LAPORAN MANAJEMEN USAHATANI
‘’Mempelajari Kehidupan Keluarga Petani dan Analisa Usahatani Tanaman Buncis di Desa Bojong Sari Kec. Ciawi’’
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen usahatani
Dosen Pengampu Dr. Ir. Wini Nahraeni, M.Si
Oleh, Yusuf Bachtiar
A.1410872
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2017
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan laporan mata kuliah manajemen usahatani yang berjudul ‘’Mempelajari Kehidupan Keluarga Petani dan Analisa Usahatani Tanaman Buncis di Desa Bojong Sari Kec. Ciawi’’. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah manajemen usahatani.
Tulisan ini melaporkan hasil wawancara langsung dengan rasponden petani tentang keluarga dan kegiatan usahataninya selama satu tahun terakhir. Tempat wawancara berada di Ds. Bojong Murni Kec. Ciawi Kab. Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Wini Nahraeni, M.Si dan Siti Masitoh, S.Pt., M.Si yang telah mengajarkan dan membimbing selama pembelajaran berlangsung serta pihak-pihak terkait lainnya yang membantu menyelesaikan laporan ini.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan ini maka penulis berharap mendapatkan kritik dan saran yang positif dari pembaca. Semoga dengan laporan ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada setiap pembaca umumnya.
Bogor, 11 Januari 2017
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...i
Daftar Isi...ii
BAB I. PENDAHULUAN...1
I. 1. Latar Belakang...1
I. 1. Tujuan...2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...3
BAB III. METODELOGI...5
III. 1. Waktu dan Tempat...5
III. 2. Alat dan Bahan...5
III. 3. Metode...5
III. 4. Analisis Data...5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...7
IV. 1. Hasil...7
IV. 2. Pembahasan...11
BAB V. KESIMPULAN...19
V. 1. Kesimpulan...19
V. 2. Saran...19
Daftar Pustaka...20
BAB I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan urbanisasai akan meningkatkan kebutuhan bahan pangan, air dan energi sehingga tekanan dalam mewujudkan ketahanan pangan, air dan energi semakin berat. Industri dan perdagangan sarana dan hasil pertanian global semakin dikuasai oleh sedikit perusahaan multinasional sehingga mengancam eksistensi usaha pertanian skala kecil yang masih dominan di Indonesia.
Menurut Kementrian Pertanian (2014) Tantangan utama pembangunan pertanian di masa datang mencakup Perubahan iklim global akan mengurangi secara kapasitas (daya hasil dan stabilitas) produksi pertanian pada tingkat nasional dan global sehingga menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi dan ketahanan air.
Penduduk Indonesia sebagian besar bermata pencaharian di sektor pertanian dan banyak menggantungkan hidupnya di sektor pertanian serta wilayah indonesia sebagian besar diperuntukan untuk lahan pertanian. (Husodo, 2004). Penduduk pelaku usahatani bukan hanya masyarakat petani biasa melainkan di lapangan para penyuluh pertanian yang berfungsi menjembatani petani dengan lingkungan luar pertanian ikut serta menjadi pelaku usahatani.
Gambaran usahatani di Indonesia dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat, mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah, bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten dan kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya (Shinta, 2011).
Usahatani indonesia masih jauh dari harapan dan cenderung jauh dari ambang layak suatu usaha karena berbagai faktor salah satunya yaitu manajemen usahatani yang tidak dilakukan langsung oleh para petani.
Penyuluh pertanian merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah yang memiliki kompetensi terkait dunia pertanian. Kompetensi yang dimaksud mencakup teknik budidaya, manajemen usahatani dan pemasaran yang modern. Permasalahan di tingkat penyuluh pertanian di petani adalah ilmu dan pengetahuan yang di berikan oleh penyuluh apabila tidak ada bukti maka petani tidak akan percaya dan tidak akan mengikuti saran dan arahan dari penyuluh tersebut meskipun sudah teruji oleh Dinas terkait. Untuk membuktikan teori yang di dapatkan tidak jarang para penyuluh mepraktekan langsung untuk meyakinkan para petani binaannya.
