• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seni Islam di Indonesia Seni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Seni Islam di Indonesia Seni "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Seni Islam di Indonesia

eni adalah sesuatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam bentuk materiil, maupun nonmateriil, sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Pada Q.S. As-Sajdah [32] : 7 disebutkan, “Yang memperbagus sesuatu yang Dia ciptakan,” sedangkan dalil hadis menyebutkan, “Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan.”

S

(2)

Batu Nisan

Kebudayaan Islam dalam bidang seni, mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Batu nisan pada masa itu adalah sesuatu yang baru. Kebudayaan terdahulunya, yaitu Budha dan Hindu, penganutnya jika meninggal dibakar, dan abunya dibuang ke laut.

(3)

Arsitektur (Seni Bangunan)

Indonesia tidak memiliki satu corak seperti Ottoman style, India Style, atau Syro Egypto Style. Kegiatan keagamaan Islam di Indonesia diadakan di masjid atau mushalla.

Pada mulanya, bentuk masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh seni bangunan Indonesia-Hindu. Setelah Indonesia merdeka dan dapat berhubungan dengan negara lain, maka unsur lama secara berangsur-angsur hilang. Masjid yang menyerupai Taj Mahal India adalah Masjid Syuhada (gambar 1) di Yogyakarta dan Masjid Al-Azhar (gambar 2) di Jakarta.

Bentuk masjid yang

terpengaruhi Ottoman style (Byzantium) seperti tampak pada Masjid Istiqlal yang bentuk kubahnya setengah lingkaran ditopang oleh pilar-pilar yang tinggi besar. Bentuk masjid dengan kusen-kusen meruncing meniru gaya India seperti Masjid al-Tien di TMII.

(4)

Seni Sastra

Nabi Muhammad saw. Bersabda sebenar-benarnya ungkapan yang dituturkan oleh seorang penyair ialah kata-kata dari Lubayd yang menyatakan, “Ingatlah, segala sesuatu selain Allah adalah binasa (batil).”1 Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya sebagian dari kefasihan lidah adalah sebuah sihir dan sebagian syair adalah sebuah hikmah.”

(5)

tari dan seni musik. Namun, itu pun tidak dapat dipisahkan pula dari pengamalan tasawuf di Indonesia, di antaranya Saman di Aceh, Samroh di Banjarmasin, dan ada atraksi Debus di Banten. Juga ada pertunjukkan wayang yang merupakan gabungan seni Islam dan Hindu-Indonesia, seni ukir, seni tari, dan seni lagu. Kebuadayaan Hindu-Indonesia yang disesuaikan oleh Islam adalah hikayat, seperti “Mahabarata, Ramayana, Pancatantra” digubah manjadi Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa, Hikayat Maharaja Rahwana, Syair Panji Sumirang, Ceruta Wayang Kinudang, dan Hikayat Panji Wila Kusuma. Hikayat tersebut kemudian dibuat tembang atau gancaan. Satu hal lagi yang mempengaruhi kesusastraan Indonesia adalah suluk. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf yang bersifat panteisme (manusia bersatu dengan Tuhan). Contoh suluk, seperti suluk suharsa, suluk wujid, dan suluk malang sumirang. Orang yang memperkenalkan suluk di Indonesia adalah Hamzah Fanzuri dari Barus (± 1600M).

Sastra Islam di Indonesia

Dalam literatur sastra di Indonesia, sastra keagamaan, khususnya Islam, meski tidak diakui secara universal, tampaknya telah menjadi genre tersendiri. Menurut A. Teeuw, dalam sejarah sastra di

(6)

Indonesia, religiusitas merupakan tema universal yang menjadi tema sastra dari Hamzah Fansuri hingga Sutardji. Selain keduanya, tema ini pun juga menjadi tema pavorit (an sich) bagi Sunan Bonang, Yasadipura II, Ranggawarsita III, Raja Ali Haji, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Sanusi Pane, HAMKA, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Achdiat Karta Mihardja, Bachrum Rangkuti, AA. Navis, Jamil Suherman, Kuntowijoyo, Danarto, dan Abdul Hadi WM.

Sastra Islam dan Nama Lain

Menurut Sukron Kamil, di Indonesia, sastra Islam dikenal dengan banyak sebutan. Diantaranya:

(1)sastra sufistik, yaitu sastra yang mementingkan pembersihan hati (tazkiyah an-nafs) dengan berakhlak baik agar bisa dekat sedekat mungkin dengan Allah.

(2)Sastra suluk, yaitu karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual seorang sufi mencapai taraf di mana hubungan jiwanya telah dekat dengan Tuhan, yaitu musyâhadah, penyaksian terhadap keesaan Allah.

