• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KARAKTER KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of KARAKTER KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK

Yennizar N. *

* Prodi Manajemen Pendidikan Islam STAI Muara Bulian yenni.agus@gmail.com

Abstract

Statistics is a branch of mathematics. Mathematics is a

universal science that underlies the modern

developments, have an important role in a variety of disciplines and promote the power of human thought. To master and create the future technology required a strong mastery of math early on. To equip students to become ruler of technology capable of utilizing knowledge in the life of the nation, it is not enough just to equip the cognitive mastery, but necessary character formation of students. By way mengintegralisasikan value national character in every lesson, one of the characters of hard work in statistical learning. By learning math, then the character or the character of a person can be fostered and developed. Statistical learning is data obtained from observations by calculation, it must be done with rigor, tenacity and sincerely so as to get accurate data. Thus ideally statistical learning can build on the personal character of the hard work of students as a personality attached to him.

(2)

dalam kehidupan bangsa, itu tidak cukup hanya untuk melengkapi penguasaan kognitif, tapi perlu pembentukan karakter siswa. Dengan cara nilai mengintegralisasikan karakter nasional di setiap pelajaran, salah satu karakter kerja keras dalam belajar statistik. Dengan belajar matematika, maka karakter atau karakter seseorang dapat dibina dan dikembangkan. belajar statistik adalah data yang diperoleh dari pengamatan dengan perhitungan, hal itu harus dilakukan dengan ketelitian, keuletan dan tulus sehingga untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan demikian pembelajaran idealnya statistik dapat membangun karakter pribadi dari kerja keras siswa sebagai kepribadian melekat pada dirinya.

Keywords: Karakter Kerja Keras, Pembelajaran, Statistik

Pendahuluan

Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka mengumpulkan data angka, penyusunan atau pengaturan data angka, penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka, penganalisisan terhadap data angka, dan penarikan kesimpulan (conclusion), pembuatan perkiraan (estimation), serta penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas dasar kumpulan data tersebut.1 Statistik merupakan cabang dari matematika, maka jika kita hendak memperbaiki kualitas pendidikan statistika berarti sama halnya kita melakukan perbaikan terhadap kualitas pendidikan matematika. Matematika selama ini sering diasumsikan dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, mulai dari matematika sebagai ilmu yang sangat sulit, banyak rumus, tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, salah satu sebab utama kesulitan memahami matematika ialah karena sifatnya yang abstrak.2 Bahasa matematika adalah bahasa yang abstrak, bahasa yang dipenuhi dengan begitu banyak lambang. Karena sifatnya yang abstrak, sering kali orang awam mengira bahwa matematika itu tak ada hubungannya dengan dunia nyata yang kongkret. Materi statistik sebagai bagian dari

1

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2014), hlm. 4.

2

(3)

matematika juga dipahami seperti bagian-bagian lain dari matematika, yaitu sebatas pengetahuan tanpa keterkaitan dengan pembentukan sikap dan keterampilan dalam mencari, membaca, mengolah dan menyajikan data statistik. Padahal dibalik proses mencari data, mengolah data, menyajikan data, membaca data memilki banyak nilai-nilai kehidupan manusia.

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, target dari pembelajaran tersebut lebih dominan ke tujuan kognitif semata yang disebut intructional effect, tanpa memperhatikan tujuan afektif dan psikomotor yang disebut nurturent effect. Artinya pembelajaran matematika selama ini hanya mampu pada mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja. Hendaknya, pembelajaran mempunyai dampak terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Selama ini tujuan pembelajaran matematika pada umumnya termasuk pembelajaran statistik mengacu pada sisi kognitif saja.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Untuk membekali peserta didik menjadi seorang penguasa teknologi yang mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidaklah cukup hanya dengan membekali penguasaan kognitif saja, namun diperlukan pembentukan karakter peserta didik. Dengan cara mengintegralisasikan nilai karakter bangsa, salah satunya karakter kerja keras dalam pembelajaran statistik.

