• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGGERAKKAN DAN MEMBERDAYAKAN WARGA GEREJA MENGEMBANGKAN USAHA TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGGERAKKAN DAN MEMBERDAYAKAN WARGA GEREJA MENGEMBANGKAN USAHA TERNAK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGERAKKAN DAN MEMBERDAYAKAN

WARGA GEREJA

MENGEMBANGKAN USAHA TERNAK

*)

Oleh : Mangonar Lumbantoruan**)

*) Disajikan pada Pembinaan Berjenjang, Berkelanjutan dan Terpadu Pendeta HKBP, 24 Mei – 2 Juni 2005 di Seminarium Sipoholon Tarutung.

**) Dosen tetap pada Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nommensen Medan.

DAFTAR ISI

I.

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Out-put 1.4 Out-come

II.

MANFAAT, PENGERTIAN DAN POSISI USAHA TERNAK

2.1 Manfaat Ternak sebagai Penghasil Pangan Hewani 2.2 Pengertian Ternak

2.3 Posisi Ternak pada Usaha Tani Pedesaan

III.

SYARAT MENJADI PETERNAK

3.1 Memiliki Kompetensi Beternak 3.1.1 Kompetensi Teknis 3.1.2 Kompetensi Pemasaran

3.1.3 Kompetensi Finansial

3.2 Memiliki Komitmen untuk Menjadi Peternak 3.3 Memiliki Budaya yang Tepat untuk Beternak

IV.

TENIS BUDIDAYA TERNAK

4.1 Perkandanngan 4.2 Pemilihan Bibit

4.3 Penyediaan dan Pemberian Pakan 4.4 Pengendalian Penyakit

V.

ANALISIS KELAYAKAN WARGA UNTUK BETERNAK

5.1 Tujuan Beternak

5.2 Analisis Kesiapan Memelihara Ternak 5.3 Kebutuhan Sumberdaya

5.4 Pertimbangan dalam Menentukan Jumlah Ternak yang Dipelihara

VI.

MENGGALANG KERJASAMA

6.1 Syarat Dasar agar Terjalin Kerjasama 6.1.1 Kesiapan untuk Berkelompok

6.1.1 Persepsi Tentang Bantuan 6.2 Bentuk-bentuk Kerjasama

6.3 Penjaminan Kerjasama

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga kini sebagian besar petani Bona Pasogit masih mengharapkan agar makna falsafah Gabe Na Ni Ula Sinur Na Pinahan terwujud dalam usaha taninya. Namun kondisi yang ada sudah tidak sepenuhnya lagi mendukung terciptanya kondisi ideal tersebut. Memang dahulu ketika daya dukung lingkungan masih tinggi - lahan masih subur, iklim bersahabat, air dan tenaga kerja melimpah - maka produktivitas usaha tanipun tinggi sehingga jumlah panen melebihi kebutuhan manusia. Oleh karenanya sebagian dari hasil panen (terutama ubi-ubian) dapat disisihkan untuk ternak. Selain itu, perkembangan usaha ternak didukung pula oleh melimpahnya hasil ikutan dan limbah tanaman serta masih luasnya lahan kosong.

Namun saat ini, kondisi seperti itu sudah tinggal kenangan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pangan, papan dan sandangpun meningkat. Untuk memenuhi itu semua maka semua sumberdaya - terutama lahan, hutan, hewan dan air - dieksploitasi secara ekstraktif. Produksi pertanian dipacu melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

Karena dijalankan secara kurang arif maka program intensifikasi telah menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain menurunnya kualitas lahan pertanian sehingga produktivitasnya makin merosot. Jangankan untuk kebutuhan ternak, bahkan untuk kebutuhan petani sekalipun sering hasil panen tidak lagi cukup. Pada saat yang sama, dampak negatif program ekstensifikasi juga tidak kalah hebatnya antara lain bencana banjir dan longsor, turunnya kualitas dan ketersediaan air dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Pada kondisi seperti di atas maka peluang untuk mengembangkan usaha ternak akan terbatas. Dengan kata lain makna falsafah tadisudah tidak mungkin lagi diterapkan. Oleh sebab itu, menurut hemat kami, falsafah perlu ini direformasi menjadi “Tole, tapasinur pinahan asa

gabe na taula”. Implikasinya, untuk kondisi sekarang pengembangan usaha ternak perlu ditempatkan sebagai starting point dalam upaya peningkatan produktivitas dan sekaligus peningkatan penghasilan petani di Bona Pasogit.

Ada beberapa alasan mengapa strategi pembangunan yang menempatkan pengembangan usaha ternak sebagai starting pointnya dinilai efektif untuk menaikkan tingkat penghasilan petani di Bona Pasogit. Tiga di antaranya yang menurut hemat kami paling penting adalah sebagai berikut.

Pertama, Halak Hita – di manapun berada – adalah konsumen yang sangat gemar dengan produk ternak khususnya daging, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk adat atau upacara budaya lainnya. Fakta menunjukkan, walau ternak babi hampir punah dari Bona Pasogit akibat wabah Hog Cholera pada tahun 1994 hingga 1996 lalu namun sangsang atau tanggo-tanggo tetap tersedia di rumah-rumah makan atau di pakter tuak setempat; demikian juga kehadirannya di pesta-pesta tidak berkurang intensitasnya. Memang, untuk keperluan adat Halak Hita rela mengorbankan uang yang sudah susah payah dikumpulkan selama bertahun-tahun; dan bagian terbesar dari biaya pesta adat ini – setidaknya di Bona Pasogit - adalah untuk membeli ternak. Dengan demikian, bila usaha ternak berkembang di Bona Pasogit maka penghasilan penduduk dari luar sub-sektor peternakan dapat dihemat atau setidaknya dapat dicegah agar tidak terkuras ke daerah lain untuk membeli ternak.

(3)

Ketiga, salah satu kendala pengembangan pertanian di Bona Pasogit saat ini adalah kelangkaan tenaga kerja karena jumlah penduduk usia produktif (lepas SLTA) sangat sedikit. Yang sedikit inipun lebih banyak memilih terjun ke sektor non-pertanian. Kelangkaan tenaga kerja ini telah dicoba diatasi dengan memasukkan alat-alat bantu mekanis seperti traktor. Namun sebenarnya penggunaan alat-alat ini di Bona Pasogit, menurut hemat kami, lebih didorong oleh

sifat latah karena sebenarnya kurang ekonomis dan kurang praktis mengingat pemilikan lahan usaha tani per keluarga yang umumnya sempit dan kebanyakan memiliki tofografi bergelombang bahkan berbukit. Lahan dengan kondisi seperti ini itu sebenarnya lebih cocok diolah dengan tenaga ternak. Namun sekali lagi ternak untuk keperluan itulah yang sulit diperoleh.

Ketiga alasan di atas dapat menunjukkan bagaimana mendesaknya pengembangan peternakan di Bona Pasogit. Masalahnya adalah seberapa besarkah kapasitas yang dimiliki penduduk setempat untuk melakukannya? Jawabnya : terbatas - terutama teknologi, modal dan managemen. Ketiga aspek ini menjadi faktor pembatas utama bagi sebagian besar penduduk Bona Pasogit untuk mengintegrasikan usaha ternak berskala ekonomis ke usaha taninya. Dalam hal inilah kami melihat bahwa peranan gereja, khususnya HKBP, sangat strategis yaitu untuk menjembatani penduduk Bona Pasogityang memiliki berbagai sumberdaya potensil bagi pengembangan peternakan – dengan para perantauyang memiliki kemampuan, dan yang lebih penting, kepedulian untuk membantu membangun kampung halamannya – agar di antara kedua

belah pihak tercipta kerjasama simbiosis mutualisme; saling menguntungkan.

Patut disayangkan bahwa hingga kini gereja kita masih kurang pas menempatkan perannya dalam pengembangan ekonomi warganya. Memang tidak sedikit upaya yang telah dilakukan untuk itu terutama melalui Pengmas. Namun sayangnya upaya-upaya tersebut lebih bersifat

proyek karikatif karena lebih diandalkan kepada dukungan belas kasihan donatur. Ketika donasi berhenti, bisa karena berbagai alasan, maka aktivitaspun menjadi lumpuh. Kami bukan mau mengajak agar kita alergi terhadap donatur. Yang ingin kami kemukakan adalah kalaupun pihak luar bersedia membantu, kenapa potensi yang ada pada diri kita sendiri tidak kita kembangkan? Pada hal yang modal utama gereja untuk itu hanyalah kesediaan untuk menjadi fasilitator. Kapasitas seperti itulah yang kami harapkan dapat dicapai oleh para peserta pelatihan ini.

1.2 Tujuan

Sesuai uraian di atas maka tujuan pelatihan ini menurut hemat kami bukanlah meningkatkan keterampilan peserta di bidang peternakan, apalagi untuk mendorong mereka menjadi peternak berhasil. Kami justru akan merasa prihatin bila sepulang dari pelatihan ini para peserta berambisi menjadi peternak. Yang ideal menurut hemat kami adalah memperlengkapi peserta agar :

a. mau dan mampu mengajak warga jemaatnya menyadari betapa peternakan sangat prosfektif dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka, dan

b. mampu menggerakkan dan memberdayakan warga jemaat di Bona Pasogit untuk mendayagunakan segala potensi yang ada padanya untuk mengembangkan usaha ternak, baik secara mandiri maupun dengan cara menjalin kerjasama sinergis-produktif dengan para perantau Halak Hita.

