• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

246

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN DESAIN PENILAIAN

MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU MATA PELAJARAN IPS

DI SMP BINAAN KOTA SURAKARTA

Drs. Nur Rokhmat, M. Pd., Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota Surakarta

ABSTRACT

The research is aimed: 1) to describe the implementation of academic supervision using group methods; 2) to improve teacher’s competence in designing learning assessment for IPS teachers of junior secondary school. The study was conducted in the second semester of the academic year 2014/2015. The subjects of the study were the IPS teachers of the Junior High School. The research concludes that: 1) The steps of academic supervision using group method to improve teacher’s competence in designing learning assessment are as follows: (a) socializing academic supervision activity; (b) developing an Academic Supervision Plan (RKA); (c) discussing the schedule of supervisory activities; (d) submitting material of supervision activities; e) revising the instrument of the assessment; and 2) Academic supervision using group method is effective to improve teacher's competence in designing learning assessment for IPS teachers of junior high schoo. It is indicated by the increasing quality of learning assessment instruments on each cycle performed.

Informasi Artikel:

Artikel diterima: 2 Agustus 2017

Diterima setelah revisi: 12 Agustus 2017

Disetujui untuk diunggah: 20 Agustus 2017

©2017, Entrance Jurnal Pendidikan

www.jurnalcenter.com

Keywords: Academic supervision, Group

method, assessment instrument

design.

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada tiga unsur pokok pro-ses pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dari ketiga unsur pokok tersebut, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran memperoleh porsi perhatian yang lebih besar diban-dingkan dengan evaluasi. Terlebih-lebih lagi selama beberapa tahun terakhir penentuan keberhasilan siswa dalam belajar dilakukan melalui Ujian Nasional

(UN) sehingga guru tidak perlu lagi merancang desain penilaian berupa soal untuk evaluasi terhadap hasil pembela-jaran yang dilakukan.

(2)

sebenarnya. Penentuan kelulusan siswa yang dikembalikan ke Ujian Akhir Se-kolah semakin memperkuat posisi guru sebagai manager of learning dalam terminologi Brown & Norberg (1965), yaitu Guru berperan sebagai manager yang harus menguasai bahan ajar dan dapat mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pela-jaran, mengawasi dan merencanakan dan mengembangkan tes untuk evaluasi hasil belajar (Purwanto, 2004).

Sebagai manager of learning, guru dituntut mampu mengendalikan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga pencapaian hasil pembelajaran bisa mak-simal. Salah satu kemampuan guru yang menentukan adalah kemampuan mem-buat soal-soal tes. Karena kemampuan inilah yang akhirnya akan merefleksikan keberhasilan guru dalam mengajar, yaitu tingkat pencapaian prestasi siswa atau nilai siswa. Menurut Mardapi (2008) kemampuan-kemampuan khusus yang dimiliki oleh seorang guru agar bisa membuat soal yang baik adalah: (1) me-nguasai materi pelajaran yang diujikan, (2) mampu membahasakan gagasan, (3) memahami karakteristik individu yang diuji, dan (4) menguasai teknik penulisan soal.

Perancangan desain penilaian harus mempertimbangkan prinsip-prinsip da-sar penilaian yang mencakup: validitas, reliabilitas, menyeluruh, berkesinam-bungan, obyektif, dan mendidik. Peni-laian terencana, dan menerapkan kriteria pasti.

Kenyataan di lapangan yang terjadi pada guru-guru SMP binaan di ling-kungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta menunjukkan bahwa kompetensi merancang desain

penilaian pembelajaran melalui penyu-sunan soal-soal test, masih kurang op-timal. Berdasarkan hasil analisis doku-men rancangan desain penilaian berupa tes yang disusun guru, diketahui bahwa kualitas soal masih belum sesuai stan-dard. Masih ditemukan banyak kelemah-an dalam hasil kelemah-analisis soal-soal tes, khu-susnya soal berbentuk uraian. Masih ba-nyak soal-soal berbentuk uraian yang tidak mempunyai kriteria pembobotan nilai, atau 59.46% dari 37 rancangan de-sain penilaian yang dikaji.

Kelemahan lain yang ditemui adalah bahwa dalam pembuatan soal adalah, sebagian besar guru, atau 56.76% dari 37 guru IPS tidak membuat kisi-kisi terlebih dahulu sebelum membuat soal. Guru yang menyusun kisi-kisi soal baru 43.23%. Hasil temuan ini mengindi-kasikan bahwa guru belum melakukan langkah-langkah pembuatan tes teren-cana.

(3)

pembela-jaran masih kurang optimal. Guna mengatasi hal ini perlu tindakan pem-binaan secara terstruktur dalam kegiatan MGMP melalui supervisi akademik. MGMP merupakan kegiatan yang paling efektif untuk melakukan pemantauan, pembinaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi kompetensi guru mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar tingkat SMP.

