• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuaikah Democratic Peace dalam Krisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sesuaikah Democratic Peace dalam Krisis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Sesuaikah Democratic Peace dalam Krisis Korea

Di Susun oleh:

Anindira Febry Zalistya

1110412056

Hubungan Internasional – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universtitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

(2)

Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan hidayat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Sesuaikah Democratic Peace dalam Krisis Korea dalam mata kuliah Teori Hubungan Internasional II. Tak lupa kita panjatkan sholawat serta salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad S.A.W. beserta para keluarga dan sahabatnya.

Kami ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar mata kuliah Teori Hubungan Internasional II yang terhormat mas Musa Maliki, M.si yang telah membimbing serta memberi masukan dalam penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penulisan makalah kali ini, kami akan menerangkan mengenai akankah konsep Democratic Peace sesuai dengan keadaan dalam Krisis Korea. Kami menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki dan membuat makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan berkah kita semua.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juni 2013

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang Penulisan 4

I.2 Rumusan Masalah 5

I.3 Metodologi Penulisan 5

I.4 Sistematika Penulisan 5

Bab II Pembahasan 6

Bab III Kesimpulan 11

(4)

BAB I

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Semenanjung Korea (Korean Peninsula) adalah sebuah semenanjung di wilayah Asia Timur yang memanjang sekitar 1.100 kilometer ke arah selatan daratan Asia Kontinental hingga ke Samudera Pasifik yang dikelilingi oleh Laut Jepang pada bagian timur, Laut China Timur pada bagian Selatan, dan Laut Kuning pada bagian barat. Sedangkan pada perbatasan utara bagi semenanjung korea ini dianggap sebagai perbatasan politik antara Korea Utara, RRC dan Rusia yang perbatasan ini terbentuk secara alami melalui sungai Yalu dan sungai Tumen.

Pada saat ini semenanjung Korea terbagi menjadi dua Negara yakni Korea Selatan dan Korea Utara yang disebabkan oleh berakhirnya perang dunia ke II. Konflik di semenanjung Korea terjadi sejak 25 Juni 1950 yang pada awalnya hanya diawali oleh dua Negara yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Alasan mendasar penyebab terjadinya konflik ini ialah perbedaan ideologi serta isu perbatasan yang menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini, mengingat pembatas wilayah bagi kedua Negara ini bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara.Kemudian ketegangan di semenanjung Korea ini semakin lama semakin panas dan genting keadaannya. Hal ini dibuktikan dengan ancaman yang dikeluarkan oleh pihak Korea Utara terhadap Pihak Korea Selatan.

Korea Utara yang terkenal dengan ideologi komunisnya serta sosok pemimpin otoriter kembali menjadi sorotan publik pasca meninggalnya Kim Jong-il. Kematian seorang pemimpin politik puncak di negara seperti Korea Utara, dipandang penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat berarti memperburuk situasi krisis yang tengah berlangsung atau sebaliknya dapat dipandang membawa dampak posotif untuk mewujudkan perdamaian. Situasi apa yang muncul akan sebagian besar ditentukan oleh watak dan karakter kepemimpinan yang menggantikan Kim Jong-il.

(5)

kaum Liberal dengan Konsep Democratic Peace. Namun akankan konsep yang digaung-gaungkan oleh kaum Liberal ini sesuai dengan apa yang terjadi dalam kasus Krisis Korea? Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk membahas secara lebih lanjut.

I.2. Rumusan Masalah

Dalam Makalah ini, penulis mengambil rumusan masalah yaitu : “Akankah Konsep Democratic Peace Bisa Disesuaikan dengan Keadaan Krisis Korea Saat Ini?”

I.3. Metodologi Penulisan

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Yaitu metode pencarian data atau bahan penulisan pada makalah ini dengan objektif dan membandingkan hasil analisis dari berbagai sumber yang di lakukan dengan cara mengumpulkan data dari website, buku dan referensi lainya kemudian memilahnya menjadi suatu laporan penulisan berupa makalah.

I.4. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan yang dipakai penulis untuk memberikan informasi yang jelas maka penulis memaparkanya menjadi tiga bab, yang dimana setiap bagian dari bab sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Menguraikan permasalahan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis.

