• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : bioekologi, Mansonia uniformis, filariasis. PENDAHULUAN - Bioekologi Mansonia uniformis dan Peranannya Sebagai Vektor Filariasis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata Kunci : bioekologi, Mansonia uniformis, filariasis. PENDAHULUAN - Bioekologi Mansonia uniformis dan Peranannya Sebagai Vektor Filariasis"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

4

Bioekologi Mansonia uniformis dan Peranannya Sebagai Vektor Filariasis

Hasan Boesri*

Abstract

The Mansonia uniformis (Theobald) mosquito outdoor resting behavior locates in areas such as in between rocks, in leaves covered grass, or in cans with no direct sunlight contact. Its dormant period after blood sucking activities takes 4-5 days afterwards its begin to lay eggs. Adult mosquito could transmit the filarial infective amounting 1-5 times during its lifespan. The mosquito favorite mating environment or habitat are those that consist of swampy areas where most watery plans grow such as Eichornia, Salviniaceae, Pistia, Isachne globosa, I. aquatica and water Graminae. Pools or rice fields that are abandoned with depths reaching 15-100 cm and temperature 24-30○C could occur as a mating ground for Ma. uniformis mosquito. The mosquito eggs are placed underneath pieces of woods or watery plants and hatch in temperature 24-30○C within 4-5 days period. These eggs are also clustered in 49-60 amounts. The larvae and pupae will cover themselves under pieces of woods or watery plants and plant its siphon on the aerenkhim system in order to breathe oxygen. The Ma. uniformis mosquito location spreads all over Africa, India, Pakistan, Srilanka, Thailand, Malaysia, Vietnam, Papua New Guinea, North Australia and Indonesia. Whether in Indonesia it covers throughout Sumatra, Kalimantan, Java, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Alor and Irian Jaya.

Keywords: bioecology, Mansonia uniformis, filariasis

Bioecology of Mansonia uniformis and Its Role as a Vector Of Filaria Abstrak

Perilaku nyamuk Mansonia uniformis (Theobald) umumnya beristirahat di luar rumah dengan tempat bersarang pada celah batu, dekat tanah di bawah daun-daunan rumput atau di kaleng-kaleng yang terlindung dari sinar matahari. Masa istirahat setelah mengisap darah 4 – 5 hari dan siap bertelur. Nyamuk dewasa dapat menularkan filaria infektif 1 sampai 5 kali selama hidup. Habitat atau lingkungan yang paling disenangi nyamuk ini sebagai tempat berkembangbiak adalah suatu daerah berawa-rawa yang berair ditumbuhi banyak tanaman air seperti Eichornia, Salviniaceae, Pistia, Isachne globosa, I. aquatica dan Graminae air. Kolam atau sawah yang tidak terurus dengan kedalaman air 15 – 100 cm dan temperatur 24 - 30ºC dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Ma. Uniformis. Telur nyamuk Ma. uniformis biasanya diletakkan dibawah potongan kayu atau tanaman air dan menetas setelah 4 – 5 hari dengan temperatur 24 - 30ºC, bentuk telur biasanya clusters sebanyak 49 – 60 telur. Larva dan pupa akan berlindung di sela-sela akar tanaman air atau pada potongan kayu dan menusukkan siphonnya (alat napas) pada jaringan aerenkhim untuk mengambil oksigen. Penyebaran nyamuk Ma. uniformis mulai dari Afrika, India, Pakistan, Srilanka, Thailand, Malaysia, Vietnam, Papua New Guinea, Australia utara, dan Indonesia. Di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Alor dan Irian Jaya.

Kata Kunci : bioekologi, Mansonia uniformis, filariasis.

PENDAHULUAN

*Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Salatiga.