Pembinaan terstruktur mengguna-kan teknik One Input Many Output dan Do Talk Record yang dilakukan pengawas diharapkan dapat meningkatkan kompe-tensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran. Dengan mening-katnya kompetensi tersebut, maka soal ujian yang disusun oleh guru akan se-makin berkualitas dan mampu mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

Merujuk pada latar belakang perma-salahan tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah se-bagai berikut: 1) Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik metode kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pem-belajaran? 2) Apakah supervisi akademik metode kelompok dapat meningkatkan kompetensi guru dalam merancang de-sain penilaian pembelajaran bagi guru mata pelajaran IPS di SMP binaan tahun pelajaran 2014/2015?

Mengacu pada perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik metode kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pem-belajaran; 2) meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran bagi guru mata pelajaran IPS di SMP binaan tahun pelajaran

2014/2015 melalui supervisi akademik metode kelompok.

Hasil penelitian ini diharapkan da-pat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini diharap-kan dapat menambah wawasan guru tentang perancangan desain penilaian pembelajaran sehingga membantu guru mengaktualisasikan potensi dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembelajar-an, khususnya dalam merancang desain penilaian pembelajaran seoptimal mung-kin; 2) Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengawas sekolah untuk mening-katkan kompetensi pengawas dalam me-ngatasi masalah akademik di sekolah yang menjadi binaannya, serta mem-berikan informasi tentang pelaksanaan supervisi akademik metode kelompok guna meningkatkan kompetensi guru merancang desain penilaian pembela-jaran; dan 3) Hasil penelitian ini ber-manfaat bagi Dinas Pendidikan untuk dijadikan masukan tentang pelaksanaan supervisi akademik metode kelompok guna meningkatkan kompetensi guru da-lam merancang desain penilaian pem-belajaran

LANDASAN TEORI

Pengertian Supervisi Akademik

Konsep supervisi modern yang diru-muskan oleh Wiles (1967) adalah

Supervision is assistance in the dev elop-ment of a better teaching learning

situ-ation (Glickman, Gordon & Gordon,

2007). Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran

(4)

meng-ajar (goal, material, technique, method, teacher, student, and environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui laya-nan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup se-luruh aspek dari penyelenggaraan pen-didikan dan pengajaran.

Konsep supervisi tidak bisa di-samakan dengan inspeksi, Inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan

dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dije-laskan baik menurut asal usul (eti-mologi), bentuk perkataannya (mor-fologi), maupun isi yang terkanudng dalam perkataan itu (semantik).

Kemdiknas (2009) merumuskan

su-pervisi sebagai berikut: Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan ke-mampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik .

Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan

situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Pelaksanaan kegi-atan belajar mengajar; dan b) Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar meng-ajar.

Aspek utama supervisi adalah guru, dengan demikian maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih di-arahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki kemam-puan personal, kemamkemam-puan profesional

dan kemampuan sosial (Kemdiknas, 2009).

Atas dasar uraian diatas, maka pe-ngertian supervisi dapat dirumuskan

sebagai berikut serangkaian usaha

pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang dibe-rikan oleh supervisor (Pengawas seko-lah, kepala sekoseko-lah, dan pembina lain-nya) guna meningkatkan mutu proses

dan hasil belajar mengajar . Karena su -pervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru,

maka tersebut pula Pembinaan profe

-sional guru yakni pembinaan yang lebih

diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.

Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, ya-itu: supervisi umum dan supervisi aka-demik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis administrasi se-kolah, sedangkan supervisi akademik le-bih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Pada penelitian ini, pem-bahasan lebih kepada supervisi akade-mik karena berkaitan dengan penyu-sunan perangkat perencanaan pembela-jaran yang dibuat oleh guru.

(5)

artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran; 3) Ob-jektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument; 4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya; 5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi; 6) Konstruktif, artinya me-ngembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan pembela-jaran; 7) Kooperatif, artinya ada ker-jasama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembela-jaran.

Merujuk pada materi Supervisi Aka-demik pada pelatihan penguatan kemam-puan Kepala sekolah oleh Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan kementrian pendi-dikan nasional tahun 2010, supervisi akademik terbagi ke dalam dua model, yaitu: 1) Model supervisi tradisional, yang terdiri dari: a) Supervisi langsung kepada guru yang sedang mengajar; dan b)Supervisi akademik tidak langsung antara lain: tes dadakan, diskusi kasus, dan metode angket; 2) Model supervisi masa kini (kontemporer) atau supervisi klinis karena dilaksanakan dengan pendekatan klinis.

Pengertian penilaian Pembelajaran

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggu-nakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang me-nggunakan instrument tes atau non tes (Mardapi, 2008). Sedangkan pengertian penilaian belajar dan pembelajaran ada-lah suatu proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan

pembela-jaran secara kualitatif (Kemdiknas, 2010).