I. 1. Tujuan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.
Klasifikasi Usahatani
Menurut Shinta (2011) Klasifikasi usaha tani mencakup pola usahatani, tipe uisahatani, pola tanam, dan corak usahatani. Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah lahan kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu:
Sawah dengan pengairan tehnis
Sawah dengan pengairan setengah tehnis Sawah dengan pengairan sederhana Sawah dengan pengairan tadah hujan
Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
Macam tipe usahatani : Usahatani padi
Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung) Pola tanam:
Usahatani Monokultur:
lahan tersebut. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang memiliki lahan khusus.
Usahatani Campuran/tumpangsari
Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan. Jenis sayuran yang digabung bisa banyak variasinya. Pola tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal mungkin.Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang padi atau jagung, maupun pematang sawah.
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahataniyang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara lain:
Nilai umum, sikap dan motivasi Tujuan produksi
Pengambilan keputusan Tingkat teknologi
Derajat komersialisasi dari produksi usahatani Derajat komersialisasi dari input usahatani
Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi
BAB III. METODELOGI
III. 1. Waktu dan Tempat
Wawancara dilaksanakan pada hari, tanggal : minggu, 15 Januari 2017 bertempat di Desa/Kelurahan Bojong Murni Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
III. 2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam wawancara adalah alat tulis, kuesioner dan perekam suara.
III. 3. Metode
Metode yang digunakan adalah mengambil data primer dari responden dengan wawancara langsung terhadap petani.
III. 4. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis sederhana yaitu dengan tabulasi data. Data di kumpulkan kemudian diolah. Data di bandingkan dengan tori yang menyangkut masalah ilmu usahatani. Menghitung analisa kelayakan usahataninya. Analisis usahatani bertujuan untuk mengetahui keuntungan atau pendapatan bersih yang diperoleh petani (perusahaan agribisnis) berdasarkan biaya tetap/Total Fixed Cost (TFC), biaya variabel/Total Variable Cost (TVC), dan penerimaan.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, rumusnya yaitu :
TR=Py x Y
Keterangan:
TR = total penerimaan (Rp)
Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (unit) Py = harga Y ( Rp)
untuk dijalankan, R/C < 1 dianggap tidak layak dan R/C = 1 (trade off) maka usaha tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.
R/C = Penerimaan/Biaya
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, dengan rumus:
π=TR−TC
π=(Py x Y)−(TVC+TFC)
Keterangan :
π = pendapatan usahatani (Rp) TR = total penerimaan (Rp) TC = total biaya (Rp)
Penyusutan merupakan alokasi sistematis jumlah yang dapat dissutkan dari satu aset selama umur manfaatnya, memiliki rumus :
Nilai penyusutan= Nbaru−Nsisa Umur ekonomis
Keterangan :
Nbaru = harga beli/harga baru (Rp.)
Nsisa = harga sisa saat barang sudah tidak dapat digunakan (Rp.)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil
Petani dan Keluarga
Identitas Petani Pengelola
Nama : Zulkifli Hamzah
Alamat tempat tinggal : Kp. Ledeng Ds. Sukaresmi Kec. Megamendung Kab. Bogor
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Nomor telepon : 081315975662
Pendidikan formal : 15 tahun (Diploma 3 IPB)
Pengalaman bertani : 9 tahun
Pengalaman mengikuti kursus, latihan kerja, penyuluhan kelompok dll
: 17 kali pelatihan dengan satu kali pertemuan membutuhkan 1 sampai 10 hari
Status sebagai petani : Pemilik Penggarap
Alasan menjadi petani : Keinginan memajukan petani, hobi dan menambah keimanan
Anggapan petani terhadap pekerjaan
usahataninya : Mata pencaharian sampingan
Pekerjaan diluar usahatani : Penyuluh pertanian 8 jam per hari senin sampai jumat.
Yang berperan dalam mengambil keputusan usahatani Isteri 32 tahun 16 tahun (Starta 1) Tidak Ya
Anak - 1 4,5 tahun - Tidak Tidak
Lahan Usahatani
Lahan milik sendiri adalah lahan yang dimiliki oleh responden yang bersumber dari warisan orang tua. Lahan ini mencakup jenis lahan, luas, jumlah persil dan taksiran nilai serta penggarapannya.
