• Tidak ada hasil yang ditemukan

81 KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNISI DENGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA KELAS X MIA SMA NEGERI 7 PONTIANAK Nurul Fitri , Mawardi dan Rizmahardian Ashari Kurniawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "81 KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNISI DENGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA KELAS X MIA SMA NEGERI 7 PONTIANAK Nurul Fitri , Mawardi dan Rizmahardian Ashari Kurniawan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

81

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNISI DENGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA

KELAS X MIA SMA NEGERI 7 PONTIANAK

Nurul Fitri*, Mawardi dan Rizmahardian Ashari Kurniawan

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat

*Email: nurulfitri612@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar dan kurangnya aktivitas siswa pada mata pelajaran kimia di kelas X MIA SMA Negeri 7 yaitu rendahnya keterampilan metakognisi siswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keterampilan metakognisi, aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia, serta mengetahui tingkat hubungan antara varibael-variabel tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif menggunakan bentuk penelitian korelasional. Keterampilan metakognisi diukur menggunakan kuesioner MCAI, hasil belajar dengan dokumentasi ulangan harian siswa, dan aktivitas belajar dengan kuesioner aktivitas belajar. Hasil analisis menunjukkan bahwa keterampilan metakognisi siswa kelas X MIA sebesar 79% berada pada kategori berkembang yakni siswa dapat dibantu menuju kesadaran berpikir jika tergugah atau didukung, aktivitas belajar siswa berada pada kategori tinggi (51%), hasil belajar siswa berada pada kategori sangat kurang (38%). Hasil uji korelasi (uji pearson product moment) keterampilan metakognisi dengan aktivitas belajar siswa kelas X MIA menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan, koefisien korelasi Pearson (r) sebesar 0,542 yang termasuk kategori sedang dan koefisien determinasi sebesar 0,293. Hasil uji korelasi pearson product moment keterampilan metakognisi dengan hasil belajar siswa kelas X MIA menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi dengan nilai signifikan sebesar 0,136.

Kata Kunci: aktivitas belajar, keterampilan metakognisi, korelasi, hasil belajar

ABSTRACT

Low learning outcomes and lack of student activity on chemistry subject at X grade science students in SMAN 7 Pontianak was caused by low metacognition skills. Therefore, this research

aimed to describe student‟s metacognition skills, learning activities, and learning outcomes in

chemical subjects, as well as to determine the level of correlation among those variables. The

method was descriptive method with correlational research. Students‟ metacognition skills were measured using MCAI questionnaire, students‟ learning outcomes by summative test documentation, and students‟ learning activities by learning activities questionnaires. The analysis

showed that students‟ metacognition skill average was 79% in the developing category, which

meant students can be helped toward realizing think if intrigued or supported, students‟ learning

activities ware at the high category (51%), while students‟ learning outcomes was in the less

category ( 38%). The correlation test (Pearson product moment test) results of students‟ metacognition skills with students‟ activity showed positive and significant correlation. Pearson

correlation coefficient (r) was 0.542 as the moderate category and determination coefficient was

0.293. The correlation test results of students‟ metacognition skills with students‟ learning

outcomes indicated that there was no correlation with the significant value of 0.136.

(2)

82 PENDAHULUAN

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep kimia daripada konsep pelajaran yang lain, hal ini disebabkan karena karakteristik ilmu kimia yang bersifat abstrak (Rusmayansyah, 2001; Melati, 2010: 619).

Menurut Diniwati (2011: 1) konsep dalam ilmu kimia secara garis besar dibagi dalam dua kategori yaitu konsep konkret dan konsep terdefinisi. Konsep konkret digeneralisasi dari pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau eksperimen, misalnya konsep tentang zat padat dan zat cair. Sedangkan konsep terdefinisi adalah gagasan yang berada pada tingkat molekuler yang dibangun dari gagasan-gagasan lebih mendasar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pendley (Rusmayansyah, 2001; Melati, 2010: 620) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa cenderung belajar dengan menghafal dari pada membangun pemahaman terhadap konsep-konsep kimia. Cara belajar dengan hafalan seperti itu yang menyebabkan siswa tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep kimia. Untuk itu, mengetahui kemampuan bagaimana caranya belajar dalam pelajaran kimia sangatlah penting bagi siswa, agar siswa dapat mengatur cara belajarnya sendiri. Salah satu kemampuan yang diperlukan siswa dalam proses belajar di sekolah adalah kemampuan metakognisi.

