• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teori Simbol Sussane K. Langer pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Teori Simbol Sussane K. Langer pa"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2/24/2015

Kajian Bangunan Arsitektur

Berdasarkan Teori Simbol

Arsitektur Nusantara : Keraton Surakarta

Arsitektur Mordern : Masjid Istiqlal

Nama Anggota :

Nilla ARdya Prihatanti 3212100032

Shinta Octaviana Putri 3212100041

Imam Pratama Istiaji 3212100051

Mata Kuliah Makna Arsitektur

Kelas A

(2)

1

BAB I

KERATON SURAKARTA

LOKASI : SURAKARTA, JAWA TENGAH

Kraton/karaton berasal dari kata (ke-ra-tu-an) menunjukan tempat kediaman ratu (=raja) atau biasa juga disebut kedaton (ke-datu-an) berarti istana/kerajaan. Keraton merupakan bangunan rumah tinggal yang diperuntukkan khusus untuk raja yang berbentuk seperti rumah

penduduk masyarakat Jawa hanya saja memiliki fungsi yang lebih kompleks.Fungsi utama

sebagai kediaman raja, namun karena raja merupakan seorang tokoh yang dihormati maka

kraton menjadi pusat budaya, acuan nilai, adat/aturan, dan sumber ilmu bagi masyarakatnya

dan lingkungannya baik secara fisik dan non fisik.

Karaton Surakarta merupakan salah satu dari 2 buah keraton besar di Jawa Tengah. Keraton

Kartasura Hadiningrat menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam di Jawa Tengah pada tahun

1680 – 1745, namun sejak tanggal 17 Februari 1745, Susuhunan Pakubuwono II dan

keluarganya pindah ke keraton baru yang berlokasi di sebuah desa di tepi Sungai Bengawan

bernama desa Solo dan keraton tersebut diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat. Keraton

melalui masa pembangunan pada tahun 1743 – 1746. Secara harafiah “suro” berarti gagah

berani, “karto” –makmur, “hadi” –besar, dan “rat” berarti negara. Jadi Surakarta Hadiningrat

dapat diartikan sebagai “negara besar yang gagah berani dan makmur”.

Secara fisik bangunan Kraton Surakarta terdiri dari bangunan inti dan lingkungan pendukungnya seperti Gapura (pintu gerbang), alun-alun, masjid , pasar dll. Nama bangunan dan ruang-ruangnya memiliki makna dan fungsi masing-masing, misalnya tahapan

menghadap raja dimaknakan dalam nama- nama gapura masuk, terdapat 3 gapura atau pintu

gerbang untuk memasuki keraton yaitu Kori (gapura) mangu, Kori brojonolo, Kori

(3)

2 Berikut adalah denah Keraton Surakarta Hadiningrat :

1. Gladag merupakan pintu gerbang pertama untuk memasuki daerah keraton yang akan

diawali dengan melewati alun-alun lor. Gladag artinya tombak untuk berburu binatang; juga berarti Abdi Dalem Gladag menjalankan tugasnya. Gladag dilengkapi dengan pohon-pohon beringin. Wujud arsitektur pada kawasan Gladag ini adalah

mengandung arti simbolis ajaran langkah pertama dalam usaha seseorang untuk

Gambar 1. Denah Keraton Surakarta

Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah (1985)

1. Gladag

11.Sebuah bangunan tempat lonceng 12.Ngebrak

19.Kori Sri Manganti Lor 20.Ruang Jaga

21.Panggung Sanggabuwana 22.Sasanawilapa

23.Nguntarasana

(4)

3 mencapai tujuan ke arah Manunggaling Kawula Gusti (Bersatunya Rakyat dengan

Raja).

2. Alun-alun lor merupakan alun-alun yang terletak di bagian utara keraton. Gunanya untuk mengumpulkan rakyat. Di sini terdapat 2 batang pohon beringin kembar pindahan dari keraton Kartasura. Dua pohon beringin ini memiliki makna sebagai perlindungan dan keadilan.

