• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Lembaga Asuransi Kredit Bagi Perbankan: Sebuah Tinjauan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Lembaga Asuransi Kredit Bagi Perbankan: Sebuah Tinjauan Hukum"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Lembaga Asuransi Kredit

Bagi Perbankan: Sebuah Tinj auan

Hukum

by Zulkarnain Sitompul

Latar Belakang

alangan perbankan mendesak pemerint ah unt uk membent uk lembaga penj amin kredit perbankan bagi para pengusaha berskala mikro. Alasannya selama ini perbankan kesulit an unt uk mengucurkan kredit karena proposal usaha kecil karena dinilai t idak cukup layak sehingga sulit dikabul kan. Bankir mengaku sangat kesulit an dalam melakukan analisa kemampuan para pengusaha berskala mikro karena sebagian besar dari mereka t idak menerapkan manaj emen usaha yang t ert ib. Kondisi para pengusaha mikro semacam it u sangat menyulit kan perbankan dalam mel akukan analisa keuangan. Terut ama ket ika hendak mengabulkan pengaj uan kredit usaha. Oleh karena it u, diharapkan agar pemerint ah mendirikan inf ra st rukt ur pendukung berupa lembaga penj amin kredit guna memayungi keberadaan para pengusaha berskala mikro yang j umlahnya sangat besar.

Meski alasan permint aan t ersebut rasional, namun Deput i Gubernur Senior Bank Indonesia, Anwar Nasut ion, t egas menolak. Menurut Anwar, pengalaman masa lal u menunj ukkan lembaga semacam it u malah kont raprodukt if . Dia menut urkan, pemerint ah sudah memiliki PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Askrindo berperan sebagai pendamping dan penj amin pengusaha kecil dalam berhubungan dengan perbankan. Tet api dalam prakt iknya berdirinya Askrindo j ust ru t idak menyelesaikan masalah. Bahkan keberadaan dan ket erlibat an lembaga it u mencipt akan masalah baru. Para debit or yang t idak mampu memenuhi kewaj ibannya, t anggung j awabnya j ust ru dibebankan kepada Askrindo. Akibat nya lembaga ini harus banyak menanggung ut ang dari bank. Padahal t uj uan ut ama dihadirkannya lembaga ini semul a unt uk mendorong pert umbuhan pengusaha kecil agar mereka mampu berhubungan dengan bank, namun nyat anya usaha ini gagal. Belaj ar dari pengal aman it ulah maka perbankan t idak perlu lagi melibat kan lembaga sej enis. Sebaliknya kat anya, perbankan harus meningkat kan

kemampuan SDM-nya sendiri dalam melakukan analisis.1

Dimuat pada Jur nal Hukum Bi sni s, Volume 22 – Nomor 2 – Tahun 2003

1 Harian Republika, “ Pemerint ah Dimint a Bent uk Lembaga Penj amin Kredit ” , 6 Februari 2003, hal. 4.

(2)

Moral Hazard pada Sistem Perbankan

Kekhawat iran Deput y Gubernur Senior Bank Indonedia t ersebut , dikalangan perbankan disebut dengan mor al hazar d yang secara gamblang diilust rasikan oleh Philip K Howard sebagai berikut :

"Whenever a st r om washed away beach houses, . . . t he gover nment pay t he owner s t o bui l d t hem agai n. Why, a t axpayer mi ght ask, shoul d gover nment pay f or t he f ol l i es of t hose who bui l d on sand and t hen ar e sur pr i sed by nat ur e's ner ve?” 2

Masalah mor al hazar d ini muncul dari berbagai bent uk int ervensi pemerint ah, khususnya pada sekt or keuangan dan pril aku pada kebij akan perindust rian. Ket erlibat an

polit ik pada sekt or keuangan merupakan sumber mor al hazar d yang t idak perlu

dipert anyakan lagi.

