• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Uang Logam dan LKS Mengukur Mass

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Uang Logam dan LKS Mengukur Mass"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS SEJARAH

PERKEMBANGAN

FISIKA

Sejarah Uang Logam & LKS Massa Jenis Koin

ANGGI JULVIAN RACHMA

1111 0163 00026

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(2)

Sejarah Uang Logam

Uang koin yang pertama kali, dibuat dari potongan logam. Uang koin kuno, diproduksi melalui proses pemukulan dengan menggunakan palu di atas sebuah landasan berbahan logam. Koin atau uang logam yang pertama kali dibuat sebagai mata uang pada Zaman Besi Anatolia dan Yunani kuno, India dan China sekitar tahun 600-700 SM. Kemudian mata uang koin menyebar hingga Yunani dan Persia serta Balkan.

Mata uang Romawi kuno yang digunakan ialah koin berbahan emas dan perak. Koin kuno yang awal digunakan menggunakan konsep bahan koin sama dengan nilai koin itu. Sehingga koin berbahan emas atau perak lebih tinggi dari koin berbahan logam lain. Namun seiring dengan perkembangan zaman, ditemukannya logam-logam yang kualitasnya sama dengan emas maupun perak namun harganya lebih rendah. Koin jenis inilah yang sekarang banyak digunakan.

Peni yang pertama dibuat di Amerika Serikat pada tahun 1790. Penggunaan perak mulai dikurangi pada abad ke 19 dan koin pertama yang dibuat berbahan dasar metal ialah nikel, tembaga nikel, dan aluminium perunggu. Nilai koin tersebut lebih murah dibandingkan harga metel itu sendiri pada abad ke 19. Koin merupakan evolusi dari mata uang pada zaman perunggu.

Koin Bimetal adalah koin yang terdiri atas dua atau lebih logam. Perbedaan ini biasanya terdapat pada bagian dalam dan bagian luarnya. Terdapat beberapa mata uang yang menggunakan koin bimetal antaranya, Euro (€1 dan €2), Pondsterling (£2), Dollar Canadian ($2), Afrika Selatan (R5) , 1 L ira Turkey, 1000 Rupiah Indonesia , Dollar Hong Kong ($10), Philippina Peso (P10.00), 10 Bath Thailand dan semua koin meksiko.

(3)

pada bagian luarnya. Kemudian pada tahun 1792, Amerika Serikat mengeluarkan koin sen dengan bahan perak di bagian tengahnya. Di tahun 1830an, Seorang Bankir dari Inggris juga memproduksi koin bimetal untuk penny untuk mengganti koin sebelumnya meskipun bukan mata uang legal.

Selanjutnya, koin bimetal yang diproduksi ialah 500 Lira Italia pada tahun 1982. Maroko dengan 5 Dirham pada tahun 1987, Perancis dengan 10 Frank, Monako dengan 10 Frank, Thailand dengan 10 Baht pada tahun 1988 dan Hongkong dengan 10$ pada tahun 1993 yang diproduksi berdasarkan 500 Italia Lira. India adalah Negara terakhir yang baru memperkenalkan koin bimetal dengan koin 10 Rupee pada tahun 2009.

Pada tahun 1992, perancis dan monako sama-sama memproduksi koin bimetal dengan pecahan 10 Frank tetapi pada bagian luarnya tersusun atas 2 bahan logam. Koin ini adalah koin trimetal (tersusun atas 3 logam) yang pernah dibuat.

Proses pembuatan koin bimetal ini sama dengan proses pembuatan koin pada umumnya. Perbedaannya hanya terdapat sekat antara bagian dalam dan luarnya untuk memisahkan 2 bahannya.

Koin 10 Baht adalah salah satu koin mata uang Baht yang digunakan Thailand. Seperti koin pada umumnya di Thailand, koin ini menunjukkan gambar Raja Bhumibol Adulyadej dan Wat Arun Ratchawararam Ratchawora Mahavihara yang dilihat dari sungai Chao Phraya pada bagian sebaliknya. Pada koin ini juga terdapat titik yang dalam aksara Braille yaitu titik 1 dan titik 2-4-5 yang menunjukkan angka 10 pada bagian tengah atas koin tersebut. Aksara Braille ini tidak terdapat pada jenis koin lain.