(2)

5

Nyamuk Mansonia uniformis (Theobald) mempunyai arti yang cukup penting dalam dunia kesehatan bagi manusia karena merupakan penular (vektor) penyakit filaria (filariasis). Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria dan merupakan penyakit menular menahun karena investasi jenis cacing Nematoda pada kelenjar dan saluran getah bening, dimana pada stadium lanjut dapat menimbulkan cacat anggota tubuh, karena membengkaknya kaki sehingga terlihat seperti kaki gajah atau juga disebut elefantiasis. Nyamuk penular penyakit yang berbagai jenis tersebar luas di sekitar pemukiman penduduk dan sukar dikontrol sehingga rantai penularan penyakit akan terus berjalan selama nyamuk vektornya yaitu Mansonia spp masih ada. Sumber penularan yang utama adalah penderita filariasisi sendiri yang mengandung bibit penyakit (mikrofilaria) dalam darah tepinya.

Di Indonesia sampai sat ini telah diketahui terdapat 3 jenis cacing filaria pada manusia yaitu Wuchereria bancrofti (Cobbold), Brugia malayi (Brugg) dan Brugia timori. Penyakit ini terdapat luas di Indonesia, Malaysia, India, dan Afrika dengan berbagai jenis nyamuk sebagai penularnya. Sejarah yang penting diketahui mengenai genus Mansonia yaitu soal nama. Pada mulanya nyamuk ini dikenal dengan nama Taeniorhynchus Lynch Arribalzaga yang ditemukan pada tahun 1891. Setelah beberapa kali terjadi pergantian nama maka pada tahun 1956 oleh Stone dan K.L. Knight mengusulkan ke International Committee On Zoological Nomenclature (ICZN) untuk mempergunakan nama Mansonia, dan baru secara resmi diakui oleh ICZN pada tahu 1959 dengan Mansonia sampai sekarang. Nyamuk mansonia (Diptera: Culicidae) sebagai penular utama filariasis tersebar luas di Asia Tenggara. Di Malaysia terdapat dua subgenera yaitu Mansonioides dan Coquillettidia, akan tetapi yang berperan penting sebagai penular penyakit filaria adalah yang termasuk subgenus Mansonioides. Jenis Mansonia yang ada di Malaysia adalah Ma. annulata (Leicester), Ma. annulifera (Theobald), Ma. bonneae (Edward), Ma. indiana (Edward) dan Ma. uniformis (Theobald)1.

Menurut Arbain (1977) jenis nyamuk Ma. uniformis yang ditemukan di Indonesia seperti di Sumatera, kalimantan, di Kepulauan Maluku, Timor, Flores serta Sulawesi yang paling berpotensi sebagai vektor filariasis2. Selain itu, nyamuk Anopheles barbirostris dapat pula menjadi penular parasit mikrofilaria. Selain manusia, maka binatangpun dapat menjadi sumber penularan filariasis, misalnya kera, kucing, burung, serta binatang ternak lainnya. Selain merupakan vektor filaria pada manusia, maka nyamuk Mansonia yang menurut penelitian Bicknell et al. juga merupakan vektor filaria pada anjing yaitu Dirofilaria immitis1.

Potensi nyamuk Ma. uniformis sebagai penular penyakit filariasis cukup besar, sehingga data dasar biologi mutlak diperlukan dalam usaha memahami epidemologi penyakit demam kaki gajah di Indonesia. Oleh karena itu maka tujuan penulisan makalah ini adalah penelusuran kepustakaan yang sebanyak mungkin untuk mendapatkan informasi pengetahuan mengenai nyamuk Mansonia, khususnya Ma. uniformis dari segala aspek biologinya dan potensi sebagai vektor. Penyebaran nyamuk Ma. uniformis secara geografis tersebar luas mulai dari Afrika menuju belahan timur mulai dari India, Indonesia, Srilanka, Thailand, Malaysia, Indocina, Papua New Guinea dan Australia. Untuk lebih mengenal nyamuk Ma. uniformis secara berturut-turut akan dikemukakan hal sebagai berikut.