1.3 Output

Untuk bisa mewujudkan tujuan seperti disebut di atas maka harapan kami setiap peserta akan mengalami peningkatan kapasitas-kapasitas sebagai berikut :

a. Pemahaman yang komprehensif tentang posisi dan peranan peternakan, khususnya di dalam sistim perekonomian masyarakat pedesaan.

b. Pemahaman yang mendasar tentang maka ternak dan filosofi beternak. c. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar budidaya ternak.

(4)

e. Kemampuan menggalang kerjasama sinergis-produktif atas dasar kemitraan di kalangan sesama warga baik yang bermukim di lokasi/daerah setempat maupun di luarnya.

f. Kemampuan menemukenali dan menjalin kerjasama dengan lembaga atau badan yang

concern terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di pedesaan.

1.4 Out-come

Bila tujuan dan out-put pelatihan seperti di atas tercapai maka dampak (out-come) yang kami impikan terwujud dalam 2 – 3 tahun ke depan adalah :

a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas usaha peternakan di tempat pelayanan para peserta pelatihan.

b. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan warga masyarakat di daerah-daerah di mana peserta pelatihan ini melayani.

c. Signifikannya jumlah peserta pelatihan ini yang menerima penempatannya ke daerah pedesaan atau daerah marginal lainnya bukan sebagai keterbatasan melainkan sebagai tantangan sekaligus peluang.

II. MANFAAT, PENGERTIAN DAN POSISI USAHA TERNAK

2.1. Manfaat Ternak Sebagai Penghasil Pangan Hewani

Ternak memiliki manfaat yang sangat penting dan beragam bagi manusia. Salah satu di antaranya adalah sebagai penghasil pangan hewani (daging, susu dan telur). Dibanding bahan pangan nabati seperti beras, jagung, ubi dan sayur-sayuran maka pangan hewani memiliki berbagai keunggulan. Tiga diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut ini.

Pertama, pangan hewani mengandung lebih banyak dan lebih lengkap zat-zat gizi esensil khususnya PROTEIN, MINERAL dan VITAMIN. Protein adalah zat gizi utama yang sangat penting bagi tubuh manusia. Hanya kalau memperoleh protein yang cukup maka tubuh manusia bisa bertumbuh dan berkembang. Protein diperlukan antara lain untuk pembentukan sel-sel tubuh, termasuk pembentukan sel-sel otak. Bila seseorang kekurangan protein, terutama saat bayi dan fase pertumbuhan maka sulitlah bagi dia mencapai pertumbuhan yang optimal. Lebih daripada itu, bila kekurangan protein berlangsung sejak masa kandungan maka pertumbuhan dan perkembangan otaknyapun ikut terhambat. Dampaknya adalah kecerdasannya akan rendah sehingga kemampuan belajarnyapun terbatas. Bersamaan dengan itu, sistim kekebalan tubuhnya akan lemah sehingga gampang terserang penyakit.

Jadi, kalau di antara kita - mudah-mudahan tidak - ada yang mempunyai anak kurang cerdas dan gampang sakit maka yang salah bukan si anak tersebut melainkan kita. Kitalah mungkin yang tidak mampu (atau mungkin tidak mau) memberi mereka gizi yang cukup. Mungkin saat mengandung ibunya memperoleh gizi yang tidak cukup sehingga tak mampu menyediakan semua kebutuhan gizi si janin. Mungkin pula semasa bayi si anak tidak memperoleh ASI yang cukup karena ibunya tidak mampu memproduksi Asi yang cukup. Kekurangan gizi akan membatasi produksi ASI. Oleh sebab itu, kalau seorang ibu yang sedang menyusui makan hanya sedikit, atau kalaupun banyak tapi kurang bergizi, maka produksi ASI-nya akan sedikit. Jadi, dari penjelasan tadi dapatlah kita terima kesimpulan hasil berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan seorang anak sangat dipengaruhi oleh kecerdasan dan kesehatan ibunya. (Mudah-mudahan para ayah tidak tersinggung oleh kesimpulan ini).

(5)

dapat menerima kesimpulan berikut bahwa produk ternak amat penting bagi terciptanya manusia dengan tubuh yang sehat dan otak yang cerdas.

Negara maju dan makmur terbangun dari masyarakat sehat dan cerdas. Masyarakat seperti ini hanya akan tercapai bila konsumsi gizinya cukup. Dan itu akan tercapai bila produksi ternak melimpah (Bahasa Batak : Sinur pinahan). Karena alasan ini kembali kita dapat menerima kesimpulan bahwa beternak i adalah pekerjaan mulia karena bertujuan menghasilkan bahan yang sangat penting untuk pembentukan bangsa dan karakter suatu negara. Dalam bahasa asing disebut : Animal production is essential for nation and character building. Oleh sebab itu wajar bila kita memberi salut kepada para peternak. Satu lagi pesan yang amat dalam maknanya dan perlu kita renungkan dikaitkan dengan bahasan tadi adalah

tona ni Ompui DR. I. L. Nommensen : DANG TARPAJONGJONG HAMU HARAJAAON NI DEBATA DI TONGA-TONGA NI HAOTOON.

Keunggulan kedua adalah nilai biologis yang tinggi. Yang dimaksud dengan nilai biologis

adalah jumlah zat gizi yang dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan dari yang ada di dalam suatu bahan makanan. Perlu diiketahui bahwa tidak semua zat gizi yang kita konsumsi itu dapat diambil oleh saluran pencernaan. Selalu ada yang tersisa dan akhirnya terbuang. Semakin tinggi nilai biologis suatu bahan makanan maka semakin banyak zat gizi yang dapat diambil darinya. Kenapa pangan hewani lebih bagus? Pangan hewani umumnya mengandung lebih sedikit serat kasar dibanding pangan nabati. Kandungan serat kasar inilah yang menjadi biang keladinya. Serat kasar akan menghambat aksi saluran pencernaan untuk memproses bahan makanan. Semakin tinggi kandungan serat kasar semakin sulit bahan makanan dicerna. Namun perlu diingat bahwa serat kasar itu tidak selamanya merugikan. Dalam jumlah tertentu serat harus ada dalam menu kita sehari-hari agar proses pencernaan (terutama untuk pengeluaran sisa makanan) berjalan lancar. Jadi pola makanan yang ideal adalah yang seimbang antara pangan nabati dan pangan hewani.

Keunggulan ketiga adalah aroma dan citarasa yang enak sehingga merangsang selera makan (Bahasa Batak : pa ro ijur), bahkan ketika kita sedang sakit. Sewaktu masih kanak-kanak kami jarang makan daging, paling saat ada tamu, pesta atau ada ternak yang mati. Tapi kalau sudah sakit maka bolak-baliklah orangtua kami menawarkan : "Boha! Seatonta manuki asa lakku indahani allangonmu?”. (Mudah-mudahan tidak ada lagi di antara kita yang baru menawari anak-anaknya makanan lezat dan bergizi setelah sakit).

Kemampuan pangan hewani membangkitkan selera makan terletak pada kandungan zat flavor-nya yang tinggi dan citarasanya yang unik. Zat flavor adalah senyawa-senyawa penyebab aroma. Zat-zat inilah yang ditangkap oleh indra penciuman sehingga kita dapat mengetahui apakah suatu benda itu beraroma harum, berbau busuk atau tengik. Sedangkan citarasa adalah kesan yang ditangkap oleh indra pengecap (lidah) dari suatu benda. Lidah manusia mengenal 4 rasa utama yaitu manis, pahit, masam dan asin. Kombinasi aroma dan citarasalah yang membangkitkan, atau sebaliknya menghilangkan, selera makan kita. Zat-zat pemberi aroma ini akan menguap bila dipanaskan. Itu sebabnya kita lebih berselera melihat makanan hangat dibanding yang dingin. Laos ido umbaen jotjot tadok : "Ta allangkon ba, binsan las!".

Mudah-mudahan dengan penjelasan di atas semakin kita sadari dan hayati betapa berharga rupanya sumbangan ternak itu bagi manusia. Dan, berbahagialah mereka-mereka yang mau bersusah payah beternak karena telah berjasa menyediakan sesuatu yang berharga bagi bangsa ini. Jadi ala ni tadok ma tu angka dongan na totop radot marpinahan : Unang sai pintor mandele hamu molo so sai marlaba pe sian na marpinahan i.

2.2. Pengertian Ternak

(6)

layak disebut sebagai PETERNAK. Bahwa banyak di antara mereka tetap merasa untung walau kondisinya seperti itu, itu tidak perlu dipungkiri. Namun keuntungan tersebut sebenarnya belum optimal. Kalau begitu, siapakah yang pantas disebut sebagai PETERNAK? Kriteria apa yang harus dimiliki agar seseorang layak menyandang gelar tersebut?