Tabel 1. Lahan milik sendiri Jenis
lahan
Digarap sendiri Digarapkan kepada orang lain Lua
Peta yang menggambarkan keadaan lahan responden yang sebenarnya.
Pemilikan alat pertanian menggambarkan alat yang dimiliki oleh responden dalam mendukung usahataninya.
Tabel 2. Pemilikan Alat Pertanian
Jenis alat Jumlah (Rp/satuanHarga beli )
Sprayer 1 450.000 2008 10 Tidak
disewakan
Cangkul 1 45.000 2008 8 Tidak
disewakan
Pendapatan Keluarga diluar Usahatani
Tabel 3. Pendapatan bersih yang diperoleh anggota keluarga di luar usahatani (Nopember 2015 – Nopember 2016)
Anggota keluarga
yang menyumbang Jenis pekerjaan
Per bulan
(Rp) Per tahun (Rp) Petani/Responden Tenaga Penyuluh Pertanian 2.700.000 32.400.000 Istri Tenaga AdiminstrasiPertanian 3.500.000 42.000.000
Total 6.200.000 74.400.000
Pengeluaran Keluarga
Tabel 4. Pengeluaran rumah tangga usahatani (Nop 2015 – Nop 2016) No Jenis Pengeluaran Per bulan (Rp) Per tahun (Rp)
1 Pembelian lauk pauk 510.000 6.120.000
2 Pembelian bahan penunjang 190.000 2.280.000
3 Pembelian barang penyegar 60.000 720.000
4 Pembelian bahan penerangan 3.400 40.000
5 Pembelian bahan kesehatan 30.000 360.000
6 Pembelian sandang 100.000 1.200.000
7 Pengeluaran untuk rekreasi 200.000 2.400.000 8 Pengeluaran untuk selamatan/pesta 41.700 500.000
9 Pengeluaran untuk pajak 7.500 90.000
10 Membeli pulsa 220.000 2.640.000
11 Membayar kredit Motor 1.400.000 16.800.000
12 Bensin 600.000 7.200.000
Total 3.362.600 40.350.000
Analisis Usahatani
Jenis lahan : Sawah Nomor persil : 1
Luas : 0,1 ha
Pola pergiliran tanaman : Tumpang sari dan monokultur Tabel 5. Riwayat Penanaman
Nov. Des. Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agt Sep Okt. Istira
Tabel 6. Produksi dan Penggunaannya Jenis
No Jenis Sarana Jumlah Fisik Harga Satuan
(Rp) Jumlah Biaya (Rp)
1 Benih Buncis 4 Kg 38.000 152.000
2 Pupuk
Urea 40 kg 2.500 100.000
TSP 10 kg 2.500 25.000
Za 50 Kg 2000 100.000
3 Pupuk Organik
Pupuk kandang 60 karung 10.000 600.000
4 Alat Bahan Penunjang Produksi
Mulsa Plastik 1 Rol 570.000 570.000
Total 1.422.000
IV. 2. Pembahasan
Tempat lahan responden secara administratif berada di Desa/Kelurahan Bojong Murni Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa Bojong Murni dibentuk pada tahun 1985 dengan luas Desa/Kelurahan mencapai 160,000,000 ha. Koordinat Desa Bojong Murni berada pada 106.916153 BT / -6.750231 LS.
Komoditas unggulan berdasarkan luas panen yaitu Bawang Putih. Desa Bojong Murni bertipologi perladangan dengan klasifikasi swadaya dan kategori madya. Batas wilayah sebelah Utara Desa Jambuluwuk, sebelah Selatan Gunung Pangrango, sebelah Timur Desa Sukamanah, sebelah Barat Desa Cibedug.
Komposisi Luas Lahan Desa Bojong Murni yaitu : Tataguna Lahan Sawah 887,500 ha; Tegal/Ladang 124,120 ha; Pemukiman 350,200 ha; Pekarangan 0,0000 ha; Perkebunan 124,120 ha; Tanah Kas Desa 0,0400 ha; Fasilitas Umum 233,200 ha; Hutan 1.467,9000 ha.
