• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok BaratKhususnya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok BaratKhususnya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENUNJANG SWASEMBADA

PANGAN KHUSUSNYA BERAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN

2007-2013

Oleh

R U M A W A D I

A1A 009 005

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MATARAM

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul :”Peranan Sektor Pertanian Dalam Menunjang Swasembada pangan khususnya Beras Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013”. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok Barat Khususnya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mayoritas penduduknya adalah petani, karena masih banyaknya luas lahan yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang masih dapat dimanfaatkan sebagai penopang ketersedian pangan bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui peranan dan perkembangan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode Pengumpulan Data : Metode dokumenter, metode kepustakaan. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan Data kualitatif. Adapun sumber data dalam penelitian ini Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan tanaman pangan Lombok Barat. Teknik Pengumpulan Data terdiri dari Teknik dokumentasi, Studi Kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis trend linier.

Hasil penelitian menunjakan bahwa peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan dengan jumlah produksi pertahun berbeda-beda dengan luas lahan yang berbedapula. Seperti pada tahun 2007 mencapai 196.460 dengan luas lahan 41,431 dengan produksi (ku/ha) 4.74186 begitu pula dengan tahun-tahun berikutnya juga mengalami peningkatan. Sedangkan jumlah produksi dari tahun 2007 sampai tahun 2013 mencapai 1. 153.471 dengan luas lahan 242,873 Ha. Jumlah konsumsi beras dari tahun 2007-2012 berjumlah 483.691 Kw. Rata-rata 806. 152 kw/tahun. Sedangkan tahun 2013 belum memiliki jumlah konsumsi yang pasti karena data belom direkapitulasi oleh dinas Tanaman pangan, tetapi hasil produksi mencapai 158.130 kw . sedangkan penyedian padi selama 6 tahun yakni tahun 2007 -2013 mencapai 145. 679 Ton.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional semakin penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung dalam pembentukan PDB,penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, menyediakan sumber pangan dan bahan baku industri/biofuel, pemicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan, perolehan devisa, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Dengan demikian, sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Saat ini sektor pertanian adalah salah satu sektor yang mempengaruhi pembangunan nasional. Pembangunan sektor pertanian menjadi sesuatu yang penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi pembangunan nasional.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi yang dominan yang diberikan sektor pertanian khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Secara garis besar kebijakan pembangunan pertanian diperioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Pemerintah dalam Program Prioritas Pembangunan di Bidang Pertanian, telah menargetkan pada tahun 2014 untuk mencapai swasembada pangan berkelanjutan, mengharapkan jumlah target produksi padi sebesar 75,70 juta ton, untuk produksi jagung sebesar 29 juta ton, kedelai sebesar 2,7 juta ton serta produksi gula sebesar 4,81 juta ton sedangkan untuk daging sapi sebesar 0,55 juta ton. Penekanan ini tidaklah berlebihan jika dilihat dari fakta yang ada. Setiap kebijakan tanpa ada dukungan dari pemerintah daerah tak akan bisa berjalan. Apalagi, masing-masing daerah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas pangan strategis. Selain itu peran pemerintah daerah sangat vital dalam menyukseskan rencana swasembada dan swasembada berkelanjutan. (http://opini.wordpress.com)

Swasembada dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan. Pangan adalah bahan-bahan makanan yang didalamnya terdapat hasil pertanian,perkebunan dan lain-lain. Jadi swasembada pangan adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan makanan sendiri tanpa perlu mendatangkan dari pihak luar.

(4)

Namun program yang direncanakan pemerintah saat ini memiliki banyak kendala yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi yaitu diantaranya keterbatasan lahan, masih tinggi alih fungsi atau konversi lahan pertanian ke non pertanian, perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca tidak menentu dan keterbatasan anggaran juga berdampak terhadap upaya swasembada produk strategis itu.