3. Mesjid merupakan tempat ibadah rakyat yang beragama Islam.

4. Pasar. Pasar ini dinamakan Pasar Klewer, tempat jualan bagi rakyat. dahulu, pasar ini berguna untuk memberi tanda dan waktu kepada para prajurit keraton untuk bersiap

apabila musuh datang.

Gambar 6. Bagian Dalam Siti Hinggil Lor Sumber : http://infobimo.blogspot.com

Gambar 4. Gapura Mesjid Agung Sumber : http://infobimo.blogspot.com

Gambar 5. Gapura pasar klewer Sumber : http://infobimo.blogspot.com Gambar 2. Gladag

Sumber : http://infobimo.blogspot.com

(5)

4 5. Pagelaran merupakan bangunan yang besar dengan 48 tiang. Pagelaran ini berguna

sebagai tempat rakyat menghadap Sri Susuhan.

6. Siti hinggil adalah bangunan yag berlantai tinggi. Siti hinggil dalam bahasa Indonesia berarti tanah tinggi. Siti hinggil memiliki fungsi sebagai tempat Susuhanan menerima rakyat.

7. Supit urang merupakan jalan masuk samping berbentuk seperti supit udang. Jalan ini memiliki fungsi sebagai sistem pertahanan menghalangi musuh yang berusaha

memasuki Keraton. Kata “supit” berarti penjepit dan kata “urang” berarti udang), yang melambangkan taktik untuk mengalahkan para pengacau atau penyelundup.

8. Bangsal brojonolo merupakan dua buah bangunan gardu kecil tempat penjagaan oleh Keparak Kiwa dan Keparak Tengen.

9. Kori brojonolo merupakan sebuah pintu gerbang yang mempunyai makna bahwa jika

telah memasuki keraton seperti telah memasuki nara sumber alam ketuhanan. Sang Musafir Panembah (Komunitas kawula alit) harus legawa untuk menanggalkan segala

‘arogansi drajad martabat semat’ serta harus beritikad jernih, bersih dan sakral

dengan mempertajam rasa, budi luhur, tatakrama, daya tanggap, dalam intuisi Panembah. (Brojo=Tajam; Nala=Rasa). Pintu gerbang ini mempunyai pesan bahwa apabila akan memasuki keraton hendaknya dengan hati yang tajam.

10.Bangsal wisamarto merupakan dua bangsal kecil. Bangsal ini memiliki fungsi untuk tempat penjagaan terhadap orang-orang dengan maksud jahat. Bangunan ini dapat

Gambar 10. Kori Brojonolo Lor Sumber : http://infobimo.blogspot.com Gambar 9. Kori Brojonolo Kidul

Sumber : http://infobimo.blogspot.com

Gambar 8. Tratag Siti Hinggil Lor Sumber : http://infobimo.blogspot.com Gambar 7. Pendopo Siti Hinggil Timur

(6)

5 dimaknakan sebagai kekuatan penetralisir Keraton dari berbagai kekuatan-kekuatan

destruktif dari luar. Secara harafiah “wiso” berarti bisa/racun, dan “marto” berarti

penawar. Maksudnya adalah, segala niat buruk hendaknya kita tinggalkan atau menjadi luluh ketika kita menuju Keraton.

11.Sebuah bangunan tempat lonceng

12.Ngebrak merupakan dua buah bangunan, tempat penjagaan oleh prajurit berkuda. 13.Bale rata merupakan sebuah emperan tempat

kendaraan berhenti.

14.Kori kamandungan adalah sebuah pintu gerbang yang artinya cadangan dan terdapat sebuah cerimin besar. Cermin ini akan ditemui orang sebelum

masuk keraton dan memberi makna

kepada orang yang akan memasuki keraton untuk mawas diri. Melalui pintu Kori

Gadung Mlathi/Saleko/Sembagi kita akan menjumpai pelataran Kamandungan Kidul.