Penilaian menurut Groundlund (1971) mengungkapkan bahwa penilaian merupakan deskripsi kualitatif dari ting-kah laku siswa baik yang didasarkan pada hasil pengukuran (tes) maupun bu-kan hasil pengukuran (nontes: catatan anekdot, observasi, wawancara dll) (Mardapi, 2008). Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit dari pada evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assess-ment adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-efektif-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebe-lumnya.

Menurut Arikunto (2010) penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk → bersifat kualitatif. Berdasarkan pengerti-an ini, penilaipengerti-an adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesi-nambungan untuk mengumpulkan infor-masi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan krite-ria dari pertimbangan tertentu.

(6)

Penilai-an (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok (Jutmini, dkk., 2008).

Berdasarkan pengertian tersebut, penilaian secara sederhana dapat digam-barkan sebagai suatu proses dimana kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan (baik-tidak baik, memadai-tidak memadai, memenuhi syarat-tidak meme-nuhi syarat dan seterusnya) tertentu. Dengan perkataan lain kita mengadakan

value judgment. Pertimbangan-pertim-bangan yang dimaksud bukan saja men-cakup pertimbangan-pertimbangan yang berbentuk atau bertolak dari informasi kuantitatif.

Tujuannya adalah memberi nilai ten-tang kualitas sesuatu. Penilaian di sini tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab perta-nyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program.

Pengertian Instrumen Penilaian

Dalam pendidikan terdapat berma-cam-macam instrument atau alat evalu-asi yang dapat dipergunakan untuk me-nilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Ins-trumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan nontes (Arikunto, 2010) yang lebih lanjut akan dipaparkan dibawah ini.

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban

dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar sis-wa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pe-ngajaran sesuai dengan tujuan pendi-dikan dan pengajaran (Arikunto, 2010).

Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, men-jodohkan, dan isian pendek atau me-lengkapi.

Penilaian dengan instrumen Non-tes adalah proses penilaian dengan meng-gunakan alat-alat seperti kuesioner dan wawancara, skala, obsevasi, dan studi kasus (Arikunto, 2010). Penilaian non – tes dengan Kuesioner dan wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa dengan melakukan tanya-jawab sepihak (Arikunto, 2010).

Penilaian dengan Skala adalah untuk menilai sikap , nilai, minat dan perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan dan hasilnya dalam bentuk rentang nilai dengan criteria tertentu. Skala terdiri dari skala penilaian dan skala sikap (Arikunto, 2010).

(7)

Penilaian dengan studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang me-ngalami kasus tertentu, dengnan pene-kanan mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana ting-kah lakunya dalam kondisi dan penga-ruhnya terhadap lingkungan. Datanya biasa diperoleh berbagai sumber seperti orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya (Sudjana, 2009).

Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum

suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyi-sihkan logam-logam mulia. Suryabrata (2010) mendefinisikan tes sebagai Per -tanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang mendasarkan harus ba-gaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil ke-simpulan dengan cara membandingkan dengan standart atau testeelainnya ..

Pengertian tes adalah alat peng-ukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditujukan kepada test untuk mendapatkan respon sesuai de-ngan petunjuk itu. Atas dasar respon ter-sebut ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya di-bandingkan dengan standart yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kualitatif.

Prosedur Pengembangan Soal Tes

Prosedur pengembangan soal tes, menurut BSNP (2006), terdiri dari 4 tahapan utama sebagai berikut: 1) Me-nentukan tujuan penilaian; 2) Mem-perhatikan standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD); 3) Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kom-petensi dasar; 4) Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, pe-nulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.

Tahapan-tahapan dalam pengem-bangan soal tes tersebut di atas dapat disajikan ke dalam diagram berikut:

Gambar 1 Diagram Prosedur Pengembangan Tes (Sumber: BSNP, 2006)

Pengukuran Kualitas Soal Tes

(8)

ter-sebut maka kualitas soal yang disusun oleh guru dapat dinilai.

Kerangka Berpikir

Penyusunan desain penilaian pem-belajaran, yaitu berupa penyusunan ins-trumen tes/ ujian merupakan hal yang sering mendapat proporsi perhatian le-bih kecil dibandingkan dengan aspek pembelajaran lain seperti perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembela-jaran. Hal ini berdampak pada kurang optimalnya kemampuan guru dalam me-ngembangkan instrumen penilaian pem-belajaran/ soal tes.

Hasil penilaian terhadap instrumen tes yang disusun guru mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan SMP di Kota Surakarta menunjukkan adanya berbagai kelemahan dalam penyusunan instrumen tersebut. Banyaknya kelemahan yang ditemui tersebut merefleksikan bahwa guru belum sepenuhnya memahami pro-sedur pengembangan instrumen peni-laian pembelajaran secara baik dan be-nar, yang ditunjukkan dengan belum ter-penuhinya kaidah-kaidah pengembangan soal tes secara memadai baik pada aspek materi, konstruksi, maupun bahasa.