Tabel Informasi Koin Baht Nilai 10 Thai baht

Massa 8.5 g Diameter 26 mm Ketebalan 2mm

Tipe Reed

(4)

Pusat: Aluminium Perunggu

Tahun

(5)

Laporan Praktikum

Mengukur Massa Jenis Koin untuk Menentukan Keaslian

Koin

mata uangnya, salah satunya yaitu uang logam. Jenis mata uang di negara asing (di luar negara Indonesia) lebih banyak menggunakan uang logam dan nilai mata uang tersebut juga tidak sedikit jika kita tukarkan ke nilai rupiah, sehingga banyak sekali orang yang tertarik untuk memalsukan uang logam tersebut.

Akibat dari permasalahan tersebut, kita selaku orang sains yang mengerti mengenai aspek ukuran dan berat dapat sedikit membuka jalan untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan cara menghitung massa jenis koin.

Massa jenis suatu koin dapat kita cari dengan cara mengukur massa, diameter, dan tebal koin. Lalu data tersebut kita olah sehingga mendapatkan data massa koin dan volume koin. Setelah itu kita dapat

menggunakan persamaan ρ=m

V untuk mendapatkan nilai dari massa

jenis koin.

Koin yang kita gunakan pada percobaan kali ini adalah koin 10 baht dengan data literatur sebagai berikut :

Nilai 10 Thai baht

Massa 8.5 g Diameter 26 mm Ketebalan 2mm

(6)

Pusat: Aluminium Perunggu

Tahun

Produksi 1988–Sekarang C. Alat dan Bahan

Alat dan

Bahan Jumlah Gambar

Uang Koin 1 buah

Neraca Lengan

(O’haus) 1 buah

Jangka Sorong

(nst : 0,02 mm) 1 buah

Mikrometer Skrup (nst : 0,01 mm)

(7)

D. Langkah Kerja

N

o Langkah Kerja

Gambar

1. Siapkan semua alat dan bahan

-Mengukur Massa Koin

2. Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan digunakan (Neraca Lengan / O’haus)

(8)

4. Timbang koin dengan menggunakan neraca sesuai posisi yang telah ditentukan

h

5. Catat data hasil praktikum pada

tabel pengamatan

-Mengukur Diameter Koin

6. Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan digunakan (Jangka Sorong dengan NST 0,02 mm)

-7. Ukur diameter koin dan catat hasil pengukuran

8. Ulangi langkah 6-7 sampai 5 kali

data pengukuran

-Mengukur Tebal Koin

9. Kalibrasi terlebih dahulu alat yang akan digunakan (Mikrometer Skrup dengan NST 0,01 mm)

(9)

-10 .

Ukur tebal koin dan catat hasil pengukuran

11 .

Ulangi langkah 9-10 sampai 5 kali

data pengukuran

-E. Tabel Pengamatan

1. Pengukuran Massa Koin

Alat Ukur Batas Ukur Skala Terkecil

Neraca Lengan

(O’haus) 311 gram 0,01 gram

No Posisi m (gram) m´−mi (gram)

( m−m´ i )2

(gram2)

1 Tengah 8,49 -0,004 0,000016

2 Bawah 8,49 -0,004 0,000016

3 Kiri 8,48 0,006 0,000036

4 Atas 8,48 0,006 0,000036

5 Kanan 8,49 -0,004 0,000016

Σm 42,43 - 0,00012

´

m 8,486 0,000024

2. Pengukuran Volume Koin

Alat Ukur Batas Ukur Skala Terkecil

(10)

Mikrometer Skrup 2,5 cm 0,001 cm

1 2,610 0,195 1,0433 -0,02054 0,000422 2 2,608 0,191 1,0203 0,00246 0,000006 3 2,608 0,189 1,0096 0,01316 0,000173 4 2,606 0,193 1,0294 -0,00664 0,000044 5 2,610 0,189 1,0112 0,01156 0,000134