Metakognisi memiliki peranan penting dalam keberhasilan belajar, sehingga metakognisi perlu dikembangkan dalam hal bagaimana siswa diajarkan untuk mengaplikasikan sumber-sumber kognisinya dengan lebih baik melalui kontrol metakognisi. Ayersman (dalam Nulhakim, 2013) berpendapat bahwa kurangnya kesadaran siswa dalam menggunakan kognisinya, menghalangi siswa untuk mengerti mengapa siswa tetap tidak berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak pada tanggal 24 Maret 2015 menunjukkan bahwa pembelajaran kimia yang biasa dilakukan masih belum memberdayakan potensi siswa secara optimal. Hal tersebut salah satunya

disebabkan oleh kurangnya

pemberdayaan berpikir siswa, karena mayoritas persepsi pembelajaran kimia mengetahui dan menghafal materi saja. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang berlangsung hanya berorientasi pada hasil saja, tanpa meningkatkan aktivitas siswa secara langsung dan kurang memberdayakan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa hanya mempelajari kimia pada aspek kognitif saja.

(3)

83 mengajukan pertanyaan walaupun guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya belum jelas.

Hasil penelitian yang dilakukan Kirkwood dan Symington (1996) (dalam Rusmansyah, 2001). menunjukkan bahwa banyak siswa yang dengan mudah mempelajari mata pelajaran IPA lainnya tapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia Hal ini dapat dilihat pada persentase hasil ulangan umum siswa semester ganjil kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Hasil Ulangan Umum Siswa Semester Ganjil Pada Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2014/2015

Kelas Jumlah Siswa Persentase (%)

Tun mata pelajaran kimia 2014/2015 SMAN 7 Pontianak

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa dalam mata pelajaran kimia sangat rendah yaitu hanya 8,5 %, dengan kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan adalah 75. Artinya banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal kimia.

Hasil wawancara dengan siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah yang masing-masing terdiri 2 siswa berkemampuan

akademis tinggi, 2 siswa berkemampuan akademis sedang, dan 2 siswa berkemampuan akademis rendah, diperoleh informasi bahwa siswa kurang menyukai pelajaran kimia karena menurut siswa materi kimia sulit dipahami, banyaknya rumus dan definisi yang sulit dipahami serta sulitnya mereaksikan unsur-unsur kimia. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab rendahnya ketuntasan belajar dan kurangnya aktivitas siswa dalam mata pelajaran kimia adalah rendahnya kesadaran siswa tentang bagaimana cara belajarnya.

Penelitian Rusdi (2014:35) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran metakognisi dengan hasil belajar. Semakin tinggi kesadaran metakognisi siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Begitu juga sebaliknya semakin rendah kesadaran metakognisi siswa maka semakin rendah pula hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan analisis keterampilan metakognisi siswa agar dapat diketahui secara rinci karakteristik belajar yang ada pada siswa dalam pembelajaran kimia. Untuk dapat mengukur keterampilan metakognisi siswa maka digunakan kuesioner yang diadaptasi langsung oleh Cooper dan Urena (2009) yang disebut dengan MCAI (Metacognitive Activities Inventory).

METODE PENELITIAN Metode dan Bentuk Penelitian

(4)

84 Menurut Darmadi (2011: 145) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, karena tujuannya menggambarkan secara sistematis fakta dan karateristik objek yang diteliti secara tepat. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2013: 4).

Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak langsung, teknik komunikasi langsung dan teknik dokumentasi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner keterampilan metakognisi (MCAI), kuesioner aktivitas belajar, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

1. Perhitungan Keterampilan

Metakognisi Siswa

Angket MCAI yang telah diisi oleh mahasiswa dianalisis dengan cara menghitung jumlah jawaban dari masing-masing mahasiswa. Langkah untuk mendapatkan skor keterampilan metakognisi adalah sebagai berikut:

a. Merubah skor menjadi nilai dengan skala 100

b. Mencari nilai minimum dan maksimum dari masing-masing angket.

c. Skor yang diperoleh siswa pada masing-masing angket dikonversikan menjadi nilai dengan skala 100

Y = Skor yang diperoleh siswa pada angket

d. Menentukan tingkat kerampilan metakognisi.

Nilai yang diperoleh ditotal kemudian hasilnya dicocokkan dengan skala interval nilai keterampilan metakognisi dan tingkat keterampilan diadaptasi dari Green dalam Wati (2013: 587): Tabel 2. Tingkat Keterampilan Metakognisi

Inter -val Nilai

Ting-kat Nama Keterangan

(5)

85

pikirannya sendiri. Terkadang menggunakan model ini untuk mengatur

2. Perhitungan Aktivitas Belajar

a. Merubah skor menjadi nilai dengan skala 100

b. Mencari nilai minimum dan maksimum dari masing-masing angket.

c. Skor yang diperoleh siswa pada angket dikonversikan menjadi nilai dengan skala 100 dengan rumus:

Keterangan:

X = Nilai dalam skala 100

Y = Skor yang diperoleh siswa pada angket

e. Menentukan kategori pada angket Kategori jenjang ini bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah untuk aktivitas belajar menjadi lima

kelompok yaitu (Arikunto, 2013: 130):

Tabel 3. Kategori Penilaian

Nilai Kategori

81 –

f. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk setiap sub aktivitas belajar yang dilakukan. g. Menentukan kategori kemampuan

untuk masing-masing sub aktivitas berdasarkan skala kategori kemampuan. Kategori kemampuan dilihat berdasarkan Tabel 4:

Tabel 4. Skala Kategori

3. Perhitungan Hasil Belajar Kimia Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai hasil ulangan umum semester genap tahun ajaran 2014/2015 kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak. Data hasil belajar siswa diinterpretasi berdasarkan Syaifuddin (2006: 106) pada Tabel 5:

X = 𝑌 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

(6)

86 Tabel 5. Interpretasi Penilaian Hasil Belajar Siswa

Rentang

Nilai Kategori

80 – 100 Sangat Baik 70 – 79,99 Baik 60 – 69,99 Cukup 50 – 59,99 Kurang

0 – 49,99 Sangat Kurang

4. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2010: 55). Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji Kolmogorov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 55):

Jika signifikansi > 0,05 maka varians populasinya adalah identik/terdistribusi secara normal.

Jika signifikansi < 0,05 maka varians populasinya adalah tidak identik/tidak terdistribusi secara normal.

1. Korelasi

Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) 22.0 karena data berdistribusi normal. Interprestasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 68):

Tabel 6. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Besarnya nilai r Interpretasi

0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 - 0,599 0,60 - 0,799 0,80 - 1,000

Sangat rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat

Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya, dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut (Riduwan, 2004: 38):

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD : nilai koefisien determinan r : nilai koefisien korelasi

Tabel 7. Pedoman Kriteria Koefisien Determinan

Persentase Kriteria

80% - 100% Tinggi

60% -79,9% Cukup

40% - 59,9% Agak Rendah

20% - 39,9% Rendah

0% - 10,9% Sangat Rendah

Hubungan antara keterampilan metakognisi dengan aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi dengan hasil belajar juga dilihat dari nilai signifikannya dengan pedoman sebgai berikut:

Jika signifikansi > 0,01 maka Ho diterima.