(3)

6

Nyamuk dewasa (imago) secara morfologis mempunyai ukuran antara 5 – 6 mm, warna tubuh coklat terang yang ditandai dengan adanya dua garis berwarna kekuning-kuningan pada bagian skutum dengan banyak bercak dan bintik putih serta kuning pada thorax, abodomen dan kaki. Femur tungkai belakang bergelang warna putih dengan letak yang tak teratur, demikian pula tarsinya. Gigi-gigi yang tersusun seperti sisir pada ujung tergit ruas abdomen yang kedelapan terdiri atas tiga deretan, dimana deret yang terletak di tengah mempunyai lima sampai sembilan gigi dan deret kedua sisi deret tengah tadi mempunyai empat atau lima gigi. Pada ujung palpi bersisik putih kekuning-kuningan sedangkan pada bagian belakang pronotum banyak ditutupi oleh sisik. Kettle (1984) menyatakan bahwa perkembangan telur nyamuk Ma. uniformis sampai dewasa (imago) pada lingkungan temperatur 26 - 30ºC memerlukan waktu antara 25 sampai 40 hari. Sama pada nyamuk Ma. Africana3.

Telur nyamuk Ma. uniformis yang bentuknya agak lonjong dengan salah satu ujungnya meruncing mempunyai warna coklat gelap sampai hitam. Telur tersebut oleh nyamuk biasanya diletakkan dalam bentuk kelompok pada permukaan bawah daun tumbuhan inangnya yang hidup di daerah berawa-rawa yang banyak tumbuhan air. Ukuran telur dapat mencapai panjang sekitar 1 mm. Pada waktu telur menetas larva akan keluar melalui bagian ujung telur yang robek dan langsung masuk air berenang dan mencari tumbuhan air untuk berlindung dan berkembang. Biasanya larva tersebut akan selalu ada pada sela-sela akar tanaman air tersebut, hal ini karena untuk mendapatkan oksigen dari jaringan tanaman1,4.

Panjang tubuh larva dewasa (instar IV) antara 9 – 10 mm dan warna jentik (larva) adalah coklat tua sampai hitam. Menurut Horsfall (1955) bahwa larva Ma. uniformis, dapat juga hidup terbenam dalam suatu massa ikatan sebagai sampah di sekitar sistem perakaran tumbuhan air, akan memakan segala macam partikel organik yang ada disekitarnya, akan tetapi larva ini pula dapat menjadi mangsa binatang kecil/ protozoa lainnya yang menjadi musuhnya.

Pupa kalau diperhatikan mempunyai bentuk seperti koma dengan panjang cephalothoraxnya antara 2-3 mm. Rambut-rambut sikat pada ruas abdomen ada yang lebih panjang dengan lebar ruas abdomen berikutnya. Pupa juga memperoleh oksigennya dari jaringan tanaman air dengan cara menusukkan respiratory trumplet-nya. Alat pernapasan ini bentuknya seperti trompet yang panjang dimana pada ujungnya mengeras karena adanya kitin. Bentuk alat pernapasan ini secara garis besar hampir sama dengan genus Anophelinae3.

Tempat berkembang biak nyamuk Mansonia uniformis.

Tempat berkembangbiak alami nyamuk ini pada umumnya pada daerah dengan air tergenang atau pada rawa-rawa terbuka yang banyak ditumbuhi tanaman air. Wharton (1962) menyatakan bahwa tempat berkembangbiak nyamuk Ma. uniformis yang dikenal luas sampai saat ini digolongkan dalam tiga tipe dasar yaitu : (1) daerah rawa-rawa terbuka yang mana tumbuhan yang dominan adalah Isachne globosa dan Panicum amplxicaule. Daerah dengan tipe seperti ini sangat disenangi dan merupakan tempat berkembangbiak nyamuk Ma. uniformis dan Ma. crassipes, (2) daerah yang merupakan batas hutan dan merupakan tempat/rawa dengan hutan terbuka. Daerah ini disenangi oleh nyamuk Ma. annulata dan (3) daerah hutan yang berawa dengan segala macam keanekaragaman tumbuhan yang dapat memberi kemungkinan tempat berkembangbiak jenis nyamuk seperti Ma. dives, Ma. bonneae dan Ma. Nigrosignata1.

