• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DAN KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN DAN KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERANAN DAN KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM DALAM KERANGKA PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus Mengenai Penemuan Mayat Siswi SMP Diduga Sebagai Korban Pemerkosaan dan Pembunuhan)

Tugas ini disusun dalam rangka untuk memenuhi Mata Kuliah Kriminalistik kelas B

Oleh:

Nanda Dwi Haryanto E0014288

FAKULTAS HUKUM

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada proses penyidikan penyidik biasanya menggunakan ilmu-ilmu bantu lain guna mengungkap suatu kasus tindak pidana salah satunya adalah ilmu bantu kriminalistik. Ilmu bantu kriminalistik ini juga menggunakan ilmu-ilmu alam untuk menunjang penerapannnya.

Kriminalistik adalah ilmu pengetahuan untuk menentukan terjadinya kejahatan dengan dengan menggunakan ilmu bantu lainnya seperti: ilmu kedokteran kehakiman (sekarang ilmu kedokteran forensik), ilmu racun kehakiman (sekarang toksikologi forensik) dan ilmu penyakit jiwa kehakiman (ilmu psikologi forensik).

Dalam kasus pemerkosaan misalnya, untuk mengetahui bagaimana korban diperlakukan atau seberapa besar penganiayaan yang diterima oleh korban yang dilakukan oleh pelaku. Maupun untuk membuktikan bagaimana keadaan kelamin atau untuk membuktikan keperawanan korban dapat dilakukan melalui visum et repertum.

Visum et repertum sebagai salah satu aspek peranan ahli dan atau adalah salah satu aspek keterangan ahli, maka keterkaitan antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Keterangan ahli yang tertuang dalam suatu laporan hasil pemeriksaan adalah perwujudan hasil-hasil yang dibuat berdasarkan atas ilmu dan teknik serta pengetahuan dan pengalaman yang sebaik-baiknya dari ahli itu. Misalnya peranan dokter ahli kedokteran kehakiman atau ahli psikiatri kehakiman di dalam menangani suatu kasus kejahatan yang telah terjadi, kemudian dipersoalkan, apakah suatu kejahatan terhadap nyawa orang itu merupakan pembunuhan ataukah penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang itu ataupun dapat dicari sebabsebab yang mendorong si pelaku melakukan perbuatan tersebut dilihat dari berbagai segi serta latar belakang kejiwaannya (kepribadian) dari si pelaku itu.

(3)

penerapan hukum dalam urusan pengadilan walaupun hal itu jarang terjadi sehingga hal seperti itu memang harus dihindarkan.

Pada proses penyidikan perkara pidana yang menyangkut dengan tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia memerlukan bantuan seorang ahli dokter. Bantuan seorang dokter dengan ilmu kedokteran kehakiman yang dimilikinya sebagaimana tertuang dalam Visum Et Repertum yang dibuatnya mutlak diperlukan. Visum Et Repertum sebagai laporan tertulis untuk kepentingan peradilan atas permintaan penegak hukum yang berwenang di sini khususnya oleh penyidik. Visum Et Repertum dibuat oleh dokter sesuai apa yang dilihat dan diketemukanya pada pemeriksaan barangbukti, berdasarkan sumpah kedokteran, serta berdasarkan pengetahuanya.

Dari dasar-dasar yang telah dikemukakan diatas penulis tertarik untuk menulis tentang bagaimana peranan Visum Et Repertum dalam proses penyidikan dalam kasus penganiayaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan Visum Et Repertum dalam proses penyidikan dalam kasus pemerkosaan?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Peranan Visum Et Repertum dalam Proses Penyidikan dalam Kasus Pemerkosaan 1. Kasus

Yuyun binti Yakin (14) siswi SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong. Warga Desa Kasie Kasubun Kecamatan PUT yang hilang sejak Sabtu (2/4) ini diketemukan tewas telungkup tertutupi daun pakis dengan kondisi dua tangan terikat simpul hidup melingkari kaki kanan tanpa busana, Senin (4/4). Kondisi jenazah korban sudah mengeluarkan bau tak sedap, pertama kali ditemukan Darwan (40) warga Kasi Kasubun Kecamatan PUT Darwan bersama warga lainnya yang melakukan pencarian sejak pukul 06.00 WIB. Korban dalam kondisi tanpa busana yang terikat kain warna hitam dengn wajah memar dan berbelatung serta mengeluarkan bau busuk menyengat dengan kondisi tertelungkup ke tanah. Anggota Polsek PUT segera membawa korban ke Puskesmas untuk di visum dan dilakukan olah TKP dan mengumpulkan keterangan saksi-saksi. Termasuk tali pengikat korban, kaos singlet warna coklat yang menutupi bagian dada Yuyun ikut diamankan. Dari hasil visum, polisi menduga korban merupakan korban pemerkosaan. 2. Analisis dan Peranan Visum Et Repertum dalam Proses Penyidikan Kasus

Pemerkosaan a. Analisis Kasus

Dalam kasus diatas terlihat bagaimana korban diketemukan dengan adanya kurang bukti terhadap kejahatan yang dilakukan pelaku terhadap korban, dalam kasus tersebut, korban diketemukan sudah dalam kondisi sudah membusuk dengan tanda-tanda telah terjadi penganiayaan. Untuk menguatkan pandangan tersebut, pihak kepolisian dalam hal ini penyidik mengajukan untuk dilakukan visum untuk diketahui kebenaran kematian korban tersebut. Visum et Repertum biasanya memuat:

1) Jenis luka yang diketemukan 2) Penyebab terjadinya luka

3) Sebab kematian si mayat tersebut,

(5)

Selain itu peranan dan fungsi dari visum et repertum untuk mengetahui atau menentukan arah penyelidikan. Hal tersebut dilakukan karena dalam kasus ini korban diketemukan dalam kondisi yang sudah membusuk dan tidak dapat diketahui sebab musababnya sehingga perlu diadakan visum untuk mengetahui sebab kematiannya dan mengetahui penganiayaan apa yang dilakukan terhadap korban oleh pelaku. Selain itu juga dapat dilakukan untuk mengetahui identitas pelaku melalui identifikasi sidik jari yang menempel dalam tubuh korban.

b. Peranan Visum Et Repertum dalam Proses Penyidikan Kasus Pemerkosaan Visum Et Repertum turut berperan dalam proses penyidikan sebagai suatu keterangan tertulis yang berisi hasil pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap barang bukti yang ada dalam suatu perkara pidana, maka Visum Et Repertum mempunyai peran sebagai berikut: Pertama, sebagai alat bukti yang sah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam KUHAP Pasal 184 ayat (1) jo Pasal 187 huruf c; Kedua, untuk menentukan arah penyelidikan; Ketiga bukti untuk penahanan tersangka. Dalam suatu perkara yang mengharuskan penyidik melakukan penahanan tersangka pelaku tindak pidana, maka penyidik harus mempunyai bukti-bukti yang cukup untuk melakukan tindakan tersebut. Salah satu bukti adalah akibat tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka terhadap korban. Visum Et Repertum yang dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah penahanan tersangka. Barang bukti yang diperiksa adalah korban hidup pada kasus perlukaan (penganiayaan). Selain identitas korban perlu diberikan kejelasan perihal jenis luka dan jenis kekerasan serta kualifikasi luka, dimana kualifikasi luka dapat menentukan berat ringannya hukuman bagi pelaku, yang pada taraf penyidikan dapat dikaitkan dengan Pasal dalam KUHAP yang dapat dikenakan pada diri tersangka, yang berkaitan pula dengan alasan penahanan.

(6)

menjadi alat bukti yang sah karena berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan, sehingga akan membantu para petugas Kepolisian, Kejaksaan, dan Kehakiman dalam mengungkap suatu perkara pidana.