(3)Sastra transendental, yaitu sastra yang

membahas Tuhan Yang Transenden. Dan

(7)

Periodisasi Sastra Islam di Nusantara

Menurut Abdul Hadi WM, Sastra Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari perkembangan sastra Melayu. Sedangkan perkembangan sastra Melayu Islam sejak awal kemunculannya hingga akhir zaman klasiknya dapat dibagi menjadi empat periodisasi: (1) Zaman Awal, pada abad ke-14 – 15 M; (2) Zaman Peralihan, dari akhir abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16 M; (3) Zaman Klasik, dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-18 M; (4) Zaman Akhir, dari pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-20 M.

Sastra Islam Nusantara Zaman Awal

(8)

Khayyam, ‘Attar, Sa‘di, dan Rumi juga telah muncul terjemahannya dalam bahasa Melayu.

Sastra Islam Nusantara Zaman Peralihan

Zaman Peralihan berlangsung bersamaan dengan masa akhir kejayaan Malaka dan munculnya kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M). Zaman ini ditandai dengan usaha Melayunisasi hikayat-hikayat Arab dan Persia, pengislaman kisah-kisah warisan zaman Hindu, dan penulisan epos lokal serta historiografi. Syair-syair tasawuf, agiografi sufi, dan alegori-alegori mistik mulai ditulis pada zaman ini. Di antara alegori mistik terkenal ialah Hikayat Burung Pingai, yang merupakan versi Melayu dari Mantiq al-Tayr (Musyawarah Burung) karangan penyair sufi Persia Farid al-Din al-‘Attar (w. 1220 M).

Sastra Islam Nusantara Zaman Akhir

(9)

Dalam menulis karya-karya mereka, penulis-penulis Melayu pada umumnya bertolak dari dua wawasan estetika yang popular di dunia Islam. Pertama, wawasan estetika yang diasaskan para filosof dan teoritikus peripatetik (mashsha‘iya) seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan Abdul Qahir al-Jurjani, yang memandang sastra sebagai karya imaginatif (mutakhayyil). Keimaginatifan sebuah karya bisa tercapai jika pengarang menggunakan bahasa figuratif (majaz) seintensif dan semaksimal mungkin. Wawasan estetik ini merupakan sintesa pandangan Plato dan Aristoteles. Kedua, wawasan estetika yang diasaskan para sufi seperti Imam al-Ghazali, Ibn ‘Arabi, ‘Attar, Rumi, dan Jami. Bagi mereka karya sastra adalah representasi simbolik dari gagasan dan pengalaman keruhanian.

Sastra Islam Nusantara Zaman Klasik

Zaman Akhir membentang dari awal abad 18 hingga akhir abad ke-19 M. Pada periode ini karya-karya keislaman ditulis di berbagai

pusat kebudayaan Islam baru sepeti Palembang,

(10)

Samad al-Falimbangi, Arsyad al-Banjari, Kimas Fakhrudin, Sultan Badruddin, Nawawi al- Bantani, Raja Ali Haji, dan lain-lain.

Seni Ukir

Islam mengenal seni ukir. Dalam sebuah riwayat disebutkan. Berkata Said ibn Hasan: “Ketika saya bersama dengan Ibn Abbas datang seorang laki-laki, ia berkata: “Hai Ibn Abbas, aku hidup dari kerajinan tanganku, membuat arca seperti ini.” Lalu Ibn Abbas menjawab, “Tidak aku katakan kepadamu kecuali apa yang telah ku dengar dari Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Siapa yang telah melukis sebuah gambar maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia dapat memberinya nyawa, tetapi selamnya dia tidak akan mungkin memberinya nyawa.”

(11)

dekat Jepara berupa pigura-pigura yang tidak diketahui dari mana asalnya (pigura-pigura itu kini dipasangkan pada tembok-tembok masjid) Gapura-gapura banyak dihiasi dengan pahatan-pahatan

indah, seperti gapura di Tembayat (Klaten) yang dibuat oleh Sultan Agung Mataram (1633), sedangkan hiasan yang mewah terdapat pada gapura di Sendang duwur yang polanya terutama berupa gunung-gunung karang, didukung oleh sayap-sayap yang melebar melingkupi seluruh pintu gerbangnya, dibawah sayap sebelah kanan tampak ada sebuah pola yang mengandung makna berupa sebuah pintu bersayap.

Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai. Di Indonesia, terutama Jawa, Islam datang pada suatu komunitas yang telah memiliki peradaban asli yang dipengaruhi Hindu-Budha yang sudah mengakar kuat terutama di pusat pemerintahan, maka seni Islam harus menyesuaikan diri. Nusantara pun terletak pada jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian. Kemudian, ketika sudah ada umat Islam pribumi, kebanyakan keturunan pedagang atau sufi pengembara yang kemudian menjadi raja Islam di Nusantara dan mulai membangun kebudayaan Islam, datang bangsa

(12)

Barat yang sejak awal kedatangannya sudah bersikap memusuhi umat Islam, sehingga raja-raja Islam pribumi belum sempat membangun. Hal tersebut membuat budaya Islam di Indonesia tidak terlihat keberadaannya seperti Kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Namun demikian, Islam datang ke Indonesia dengan memberikan sesuatu yang baru dalam bentuk kesenian

Di Indonesia ada perbedaan pendapat dalam seni lukis dan seni pahat. Adapaun timbulnya perbedaan pendapat ialah dalam bentuk obyek dan motif yang dilukis yang dalam garis besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

Pendapat pertama :

Ada hadist yang melarang seorang membuat gambar atau pahatan yang obyek dan motifnya ialah sesuatu makhluk yang bernyawa, seperti gambar manusia atau gambar binatang.

“siapa yang membuat gambar makhluk bernyawa di dunia ini, maka di akhirat nanti ia harus memberinya nyawa, dan akhirnya dia akan menerima siksaan dari Tuhan, karena pemberian nyawa itu tidak bisa dilakukannya”

(13)

kalangan ulama-ulama Islam Indonesia dahulu, memang ada yang menganut paham ini, sehingga mereka tidak mau diambil fotonya.

Pendapat kedua :

Boleh saja membuat gambar-gambar makhluk bernyawa seperti gambar manusia atau binatang, tetapi dengan syarat bentuknya tidak dapat diraba. Yang dilarang ialah kalau gambar itu merupakan wujud yang dapat diraba. Foto tidak dilarang, lukisan orang atau binatang tidak dilarang, yang dilarang ialah kalau sudah merupakan relief atau area.

Pendapat ketiga :

Boleh membuat gambar dari makhluk bernyawa dalam bentuknya yang plastis, asal saja dalam rupa yang tidak memungkinkan makhluk itu hidup, misalnya membuat arca orang hingga dada ke atas, membuat relief dan sebagainya. Pendapat ini menganggap juga bahwa bentuk plastis yang sempurna dari makhluk yang bernyawa tetap terlarang, akan tetapi dengan membuat bagian-bagiannya saja orang akan telepas dari tuntutan Tuhan di akhirat, karena bagian-bagian anggota itu memang tidak bisa hidup.

Pendapat keempat :

(14)

membuat lukisan atau pahatan yang mengambil bentuk makhluk bernyawa dan sebagainya, pada permulaan lahirnya agama Islam dipandang dari sudut tauhid memang amat penting dan sangat beralasan, karena pada waktu itu nabi masih hidup, di kota Mekah masih bertaburan puing-puing bekas runtuhan dari arca yang dahulunya disembah dan dipuja oleh nenek moyang bangsa Arab yang telah berabad-abad lamanya.

Masih juga terbayang dalam ruangan mata penduduk Mekkah bagaimana tokoh-tokoh dari Lata, Uzza, Manah dan arca-arca lainnya yang tidak kurang dari 360 buah banyaknya. Selain dari itu dalam tubuh munafiqin masih mengalir darah kepercayaan nenek moyang mereka yang turun menurun. Apabila kepercayaan politheisme itu tidak dibongkar sampai ke akar-akarnya; apabila semua berhala tidak dihancurkan, apabila pada waktu itu seni patung diberi kesempatan berkembang, maka akan tumbuhlah tunas baru dari kepercayaan lama yang telah tumbang dan akan menggoyangkan sendi-sendi ketauhidan mereka yang masih baru memeluk agama Islam.

(15)

Seni Kaligrafi

Kaligrafi dengan menggunakan Huruf Arab di Indonesia menjadi seni yang benar-benar baru karena tidak berpijak pada bentuk seni tradisi lokal dari masa sebelumnya, hal ini tidak berarti bahwa sebelumnya tidak ada tulisan, dari bukti yang ada menunjukkan adanya berbagai aksara seperti aksara Bugis, aksara Jawa, aksara Sunda dan lainnya. yang dipakai terbatas untuk pemakaian praktis untuk prasasti, pengumuman , kitab-kitab sastra, kitab keagamaan. berbeda dengan kaligrafi Arab selain digunakan untuk keperluan praktis juga untuk estetik.