Ternak adalah hewan namun tidak semua hewan disebut ternak. Hewan adalah semua binatang, yang jinak atau liar (Bahasa Batak : nasa na manggulmit di sisik ni tano dohot di bagasan aek rodi na habang martonga-tonga langit). Hewan dibedakan antara yang liar dan yang dipiara. Hewan liar tidak mengalami campur tangan manusia. Sedangkan hewan piara menerima, bahkan sangat tergantung kepada, campur tangan manusia. Hewan piara dapat dibedakan antara hewan ternak dan hewan kesayangan. Hewan ternak - disingkat ternak (Bahasa Inggris : livestock = cadangan hidup) - hidup dan kehidupannya dikendalikan oleh manusia untuk tujuan-tujuan produktif dengan memperhitungkan motif ekonomi. Sedangkan hewan kesayangan (pets animals) adalah hewan yang dipelihara terutama untuk tujuan-tujuan kesenangan, kepuasan pikiran atau hobby tanpa terlalu memperhitungkan aspek untung ruginya; yang penting senang.

Mengapa hewan liar diubah menjadi ternak? Sebenarnya walau tetap liar hewan tetap dapat berguna untuk memenuhi berbagai keperluan manusia. Namun dengan meningkatnya populasi dan berkembangnya kebutuhan manusia maka mengandalkan hewan buruan tidak dapat lagi diandalkan. Oleh sebab itu, secara sadar atau tidak, manusia perlu memberi campur tangan untuk mengatur kehidupan hewan agar dapat berproduksi lebih baik dan - yang juga penting - dapat tersedia saat diperlukan.

Aspek apakah yang diatur atau dikendalikan oleh mansia dalam kehidupan ternak ? Semua aspek!. Namun yang paling pokok adalah :

a. Makanan. Penyediaan dan pemberian makanan diatur oleh manusia.

b. Perkembangbiakan. Perkembangbiakan ternak diatur oleh manusia agar keturunannya lebih baik. Sifat-sifat jelek induk dihilangkan atau setidaknya dikurangi dengan melakukan seleksi sehingga keturunannya lebih unggul dan lebih berdayaguna bagi kebutuhan manusia.

c. Tatalaksana. Ternak tidak dibiarkan bebas melainkan disediakan tempat agar manusia mudah menjangkaunya saat melakukan pemeliharaan, pengawasan penyakit dll.

Berkembang dari makna kata ternak tadi maka kata peternakan dapat kita artikan sebagai semua daya upaya atau campur tangan manusia terhadap ternak dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan dayaguna ternak tersebut bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Selanjutnya, kata peternak dengan mudah pula bisa kita pahami sebagai orang yang menjalankan kegiatan peternakan. Peternak adalah orang yang betul-betul memberi campur tangan bagi kehidupan ternak-ternaknya, jadi bukan sekedar memiliki tanpa mempersoalkan apakah kebutuhan hidup ternak tersebut terpenuhi atau tidak.

2.3. Posisi Ternak pada Usaha Tani Pedesaan

Seperti telah disebut di atas, memelihara ternak adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan petani pedesaan. Petani kita umumnya mempraktekkan pertanian terpadu di mana tanaman dan ternak, kadang-kadang juga ikan, dibudidayakan secara bersama-sama oleh seorang keluarga petani. Namun dalam kenyataannya usaha ternak yang dikelola oleh kebanyakan petani kita masih jauh tertinggal atau tradisional. Kenapa demikian ? Tentu saja banyak faktor yang dapat menjadi penyebabnya. Namun satu hal yang diyakini menjadi kunci penyebabnya terletak pada diri petani itu sendiri yaitu sikap atau cara pandangnya terhadap usaha ternak tersebut, khususnya menyangkut posisi usaha ternak dalam usaha taninya.

(7)

mencukupi kebutuhan ternak agar dia mampu berproduksi secara optimal. Dengan demikian tidak mengherankan mengapa produktivitas ternak-ternak yang dimiliki petani kita rendah. Bagaimana mungkin usaha yang tidak dimodali mampu memberi keuntungan besar! Bagaimana mungkin usaha yang diurus asal-asalan mampu mencapai efisiensi optimal

Selain diposisikan sebagai usaha sampingan, usaha ternak bagi mayoritas petani pedesaan juga dipandang sebagai tabungan atau cadangan hidup. Dengan peran seperti itu maka ternak baru dijual ketika petani memerlukan uang tunai yang mendesak tanpa mempersoalkan apakah ternaknya sudah terlalu tua atau malah masih terlalu kecil. Pada hal, semakin tua usia ternak maka efisiensi produksinya makin menurun. Sebaliknya, bila dijual terlalu muda potensi produksinya belum tercapai.

Bila menginginkan sumbangan yang lebih besar dari usaha ternak maka posisi dan perannya di dalam sistim usaha tani harus ditingkatkan. Dalam konsep Pembangunan Peternakan dikenal 4 (empat) skala usaha ternak ditinjau dari posisi dan peranannya dalam sistim usaha tani, yaitu :

Usaha Sampingan bila sumbangannya terhadap total penghasilan petani < 30%. Cabang Usaha bila sumbangannya terhadap total penghasilan petani 30% – 70%. Usaha Pokok bila sumbangannya terhadap penghasilan total petani > 70%. Usaha Industri bila sumbangannya terhadap penghasilan total petani 100%.

Menurut pengalaman, agar usaha ternak bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan yang signifikan maka skala usaha yang harus dipilih setidaknya cabang usaha. Salah satu konsekuensinya adalah sebanyak 30 – 70% dari semua sumberdaya (lahan, waktu, modal dll) yang dimiliki petani harus dicurahkan ke usaha ternak. Pertanyaan : siapkah petani Bona Pasogit memenuhi syarat tersebut?

III.

SYARAT MENJADI PETERNAK

Sampai sejauh ini kita sudah membahas tentang peranan ternak bagi manusia, juga makna kata ternak, peternakan dan peternak. Pertanyaan sekarang sudahkah ada di antara warga kita yang benar-benar layak disebut sebagai peternak? Apakah mereka berhasil? Menurut hemat kami belum atau setidaknya masih jarang. Kenapa demikian? Sekali lagi, menurut hemat kami karena mereka belum memiliki syarat-syarat dasar untuk menjadi peternak yang berhasil.

Pengalaman menunjukkan bahwa yang berhasil umumnya adalah mereka-mereka yang profesional. Seseorang dikatakan profesional jika mampu dan mau melakukan suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Orang yang bekerja setengah-setengah (bahasa Batak : alang-alang) tidak disebut profesional dan mereka jarang sukses. Mungkin kita sudah sering mendengar ungkapan berikut : Ai so ni antusan bayoi, alang ama-ama alang doli-doli. Ungkapan ini ditujukan kepada seseorang yang sudah menikah namun tingkah lakunya masih seperti lajang; sebagai ayah tidak pantas dipanuti oleh anak-anaknya, sebagai suami tidak dapat diandalkan oleh istrinya. Pastilah dia itu seorang ama yang tidak profesional.

Syarat keprofesionalan yang dituntut dari seseorang agar berhasil sangat tergantung kepada jenis pekerjaan atau profesi nya. Namun kata profesional itu sendiri bisa disandingkan dengan semua jenis profesi. Sebagai contoh guru yang profesional, petani yang profesional, sintua

yang profesional, pendeta yang profesional, ayah yang profesional, ibu yang profesional, suami yang profesional, istri yang profesional, dosen yang profesional dst ... dst ...

(8)

Apa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang layak menjadi peternak profesional? Untuk itu ada tiga syarat dasar yang harus dimiliki yaitu:

(1) kompetensi yang tinggi; (2) komitmen yang tinggi; dan (3) budaya yang tepat.

3.1 Memiliki Kompetensi Beternak

Kompetensi adalah kapasitas atau kecakapan yang dilandasi oleh pengetahuan dan kecakapan yang tinggi untuk melakukan sesuatu secara tepat sesuai dengan yang seharusnya. Seseorang disebut kompeten kalau memiliki pengetahuan dan keterampilan; menguasai teori dan praktek. Seorang pelatih sepakbola disebut kompeten kalau menguasai teori bermain bola dan terampil pula menyepak bola. Seseorang yang hanya terampil

menggoreng bola tetapi tidak menguasai prinsip-prinsip permainan sepakbola akan sulit menjadi pemain, apalagi pelatih, yang kompeten. Hal yang sama berlaku untuk semua profesi atau pekerjaan lain. Sudahkah kita menjadi ayah atau ibu yang kompeten?; Suami atau istri yang kompeten?; Pendeta, Pengkhotbah atau Gembala sidang yang kompeten? dst .. dst.

Kompetensi apakah yang harus kita miliki untuk menjadi peternak yang kompeten? Jawabannya : paling sedikit ada tiga jenis kompetensi yang harus dikuasai yakni :

(1) kompetensi teknis (technical competence),

(2) kompetensi pemasaran (marketing competence), dan (3) kompetensi finansial (financial competence).