(4)

7

pertumbuhan dan perkembangan sebagai usaha untuk mengendalikan populasi nyamuk Ma. uniformis.

Laurence et al. (1960) dalam Service (1976) menyatakan larva Mansonia dapat dikoleksi banyak pada daerah rawa-rawa yang mempunyai banyak tumbuhan air seperti Pistia dan Salvinia6. Larva Ma. uniformis dan Ma. annulifera hanya terdapat di persawahan yang kurang terurus dan banyak ditumbuhi oleh gulma air dan spesies tersebut ditemukan pada pangkal tanaman Pistia dan Salvinia. Sedangkan menurut Wharton (1962) larva Mansonia dapat menempel pada akar tanaman atau rumput-rumputan air seperti Pistia, Salvinia dan Eichornia. Penelitian yang dilakukan oleh Wharton (1962) di Malaysia telah berhasil mengembangbiakkan Ma. uniformis di laboratorium dengan teknik yaitu nyamuk betina yang siap bertelur disimpan dalam suatu kurungan dan disediakan panci berisi air dan tanaman air Pistia stratiotos sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Setelah telur menetas maka larva dipindahkan ke suatu tempat yang berisi larutan dengan kotoran kelinci dan sedikit tambahan ragi. Wadah ini disimpan pada tempat teduh. Tingkat keasaman (pH) medium tersebut adalah 7,2. Medium/ larutan yang dipakai dengan formula 600 ml air ditambah dengan 7,5 gr kotoran kelinci dan ditambah dengan ragi sedikit-sedikit setiap hari dan juga ada tanaman air E. crassipes. Wadah yang dipakai adalah plastik transparan dengan ukuran 30 x 16 x 20 cm7. Untuk mendapatkan data biologi yang cukup baik mengenai Ma. uniformis, maka kita harus mengadakan pemeliharaan (rearing) nyamuk ini. Hal ini dapat dikerjakan di Laboratorium, tetapi akan banyak kesukaran dan hambatan yang bisa dihadapi, misalnya dengan mengikuti metoda Rodentwalt yaitu dengan cara infusion atau penambahan suatu seduhan serbuk kering dari kotoran marmut sebagai makanan untuk larva. Metoda ini dapat berhasil mengembangbiakkan nyamuk Ma. uniformis sampai tujuh keturunan. Laurence dan Smith (1958) mengembangbiakkan nyamuk Ma. uniformis dengan infusion makanan tambahan biskuit makanan anjing atau kotoran marmut yang kering dan ditambah dengan potongan rumput yang berfungsi sebagai stabilisator.

Peneliti lainnya yang pernah mencoba memelihara ini misalnya Ngadiyo (1983) dengan memakai tanaman air Eichornia crassipes; oleh Cheong (1984) di Malaysia yang dikerjakan di laboratorium Institute for Medical Research dilakukan penambahan infusion kotoran kelinci dan juga dengan tanaman inangnya yaitu Eichornia8. Dari penelitian ini dia bisa memelihara sampai turunan keduapuluh. Nyamuk Ma. uniformis telah berhasil dipelihara di Laboratorium Entomologi Kesehatan IPB yang dikerjakan oleh laboran/tehnisi dengan bimbingan profesor Singgih H.Sigit dengan metoda infusion berhasil sampai mencapai puluhan turunan.

(5)

8

dan istirahat di luar rumah. Siklus gonotrofik dari kedua nyamuk ini adalah 3,3 – 4,1 hari untuk Ma. uniformis dan 3,4 – 3,8 hari untuk Ma. indiana1.