(7)

87

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Keterampilan

Metakognisi

Keterampilan metakognisi siswa kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak terhadap mata pelajaran kimia diperoleh dengan menyebar kuesioner terhadap 102 orang responden. Hasil analisis kuesioner keterampilan metakognisi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Persentase Jumlah Siswa Terhadap Tingkat Keterampilan Metakognisi

Tingkat Kategori Keterampilan

Metakognisi

Jumlah Siswa

%

0 Belum 0 0

1 Beresiko 0 0

2 Masih Belum Terlalu Bisa

6 6

3 Berkembang 81 79

4 Bagus 15 15

5 Sangat Bagus 0 0

Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan keterampilan metakognisi yang dilakukan, diperoleh persentase keterampilan metakognisi siswa terhadap tingkat keterampilan metakognisi. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa ada 6% siswa SMA Negeri 7 Pontianak kelas X MIA yang berada pada tingkat 2, berarti siswa tidak mampu memisahkan apa yang dipikirkan dengan bagaimana siswa tersebut berpikir. Sebagian besar siswa (79%) berada pada tingkat 3, artinya siswa dapat dibantu menuju kesadaran berpikir sendiri jika tergugah atau didukung.

Data penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rusdi (2014: 33) yang menyatakan bahwa sebesar 56,73% siswa SMA Negeri 4 Pontianak kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5 berada pada tingkat 3 yaitu tahap berkembang yakni siswa dapat dibantu menuju kesadaran berpikir sendiri jika tergugah atau didukung, sehingga guru disarankan untuk mendukung siswa dan memfasilitasi siswa dengan menerapkan strategi-straregi metakognisi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan metakognisi siswa dan membantu siswa mencapai kemampuan berpikir mandiri.

2. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat bahwa dalam mata pelajaran kimia, siswa dengan aktivitas belajar “Sangat Tinggi” berjumlah 5 orang siswa, siswa dengan aktivitas belajar “Tinggi” berjumlah 52 orang siswa, siswa dengan aktivitas belajar “Sedang” berjumlah 40 siswa, siswa dengan aktivitas belajar “Rendah” berjumlah 5 siswa dan tidak ada siswa yang berada pada kategori “Sangat Rendah” (Gambar 1).

(8)

88 Gambar 1. Pie Chart Persentase

Kategori Aktivitas Belajar Siswa

Gambar 2. Persentase Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa aktivitas belajar siswa tertinggi yaitu aktivitas mendengar sebesar 77,59%, termasuk dalam kategori baik. Aktivitas menulis siswa sebesar 70,85% dengan kriteria cukup baik. Aktivitas mental siswa sebesar 70,73% dengan kriteria cukup baik. Persentase aktivitas oral atau aktivitas lisan rata-rata aktivitas belajar sebesar 69,08% dengan kriteria cukup baik. Persentase aktivitas visual

rata-rata aktivitas sebesar 68,53% dengan kriteria cukup baik. Aktivitas emosional merupakan aktivitas belajar terendah, di mana persentase rata-rata aktivitas belajar sebesar 60,59% dengan kategori cukup baik.

3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar didapatkan dari nilai ulangan kimia semester genap siswa tahun ajaran 2014/2015. Data diperoleh dari 102 siswa kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak. Data hasil belajar siswa diinterpretasi berdasarkan Syaifuddin (2006: 106) pada Tabel 9:

Tabel 9. Interpretasi Penilaian Hasil Belajar Siswa

Rentang Nilai

Kategori Freku -ensi

Persen-tase (%) 80 – 100 Sangat

Baik

13 13

70 –79,9 Baik 20 19

60 – 69,9 Cukup 18 18 50 – 59,9 Kurang 12 12

0 – 49,9 Sangat Kurang

39 38

(9)

89 pendidikan hanya tampak dari kemampuan menghafal fakta, konsep, teori atau hukum. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya siswa seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya (Depdiknas, 2007: 2).

4. Uji Normalitas

Sebelum menghitung koefisien korelasi, dilakukan uji distribusi normal yang dihitung menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 22.0 menggunakan pendekatan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan untuk memastikan data telah terdistribusi normal atau tidak.