Dalam kasus Indonesia, masalah mor al hazar d semakin mengent al sej ak

liberalisasi perbankan pada Okt ober 1988 yang dikenal dengan Pakt o 1988. Pakt o 1988 merupakan kelanj ut an liberalisasi di sekt or perbankan yang dimulai sej ak 1 Juni 1983 yang dikenal dengan deregulasi perbankan. Deregulasi perbankan ini memberikan kebebasan kepada bank-bank pemerint ah dalam menent ukan t ingkat bunga kredit , penghapusan pagu kredit dan pengurangan f asilit as kredit likuidit as. Sement ara it u, st rukt ur perbankan didominasi oleh bank-bank milik pemerint ah.3 Pada Desember 1996 misalnya t ot al asset bank persero t ersebut sebesar 42% dari keseluruhan asset perbankan. Dalam pada it u kredit yang disalurkan dan dana pihak ket iga yang dit erima masing-masing sebesar 42% dan 36% dari seluruh bank.4 Bank-bank milik swast a hampir seluruhnya dimiliki at au merupakan bagian dari konglomerat besar yang bergerak di bidang usaha non-bank sepert i propert i dan manuf akt ur Dengan kondisi perbankan yang sedemikian it u maka t idak mengherankan apabila banyak t erj adi prakt ek-prakt ek perbankan yang t idak sehat mulai dari kegiat an yang secara j elas mel anggar ket ent uan sampai kepada perbuat an yang melanggar et ika bisnis.

Kondisi perbankan yang demikian it u menyebabkan kondisi mikro perbankan menj adi rent an t erhadap gej olak ekonomi. Fakt or kunci yang menyebabkan hal t ersebut ,

per t ama, l emahnya sist em pengawasan Bank Indonesia t erhadap operasi perbankan

nasional; kedua, banyak pemilik bank dan bankir lokal t idak memiliki int egrit as moral.5

Dalam kont eks perbankan, risiko dan dampak dari mor al hazar d sangat berart i.

Mor al hazar d t erj adi ket ika pemegang saham dij amin at as pemberian kredit nya yang

buruk. Jaminan t ersebut muncul dalam bent uk dukungan pemerint ah baik secara t egas maupun t idak t erhadap bank. yang mengkibat kan ancaman t erhadap kehat i-hat ian pengurus dalam mengelola bank. Bent uk ket idak hat i-hat ian t ersebut dapat berupa

pemberian kredit kepada perusahaan yang sudah i nsol ven dengan dasar pemikiran

pemerint ah akan sel alu ada membant u mereka. Hal-hal ini merupakan suat u f enomena

t ipikal dan t ragis. di Indonesia.6 Adanya j aminan j uga menimbulkan t erj adinya

2 Al Gore, Common Sense Gover ment, Wor ks Bet t er and Cost Less, (New York: Random House, 1995), hal. xvii. 3. Philippe F. Delhaise, Asi a i n Cr i si s The Impl osi on of t he Banki ng and Fi nance Si st em, [ Singapore: John

Wiley & Sons (Asia) Pt e Lt d, 1998] , hal. 123.

4. Sumber: Bank Indonesia, Laporan Tahunan 1996/ 1997.

5. Sukamdani S. Git osardj ono, Per kembangan Duni a Usaha, Or gani sasi Bi sni s dan Ekonomi di Indonesi a 1950-2000, (Jakart a: PT. Tema Baru, 2000), hal. 250-251.

(3)

pembiayaan invest asi yang t idak produkt if . Invest asi yang t idak produkt if t ersebut menimbul kan kelemahan (vul ner abi l i t i es) pada sekt or riel dan keuangan.7

Adanya j aminan pada perbankan banyak dikrit ik berdasarkan alasan bahwa j aminan t ersebut menimbulkan mor al hazar d. Howard Davies, mant an Deput y Gubernur Bank of Engl and, mengat akan bahwa:

If t he st at e guar ant ees t he exi st ence of i ndi vi dual banks, t hat can cr eat e i ncent i ves whi ch encour age i r r esponsi bl e behavi or . The pr i ze f or t aki ng excessi ve r i sk may – i f t hi ngs go wel l – be excess r et ur ns whi l e, i f t hi ngs t ur n out badl y, t he st at e st eps i n and pi cks up t he t ab. Thi s known as a one-way bet .” 8