Guna mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran, diperlukan sua-tu pembinaan terstruksua-tur oleh Pengawas sekolah yang dilakukan melalui kegiatan supervisi. Melalui kegiatan supervisi ter-sebut, guru diberi arahan, bimbingan, dan pelatihan dalam mengembangkan in-strumen penilaian pembelajaran berda-sarkan kaidah-kaidah pengembangan so-al yang baik dan benar.

Pembinaan terstruktur yang dilaku-kan pengawas melalui kegiatan MGMP pada gilirannya dapat meningkatkan

ke-mampuan guru dalam mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran. Pe-ningkatan kemampuan tersebut akan da-pat dilihat dari adanya peningkatan kulitas pengembangan instrumen peni-laian pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Kerangka pikir tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam dia-gram sebagai berikut.

Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir dan landasan teori tersebut di atas, selan-jutnya dapat dirumuskan hipotesis tin-dakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: Supervisi akademik metode

(9)

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di SMP binaan di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta. Alasan pemilihan lokasi penelitian ada-lah: a) Merupakan tempat peneliti melak-sanakan tugas, sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian; dan b) kualitas instrumen soal ujian yang disusun guru IPS kurang memenuhi ha-rapan; dan c) kemampuan guru dalam menyusun soal ujian kurang optimal sehingga memerlukan peningkatan mela-lui supervisi akademik.

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/ 2015 selama tiga bulan mulai Pebruari – April 2015.

Subjek penelitian ini adalah 30 (tiga puluh) guru IPS di 10 SMP binaan di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta, yaitu 4 SMP Negeri dan 6 SMP swasta. Subjek penelitian tersebut dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel 1 Subjek Penelitian

No. Sekolah Jml

1. SMP Negeri 1 Ska 3

2. SMP Negeri 7 Ska. 3

3. SMP Negeri 18 Ska 3

4. SMP Negeri 25 Ska 3

5. SMP Al Islam 1 Ska 3

6. SMP Muh. 2 Ska. 3

7. SMP Muh. 6 Ska 3

8. SMP Muh. 10 Ska 3

9. SMP Islam Al Abidin Ska. 3

10. SMP Murni Ska. 3

Jumlah 30

Mengacu pada model penelitian tin-dakan yang digunakan, alur pikir dalam penelitian diawali dari diagnosis masalah

dan faktor penyebab masalah dalam penyusunan desain penilaian pembela-jaran berupa penyusunan soal ujian. Langkah tersebut dilanjutkan dengan memilih tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, meru-muskan hipotesis tindakan, penetapan desain penelitian dan prosedur pengum-pulan data, analisis data, dan refleksi.

Prosedur analisisnya menggunakan model alur yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikon-disikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sam-pai program dinyatakan berhasil.

Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai ber-ikut: 1) Guru dianggap sudah mem-punyai kompetensi penyusunan desain penilaian pembelajaran berupa soal ujian dengan kategori Baik (B) apabila sudah memperoleh skor dengan ketercapaian antara 80.00 – < 90.00; 2) Tindakan supervisi dianggap berhasil apabila nilai rata-rata kualitas instrumen soal ujian yang disusun guru sudah mencapai kategori baik, yaitu dengan skor antara 80.00 – < 90.00; dan 3) Tindakan super-visi dianggap berhasil apabila jumlah guru dengan kompetensi merancang de-sain penilaian pembelajaran berupa soal ujian dengan kategori Baik (B) dan Amat Baik (A) sudah mencapai > 75.00.

(10)

Setiap siklus tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga me-nunjukkan langkah, yaitu: 1) Peren-canaan atau planning; 2) Tindakan atau

acting; 3) Pengamatan atau observing; dan 4) Refleksi atau reflecting (Wiria-atmadja, 2006). Keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksa-nakan dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 3. Skema Model Penelitian Tindakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Deksripsi kondisi awal membahas tentang hasil identifikasi kompetensi guru dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran sebelum dilakukan tindak-an supervisi akademik metode kelom-pok. Kompetensi guru mata pelajaran IPS dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian pa-da kondisi awal diperoleh pa-dari penilaian soal yang sudah disusun oleh guru IPS yang mengajar kelas VIII dan kelas IX dengan jumlah sebanyak 30 guru mata pelajaran IPS.

Penilaian kualitas soal tes/ujian dilakukan terhadap 3 aspek kaidah pe-nyusunan soal, yaitu: 1) materi/ substansi, yang terdiri dari 4 indikator; 2) konstruksi soal, yang terdiri dari 9 indikator; dan 3) penggunaan bahasa dalam penulisan, yang terdiri dari 4 indikator. Dengan demikian, maka indi-kator penilaian kualitas penyusunan soal tes/ujian terdiri dari 17 indikator. Skoring diberikan dengan rentang antara 1 – 5, sehingga skor yang diperoleh adalah dengan rentang antara 17 – 85. Hasil skoring selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan rumus: (Jumlah Skor/ 85) X 100.

