wisesa..

Purbakesa : kumaha ieu upami kakang Brajamusti nyaeta ngayakeun tindakan upami ngange kitu carana nyaeta aceuk Arimbi diistrenan langsung..

Abiyasa : jigana.. asal bisa ngolona engkege bakal eraeun sorangan bakal nyingkah tikaraton.. sabab ieumah sorana sora rakyat..

Purbakesa : saurnateh moal nyingkah tikaraton.. Abiyasa : emmhh.. engkege bakal eraeun sorangan..

Purbakesa : pikeun ngarengsekeun kakang Brajamusti sareng sadulur-dulur kedah kumaha..

Abiyasa : tah.. moal bisa kaungkulan kusaha bae oge.. Purbakesa : tah geuning eta uninga..

Abiyasa : tapi ke dimana-mana eta budak anu keur dikandung ku Arimbi medal ka alam dunya.. tah eta budak eta anu bakal bisa ngarengsekeun Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, jeung Wisesa..

Purbakesa : tobat.. naaaaaa..

Bima : ieuuu.. jadi anak aing ke nya..

Cepot : jang...

(27)

Cepot : bisa jadi satria piningit teh masih dikandung euy.. masih keneh aya dina wewetengan deuleu yeuh.. emh.. heueuh gamaran jalema suci meureunnya euy.. lain aya tibaheulana nya.. dina jaman dasamuka keur meujeuhna maceuh edan.. uhh tungul diparud catang dirumpak.. tunggul dikulub catang disate.. ceuk perbasana heueuh cek perbasana.. dasamuka nepika dewi sinta dipaling.. kurunyung gening anu bakal ngarengsekeun lahir ti ayodya nyaeta batara rama.. mimitinamah Arjuna sastrabahu.. enya.. ngan jadi pinah kasasar sunda ayeunateh.. heueuhh..

Panayagan : apalan kana caritateh..

Cepot : ehhh marukanateh.. dina jaman raja namrud keur meujeuhna nyemah patung

nyemah arca kurunyung nabi Ibrahim as.. nya.. Panayagan : ngalaman siakangmah jaman nabi Ibrohim..

Cepot : ceuk beja aing oge.. matak kudu daek bucu-baca oge.. heueuh.. dina waktu firaun keur maceuh-maceuhna kurunyung nabi Musa.. tuluy kurunyung kagjeng nabi Muhammad SAW.. bisa ngarengsekeun pacogregan-pacogregan teh nya euy.. heueuh.. ayeuna geuningan anukeur dikanung keneh ku gusti Arimbi.. enya.. model dewek kurunyung bisul datang geuning panitih.. heueuh.. eh teu salah da dewekmah sok.. bener teu.. sok.. ayeuna dewekmah kitu we ngomongmah.. nya hehehe kitu ceuk aing oge.. ulah lalawora deuleu.. hehe alah..

Abiyasa : tah kitu kasep..

Purbakesa : jadi atuh kumaha piekeun nepangan para juata mara sanga juata para lomanten baya robaya kasawarga maniloka..

Abiyasa : Bima..

Bima : anda apa..

Abiyasa : wayahna hidep kaituh init kasawarga.. heu.. hidep init kasawarga tepangan hyang otipati jagatnata menta supaya lungsur jeung para dewa pikeun langsung ngistrenan Arimbi jadi ratu Pringgandani..

Bima : ieh...

Purbakesa : atuh upami kitumah pangiten nepotisme..

Abiyasa : ke ari nepotisme teh sababaraha alternatif cu.. anu teu dipikahayang kurakyat teh neputisme teh jaba dulur jaba lain ahlina jaba ngaruksak kanagara jeng bangsa eta anu teu dipikahayang teh.. dicicingkeun dina hiji widang tapi lain ahlina dina eta widang bari jeung ngaruksak kanagara jeung ka bangsa.. tah eta anu teu dipikahayang teh.. ari kitumah sanajan baraya, sanajan anak, sanajan dulur ari geus jadi ahlinamah dina eta widangna bari jeung nguntungkeun kanagara jeung kabangsa teu aya halangan.. teu aya halangan.. Panayagan : dina jalan positif..

Abiyasa : heuueh kitu.. tapi Bima init kadituteh mawa sora rakyat lain dumeh kapamajikan..

Bima : ieh.. kula init kasawarga mawa sora rakyat Pringgandani..

Abiyasa : tah kitu..

Bima : net..

Arjuna : kaulanun..

Bima : wayahna net.. para kurawa nu rek ngirim alat-alat perang ngirim ka si

Rimbana wayahna ditengah jalan pegat, batalkeun..