Pendidikan Karakter

Ujung tombak dalam mempersiapkan generasi yang handal adalah pendidikan, karena pendidikan mendorong memaksimalkan potensi siswa. Potensi siswa akan terus digali agar muncul insan yang dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Pengembangan pendidikan tidak hanya berkutat pada domain kecerdasan intelektual, namun lebih dari itu diarahkan pada upaya membentuk sistem keyakinan dan karakter peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri secara maksimal dan dapat menemukan jati dirinya.

(4)

Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat menuju kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.3 Adapaun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak. Kata karakter berasal dari kataYunani charassein, yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola.4 Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa.5 Menurut Lickona (1992) bahwa pendidikan karakter menekankan kepada tiga kelompok karakter yang baik, yaitu moral knowing, moral feeling, moral action.6

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi sasaran dalam penanaman karakter. Karakter menjadi sorotan yang merupakan faktor penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran matematika.

Program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksnakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses penilaian yang panjang, mulai awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada satu satuan pendidikan.

Kedua, Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan di semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan diri dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pengembagan nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri baik melalui konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.

Ketiga, sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di

3

Fuad Ihsan, Dasar dan Kependidikan: Komponen MKDK (Jakarta: Rineka Cipta :2005), hlm. 5.

4

Megawangi, Pendidikan Karakter, (Jakarta: BPMIGAS: 2004), hlm.25. 5

Samani dan Haryanto, Pendidikan Karakter. ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2011), hlm. 35.

6

(5)

dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).

Keempat, Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru

menerapkan “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan agama.

Selanjutnya, Lickona dan Davidson menyatakan bahwa program pendidikan karakter hendaknya mengajarkan nilai-nilai yang universal tertentu antara lain kerja keras dan peduli, baik hati dan saling menghormati.7Dan Covey menyatakan, “ As dangerous as little knowledge is, even more dangerous is much knowledge without

a strong principled character” (sebahaya-bahayanya orang yang sedikit pengetahuan, lebih berbahaya orang yang banyak pengetahuan, namun karakternya tidak baik.8

Pembentukan Karakter Kerja Keras melalui Pembelajaran Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tentunya dalam kerangka suatu proses pendidikan membentuk manusia yang

diharapkan, yaitu” berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pasal 1 ayat 2 mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.9

Melalui belajar matematika maka karakter atau watak seseorang dapat dibina atau dikembangkan. Ini terjadi karena belajar matematika dapat mengembangkan daya konsentrasi, meningkatkan kemampuan mengeluarkan pendapat dengan singkat

7

Smith, Contemporary Character Education Principal Leadership , vol. No. hlm. 16.

8

Bassiouny,dkk. The Importance of Character Education for Tweens as Consumers, (Jurnal of Research in character Education. Vol.6, No.2) hlm. 37-61.

9

(6)

dan tepat, berpikir rasional, dan mengambil keputusan secara tepat.10 Unsur-unsur kedisiplinan yang terdapat di dalam matematika ternyata merupakan sarana yang baik untuk membina dan mengembangkan karakter.Selanjutnya, karakter utama untuk pelajaran matematika meliputi berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian, percaya diri.

Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkungannya.11 Dan kerja keras adalah sebagai kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai.12

Peserta didik harus dilatih untuk mampu bekerja keras. Bukan hanya mampu bekerja keras, tetapi juga mampu bekerja cerdas, ikhlas, dan tuntas. Dengan begitu kerja keras yang dilakukannya akan bernilai ibadah di mata Tuhan pemilik langit dan bumi. Orang yang senang bekerja keras pastilah akan menuai kesuksesan dari apa yang telah dikerjakannya. Orang yang bekerja keras pasti mampu mewujudkan impiannya menjadi kenyataan.