Swasembada pangan telah menjadi perdebatan selama tahun 1970 sampai tahun 1980an. Ketahanan pangan nasional tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Suatu negara bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional. Sebaliknya, negara yang melakukan swasembada produksi pangan pada level nasional, namun dijumpai masyarakatnya yang rawan pangan karena ada hambatan akses dan distribusi pangan (Stevens et al. 2000)

Pemerintah dalam program prioritas pembangunan di bidang pertanian, telah menargetkan khususnya pada tahun 2014 untuk mencapai swasembada pangan yang lebih baik dan berkelanjutan, dengan jumlah target produksi padi sebesar 75,70 juta ton, produksi jagung sebesar 29 juta ton, kedelai sebesar 4,81 juta ton sedangkan untuk daging sapi sebesar 0,55 juta ton. Hal tersebut merupakan suatu program khusus yang telah dirancang oleh pemerintah kabupaten Lombok Barat. Sehingga setiap tahun produksi padi, kedelai, kacang-kacangan, maupun daging di Kabupaten Lombok Barat tetap meningkat dilihat dari data statistik yang telah dikelolah. (Data Lombok barat dalam angka, dokumentasi, 20 September 2013).

Setiap kebijakan tanpa ada dukungan dari pemerintah daerah tak akan biaa berjalan. Apalagi, masing masing daerah memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas pangan strategis. Selain itu peran pemerintah daerah sangat vital dalam menyukseskan rencana swasembada dan swasembada berkelanjutan. Begitu juga dengan Lombok Barat tiap tahun akan tetap meningkatan komuditas pangan di berbagai jenis pangan, baik dari luas lahan, hasil produksi, konsumsi padi baik lahan kering, lahan basah ataupun curah hujan yang masih sangat produktif sampai saat ini. (http://opini.wordpress.com).

Saat ini, konversi lahan pertanian mencapai 100.000 ha per tahun, sedang kemampuan pemerintah menciptakan lahan baru maksimal 30.000 ha. Hingga setiap tahun justru terjadi pengurangan luas lahan pertanian. Hal ini yang menyebabkan hingga saat ini kita masih mengimpor beberapa komoditi pangan dari Negara lain seperti Thailand dan Vietnam. (http://forum.detik.com).

Dari hasil survei sosial ekonomi nasional 2007 menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian di NTB tercatat 135,5 kg per kapita per tahun, umbi umbian 10,6 kg perkapita per tahun, pangan hewani 23,2 kg per kapita per tahun, kacang-kacangan 6,7 kg dan sayur/buah 95,6 kg per kapita per tahun. Khusus untuk beras, masyarakat NTB mengkonsumsi 556.777 ton per tahun atau rata-rata 121,7 kg per kapita per tahun, diatas rata-rata nasional sekitar 110 kg per kapita per tahun.

Mewujudkan swasembada beras menjadi keharusan karena swasembada adalah yang menjadi pilar kedaulatan pangan. Berdaulat pangan tidak hanya berarti bahwa setiap saat pangan tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Namun, lebih jauh dari itu berdaulat pangan juga berarti memiliki kemandirian dalam memproduksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri serta meningkatnya taraf hidup dan kualitas hidup petani pangan sebagai penghasil.

(5)

Barat yang masih dapat dimanfaatkan sebagai penopang ketersedian pangan bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk melihat seberapa besar tingkat output dari tanaman bahan pangan yang ada di kabupaten Lombok barat maka dapat di lihat tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Luas panen, rata-rata produksi dan produksi tanaman bahan makanan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011

Komoditi Luas panen (Ha)

Rata-rata produksi(Kw/Ha)

Produksi (ton)

Padi 29.737 52.97 157.518

Jagung 3.279 37.25 12.215

Ubi kayu 556 152.10 8.457

Ubi jalar 124 141.76 1.736

Kacang tanah 1.422 14.44 2.054

Kedelai 3.643 13.52 4.927

Kacang hijau 339 11.39 386

Sumber : Dinas Pertanian Tan. Pangan, Perkebunan & Peternakan Kab. Lombok Barat (Dokumentasi, 20 September 2013)

Berdasarkan data tabel 1 dapat dilihat bahwa komoditi padi adalah komoditi unggulan yang ada di kabupaten Lombok barat. Komoditi padi adalah komoditi yang memberikan jumlah produksi terbanyak jika dibangdingkan komoditi produksi lainnya dengan jumlah produksi sebesar 157.518 ton. Ini menunjukan bahwa komoditi padi memiliki peran sangat penting sebagai sebagian adalah output tanaman bahan makan. Penduduk Lombok Barat adalah petani, maka para petani dapat memanfaatkan sawah mereka untuk menanam padi. Jadi tidak heran dengan jumlah luas panen mencapai 29.737 Ha dan dengan rata-rata produksi sebesar 52.97 (Kw/Ha).