Hampir dapat dipast ikan bahwa bank yang melakukan keput usan invest asi secara t idak hat i-hat i akan lebih cepat hancur dibandingkan dengan bank yang membuat keput usan invest asi secara sehat . Ket ika bank melakukan keput usan invest asi yang buruk, maka kerugian t idak saj a diderit a oleh pihak yang melakukan invest asi di bank t et api j uga perekonomian secara keseluruhan karena oppor t uni t y cost dari keput usan invest asi yang buruk t ersebut . Set iap uang yang disalurkan oleh bank kepada peminj am yang t idak hat i-hat i adalah uang yang dapat diinvest asikan pada t empat yang bermanf aat bagi masyarakat . Bank sebagai perant ara keuangan memiliki pot ensi yang berdampak ganda bagi penggunaan sumber daya yang ef isien.

Prakt ik perbankan yang t idak berhat i-hat i dapat dilihat misalnya pada perbuat an yang dil akukan oleh Komisaris dan Direkt ur PT. Bank Cit ra yang t elah melakukan t indak pidana perbankan dengan melanggar ket ent uan Pasal 49 ayat (2)b Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 t ent ang Perbankan, yait u "t idak melaksanakan l angkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan ket aat an bank t erhadap ket ent uan Undang-Undang Perbankan dan ket ent uan perat uran perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank. "

Perbuat an yang dilakukan oleh komisaris dan direkt ur PT. Bank Cit ra dalam kasus t ersebut adal ah menarik dana mili k PT. Bank Cit ra yang digunakan unt uk kepent ingan perusahaan milik pribadi yang bersangkut an. Penarikan dana t ersebut dilakukan melalui pembelian obligasi PT. Wat erf ront Sekurit as, pembelian Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dari PT. Trisula Supra dan pembelian Not a Cert if ikat Deposit dari Bank Cent ris.9

Prakt ek yang sama umpamanya j uga dilakukan oleh PT. Bank Dwipa sebagaimana dapat dilihat dalam put usan Pengadilan Negeri Jakart a Pusat t anggal 7 Okt ober 1999. Adapun prakt ek yang dil akukan oleh PT. Bank Dwipa adalah t idak mencat at dalam pembukuannya (unr ecor ded) deposit o nasabahnya at as nama PT. Asabri (Pesero) dan DAPEN Perum ASABRI masing-masing sebesar Rp. 2 milyar dan Rp. 51 milyar. Perbuat an bank ini t elah dilaporkan oleh Bank Indonesia kepada Pol ri dengan surat No. 31/ 1/ DIR/ UHS/ Rahasia t anggal 12 Sept ember 1997 karena merupakan salah

7. Masahiro Kawai, et . al. , “ Crisis and Cont agion in East Asia: Nine Lessons, ” The World Bank, Washingt on DC,

Februari 27, 2001, hal. 3.

8. H. Davies, “ Financial Regulat ion: Why, How and by Whom?” Bank of England Quart erly Bullet in, February

1997 dalam Ibi d, hal. 18-19.

9. Melalui putusan Pengadilan Negeri Jakart a Barat Nomor: 001/ PID/ B/ 1998/ PN.JKT.Bar t anggal, 6 April 1998

(4)

sat u t indak pidana perbankan sebagaimana diat ur dalam Pasal 49 Undang-Undang Perbankan.10

Intervensi Pemerintah pada Industri Perbankan Apakah Diperlukan?

Fungsi int ermediasi perbankan berperan pent ing dalam mendorong kegiat an ekonomi suat u negara t erut ama pada saat negara t ersebut mengalami proses pemulihan dari krisis yang parah sepert i yang dialami Indonesia saat ini. Oleh karena it u, berbagai upaya dan kebij akan perlu diambil dalam mengopt imal kan f ungsi int ermediasi perbankan dimaksud baik dengan mencipt akan iklim usaha yang kondusif bagi pemberian kredit oleh sekt or perbankan at au dengan menerapkan ket ent uan yang bersif at memaksa bank meningkat kan pemberian kredit nya.