Kata Gadung mlathi (putih dan hijau) bermakna simbolis hubungan keraton dengan

ratu penguasa laut selatan. Saleko bermakna hubungan vertikal antara hamba dengan

Allah SWT. Sedangkan kata Sembagi bermakna bersatunya semua warna menjadi

warna putih.

15.Garasi adalah tempat menyimpan kendaraan.

16.Smarakata merupakan bangunan berbentuk limasan, tempat para bupati dan mantri menghadap raja. Tempat ini juga untuk pelantikan para Abdi Dalem lainnya. Bangsal ini dimaknain sebagai sebuah kelahiran manusia. Kata asmarakatha sendiri memiliki

arti sebagai dawuh kang nengsemake atau perkataan yang menyenangkan. Istilah

tersebut berasal dari Bahasa Arab (?), marocog coto, yang berarti melestarikan apa

adanya apapun yang telah digariskan atau ditakdirkan untuk terjadi.

17.Marcukunda merupakan sebuah bangunan berbentuk limasan. Tempat wisuda para Komandan Prajurit Keraton dan Perwira Keraton. Bangunan ini dimaknakan sebagai tempat peradilan bagi para sentana dan elite politik lainnya yang ketika itu masih memiliki jalur keturunan raja. Pengadilan dan keadilan menjadi hal sangat sakral sebab naluri kejawen ( naluri orang Jawa) meyakini bahwa letak keadilan yang

sesungguhnya berada di Tuhan.

(7)

6 18.Panti pidana merupakan sebuah bangunan tempat memerintahkan jatuhnya

hukuman.

19.Kori sri manganti lor merupakan sebuah pintu gerbang yang di bagian luar dan dalamnya terdapat bangsal sebagai tempat raja menunggu tamunya atau sebagai tempat para tamu yang menunggu sebelum diijinkan masuk keraton. Sri Mangati adalah bentukan kata dari sri, yang berarti ratu, dan manganti, yang berarti menunggu. Pada bangunan ini dimaksudkan agar menanti dengan tertib menghadap raja seperti halnya dengan memberi sembah, ngapurancang, duduk bersila, laku

dodok yang merupakan adab/etika tertentu yang menggambarkan derajat kesusilaan.

Pada pintu gerbang ini terdapat sebuah ornamen tiga dimensi dengan kualitas

pembuatan yang sangat halus serta material yang relatif awet. Ornamen ini disusun secara simetris menggambarkan komposisi kewibawaan, keagungan dan kekuatan pertahanan negeri yang disebut sebagai Lambang Kerajaan Jawa yaitu Sri Makutha Raja.Disamping kiri-kanan Kori terdapat simbol Radya Laksana yaitu lambang kapas dan padi sebagai lambang sandang dan pangan atau kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pintu gerbang ini dihadapkan pada sebuah halaman yang ditanami pohon sawo kecik. Nama pohon itu dimaknakan sebagai lambang yang artinya sarwo becik atau serba baik.

20.Ruang jaga merupakan tempat para Panemu, mantri berserta bawahannyadari golongan Keparak.

Gambar 12.Potongan Kori Srimanganti Lor Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah (1985)

Gambar 13 .Ornamen Sri Manganti

(8)

7 21.Panggung sanggabuwana merupakan sebuah menara

dengan denah berbentuk angka 8. Menara ini 4 lantai dengan fungsi lantai teratas adalah untuk meditasi para

raja yang dinamai dengan “Tutup Saji”. Fungsi lain dari menara ini adalah untuk memantau keadaan kota Solo dan

memantau apabila datang musuh. Di atas atap menara

terdapat gambar seseorang naik seekor naga yang

sekaligus sebagai sengkala Naga Muluk Tinitihan Janma.

Arti sengkala tersebut adalah 1708, tahun jawa pembuatan

menara.

22.Sasanawilapa merupakan sebuah bangunan berbentuk joglo kepuhan tanpa serambi

yang digunakan sebagai tempat Sri Susuhunan bila melihat pertunjukan wayang kulit,

latihan tari Bedaya dan tari Srimpi.