BAB III KESIMPULAN

(6)

BAB II Pembahasan

Spekulasi yang timbul tentang perkembangan krisis Semenanjung Korea setelah meninggalnya Kim Jong-il sepertinya sangat dipengaruhi oleh kuatnya arus dari pemikiran Liberal dalam tataran Internasional. Berdasarkan pandangan dari kaum Liberal, konflik yang terjadi di Semenanjung Korea merupakan contoh dari konflik identitas antara dua Negara dan sistem politik yang berbeda. Penganut paham liberal menyatakan bahwa jika memiliki keyakinan yang kuat, krisis yang menuju ke arah perang terbuka ini akan dapat dicegah apabila kedua Negara Korea sama-sama menganut sistem politik yang Liberal demokratis yang dikenal dengan tesis Democratic Peace.

Democratic Peace sendiri menurut Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi dalam tulisannya yang berjudul Liberalism: Interdependence and Global Governance dari buku International relation theory, fourth edition adalah bahwa bilamana negara-negara demokrasi bersatu maka tidak akan terjadi perang diantara negara-negara demokrasi tersebut. Teori ini mencoba untuk memaparkan bahwa budaya politik, nilai, dan struktur politik domestik dapat mempengaruhi masa depan perdamaian internasional. Immanuel Kant dan para teoritisi liberal berpendapat bahwa peperangan dapat dialihkan dengan hubungan dagang yang kuat antara negara. Ikatan tersebut kemudian akan memunculkan saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lain sehingga potensi peperangan dapat diminimalisasi. Bagi para penganut teori democratic peace, kedudukan negara dan masyarakat di dalamnya adalah sama pentingnya karena komposisi dari negara yang berupa kumpulan masyarakat di dalamnya.1

Dalam konflik Semenanjung Korea, pada produk kebijakannya terdapat suatu pemikiran akan adanya penekanan yang terlalu besar pada faktor personal, khususnya pada aspek kepemimpinan nasional. Seperti yang dijelaskan diawal bahwa Kematian seorang pemimpin politik puncak di negara seperti Korea Utara, dipandang penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat berarti memperburuk situasi krisis yang tengah berlangsung atau sebaliknya dapat dipandang membawa dampak positif untuk mewujudkan perdamaian. Situasi

(7)

apa yang muncul akan sebagian besar ditentukan oleh watak dan karakter kepemimpinan yang menggantikan Kim Jong-il.

Analisis inilah yang digunakan oleh kalangan liberal untuk menyatakan mengapa pergantian kepemimpinan di Korea Selatan yang demokratik itu tidak dipandang memberikan kontribusi bagi krisis di Semenanjung Korea. Hal inilah yang diasumsikan oleh kalangan liberal bahwa Negara demokratik seperti Korea Selatan lebih memiliki pelembagaan politik yang baik yang dimana sirkulasi elit kepemimpinan nasionalnya diyakini tidak memberikan guncangan politik karena faktor personal kepemimpinan berperan minor atau tidak berperan vital dalam pengendalian krisis. Keadaan yang dianggap sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Korea Utara. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pergantian presiden di Korea Selatan dianggap memiliki predikbilitas politik yang tinggi sedangkan pergantian presiden di Korea Utara dianggap sangat rawan dengan resiko politik.

Menurut Makmur Keliat dalam tulisannya yang berjudul Krisis Korea Pasca Kim Jong-Il mengungkapkan bahwa tesis pemikiran liberal ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni :

1. Tesis Democratic Peace cenderung untuk menyudutkan Korea Utara dalam opini media Internasional.

2. Tesis ini membatasi pembahasan krisis Semenanjung Korea pada dua identitas politik nasional yang berbeda yaitu sebatas antara Korea Utara yang komunis dan Korea Selatan yang demokratik.

3. Konsekuensi lainnya dari tesis ini adalah ia juga cenderung untuk mengabaikan faktor objektif dari dimensi regional dan internasional yang sangat mewarnai konflik di Semenanjung Korea.

Selain itu, Makmur Keliat juga menjelaskan bahwa fakta yang sukar dibantah sebagai akibat dari kuatnya tesis Democratic Peace ini adalah komunitas internasional cenderung untuk terjebak dalam strategic soft balancing yang pada intinya strategi ini dilakukan untuk mengasingkan Korea Utara dari kerjasama regional dan internasional.

(8)

Amerika Serikat (AS). Kepentingan strategis China terhadap Korea Utara adalah sebagai Strategis Buffer Zone. Selain itu bagi China Korea Utara juga dapat berfungsi sebagai guard post untuk mengamati pergerakan Amerika Serikat di wilayah perbatasan antara China dan Korea. Sedangkan bagi Amerika Serikat, kepentingan strategisnya adalah untuk melakukan pembendungan (containment) terhadap kebangkitan China di masa depan dan sebagai bagian dari strategi Hard Balancing yang riil.