Σ 13,042 0,957 5,1138

Dalam melakukan pengukuran sudah pasti terdapat kesalahan baik itu dari praktikannya tersendiri ataupun dari alat yang digunakan. Kesalahan dalam pengukuran dapat dibedakan menjadi 3 macam kesalahan, yaitu :

Kesalahan Sistemik, Kesalahan Absolut (Mutlak), dan Kesalahan Relatif. 1. Pengukuran Massa Koin

a. Mencari massa total koin

Σm = m1 + m2 + m3 + m4 + m5 = 8,49 + 8,49 + 8,48 + 8,48 +

8,49 = 42,43 gram

b. Mencari massa rata-rata koin

´

Data ke-n (lakukan dengan cara yang sama sampai data ke-n, seperti pada tabel)

d. Mencari ( m−m´ i )2 total

(

m´−mi

)

2

(11)

e. Menghitung nilai kesalahan sistemik

f. Menghitung nilai kesalahan absolut (mutlak)

m= ´m ± ∆ m * Δm pada kesalahan absolut didapatkan

g. Menghitung nilai kesalahan relatif

∆ m

a. Menghitung nilai volume koin dari data diameter dan tebal koin Data ke-1

Data ke-n (lakukan dengan cara yang sama sampai data ke-n, seperti pada tabel)

b. Mencari volume total koin

ΣV = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 = 1,0433 + 1,0203 + 1,0096 +

1,0294 + 1,0112 = 5,1138 cm3

c. Mencari volume rata-rata koin

(12)

Data ke-n (lakukan dengan cara yang sama sampai data ke-n,

=0,000422+0,000006+0,000173+0,000044+0,000134=0,000779cm6

f. Menghitung nilai kesalahan sistemik

Karena pada pengukuran volume bukan merupakan pengukuran langsung maka tidak terdapat kesalahan sistemik tetapi kesalahan sistemiknya terdapat pada pengukuran diameter dan tebal koin, yaitu :

Diameter Koin = d= ´d ± ∆ d = 2,6084 ± ½ (0,002) = 2,608 ± 0,001 cm

Tebal Koin = tt ± ∆ t = 0,1914 ± ½ (0,001) = 0,1914 ± 0,0005 cm

g. Menghitung nilai kesalahan absolut (mutlak)

V= ´V ± ∆ V * ΔV pada kesalahan absolut didapatkan dari

20 =

√0,00003895

=0,006241

cm3

V=1,02276±0,00624 cm3

h. Menghitung nilai kesalahan relatif

∆ V

´

V ×100=

0,00624

1,02276×100=0,61

3. Menghitung Massa Jenis Koin

Nilai massa jenis koin dapat kita peroleh dengan cara, memasukan nilai massa rata-rata koin dan volume rata-rata koin ke dalam

(13)

|

´ρρlit

ρlit

|

×100=

|

8,2972−8,0089

8,0089

|

×100=0,036×100=3,6

G. Pembahasan

Dalam percobaan kali ini, kita mencari massa jenis (ρ) suatu koin bimetal untuk menentukan keaslian koin tersebut. Langkah awal yang dilakaukan dalam percobaan kali ini adalah mengukur massa koin sebanyak 5 kali pengukuran dengan posisi koin yang berbeda-beda pada piringan neraca (seperti pada gambar di langkah percobaan), ternyata faktor

posisi peletakan pada piringan neraca tidak berpengaruh secara signifikan pada data hasil pengukuran massa karena data yang kita peroleh pada percobaan, rata-rata hampir sama (lihat pada tabel pengukuran).

Lalu ketika kita menghitung untuk taraf kesalahan dalam pengukuran, ternyata nilai taraf kesalahannya sangat kecil yaitu 0,005 (untuk sistemik); 0,00245 (untuk absolut); dan 0,029% (untuk kesalahan relatif) sehingga dapat kita simpulkan bahwa data hasil pengukuran ini sangat valid dan mendekati data sebenarnya yang terdapat pada literatur (lihat pada landasan teori), yaitu 8,486 gram (hasil pengukuran)

dengan 8,5 gram (literatur).