(6)

Tabel 2: Produktivitas Padi Dan Produksi, Konsumsi Serta Suplus Beras Kabupaten Lombok Barat Tahun

2007 41.431 47.42 196.460 188.909 122.791 78.748 44.043 2008 39.811 49.03 195.186 187.738 122.030 80.767 41.262 2009 29.543 50.2 148.236 142.607 92.695 81.907 10.788 2010 28.987 51.5 149.316 143.677 93.390 80.338 13.052 2011 29.737 52.97 157.518 150.975 98.542 81.093 17.449 2012 32.086 49.07 157.445 151.438 98.435 81.973 16.462

Jml

201.59

5 300.19 1004.161 965.344 627.883 484.826 143.056 Rata2 33.599

Keterangan: *) = Angka Sementara (Dokumentasi, 20 September 2013).

Berdasarkan tabel 2 di atas selama kurun waktu 6 tahun jumlah produksi padi terus meningkat, meskipun di sisi lain, luas panen mengalami penurunan. Rata-rata luas panen pertahun adalah 33.59917 Ha, dengan produki padi 50.03167 Ton setara dengan beras yakni 104.6472 Ton. Sementara rata-rata kebutuhan untuk konsumsi beras di Kabupaten Lombok Barat 80.80433 Ton. Ini berarti selama lima tahun Kabupaten Lombok Barat menjadi surplus beras yang sangat baik bagi masyarakat.

Swasembada pangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan makanan sendiri tanpa perlu mendatangkan dari pihak luar. Dengan begitu banyak komoditi yang ada di kabupaten Lombok barat maka komoditi padi adalah komoditi yang paling banyak memberikan hasil atau komoditi padi dengan jumlah produksi paling banyak jika dibandingkan komoditi lainnya, hal tersebut dikarenakan mayoritas penduduk di kabupaten Lombok barat adalah petani yang menanam sawah mereka dengan tanaman padi sehingga terjadinya peningkatan produksi. Hasil dari komoditi ini tidak langsung dapat digunakan perlu diolah lagi agar menjadi beras. Beras adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang yang ada di Indonesia tak terkecuali di Lombok barat.

Jumlah produksi beras untuk kabupaten Lombok barat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan sedangkan jumlah kebutuhan akan beras yang ada di kabupaten Lombok barat stabil menjadikan kabupaten Lombok barat sebagai kabupaten yang dapat melakukan swasembada pangan dalam hal ini beras.

(7)

dengan judul “Peranan Sektor Pertanian Dalam Menunjang Swasembada Pangan Khususnya Beras di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2015“

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat peneliti rumuskan suatu rumusan masalah :

1. Bagaimana peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015?

2. Bagaimana perkembangan estimasi sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat 10 (Sepuluh) Tahun selanjutnya ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat peneliti rumuskan tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015.

2. Untuk mengetahui perkembangan estimasi sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat 10 (Sepuluh) Tahun selanjutnya

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Secara akademik, diharapkan penelitian ini dapat memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi pada program studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Mataram.

2. Secara teoritik, diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti secara pribadi, terutama mengenai kebijakan pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam menunjang swasembada pangan.

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan untuk mendapatkan keterangan-keterangan terhadap suatu masalah tertentu serta untuk mendapatkan gambaran tentang peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat tahun 2007-2015. Menurut Winarno (1990 : 139) penelitian deskriptif tertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi.

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini terjadi. Di dalamnya terdapa-apat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisa, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau tidak. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh.Nazir, 2009: 54).