23.Nguntarasana adalah bangunan berbentuk limasan klabang Nyander, tempat

24.Sebuah bangsal untuk rapat (parepatan)

25.Gedong/sentong

26.Paningrat

27.Malige merupakan bangunan berbentuk limasan yang memiliki 8 tiang. Bangunan ini difungsikan sebagai tempat pengkhitanan putera-putera raja. Perletakan posisi

bangunan ini memiliki makna bahwa berdasarkan falsafah Jawa, seorang ibu yang hendak melahirkan anaknya, harus berbaring dengan kepala di barat (bahasa Jawa:

“mujur ngulon”), sehingga sang anak akan lahir menghadap timur dimana matahari

terbit. Oleh karena itu upacara khitanan dilakukan pagi hari saat matahari terbit, dan putera raja yang dikhitan pun duduk menghadap timur. Sehingga malige ini memiliki

perletakan yang memanjang di sumbu timur dan barat.

Gambar 15. Bangsal Maligi Sumber : http://infobimo.blogspot.com

(9)

8 28.Sasana sewaka merupakan bangunan berbentuk Joglo Pangrawit dengan serambi.

Secara harafiah “sasono” berarti tempat, dan “sewoko” berarti menghadap ke satu

arah, Tuhan Yang Maha Esa. Bangunan ini pada hari-hari tertentu difungsikan oleh para raja untuk bersemedi dengan duduk di atas sebuah kursi kerajaan bernama

Dampar Kencana. “Dampar” berarti tempat bersemayam dan “kencana” berarti emas.

Bangunan ini dimaknai sebagai tempat untuk mengheningkan cipta dengan

menghadap memohonkan kesejahteraan keraton seisinya serta rakyat dan negara.

29.Sasana parasdya merupakan sebuah bangunan berbentuk joglo Kepuhan tanpa

serambi sebagai tempat Sri Susuhunan bila melihat wayang kulit dan sendra tari.

30.Bangsal pradangga merupakan bangunan berbentuk Limasan Klabang Nyander,

tempat alat musik gamelan.

31.Bangsal bujana merupakan tempat jamuan makan para pengikuit tamu agung.

32.Sasana handrawina merupakan bangunan berkaca tempat menerima tamu dan

makan-makan.

33.Art gallery merupakan gedung yang mengelilingi yang searang dijadikan museum

keraton.

34.Sasana pustaka merupakan tempat bacaan.

Karaton Surakarta sebagai suatu negara memiliki lambang yang disebut Radya Laksana. Lambang Radya Laksana memiliki makna mengenai kebubayaan keraton. Sehingga untuk

mengetahui kebudayaan keraton dapat diketahui melalui lambang Radya Laksana. Dapat

Gambar 16.Potongan Sasana Sewaka Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah

(1985)

Gambar 17. Ornamen Sasana Sewaka Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa

(10)

9 disimpulkan bahwa disamping karaton sebagai suatu negara, memiliki lambang atau simbol, karaton sendiri dapat dianggap sebagai lambang.

Karaton Surakarta sebagai lambang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lambang kemanunggalan tiga unsur yaitu Raja, Sentana Dalem, dan Abdi Dalem/siapapun yang mengkeblat karaton. Yang maknanya dapat dikatakan sebagai lambang keesaan atau sesuatu yang diutamakan dan ditunggalkan. Dalam hal ini yang menjadi lambang

tersebut adalah Raja, Sentana Dalem dan Abdi Dalem.

b. Lambang anugerah/wahyu Tuhan. Dapat diartikan bahwa berdirinya keraton ini dimaknai sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

c. Lambang tempat kedudukan wahyu Tuhan (Surjandjari Puspaningrat 1996:37). Dapat diartikan bahwa hadirnya Keraton Surakarta Hadiningrat yang secara harfiah berarti

“negara besar yang gagah berani dan makmur” mampu dianggap sebagai media untuk

terus mendekatkan diri kepada Tuhan.

