DEMOKRASI DALAM PRAKTEK KEHIDUPAN
MUSYAWARAH
Bentuk-bentuk demokrasi ini sudah lama ditemukan dalam kehidupan di desa-desa di Indonesia. Masyarakat desa memelihara bentuk-bentuk demokrasi itu dalam kehidupan bersama selama berabad-abad. Cara menentukan dan melakukan segala sesuatu secara bersama di desa-desa dilakukan secara musyawarah dalam mengambil keputusan.Sebagai warga desa, diperbolehkan berbicara dan mengajukan pendapat. Setelah semua pendapat diajukan dalam musyawarah itu, lalu dipertimbangkan dengan mengambil mufakat. Didalam kehidupan sehari hari dikenal dengan adanya peribahasa yang berbunyi “bulat air dalam pembuluh, bulat kata dalam mufakat”.
Demokrasi yang dianut di negara Indonesia adalah demokrasi Pancasila , yaitu demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan filsafah hidup bangsa Indonesia atau demokrasi yang diliputi dan dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan dijiwai untuk mencapai suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Asas demokrasi pancasila tertera dalam Pancasila sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Asas demokrasi Pancasila dalam sistem musyawarah dan sistem perwakilan. Dalam demokrasi Pancasila, rakyat sebagai subjek demokrasi. Maksudnya rakyat secara keseluruhan berhak secara aktif menentukan keinginan dan aspirasinya dalam menentukan kebijaksanaan pemerintahan melalui wakil-wakilnya yang ada di lembaga perwakilan rakyat.
KASUS PELANGGARAN HAM BESERTA PANDANGAN IMAN KRISTEN
Contoh kasus KDRT
Selain publik figur, KDRT seringkali menimpa perempuan-perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, seperti kasus Ibu Lisa berikut ini:
“Siti Nurjazilah atau lebih dikenal dengan nama Lisa, terpaksa harus menjalani hari-harinya dengan mengurung diri di rumah. Wajahnya rusak karena disiram oleh air keras oleh suaminya sendiri. Suaminya yang sangat pencemburu melakukan penyiraman agar Lisa yang berwajah cantik tidak mungkin lagi berhubungan dengan laki-laki lain. Setelah disiram air keras pun, Lisa tidak diijinkan untuk keluar rumah. Hal ini disebabkan karena suaminya takut tindakannya terhadap Lisa diketahui oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya” (Gema Pria BKKBN, 10 Oktober 2006).
Pandangan Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dari Sudut Iman Kristen
Nasehat, ketentuan, peraturan dan sekaligus merupakan anjuran dan perintah yang berkaitan erat dengan kehidupan rumah tangga secara jelas telah dimuat antara lain didalam Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose yaitu pada Kolose 3:18-25 yang secara khusus mengatur hubungan antara anggota-anggota keluarga didalam rumah tangga.
Bagi orang Kristen sudah terlebih dahulu mengetahui ketentuan-ketentuan tentang hidup berumah tangga yang baik dan harmonis, terlepas dari segala kekerasan, berlaku kasar, saling mentaati, saling menghormati, tidak merendahkan satu terhadap yang lain, tidak ada pembedaan (diskriminasi) di dalam sebuah rumah tangga. Peringatan Rasul Paulus dalam Kolose 3:18-25 tersebut sudah ada ribuan tahun lalu, jauh sebelum negara-negara di dunia termasuk Indonesia memikirkan dan mengatur seperti yang dimuat didalam Konvensi Internasional dan juga diatur dengan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Ketentuan yang sangat baik dan lengkap seperti tersebut diatas bukan sepenuhnya dijalani dan bahkan sama sekali tidak diperhatikan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman Kristen. Walaupun apa yang disampaikan Rasul Paulus itu dimuat di dalam Kitab Suci (Alkitab) yang menjadi tolok ukur kehidupan orang Kristen.
Apabila kita memahami dan mentaati serta melaksanakan apa yang termuat di dalam Alkitab tersebut, khususnya Kolose 3:18-25, penulis percaya sepenuhnya bahwa tidak akan tindak KDRT dalam rumah tangga Kristen.
Setiap anggota keluarga akan benar-benar merasakan kebebasan atau kemerdekaan di dalam kehidupan berumah tangga. Masing-masing pihak saling menghormati, saling mengasihi, tidak memandang rendah sehingga benar-benar tercapai kehidupan yang tentram, damai dan harmonis.
Untuk lebih memahami nasehat yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat Kristen seperti di Kolose 3:18-25, maka dijabarkan makna dan isi yang terkandung didalamnya sbb:
1. Supaya terjadi suasana saling menghormati antara suami istri dan sebaliknya, antara anak-anak dan orangtuanya yaitu ayah dan ibunya, para pembantu kepada kepala keluarga serta anggota keluarga yang lain.
2. Supaya terjadi saling mengasihi bagi sesama anggota keluarga yaitu suami, istri, anak, hamba-hamba (pembantu rumah tangga) dan bahkan orang lain yang mungkin tinggal dan menetap didalam keluarga tersebut.
4. Tidak saling membedakan antara anggota keluarga (rumah tangga), tidak memandang lebih tua atau lebih muda usianya.
5. Tidak saling melakukan kekerasan dalam bentuk apapun antara salah satu anggota rumah tangga terhadap anggota rumah tangga lainnya.
6. Tidak terjadi pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh anggota rumah tangga yang satu terhadap anggota rumah tangga yang lainnya.
7. Yang sangat penting adalah apapun yang diperbuat/dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga harus dengan segenap hati untuk Tuhan.
Selain apa yang terkandung didalam nasehat Rasul Paulus tentang hubungan antara anggota-anggota rumah tangga seperti penulis sebutkan diatas, sebenarnya nasehat Rasul Paulus dalam Kolose 3:18-25 tersebut juga mengandung sanksi yang tegas kepada siapapun yang ada dalam lingkup rumah tangga dan melakukan pelanggaran.
Sebagaimana disebutkan didalam UU KDRT (UU No. 23 Tahun 2004) yang dilengkapi dengan sanksi-sanksi hukum, maka didalam nasehat yang disampaikan oleh Rasul Paulus juga mengandung sanksi yang tegas dan termuat didalam Kolose 3:25 yaitu “Barangsiapa berbuat kesalahan tersebut akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang”.
Bunyi ayat yang sekaligus sanksi ini dapat diambil maknanya antara lain sebagai berikut :
- Kata menanggung kesalahannya berarti menanggung akibat dari perbuatannya yang salah dan akan mendapat sanksi hukuman.
- Kata Tuhan tidak memandang orang berarti; Sebenarnya Tuhan adalah Maha Kasih, Maha Adil, dalam hal ini Tuhan tidak membeda-bedakan umatNya, tidak ada diskriminasi didalam Tuhan. Semua yang melakukan kesalahan akan menerima ganjaran yang sama sesuai perbuatannya.
Apabila kita bandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang dimuat didalam UU No. 23 Tahun 2004 terhadap Penghapusan KDRT ternyata nasehat dan ketentuan yang disampaikan Rasul Paulus dalam Kolose 3:18-25 jauh lebih lengkap dan padat serta lebih luas jangkauannya dan berlaku ribuan tahun lamanya.