Penelitian dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi, atau dengan teknik test, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dapat menggambarkan atau mendeskripsikan suatu gejala yang diteliti secara sistematis dan akurat baik hal tersebut terkait dengan fakta, sifat ataupun fenomena atau kejadian yang terjadi di lokasi penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lombok Barat dengan times series yaitu data pada tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun 2013, yang ditentukan secara perposive atau sengaja dengan dasar pertimbangan bahwa di daerah ini sektor pertanian memegang peranan yang dapat menunjang keberlangsungan swasembada pangan baik untuk daerah Lombok Barat secara khusus maupun provinsi Nusa Tenggara barat secara Umum.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(9)

2. Metode kepustakaan. Metode kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan telaah kepustakaan dengan obyek yang akan dibahas dengan membaca literatur yang sesuai dengan kebutuhan yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti. (Moh.Nazir, 2009: 57).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi dan kepustakaan karena data yang dikumpulkan berdasarkan dokumen yang tersedia berupa laporan tahunan.

3.4 Jenis dan sumber data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa angka-angka dan dapat diukur besarannya secara langsung, diantaranya data sekunder berupa data runtun waktu (time series data) yaitu dalam bentuk data tahunan yang dianggap memberikan gambaran dan keterangan mengenai obyek yang diteliti. Dari data tersebut peneliti mencoba melihat peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan di kabupaten Lombok Barat dengan berbagai cara yaitu mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti hingga disimpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan cara. Menurut Teguh (2001: 118) bahwa dalam penelitian jika dilihat dari segi bentuk data maka ada dua jenis yaitu :

1. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta verbal, atau berupa keterangan-keterangan saja yang menyangkut peranan sekotr pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat.

2. Data kuantitatif merupakan data statistik berbentuk angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif seperti data luas panen, tingkat hasil, jumlah produksi, siswa produksi, jumlah konsumsi dan peningkatan pertahun.

3.4.2 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari instansi-instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini lembaga yang dijadikan sebagai sumber data sekunder adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan tanaman pangan Lombok Barat. Data yang diambil antara lain adalah data PDRB, tanaman pangan dan lain sebagainya yang mendukung penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang tersedia pada instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini untuk didokumentasikan, dicatat atau dianalisa sesuai dengan kebutuhan peneliti.

(10)

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan studi tentang data-data yang bersumber atau diperoleh dari bahan-bahan bacaan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti (Suharsimi, 2006 : 32).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi kepustakaan adalah teknik dalam melakukan analisis terkait dengan hasil penelitian yang berdasarkan sumber atau bahan-bahan bacaan sebagai bahan perbandingan pendapat para ahli.

3.6 Identifikasi Variabel

Adapun variabel yang akan diteliti terkait dengan identifikasi variabel dalamm penelitian ini adalah : a. Jumlah Produksi Beras (input)

b. Jumlah Konsumsi beras (output) 3.7 Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi pemahaman ganda terkait dengan variabel judul dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan definisii operasional variabel penelitian sebagai berikut :

3.7.1 Jumlah produksi beras adalah segala bentuk produksi atau hasil beras yang dihasilkan oleh sektor pertanian untuk menghasilkan bahan pangan dan mengelola lingkungan hidupnya yang dapat disumbangkan hasilnya bagi pendapatan daerah di kabupaten Lombok Barat.

Adapun yang menjadi ukuran jumlah produksi beras adalah terpenuhinya segala indenfikasi seperti jumlah prokduktivitas, luas panen yang cukup, konsumsi dalam daerah terpenuhi dan surplus beras dapat melampaui target yang telah ditentukan.

3.7.2 Jumlah Konsumsi Beras (output) adalah jumlah pemenuhan kebutuhan beras atau pangan yang sejauh mungkin berasal dari pasokan domestic dengan meminimakan ketergantungan pada perdagangan pangan khususnya beras.

Adapun yang menjadi ukuran jumlah konsumsi beras di Lombok Barat adalah tercapainya atau terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat, tersediannya lahan, maksimalnya lahan pertanian, adanya iklmim yang menentu, adanya anggaran yang cukup dalam mengelolah.