Karaton Surakarta sebagai suatu lambang. Hal yang demikian tercermin dalam Sabda Dalem

Ingkang Minulya Saha Wicaksana Suhandap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng

Susuhunan Paku Buwana X sebagai berikut:

“Karaton Surakarta Hadiningrat, haywa kongsi dinulu wujude wewangunan kewala, nanging

sira padha nyumurupana sarta hanindakna maknane kang sinandi, dimen dadya tuntunan

laku wajibing urip hing dunya tumekeng delahan”.

Yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut : “Janganlah Karaton Surakarta Hadingingrat hanya dilihat dari wujud/bentuk bangunannya saja, tetapi hendaknya diketahui, dimengerti serta dijalankan makna pesan-pesan yang tersirat dan tersurat, agar dapat menjadi tuntunan menjalankan kewajiban hidup di dunia dan akherat.”

Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa bangunan karaton memiliki makna tersirat. Makna tersirat ini dapat diartikan sebagai lambang atau simbol. Sehingga dapat dikatakan bahwa keraton dapat dianggap sebagai lambang. Dan sebagai suatu lambang, keraton

memiliki makna simbolis. Dalam hal ini simbol yang dimaksud adalah bangunan karaton itu

(11)

10 Masjid Istiqlal

Arsitek : Frederich Silaban

Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia. Masjid ini terletak di timur

laut Lapangaan Merdeka Jakarta Pusat. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini pembangunannya

diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno. Pembangunan Masjid

Istiqlal dimulai pada tanggal 24 Agustus 1951 dan dibuka pada tanggal 22 Februari 1978.

Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Gambar 11. Denah Masjid Istiqlal

Desain Masjid Istqlal dihasilkan melalui sayembara desain yang diselenggarakan oleh arsitek

dan ulama terkenal saat itu. Pemenangnya adalah Frederich Silaban dengan desain bersandi

Ketuhanan. F. Silaban yang seorang Kristen menjadi simbol kerukunan umat beragama di

Indonesia. Bahkan letak Masjid Istiqlal ini pun berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta.

Sebagai bangunan yang didirikan pada tahun 50-70an, ketika tren arsitektur saat itu adalah arsitektur modern, maka Masjid Istiqlal ini pun memiliki konsep minimalis yang mana merupakan ciri khas dari arsitektur modern. Konsep minimalis merupakan konsep yang tidak biasa digunakan pada sebuah masjid pada waktu itu. Meskipun minimalis, konsep masjid juga

(12)

11 Simbolisme Pada Desain Masjid Istiqlal

Desain karya Frederich Silaban mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Secara umum simbolisme pada desain Masjid Istqlal menggunakan konsep sandi Ketuhanan.

- Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu.

Gambar 12. Nama-nama tujuh pintu gerbang Masjid Istiqlal

- Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Ruang utama yang berfungsi sebagai tempat ibadah ditinggikan satu lantai untuk melambangkan keutamaan dan tempat yang lebih

suci.

Gambar 13. Tempat wudhu yang terdapat di lantai dasar masjid

- Bangunan utama masjid dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter,

angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

(13)

12 Gambar 14. Kubah Masjid Istiqlal dengan ornamen bulan sabit

- Kubah utama ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun.

Gambar 16. Tiang-tiang yang menopang ruang utama mmasjid

- Masjid ini terdiri dari satu lantai utama dengan empat balkon. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia.

- Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan.

- Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Hal ini melambangkan bahwa kita beribadah menghadap kepada Allah.

Gambar 17. Ruang ibadah utama masjid dengan kaligrafi di depan dan empat balkon di

(14)

13 - Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping, serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi. Yaitu langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, batin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya).

Gambar 18. Dua bangunan masjid

- Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter (6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Al Quran.

- Puncak menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran.