Arjuna : teu pinodamel nyangakeun tanaga sareng emutan.. kakang Semar..

Semar : ieu nun..

Arjuna : wayahna we milu kakaula..

(28)

Arjuna : si astrajingga sareng si Dawala bade dicanak ku kakang Bima atanapi bade sina ngiring kakaula..

Bima : bawa we kaituh.. najis aing kapiluan si eta..

Cepot : hehh.. dewek mah teu dipikabutuh kujuragan Bima mah heueuh..

Dawala : heueuh da piomongeun si eta mah dibawa kamana-mana teh ngan pipaseaeun

we..

Cepot : tapi dewekmah teu sulit ati.. henteu belang bayah aing mah..

Abiyasa : tah kitu kasep..

Bima : iahh.. aku sibakal lumampah maring sawarga maniloka.. amit eyang..

Abiyasa : bral kasep..

Cepot : jang..

Panayagan : kulan..

Cepot : ari pok ari dirigdig we tara ujuk ajak manehnamah.. heueuh noyod we deuleu

ituh.. hehehe aduh ampun.. pok torolong.. itu kuku pancanakana tinggaleun..

Dawala : akh naa tateh ari geus ngabohong teh..

Cepot : hehe da eweh piomongeun deu atuda euy..

Dawala : puguh da etateh cabe beureum..

Arjuna : eyang..

Abiyasa : ieu kasep..

Arjuna : restu para kurawa bade digagalkeun maksadna nyaeta ngintun senjata ngintun

panah sareng sajabina.. ngarojong kana ngaberontakna Rimbana putrana raden Arimba..

Abiyasa : pek kasep.. ngan kade ulah kaleuleuwihi sagala rupa oge.. sabab pangeran teu resepeun kajalema anu sok kaleuleuwihi..

Arjuna : timalan.. kakang Semar..

Semar : ieu nun..

Arjuna : hayu kang..

Semar : manga-manga..

Purbakesa : atuh teu pino damel kaula oge rupina dina waktos ayeuna seja permios we kasepuhan sanes waktos seja deudeuheus deui atanapi bade langsung ngiring ayeuna ka Pringgandani..

Abiyasa : ke sanes waktos kasep sanes waktos we.. Purbakesa : amit kaulanun..

Arjuna : eyang..

Abiyasa : bral kasep..

Semar : emh.. dikantun linggih wae atuh nun..

Abiyasa : pek Semar.. sing salamet we dijalan..

Semar : sumuhun.. permios-permios..

Suara salendro...

Purbakesa : bade permios we kaulanun..

Abiyasa : wilujeng.. salam baktos we ka begawan kesarpa.. Purbakesa : manga.. didugikeun-didugikeun..

Sinden : ...

Semar : permios nun..

Sinden : ...

Abiyasa : dedeuh kasep.. bral.. sing bisa rengse kujalan kitu.. pangeran moal rek siloeun mana nu bener mana nu salah..

Sinden : ...

Dalang : kayu agung yababar wite..ya wite.. samia .. samia rempel dodonge.. sekar mekar inggalihe.. inggalihe.. kayu agung babarwite samia rempel dodonge..

(29)

rempel dodonge.. yasamia pangpang mekar ya inggalihe.. yainggalihe.. pandele.. dipandan arum.. banglus lampahepun raden Bima ngajugjug ka sawarga maniloka mawa sora rakyat pringgaldani.. anu dijugjug nyaeta kampung medang kamuwung desa medang kamulya.. tidinya mancat nyaeta ngajugjug waringin pitu.. tiwaringin pitu mapay-mapay.. tegal siawat-awat tegal ramat kapanasan langsung nanyak deui nyaeta mapay-mapay tamakan situ madira.. tidinya nongoh deui jog ancog sareng lawang seLamatangkep.. didinya aya dua denawa dewa anu nuju ngajaga lawang seLamatangkep nyaeta balaipata upatabalai.. sateuacana Bima lumebet kasawarga nyaeta ditaros rupi-rupi pertarosan ngeunaan kumaha hubungan manusa jeung pangeran, kumaha hubungan manusa jeung manusa.. jeung kumaha carana hubungan manusa jeung alam.. maklum Bima parantos pinuh kudidikan rohani sareng jasmani sadayana patarosan tiasa kawaler teu aya anu teu kawaler.. atuh ngadak-ngadak ieu lawang seLamatangkep muka kusorangan.. Bima langsung lebet ka sawarga nepangan kapara dewa.. atuh para dewa sadayana pada nyaluyuan kuayana Arimbi kedah diistrenan jadi ratu Pringgandani.. nyaeta lumungsur tisawarga maniloka nyaeta anu jadi duta sawarga kakasih pun resi narada kaiiring kupara dewa.. tuna lampah eta kacarios ieu para kurawa anu bade ngintun pakakas perang kapanglebur gangsa nyaeta hiji wewengkon anu kareh kabanacapon kunagara Pringgandani.. nyaeta ngintunkeun pakakas ka raden Rimbana anu ngahaja palay misahkeun diri tinagara Pringgandani.. lumampah.. patepang sareng raden Rimbana disatengaheun marga maksad bade mapagkeun urang-urang kurawa anu ngintun pakakas perang.. nyaeta diantawisna para kurawa citraksa, citraksi, dumareksa, partumarmo, wirupaksa, darucitra, citragaluh, citrasoma, citrayuda, bomawikata, wikatajaya, jayawikata tepang sareng ieu raden Rimbana.. sapemedalipun ieu raden Rimbana tindaken demanepun bendrong waladia..

Suara salendro...

Sinden : ...

Rimbana : he.. sajumlah waladia balad.. Pasukan : inggih.. inggih.. inggih..

Pasukan 1 : abi gusti ngahaturkeun sembah baktos kulan.. Rimbana : sukur-sukur..

Pasukan 2 : tiabige teu kantun ngahaturkeun sembah baktos.. Rimbana : iahh.. nuhun-nuhun..

Pasukan 3 : tiabige teu kantun kulan gusti.. Rimbana : ia...

Pasukan 3 : he batur-batur.. Pasukan : inggih....

Pasukan 3 : bejakeun kituh teu tulus.. Pasukan 1 : naon siateh jol teu tulus we.. Pasukan 3 : heueuh uing gajihan..

Pasukan 1 : heu leuheung.. heheh heu leuheung.. Rimbana : aaaeee tingali itu para kurawa.. Pasukan : inggih....

Kurawa : pangapunten...

Pasukan : mangga wakilan tidinya saha.. Jayawikata: kaula jayawikata..

(30)

Sinden :...

Citrayuda : wilujeng tepang yeuh kaula citrayuda yeuh.. Rimbana : ait.. lingginh-linggih..

Sinden : ...

Dalang : datang nera pangademan ewuh pagulingan rana ewuh pagulingan rana..

kurawa-kurawa sami prata.. ya sami prata.. ingkang sami prata ya lawa.. ieu raden Rimbana dina cadas anu ngampar nyaeta mapag para kurawa anu nyanak pakakas perang tinagara astina.. sikep pedang tamsir gada wiri pan cenh rasa panah limpur.. anu pinuh dina kareta oge pakakas perang pikeun dihaturkeun ka ieu raden Rimbana.. punira ha ngandika..

Rimbana : ait... hahaaha.. wilujeng sumping..

Kurawa : nuhun-nuhun...

Rimbana : cik cobi ngenalkeun saha hiji-hijina eta.. Jayawikata: ngenalkeun kaula jayawikata..

Citrayuda : kaula citrayuda..

Citraksi : eu..eu.. kaula euy.. ngaran kaula citraksi.. ari tadinamah ngaran urang mah tong dibejakeun lah..

Panayagan : akh.. naha..

Citraksi : bisi dipuasaan gobljog.. hadeuh.. urang lah citraksi sok.. Citrasoma : kaula citrasoma..

Rimbana : iah.. nuhun..

Pasukan 2 : wilujeng sumping para jalema.. enya..

Kurawa : nuhun-nuhun..

Pasukan 2 : aduh mani sararumping nya urang.. bejakeun kitu teu tulus kituh jauh mapagkuen teh ayeuna didieu geus papangih..

Pasukan 1 : heueuh leuheung teu cape teuing.. haduh nuhun wilujeng tepang kasadayananya..

Citrasoma : kalayan sakumaha.. hapunten wae yeuh.. dibujeng enggalna ieu sajumlah pakakas perang dilaneuh anu parantos pinuh dina kareta kaya-kayaning pedang tamsir gada wirih cakra sa panah limpur..

Rimbana : haahhaahhaa. Sukur bagja kumbayangan geuningan parantos sumping kalayan teu jalir jangji.. para kurawa payus lamun ku kaula diaku lanceuk.. ngarojong kana pamaksudan kaula nyaeta pikeun misahkeun diri kaula ti nagara Pringgandani.. ieu wewengkon panglebur gangsa geus kapibanda ku kaula.. kaula hayang males pati ka bibi kau anu ngaran Arimbi.. ari sabab kanjeng rama suargi kanjeng rama Arimba prabu Arimba timasaning pati tumakaning perlaya dipaehan ku si Arimbi nitah salakina nyaeta si Bima.. sukur bagja kumbayangan ayeuna parantos sararumping.. bagja-bagja keur kaula bakal ka hontal cita-cita nyaeta males pati ka si Arimbi.. kaula bakal jadi raja di ieu panglebur gangsa.. ieuh beurat nyuhun beurat nagung beurat narimakeunnana ka saderek-saderek sadayana tinagara astina.. wilujeng sumping sadayana ieuhhhh.. hahaha.. aiii dulur-dulur..