Cont oh negara yang melakukan kebij akan yang bersif at memaksa t ersebut adalah Amerika Serikat . Unt uk meningkat kan peran int ermediasi sekt or perbankan pemerint ah Amerika Serikat mewaj ibkan bank di suat u negara bagian unt uk menyalurkan kredit kepada debit ur di negara bagian t ersebut , sebesar present asi t ert ent u dari j umlah dana pihak ket iga. Ket ent uan ini diat ur dalam The Communi t y Rei nvest ment Act (CRA) yang pert ama kal i diberlakukan pada t ahun 1977 (12 USC 2901) dan kemudian direvisi pada t ahun 1995.

CRA bert uj uan unt uk mendorong deposi t or y i nst i t ut i on membant u

mempert emukan kebut uhan kredit di wilayahnya t ermasuk daerah sekit ar yang berpenghasilan rendah dan menengah dengan t et ap memperhat ikan prinsip operasional perbankan yang aman dan sehat . Jenis pembiayaan yang diat ur dal am ket ent uan CRA meliput i (i) pembiayaan komersial (Commer ci al l oan) (ii) pembiayaan pembelian at au

perbaikan rumah (home mor t gage l oan) dan (iii) pembiayaan unt uk usaha kecil dan

pert anian berskal a kecil (smal l busi ness and smal l f ar m l oan).

Ruang lingkup CRA meliput i perbankan nasional (st at e member bank), dan cabang bank asing yang pendirian dan operasionalnya t unduk pada hukum negara bagian dimana bank t ersebut berdiri. CRA t idak berlaku bagi bank yang t idak melakukan kegiat an komersial t emasuk banker’ s banks (bank penj amin), at au bank yang dalam mel akukan operasional nya bert indak sebagai bank koresponden, kliring agent s, dan bank yang hanya menyediakan dana sesuai dengan kebut uhan (cash management cont rolled disbursemet services) sert a perusahaan penj aminan.

Unt uk memant au pelaksanaan CRA seluruh perbankan dan asosiasi penyimpanan kecuali inst it usi berskalan kecil (smal l i nst i t ut i on) yait u bank at au lembaga simpan pinj am yang memiliki asset lebih dari US$ 250 j ut a dan merupakan inst it usi yang berdiri sendiri at au merupakan af iliasi dari perusahaan induk yang memiliki asset kurang dari US$ 1 milyar, diwaj ibkan menyampaikan dat a dan laporan yang berkait an dengan akt if it as pembiayaan, invest asi dan j asa pelayanan yang diberikan bank dalam mendukung pembangunan wil ayahnya. Dat a dan laporan ini unt uk selanj ut nya dievaluasi oleh f ederal agency (Federal Reserve Bank, Federal Deposit Insurance Corporat ion, The Of f ice of t he Compt roll er of t he Currency dan The Of f ice of Thrif t Supervision), selaku

10. Put usan Nomor: 76/ Pdt . G/ 1999/ PN.JKT.PST t anggal 7 Okt ober 1999 ant ara May. Jend. TNI. M. Thamrin et al

(5)

lembaga yang bert anggung j awab t erhadap pengawasan bank sesuai dengan wilayah kewenangan pengawasannya. Berdasarkan hasil evaluasi, f ederal agency memberikan

r at i ng penil aian t erhadap bank dal am 4 (empat ) kat egori yait u out st andi ng, sat i sf act or y,

needs t o i mpr ove dan subst ant i al noncompl i ance yang merupakan ref leksi dari dat a bank

dalam membant u mempert emukan kebut uhan kredit di wilayah kerj anya t ermasuk wilayah sekit arnya yang berpenghasilan rendah dan menengah.

Hasil penilaian/ evaluasi t ersebut berpengaruh pada perf ormance bank, yait u pada pemberian ij in pembukaan cabang baru bank at au perluasan bank melalui merger dan akuisisi. Dal am hal ini, bank t idak diij inkan unt uk membuka cabang baru at au melakukan merger dan akuisisi apabila eval uasi at as pelaksanaan ket ent uan CRA dinilai j elek (needs t o i mpr ove at au subst ant ial noncompl i ance).

