• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS GUNADARMA 2018 DAFTAR ISI - MAKALAH hukum ilsam ksatria kinayungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS GUNADARMA 2018 DAFTAR ISI - MAKALAH hukum ilsam ksatria kinayungan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM ISLAM

Mata Kuliah

: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing

: Fatchullah Zarkasi, M.Pd

Penulis/Penyusun

: Ksatria Kinayungan

Kelas

: 1ID10

NPM

: 33417248

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS GUNADARMA

(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR BAB I

PENDAHULUAN

1. Definisi Sumber-Sumber Hukum Islam. 2. Rumusan masalah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Macam Sumber Hukum Islam yang Wajib Dipatuhi dan Digunakan Sebagai Pedoman dalam Berkehidupan Hablumminallah wa Hablumminanas. 1.1. Al-Qur’an

1.2 Al hadist 1.3 Ijtihad 1.4 Ijma’ 1.5 Qiyas

2. Tujuan Diciptakannya Hukum Islam Tersebut oleh Allah SWT kepada Seluruh Umat Islam

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Hukum Islam “.

Di dalam pembuatan makalah ini, saya berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang definisi hukum islam. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terima kasih kepada bapak Fatchullah Zarkasi, M.Pd selaku dosen Hukum Islam Fakultas Teknologi Industri. Yang telah memberikan saya waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata saya menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu saya mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.

Semoga makalah yang telah saya buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I Fakultas Teknologi Industri.

Terima kasih.

Bekasi, 5 April 2018

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1. Definisi Sumber-Sumber Hukum Islam.

Sumber-sumber hukum islam adalah sumber-sumber yang dipakai acuan sebagai pedoman untuk berkehidupan Hablumminallah wa Hablumminanas. Sumber-sumber hukum islam antara lain : Al-Qur’an, Al-hadist, Ijtihad, Ijma’, Qaul shahabi, Qiyas, Maslahah, Mursalah, Urf syari’at umat sebelum islam, dan Istihan.

Namun yang saya bahas dalam makalah ini hanyalah sumber-sumber hukum islam yang berkaitan dengan Al-Qur’an, Al-hadist, Ijtihad, Ijma’, dan Qiyas. Sumber-sumber hukum di atas bersifat naqli, yaitu Al-Qur’an, Al-hadist, Ijma’. Sedangkan yang bersifat aqli yaitu Qiyas dan Ijtihad, dalam hal ini berperan menjelaskan adalah akal.

Sumber-sumber hukum islam itu adalah aturan-aturan dalam agama Islam tidak bermaksud untuk memberatkan manusia dalam kehidupannya di dunia. Namun aturan Islam memuat berbagai manfaat yang dapat diraih oleh manusia bila mereka melaksanakannya dengan sempurna.

2. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari sumber hukum islam yang terdiri dari Al-Qur’an, Al-hadist, Ijtihad, Ijma’, dan Qiyas ?

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Macam Sumber Hukum Islam

1.1. Al-Qur’an

Mengenai asal kata Al-Qur’an para pemuka agama berselisih pendapat.

Menurut Asy-Syafi’i dalam sebuah buku yang berjudul “sumber-sumber hukum islam” kata Al-Qur’an itu ditulis dan dibaca tanpa hamzah. Al-Qur’an tidak berasal dari suatu kata tetapi ia merupakan sebutan khusus bagi kitab suci yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. buku yang bejudul “sumber-sumber hukum islam” bahwa kata Al-Qur’an merupakan asdar dan muradif dengan “Qara’ah” sebagaimana dalam firman Allah

ۥُهَناَء ْرُقَو ۥُهَعْمَج اَنْيَلَع ّنإإ

Sesungguhnya Kamilah yang berkuasa mengumpulkan Al-Quran itu (dalam dadamu), dan menetapkan bacaannya (pada lidahmu);

ۥُهَناَء ْرُق ْعإبّتٱَف ُهَٰنْأَرَق اَذإإَف

Oleh itu, apabila Kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan Jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu;

(QS. Al Qiyamah : 17-18)

Menurut istilah, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab yang di riwayatkan secara muatawatir dan tertulis dalam mushaf.