3.8 Prosedur Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat memperoleh suatu kebenaran atau ketidak benaran dari suatu hipotesa. Batasan lain diungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan dasar sehingga dapat menentukan tema dan dapat merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2009: 103).

Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis trend linier agar dapat mengetahui konversi lahan terhadap swasembada beras di Lombok Barat. Analisis trend merupakah salah satu teknik statistika yang sering digunakan para peneliti pada berbagai bidang keilmuan dan para penilai pada berbagai lembaga atau program. Teknik ini sering digunakan terutama untuk mengidentifikasi sejumlah peubah (variabel) masukan (input) untuk meramalkan (memprediksikan) suatu perilaku respon atau keluaran (output) tertentu. (Furqon, 2009) dengan formulasi sebagai berikut:

1. Menghitung Produksi padi

(11)

terhadap produksi tahun lalu. Abdul Halim yang dikutip Nuhraha dan Arvian dalam (Syafri Daud), maka rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut.

Pertumbuhan peningkatan pertahun =

X−Y

Y

x 100%

Dimana :

X = Jumlah produksi pertahun Y = Jumlah produksi tahun lalu

Untuk mengklasifikasi kriteria peningkatan produksi dalam menunjang swasembada pangan, maka digunakan kriteria sebagai berikut:

2. Mengistimasi peningkatan produksi beras di Kabupaten Lombok Barat 10 tahun selanjutnya

3. Setelah mengetahui peningkatan produksi, selanjutnya akan dilakukan estimasi produksi beras tahun 2007-2015, tujunnya untuk dapat mengetahui atau memprediksi seberapa besar peningkatan produksi pada tahun yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut maka dapat menggunakan metode Trend Linier (Mulyono,

b = Pertambahan trend tahunan secara rata-rata (tingkat perubahan variabel per periode waktu) X = Priode waktu

Berdasarkan teknik analisis data di atas, maka kesimpulanya “

a. Jika b bernilai positif maka hipotesis dapat diterima yakni : Diduga sektor pertanian berperan dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015. b. Jika b bernilai negatif maka hipotesis tidak dapat diterima yakni : Diduga sektor pertanian tidak berperan

(12)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Perkembangan Atau Pertumbuhan Produksi Padi Di Kabupaten Lombok Barat

Data hasil Produksi padi selama tujuh (7) tahun yakni dari tahun 2007-2013, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang terkait dengan data hasil produksi padi sebelum dan sesudah dijadikan beras yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat yang dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Berdasarkan data hasil produksi terhadap swasembada pangan dapat diketahui seberapa besar potensi swasembada yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Barat.

4.2. Perkembangan Produksi Padi Di Kabupaten Lombok Barat

Perkembangan potensi padi dengan target produksi padi (beras) di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 4 : perkembangan antara Produksi Padi Tahunan Dengan Produksi Tahun Lalu di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013

Komoditas Tahun Luas lahan Produksi Produktivitas Pertumbuhan

Produsi (Ha) (Ton) (Kw/Ha) Pertahun (%)

Jumlah N = 7 242.873 1.153.471 47,49 -1,01 Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dideskripsikan bahwa selama kurun waktu 7 tahun terakhir produksi padi yang ada di kabupaten lombok barat mengalami fluktuatif dimana pada tahun 2007 adalah tahun dengan jumlah pertumbuhan tertinggi dimana pada tahun tersebut pertumbuhan produksi padi mencapai 10,93%. Sedangkan untuk pertumbumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -24,05%.

(13)

(pemberian pupuk, adanya hama, adanya penyakit ) dan beralihnya petani dari menanam padi menjadi menanam palawija yang lebih menguntungkan dan memberikan hasil yang lebih.