3.1.1 Kompetensi Teknis

Seperti kami sebut tadi, ternak bisa hidup sendiri kalaupun dibiarkan berkeliaran. Malah kalau dilepas mungkin mereka akan lebih senang. (Cara seperti ini dulu banyak dilakukan di Pulau Nias untuk babi dan di Samosir untuk kerbau). Malasahnya masih adakah areal yang tepat untuk itu? Atau, masih cocokkah kondisi kita yang sekarang beternak dengan cara demikian? Bayangkan, seandainya untuk menjamu hula-hula i, yang tiba-tiba datang berkunjung dengan alasan mau nengok cucu, kita harus buru-buru menangkap ayam atau anak babi yang bebas berkeliaran. Harus dikejar ke sana ke mari. Mungkin-mungkin sang mertua sudah keburu pulang saat kita berhasil menangkap ternak tadi. Bah. Alangkah kecewanya. Mama Ucok pasti merajuk karena kesal. Artinya, sudah sulit, bila tidak mustahil, untuk beternak dengan cara seperti itu untuk jaman sekarang. Jadi, kalau ingin beternak maka seseorang harus benar-benar memeliharanya. Memelihara berarti menyediakan semua kebutuhan ternak. Itu makna dari kalimat Beternak berdasarkan kompetensi teknis.

Yang dimaksud dengan kompetensi teknis adalah penguasaan atau kapasitas untuk memproduksi atau melakukan sesuatu sesuai dengan tatacara atau prosedur yang dilandasi oleh teori/prinsip dan teknik yang tepat. Kompetensi teknis berarti menyangkut bagaimana sesuatu itu dilakukan atau dijalankan agar menghasilkan output yang diharapkan. Sebelum menanam padi, misalnya, seorang petani seyogyanyalah menguasai prinsip-prinsip bercocok tanam padi. Syarat-syarat apa yang diperlukan agar padi tumbuh dan berproduksi dengan baik. Selain itu dia harus terampil menyediakan atau memenuhi syarat-syarat tadi. Misalnya : terampil mengolah tanah, terampil mengatur jarak tanam, terampil mengatur irigasi, terampil menentukan jenis, dosis dan saat pemupukan yang tepat dst .. dst ... Kalau semuanya itu dikuasai barulah petani tadi layak disebut kompeten bercocok tanam padi. Hal yang sama berlaku untuk peternak dan profesi-profesi lain. Aspek-aspek teknis yang harus dikuasai oleh seseorang agar berpotensi menjadi peternak handal akan kita bahas lebih mendeteil pada Bab IV.

3.1.2 Kompetensi Pemasaran

(9)

adalah memikirkan pemasaran bagi ternak yang sudah layak jual. Untuk itu peternak harus kompeten di bidang pemasaran.

Yang dimaksud dengan kompetensi pemasaran adalah kemampuan untuk menemukan secara tepat ke manakah ternak atau produk ternak akan laku dijual dengan harga yang menguntungkan, bagaimana cara membawanya ke sana dan bagaimana pula cara menjualnya kepada para calon pembeli di pasar yang dituju. Hanya apabila memiliki kompetensi seperti inilah peternak baru mampu menjual suatu produk secara menguntungkan. Kalau tidak, mereka akan selalu menjadi korban atau bulan-bulanan pedagang. Adalah suatu kenyataan yang sangat memprihatinkan bahwa kondisi seperti itulah yang dialami oleh sebagian besar petani kita. Mereka bersusah payah menanam tetapi pedaganglah yang paling banyak menikmati untungnya.

Tanaman atau ternak apa yang banyak diusahai oleh warga di daerah Anda? Menurut Anda, sudahkah mereka menguasai informasi ke mana dan kepada siapa nanti hasil panen akan dijual ? Agar tidak menjadi bulan-bulanan tengkulak maka kita harus memberdayakan petani agar kompeten di bidang pemasaran. Kita perlu memberi perhatian yang serius untuk mempelajari seluk beluk pemasaran ini. Kita harus berupaya memperpendek mata rantainya. Kalau dilakukan sendiri-sendiri mungkin akan sia-sia. Tapi, kalau bersama-sama maka peluang untuk berhasil akan semakin besar. Ajak dan doronglah warga gereja Anda untuk berkelompok! Pilih dua tiga orang atau lebih dari antara mereka untuk menjadi duta pemasaran bagi hasil-hasil pertanian dan peternakan di desanya. Bila telah terpilih, berdayakan mereka; ajak warga lainnya untuk mempercayai mereka. Masa di antara sekian puluh atau ratus orang warga jemat kita tidak ada dua tiga orang yang berbakat menjadi pedagang yang dapat diserahi kepercayaan.

Memang harus diakui ada suatu persepsi yang salah di benak kita, khususnya orang Batak, tentang urusan dagang-berdagang ini. Sejak kecil kita sudah dihantui oleh stigma bahwa berdagang identik dengan menipu atau berbohong. “Na dila partiga-tiga", begitu yang sering kita dengar. Tetapi, apa memang harus demikian? Haruskah setiap pedagang berbohong dulu baru beruntung? Menurut hemat kami tidak harus demikian. Berdagang dengan dilandasi oleh kejujuranpun tetap bisa beruntung. Malah, sistim perdagangan seperti inilah yang sekarang sedangkan giat-giatnya dikembangkan oleh gereja di negara-negara maju seperti di Jepang, Korea dan Jerman. Mereka menyebutnya fair trade yaitu perdagangan yang berkeadilan. Tidakkah konsep ini bisa kita terapkan? Mari kita mulai mencoba!

3.1.3 Kompetensi Finansial

Setelah sistim produksi dan sistim pemasaran dipersiapkan, maka persoalan berikut adalah uangnya. Berapa yang diperlukan dan dari mana diperoleh? Bagaimana mengelolanya agar modal tidak habis sebelum panen terjual? Itulah persoalannya. Bahwa uang sangat penting untuk berusaha itu tergambar dari ungkapan para pebisnis berikut ini : Uang adalah bibit uang!. Halak hita mandok : "HMH" : Hepeng Mangalap Hepeng!

Agar dapat menerapkan prinsip di atas secara benar maka seseorang harus memiliki kompetensi yang tinggi di bidang keuangan. Bagaimana dengan petani di tempat Anda ? Sudahkah mereka kompeten mengelola keuangan usaha taninya? Bagaimana pula dengan keuangan rumah tangga kita, kelompok kita, gereja kita ? dst .. dst ..

(10)

Mungkin di antara kita ada yang berkata : Lho, untuk apa repot-repot memikirkan modal. Ubi bisa ditanam sendiri oleh petani. Dedak ? Di desa kan banyak padi! Rumput? Bisa diarit sendiri! Mungkin demikian, tapi persoalannya adalah dengan cara seperti itu terjaminkah kecupupan dan kontinuitas bahan-bahan tersebut sepanjang tahun? Ternak harus makan dua atau tiga kali sehari sepanjang tahun. Jadi kalau penanaman ubi tadi tidak dikelola sedemikian rupa maka bisa saja akan ada saat-saat kosong atau panceklik. Dan kalau itu terjadi, petani tidak mungkin berkata begini kepada ternaknya : Sabar ma jo hamu ate, minggu na ro ma hamu mangan, ndang matoras do pe gadong. Atau, saat dedak habis lalu mereka bilang begini : Toe ma ate, nanget-nanget ma allangi hamu nang pe so tabo ala na so adongi dodaki. Sabar ma jo, minggu naro pe manjomur! Bah, mana mau mereka begitu.

Yang ingin kami katakan adalah kalau berani beternak maka seseorang harus merencanakan secara seksama pengadaan semua bahan-bahan yang diperlukan untuk itu. Sepanjang memungkinkan, optimalkanlah penggunaan bahan-bahan yang bisa diproduksi sendiri. Kalau ada bahan yang harus dibeli, harus direncanakan sumber biayanya secara rutin. Dalam konteks ini, itulah untungnya kalau ada CU. Sudahkah ada CU di desa Anda ?

3.2 Komitmen untuk Menjadi Peternak

Dari seorang sahabat kami pernah mendapat nasehat sebagai berikut : Pangkulingi suan-suanan mi, ai sian i do dalanmu dapot ngolu. Nasehat di atas kami maknai sebagai berikut. Hidup berasal dari Tuhan. Hidup itu Dia berikan kepada kita melalui udara, air dan berbagai bahan makanan yang Dia ciptakan di bumi ini. Namun untuk itu kita harus berusaha. Kita harus mengenal betul manakah di antara ciptaan-ciptaanNya itu yang dapat mendukung hidup kita. Dari pengalaman yang diwariskan oleh generasi-generasi sebelumnya kita mengetahui bahwa ciptaan Tuhan yang berupa tumbuh-tumbuhan itu dapat kita jadikan sebagai sumber bahan makanan agar tubuh kita tetap hidup. Selanjutnya, pengalaman mereka juga telah membuktikan bahwa bahan makanan dari tumbuhan akan lebih mudah diperoleh dan lebih terjamin ketersediaannya bila dipelihara dan/atau dibudidayakan. Seterusnya, upaya budidaya tanaman akan lebih berhasil bila kita mengenal betul tingkah laku mereka. Untuk itu, kita perlu berbicara dengan mereka. Berbicara dengan tanaman dapat kita lakukan melalui pengamatan atas keadaan mereka. Dari sana kita akan mengetahui bagaimana kondisi mereka, apa yang mereka butuhkan dan itulah yang kita upayakan. Dengan melakukan hal demikian kita yakin mereka akan membalas jasa kita dengan produksi yang melimpah.