Jumlah penduduk total Desa Bojong Murni mencapai 5.055 orang dengan jumlah Laki-Laki 2.704 orang dan jumlah Perempuan 2.347 serta jumlah Kepala Keluarga (KK) 1.248. Dari total jumlah penduduk diatas, yang bermata pencaharian sebagai petani 55 orang, buruh tani 60 orang dan peternak 330 orang
(http://kecamatanciawi.bogorkab.go.id/).
Perjalanan Desa Bojong Murni dari Universitas Djuanda membutuhkan waktu sekitar 40 menit dengan jarak yang ditempuh mencapai 31 Km dengan kendaraan bermotor. Desa Bojong Murni terletak di kaki Gunung Pangrango yang memiliki udara sejuk dan tanah yang lumayan subur terlihat dari banyaknya lahan pertanian.
Karakteristik responden
tahun dengan pendidikan formal selama 15 tahun, pendidikan terakhir Diploma III IPB Bogor.
Responden terjun di dunia pertanian selama 9 tahun dengan pekerjaan utama yaitu penyuluh pertanian. Responden pernah mengikuti pengalaman pelatihan 17 kali pelatihan yang diadakan oleh dinas pertanian. Pengalaman pelatihan seperti pelatihan di bidang tanaman pangan 10 kali, tanaman hortikultura 5 kali dan tanaman kehutanan 2 kali. Jenis pelatihan tanaman pangan yang dominan adalah padi dan sisanya jagung. Materi pelatihan meliputi teknik budidaya, manajemen dan pemasaran komoditas padi. Sesuai program pemerintah yaitu PTT Padi atau Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi.
Pelatihan tanaman hortikultura hanya sebagian jenis tanmaan yaitu cabai dan sayuran daun caisim. Sesuai fokus pembangunan pertananian pemerintah kepada komoditas tanaman cabai. Pelatihan tanaman kehutanan mengenai kebun milik rakyat semacam program budidaya tanaman kayu-kayuan dan pengolahan gergaji kayu untuk budidaya jamur tiram. Durasi pelatihan beragam berkisar dari 1 sampai 15 hari tergantung jenis pelatihan. Salah satu programnya adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) (nad.litbang.pertanian.go.id)
Responden adalah petani penggarap hasil warisan dari orangtua atau bapak dari responden dengan menggarap selama 2 tahun. Pengambilan keputusan dalam usahataninya adalah responden sendiri.
Kantor Rangga Mekar Pamoyanan yang membawahi 3 kecamatan Caringin, Cigombong, Cijeruk. Responden sebagai tenaga teknis lapangan yang sehari-hari bekerja di lapangan. Waktu kerja yang dihabiskan menjadi penyuluh pertanian 9 jam per hari dari hari senin sampai jumat. Selain itu responden bekerja di luar jam kerja biasa dengan melayani petani yang ingin mendapatkan bimbingan.
Keluarga
Responden sudah menikah dengan memiliki istri dan satu anak. Umur istri responden 32 tahun dengan pendidikan formal yang telah ditempuh selama 16 tahun atau pendidikan terakhir Starta I Teknologi Industri Pertanian di Univrsitas Djuanda. Istri responden tidak membantu kegiatan usahatani tetapi bekerja di UPT (Unit Pelaksana Tugas) di Kantor Rangga Mekar Pamoyanan sebagai tenaga teknis administrasi pertanian. Umur anak responden 4,5 tahun belum masuk pendidikan formal.
Penerimaan Keluarga diluar Usahatani
Responden merupakan penyuluh lapangan pertanian di Dinas pertanian yang bekerja sehari-hari di lapangan membimbing para petani dari hari senin sampai jumat. Penerimaan responden dalam satu bulan mencapai Rp. 2.700.000 diluar kegiatan usahataninya. Selain responden penerimaan keuangan keluarga berasal dari istri responden dengan bekerja di Dinas Pertanian sebagai tenaga administrasi penyuluh pertanian yang mendapatkan upah Rp. 3.500.000 per bulan. Total penerimaan keluarga mencapai Rp. 6.200.000 atau dalam setahun mencapai Rp. 74.400.000 sesuai Tabel 3. Pendapatan bersih yang diperoleh anggota keluarga di luar usahatani (Nopember 2015 – Nopember 2016).