(6)

1.2. Al hadist

Hadist menurut bahasa mempunyai beberapa arti yaitu : Jadid berarti baru ; Qarib berarti dekat ; Khabar berarti berita atau warta dan sebagainya. Dari ketiga arti tersebut yang sesuai dengan pembahasan adalah Hadist dalam arti Khabar. Allah memakai kata “Hadist” dengan arti Khabar dalam firman-Nya

اااواُانااااَاك اْانإاإ اإاهااإالاْاثاإام اٍاثاياإادااَاحاإاب اااواُاتْاأااَاياْالاَاف

اَاناياإاقاإاداااَاص

yang artinya : “maka hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar yang sepertinya (Al-Qur’an) jika mereka itu orang-orang yang benar” (QS. At thur :34).

Dalam hadist kata “Hadist” juga dipakai dalam arti Khabar yaitu sabda Nabi saw yang artinya : “Hampir-hampir aka nada seseorang diantara kamu yang akan berkata : ”Ini kitabullah. Apa halal didalamnya kami halalkan. Apa yang haram kami haramkan. Ketahuilah, barang siapa sampai kepadanya suatu “Khabar” dari aku, lalu ia dustakan berarti ia telah mendustakan 3orang, dia mendustakan Allah, dia mendustakan Rasul-Nya, dan dia mendustakan orang yang menyampaikan berita itu”. (HR. ahmad dan Ad Damiry).

Sebagian muhatsin berpendapat bahwa pengertian hadist di atas merupakan pengertian yang sempit. Menurut mereka hadist mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada Nabi SAW. (hadist marfu’) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan kepada para sahabat (hadist mauquf), dan tabi’in (hadist maqtu’), sebagaimana disebut oleh Al-Tirmizi. Artinya : “bahwasannya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’, yaitu sesuatu yang sisadarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang maukuf, yaitu yang disandarkan kepada sahabat dan maqtu’ yaitu yang disandarkan kepada tabi’in”.

Menurut istilah hadist mempunyai beberapa pengertian yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya para ulama dalam memandang hadist. Menurut istilah hadist ialah segala ucapan segala perbuatan dan segla keadaan Nabi SAW.

(7)

Baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Selain itu tidak bisa dikatakan hadist.

Ini berarti bahwa ahli ushul membedakan diri Muhammad sebagai Rasul dan sebagai manusia biasa. Yang dikatakan Hadist adalah sesuatu yang berkaitan dengan misi dan ajaran Allah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasulullah SAW. Inipun menurut mereka harus berupa ucapan dan perbuatan beliau serta ketetapan-ketetapannya.

Sedangkan kebiasaan-kebiasaannya tata cara berpakaian cara tidur dan sejenisnya merupakan kebiasaan manusia dan sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai hadist. Berdasarkan pengertian hadist di atas maka hadist dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu : Hadist Qouliyah, Hadist Fi’liyah, dan Hadist Taqririyah. ü Hadist Qouliyah Hadist yang berupa perkataan.

Seperti sabda Rasulullah SAW. ü Hadist Fi’liyah Hadist Fi’liyah atau amaliyah adalah hadist yang berupa perbuatan. Seperti praktek wudhu Rasulullah shalat dan haji beliau, putusan beliau yang berdasarkan seorang saksi ditambah sumpah penggugat. ü Hadist Taqririyah Ketetapan atau persetujuan Raslullah terhadap apa saja yang muncul dari tindakan sahabat beliau, baik berupa perbuatan perkataan, dengan cara diam dan tidak mengingkari atau menyatakan kerelaan dan menganggap baik hal tersebut.

1.3. IJTIHAD

Secara etimologi kata ijtihad terbentuk dari kata dasar “jahada” yang berarti seseorang telah mencurahkan segala kemampuannya untuk memperoleh hakikat suatu tertentu. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu fiqih ijtihad berarti mengarahkan tenaga dan fikiran dengan sungguh-sungguh untuk menyelidiki dan mengeluarkan (mengistibatkan) hukum-hukum yng terkandung dalam Al-Qur’an dan hadist dengan syarat-syarat tertentu. Sebagian ulama’ mendefinisikan ijtihad dalam pengertian umum bahwa ijtihad adalah menhasilakn (memaksimalkan) kesungguhannya dalam mencari sesuatu yang ingin dicapai sehingga dapat diharapkan tercapainya atau diyakini sampai kepada tujuannya.

Menurut praktek sahabat ijtihad adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat dengan kitab Allah SWT, dan sunnah Rasulullah SAW baik melalui suatu nasakh yang disebut qiyas maupun melalui sesuatu maksud dan tujuan umum.