Hal yang sama berlaku pada ternak. Untuk sukses beternak berikanlah kepada mereka apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Untuk itu pangkulingi-lah mereka. Bisakah kita berbicara dengan ternak? Bisa. Caranya? Pelajarilah bahasa mereka. Apakah ternak memiliki bahasa? Ya, yaitu tingkah laku mereka. Ternak berkomunikasi dengan sesamanya melalui tingkah laku tertentu. Misalnya, bila seekor anak babi lapar, haus atau kedinginan maka dia akan memberitahu induknya melalui tingkah laku tertentu. Si induk sudah paham betul akan bahasa tersebut dan dia akan memberi respon yang tepat.

Mampu mamangkulingi tanaman atau ternak hanya bisa dicapai bila seseorang memberi waktu dan perhatian yang cukup untuk itu. Dia juga harus cermat serta sabar dan tekun melakukannya berulang-ulang. Untuk itu dia harus memiliki komitmen yang tinggi.

Yang dimaksud dengan komitmen adalah janji, tekad dan kemauan untuk melakukan sesuatu secara konsekuen dan konsisten hingga berhasil. Jadi komitmen itu adalah sikap pantang mundur atau kendur walau ada hambatan atau meminta banyak pengorbanan. Kemauan adalah kunci utama keberhasilan. Sebanyak apapun sumberdaya yang tersedia akan tetapi bila kemauan atau motivasi rendah maka semua sumberdaya tadi akan menjadi sia-sia. Sebaliknya dengan kemauan tinggi, sumberdaya yang terbatas dapat memberi hasil optimal.

(11)

pengalamannya sendiri. Suatu saat beliau harus memilih antara tanggungjawab sebagai seorang suami atau tugas sebagai dokter hewan. Ketika itu istri beliau akan melahirkan. Secara kebetulan, pada saat yang bersamaan, seekor induk sapi yang menjadi tanggungjawabnya juga mau melahirkan. Beliau sempat ragu-ragu memilih mana yang harus didahulukan. Setelah mempertimbangkan secara matang, akhirnya beliau mengantar istrinya lebih dulu ke rumah sakit lalu secepatnya kembali ke rumah untuk menolong induk sapi tadi. Setelah semua beres di rumah, beliau balik lagi ke rumah sakit. Syukurlah sang anak telah lahir dengan selamat. Tetapi istri beliau marah-marah, katanya : "Suami macam apa kau. Sapi lebih penting dari istri". Lalu beliau menjawab dengan sabar : “Lho! Bukankah di sini sudah ada dokter? Sedang sapi itu tadi sayalah dokternya. Kalau bukan saya siapa yang akan menolongnya?”. Bagi sebagian orang mungkin beliau itu adalah suami yang tegaan. Tapi dari sudut profesionalisme, beliau adalah orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan tanggungjawabnya.

Komitmen seperti itulah yang sangat diperlukan untuk menjadi peternak profesional. Sekali berani memulai, seseorang harus siap mengerahkan segala daya upaya untuk menjalankan usaha yang dipilihnya. Dia tidak boleh setengah-setengah melainkan harus tekun, ulet dan tidak mendewakan gengsi; namun tetap memiliki harga diri yang tinggi. Persyaratan seperti ini yang sering menjadi masalah bagi laki-laki orang Batak, apalagi yang di Bona Pasogit. Ama-ama halak hita merasa turun gengsinya kalau harus mamahan babi seperti memberi makan, memandikan atau membersihkan kandangnya. Konon lagi bila harus ikut mangkali gadong,

mansalong, manostos andor atau manuan gadong. Bah, bisa kehilangan muka beliau-beliau itu kalau terlihat oleh konco-konconya. Ya sudah, akhirnya semua pekerjaan tadi jatuh ke tangan ibu-ibu. Atau paling-paling anak-anaklah yang jadi korban. Tapi kalau sudah menyangkut uang hasil penjualan ternak, beliau-beliau itu pasti sering bilang begini : “Bah, ai naso au be komandan di jabu on?. Itulah susahnya ama-ama halak hita. Hasilnya mau, tapi untuk mengusahakan biarlah orang lain saja. Bagaimana dengan kaum bapak di gereja Anda apakah masih demikian? Kalau mau sukses beternak sikap seperti itu harus dihilangkan. Agar sukses menggerakkan mereka untuk beternak maka mereka harus dimotivasi agar memiliki komitmen yang tinggi.

3.3 Budaya yang Tepat untuk Beternak

Budaya mencakup hal-hal yang sangat luas. Tetapi yang kami maksudkan di sini adalah sistim nilai yang kita anut. Artinya, apa yang bernilai bagi kita dalam hidup ini. Sistim nilai yang dianut seseorang akan mempengaruhi setiap keputusan yang diambilnya. Sebagai contoh, mana yang lebih berharga bagi seorang ayah masa depan anak-anaknya atau gengsinya? Kalau harus memilih, mana yang dia utamakan antara membeli kupon togel atau membeli obat cacing untuk ternak? Atau, sekali lagi kalau terpaksa, siapkah seorang petani di hitaan mengurangi waktu ke

lapo agar sempat mengurus ternak ? Siapkah mereka bangun tengah malam untuk memeriksa induk babi yang baru melahirkan agar tidak menindih anak-anaknya? Anak-anak ternak yang baru lahir sangat rentan terhadap udara dingin. Jadi perlu diberi penghangat. Syukur kalau sudah ada listrik. Kalau tidak, terpaksa memasang api, mirip seperti memasang saganan ketika ibu-ibu di Bona Pasogit baru melahirkan. Bersediakah mereka menyiapkan saganan bagi anak ternak yang membutuhkan kehangatan itu? Harus dihidupkan pula sepanjang malam.

Mudah-mudahan warga gereja Anda tidak ada yang akan berkata begini : "Bah, sedangkan anakku aja tidak pernah kumandikan konon pula memandikan ternak!” Atau : “Ba haru inanta tundunan simatuangku do pature saganan. Ba lamu saganan ni pinahan ma? Tu sada i ma hamu Amang Pandita. Di hamu ma i peternakan muna i!”.

(12)

IV. ASPEK TEKNIS BUDIDAYA TERNAK

Agar berhasil memelihara ternak ada 7 (tujuh) aspek zoo-teknis, disebut SAPTA BUSAHA TERNAK, yang perlu dikuasai dan diterapkan secara tepat dan konsisten oleh peternak yaitu : 1. Perkandangan

2. Pemilihan bibit dan pemuliabiakan 3. Penyediaan dan pemberian pakan. 4. Pengendalian penyakit

5. Tatalaksana pemeliharaan. 6. Pasca panen Pemasaran.

7. Manajemen usaha (terutama aspek finansial).

(Aspek 6 dan 7 sudah dibahas pada Bab III, sedangkan aspek 5 pada dasarnya menyangkut bagaimana aspek 1 – 4 diterapkan pada pemeliharaan ternak sesuai dengan umur, fase produksi dan tujuan pemeliharaannya)

Berdasarkan tingkat penerapan ke tujuh aspek zooteknis akan dapat ditentukan termasuk kategori manakah suatu usaha ternak. Bila tingkat penyerapannya masih rendah (sederhana) yaitu memelihara ternak dilakukan apa adanya sesuai kemurahan alam saja maka usaha tersebut dikategorikan usaha ekstensif atau tradisional. Pada sistim ini ternak dipelihara dengan cara-cara yang diwarisi turun temurun tanpa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Usaha ternak seperti ini biasanya diposisikan sebagai usaha sambilan. Kategori kedua adalah usaha semi-intensif di mana tingkat penerapan aspek-aspek sapta usaha sudah mulai diperhatikan oleh peternak namun masuh terbatas. Ternak masih dibiarkan mencari sendiri sebagian kebutuhannya namun sebagian sudah disediakan atau dikontrol oleh peternak. Pada sistim semi-intensif posisi usaha ternak sudah merningkat menjadi cabang usaha. Kategori ketiga adalah usaha intensif di mana ketujuh aspek sapta usaha sudah diterapkan oleh peternak. Semua kebutuhan ternak disediakan oleh pemiliknya dan dikontrol berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Pada sistim ini usaha ternak sudah diposisikan sebagai usaha pokok. Kategori ke-empat adalah sistim super-intensif di mana semua kebutuhan ternak mulai dari kondisi lingkungan, pemberian pakan dan pengelolaan sudah sepenuhnya terprogram dan dikontrol secara ketat. Usaha seperti ini digolongkan sebagai usaha Industri.

Termasuk kategori manakah usaha ternak yang saat ini dilakukan oleh warga ditempat Anda? Sudah sejauh mana aspek-aspek teknis tadi diterapkan? Masih mungkinkah usaha-usaha tersebut ditingkatkan statusnya? Pemahaman tentang kondisi riel yang berlangsung di tengah-tengah warga sangat perlukan dilakukan karena dari sanalah seharusnya upaya-upaya perbaikan dimulai.