(15)

14

BAB II

Teori Simbol menurut Susanne K. Langer

Dasar Pemikiran Susanne K. Langer

Susanne K. Langer melihat seni dari sesuatu yang terkandung dan yang dimiliki oleh sebuah

seni, bukan dari manfaat dan fungsinya. Sebelumnya, Susanne melihat banyak teori mengenai

seni yang terdapat kecenderungan untuk mmenjadi sebuah paradoks. Yakni ketika ada yang

menyatakan teori A, kemudian ada yang menentang dan mengemukakan teori B. maka aka

nada anggapan bahwa ketika teori A benar, maka B salah. Hal tersebut merupakan pertanda

adanya kesalahan konsepsi. Untuk meluruskan konsepsi tersebut, diperlukan suatu anggapan

bahwa aspek emosional sebagai sesuatu yang melekat pada karya tersebut.

Pada era modern, aspek estetika seringkali dilihat sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari keindahan. Sehingga dalam pembahasan estetika akan lebih luas, tidak hanya

pada karya seni, melainkan dapat pula pada keindahan alam. Suasana yang dimiliki oleh alam

adalah impresi pengamat terhadap pemandangan alam dan dapat dipisahkan menjadi

elemen lain karena telah mengalami proses abstraksi. Setelah memahami adanya perasaan

objektif yang tidak berasal dari inderawi dan tidak diekspresikan oleh seorang subyek namun

terkandung dalam karya seni, Susanne Langer mengutarakan teorinya, bahwa hal tersebut

dinamakan symbol.

Teori Simbol Susanne K. Langer

Penggunaan symbol sudah ada sejak jaman sejarah dan berkembang seiring perkembangan

pemikiran sejarah.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, symbol adalah lukisan, perkataan, lencana yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu.

Secara etimologi, symbol berasal dari Bahasa yunani yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kemada seseorang. Namun menurut Susanne, symbol dan tanda merupakan dua hal yang berbeda.

(16)

15 Berdasarkan teori symbol, symbol dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Symbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unit-unitnya

bermakna berdasarkan konvensi (aturan yang disepakati bersama). Setiap unti

memiliki maksanya sendiri seperti kata dalam serangkaian kalimat. Symbol diskursif

memiliki ciri-ciri logika, parsial, gramatika, mengandung pesan, dan denotatif.

a. Logika

Menurut KBBI adalah jalan pikiran yang masuk akal.

Karya arsitektural yang dapat diterima oleh akal pikiran dan telah disepakati

bersama (konvensi)

b. Parsial

Menurut KBBI adalah bagian dari keseluruhan

Karya arsitektur terdiri dari elemen-elemen yang dipersatukan sehingga memiliki

makna yang utuh. Elemen-elemen tersebut sebenarnya memiliki makna tersendiri

secara parsial.

c. Gramatika / tatanan

Menggabungkan elemen-elemen menjadi karya arsitektur memiliki tatanan yang

telah disepakati. Seperti dalam penyusunan kata menjadi serangkaian kalimat.

d. Mengandung pesan

Suatu karya arsitektur yang tersusun dari elemen-elemen dan ditata menurut

tatanan yang ada akan memberikan pesan khusus bagi penggunanya. Apabila ada

elemen yang dihilangkan, pesan tersebut akan berubah dari sebelumnya.

e. Tersurat / denotatif

Makna dari elemen-elemen arsitektur digambarkan secara tersurat dan dapat

dilihat secara inderawi oleh pengguna.

2. Symbol presentasional, tidak terdiri dari unit-unit yang memiliki arti tetap untuk

digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknyanya ada

didalam bentuk secara keseluruhan. Symbol presentasional terkait dengan rasa

(sense), holistic, gestalt, kesan, dan konotatif.

a. Sense (rasa)

Setiap karya arsitektur akan menghadirkan sense berbeda-beda. Sense tersebut

(17)

16 b. Holistic

Penekanan terhadap pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari

bagian-bagiannya dan tidak bisa terpisahkan.

c. Gestalt

Berarti kesatuan yang utuh dan terpadu.

d. Kesan

Menurut KBBI adalah sesuatu yang terasa (terpikir) sesudah melihat (mendengar).