Ma. uniformis dikethui lebih cenderung mengisap darah manusia walaupun sering nyamuk ini ditemukan beristirahat di kandang ternak. Wharton (1962) juga telah membuktikan hal ini seperti apa yang telah dikerjakan di Malaysia. Selain itu oleh Wharton (1962) juga telah menemukan banyak nyamuk Ma. dives, Ma. bonneae, dan Ma. uniformis di celah-celah batu dibawah rumput-rumputan. Juga ditemukan banyak nyamuk beristirahat pada peti-peti yang diletakkan ditempat yang terlindung di daerah perkampungan di Malaysia. Oleh Wharton tidak meragukan bahwa nyamuk Mansonioidea pada umumnya banyak beristirahat dekat dengan tanah dibawah daun-daunan dari rumput-rumputan. Demikian juga makanannya banyak diisap dari darah manusia, kambing, kerbau, anjing, dan burung. Penelitian Krafsur (1972) di Ethiopia menarik suatu kesimpulan bahwa Ma. uniformis dan Ma. africana merupakan nyamuk yang bersifat antropofilik (khusus di Ethiopia karena hewan ternak sangat jarang)9.

Di daerah kampung Kapuk, Jakarta Barat, nyamuk Ma. uniformis lebih banyak aktif di luar rumah daripada dalam rumah. Nyamuk Ma. uniformis mulai aktif masuk rumah dan mengigit manusia ada diantara jam-jam 19.00 sampai 20.00 dan antara 22.00–23.00. Nyamuk yang bristirahat pada dinding rumah lebih banyak nyamuk betina dengan abdomen penuh darah. Wharton (1962) menyatakan bahwa tempat beristirahat nyamuk Ma. uniformis pada umumnya di luar rumah dan aktif pada malam hari.

Potensi Mansonia uniformis sebagai vektor penyakit filariasis.

Filariasis adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh parasit Nematoda yang penyebarannya ditularkan oleh nyamuk. Sampai saat ini di Indonesia ditemukan tiga jenis parasit Nematoda yaitu W. bancrofti, B. malayi, dan B. timori. Penular penyakit ini di daerah pedesaan adalah berbagai jenis nyamuk Anopheles, misalnya di Lombok adalah An. subpictus Grassi sedangkan di daerah perkotaan seperti Jakarta adalah Culex quinquefasciatus ini untuk parasit W. bancrofti, sedangkan B. malayi banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Timor dan Seram. Penular filariasis di Sumatera dan Kalimantan kebanyakan adalah Ma. uniformis dan Ma. annulifera. Khusus di Sulawesi adalah An. barbirostris Wulp. B. timori terbatas di kepulauan sekitar laut Sawu yaitu Flores, Alor dan Timor serta Sumba. Penular penyakit ini adalah An. barbirostris2. Survei-survei mikrofilaria di kawasan Indonesia Timur menunjukkan “rate” yang berkisar 0 sampai 41%. Nyamuk Ma. uniformis di daerah pedesaan Irian Jaya telah pula ditemukan sebagai penular filaria jenis W. bancrofti, demikian juga halnya di Sumatera, Jawa, Sulawesi juga ditemukan nyamuk penular penyakit filaria10. Di Sulawesi Tenggara, nyamuk penular filaria jenis B. malayi merupakan vektor alami. Hal ini diketahui setelah diadakan pembedahan nyamuk yang dikumpulkan dengan berbagai penangkapan antara lain ditemukan Ma. uniformis dengan infection-rate 0,63%. Kepastian jenis nyamuk ini sebagai vektor B. malayi telah di uji dengan perlakuan infeksi buatan dengan cara mengigitkan nyamuk pada pasien pengandung mikrofilaria. Setelah dipelihara dalam waktu 10 – 12 hari, kemudian satu persatu nyamuk dibedah. Sebagai hasilnya “indeks eksperimental infection” An. barbirostris 0,22%, Ma. uniformis 0,63%, Ma. indiana 0,76%.