4.1 Perkandangan

Kandang bagi ternak adalah ibarat rumah bagi manusia. Tentu kita semua sudah tau apa fungsi rumah. Rumah adalah tempat kita berlindung dari berbagai sumber mara bahaya atau musuh. Rumah yang kita idam-idamkan adalah tempat yang nyaman untuk beristirahat dan bisa menjauhkan kita dari sumber-sumber penyakit atau ancaman lainnya. Kondisi yang sama juga diidam-idamkan oleh ternak. Anggapan bahwa ternak tidak perduli apakah kandangnya kotor, becek, sempit, pengap dan lain-lain adalah tidak tepat. Kalaupun mereka kelihatannya pasrah walau kondisi kandangnya serba jelek bukan berarti itulah yang mereka inginkan. Hanya saja mereka tidak bisa menghindar karena memang sebagai ternak mereka tergantung kepada apa yang kita berikan. Namun walau tidak mampu mengajukan protes, mereka sebenarnya memberontak yaitu dengan memberi hasil yang tidak optimal. Jadi, kalau kita mengharapkan hasil yang optimal dari ternak maka sediakanlah rumah idaman bagi mereka.

(13)

berhubungan dengan kekokohan kandang. Sedangkan kenyamanan dan kesejahteraan terutama berhubungan dengan suhu, kelembaban, pencahayaan, sirkulasi udara dan luasan kandang yang tersedia bagi setiap ekor ternak. Selanjutnya, aspek kesehatan terutama berkaitan dengan kebersihannya dan ketidakhadiran faktor-faktor penyebab penyakit.

Dari sudut kepentingan peternak, aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan adalah faktor kemudahan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan pemeliharaan ternak (memberi makan, memberi minum, merawat ternak yang sakit dll). Selanjutnya, biaya serta kenyamanan dan keamanan terhadap kesehatan manusia juga harus dipertimbangkan. Sedapat mungkin gunakanlah bahan-bahan yang murah dan mudah diperoleh namun awet. Selain itu harus diupayakan agar kehadiran kandang tidak mengganggu kenyamanan, apalagi membahayakan kesehatan, orang-orang yang tinggal di sekitar lokasi kandang. Hal ini terutama berkaitan dengan penanganan limbah (kotoran) ternak.

Syarat-syarat kandang. Jenis kandang harus sesuai dengan jenis ternak yang akan dipelihara, Ayam, misalnya, harus dinaungi oleh kandang yang sejuk dan teduh. Kemungkinan hubungan dengan hewan pemangsa harus dihindari sebanyak mungkin. Bila usaha ternak dilakukan berdekatan dengan kegiatan bercocok tanam maka harus diatur sedemikian rupa agar gerakan-gerakan atau tindakan-tindakan ternak tidak mengganggu tanaman. Demi kesehatan dan kesejahteraan ternak kandang harus mendapat cukup udara dan terlindung dari hujan. Kandang dibangun sedemikian rupa dengan memperhatikan hal-hal berikut :

Tersedia tempat yang layak untuk berbaring, berdiri dan melakukan kebiasaan (tingkah laku) alami dari ternak seperti menjilat-jilat, menggaruk, “mandi pasir”, bertengger, mengais, mengeram dll (tergantung kepada jenis ternaknya).

Memperoleh cahaya yang cukup; sebagai pedoman : cahaya tersebut harus cukup terang jika kita gunakan untuk membaca koran di dalam kandang.

Terlindung dari terik matahari, curah hujan dan suhu udara yang ekstrim. Cukup udara.

Diberi alas (bedding) yang nyaman.

Memiliki tempat yang terlindung untuk mengumpulkan dan menyimpan manur.

Untuk alasan-alasan ekonomi, kandang sebaiknya dibuat menggunakan bahan-bahan sederhana yang tersedia di daerah setempat atau sekitarnya. Banyak daerah mempunyai tradisi yang kaya dalam mengembangkan sistim-sistim kandang yang paling sesuai dan paling efisien menurut kondisi daerah masing-masing. Jika teknik-teknik tradisional ini dikombinasikan dengan prinsip-prinsip di atas maka sistim yang sesuai dengan kondisi setempat dan juga sehat bagi ternak dapat dicapai.

Alas kandang atau bedding adalah bahan-bahan yang digunakan dalam kandang untuk membuat lantai kandang menjadi empuk, kering dan bersih yang akan menunjang kesehatan ternak. Alas kandang sering juga menjadi tempat bagi ternak untuk membuang kotoran sehari-hari sehingga harus diganti sekali-sekali. Bahan bakunya dapat digunakan jerami, dedaunan, ranting-ranting dan/atau bahan-bahan lain yang tersedia di daerah setempat. Alas dapat diganti setiap hari atau dibiarkan selama beberapa waktu sementara terus menambah dengan bahan baru secara teratur.

Bahan diskusi. Amatilah jenis-jenis ternak yang paling menonjol di tempat Anda dan didkusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut :

Sistem kandang apa yang paling menonjol yang digunakan untuk tempat bernaung bagi ternak-ternak tersebut?

Apakah ternak dapat bergerak, merumput, makan, berbaring dll dengan leluasa? Alas apa yang digunakan dan bagaimana pengelolaan alas tersebut?

Di manakah terletak kemungkinan kekurangtepatan kandang-kandang tersebuit?

(14)

4.2 Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan beternak. Sebaik apapun pemeliharaan yang diberikan akan tetapi kalau kualitas bibit kurang bagus maka produktivitasnya akan rendah. Kualitas bibit terutama berhubungan dengan potensi genetik (faktor keturunan) yang diwarisi seekor ternak dari kedua tetuanya. Artinya sifat-sifat unggul dari seekor induk, sampai tingkat tertentu, akan diwariskan kepada turunannya. Secara umum, sekitar 30% dari produktivitas ternak ditentukan oleh faktor genetik (kebakaan) yang diwarisi dari kedua induknya, sedangkan yang 70% lagi ditentukan oleh faktor lingkungan. Keturunan yang baik akan diperoleh dari tetua atau induk yang baik pula. Karena ternak bereproduksi dengan cara kawin antara betina dan jantan maka kedua-duanya harus dipilih secara cermat Berikut ini adalah beberapa kriteria yang harus dipenuhi bila memilih calon bibit babi.

(1) Perkembangan kelenjer susu. Baik calon induk maupun calon pejantan harus memiliki paling tidak 12 pasang puting susu yang normal, berspasi baik (jarak antar puting cukup jauh dan rata) dan berpasangan (tidak ganjil). Semua puting susu yang normal tadi harus terletak sepanjang garis bawah tubuh. Jumlah puting yang dimiliki seekor babi dapat diperiksa sebelum dia disapih. Akan tetapi perkembangan puting susu ini harus diperiksa ulang sewaktu babi mancapai umur 6 - 8 bulan. Dari segi jumlah, spasi dan letak puting susunya, bisa saja seekor babi betina memiliki kelenjer susu yang baik. Namun kalau diperiksa lebih cermat, mungkin di antara puting tadi ada yang cacat seperti buta (tertutup), terbalik atau ketidaknormalan lainnya.

(2) Penampilan fisik. Penampilan fisik (postur tubuh) berkaitan dengan kualitas genetik dan daya tahan terhadap stress lingkungan. Babi yang tidak normal bentuk fisiknya dapat mewariskannya kepada anak-anaknya. Terutama struktur dan kekokohan kaki perlu mendapat perhatian. Kaki yang kokoh bagi betina sangat perlu untuk memikul berat pejantan saat kawin dan juga untuk memikul bobot tubuh saat bunting. Kaki yang lemah akan mempercepat babi induk mengalami kelumpuhan; apalagi kalau ditempatkan di dalam kandang berlantai semen. Khusus untuk pejantan, buah pelir atau testis harus menggantung baik di dalam scrotum. Kedua buah pelir harus simetris (ukuran dan posisi yang sama). (3)Performan. Performan atau penampilan dalam hal ini meliputi sifat-sifat khas seperti kualitas

karkas, kecepatan pertumbuhan dan keefisienan menggunakan makanan.

Saat membeli calon bibit hal-hal berikut perlu diperhatikan :

(a)Sedapat mungkin calon bibit dibeli dari peternak yang memiliki reputasi yang baik.

(b)Peternakan asal calon bibit memiliki sejarah kesehatan yang baik. Akan lebih baik bila peternakan tersebut mempunyai ahli kesehatan. Sebaiknya membeli bibit dari satu sumber saja. Membeli bibit dari beberapa sumber dapat meningkatkan resiko masuknya bibit penyakit.

Mengingat pencegahan penyakit sangat diutamakan dalam menjaga kesehatan ternak maka pemilihan bibit yang sesuai dengan kondisi setempat (terutama iklim dan penyakit) dan pemberian pakan berbasis bahan baku lokal menjadi sangat penting. Hal ini berarti jenis bibit yang tepat harus tersedia.

Bibit-bibit ternak lokal sebenarnya lebih tepat dikembangkan oleh usaha ternak pedesaan. Bila diinginkan, mereka dapat disilangkan dengan bibit baru yang sesuai untuk menghasilkan jenis yang mewarisi aspek-aspek positif ternak lokal dan kualitas produksi yang menguntungkan dari bibit baru.