(8)

kemampuannya artinya mencurahkan kemampuan seoptimal mungkin sehingga ia merasakan bahwa dirinya tidak sanggup lagi melebihi dari tingakt itu.

1.4 IJMA’

Ijma’ berasal dari derivasi kata “jama’a” yang berarti gabungan, kumpulan, satuan dan yang semisalnya.

Secara etimologi berarti ketetapan atau kesepakatan. Dinamakan demikian karena ijma’ “konsensus” muncul dari sekumpulan pendapat yang tertampung setelah melalui proses sharing pendapat dan hujjah yang dikemukakan.

Secara terminology Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid tehadap suatu permasalahan hukum syara’ pada zaman setelah wafatnya Rasullulah SAW. Umumnya pemasalahan syara’ yang muncul tidak ditemui dalam nashsecara jelas. Semua mujtahid berkumpul dan saling berbagi pandangan.

Pandangan-pandangan mereka itu dilandaskan dengan Al-Qur’an dan Hadist. Dengan tujuan diperolehnya konklusi yang disepakati oleh seluruh mujtahid yang hadir.

Menurut bahasa Ijma’ mempunyai dua arti yaitu :

a) Kesepakatan seperti perkataan : “Jamaal qaumu ‘alaa kadzaa idzaa itafaquu alaihi”. Artinya suatu kamu telah berijma’ begini, jika mereka sudah sepakat kepadanya.

b) Kebulatan tekat atau niat.

Imam Syafi’I dalam bukunya ar-risalah yang telah dikutip dalam buku Materi Pendidikan Islam Untuk Perguruan Tinggi menyatakan bahwa Ijma’ adalah kesepakatan seluruh umat islam dalam permasalahan tetentu yang sudah ma’ruf. Sebagai contoh Ijma’nya umat islam dalam pengharaman khamar, wajibnya puasa Ramadhan dan jumlah rakaat dalam shalat fardu.

Mereka menyatakan bahwa kesepakatan seluruh umat islam tidak akan terjadi kecuali dalam hal-hal yang sudah jelas kedudukan hukumnya.

Ijma’ dapat di bagi menjadi dua macam yaitu : 1. Ijma’ Bayani

(9)

2. Ijma’ sukuti

Suatu pendapat dari seorang ahli hukum atau beberapa ahli hukum tetapi ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah. Misalnya : semasa hidup Nabi, Nabi melakukan shalat tarawih sebanyak 8 rakaat, di zaman Umar Bin Khattab r.a20 rakaat tidak ada sahabat yang membantah. Dengan ini shalat tarawih diterima dengan Ijma’ Suyuti.

1.5. Qiyas

Menurut bahasa qiyas berarti “menyamakan”. Menurut istilah ahli ushul Qiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah di tetapkan oleh nash karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum yang tidak bisa diketahui dengan semata-mata memahami lafadh-lafadhnya dan mengetahui dilalah-dilalah bahasanya.

Secara bahasa Qiyas berasal dari bahasa arab yang artinya hal mengukur, membandingkan aturan. Ada juga yang mengartikan Qiyas dengan mengukur suatu atas sesuatu yang lain dan kemudian menyamakan antara keduanya. Ada kalangan ulama yang mengartikan Qiyas sebagai mengukur dan menyamakan.

Menurut istilah ushul fiqh, sebagaimana dikemukakan Wahbah al-Zuhaili, Qiyas adalah menhubungkan atau menyamakan hukum suatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada illat antara keduanya.

Ibnu subkhi mengemukakan dalam kitab Jam’u al-jawami, Qiyas adalah menghubungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui Karena kesamaan dalam illat hukumnya menurut mujtahid yang menghubungkannya.

Qiyas sebagaimana yang diamalkan oleh para mujtahid adalah menghubungkan hukum suatu perkara dengan hukum perkara lain yang sudah ditetapkan, karena adanya persamaan dalam illat hukum, yang tidak diketahui dengan semata-mata memahami bahasanya. Qiyas merupakan hujjah ilahiyah yang datang dari sisi Allah untuk mengetahui hukum-hukum-Nya dan bukan merupakan perbuatan yang didatangkan bagi seseorang.

(10)

2. Tujuan Diciptakannya Hukum Islam Tersebut oleh Allah SWT

kepada Seluruh Umat Islam.