Pengeluaran Keluarga
yang digarapkan kepada orang lain. Lahan tersebut ditanami padi yang hasilnya dikonsumsi oleh keluarga responden.
Menghitung penerimaan dan pengeluaraan keluarga responden dapat diketahui tingkat hidup keluarga tersebut. Menghitungnya dengan cara mengurangi penerimaan oleh pengeluaran keluarga selama satu tahun.
Keuntungan = Penerimaan – Pengeluaran
Rp. 74.400.000 – Rp 40.350.000 = Rp. 34.050.000
Keluarga responden mengalami surplus yaitu sebesar Rp. 34.050.000 dalam setahun. Pendapatan tersebut dikatakan layak karena dapat menutupi kebutuhannya dan memiliki kelebihan yang cukup banyak dan keluarga responden dikatakan tingkat hidupnya layak. Responden memiliki alasan terjun ke dunia pertanian memiliki keinginan memajukan sektor pertanian, hobi dan aspek religius yaitu dapat menambah keimanan merasa lebih dekat dengan pencipta.
Analisis Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Shinta (2011) Unsur pokok usahatani terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Tanah diartikan sebagai lahan tempat usahatani berlangsung.
Lahan Usahatani
Lahan yang digarapkan kepada orang lain dipercayakan kepada Bapak Ahya dengan ditanami padi. Sistem pembagiannya yaitu dengan bagi hasil. Keuntungan dari prduksi tanaman padi dikurangi modal terlebih dahulu kemudian sisanya dibagi rata antara penggarap dengan pemilik lahan.
Lahan digarap sendiri
Lahan yang digarap sendiri lahan sawah tetapi ditanami tanaman jenis hortikultura. Riwayat penanaman dapat dilihat dari Tabel 5 Riwayat penanaman dimana awal Desember sampai Maret menggunakan pola tumpang sari yang di dalamnya terdapat tanaman cabai, wortel, bawang daun. Setelah istirahat satu bulan lahan ditanam dengan tanaman edamame tetapi tidak berjalan baik karena hasilnya gagal. Hasil panen gagal karena keterbatasan waktu petani yang hanya bisa mengurus usahataninya di hari libur yaitu sabtu minggu dan hari libur nasional. Kemudian lahan di istrahatkan selama satu bulan dan menanam tanaman buncis.
Persiapan penanaman tanaman buncis pada bulan agustus dan menghasilkan produksi 331 Kg dalam 0,1 ha lahan. Harga jual 1 Kg buncisnya yaitu Rp. 7.000 (Tabel 6. Produksi dan Penggunaannya) harga buncis biasa hanya dihargai 3000 per gg tetapi untuk buncis yang ditanaman dengan perlakuan semi organik mencapai 7000 per kg. semua prduk buncis dijual tidak dikonsumsi atau disimpan.
Pengalaman petani sebagai penyuluh pertanian dijadikan dasar sebagai teknik budidaya yang semi organik. Perlakuan semi organik memanfaatkan input bahan kimia aktif sedikit mungkin. Menghindari pestisida kima anorganik dan memanfaatkan sumber hara dari organik. Kebutuhan sumber hara tanaman dibuat dari bahan alami seperti pupuk kandang dan bahan lainnya. Pemanfaatan bekicot, sabut kelapa, kulit telur untuk pemenuhan sumber hara kemudian pembuatan pestisida nabati untuk mengusir hama tanaman buncis. Penggunaan pupuk kima dapat dilihat di Tabel 7. Penggunaan Saprodi.