Dalam mengimplement asikan CRA dibent uk suat u lembaga yang secara konsist en memasyarakat kan at uran CRA yait u The Consumer Compliance Task Force of t he Federal Financial Inst it ut ion Examinat ion Council (FFEIC). Lembaga ini bert ugas membant u memf asilit asi lembaga penyimpanan dengan masyarakat yang membut uhkan pembiayaan (debit ur) dengan cara menerbit kan secara periodic inf ormasi-inf ormasi berkenaan dengan pert anyaan masyarakat t ent ang CRA, prosedur pelaksanaan dan memberikan panduan keseragaman report ing dat a.11

Asuransi Kredit Bagi Usaha Kecil

Pendekat an yang dil akukan Amerika Serikat t ersebut dapat dij adikan gagasan unt uk membant u pengembangan usaha kecil di Indonesia dalam bent uk pemberian asuransi kredit . Alasan dasar yang dapat dipergunakan oleh pemerint ah unt uk memf asilit asi pendirian asuransi kredit adal ah kepercayaan pada indust ri kecil sangat pent ing bagi pert umbuhan ekonomi dan j uga unt uk mewuj udkan keset araan sosial . Dengan alasan it u maka perlindungan bagi nasabah kecil merupakan suat u pendekat an yang adil dan t epat unt uk mencipt akan kondisi dimana bank dapat beroperasi secara konsist en dan dipercaya sehingga mampu menyediakan kredit dal am j umlah cukup unt uk kesehat an perekonomian.12

Alasan Operasional perl unya j aminan bagi pengusaha kecil dan menengah adal ah sulit nya menerapkan prinsip 5 C dal am analisis pemberian kredit bagi mereka

sebagaimana yang disyarat kan oleh Undang-Undang Perbankan. Prinsip 5C dalam

pemberian kredit t elah digunakan selama bert ahun-t ahun dan kenyat aannya pada saat ini masih t erus dipergunakan. Prinsip ini meliput i 5 asas, yait u:

• Charact er (wat ak);

• Capacit y (Kemampuan);

• Capit al (Modal);

• Condit ions; and

• Collat eral (Jaminan).

11. Bank Indonesia, Direkt orat Luar Negeri, “ Kaj ian Berbagai Upaya Yang Dapat Dilakukan Bank Indonesia

Unt uk Menarik Devisa Hasil Ekspor Dari Luar Negeri, 2002.

(6)

Karakt er t idak diragukan l agi adalah f akt or yang sangat pent ing unt uk dipert imbangkan j ika ingin memberikan kredit . Apabila debit ur t idak j uj ur, curang, at aupun i ncompet ence, maka kredit t idak akan berhasil t anpa perlu memperhat ikan f akt or-f akt or lainnya. Orang yang t idak j uj ur at aupun curang akan sel alu mencari j alan unt uk mengambil keunt ungan. Seseorang yang i ncompet ence menj al ankan bisnis t idak diragukan l agi akan menj alankan bisnisnya dengan buruk, dan hasilnya kredit akan mengandung resiko t inggi. Jika seseorang t idak ingin membayar kembali kredit nya, kemungkinan ia akan mencari j al an unt uk menghindari membayar kembali. Unt uk it u, penilaian karakt er debit ur harus dit ent ukan sej ak ia memulai langkah pert ama unt uk mendapat kan pinj aman.

Dalam menent ukan karekt er, debit ur harus mampu menunj ukkan kepada bank bahwa ia adalah orang yang j uj ur dan dapat diandal kan. Unt uk it u dibut uhkan t r ack

r ecor d dari yang bersangkut an. Tent u saj a unt uk melakukan hal ini sangat sul it . Di

Aust ralia inf ormasi semacam it u dapat didapat kan pada biro kredit , sepert i Credit Ref erence Associat ion of Aust ralia, Lt d. (“ CRAA” ). Di Indonesia inf ormasi t ersebut dapat diperoleh melalui syst em inf ormasi kredit yang dimiliki Bank Indonesia. Namun karena t idak adanya syst em “ kenal diri” yang berlaku nasional sehingga seorang dapat memiliki ident it as diri lebih dari sat u inf ormasi it u seringkali t idak akurat . Kondisi sepert i ini lebih parah bila menyangkut inf ormasi mengenai pengusaha kecil.

CRAA mengelola dat abase yang berisi dat a kredit baik perorangan maupun perusahaan yang ada di Aust ralia, yang memuat berbagai inf ormasi dari kredit yang t elah diaj ukan, pembayaran yang t elat dan j uga put usan pengadilan yang berhubungan dengan kredit macet . Lembaga keuangan yang menj adi anggot a CRAA berhak unt uk unt uk mendapat kan inf ormasi t ent ang si peminj am, dan sebagai imbalannya, mereka harus menyediakan inf ormasi dari pinj aman yang akan diaj ukan.

Sedangkan modal (capit al) berhubungan dengan kekuat an keuangan dari si peminj am. Ada beberapa cara unt uk menent ukan apakah modal seseorang it u memuaskan. Langkah pert ama adalah mendapat kan l aporan asset dan passiva dari si peminj am dan harus dipast ikan dat a t ersebut akurat . Beberapa l embaga pinj aman mempunyai at uran-at uran pinj aman yang memuat bat as rat io maksimal asset dan passiva.

Condi t i ons, dapat dil ihat melalui dua kat egori, yait u kondisi int ernal dan kondisi

ekst ernal yang akan mempengaruhi peminj am dan kemampuan debit ur unt uk mengembalikan. Kedua belah pihak baik bank maupun debit ur menyusun kont rak yang memuat hal-hal yang berkait an dengan kredit , biaya dan bunga. Bank berhak menget ahui t uj uan dari pinj aman. Hal ini membant u bank menilai resiko dari pinj aman, t ipe dari produk pinj aman dan keamanan apa yang diperlukan. Bank t idak memberikan kredit unt uk t uj uan yang illegal misalnya memberikan kredit unt uk t uj uan yang dapat membahayakan l ingkungan.13

Kesulit an bank dalam melakukan analisis t erhadap usaha kecil dengan menggunakan prinsip 5 C sebagaimana dikemukakan di at as dapat diat as dengan adanya skim penj aminan at au skim asuransi kredit . Dengan adanya skim t ersebut maka bank lebih mudah menilai risiko kredit yang diberikannya kepada usaha kecil . Skim penj aminan apabila dit elaah berdasarkan hukum perdat a memiliki persamaan dengan

(7)

perj anj ian pert anggungan. Pert anggungan adal ah suat u perj anj ian dimana pihak ket iga guna kepent ingan kredit ur mengikat kan diri, unt uk memenuhi perikat an debit ur

manakala orang ini sendiri t idak memenuhinya.14 Perj anj ian penanggungan adalah

perj anj ian asesor dimana penanggungan bol eh diadakan hanya sebagian saj a dari ut angnya at au dengan syarat -syarat yang kurang. Dari pengert ian ini dapat dikat akan bahwa pihak ket iga t ersebut adalah penj amain, si berut ang adalah nasabah dan pihak t erhadap siapa prest asi harus diberikan adalah bank.

Sedangkan skim asuransi bila disimak dari apa yang dirumuskan sebagai asuransi oleh Pasal 246 Kit ab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah suat u perj anj ian dengan mana seorang penanggung mengikat kan diri kepada seorang t ert anggung, dengan menerima premi, unt uk memberikan penggant ian kepadanya karena suat u kerugian, kerusakan at au kehilangan keunt ungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderit anya karena suat u perist iwa yang t ak t ert ent u. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 t ent ang Usaha Perasuransian merumuskan asuransi at au pert anggungan sebagai perj anj ian ant ara dua pihak at au lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat kan diri kepada t ert anggung, dengan menerima premi, unt uk memberikan penggant ian kepada t ert anggung karena kerugian, kerusakan at au kehilangan keunt ungan yang diharapkan, at au t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga yang mungkin akan diderit a t ert anggung, yang t imbul dari suat u perist iwa yang t idak past i, at au unt uk memberikan suat u pembayaran yang didasarkan at as meninggal at au hidupnya seseorang yang dipert anggungkan.

Rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Asuransi t ersebut lebih luas j ika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHD karena mencakup j uga asuransi kerugian dan asuransi j iwa. . Pihak-pihak yang menj adi subj ek dalam asuransi adalah penanggung dan t ert anggung yang mengadakan perj anj ian asuransi. Penanggung dan t ert anggung adalah pendukung hak dan kewaj iban. Penanggung waj ib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperol eh pembayaran premi, sedangkan t ert anggung waj ib membayar premi dan berhak memperoleh penggant ian j ika t imbul kerugian at as hart a miliknya yang diasuransikan.15

Dari rumusan di at as set idaknya t erlihat adanya dua perbedaan mendasar ant ara asuransi dan penj aminan yait u, Pert ama, subj ek yang menj adi para pihak. Dalam penj aminan ada t iga pihak yang menj adi subj ek yait u penanggung, debit ur sebagai pihak t ert anggung dan bank sebagai pihak yang menerima manf aat penanggungan. . Kedua, kewaj iban membayar premi dan menerima penggant ian kerugian. Dalam asuransi yang waj ib membayar premi adalah pihak yang berhak memperoleh penggant ian j ika t imbul kerugian at as hart a miliknya yang diasuransikan. Sedangkan dal am penj aminan, premi dibayar oleh nasabah, sedangkan yang berhak memperoleh penggant ian j ika t imbul kerugian adalah bank. Dalam kait annya dengan skim penj aminan, lembaga penj amin sebagai penanggung harus melepaskan hak ist imewanya unt uk menunt ut barang-barang debit ur lebih dulu disit a dan dij ual.16 Apabila hak ist imewa t ersebut t idak dilepaskan maka skim penj aminan t ersebut t idak akan berj alan.

(8)

Dalam rangka menanggulangi krisis, Pemerint ah pernah mengeluarkan ket ent uan yang mengat ur pemberian j aminan dalam rangka mendorong sekt or riil. Ket ent uan t ersebut berupa Keput usan Bersama Ment eri Keuangan dan Gubernur Bank Indnesia t ent ang Program Penj aminan Eskpor Dalam Rangka Penggerakan Sekt or Riil. Program ini dit uj ukan unt uk menggerakkan sect or ekspor, memberdayakan eksport ir dalam melancarkan kegiat an usahanya dalam rangka mempercepat pemulihan kegiat an sect or riil dan meningkat kan t ingkat kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional.17 Sedangkan obj ek yang dij amin adalah kredit modal kerj a dalam rangka ekspor, L/ C impor barang yang penggunaannya unt uk keperluan ekspor.

Program penj amin pemerint ah ini t et ap mewaj ibkan bank melakukan analisa keyakinan bank t erhadap nasabah yang akan ikut f asilit as penj aminan yang ant ara lain meliput i analisa persyarat an proyek dan anal isa persyarat an eksport ir. Dengan kewaj iban ini maka bank-bank t et ap memprakt ekkan pr udent i al banki ng meski sudah dij amin oleh pemerint ah. Program ini dihent ikan oleh pemerint ah pada 20 Mei 2002 dengan pert imbangan sudah semakin membaiknya perekonomian nasional.

Secara lebih permanen, f ungsi penj aminan ini dilakukan ol eh PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). yang menawarkan skim asuransi dan penj aminan. Lembaga ini dapat dij adikan sebagai alt ernat if pilihan dalam meningkat kan usaha kecil. Hanya saj a saat ini Askrindo sedang menyelesaikan problem kepemilikan saham Bank Indonesia dan pemerint ah di Askrindo. Problem ini harus segera disel esaikan, sebab dikhawat irkan mempengaruhi kinerj a perseroan. Masalah kepemilikan saham Askrindo it u sendiri mucul akibat Let t er of Int ent (LoI) yang memaksa BI harus melepaskan 55% kepemilikan saham mereka. Namun t ernyat a pemerint ah t idak memiliki uang uang unt uk membeli saham t ersebut sehingga Askrindo dikhawat irkan j at uh ke t angan swast a. Apabila Askrindo dij ual kepada pihak swast a nasional maupun asing pemerint ah harus hat i-hat i sebab Askrindo bukan perusahaan asuransi umum biasa. Perusahaan ini memiliki spesialisasi dalam hal penj aminan kredit (spesi al guar ant ee) sehingga kalau sampai j at uh ke t angan swast a baik l okal maupun asing diperkirakan akan berdampak t erhadap perekonomian t erut ama UKM. 18