Tujuan Allah SWT menciptakan hukum islam adalah agar umat manusia dalam menjalankan kehidupannya dapat memperoleh manfaat, tidak kacau dan tidak tersesat. Hukum islam sendiri sebenarnya sudah jelas dan lengkap, sebenarnya tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk mengabaikan hukum islam.

Hukum islam diciptakan agar umat islam mengenal aturan islam, pelaksanaan hukum bagi kaum muslimin sebenarnya tidak hanya mengejar tujuan hukum islam yang dijelaskan di atas. Namun lebih kea rah ketundukan seorang muslim kepada perintah dan larangan Allah SWT. Hukum islam telah menerapkan aturan-aturan beserta hukum yang betujuan mencegah terjadinya kerusakan atas nasab dan keturuna manusia.

Islam menetapkan aturan yang melarang umatnya mengosumsi segala sesuatu yang dapat merusak akal. Islam mengharamkan minuman yang memabukkan dan merusak ingatan seperti alcohol, narkoba, dan ganja.

(11)

BAB III PENUTUP

3. Kesimpulan

Sumber-sumber hukum islam adalah aturan-aturan didalam agama Islam tidak bermaksud untuk membertakan manusia dalam kehidupannya di dunia.

Namun aturan islam memuat berbagai manfaat yang dapat diraih oleh manusia bila mereka melaksanakannya dengan sempurna, Definisi macam-macam hukum islam : ü Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab secara mutawatir dan tertulis dalam mushaf. ü Al-Hadist adalah segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan Nabi SAW.

Sedangkan menurut para ulama’ ahli ushul, hadist adalah segala perkataan, segala perbuatan, dan segala taqrir (ketetapan) Nabi SAW yang berkaitan dengan hukum.

Berdasarkan pengertian hadist menurut ahli ushul ini jelas bahwa hadist adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Baik ucapan perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang di syari’atkan kepada manusia.

ü Ijtihad berarti mengarahkan tenaga dan fikiran dengan sungguh-sungguh untuk menyelidiki dan engeluarkan (mengistibatkan) hukum-hukum yang

terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan syarat-ayarat tertentu.

ü Ijma’ adalah kesepakan para mujtahid terhadap suatu permasalahan syara’ pada zaman setelah wafatnya RasulullahSAW. Umumnya permasalahan syara’ yang muncul tidak ditemui dalam nash yang jelas. Semua mujtahid berkumpul dan saling berbagi pandangan. Pandangan-pandangan mereka itu dilandaskan dengan Al-Qur’an dan Hadist.

ü Qiyas adalah menghubungkan atau menyamakan hukum sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada illat antara keduanya.

Tujuan diciptakannya hukum islam tersebut oleh Allah SWT kepada seluruh umat islam adalah

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Lismanto dalam Pembaharuan Hukum Islam Berbasis Tradisi: Upaya

Referensi

Dokumen terkait

Apabila setelah dilakukan perhitungan analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi (r) >0, maka berarti terdapat hubungan positif antara variabel bebas dan variabel

Surat penolakan permohonan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Mineral bukan logam, Wilayah Izin Usaha Pertambangan Mineral bukan logam jenis tertentu, dan Wilayah Izin

Bagian A ini leitmotif Ayah sering muncul menandakan berkisah tentang rasa sakit dan perasaan sedih Ayah ketika mengalami sakit hingga pada birama 19–22 pola ritme yang

(4) Terdapat kontribusi positif minat, motivasi dan perkembangan teknologi terhadap kreativitas siswa di SMA Negeri 1 Pulokulon dengan sumbangan efektif minat, motivasi

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfometri dan batimetri danau, mengetahui status mutu perairan, dan menentukan DTBPA Danau

Dalam pengorganisasian, BPBD melakukan penanggulangan bencana dengan cara bekerja sama dengan SKPD Kabupaten Sleman lainnya, seperti Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

Menurut Trochim (2002), penilaian sumatif terdiri daripada lima jenis iaitu: (1) penilaian hasil yang bertujuan untuk menilai sama ada hasil sesuatu program adalah seperti

Selain itu evaluasi juga dapat dilakukan melalui survei kepuasan pelanggan dengan survei ini sekolah akan dapat mengetahui hal-hal apa sajakah yang harus diperbaiki agar pada tahun