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Data

keterampi

7.98960 11.54818 18.53689

Most Extreme

Asymp. Sig. (2-tailed) .050c

.440c

.050c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil dari pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa data keterampilan metakognisi, aktivitas belajar dan hasil belajar terdistribusi normal dengan sig ≥ 0,05 yaitu 0,05 untuk keterampilan metakognisi, 0,44 untuk aktivitas belajar dan 0,05 untuk hasil belajar. Berdasarkan uji yang menghasilkan data normal maka untuk

mengetahui koefisien korelasi keterampilan metakognisi dengan aktivitas belajar digunakan dengan perhitungan korelasi pearson product moment.

5. Korelasi Antara Keterampilan Metakognisi dengan Aktivitas Belajar Siswa

Pengolahan data koefisien korelasi dihitung menggunakan SPSS 22.0 dengan variabel bebas keterampilan metakognisi dan variabel terikat aktivitas belajar kimia pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Antara Keterampilan Metakognisi dengan Aktivitas Belajar Siswa

aktivitas_belajar Pearson

Correlation

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(10)

90 0,542 dengan tingkat hubungan keduanya dalam kategori sedang. Selain itu dari nilai korelasi yang didapat melalui perhitungan, dapat dicari seberapa besar pengaruh keterampilan metakognisi terhadap aktivitas belajar siswa dengan mencari nilai koefisien determinasi (r2). Dalam penelitian ini nilai r2 yang diperoleh adalah 0,293. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran metakognisi memberikan pengaruh sebesar 29,3% terhadap aktivitas belajar siswa

Gambar 3. Korelasi antara

keterampilan metakognisi dengan aktivitas belajar siswa

Hubungan keterampilan

metakognisi dengan aktivitas belajar dapat diperkuat melalui diagram scatter seperti pada Gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan hubungan antara kesadaran metakognisi (sumbu X) dengan aktivitas belajar siswa (sumbu Y). Dari sebaran data pada Gambar 3, maka dapat terlihat bahwa semakin tinggi keterampilan metakognisi siswa maka semakin tinggi pula aktivitas belajarnya, begitu juga sebaliknya semakin rendah keterampilan metakognisi maka semakin rendah juga aktivitas belajarnya. Hal ini dapat terjadi karena siswa yang memiliki keterampilan metakognisi yang tinggi dapat memulai pemikirannya dengan merancang,

memantau, dan menilai apa yang dipelajarinya sehingga siswa lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

6. Korelasi Antara Keterampilan Metakognisi dengan Hasil Belajar Siswa

Pengolahan data koefisien korelasi dihitung menggunakan SPSS 22.0 dengan variabel bebas keterampilan metakognisi dan variabel terikat hasil belajar kimia pada Tabel 12.

Tabel 12. Korelasi Antara

Keterampilan Metakognisi dengan Hasil Belajar Siswa

hasil_belajar Pearson

Correlation .149 1

Sig. (2-tailed) .136

N 102 102

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi pearson product moment dengan N=102 diperoleh sig 0,136. Sig 0,136 ≥ 0,01 menunjukkan tidak adanya korelasi antara keterampilan metakognisi dengan hasil belajar kimia. Hubungan keterampilan metakognisi dengan hasil belajar dapat diperjelas melalui diagram scatter seperti pada Gambar 4.

(11)

91 masih belum terlalu bisa namun hasil belajarnya juga dalam kategori baik. Tidak adanya hubungan antara keterampilan metakognisi dengan hasil belajar ini dapat disebabkan oleh beberapa hal (Ardila, 2013: 6) di antaranya kegagalan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan siswa. Hal-hal yang dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya ada dua, yakni terjadinya proses lupa dan belum diolahnya informasi tersebut di otak atau disebut sebagai „keluar‟. Terjadinya proses lupa pada siswa menyebabkan siswa tidak dapat mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Lupa berkaitan dengan fase penggalian dan fase prestasi yang ada di otak. Lupa menunjukkan kesulitan untuk menggali informasi yang telah diperhatikan, diolah, dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka panjang (Winkel ,2005).