Apabila Visum Et Repertum tidak sepenuhanya mencantumkan tanda kekerasan pada korban, maka penyidik dari kepolisian akan meminta keterangan/melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

a. Pemanggilan tersangka dan korban, terhadap tersangka dan korban dilakukan tindakan pemeriksaan yaitu tindakan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikkan tersangka dan korban atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana, sehingga kedudukan atau fungsi seseorang maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas.

b. Interogasi yaitu salah satu teknik pemeriksaan tersangka atau saksi dalam rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada tersangka atau saksi guna mendapatkan keterangan, petunjuk-petunjuk dan alat bukti lainnya dan kebenaran keterlibatan tersangka.

c. Konfrontasi adalah salah satu tehnik pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara: tersangka dengan tersangka, saksi dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing–masing serta dituangkan dalam Berita Acara Konfrontasi.

d. Pemeriksaan dan penyitaan benda-benda yang dapat menjadi barang bukti terjadinya tindak pidana penganiayaan. Penyitaan dalam KUHAP pasal 1 butir 16 diterangakan sebagai “serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan di bawah penguasaanya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan”. Benda-benda tersebut dalam pemeriksaan korban untuk pembuatan Visum Et Repertum seperti misalnya pakaian baju yang terkena darah biasanya juga disertakan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium yang hasilnya juga termuat dalam Visum Et Repertum korban penganiayaan.

(7)

Hasil Visum Et Repertum dalam perkara penganiayaan dapat menjadi dasar pertimbangan aparat penyidik untuk menetapkan status seseorang yang diduga telah melakukan penganiayaan menjadi tersangka. Visum Et Repertum merupakan salah satu alat bukti yang sah untuk memperkuat keterangan korban sehingga dapat dijadikan bukti untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka tindak pidana.

B. Kedudukan Visum Et Repertum dalam Perkara Pidana

Berdasarkan alat bukti yang sah seperti disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, maka jikalau seumpama tidak ada dokter ahli kedokteran forensik, maka hakim masih dapat meminta keterangan dokter bukan ahli di dalam sidang, yang sekalipun bukan sebagai keterangan ahli, tetapi keterangan dokter bukan ahli itu sendiri dapat dipakai sebagai alat bukti dan sah menurut hukum sebagai “keterangan saksi”. Keterangan dokter bukan ahli tersebut dalam sidang mungkin diperlukan oleh hakim,sehubungan dengan dokter tersebut yang telah membuat dan menandatangani Visum Et Repertum yang dilengkapkan dan terdapat dalam berkas perkara ataupun dapat oleh dokter ahli.

Keterangan tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji dihadapan hakim (Pasal 186 KUHAP serta penjelasannya) atau dilakukan setelah memberikan keterangan ahli. Tahapan pemeriksaan tersebut, maka pengertiannya dapat disimpulkan, jikalau dihubungkan dengan Pasal 133 KUHAP dan penjelasannya maka, permintaan keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli (deskundige verklaring) sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan (verklaring). Dengan demikian, seperti yang telah diterangkan dimuka, dalam tahap penyidikan dan penuntutan, maka suatu laporan yang dibuat penyidik dan penuntut umum atas keterangan orang ahli kedokteran kehakiman, dokter bukan ahli kedokteran kehakiman atau orang ahli lainnya dapat berupa :

1. Keterangan Ahli: yaitu dalam suatu bentuk “laporan” oleh dokter ahli kedokteran kehakiman atau ahli lainnya sesuai Pasal 1 butir 28 KUHAP, tentang suatu hal atau sesuatu pokok soal.

2. Keterangan Ahli: yaitu keterangan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman atau dokter antara lain dalam bentuk Visum et Repertum

3. Keterangan: yaitu keterangan oleh dokter, bukan ahli kedokteran kehakiman dilakukan secara tertulis/ “laporan”.

(8)

kedokteran kehakiman (atau dokter) atau ahli lainnya, wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi, berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan, bagi mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