4.3. Analisis Perkiraan Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Lombok Barat beberapa Tahun yang akan datang

Berdasarkan analisa trend linier perkembangan tingkat produksi padi (beras) dalam menunjang swasembada beras di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013 (lampiran 6) diperoleh keterangan bahwa laju pertumbuhan produksi padi (beras) di Kabupaten Lombok Barat meningkat. Hasil perkiraan dengan menggunakan metode trend linier menunjukkan bahwa tingkat produksi padi (beras) dari tahun ketahun yaitu selama beberapa tahun selanjutnya di perkirakan terus meningkat. Untuk lebih jelasnya data perkiraan tingkat produksi padi (beras) di Kabupaten Lombok Barat Tahun beberapa tahun yang akan datang dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 5 : Analisis Perkiraan Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Lombok Barat Beberapa Tahun yang akan datang

Tahun

Produksi Nilai Perkiraan (Ton)

2014 191.927

2015 198.713

2016 205.499

2017 212.286

2018 219.072

Sumber : data diolah dari lampiran 6

(14)
(15)

Table 6 : Jumlah Konsumsi Beras Per Tahun Dari Tahun 2007- 2013 Kabupaten Lombok Barat

Dari table 6. Dapat dideskripsikan bahwa selama 7 tahun terakhir yaitu pada tahun 2007-2013 konsumsi beras yang ada dikabupaten lombok barat, untuk konsumsi perkapita/tahun masyrakat kabupaten lombok barat mengkonsumsi beras sebanyak 118,1kg/kapita/tahun. Sedangkan jika dilihat dari tren konsumsi beras dapat dikatakan dari tahun ke tahun terus meningkat namun pada tahun 2010 terjadi penurunan tingkat konsumsi akan tetapi penurunan yang terjadi tidak terlalu besar, penurunan yang terjadi pada tahun tersebut sebesar 434 ton.

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai beikut:

1. Peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan dengan jumlah produksi pertahun berbeda-beda dengan luas lahan yang berbedapula. Seperti pada tahun 2007 mencapai 196.460 dengan luas lahan 41,431 dengan produksi (ku/ha) 4.74186 begitu pula dengan tahun-tahun berikutnya juga mengalami peningkatan. Sedangkan jumlah produksi dari tahun 2007 sampai tahun 2013 mencapai 1. 153.471 dengan luas lahan 242,873 Ha.

2. Berdasarkan analisis trend linier yang memperkirakan tingkat perkembangan jumlah produksi dalam menunjang konsumsi beras di Kabupaten Lombok Barat selama 3 tahun perkiraan selanjutnya yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun produksi 2018 secara relative mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan perkiraan tingkat perkembangan produksi dengan menggunakan persamaan trend linier. Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa tingkat produksi dari tahun 2014 sampai Produksi pada tahun 2008 bahwa produksi padi pada tahun 2014 dapat diperkirakan sebesar 191.926 ton dengan peningkatan persetengah tahun produksi. Untuk tahun 2018 jumlah produksi meningkat sebesar 219.072 ton.

3. Jumlah konsumsi beras dari tahun 2007-2012 berjumlah 483.691 Kw. Rata-rata 806. 152 kw/tahun. Sedangkan tahun 2013 belum memiliki jumlah konsumsi yang pasti karena data belom direkapitulasi oleh dinas Tanaman pangan, tetapi hasil produksi mencapai 158.130 kw . sedangkan penyedian padi selama 6 tahun yakni tahun 2007 -2013 mencapai 145. 679 Ton.

5.2 Saran

Dari hasil kesimpulan penelitian ini maka dapat disrankan sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pemerintah Daerah Lombok Barat agar dapat lebih giat dalam menggali sumber-sumber pendapat daerah khususnya melalui produksi hasil pertanian lainnya.

2. Perlu dilakukan perhitungan hasil pertanian yang lebih maksimal agar data-data yang kami peroleh tidak rancu dan banyak kesalahan, dapat menentukan target produksi khususnya bidang pertanian.