Dalam arsitektur, kesan pengguna terhadap karya arsitektur sangat penting.

Karena kesan tersebut yang akan terus melekat pada pikiran manusia.

e. Konotatif

Menurut KBBI adalah makna yang ditambahkan pada makna denotasi.

Makna konotatif akan didapatkan oleh pengguna setelah dilakukan kajian

(18)

17

BAB III

Kajian Bangun Arsitektur Dengan Teori Simbol

Simbol terbentuk dari hasil pemikiran secara abstraksi terhadap suatu obyek. Abstraksi yang

dimaksud merupakan berbagai macam sudut pandang yang digunakan dalam menginndung maksud tertentu. Teori simbol terbagi menjadi dua, yaitu teori simbol diskursif dan teori simbol presentasional.

Menelaah makna sebuah obyek arsitektur yakni Keraton Surakarta Hadiningrat berdasarkan

teori simbol diskursif dan presentasional. Keraton Surakarta Hadiningrat pada dasarnya

dibangun dengan mempertimbangkan makna yang dihadirkan yaitu Keraton sebagai simbol.

Dalam hal ini pembangunan Keraton dengan sengaja menghadirkan sebuah lambang Radya

Laksana sebagai makna budaya, sehingga timbul simbol yang melekat pada keraton yang

menjadi anggapan bahwa bangunan keraton itu sendiri yang menjadi simbol.

Simbol diskursif selalu terkait dengan logika, parsial, gramatika, mengandung pesan, dan denotative.

Adanya gladag atau gapura pada sisi terdepan sebelum memasuki kawasan keraton Solo

dengan elemen pendukung seperti alun-alun, pasar dan masjid melambangkan bahwa

keberadaan keraton sangatlah diagungkan, dilihat dari adanya tempat-tempat yang menjadi

transisi dari luar ke dalam keraton bagi orang-orang yang akan mengunjungi raja.

Pintu-pintu gerbang yang berlapis sebelum mencapai area keraton Solo juga dilengkapi

dengan gardu-gardu penjagaan, hal ini melambangkan bahwa seseorang yang ingin menemui

raja haruslah siap mental dengan bersih batin dan rendah hati karena untuk menemui raja

harus melalui penjagaan berlapis.

Supit urang merupakan jalan koridor yang berbentuk melengkung seperti supit udang pada

halaman muka keraton Solo yang melambangkan bahwa pertahanan yang dibentuk Keraton

(19)

18 Adanya bangunan Siti Hinggil ( tanah tinggi ) menjadi lambang kedudukan yang lebih tinggi

yang dimiliki raja, hal tersebut memberi pesan bahwa seharusnya disadari oleh orang-orang

atau rakyat yang akan menemui raja. Siti hinggil sendiri berupa pendopo yang memiliki tangga

sehingga terlihat lebih tinggi dari bangunan/tempat lainnya.

Simbol presentasional

Alun-alun lor merupakan alun-alun yang terletak di bagian utara keraton. Gunanya untuk

mengumpulkan rakyat. Di sini terdapat 2 batang pohon beringin kembar pindahan dari

keraton Kartasura. Dua pohon beringin ini melambangkani perlindungan dan keadilan.

Kori brojonolo merupakan sebuah pintu gerbang yang mempunyai makna bahwa jika telah

memasuki keraton seperti telah memasuki nara sumber alam ketuhanan. (Brojo=Tajam;

Nala=Rasa). Pintu gerbang ini menjadi lambang bahwa apabila akan memasuki keraton

hendaknya dengan hati yang tajam.