Asuransi kredit t et ap akan lebih baik kalau dikelol a oleh sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Karena kalau sampai swast a yang menangani dikuat irkan mereka akan lebih mengedepankan aspek komersial saj a. Apalagi hingga saat ini hampir semua bisnis penj aminan kredit bagi UKM masih dipegang oleh Askrindo.19 Kepemilikan oleh pemerint ah j uga akan meningkat kan kepercayaan bank sehingga proses penyaluran kredit kepada usaha kecil berj al an lancar.

Penutup

Semakin t inggi risiko yang diambil, semakin besar pul a pot ensi keunt ungan yang akan diperoleh pemilik bank. Dal am hal ini, apabil a bank mengalami kerugian dan kerugian t ersebut dit anggung oleh asuransi kredit maka pemilik bank memiliki insent if unt uk melakukan kegiat an usaha berisiko t inggi.20 Unt uk meminimalkan hal t ersebut

17 Pasal 1 Keput usan Bersama Ment eri Keuangan RI dan Gubernur Bank Indonesia, No. Kep. -046/ KM. 17/ 1999. 18 Invest or Indonesia, Jum’ at 7 Februari 2003, hal. 4

19 Ibid

(9)

pemerint ah harus menj amin adanya beberapa persyarat an agar peran yang diharapkan dari asuransi kredit dapat berj alan opt imal. Syarat t ersebut adalah, per t ama, seluruh bank, khususnya bank-bank besar dikelola secara hat i-hat i. Kedua, kesehat an keuangan bank dimonit or dari wakt u ke wakt u. Ket i ga, apabila kesehat an keuangannya menurun,

segera dil akukan perbaikan, dan keempat apabil a perbaikan t idak berhasil, bank

t ersebut harus segera dit ut up sebelum bangkrut .

Selanj ut nya apabil a pemerint ah t erpaksa melakukan bai l out maka unt uk mengurangi t ercipt anya mor al hazar d maka diperlukan suat u ket ent uan yang membat asi kemampuan bank melakukan kegiat an beresiko t inggi at au membuat risiko menj adi lebih mahal. Mel akukan pengawasan ket at unt uk memonit or dan menegakkan ket ent uan

pr udent i al sert a menghukum pengurus dan pemilik bank yang melakukan pelanggaran.

Persyarat an sepert i ini yang dit erapkan ol eh Amerika Serikat dalam menj alankan program CRA.

Referensi

Dokumen terkait

Matriks SWOT Asuransi Jiwa Perorangan AJB Bumiputera 1912 KPR Pekanbaru Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) x Brand name x Kualitas pelayanan x

Pada hasil penelitian biji yang telah dikeringkan dan diuji kadar air memiliki kadar air memiliki nilai antar 9-12%, sedangkan pada hasil uji viabilitas benih seperti

Diperoleh hasil bahwa perubahan nilai K pada K-Fold Cross Validatio n untuk metode BLOB pun memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai akurasi.. Sama seperti metode

Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan ( Health Service Targets Method ). Dalam cara ini dimulai.. dengan menetapkan berbagai

Dongeng adalah cerita rakyat yang secara lisan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, pengarangnya anonim, ada dalam dunia khayal atau tidak benar-benar

Praktik pengalaman lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Menurut Nadia Branon , Business Intelligence merupakan kategori yang umum digunakan untuk aplikasi dan teknologi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa, dan menyediakan akses

Mengingat pentingnya pertumbuhan tunas pada pembentukan umbi mikro, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi sitokinin