Hasil konversi nilai yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kualitas instrumen tes. Keempat kategori tersebut terdiri dari kategori: a) Amat Baik, dengan rentang nilai > 90.00; b) Baik, dengan rentang nilai antara 80.00 – < 90.00; c) Cukup Baik, dengan rentang nilai antara 70.00 – < 80.00; dan d) Ku-rang Baik, dengan rentang nilai < 70.00.

Hasil penilaian terhadap instrumen penilaian pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS di SMP binaan pada tahap pra siklus tindakan dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 2

Hasil Penilaian Tahap Pra Siklus Tindakan

No. Kategori Jumlah %

1. Sangat Baik 2 6.67

2. Baik 3 10.00

3. Cukup Baik 6 20.00

4. Kurang Baik 19 63.33

Jumlah 30 100.00

Nilai Rata-rata 67.57

Nilai Tertinggi 92.94

(11)

Berdasarkan hasil penilaian terha-dap dokumen instrumen penilaian pem-belajaran berupa soal tes/ujian yang di-susun oleh guru mata pelajaran IPS di SMP binaan pada tahap pra siklus tin-dakan, dapat diketahui bahwa nilai ter-tinggi yang diperoleh adalah 92.94, nilai terendah diperoleh 56.47, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 67.57. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh tersebut < 70.00, maka kemampuan dalam penyu-sunan desain penilaian pembelajaran da-pat dikategorikan ke dalam kategori Ku-rang Baik.

Data kemampuan guru dalam pe-nyusunan desain penilaian pembelajaran berupa penyusunan soal ujian/tes pada tahap pra tindakan dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 4. Diagram Hasil Penilaian Tahap Pra Siklus Tindakan

Kelemahan yang ditemui pada hasil desain penilaian pembelajaran berupa soal tes/ ujian yang disusun guru pada tahap pra siklus tindakan adalah pada aspek konstruksi soal. Hal ini ditunjuk-kan dengan hasil penilaian pada aspek ter-sebut baru mencapai 64.00.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Perencanaan dilakukan dengan merujuk pada hasil identifikasi awal

kompetensi guru dalam merancang de-sain penilaian pembelajaran berupa penyusunan soal tes/ujian. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Pengawas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) Pengawas menyusun Rencana Kepe-ngawasan Akademik (RKA) untuk mela-kukan pembinaan terstruktur guna me-ningkatkan kompetensi guru menyusun desain penilaian pembelajaran; (2) Pe-ngawas mempersiapkan materi super-visi; (3) Pengawas mempersiapkan instrumen observasi; (4) Pengawas melakukan koordinasi dengan ketua MGMP IPS di sekolah binaan untuk menetapkan jadwal kegiatan supervisi; dan (5) Pengawas berkoordinasi dengan kolaboran untuk menetapkan peran se-bagai pengamat dan aspek-aspek yang harus diamati.

(12)

Observasi dilakukan terhadap do-kumen instrumen penilaian pembelajar-an ypembelajar-ang sudah disusun guru pada akhir tindakan Siklus I. Hasil penilaian menun-jukkan bahwa kualitas instrumen peni-laian yang disusun guru mengalami pe-ningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil penilaian terha-dap dokumen instrumen penilaian pem-belajaran berupa soal tes/ujian yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS di SMP binaan pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang di-peroleh adalah sebesar 97.65, nilai te-rendah diperoleh sebesar 58.82, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 75.10. Mengi-ngat nilai rata-rata yang diperoleh ter-sebut terletak di antara rentang 70.00 – < 80.00, maka kemampuan dalam penyu-sunan desain penilaian pembelajaran da-pat dikategorikan ke dalam kategori Cu-kup Baik.

Hasil penilaian terhadap 30 ins-trumen penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS di SMP binaan pada tindakan Siklus I dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 3

Hasil Penilaian Tindakan Siklus I

No. Kategori Jumlah %

1. Sangat Baik 5 16.67

2. Baik 6 20.00

3. Cukup Baik 8 26.67

4. Kurang Baik 11 36.67

Jumlah 30 100.00

Nilai Rata-rata 75.10

Nilai Tertinggi 97.65

Nilai Terendah 58.82

Kelemahan yang ditemui pada hasil desain penilaian pembelajaran berupa soal tes/ ujian yang disusun guru pada

tindakan Siklus I adalah pada aspek konstruksi soal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian bahwa kemam-puan rata-rata guru pada aspek tersebut merupakan rata-rata terendah diban-dingkan dengan nilai pada aspek-aspek lain, yaitu dengan rata-rata sebesar 70.30.