Dari pemaparan yang telah diungkapkan diatas, penulis beranggapan bahwa tesis Democratic Peace ini memilii keterbatasan dan krisis yang terjadi di Semenanjung Korea tidak bisa semata-mata diprediksi hanya berdasarkan meninggalnya Kim Jong-il selaku presiden Negara otoriter seperti Korea Utara saja. Hal ini dikarenakan terdapatnya turunan dari perhitungan strategis objektif dan rasional antara Amerika Serikat dan China yang dimana keberadaan keterlibatan kedua Negara ini di dalam konflik Semenanjung Korea memiliki peranan yang cukup penting.

Jika dilihat berdasarkan perspektif Realis maka yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan China merupakan cara dari kedua Negara tersebut untuk mewujudkan apa yang menjadi kepentingan nasional dari masing-masing Negara tersebut. Selain itu, apa yang terjadi dalam konflik Semenanjung Korea terutama hubungan yang terjadi antara Korea Utara – China dan Korea Selatan – Amerika Serikat tidak terlepas dari apa yang disebut dengan Security Dilemma dan Interdependensi.

Security Dilemma

A security dilemma refers to a situation where in two or more states are drawn into conflict, possibly even war, over security concerns, even though none of the states actually desire conflict. Essentially, the security dilemma occurs when two or more states each feel insecure in relation to other states.2 Security Dilemma

mengacu pada situasi yang melibatkan dua aktor negara atau lebih dalam suatu konflik, dimana konflik yang terjadi berdasar pada adanya rasa tidak aman terhadap negara sekitar, sehingga tindakan suatu negara untuk meningkatkan keamanan akan dianggap sebagai ancaman bagi keamanan negara lain.

(9)

 Interdependensi

Interdependence is things that are interdependent are related to one another in sucha close way that each one needs the others in order to exist.3 Interdependensi merupakan hubungan saling terkaitnya satu aktor dengan aktor lain yang didasari oleh adanya kepentingan dan keuntungan yang didapat. Biasanya dalam interdependensi, aktor yang terkait memiliki perbedaan status atau kedudukan, negara maju dengan negara berkembang atau yang memiliki kedudukan yang sama seperti negara berkembang dengan sesama Negara berkembang.

Dalam konflik yang terjadi di Semenanjung Korea ini Security Dilemma yang terjadi sangat terlihat jelas. Hal ini dibuktikan dengan ancaman penyerangan nuklir Korea Utara terhadap Korea Selatan yang dilakukan setelah Korea Selatan memperkuat keamanannya di pulau perbatasan antara kedua Negara Korea. Selain itu Korea Selatan juga melakukan latihan gabungan militer dengan pihak Amerika Serikat serta menerima penempatan pasukan Amerika Serikat di negaranya. Saat ini terdapat sekitar 28.500 pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Korea Selatan.4

Sedangkan untuk interdependensi dapat terlihat dari hubungan yang terjadi antara Korea Utara – China dan Korea Selatan – Amerika Serikat. Untuk hubungan antara Korea Selatan – Amerika Serikat, interdepedensi terlihat bahwa Amerika Serikat membutuhkan keberdaan Korea Selatan untuk pembendungan (containment) terhadap kekuatan China di Asia Timur khususnya daerah rawan konflik seperti semenanjung korea yang secara tidak langsung berbatasan dengan wilayah perimeter keamanan China. Kemudian bagi Korea Selatan keterlibatan Amerika Serikat sendiri selaku Negara nuclear power dan Negara adidaya dapat digunakan untuk menghadapi ancaman dari pihak Korea Utara.

Selanjutnya hubungan antara Korea Utara – China, interdepedensi yang terjadi terlihat dari China membutuhkan Korea Utara sebagai buffer zone (zona penyangga) untuk membatasi

3 M. Milan, Mc Milan Dictionary (online), 2009, <www.macmillanddictionary.com/dictionary/british/interdependent>, diakses 8 April 2013

4 K. Ferida, Korsel Didesak Waspadai Kebijakan Militer AS (online), 2012,

(10)

infiltrasi liberalisme serta untuk penghindar dari ancaman pengembangan kekuatan nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Sebaliknya keterlibatan China dalam kasus ini menguntungkan pihak Korea Utara karena China dapat membantu Korea Utara terhindardari sanksi yang diberikan oleh PBB. Tingkat ketergantunganyang cukup tinggi dari Korea Utara terhadap Cina ini menyebabkan China bisa denganmudah membawa Korea Utara untuk ikut dalam Six Party Talks.5