Biaya Tetap
Jenis Banyaknya Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Mulsa Plastik 1 Rol 570.000 570.000
Sewa Kultivator 200.000 200.000
8 tahun 2,5 bulan43,750 17.500
Total 1.084.300
Biaya Variabel
Jenis Banyaknya Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Benih Buncis 4 Kg 38.000 152.000
Urea 40 kg 2.500 100.000
TSP 10 kg 2.500 25.000
Za 50 Kg 2000 100.000
Pupuk kandang 60 karung 10.000 600.000
Total 977.000
Koponen analisis pendapatan usahatani
No Komponen Keterangan
A Penerimaan tunai Harga x Hasil panen yang dijual B Penerimaan yang
diperhitungkan
Harga x Hasil Panen yang dikonsumsi/disimpan
C Total penerimaan A + B
D Biaya Tunai a. Biaya Sarana Produksi
b. Biaya tenaga kerja luar keluarga E Biaya yang diperhitungkan a. Nilai input yang diperhitungkan
b. Biaya tenaga kerja dalam keluarga c. Penyusutan peralatan
d nilai sewa lahan
F Total biaya D + E
G Pendapatan atas biaya tunai A – D H Pendapatan atas biaya total C – F
Rp. 2.317.000+ 0 = Rp.2.317.000 Biaya Tunai
Rp. 770.000 + Rp. 977.000 = Rp. 1.747.000 Biaya Tunai yang diperhitungkan
Rp. 313.500
Total Biaya
Rp. 1.747.000 + Rp. 313.500 = Rp. 2.060.500 Pendapatan Atas Biaya Tunai
Rp.2.317.000 – Rp. 1.747.000
Pendapatan Atas Biaya Total
Rp.2.317.000 - 2.060.500 = Rp. 256.500
R/C Ratio Tunai Rp. 2.317.000 = 1,3
Rp. 1.747.000 R/C Ratio Total Rp. 2.317.000 = 1,1 Rp. 2.060.500
Perhitungan diatas menunjukan analisis usahatani buncis responden selama satu musim tanam buncis. Penerimaan tunai adalah penerimaan yang berbentuk materi hasil dari produksi. Penerimaan tunai biasanya berbentuk uang langsung. Nilai penerimaan dari usahatani tersebut adalah Rp. 2.317.000
sedangkan penerimaan yang diperhitungkan apabila ada hasil produksi yang dikonsumsi atau dijadikan modal kembali.
Pendapatan petani Rp. 2.317.000 dapat menutupi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Ini menunjukan bahwa usahatani buncis responden layak. Usahatani responden layak dibuktikan dengan nilai R/C ratio baik tunai atau pun total lebih besar dari 1. Arti nilai R/C Ratio Tunai 1,3 adalah setiap penambahan biaya 1 maka akan menghasilkan penerimaan sebanyak 1,3. Contoh penambahan biaya sebesar Rp. 1.000.000 maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1.300.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 300.000.
Data ini akan berubah apabila dilengkapi dengan data-data yang lain seperti biaya pembuatan pestisida alami, kompos organik, tenaga kerja petani dan saraproduksi lainnya kemudian akan menghasilkan perhitungan yang berbeda.
BAB V. KESIMPULAN
V. 1. Kesimpulan
Penyuluh pertanian dituntut untuk memberikan contoh nyata pada usahataninya agar para petani dapat mengikutinya. Ini salah satu alasan responden terjun ke dalam usahatani tanaman buncis yang memakai sistem semi organik. Tingkat hidup seseorang menentukan pandangan terhadap bertani.
Menurut data yagn dihimpun dan telah dianalisis, usahatani buncis responden layak untuk dikerjakan karena total penerimaan dapat menutupi biaya total dan biaya yang diperhitungkan kemudian nilai R/C ratio tunai dan total lebih besar dari 1 dan masuk kriteria layak dalam usahatani.
V. 2. Saran
Untuk selanjutnya pengisian kuesioner harap diperhatikan dengan jelas perlu ada latihan terlebih dahulu sebelum observasi ke responden langsung. Perencanaan tempat diperhatikan agar tidak terjadi salah komunikasi. Melengkapi data-data agar menunjang dalam menganalisis keseluruhan. Responden agar mencatan setiap kegiatan usahataninya.
Daftar Pustaka
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/program-strategis/puap diakses
pada tanggal 28 Januari 2017.
https://www.google.co.id/maps/@-6.6955006,106.8893245,50m/data=!3m1!1e3
diakses pada tanggal 28 Januari 2017.
http://kecamatanciawi.bogorkab.go.id/index.php/multisite/detail_desa/102 diakses
Husodo, S. Y. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kementrian Pertanian. 2014. Konsep Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2015 – 2045. Pertanian Bioindustri Berkelanjutan. Solusi Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan. Kementrian Pertanian.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press. Malang. Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani