• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Usia Wanita Ketika Menikah (Remaja dan Dewasa) dalam Hubungannya dengan Penyesuaian Pernikahan di Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan Usia Wanita Ketika Menikah (Remaja dan Dewasa) dalam Hubungannya dengan Penyesuaian Pernikahan di Kota Makassar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Usia Wanita Ketika Menikah (Remaja dan Dewasa) dalam

Hubungannya dengan Penyesuaian Pernikahan di Kota Makassar

Muchlisah

Fakultas Psikologi UIN Makassar

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penyesuaian pernikahan antara perempuan yang menikah pada usia remaja dan usia dewasa di kota Makassar. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 80 orang yang dipilih dengan menggunakan metode aksidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala penyesuaian pernikahan. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis uji-t independen dengan bantuan program

SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 14.0 for windows. Hasil uji hipotesis dengan uji-t menunjukkan ada perbedaan penyesuaian pernikahan antara perempuan yang menikah pada usia remaja dan usia dewasa di kota Makassar (nilai signifikansi = 0,022 > 0,05). Perempuan yang menikah pada usia dewasa cenderung memiliki tingkat penyesuaian pernikahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penyesuaian pernikahan perempuan yang menikah pada usia remaja.

Kata kunci: Penyesuaian pernikahan, remaja, dewasa.

Abstract

The aims of this research is to compare married adjustment between women who married in adolescence and adulthood at Macassart City. The subject in this research amounted to 80 peoples that choosing use accidental sampling method. Instrument used an merried adjustment scale. The data were analyzed by using independent t-test analysis with SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 14.0 for windows program. The results of hypothesis testing with the t-test showed the difference between marriage adjustments married women in adolescence and adulthood in the city of Macassart (significance value = 0,022 > 0,05). Women who married at age adults tend to have a higher marriage adjustment when compared with married women in adolescence.

Keywords: Merried adjustment, married women in adolescence, married women in adulthood.

Pendahuluan untuk menghindari ataupun memecahkan

masalah dalam sebuah pernikahan (Locke Pernikahan berarti mengikatkan diri dalam Scanzoni & Scanzoni, 1988).

pada pasangan hidup yang dari adanya Konsep penyesuaian pernikahan

komitmen kemudian muncul adanya mengandung dua pengertian. Konsep yang

kesetiaan kepada pasangan. Komitmen p er ta ma , m en g andung pengertian adanya ini yang akan mencegah terjadinya hubungan mutualisme (saling menguntung-perselingkuhan ataupun konflik. Menikah kan) antara pasangan suami isteri untuk bukan merupakan sebuah titik akhir, m e m be ri da n m e n er im a (menunaikan tapi sebuah perjalanan panjang untuk kewajiban dan menerima hak), sehingga membentuk keluarga yang disepakati jika salah satu dari pasangan ataupun

berdua (www.republika.co.id., 2007). keduanya tidak menunaikan kewajiban

Schneiders (Wahyuningsih, 2002) menyata- maka tidak terjadi hubungan mutualisme, kan bahwa penyesuaian pernikahan adalah yang berarti tingkat penyesuaian pernikahan-suatu seni dalam hidup yang terbingkai dalam nya rendah. Pengertian kedua, konsep kerangka tanggung jawab, hubungan, dan penyesuaian pernikahan juga menunjukkan harapan yang merupakan hal-hal mendasar adanya dua individu yang saling belajar untuk dalam pernikahan. Penyesuaian pernikahan mengakomodasikan kebutuhan, keinginan,

merupakan proses adaptasi antara suami dan harapannya dengan kebutuhan,

(2)

kemudian dalam proses pengakomodasian dibandingkan penyesuaian pernikahan tersebut dapat terjadi perselisihan karena perempuan yang menikah pada usia ketidakseimbangan unsur-unsur tersebut remaja, hal ini dikarenakan remaja memiliki antar pasangan (Laswell & Laswell, 1987). mental yang masih labil. Remaja cenderung Hart dan Hart (Mokoginta, 2001) juga masih mudah terpengaruh dengan kondisi di menerangkan bahwa permasalahan dalam sekelilingnya, belum mampu menyesuaikan pernikahan sudah ada pada tahun-tahun diri dalam waktu singkat, bahkan memecah-pertama pernikahan. Masalah tersebut kan masalah-masalah yang akan dihadapi. antara lain meliputi masalah yang berkaitan Kondisi seperti itu menyebabkan cukup dengan keuangan, ipar, mertua, sahabat, sulitnya remaja mengatasi segala persoalan penyelesaian konflik dan dalam pembagian yang terjadi di dalam pernikahannya (Satoto,

peran. Pernikahan merupakan sebuah 2008).

proses yang perlu mendapat pertimbangan Tingkat penyesuaian pernikahan

yang panjang dan matang bagi seorang untuk perempuan yang menikah usia perempuan. Perubahan peran dari seorang remaja, lebih rendah dibandingkan tingkat perempuan yang sendiri menjadi istri yang penyesuaian pernikahan perempuan yang siap mengurus rumah tangga adalah suatu menikah usia dewasa. Hal ini dikarenakan tahap yang memang sangat membutuhkan pula bahwa remaja tidak banyak dipersiapkan penyesuaian. Terlebih lagi bila perannya khusus untuk hidup dalam pernikahan itu, berkembang menjadi seorang ibu, perlu kecuali persiapan yang dilakukan dalam adanya proses penyesuaian lagi (Hurlock, waktu singkat (Mappiare, 1982). Proses

1980). penyesuaian bagi remaja putri yang menikah

Data sensus penduduk dari Badan muda, tentunya lebih banyak dibutuhkan Pusat Statistik (BPS) kota Makassar seperti dalam hal menghadapi perubahan mencatat bahwa jumlah penduduk yang dirinya baik secara fisik, emosi dan sosial.

telah menikah jika dilihat menurut jenis ( ., 2007).

kelamin akan tampak bahwa laki-laki yang Mengkaji tingginya tingkat penye-menikah proporsinya lebih besar dibanding suaian pernikahan untuk perempuan yang perempuan, yaitu laki-laki 45,80 persen menikah usia dewasa sejalan dengan sedangkan perempuan 44,03 persen. pernyataan yang dikemukakan oleh Satoto Adapun penduduk yang berstatus cerai (2008) yang menyatakan bahwa akan lebih hidup, ternyata perempuan memiliki proporsi tampak kesiapan mental dan materi menikah jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Ini pada usia dewasa dibandingkan menikah

dikarenakan bahwa ada kecenderungan usia remaja tanpa kesiapan mental atau perempuan untuk tidak menikah lagi setelah pun materi. Penyesuaian dalam pernikahan

bercerai, sementara laki-laki akan lebih akan baik bila individu lebih dewasa dalam memilih untuk menikah kembali setelah usia. Kedewasaan dalam hal ini yaitu adanya

bercerai (Rahmawati, 2002). kesiapan seseorang untuk dapat

memutus-Satoto (2008) menjelaskan lebih rinci kan dan mempertahankan hubungan yang bahwa secara psikologis, seseorang yang baik dan mengatasi persoalan-persoalan usianya tergolong dewasa akan lebih siap hidup dengan lebih efektif ( ., secara emosional untuk menikah dibanding 2003). Berdasarkan uraian di atas, peneliti seseorang yang usianya lebih muda. bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut Psikologi perkembangan dalam hal ini juga mengenai perbedaan tingkat penyesuaian membahas mengenai perubahan inidividu pernikahan dilihat dari usia perempuan ketika secara bertahap seiring usianya, yang berarti menikah, yaitu perempuan yang menikah semakin dewasa maka semakin stabil dan pada usia remaja dan yang menikah pada

matang mentalnya. usia dewasa.

Wilson dkk.(Wahyuningsih, 2002)

mengemukakan bahwa dilihat dari perspektif Metode Penelitian

atau sudut pandang ekosistemik,

penye-suaian pernikahan dapat dipengaruhi oleh Subjek

faktor demografi, salah satu diantara- Su bj ek yang menjadi sampel dalam nya adalah usia individu ketika menikah. penelitian ini adalah perempuan yang telah Tingkat penyesuaian pernikahan perempuan melakukan pernikahan pada usia remaja (16-yang menikah usia dewasa lebih tinggi 21 tahun) dan usia dewasa (23-40 tahun).

www.library.gunadarma.ac.id

(3)

Sampel penelitian secara keselu- dan 40 orang perempuan yang menikah pada ruhan berjumlah 80 orang perempuan, yang usia dewasa dengan pertimbangan dan masing-masing terdiri dari 40 orang kriteria pemilihan sampel tersebut adalah: perempuan yang menikah pada usia remaja

Alat Ukur data penyesuaian pernikahan pada

Alat ukur digunakan dalam penelitian perempuan yang menikah usia remaja dan

ini adalah skala penyesuaian pernikahan. usia dewasa kemudian dikonversikan

kedalam kategori tinggi, sedang, dan

Teknik Pengambilan Sampel rendah.

Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan 2. Uji Prasyarat teknik purpossive-accidental sampling. a. Uji normalitas

Purpossive sampling adalah teknik peng- Uji normalitas data penelitian

ambilan sampel dengan pertimbangan dimaksudkan untuk menguji asumsi

tertentu, sementara accidental sampling bahwa data berasal dari populasi yang adalah teknik penentuan sampel berdasar- terdistribusi normal sebab hal tersebut kan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara merupakan syarat yang harus dipenuhi kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dalam pengujian hipotesis penelitian

digunakan sebagai sampel bila dipandang (Azwar, 2003). Teknik pengujian

orang yang kebetulan ditemui itu cocok normalitas menggunakan uji Kolmogorov

sebagai sumber data (Sugiyono, 2007). Smirnof dengan bantuan program SPSS

Perempuan yang menikah pada usia remaja 14.0 for windows. Adapun kriteria uji (16-21 tahun) dan menikah pada usia dewasa normalitas menurut Hadi (2001) adalah (23-40 tahun) yang sesuai dengan kriteria nilai signifikansi 0,05: data dinyatakan

akan memperoleh kesempatan untuk berdistribusi normal dan nilai signi-

mengisi skala. fikansi < 0,05: data dinyatakan tidak

berdistribusi normal.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan b. Uji Homogenitas

untuk menganalisa data yang diperoleh Uji homogenitas dilakukan untuk

dalam penelitian ini adalah: memastikan apakah asumsi

homo-1. Analisis data Deskriptif genitas pada masing-masing kategori

Analisis deskriptif adalah uji statistik data sudah terpenuhi atau belum. yang digunakan untuk menganalisis data Apabila asumsi homogenitasnya ter-dengan cara mendeskripsikan atau meng- bukti, maka peneliti dapat melakukan gambarkan data yang terkumpul sebagai- tahap anlisis data lanjutan (winarsunu,

mana adanya tanpa bermaksud membuat 2002). Untuk menguji homogenitas data

kesimpulan yang berlaku umum atau untuk penelititan ini digunakan analisis varian digeneralisasikan (Alhusin, 2000). Analisis dengan bantuan program SPSS 14.0 for

data dilakukan dengan menggunakan windows. Hadi (2001) menyatakan

statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, kriteria uji homogenitas adalah jika skor terendah, skor tertinggi, standar

nilai signifikansi 0,05 : maka data deviasi. Hasil olahan analisis deskriptif dari

Tabel 1: Kriteria Pemilihan Sampel

Perempuan yang Menikah pada Perempuan yang Menikah pada

Usia Remaja Usia Dewasa

Menikah pada Usia 16-21 tahun Menikah Usia antara 23-40 tahun

Bertempat tinggal di wilayah Bertempat tinggal di wilayah

Kota Makassar Kota Makassar

Usia pernikahan 5 tahun ke bawah Usia pernikahan 5 tahun ke bawah

(4)

dinyatakan homogen dan jika nilai pernikahan sebesar 0,022 < 0,05 (ada signifikansi < 0,05 : maka data perbedaan tingkat penyesuaian pernikahan

dinyatakan tidak homogen. antara perempuan yang menikah pada

usia remaja dan yang menikah pada usia

3. Uji Hipotesis dewasa, dimana penyesuaian pernikahan

Hipotesis dalam penelitian ini perempuan yang menikah pada usia

dianalisis dengan menggunakan uji beda dewasa lebih tinggi daripada penyesuaian (t-test), dengan sistem pengolahan per-nikahan perempuan yang menikah pada

komputer SPSS 14.0 for windows. usia remaja). Sejalan dengan pem-

buktian hipotesis tersebut, Wilson dkk.

Hasil (Wahyuningsih, 2002) mengemukakan

bahwa dilihat dari perspektif atau sudut Uji normalitas untuk variabell penye- pandang ekosistemik, penyesuaian per-suaian pernikahan adalah 0,675, asymp nikahan dapat dipengaruhi oleh faktor signifikansi sebesar 0,752, dengan N=80. demografi, salah satu diantaranya adalah Dapat dilihat bahwa asymp signifikan lebih usia individu ketika menikah.

besar dari taraf signifikansi 0,05. hal ini berarti Tingkat penyesuaian pernikahan bahwa sampel pada variabel penyesuaian perempuan yang menikah usia dewasa lebih pernikahan berdistribusi normal. Sementara tinggi dibandingkan penyesuaian pernikahan uji homogenitas variabel penyesuaian perempuan yang menikah pada usia remaja, pernikahan memiliki nilai signifikan sebesar hal ini dikarenakan remaja memiliki mental 0,332, yang artinya sampel penelitian ini yang masih labil. Remaja cenderung masih

homogen. mudah terpengaruh dengan kondisi di

Berdasarkan hasil analisis data sekelilingnya, belum mampu menyesuaikan dengan teknik uji-t, diperoleh nilai probabilitas diri dalam waktu singkat, bahkan memecah-sebesar 0,022. Oleh karena probabilitas = kan masalah-masalah yang akan dihadapi. 0,022 (signifikansi < 0,05) maka dikatakan Kondisi seperti itu menyebabkan cukup bahwa hipotesis diterima, dengan demikian sulitnya remaja mengatasi segala persoalan dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang terjadi di dalam pernikahannya (Satoto, tingkat penyesuaian pernikahan antara 2008).

perempuan yang menikah pada usia remaja Satoto (2008) menjelaskan lebih rinci

dan yang menikah pada usia dewasa. bahwa secara psikologis, seseorang yang

Hasil penelitian subjek pada kedua usianya tergolong dewasa akan lebih siap kelompok, yakni perempuan yang menikah secara emosional untuk menikah dibanding

pada usia remaja dan dewasa menunjukkan seseorang yang usianya lebih muda.

bahwa rerata empirik penyesuaian per- Psikologi perkembangan dalam hal ini juga nikahan perempuan yang menikah usia membahas mengenai perubahan inidividu remaja (52,6) dan perempuan menikah usia secara bertahap seiring usianya, yang berarti dewasa (59,125) jika dibandingkan dengan semakin dewasa maka semakin stabil dan rerata empirik penyesuaian pernikahan matang mentalnya.

(55,862), ternyata rerata penyesuaian Tingkat penyesuaian pernikahan

pernikahan pada perempuan menikah pada untuk perempuan yang menikah usia usia remaja lebih rendah dari rerata empirik remaja, berdasarkan hasil uji hipotesis lebih (52,6 < 55,862) sementara perempuan yang rendah dibandingkan tingkat penyesuaian menikah pada usia dewasa memiliki rerata pernikahan perempuan yang menikah usia yang lebih tinggi dari rerata empirik (59,125 > dewasa. Hal ini dikarenakan pula bahwa 55,862). Hal ini berarti bahwa perempuan remaja tidak banyak dipersiapkan khusus yang menikah pada usia dewasa memiliki untuk hidup dalam pernikahan itu, kecuali tingkat penyesuaian pernikahan yang lebih persiapan yang dilakukan dalam waktu tinggi dibandingkan penyesuaian pernikahan singkat (Mappiare, 1982). Proses penye-perempuan yang menikah pada usia remaja. suaian bagi remaja putri yang menikah muda,

tentunya lebih banyak dibutuhkan seperti

Pembahasan dalam hal menghadapi perubahan dirinya

(5)

maupun keluarga dari pihak suaminya. pasangan usia muda lebih tinggi intensitas Remaja putri yang mengalami pernikahan menyelesaikan konflik dengan menggunakan muda harus pula menyesuaikan diri terhadap emosi dibandingkan pasangan usia dewasa peran baru yang dimilikinya yaitu sebagai yang lebih mampu untuk mengendalikan istri. Peran remaja putri sebagai istri dalam emosinya dalam menangani konflik rumah pernikahannya diantaranya yaitu, mengurus tangganya. Sementara untuk menilai tingkat

suami, anak dan rumah tangganya kesuksesan penyesuaian pernikahan

ber-( ., 2007). dasarkan aspek dalam penyesuaian

per-Jufri (2005) menerangkan lebih lanjut nikahan menurut Spanier (Fitzpatrick, 1988) bahwa banyak pasangan muda yang telah menujukkan bahwa salah satu tolak ukur menikah tetapi belum tentu siap menghadapi tingkat penyesuaian pernikahan adalah tuntutan yang timbul dan terjadi dalam intensitas terjadinya konflik rumah tangga.

pernikahan. Kaum muda biasanya belum Mengkaji tingginya tingkat

penyesuai-mampu melepaskan diri dari keterbiasaan an pernikahan untuk perempuan yang dimasa silam atau dari keluarga asalnya, menikah usia dewasa sejalan dengan apalagi jika orangtuanya tidak mem- pernyataan yang dikemukakan oleh Satoto persiapkan anaknya dengan sikap-sikap (2008) yang menyatakan bahwa akan lebih kemandirian. Remaja biasa memasuki tampak kesiapan mental dan materi menikah pernikahan dengan membawa cinta yang pada usia dewasa dibandingkan menikah kekanak-kanakan. Hal ini dapat pula usia remaja tanpa kesiapan mental ataupun dijadikan salah satu alasan yang menyebab- materi. Penyesuaian dalam pernikahan kan lebih tingginya tingkat penyesuaian akan baik bila individu lebih dewasa dalam pernikahan perempuan yang menikah pada usia. Kedewasaan dalam hal ini yaitu adanya usia dewasa dibandingkan perempuan yang kesiapan seseorang untuk dapat

memutus-menikah pada usia remaja kan dan mempertahankan hubungan yang

Dilihat dari kedewasaan usia ketika baik dan mengatasi persoalan-persoalan

menikah, Scanzoni & Scanzoni (1988) hidup dengan lebih efektif ( .,

menyatakan bahwa usia ketika menikah 2003). adalah hal penting yang akan mempengaruhi

masa depan individu. Pikunas (1976) dalam Penutup

hal ini menyimpulkan bahwa jika dikaji lebih

dalam, kesuksesan dalam pernikahan akan Adapun kesimpulan dari hasil peneli-lebih mungkin dicapai ketika usia perempuan tian ini adalah ada perbedaan tingkat menginjak usia ± 25 tahun dan laki-laki penyesuaian pernikahan antara perempuan berusia ± 28 tahun atau dapat dikatakan yang menikah pada usia remaja dan yang dewasa dalam tinjauan usia. Dengan kata menikah pada usia dewasa, dimana lain bahwa akan lebih mungkin menghasilkan perempuan yang menikah usia dewasa suatu lembaga pernikahan yang sukses bila cenderung memiliki tingkat penyesuaian

individu menikah di usia dewasa. pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan

Sihab (Laily, 2007) memberikan perempuan yang menikah usia remaja. Bagi pernyataan yang sejalan bahwa salah p en el iti selanjutnya yang berminat untuk satu indikator tentang sukses tidaknya m e neliti mengenai tingkat penyesuaian suatu pernikahan adalah usia ketika p ernikahan, diharapkan dapat memper-menikah dimana untuk perempuan sebaik- timbangkan lebih banyak variabel yang nya melakukan pernikahan pada usia 21 dapat mempengaruhi tingkat penyesuaian tahun keatas (tergolong dewasa). Tidak pernikahan. Seperti jenis kelamin, perbedaan terdapat ketentuan usia kalender tertentu usia antara suami dan isteri, dan lain-lain. yang dapat dijadikan patokan dalam hal Selain itu, juga ditinjau dari jumlah sampel penyesuaian pernikahan, namun semakin hendaknya dapat meneliti dalam jumlah muda usia saat menikah maka semakin besar sampel yang lebih besar lagi sehingga dapat kemungkinan pasangan terbatas tingkat mewakili populasi yang ada.

kematangan emosi yang dapat memicu

konflik demi konflik dalam rumah tangga. Daftar Pustaka

Papalia, Ods, & Feldman (2003)

menunjukkan bahwa dalam sebuah peneli- Alhusin, S. 2000. Aplikasi Statistik Praktis

tian observasi, didapatkan hasil dimana dengan dengan SPSS 9. Jakarta: www.library.gunadarma.ac.id

(6)

Elex Media Komputindo. Mc.Graw Hill Book Company.

Azwar, S. 2003. Tes Prestasi (Edisi ke dua). ---. 2007. Usia Lima Tahun

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Perkawinan Rawan?, (Online),

Fitzpatrick. 1988. Between Husban & (www.republika.co.id., diakses 09

Wives:.Communication In Marriage. November 2007).

London: Sage Publication. ---. 2007. Penyesuaian Diri Remaja

Hadi, S. 2001. Metodologi Research (Jilid 3). Putri yang Mengalami Pernikahan

Yogyakarta: Andi. m u d a , ( O n l i n e ) , (

H u r l o c k , E . B . 1 9 8 0 . P s i k o l o g i w w w. l i b r a r y. g u n a d a r m a . a c . i d . ,

Perkembangan: Suatu Pendekatan diakses 27 November 2007).

Sepanjang Rentang Kehidupan. Wahyuningsih, H. 2002. Pernikahan: Arti Terjemahan oleh Istiwidayanti & Penting, Pola, dan Tipe Penyesuaian

Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. antar Pasangan. Jurnal Psikologika.

Jufri, M. 2005. Seksualitas Manusia: Rahasia Vol. VII (4): 14-24.

S u k s e s M e m b i n a C i n t a d a n Williams, J.H. 1977. Psychology Of Woman: Pernikahan. Makassar: Badan Behavior In A Biosocial Context. New P e n e r b i t U n i v e r s i t a s N e g e r i York: Norton & Company Inc.

Makassar. Winarsunu, T. 2002. Statistik; Dalam

Laily, S. 2007. Penyesuaian Perkawinan Penelitian Psikologi dan Pendidikan. pada Wanita di awal Pernikahan Malang: UMM Press.

(Studi pada Wanita yang Menikah Yayasan Lembaga Sabda (YLSA). 2003.

Melalui Proses Perjodohan, Pacaran, P e r s i a p a n S e b e l u m M e n i k a h , dan Ta'aruf). Skripsi: tidak diterbitkan. (Online), ( .,

Makassar: Universitas Negeri diakses 26 November 2007).

Makassar. Yayasan Lembaga Sabda (YLSA). 2004. 6

Laswell, M. & Laswell, T. 1987. Marriage and Pilar Penyangga Perkawinan,

the Family. California: Wadsworth (Online), ( ., Pernikahan. Ringkasan Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan perilaku konsumtif yang signifikan antara pria kelompok usia remaja, dewasa awal dan

Partisipan penelitian merupakan wanita yang menikah karena hamil sebelum menikah dan ketika menikah partisipan berada dalam masa remaja awal yaitu 14 tahun hingga

Bahwa terdapat 3 program pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pekanbaru dalam mencegah pernikahan anak usia dini, yang pertama yaitu edukasi, ini dilakukan