Setelah melakukan pengukuran massa, maka kita melakukan pengukuran diameter dan tebal koin untuk mendapatkan data volume koin. Saat mengukur diameter koin, kita menggunakan jangka sorong dengan nilai nst 0,002 cm. Sedangkan untuk mengukur tebal koin, kita menggunakan mikrometer skrup dengan nilai nst 0,001 cm. Kita lakukan pengukuran sebanyak 5 kali pengukuran baik pada pengukuran diameter koin maupun pada tebal koin (lihat pada tabel

pengukuran). Dari kesalahan sistemik dapat dinyatakan bahwa data hasil

pengukuran ini valid dan mendekati nilai sebenarnya karena nilai kesalahan sistemik yang sangat kecil.

Setelah didapatkan data diameter dan tebal koin, lalu kita hitung volume koin (lihat pada tabel dan pengolahan). Lalu kita menghitung untuk taraf

(14)

sangat valid dan mendekati nilai sebenarnya, yaitu 1,02276 cm3 (hasil

percobaan) dengan 1,06132 cm3 (literatur).

Setelah kita dapatkan semua data yang mendukung untuk penghitungan massa jenis koin, maka kita lakukan perhitungan massa jenis koin dengan cara memasukkan massa rata-rata koin dan volume rata-rata koin ke dalam persamaan massa jenis koin. Dari hasil data perhitungan didapatkan bahwa nilai massa jenis koin yaitu 8,2972 gram/cm3 dan hasil tersebut bernilai valid karena nilainya sangat

mendekati dengan nilai massa jenis koin pada literatur yaitu 8,0089 gram/cm3. Hal tersebut juga didukung dengan hasil dari perhitungan

kesalahan terhadap literatur yang menyatakan bahwa tingkat kesalahnya hanya 3,6% (lihat pada pengolahan data).

H. Kesimpulan

1. Massa koin hasil dari percobaan : 8,486 gram dengan taraf kesalahan literatur 0,165% (literatur : 8,5 gram),

2. Diameter koin hasil percobaan : 2,608 cm dengan taraf kesalahan literatur 0,308% (literatur 2,6 cm),

3. Tebal koin hasil percobaan : 0,1914 cm dengan taraf kesalahan literatur 4,3% (literatur 0,2 cm),

4. Volume koin hasil percobaan : 1,02276 cm3 dengan taraf kesalahan

literatur 3,6% (literatur 1,06132 cm3),

5. Massa Jenis hasil percobaan : 8,2972 gram/cm3 dengan taraf

kesalahan literatur 3,6% (literatur 8,0089 gram/cm3),

6. Koin (uang logam) 10 baht memiliki massa jenis sekitar 8 gram/cm3

maka jika terdapat massa jenis koin 10 baht yang melebihi atau kurang dari 8 gram/cm3 dapat disimpulkan bahwa koin tersebut

Gambar

Tabel Informasi Koin Baht
tabel pengamatan
Tabel Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan D (penambahan vitamin mix 3 % dari jumlah pakan) memberikan hasil terbaik untuk

Tersusunnya Rincian Kewenangan Klinis untuk tiap perawat sesuai jenjang kariernya oleh sub komite kredensial di tahun 2015 hc. Tersusunnya rekomendasi kewenangan

1) Analisis data yang dilakukan dengan metode análisis diskriminan dan metode regresi logistik maka dapat ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

Pada tahapan ini adalah tahap permulaan untuk membangun dan mengembangkan aplikasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Bagian ini merupakan kegiatan tentang

Tingkat akurasi yang dihasilkan dari perangkat lunak ini sekitar 91.9539 % dalam mengenali pola wajah manusia, 68.7639 % dalam pencocokan gambar uji dengan gambar

mempertimbangkan beberapa faktor salah satunya adalah keamanan.Semakin tinggi suatu gedung maka resiko untuk menahan gaya lateral, terutama akibat beban gempa

Rumahtangga petani di kedua wilayah tersebut dapat dikatakan rentan secara ekologi (bencana kekeringan di Desa Penyabungan dan bencana kebanjiran di Desa Dusun Mudo/Desa