Gambar 4. Korelasi antara

keterampilan metakognisi dengan hasil belajar siswa

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan:

a. Keterampilan metakognisi siswa kelas X SMA Negeri 7 Pontianak dalam mata pelajaran kimia berada

dalam kategori berkembang yakni siswa dapat dibantu menuju kesadaran berfikir sendiri jika tergugah atau didukung.

b. Aktivitas belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Pontianak dalam mata pelajaran kimia berada dalam kategori tinggi (51%) dan sedang (39%). Aktivitas belajar siswa yang paling tinggi yaitu aktivitas mendengar (77,59%) dan aktivitas belajar terendah yaitu aktivitas emosional (60,59%).

c. Hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Pontianak pada mata pelajaran kimia dalam kategori sangat kurang (38%).

d. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan metakognisi dengan aktivitas belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak pada mata pelajaran kimia. Hasil analisis diperoleh koefisien korelasi Pearson (r) sebesar 0,542 yang termasuk pada kategori sedang. e. Tidak terdapat hubungan antara

keterampilan metakognisi dengan hasil belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak pada mata pelajaran kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Cooper, M.M dan Urena, S.S. (2009). Design and Validation of an

Instrument To Assess

Metacognitive Skillfulness in Chemistry Problem Solving. 0

50 100 150

0 50 100

H

as

il

B

ela

jar

(12)

92 Journal of Chemical Education. 86(2): 240-245.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Tidak Dipublikasikan: Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional .

Diniwati, A. (2011). Hubungan Antara Kemampuan Berpikir Formal

Dengan Kemampuan

Memberikan Gambaran

Mikroskopis Konsep Asam Basa Pada Siswa Kelas XI Sma Negeri 1 Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Melati, H.A. (2010). Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Sungai Ambawang Melalui Pembelajaran Model Advance Organizer Berlatar Number Head Together (NHT) Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan. Vol 1.

Nulhakim, L. (2013). Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa yang dikembangkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rusdi, A. (2014). Korelasi Antara Kesadaran Metakognisi dengan

Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Kimia Kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Rusmansyah. (2001). Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon melalui Strategi Peta Konsep (Consept Mapping). Jurnal Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Edisi 40), 12-19. Jakarta : Depdikbud.

Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Syaifuddin, A. (2006). Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wati, D.A.R. (2013, 19 Januari). Metacognitive Awareness of Science Students in Chemistry. Makalah untuk Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs.Surabaya.

Gambar

Tabel 3. Kategori Penilaian
Tabel 5. Interpretasi Penilaian
Tabel 9. Interpretasi Penilaian Hasil
Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Antara Keterampilan Metakognisi dengan Aktivitas Belajar Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saham emiten Royal Bank of Scotland naik 1.71% pada perdagangan Jumat lalu setelah rilis laporan keuangan 3Q17 yang mencatatkan laba 871 juta pounds, naik dari

Alat penarik kayu sistem kabel layang ini merupakan prototipe hasil perekayasaan yang didesain dengan ukuran tidak terlalu besar dan berat, serta beroda agar mudah dibawa dan

Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa “Pemberian tunjangan adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pimpinan organisasi kepada pegawai agar mereka

Indikator yang dimaksud adalah penggunaan metode survei pupa, untuk mengetahui tempat perkembangbiakan atau habitat pupa baik di dalam rumah, di luar rumah maupun

Mengingat kurangnya pendataan yang dilakukan oleh Puskesmas dalam wilayah Rumah Susun Kelurahan Lette‟E , tidak berjalannya pemanfaatan KMS Lansia, serta masih

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan sintesis senyawa 3-4hidroksi-3-metoksifenil-1-fenil-2-propen-1-on, melalui sintesis reaksi kondensasi Claisen-Schmidt antara

Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui bentuk hubungan komunikasi antarpribadi yang terjalin antara guru dan siswa di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 9 Marusu

Pengembangan karakter Roberta di dalam novel ini melewati banyak pertualangan dengan saudara- saudara kandungnya menemukan banyak hal yg membuat mereka merasa tertantang dan