Parasit B. timori terdapat di Indonesia bagian timur khususnya pedalaman pulau Timor, Alor, Flores, Sumba dan beberapa pulau disekitarnya. Penularnya yang diketahui adalah nyamuk An. barbirostris2. Di Asia Tenggara, nyamuk Mansonia merupakan vektor utama filariasis malayi disamping Anopheles. Nyamuk Ma. uniformis merupakan vektor bagi B.malayi di Malaysia, Srilanka, India, Thailand dan Indonesia. Di daerah Irian Barat dan Papua New Guinea, nyamuk Ma. uniformis merupakan vektor W. bancrofti (Kettle, 1984). Oleh Hodgkin (1939) dalam Wharton (1962) menyatakan bahwa nyamuk Ma. uniformis merupakan vektor alami B. malayi di Malaysia1.

(6)

9

mengendalikannya menggunakan herbisida dan insektisida. Pengendalian secara hayati juga telah dicoba. Selain itu ada lagi cara dengan memberantas nyamuk Mansonia dengan jalan mengendalikan atau membasmi tanaman/tumbuhan air seperti Pistia, Eichornia, Salvinia dengan menggunakan herbisida pentaklorfenol. Sedang untuk penderitanya sendiri sebaiknya diberikan pengobatan dengan dietilkarbamazine citrate10.

KESIMPULAN

1. Telur nyamuk Ma. uniformis biasanya diletakkan dibawah potongan kayu atau tanaman air dan menetas setelah 4 – 5 hari dengan temperatur 24 - 30ºC, bentuk telur biasanya clusters sebanyak 49 – 60 telur. Larva dan pupa akan berlindung di sela-sela akar tanaman air atau pada potongan kayu dan menusukkan siphonnya pada jaringan aerenkhim untuk mengambil oksigen. Masa istirahat setelah mengisap darah 4 – 5 hari dan siap bertelur. Nyamuk dewasa dapat menularkan filaria infektif 1 sampai 5 kali selama hidup.

2. Penyebaran nyamuk Ma. uniformis mulai dari Afrika, India, Pakistan, Srilanka, Thailand, Malaysia, Vietnam, Papua New Guinea, Australia utara, dan Indonesia. Di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Alor dan Irian Jaya.

3. Habitat atau lingkungan yang paling disenangi nyamuk ini sebagai tempat berkembangbiak adalah rawa-rawa yang berair dan ditumbuhi banyak tanaman air seperti Eichornia, Salviniaceae, Pistia, Isachne globosa, I. aquatica dan Graminae air. Kolam atau sawah yang tidak terurus dengan kedalaman air 15 – 100 cm dan temperatur 24 - 30ºC dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Ma. uniformis.

4. Perilaku dan kebiasaan nyamuk Ma. uniformis untuk beristirahat umumnya di luar rumah dengan tempat bersarang pada celah-celah batu, dekat tanah dibawah daun-daunan rumput atau di kaleng-kaleng yang terlindung dari sinar matahari. Puncak kegiatan mengigit didalam rumah antara jam 19.00 – 20.00 dan antara jam 22.00 – 23.00.

5. Dari berbagai hasil penelitian ternyata diketahui nyamuk Ma. uniformis mempunyai potensi atau peranan yang cukup berbahaya bagi manusia karena dapat menularkan cacing filaria dan menimbulkan filariasis. Cacing filaria yang telah dilaporkan ialah W. bancrofti (Coobold), B. malayi (Brugg) dan B. Timori.

SARAN-SARAN

1. Di daerah dimana terdapat tempat-tempat terbuka yang berupa rawa-rawa serta daerah persawahan yang kurang terpelihara supaya dapat ditutup atau dirawat sebaik mungkin, sehingga tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (breeding place) Ma. uniformis.