Pasukan : inggih-inggih.. sumuhun..

Rimbana : tingali ieu dulur urang nambahan ti nagara astina.. Citrasoma : kekeke.. aya taroskeuneun yeuh..

Rimbana : kumaha..

Citrasoma : ari kukupingan tadi cenah bibi salira teh kakasih saha.. Rimbana : Arimbi..

Citrasoma : cenah jadi pamajikanna si Bima.. Rimbana : iah..

(31)

Citrasoma : Bima mana ieu teh..

Rimbana : kapan si Bima cenahmah etateh anak Pandu Dewanata suargi.. yen cenahmah etateh teureuh raja nagara astina.. kitu saleresna dulur-dulur..

Citrasoma : waduh geus lega eta hubungannana si jahat..

Citraksi : lain disangkamah geus modar eta sikunyuk.. basa kaduruk dibale sigala-gala

tea basa diduruk.. pangih-pangih dina keur sayembara drupadi.. disangka geus bangkenateh ting parucenghis suganteh ririwana.. sangkilang aya bangkena bisa kitu tah dih bangsat.. sing horeng ni kaduruk teh meurunan etamah meureunan etamah ucing-ucingan si purocana sigana..

Panayagan : purocanateh saha..

Citraksi : na teu apal maneh sipurocana..

Panayagan : saha..

Citraksi : na teu apal maneh purocana.. euhh atuh tingaleun pangalaman teh.. ceuk aing

oge nya ngajedog di tanjung sari teh kitu.. Panayagan : rek iraha lalajo wayang..

Citraksi : heueuh..

Panayagan : purocana teh saha..

Citraksi : purocana teh anu dititah ku sangkuni ngaduruk bale pandawa.. tapi naha pandawa hirup keneh.. bisa jadi meureunan etateh sipurocana ular berkepala dua..

Panayagan : bisa jadi tateh..

Citraksi : meurunan ti urang meunang duit ti pandawa meunang duit da sikasebelan.. da

buktina we ayeuna geuningan euh mobilna ganti-ganti.. kanaraan mewah, imah real estate dimana-mana nu si purocana.. ngeunah we miril-muril kumis tah si goblog.. teu nyaho tah ku aing di kek engkemah.. tingalikeun digeresel beuheungna tingalikeun we kuaingmah tingalikeun we aingmah nginum heula lah memeh kitu tingalikeun.. kamari ge aing basa maehan bangkong teh pan aingteh nginum heula ci kopi enyaan sungguh aingmah sok..

Panayagan : tong loba teuing ari kitu teh..

Citraksi : kitu aingmah waniteh.. lamun teu nginum ci kopi aingmah tara wani maehan.. bener aingmah..

Panayagan : da tara minuman keras.. ci kopi tamah

Citraksi : da can usum baheulamah euy..

Panayagan : nagrah kuat..

Citraksi : enya.. sipurocana ta mah nu kurang ajarmah.. sungguh aingmah..

Panayagan : komisi tiditu tidieu meureunnya..

Citraksi : heueuh.. ular berkepala dua tah sigoblog.. sungguh aingmah sok..

Citrasoma : nyanggakeun atuh ieu.. kaula pakakas perang nyaeta kaya-kayaning pedang tamsir gada wirih canrasa panah limpung anu aya dina kareta.. kasanggakeun kasadayana para wadia balad ti lemur panglebur gangsa ieu..

Arimba : iahh.. ditampi nuhun-ditampi nuhun.. nanging rupina anu satengahna deui ieu

waragadna..

Citrasoma : ieah mangga etamah teu langkung..

Citraksi : beulikeun kana ganja lah.. heueuh.. sabab didaerah ieumah loba ganja bejana.. ai agama-agamanamah pang lekohna.. tapi melak ganja panglobana..

Arimba : taaah.. dina waktos ayeuna kaula nampi kalayan ieu anu satengahna waragad

kange ieu sajumlah pakakas perang.. Citrasoma : nampi rebu nuhun laksaketi kabingahan..

Dalang : lir pendra.. barang nuju aya dina raos gempungan di ieu cadas anu ngampar

Referensi

Dokumen terkait