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa”

Anak-anak kurang mampu dari segi pengetahuan, dengan kerja keras akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi.13 Selanjutnya integrasi pendidikan karakter kerja keras dan kerja sama mampu memberi sumbangan positif dalam pembentukan karakter dan berdampak pada peningkatan prestasi akademik secara lebih merata pada semua mahasiswa.14

Indikator nilai-nilai karakter kerja keras diantaranya menyelesaikan semua tugas dengan baik dan tepat waktu, tidak putus asa dalam menghadapi masalah, melakukan pekerjaan didahului dengan perencanaan yang matang, dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah. Bekerja keras juga harus dilakukan dalam

Dharma kesuma,dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya:2011). Hlm. 17.

12

Hidayatullah, Pendidikan Karakter membangun Peradaban bangsa, (Surakarta: Yuma Pustaka:2010), hlm..

13

Krashen,S, The hard work hypotesis: is doing your homework enough to overcome the effects of poverty? Multicultural Education 12 (4) . PP. 16-19.

14

(7)

lingkungan sekolah dengan cara antara lain: giat dan bersemangat dalam belajar, bersikap aktif dalam belajar, tidak muda putus asa dalam mengerjakan soal yang diberikan guru,tidak tergantung kepada orang lain, dan rajin mengikuti kegiatan ekstra kurikuler untuk meningkatkan potensi diri.

Pembelajaran matematika perlu juga diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang berdiversifikasi. Beberapa tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan matematika adalah membangkitkan peserta didik agar memiliki dorongan untuk tahu dan paham, memiliki kemampuan mengumpulkan data, menemukan makna, berpikir logis, memilih alternatif pilihan beserta akibatnya, memahami manusia pada posisi manusiawi, dan menghargai perbedaan pendapat.

Selanjutnya, pembelajaran matematika tidak hanya mengandung nilai edukasi yang bersifat mencerdaskan siswa tetapi juga nilai edukasi yang membantu membentuk pribadi siswa.15 Untuk dapat mengetahui apakah nilai edukasi pembentuk pribadi siswa telah tercapai tidaklah mudah, diperlukan upaya terencana, kontinu dan pengamatan yang cukup lama. Selama ini nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran matematika diharapkan akan tercapai dengan sendirinya. Melalui pembelajaran matematika diharapkan dengan sendirinya para siswa akan cermat dalam melakukan pekerjaan, akan kritis dan konsisten dalam bersikap, akan jujur , kerja keras dan lain sebagainya.Akan tetapi sekarang kita lebih memerlukan perencanaan pembelajaran matematika yang secara sengaja memasukkan pembelajaran nilai-nilai tersebut.

Dalam kegiatan pembelajaran matematika diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mengintegrasikan pembentukan karakter peserta didik. Berikut adalah contoh kegiatan pembelajaran matematika yang dapat mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan.

1. Menyelesaikan tugas di dalam kelas, tugas pekerjaan rumah, dan tugas terstruktur.

2. Menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang ditetapkan 3. Menyelesaikan tugas proyek

4. Tidak berhenti menyelesaikan masalah sebelum selesai

5. Melakukan tanya jawab berkaitan materi matematika dan keterkaitan dengan persoalan kontekstual dengan nilai kerja keras.

15

(8)

Pembelajaran Statistika Membangun Karakter Kerja Keras Statistika digunakan untuk menunjukkan tubuh pengetahuan (body of knowledge) tentang cara-cara pengumpulan data, analisis dan penafsiran data. Berbicara statistik tentu membicarakan data dan mengolah data, fungsi statistika antara lain :

1. Statistik menggambarkan data dalam bentuk tertentu

2. Statistik dapat menyederhanakan data yang komplek menjadi data yang sederhana dan mudah dimengerti

3. Statistik merupakan teknik untuk membuat perbandingan 4. Statistik dapat memperluas pengalaman individu

5. Statistik dapat mengukur besaran dari suatu gejala 6. Statistik dapat menentukan hubungan sebab akibat

Disini nampak jelas sekali bahwa statistik merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan melalui perhitungan atau pengukuran, haruslah dikerjakan dengan ketelitian, keuletan dan sungguh-sungguh sampai selesai sehingga mendapatkan data yang akurat. Dengan mengerjakan data-data statistik sampai tuntas, pantang menyerah dan menemukan kebenaran, dapat dikatakan bahwa statistik juga mengajarkan nilai kerja keras, baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak/berperilaku atau menurut Lickona (1992) sebagai karakter yang baik, yaitu moral knowing, moral

feeling, dan moral action. Bagaimana kita menyelesaikan data melalui rumus matematika dengan kesungguhan mengolah data tersebut, dan pantang menyerah, saat gagal dicoba lagi (trial and error). Sehingga mendapatkan data yang benar-benar valid.