Data kemampuan guru dalam penyusunan desain penilaian pembela-jaran berupa penyusunan soal ujian/tes pada tindakan Siklus I dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 5. Diagram Hasil Penilaian Tindakan Siklus I

(13)

sebesar 75.10 pada tindakan Siklus I; dan (b) Banyaknya guru dengan kemampuan menyusun desain penilaian pembelajar-an berupa soal tes/ujipembelajar-an dengpembelajar-an kualitas Baik dan Amat Baik mengalami peningkatan dari sebesar 16.67% pada tahap pra siklus tindakan menjadi sebesar 36.67%; (2) Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I belum optimal. Hal ini karena indikator terca-painya jumlah guru dengan kemampuan menyusun desain penilaian pembela-jaran berupa penyu-sunan soal dengan kategori Baik dan Amat baik > 75.00% dari jumlah guru belum terpenuhi. Untuk itu diperlukan perbaikan pada supervisi tindakan siklus berikutnya.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Perencanaan tindakan Siklus II di-lakukan dengan merujuk pada refleksi hasil tindakan yang diperoleh pada tin-dakan Siklus I. Kegiatan yang dilakukan pengawas pada tahap perencanaan ada-lah sebagai berikut ini: (1) Pengawas me-nyusun Rencana Kepengawasan Akade-mik (RKA) perbaikan untuk melakukan pembinaan terstruktur guna meningkat-kan kompetensi guru menyusun desain penilaian pembelajaran; (2) Pengawas mempersiapkan materi supervisi; (3) Pengawas mempersiapkan instrumen observasi; (4) Pengawas melakukan ko-ordinasi dengan ketua MGMP IPS di se-kolah binaan untuk menetapkan jadwal kegiatan supervisi; dan (5) Pengawas berkoordinasi dengan kolaboran untuk menetapkan peran sebagai pengamat dan aspek-aspek yang harus diamati.

Pelaksanaan kegiatan supervisi akademik metode kelompok tindakan Si-klus II dilakukan selama minggu ke-1 dan ke-2 bulan April 2015. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: (1) Pengawas bersama-sama guru mata pelajaran IPS membahas hasil analisis soal tes/ujian yang disusun guru pada pertemuan sebe-lumnya. Pada kegiatan ini pengawas me-maparkan kelemahan kelemahan yang ada pada soal ujian/tes yang sudah disu-sun sebelumnya; (2) Pengawas menyam-paikan materi supervisi berupa prosedur pengembangan instrumen penilaian pembelajaran berupa penyu-sunan soal. Pada tahap ini disampaikan pula kaidah-kaidah yang harus dipenuhi dalam peni-laian kualitas soal; dan (3) Pada akhir pertemuan, pengawas meminta guru untuk memperbaiki soal-soal yang sudah dinilai untuk dikumpulkan satu minggu kemudian.

Observasi dilakukan terhadap do-kumen instrumen penilaian pembelajar-an ypembelajar-ang sudah disusun guru pada akhir tindakan Siklus I. Hasil penilaian menun-jukkan bahwa kualitas instrumen peni-laian yang disusun guru mengalami pe-ningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Hasil penilaian terhadap 30 ins-trumen penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS di SMP binaan pada tindakan Siklus I dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 4

Hasil Penilaian Tindakan Siklus II

No. Kategori Jumlah %

1. Sangat Baik 10 33.33

2. Baik 13 43.33

3. Cukup Baik 7 23.33

4. Kurang Baik 0 0.00

Jumlah 30 100.00

Nilai Rata-rata 84.75

Nilai Tertinggi 100.00

(14)

Data kemampuan guru dalam pe-nyusunan desain penilaian pembelajaran berupa penyusunan soal ujian/tes pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 6. Diagram Hasil Penilaian Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian terha-dap dokumen instrumen penilaian pem-belajaran berupa soal tes/ujian yang di-susun oleh guru mata pelajaran IPS di SMP binaan pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang di-peroleh adalah sebesar 100.00, nilai te-rendah diperoleh sebesar 70.59, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 84.75. Mengi-ngat nilai rata-rata yang diperoleh ter-sebut terletak di antara rentang 80.00 – < 90.00, maka kemampuan dalam penyu-sunan desain penilaian pembelajaran da-pat dikategorikan ke dalam kategori Baik.

Kelemahan yang ditemui pada hasil desain penilaian pembelajaran berupa so-al tes/ ujian yang disusun guru pada tin-dakan Siklus II adalah pada aspek kon-struksi soal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian bahwa kemampuan rata-rata guru pada aspek tersebut merupakan rata-rata terendah dibandingkan dengan nilai pada aspek-aspek lain, yaitu dengan rata-rata sebesar 80.37.

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II, selanjutnya dapat dirumuskan refleksi hasil tindakan sebagai berikut: (1) Supervisi akademik metode kelompok pada tindakan Siklus II berhasil mening-katkan kemampuan guru dalam meran-cang desain penilaian pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas instrumen penilaian pembela-jaran berupa kualitas soal dibandingkan dengan kondisi sebelumnya: (a) Nilai rata-rata kualitas desain penilaian pembelajaran yang disusun pada tindak-an Siklus II mengalami peningkattindak-an dibandingkan dengan kondisi sebelum-nya, yaitu dari sebesar 75.10 pada tin-dakan Siklus I meningkat menjadi sebesar 84.75 pada tindakan Siklus II; dan (b) Banyaknya guru dengan kemampuan menyusun desain penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian dengan kualitas Baik dan Amat Baik mengalami peningkatan dari sebesar 36.67% pada tahap tindakan Siklus I menjadi sebesar 76.67% pada tindakan Siklus II; serta (2) Hal-hal yang belum tercapai pada tindakan Siklus I berupa terpenuhinya indikator jumlah guru dengan kemampuan menyusun de-sain penilaian pembelajaran berupa pe-nyusunan soal dengan kategori Baik dan Amat baik > 75.00% dari jumlah guru sudah terpenuhi pada tindakan Siklus I. Atas dasar hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik metode kelompok berhasil meningkat-kan kompetensi guru dalam menyusun desain penilaian pembelajaran.

Pembahasan

Hipotesis tindakan yang

(15)

kelompok dapat meningkatkan kompe-tensi guru dalam merancang desain peni-laian pembelajaran bagi guru mata pela-jaran IPS di SMP binaan tahun pelapela-jaran

/ terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan dengan mening-katnya kualitas instrumen penilaian pembelajaran berupa kualitas soal pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Pada tahap pra siklus tindakan, kom-petensi guru dalam menyusun desain pe-nilaian pembelajaran belum optimal. Hal ini dilihat dari nilai tertinggi adalah 92.94, nilai terendah 56.47, dan nilai rata-rata 67.57. Nilai rata-rata ini masih < 70.00, maka kemampuan dalam penyusunan desain penilaian pembela-jaran dapat dikategorikan ke dalam kate-gori Kurang Baik.

Berpijak dari kondisi tersebut, pengawas sekolah berupaya melakukan pembinaan terstruktur melalui supervisi akademik metode kelompok untuk me-ningkatkan kompetensi guru dalam pe-nyusunan desain penilaian pembelajar-an. Upaya perningkatan kompetensi guru dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran pada tindakan Siklus I ber-hasil meningkatkan kualitas soal yang disusun guru. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kualitas de-sain penilaian pembelajaran yang disu-sun pada tindakan Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan kon-disi sebelumnya, yaitu dari 67.57 pada tahap pra siklus tindakan meningkat menjadi 75.10 pada tindakan Siklus I.

Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum opti-mal karena belum memenuhi indikator > 75.00% dari jumlah guru, atau baru men-capai 36.67%. Berangkat dari kondisi tersebut maka pengawas melakukan

per-baikan dalam pembinaan terstruktur yang dilakukan.

Perbaikan tindakan supervisi pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan de-sain penilaian pembelajaran. Hal ini di-tunjukkan dengan meningkatnya kualitas instrumen penilaian yang disusun guru mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, yaitu ditun-jukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil penilaian kualitas soal.

Nilai rata-rata kualitas desain peni-laian pembelajaran yang disusun pada tindakan Siklus II mengalami pening-katan dibandingkan dengan kondisi se-belumnya, yaitu dari 75.10 pada dakan Siklus I menjadi 84.75 pada tin-dakan Siklus II. Ditinjau dari kuantitas, jumlah guru dengan kemampuan menyu-sun desain penilaian pembelajaran beru-pa soal tes/ujian dengan kualitas Baik dan Amat Baik mengalami peningkatan dari 36.67% pada tahap tindakan Siklus I menjadi 76.67% pada tindakan Siklus II.

Jumlah guru dengan kompetensi menyusun desain penilaian pembela-jaran kategori Baik dan Amat Baik me-ngalami peningkatan dari 16.67% pada tahap pra tindakan menjadi 36.67% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 76.67% pada tindakan Siklus II.