(9)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Visum et Repertum berperan dalam proses penyidikan sebagai suatu keterangan tertulis yang berisi hasil pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap barang bukti yang ada dalam suatu perkara pidana. Peran Visum et Repertum antara lain sebagai alat bukti yang sah, mengetahui arah penyidikan, dan bukti untuk penahanan tersangka pelaku tindak pidana, dimana Visum et Repertum yang digunakan oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah penahanan tersangka. Kualifikasi luka dapat menentukan berat ringannya hukuman bagi pelaku yang pada taraf penyidikan dapat dikaitkan dengan Pasal dalam KUHAP yang dapat dikenakan pada diri tersangka, yang berkaitan pula dengan alasan penahanan. Dengan demikian Visum Et Repertum merupakan kesaksian tertulis. Maka Visum Et Repertum sebagai pengganti peristiwa yang terjadi dan harus dapat mengganti sepenuhnya barang bukti yang telah diperiksa dengan memuat semua kenyataan sehingga akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat. Apabila Visum Et Repertum tidak sepenuhnya mencantumkan tanda kekerasan pada korban, maka penyidik dari kepolisian akan meminta keterangan/melakukan pemanggilan tersangka dan korban, interogasi kepada korban dan tersangka untuk memperjelas/membuat terang kronologi suatu kejadian tindak pidana penganiayaan, pemeriksaan dan penyitaan benda-benda yang dapat menjadi barang bukti terjadinya tindak pidana penganiayaan, melakukan konfrontasi, Pemeriksaan tempat kejadian perkara.

(10)

B. Saran

1. Di dalam memeriksa hasil Visum Et Repertum, dokter sebaiknya memeriksa dengan teliti mengenai luka-luka yang ada di tubuh korban, serta dalam menerbitkan hasil dari visum dokter sebaiknya memeriksa kembali mengenai apa yang telah diperiksanya.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Drs. A. Gumilang. 1993. Kriminalistik Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan. Bandung: Angkasa.

Skripsi

Hakim, Lukman Nul. 2014. “Peranan Visum Et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam Mengungkap Tindak Pidana Kejahatan Penganiayaan (Studi Kasus Polres Sukoharjo”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ovilastisa, Dwi Anindya. 2017. “Peran Kriminalistik Dalam Bantuan Pengungkapan Perkara Pembunuhan Dengan Pemberatan (Studi Putusan Nomor: 1306/Pid.B/2015/PN.Tjk)”. Skripsi. Bandar Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Jurnal

Pinontoan, Yunnie Sharon. 2016. “Visum Et Repertum Sebagai Barang Bukti Pengganti Mayat”. Lex Privatum. Vol IV/No. 2/Feb/2016.

Artikel

Winardi, Mangiliwati dan Tri Wahyuni. “Kedudukan Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Surat”.

Internet

Referensi

Dokumen terkait

Kanazawa et a1 .(1992) mencatat bahwa kandungan vitamin C dihati benih ikan ekor kuning yang diberi pakan dengan suplementasi L-askorbil-2-phosphate magnesium lebih

Pemasakan Pencampuran II Mustard Pencampuran III Kuning telur Pencampuran IV Minyak zaitun, cuka apel Pengisian Jar Steril Mayonaise..  Minyak na*ati yang #ipakai yaitu minyak

Dikhawatirkan usaha yang ada akan kalah bersaing dengan UKM di daerah lain yang mana pemerintah daerahnya telah memiliki database pusat- pusat informasi

11; Diingatkan pula bahwa orang yang sakit sebaiknya berkeyakinan bahwa penyakit yang diberikan Allah SWT kepadanya merupakan rahmat yang besar. Dengan pikiran yang jernih, insya

Suhu reaksi cukup berpengaruh terhadap pembentukan bilangan oksiran pada epoksi yang dihasilkan, semakin tinggi suhu reaksi, maka semakin besar pula nilai oks iran

Untuk 3 kasus tsunami lintas samudera yang dibahas dalam skripsi ini, yaitu Tohoku 2011, Sumatra 2012, dan Iquique-Chili 2014, hasil-hasil analisis grafis adalah time delay

Walaupun interaksi antara ruang, frekuensi, dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi dengan uji Tukey (taraf 5%) menunjukkan bahwa pada