2. Cara lain untuk mengendalikan populasi nyamuk ialah dengan mengembangkan sistem biotik kontrol dengan cara memelihara ikan-ikan Oreochormis mossambica (Peters), Cyprinus carpio, Ctenops vittatus, Panchax panchax dan Poucilia spp yang bisa menjadi predator bagi larva nyamuk.

(7)

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Wharton, R.H. 1962. The biology of Mansonia mosquitoes in relation to the transmission of filariasis in Malaya. Bull. Inst. for Med.Res.Number 11:1-114.

2. Arbain, Y. 1977. Masalah dan Penanggulangan penyakit filariasis di Indonesia. Seminar Nasional Parasitologi I. Desember 1977.

3. Kettle, D.S. 1984. Medical and Veterinary Entomology. Croom Helm. London & Sydney. 658 p.

4. Chapman, R.F. 1971. The insect structure and function. American Elcevier PublishingCo. New York. 819 p.

5. Appleton, C.C ; B.L.Sharp, 1985. A prelemenary study on the emergence of Mansonia uniformis. Theobald (Diptera : Culicidae) from swamps at Richart Bay Natal, South Africa. J. of the Entomol. Sosiaty of Southern Africa 48 (1) : 179 – 184. 6. rvice, M.W. 1976. Mosquitoes Ecology field sampling. School of Tropical Medicine.

Liverpool, England.

7. Chiang, G.L, W.H. Cheong, K.P. Loong, K.L. Eng dan W.A. Samarawickrema. 1985. Laboratory colonizatio of Mansonia uniformis, Ma. Indianan dan Ma. bonneae in Malaysia. J. Am. Mosq. Control Assoc. Vol 1 (2) : 186 – 189.

8. Cheong, W.H. dan W.A. Samarawickrema. 1984. Laboratory colonizatio of Mansonia in Malaysia; A preliminary report. Mosquito News Vol 44 (1) : 72 – 73. 9. Krafsur, E.S. 1972. Observation on the bionomic of Mansonia uniformis in

Gambela.Ethiopia. Mosquito News. 32 (1) ; 73 –78.

10. [Depkes]. Departemen Kesehatan. 1986. Pedoman pelaksanaan penyuluhan demam kaki gajah. Sub. Dit. Filariasis dan Schistosomiasis Depkes RI, Jakarta.

FOTO-FOTO

(8)

11

Gambar 3. Nyamuk Dewasa Ma. uniformis Gambar 4. Cacing Filaria dewasa

Gambar

Gambar 1. Habitat larva Mansonia
Gambar 3. Nyamuk Dewasa Ma. uniformis

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya reaksi penyabunan pada pembentukan sabun padat menggunakan minyak kelapa namun minyak kelapa dalam formulasi sabun memiliki kekurangan yaitu memiliki kadar air

Tujuan program ini adalah mengetahui langkah-langkah pelatihan mutu kerjasama dan mengoptimalkan pelatihan manajemen mutu kerjasama. Hal ini didasari pada permasalahan yang

Pada umumnya seluruh komponen mesin punchingbumper berfungsi dengan baik, namun beberapa komponen yang apabila dilihat dari literature tidak sesuai dengan kaidah tool

Penelitian ini membahas tentang pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasional sebagai variabel mediasi studi pada Bangi Kopi

Pada tipologi lahan rawa pasang surut tergenangi air saline tidak direkomendasikan untuk pertanaman tanaman anggur, sementara dapat dimanfaatkan untuk pertanaman tanaman

Penutup Dari deskripsi di atas, dapat ditegaskan untuk menentukan kadar kebebasan manusia dalam menentukan pilihan hidupnya, Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkand berada pada kutub

Pada umumnya jenis agen hayati yang dikembangkan adalah mikroba alami, baik yang hidup sebagai saprofit di dalam tanah, air dan bahan organik, maupun yang hidup di dalam jaringan