(15)

pemeliharaan mereka jauh melebihi biaya pemeliharaan ternak lokal. Lagi pula memproduksi daging, telur atau susu bukanlah satu-satunya alasan dalam memelihara ternak bagi petani pedesaan. Oleh karena itu, kegiatan pembibitan ternak oleh peternak pedesaan seharusnya berupaya mengoptimalkan pendayagunaan ternak-ternak lokal dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan dan kondisi-kondisi yang berbeda dari masing-masing peternak. Sebagai contoh, jenis ayam yang cocok bagi usaha tani skala kecil bisa jadi bukanlah ayam ras yang menghasilkan banyak telur melainkan ayam-ayam lokal yang mampu bertumbuh dan berproduksi dengan baik walau pakannya didominasi oleh bahan-bahan berupa limbah atau hasil ikutan tanaman produksi petani setempat.

4.3 Penyediaan dan Pemberian Pakan

Ternak sering diidentikkan dengan mesin yaitu mesin biologis yang mampu mengubah bahan-bahan yang kurang berguna bagi manusia menjadi produk bernilai tinggi. Untuk menghasilkan sesuatu tentu mesin memerlukan bahan baku. Demikian juga ternak. Semakin mencukupi jumlah bahan baku yang diperolehnya maka semakin tinggilah kemampuannya menghasilkan produk yang diharapkan. Semakin tinggi kualitas bahan baku yang diberikan semakin berkualitas produk yang dihasilkan. Jadi prinsip dasarnya adalah kita akan memperoleh banyak bila kita memberi banyak. Kita akan memperoleh yang terbaik kalau memenuhi semua kebutuhan mereka dengan masukan yang yang berkualitas baik. Catatan : kualitas yang baik bukan berarti harus yang mahal.

Bahan baku yang diperlukan oleh ternak untuk tetap hidup dan untuk menghasilkan produk kita sebut makanan. Makanan mengandung zat-zat gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat (sering disebut gula), mineral dan vitamin. Zat-zat inilah yang digunakan oleh tubuh ternak untuk melangsungkan proses-proses kehidupan itu sendiri dan untuk menghasilkan produk-produk yang diharapkan darinya. Semua zat gizi ini harus terdapat dalam makanan atau ransum yang dikonsumsi oleh ternak dengan jumlah yang cukup dan keadaan yang seimbang (proporsional).

Jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh seekor ternak sangat tergantung kepada banyak faktor. Dua di antaranya yang sangat penting adalah umur dan fase reproduksi. Umur merupakan salah satu faktor yang amat besar pengaruhnya terhadap kebutuhan zat gizi. Ternak-ternak muda terutama sangat membutuhkan protein dalam jumlah cukup. Seperti sudah dibahas sebelumnya, protein sangat penting untuk pembentukan sel-sel tubuh. Karena pertumbuhan itu sendiri pada dasarnya terjadi melalui pertambahan jumlah, jenis dan ukuran sel-sel tubuh maka wajarlah ternak-ternak yang masih muda memerlukan lebih banyak protein. Demikian juga mineral dan vitamin sangat penting pada fase pertumbuhan. Mineral kalsium dan fosfor, misalnya, juga vitamin D, sangat besar peranannya bagi pertumbuhan tulang dan gigi.

Fase reproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap kebutuhan zat gizi. Ternak-ternak betina yang sedang bunting atau menyusui harus diberi makanan ekstra yang kaya akan protein, mineral dan vitamin. Sekali lagi, kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan janin dan pembentukan air susu semuanya berasal dari zat-zat gizi yang ditransfer melalui tubuh induk. Itu sebabnya kalau kurang makan maka induk yang lagi bunting atau menyusui sering mengalami penurunan bobot badan yang drastis. Pada saat bunting atau menyusui anak maka secara naluriah tubuh induk akan mengutamakan kepentingan janin dan pembentukan air susu. Akibatnya, bila suplai atau masukan zat-zat gizi dari ransum kurang maka tubuh akan berusaha mencukupinya dengan menguras cadangan zat-zat gizi yang ada pada tubuh. Untuk mencukupi energi misalnya, tubuh akan memanfaatkan timbunan lemak tubuh sedangkan untuk menutupi kekurangan protein maka giliran otot-otot tubuh yang digerogoti. Akibatnya si induk menjadi kurus. Kondisi serti inilah yang sering dialami oleh induk-induk ternak di usaha ternak pedesaan sehingga siklus reproiduksi mereka menjadi lambat.

(16)

gigi. Jadi bisalah kita bayangkan betapa beratnya tugas dan tanggung jawab tubuh si induk, dan juga seorang ibu, ketika sedang mengandung atau menyusui. Mereka rela kondisi tubuhnya sampai kurus, bahkan sering menjadi kerempeng, demi mempertahankan janin yang dikandungnya atau kepentingan bayi yang diasuhnya. Tidakkah mereka pantas mendapat penghargaan yang tinggi dari kita?Atas dasar pengetahuan di ataslah makanya pabrik pakan ternak menyediakan formula khusus untuk ransum anak dan untuk induk yang lagi bunting atau menyusui. Hal yang sama juga dilakukan oleh pabrik susu untuk manusia. Mereka menyediakan susu formula khusus untuk bayi, balita dan ibu-ibu. Di pasaran, misalnya, dengan mudah kita temukan susu dengan merk Sustagen Mama, Sustagen Junior, Dancow Balita dan lain-lain. Tapi belum ada Sustagen Papa!. Perlukah ?

Ransum harus disusun dari beberapa jenis bahan makanan. Keharusan menyusun ransum dari bahan-bahan yang beragam sangat penting diperhatikan mengingat hampir tidak ada satupun bahan pakan yang mengandung semua jenis zat gizi dalam jumlah yang lengkap dan cukup. Bahan-bahan pakan yang umum kita kenal biasanya menonjol hanya pada satu atau dua zat gizi sedangkan pada zat gizi yang lain kekurangan. Sebagai contoh, jagung atau ubi kaya akan energi tapi miskin akan protein dan mineral. Tepung ikan kaya akan protein dan mineral tapi kandungan energinya tidak mencukupi. Kondisi yang sama ditemukan pada semua bahan makanan lainnya. Oleh sebab itu salah satu dasar penggolongan bahan pakan ternak adalah berdasarkan kandungan zat gizinya yang paling menonjol. Ada bahan pakan yang digolongkan sebagai sumber energi karena kandungan energinya tinggi. Yang lain digolongkan sebagai sumber protein, sumber mineral atau sumber vitamin, tergantung kepada kandungan zat gizinya yang paling menonjol.

Bahan pakan yang berasal dari tumbuhan (pakan nabati) umumnya kaya akan energi dan harganya relatif murah. Kelemahan utamanya adalah kandungan proteinnya rendah sedangkan serat kasarnya tinggi. Contohnya adalah jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kedele, bungkil kacang tanah, ubi-ubian dan sisa-sisa sayuran. {Khusus yang tergolong bungkil-bungkilan ini cukup tinggi kandungan proteinnya dibanding pakan nabati lainnya}. Sebaliknya, bahan pakan yang berasal dari hewan (pakan hewani) umumnya tinggi kandungan protein dan mineralnya serta rendah serat kasarnya. Hanya saja kandungan energinya sering kurang memadai dan harganya lebih mahal. Contohnya adalah tepung ikan, abu atau sisa-sisa ikan baik ikan olahan maupun ikan segar, tepung bekicot, tepung darah {yang satu ini kandungan proteinnya sangat tinggi namun daya cernanya sangat rendah}. Atas dasar pertimbangan di atas, terutama kandungan gizi dan harga, maka dalam praktek penyiapan ransum ternak selalu agar bahan pakan penyusunnya beragam.

Selain karena alasan di atas, khususnya untuk ternak babi, penyertaan bahan pakan hewani dalam ransum sangat penting untuk merangsang selera makan. Ternak babi juga memiliki indera pengecap dan penciuman yang kuat. Apalagi kalau hangat, bahan pakan hewani akan menyebarkan aroma dan rasa sedap. Ransum seperti ini sangat disukai ternak babi. Untuk kondisi pedesaan, menurut pengalaman kami sendiri, yang paling layak digunakan, baik karena pertimbangan kandungan zat gizi maupunharganya, adalah abu atau sisa-sisa ikan beserta hewan-hewan kecil. Kami sendiri ketika beternak babi, paling sering menggunakan abu ikan teri karena kandungan proteinnya cukup tinggi (antara 30 - 40%), aroma dan rasanya enak sehingga disukai ternak babi apalagi kalau sudah dimasak. Satu kg biasanya cukup untuk satu ekor babi selama 7 - 10 hari, tergantung ukuran tubuhnya.

Hewan-hewan kecil lain juga dapat digunakan sebagai sumber protein bagi ternak. Dari ladang atau sawah bisa dicari keong, kodok, kerang atau yang sejenis. Dari pasar bisa diminta sisa-sisa pembersihan ikan-ikan basah (biasanya berupa isi perut, sirip dan insang).