Mengajarkan materi atau bahan ajar tentang penyajian dan pengolahan data pada sisiwa (mahasiswa) yang merupakan bagian dari pelajaran matematika tentu memiliki tujuan sebagai bekal hidup terkait dengan penguasaan ilmu dan juga nilai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut. Dengan mempelajari materi atau bahan ajar statistik tersebut diharapkan peserta didik memiliki kompetensi dalam mengumpulkan, membaca, mengolah, menyajikan, dan menafsirkan data dengan benar, baik sebagai instructional effect

maupun nurturent effect.

(9)

statistika sampai menemukan suatu kesimpulan dari angka-angka yang diperoleh.

Penutup

Berdasarkan uraian yang tentang karakter kerja keras terhadap pembelajaran statistik, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran statistik yang dilaksanakan selama ini lebih

dominan ke tujuan kognitif semata, padahal melalui statistik memiliki makna nilai ketelitian, keuletan dan sungguh-sungguh sebagai pembentuk pribadi dengan karakter kerja keras.

2. Pembelajaran statistik semestinya mengembangkan kognisi, afektif, dan psikomotor.

3. Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas), terintegrasi disetiap mata pelajaran, dan nilai karakter harus secara eksplisit dijabarkan dan diperkaya dalam setiap pembelajaran.

Bibliografi

Alisah,E. & Dharmawan, P.E. (2007). Filsafat Dunia Matematika. Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika. Jakarta. Prestasi Pustaka

Dharma kesuma,dkk (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT Remaja RosdaKarya

Hidayatullah (2010), Pendidikan Karakter membangun Peradaban bangsa, Surakarta: Yuma Pustaka

Ikhwanuddin (2012), Implementasi Pendidikan Karakter kerja Keras dan Kerja sama dalam Perkuliahan, ( UNY: Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II No 2

Krashen,S, The hard work hypotesis: is doing your homework enough to overcome the effects of poverty? Multicultural Education 12 (4)

Lickona, T. (1992). Educating for Character. New York: Bantam Books

Megawangi. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: BPMIGAS.

Samani dan Haryanto (2011), Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Smith, Contemporary Character Education Principal Leadership. Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia

(Konstatasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan).

(10)

Sudijono, Anas (2014) Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Ditjen Dikti.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pada penelitian ini Instagram merupakan media yang paling banyak digunakan oleh responden untuk melihat ulasan online mengenai Surabaya Patata, salah satu

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan seluruh prosedur universal precautions memiliki peluang 6 kali untuk mencegah terjadinya tanda dan gejala

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biobriket dapat mempengaruhi kualitas dari briket tersebut karena semakin kering bahan yang digunakan, maka kadar air yang

Sumber data yang dipilih juga dapat mempertimbangkan beberapa persyaratan, sebagai mana yang dijelaskan pada (hhtp : yakin-fokus-dan-kreatif- 475427.html), kriteria

Dengan melakukan pengujian pada 36 perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selang periode 2015-2017, penulis membuktikan bahwa

Penggunaan gelatin secara keseluruhan hampir 90% telah beredar dalam negeri adalah gelatin impor yang diproduksi dari kulit maupun tulang babi, sehingga perlu

Hubungan antara Sikap Pribadi yang Negatif dengan Plagiarisme memiliki arah yang positif, sehingga semakin tinggi sikap negatif yang dimiliki mahasiswa dalam mengerjakan

Genus bakteri yang ditemukan pada rangkaian microbial fuel cell pada limbah cair tahu di pabrik tahu Kecamatan Payung Sekaki adalah genus Enterobacter,