3. Mengingat penggunaan faktor-faktor produksi tidak optimum maka agar penggunaan faktor-faktor produksi tersebut optimum perlu adanya pengurangan dan penambahan faktor-faktor produksi tersebut. Agar penggunaan faktor produksi tersebut optimum atau efisien dapat dilakukan dengan:

a. Meningkatkan daya beli para pengelola usahatani (petani) ter-hadap faktor-faktor produksi melalui pemupukan modal dan meningkatkan pemanfaatan fasilitas modal kredit.

b. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan petani sebagai pengelola usahatani melalui kegiatan penyuluhan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik ---, 2009. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik ---, 2010. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik ---,2011. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik

Arikunto, Suharsimi, 2010. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta ---, 2012. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta

Boediono, 1993. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi Pertama, BPFE. Yogyakarta

---, 1994. Teori Pertumbuhan Ekonomi Serti Sinopsis Pengantar Ekonomi. No. 4 Yogyakarta :BPFE Eupharasia S.H. 2004. Pengaruh tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak

Penghasilan Badan, Jurnal Ekonomi Bissnis No. 1

Furqon, (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Alfabeta. Bandung

Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jum’ah, 2011. Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Nusa Tenggara Barat, Universitas Mataram : Fakultas Ekonomi, tidak dipublikasikan.

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta

Lexy J, Moleong, 2009. Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Mulyono. 2006. Kamus Kimia.Cetakan Pertama. Jakarta: Gramedia

Nazir, M. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Ghalia

Romping dan dani artanto 2002 dalam abidin zaenal “analisis peranan sector pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2001-2007” perpustakaan unram tidak di publikasikan

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1994.

Semaoen. 1992. Ekonomi Produksi Pertanian Teori dan Aplikasi. Penerbit Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Jakarta. 13-17pp

Syafri daud 2006 “efektifitas pemungutan pajak reklame dan kontribusinya terhadap penerimaan pajak daerah” http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CDwQFjAD&url=http%3A

%2F%2Fstiepena.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F11%2Fpena-fokus-vol-5-no-1-1-24.pdf&ei=6uDwUsTIM8LVrQfDw4HoCg&usg=AFQjCNGvHwcZqMv00RyHRmQG5tcRfsCBQw&bvm= bv.60444564,d.cGU (diakses 22 november 2013)

Teguh Pudjo Mulyono. 2001, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Yogyakarta: BPFE. Winarno Surakhmad, 1985. “ Pengantar Penelitian Ilmiah ” : Dasar dan Teknik. Bandung: Tarsito. http://opini. Wordpress.com. tanggal 20 september 2013

Gambar

Tabel 2: Produktivitas Padi Dan Produksi, Konsumsi Serta Suplus Beras Kabupaten Lombok Barat Tahun
Tabel 4 :  perkembangan antara Produksi Padi Tahunan Dengan Produksi Tahun Lalu  di Kabupaten
Tabel 5 : Analisis Perkiraan Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Lombok Barat Beberapa Tahun
Table 6 : Jumlah Konsumsi Beras Per Tahun Dari Tahun 2007- 2013 Kabupaten Lombok Barat

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pentingnya permasalahan yang terjadi pada remaja putri terkait dengan nyeri haid ( dysmenorrhea ) maka penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi tentang bagaimana konsep Integrasi Agama dan Lingkungan Alam dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di PAUD

Berdasarl<an Pelelangan Sederhana yang dilaksanakan secara manual, dengan ini Pokja Pengadaan Barang Kelompok V ULP Pengadaan Barangfiasa Kabupaten Muara Enim

Tujuan dilakukan studi ini, yaitu (1) untuk mengetahui tipe- tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes pada topik integral tak tentu, (2) untuk

sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam bisnis pertelevisian yang menjual produk berupa program, seperti halnya NET TV yang menjual

 Bila  kita  kaji,  masyarakat  di  negara-­negara  maju yang  sudah  dapat  dikatakan  sebagai  masyarakat  madani,  maka  ada  beberapa  prasyarat  yang harus   dipenuhi

pajak, sedangkan periode Joint Audit untuk audit kepabeanan dan/atau audit cukai ditetapkan selama 2 (dua) tahun sampai dengan akhir bulan sebelum penerbitan surat tugas sepanjang

Berdasarkan hasil wawancara dengan para santri dan ustadz menggambarkan bahwa praktek perilaku gasab merupakan salah satu bentuk perilaku yang bertentangan dengan