(17)

Sebagai sumber energi, bahan yang paling tepat untuk kondisi pedesaan adalah ubi, baik ubi rambat maupun ubi kayu. Ampas ubi (onggok) juga bisa, tapi namanyalah ampas saripatinya sudah terkuras. Jadi fungsinya lebih banyak hanya sebagai pengenyang. Dari pada maha-mahal membeli ampas ubi - sudah mahal bau pula lagi - lebih baik diperbanyak memberi daun-daunan (daun ubi rambat, ubi kayu, rerumputan, enceng gondok atau berbagai jenis gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanian) dan juga sisa-sisa sayuran. Alih-alih membeli pakan komplit yang harganya tidak murah, lebih baik menanam tanaman yang kaya protein di lahan sendiri yang juga dapat difungsikan sebagai tanaman penutup, pagar tanaman atau pohon peneduh. Jika kandungan mineral pada bahan pakan yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak maka garam mineral dan makanan tambahan lain bisa diberikan.

Bahan diskusi. Pilihlah satu jenis ternak yang paling banyak ditemukan di tempat Anda. Diskusikan dan catatlah hal-hal berikut :

Pakan apa yang diberikan kepada ternak tersebut dan pada musim apa ?

Jenis tanaman lain apa yang dapat ditanam sebagai sumber pakan ternak di sana?

Budidaya Tanaman Pakan ternak. Di daerah tropis, seperti negeri kita ini, dalam setiap tahun selalu ada saat-saat tidak menyenangkan di mana ketersediaan hijauan sangat terbatas akibat kemarau yang berkepanjangan. Pada hal memelihara ternak berarti memberi mereka makan dalam jumlah cukup secara terus menerus sepanjang tahun. Untuk menghindari, atau setidaknya mengurangi, ketergantungan terhadap pakan hijauan alami ini maka sebaiknya peternak membudidayakan tanaman pakan ternak, baik yang berupa rumput maupun berupa leguminosa (kacang-kacangan).

Membiarkan ternak mengambil sendiri pakan hijauan di padang penggembalaan akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja dibanding bila ternak makan di kandang. Namun cara ini membutuhkan lahan yang lebih luas dan cara-cara yang tepat untuk menghindarkan ternak merusak tanaman lainnya. Merumput di padang penggembalaan mungkin dapat mengurangi produktivitas tetapi biasanya lebih disukai ternak serta baik untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka. Di sisi lain, memberi makan di kandang mempunyai manfaat antara lain kotoran ternak mudak dikumpulkan. Pilihan mana yang diambil, antara penggembalaan atau dikandangkan, bergantung kepada kondisi-kondisi agroklimat, sistim pertanian dan ketersediaan lahan. Gabungan antara pemerian makan di kandang dan penggembalaan yang areal yang dipagari mungki9n adalah kombinasi yang paling baik jika diinginkan mencapai produktivitas tinggi.

Saran untuk Pendalaman. Jika tersedia di sekitar tempat tinggal Anda, kunjungilah peternakan yang melakukan penggembalaan dan/atau pemberian pakan di kandang. Diskusikan dengan mereka kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem tersebut untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pilihan-pilihan yang tersedia.

Memadukan Tanaman Pakan Ternak dengan Tanaman Pertanian. Pada sebagian besar usaha tani kecil, budidaya tanaman pakan ternak akan menyaingi tanaman pertanian dalam masalah lahan. Apakah budidaya tanaman pakan ternak secara ekonomis lebih menguntungkan dibanding tanaman pertanian harus dilihat kasus demi kasus. Meskipun demikian, terdapat beberapa pilihan untuk menyatukan budidaya tanaman pakan ternak tanpa menghabiskan terlalu banyak lahan seperti beberapa contoh berikut :

Budidaya rumput atau tanaman penutup dalam areal perkebunan.

Memagari kebun dengan tanaman pakan berbentuk pohon (leguminosa). Menanam pohon peneduh dan pendukung.

Menanam rumput pada gundukan penahan erosi tanah. Menanam rumput saat rotasi tanaman.

Menanam tanaman yang hasil ikutannya yang dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti jagung, daun kacang-kacangan dll.

(18)

kopi dan lada untuk memberi makan ternak sapi. Di samping jerami padi, yang telah menjadi barang langka karena areal persawahan mengalami penurunan, mereka juga memberikan rumput, daun dan ranting dari pohon dan tanaman pagar kepada sapi. Rumput ditanami pada gundukan-gundukan, batas-batas atau di sela-sela tanaman tani asalkan tersedia cukup cahaya. Para petani mengetahui varietas-varietas tertentu yang paling sesuai dengan tujuan mereka dan kondisi-kondisi setempat. Pohon-pohon seperti nangka dan tumbuhan daun seperti lamtoro banyak ditanam sebagai peneduh atau pohon pendukung dan sekaligus dimanfaatkan sebagai penghasil pakan ternak yang kaya protein terutama pada musim kemarau. Bahkan beberapa orang petani sudah ada yang beralih menjadikan peternakan sebagai usaha pokok mereka dan mulai menanam rumput dan tanaman pakan ternak lain di lahan tersendiri karena ternyata hasilnya lebih menguntungkan.

Pengelolaan Padang Rumput. Pengelolaan padang rumput sangat penting bagi pengelolaan penggembalaan yang baik. Ada bermacam-macam jenis rumput dan setiap daerah memiliki jenis rumput yang sesuai denmgan kondisi iklim masing-masing. Dalam beberapa kasus, penting untuk mempertimbangkan mengelola tempat merumput dan menanam varietas rumput yang sesuai bagi kebutuhan ternak.

Bahan diskusi. Amati dan diskusikanlah sistem budidaya tanaman pakan ternak yang dilakukan para peternak di tempat tinggal Anda. Tanaman pakan ternak apa yang ditanami oleh petani setempat? Masalah apa yang dihadapi oleh petani dan bagaimana mereka menghadapi masalah tersebut?

4.4 Pengendalian Penyakit

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Itu adalah nasehat kepada manusia agar selalu menjaga kesehatannya. Nasehat yang mirip berlaku juga untuk ternak. Hanya bunyinya sedikit berbeda, di dalam tubuh yang sehat terdapat kemampuan berproduksi yang hebat.

Sakit adalah kondisi di mana ada bagian tubuh yang tidak lagi normal, baik struktural maupun fungsional. Artinya, di dalam tubuh yang sakit pasti ada bagian mengalami kelainan struktur (bentuk) atau terjadi gangguan fungsi fisiologis. Kondisi ini tentu saja ada penyebabnya. Itulah yang disebut faktor-faktor penyebab penyakit. Faktor-faktor inil perlu dikenal dan diwaspadai serangannya agar bisa diambil tindakan yang tepat sehingga mereka tidak sampai berhasil menerobos masuk ke dalam tubuh ternak.

Kelompok pertama faktor penyebab penyakit adalah kuman yaitu organisme hidup yang ukurannya sangat kecil (tidak bisa dilihat dengan mata telanjang) yaitu virus, bakteri, protozoa dan fungi. Yang paling ganas di antara mereka adalah virus, kemudian bakteri. Penyakit yang ditimbulkan oleh virus sering menyebabkan kematian mendadak dan berjumlah besar. Susahnya, obat untuk penyakit yang disebabkan oleh virus belum ditemukan. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya dapat disembuhkan dengan antibiotik yang tepat.

Kelompok kedua adalah parasit yaitu sekelompok mahluk yang hidup menumpang pada mahluk lain dan semua kebutuhannya diambil dari tubuh yang ditumpangi (inang). Ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Kalau hidup di bagian dalam tubuh, disebut parasit internal. Contoh : cacing. Sedangkan yang hidup di luar atau pada permukaan tubuh disebut parasit eksternal. Contohnya : kutu, caplak, lalat, nyamuk dan serangga lainnya. Parasit sangat merugikan hewan inang karena mereka menghisap darah, merusak jaringan tubuh, mencuri zat-zat makanan dan menimbulkan ketidaknyamanan.

Kelompok ketiga adalah faktor-faktor non-organis seperti senyawa-senyawa toksik (beracun), luka, cacat bawaan dan kelainan genetis.

Referensi

Dokumen terkait

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 6,15% sehingga tingkat kesehatan bank pada tahun 2012 dinyatakan lebih sehat dari tahun

Najib: ha P2nya itu penempatan dan pengawasan tenaga kerja Indonesia nah disitu bisa di dapatkan data datanya dan itu hanya 1,2 dan 1,3 nah yang ilegal itu jumlahnya sama

Berangkat dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas mengenai pentingnya peningkatan mutu pendidikan dasar, maka peneliti tertarik dan merancang penelitian ini dengan judul :

Untuk meningkatkan penerimaan sosial remaja dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik konseling yang tepat untuk mengatasi permasalahan sosial..

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

Editing non linear memiliki kelebihan dimana editor bisa melakukan editing dari bagian mana yang siap ia kerjakan, koreksi atas hasil editing bisa dilakukan dengan mudah serta

pemeriksaan jasa yang telah ditetapkan dengan sekaligus meng&amp;ntisipasi trend kenaikan harga bahan dan/atau obat- obatan kimia, alat laboratorium dan/atau instrumen yang

The present study is concerned with the cognitive domain since it examines the cognitive skill of the reading comprehension questions on ‘Bahasa Inggris