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tidak sepakat dengan adanya Democratic Peace yang menekankan terhadap factor personal yaitu kepemimpinan nasional. Kondisi yang terjadi dalam semenanjung korea tidak bisa diprediksikan semata-mata berdasarkan watak dan karakter pemimpin yang menggantikan Kim Jong-il saja. Hal ini dikarenakan actor yang terlibat didalamnya dipengaruhi oleh actor lain yang terlibat yakni China dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk tesis Democratic Peace menurut penulis tidak sesuai dengan apa yang terjadi di Semenanjung Korea dan selamanya tidak akan pernah terwujud di Semenanjung Korea jika kedua Negara utama yakni Korea Utara dan Korea Selatan masih sama-sama mengalami apa yang disebut dengan Security Dilemma.

BAB III

Kesimpulan

(11)

Kondisi yang terjadi dalam konflik Semenanjung Korea terutama pasca meninggalnya pemimpin Korea Utara yang dianggap otoriter yaitu Kim Jong-il menimbulkan banyak spekulasi yang dipengaruhi oleh arus pemikiran Liberal. Kaum Liberal beranggapan kondisi yang akan terjadi dalam Konflik Semenanjung Korea dipengaruhi oleh sifat dan karakter dari kepempimpinan Nasional yang akan menggantikan Kim Jong-il. Penganut paham liberal menyatakan bahwa jika memiliki keyakinan yang kuat, krisis yang menuju ke arah perang terbuka ini akan dapat dicegah apabila kedua Negara Korea sama-sama menganut sistem politik yang Liberal demokratis yang dikenal dengan tesis Democratic Peace.

Namun pada kenyataannya, tesis ini sendiri masih memiliki beberapa keterbatasan dan ketidaksesuaian dengan apa yang terjadi sebenarnya dalam Konflik Semenanjung Korea. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan actor yang terlibat didalamnya dipengaruhi oleh actor lain yang terlibat yakni China dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk tesis Democratic Peace menurut penulis tidak sesuai dengan apa yang terjadi di Semenanjung Korea dan selamanya tidak akan pernah terwujud di Semenanjung Korea jika kedua Negara utama yakni Korea Utara dan Korea Selatan masih sama-sama mengalami apa yang disebut dengan Security Dilemma.

(12)

Bashoria, J. “The Six Party Talks on North Korea’s Nuclear Program”. 2012. Council on Foreign Relations. 8 April 2013. <http://www.cfr.org/proliferation/six-party-talks-north-koreasnuclear-program/p13593>.

Ferida, K. “Korsel Didesak Waspadai Kebijakan Militer AS”. 2012. OkeZone. 30 Oktober 2012. <http://international.okezone.com/read/2012/01/06/413/552764/korsel-didesak

waspadaikebijakan-militer-as>.

Kanji, O. “Security”. Colorado: Conflict Research Consortium University of Colorado. 2003. Milan, M. “Mc Milan Dictionary”. 2009. 8 April 2013. <www.macmillanddictionary.com/dictionary/british/interdependent>.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini, Untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kerusakan bantalan akibat korosi pada pompa sentrifugal dengan kondisi yang telah ditentukan melalui

Saya menyatkan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul ; “PENELITIAN KOMPOSIT GERABAH, PASIR BESI, SKAM PADI DENGAN FARIASI FRAKSI VOLUME “’ yang dibuat untuk

Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut, apabila sama sekali tidak ada individu yang puas terhadap layanan maka tidaklah berarti dalam populasi tidak ada sama sekali tingkat

Hal ini diperkirakan bahwa semakin lama reaksi dan semakin besar konsentrasi metanol mengakibatkan reaksi tumbukan antar partikel Na-bisulfit dengan metil ester akan

membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa. tahun

Hasil penelitian ini yaitu (1) Manajemen Aset dan Kinerja Keuangan berdasarkan uji Simultan menyatakan bahwa secara bersama-sama atau serempak berpengaruh positif dan signifikan

Simulasi yang dilakukan menggunakan Network Simulator 3 (NS 3) untuk membandingkan protokol routing DSDV dan OLSR. Pembatasan simulasi akan dijelaskan sebagai berikut.

Bagaimana perbandingan nilai average delay yang dihasilkan oleh algoritma penjadwalan mmSIR dan mSIR pada jaringan wimax untuk kelas layanan rtPS.. Bagaimana performansi