Kori kamandungan adalah sebuah pintu gerbang yang terdapat sebuah cerimin besar. Cermin

ini akan ditemui orang sebelum masuk keraton dan melambangkan bahwa orang yang akan

memasuki keraton untuk mawas diri. Melalui pintu Kori Gadung Mlathi/Saleko/Sembagi kita

akan menjumpai pelataran Kamandungan Kidul. Kata Gadung mlathi (putih dan hijau)

(20)

19 hubungan vertikal antara hamba dengan Allah SWT. Sedangkan kata Sembagi bermakna

bersatunya semua warna menjadi warna putih.

Adanya ukiran-ukiran pada tiang yang memiliki pola simteris juga melambangkan bahwa

keraton dibangun dan dihuni dengan berpegang teguh pada kewibawaan dan kebijaksanaan.

Malige merupakan bangunan berbentuk limasan yang memiliki 8 tiang. Bangunan ini

difungsikan sebagai tempat pengkhitanan putera-putera raja. Perletakan posisi bangunan ini

melambangkan seorang ibu yang hendak melahirkan anaknya, harus berbaring dengan kepala

di barat (bahasa Jawa: “mujur ngulon”), sehingga sang anak akan lahir menghadap timur

dimana matahari terbit. Oleh karena itu upacara khitanan

dilakukan pagi hari saat matahari terbit, dan putera raja yang

dikhitan pun duduk menghadap timur. Sehingga malige ini

memiliki perletakan yang memanjang di sumbu timur dan barat.

Masjid Istiqlal

Menurut teori simbol Susanne K. Langer, Masjid Istiqlal memiliki makna simbol baik itu simbol

diskursif ataupun simbol presentasional

Secara Tatanan sebagai sebuah tempat ibadah umat Islam, tatanan Masjid Istiqlal

menyesuaikan dengan kebutuhan ibadah umat Islam. Sebagai contoh bangunan masjid yang

mengarah ke kiblat, tempat wudhu diletakkan di lantai dasar, dan pemisahan tempat jamaah

(21)

20 Gambar 12. Ruang ibadah masjid menghadap ke kiblat

Pesan yang dihadirkan dari rancangan Masjid Istiqlal dihadirkan melalui simbol-simbol yang

antara lain berupa kaligrafi lafal Allah, Muhammad, ayat Al-Qur’an dan simbol-simbol

keislaman lainnya.

Gambar 13. Kaligrafi di dinding utama masjid

Penghadiran sense atau rasa yang ingin diciptakan perancang masjid lebih dihadirkan dengan

menciptakan ketenangan dan kenyamanan beribadah kepada para jamaah. Semua aspek

desain, konsep rancangan, maupun simbolisme Masjid Istiqlal bersifat hollistic dengan sandi

utama “Ketuhanan” yang dihadirkan oleh F. Silaban

Ruang-ruangan yang berada dalam Masjid Istiqlal mempunyai keterkaitan yang saling

mendukung untuk keperluan ibadah para jamaah. Desain Masjid Istiqlal yang megah

menjulang secara vertikal dengan kubah tinggi menimbulkan kesan kecilnya manusia saat

menghadap kepada Allah. Kesan ini disampaikan melalui desain masjid secara keseluruhan.

(22)
(23)

22 Daftar Pustaka

Langer, S. K. (1941). Philosophy In A New Key. Cambridge: The New American Library.

Arsitektur Tradisional Jawa Tengah : Dinas Pendidikan Budaya

http://muslim-academy.com/masjid-istiqlal-wujud-rasa-syukur-atas-kemerdekaan-indonesia/

http://alfarizyblogs.blogspot.com/2013/03/sejarah-masjid-istiqlal-masjid-terbesar.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Istiqlal

Gambar

Gambar 6. Bagian Dalam Siti Hinggil Lor Sumber : http://infobimo.blogspot.com
Gambar 8. Tratag Siti Hinggil Lor Sumber : http://infobimo.blogspot.com
Gambar 12.Potongan Kori Srimanganti Lor Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah (1985)
Gambar 15. Bangsal Maligi Sumber : http://infobimo.blogspot.com
+7

Referensi

Dokumen terkait