(16)

Tabel 5

Peningkatan Kualitas Penyusunan Instrumen Tes dari Tahap Pra Siklus

Tindakan - Tindakan Siklus II

Peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan desain penilaian pembela-jaran dari tahap pra siklus tindakan hingga akhir tindakan Siklus II dapat di-sajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 4 Diagram Peningkatan Kualitas Penyusunan Instrumen Tes/ Ujian dari Tahap Pra Siklus Tindakan

hingga Tindakan Siklus II.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil tindakan, penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut:

Langkah-langkah pelaksanaan super-visi akademik metode kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian

pembela-jaran adalah sebagai berikut: a) Pe-ngawas mensosialisasikan kegiatan su-pervisi akademik metode kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran bagi guru mata pelajaran IPS di SMP binaan; b) Pengawas me-nyusun Rencana Kepengawasan Aka-demik (RKA) untuk meningkatkan ke-mampuan kompetensi guru dalam me-rancang desain penilaian pembelajaran; c) Pengawas bersama-sama dengan ke-tua MGMP membahas jadwal kegiatan pelaksanaan supervisi yang hendak di-lakukan; d) Pengawas menyampaikan materi dalam kegiatan supervisi metode kelompok dalam ke-giatan MGMP; e) Pengawas menyampaikan materi tentang prosedur pengem-bangan instrumen pe-nilaian pembelajaran dan kaidah-kaidah yang harus dipenuhi dalam pengem-bangan tersebut; f) Pada setiap akhir pertemuan pengawas meminta guru untuk melakukan revisi atas instrumen penilaian pembelajaran yang sudah disusun, yaitu soal ujian/tes agar sesuai dengan kaidah-kaidah kualitas soal ujian yang baik dan benar; g) Pengawas memberikan pelatihan pada indikator yang masih menjadi kelemahan guru.

Supervisi akademik metode kelom-pok dapat meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran bagi guru mata pelajaran IPS di SMP binaan tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan dengan meningkatnya kualitas instru-men penilaian pembelajaran berupa ku-alitas soal pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata kualitas desain penilaian pembelajaran yang di-susun pada tahap pra-siklus tindakan adalah 67.57 menjadi 75.10 pada 0

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik

2 3

6

19

5 6

8

11 10

13

7

0

(17)

tindakan Siklus I, dan kemudian menjadi 84.75 pada tindakan Siklus II.

Berdasarkan kesimpulan hasil pe-nelitian, maka selanjutnya dapat di-rumuskan saran sebagai berikut: 1) Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, disa-rankan agar lebih giat melakukan pem-binaan secara terstruktur bagi guru guna peningkatan kompetensi mereka; karena Supervisi yang disertai dengan simulasi mempercepat peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan ins-trumen penilaian pembelajaran, untuk itu disarankan kepada para pengawas satuan pendidikan untuk memper-timbangkan dilakukannya simulasi da-lam kegiatan supervisi yang dilakukan; 2) Bagi Guru disarankan untuk lebih di-siplin dalam mematuhi prosedur peng-embangan instrumen penilaian pembe-lajaran sehingga kualitas penyusunan soal yang dilakukan akan semakin op-timal; 3) Bagi Dinas Terkait disarankan untuk dapat memfasilitasi kegiatan pe-ningkatan kemampuan dalam penyu-sunan soal ujian/tes. Hal ini dapat di-lakukan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

BSNP.2006. Panduan Penyusunan Kuri-kulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standarisasi Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2006. Supervisi Akademik dalam peningkatan profesional-isme guru. Direktorat Tenaga

Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas.

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Pearson.

Jutmini, S. dkk. 2008. Panduan Evaluasi Pembelajaran [Online]. 10. Tersedia:

http://lpp.uns.ac.id/download/PA NDUAN%20EVALUASI%20PEMBE LAJARAN.pdf [11 Okteber 2010].

Kemdiknas. 2009. Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Departemen

Pendidikan Nasional

Kemdiknas. 2009. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Pe-nyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Purwanto Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gambar

Gambar 1 Diagram Prosedur
Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir
Gambar 4. Diagram Hasil Penilaian Tahap
Gambar 5. Diagram Hasil Penilaian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Estrus alamiah sapi-sapi yang telah diinseminasi atau dikawinkan langsung dengan pejantan pemacek saat estrus sinkronisasi yang berlangsung dalam waktu kurang 6-13

Uji coba buku ajar tidak hanya bertujuan untuk memperoleh hasil penilaian mahasiswa mengenai keyakan dari buku ajat yang dikembangkan, tetapi bertujuan untuk melihat

Keberadaan Majlis taklim sangatlah penting, Karena meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak sempat mendapatkan pendidikan yang memadai mereka juga bisa belajar

demikian H1a dan H2a tidak dapat diterima, hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa akuntansi dan manajemen memiliki tingkat narsisme yang sama dalam

Dari hasil simulasi didapatkan besar tegangan maksimal untuk material baja AH36 sebesar 226 Mpa dengan menggunakan penegar, sedangkan konstuksi dengan material SPS tegangan

Hasil penelitian ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi dan wawancara dilakukan dengan satu orang kepala sekolah, satu orang kepala perpustakaan dan staf

Data tersebut terjadi pada karyawan perempuan yang berkeluarga, penurunan kinerja terjadi ketika mereka dihadapkan dengan tugas yang muncul secara bersamaan dalam

tampak pada Uniform Ideal Blade terdapat total pressure loss yang ditunjukan dengan warna merah pada bagian tip dan bagian trailing edge yang mengakibatkan