(16)

yang datang dari India, pemakaiannya terbatas hanya dikalangan golongan agama dan bangsawan. Huruf Arab tersebar disemua lapisan masyarakat bahkan huruf ini diadopsi dan dipergunakan dalam pemakaian bahasa Melayu dan bahasa lainnya yang dikenal dengan tulisan Pegon atau dikenal dengan tulisan Arab Melayu . Naskah-naskah yang berhuruf arab ini sudah ditemukan pada abad ke14 pemakaiannya sudah meluas dimana -mana tetapi naskah-naskah Islam banyak juga yang

ditulis dengan aksara

jawa,sunda, bugis sehingga terlihat bahwa antara aksara arab dan aksara nusantara tetap hidup berdampingan. Berbeda dengan huruf arab dibelahan dunia lain ,di Indonesia kaligrafi tidak berkembang mungkin karena pemakaiannya baru pada membaca saja belum pada tulisan indah walaupun ada juga kaligrafi yang dibuat di Indonesia. seperti kaligrafi Islam yang dibuat pada kertas,kain, kaligrafi yang diukir, kaligrafi pada kaca.

kaligrafi pada kertas berkaiatan dengan Al Ouran yang ditulis tangan dengan jenis tulisan khat Naskhi dan khath Thuluth, dengan ubahan yang disebut khat Hindi. Setelah terdapatnya Al Quran yang dicetak diperkirakan awal abad 20 secara tidak langsung mengurangi jumlah ahli-ahli kaligrafi, sehingga menjadi langka. Aksara arab ini

(17)

juga dipakai untuk menulis hikayat, cerita dan lainya yang umumnya memperlihatkan persamaan dengan gaya Khath Farisi. Huruf arab melayu banyak digunakan untuk surat-menyurat antara kesultanan Islam indonesia dengan Portugis,Inggris,Belanda. Selain pada kertas ada juga yang dibuat pada kain dengan teknik membatik, tentu saja untuk keperluan khusus sebagai ikat kepala ,bendera yang pada saat ini menjadi media ekspresi seperti lukisan batik.

Tulisan yang diukir dikenal sebagai epigrafi di indonesia dibagi 2 yaitu tulisan yang diukir pada nisan dan yang diukir pada kayu sebagai hiasan. Kaligrafi arab pada nisan telah ditemukan dari abad 11 di leran,Gresik berasal dari makam Fatimah Binti Maimun dengan tulisan khath kufah. Kaligrafi pada nisan adalah yang terbanyak ditemukan di Indonesia sehingga dapat dibagi 2 jenis. Jenis pertama yang memperlihatkan pengenalan mendalam terhadap corak kaligrafi seperti khath Thuluth, Kufah yang berasal dari Gujarat ,India seperti yang terdapat di Samudra Pasai ,makam putri Nahrisah(abad 15) dan makam Maulana malik Ibrahim,Gresik (abad 15). Jenis kedua seniman ukir nisan kurang atau tidak mengenal gaya kaligrafi Islam seperti Makam islam Tralaya,Trowulan bekas ibukota Majapahit,membuktikan bahwa pada masa majapahit telah hidup masyarakat Islam.selain nisan ukiran

(18)

kaligrafi juga dibuat pada kayu yang diukir pada bagian atas pintu, mimbar, mihrab.Ukiran pada kayu lebih bebas dan menunjukkan perpaduan antara pra islam dan Islam.

Lukisan kaca dengan tema kaligrafi arab,terdapat di jawa timur,jawa tengah,madura,sumatra barat,yang paling menarik adalah lukisan kaligrafi kaca cirebon

dimana tema -tema pra islam masih dipakai sampai saat ini seperti tema wayang, binatang khayal. Islamisasi di Indonesia berjalan dengan damai sehingga bentuk tokoh masa pra islam dapat

digambarkan untuk tema-tema keIslaman misal bentuk ganesha yang bertuliskan syahadat. selain itu ada juga menggambarkan macan dikenal sebagai macan ali ada juga yang berbentuk kabah.

Kaligrafi di Indonesia pada masa lalu jarang diterapkan dimasjid tetapi sekarang masjid yang baru dibangun banyak sekali menerapkan kaligrafi islam sebagai dekorasi. Perkembangan kaligrafi tidak hanya sampai masjid saja tetapi kini banyak dijadikan tema-tema lukisan modern yang dikenal sebagai lukisan kaligrafi.

.

(19)

Referensi

 Al-Quran dan Al-Hadis

 Sunanto, Musyrifah, Prof., Dr., Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. 2005.

 paitarbiyah2009.blogspot.com

 ardicandiago.blogspot.com

 variansaramadhan.wordpress.com  anneahira.com

 republika.co.id

Keterangan:

 An-Nawâwî, Syarh Muslim, juz XIV, hlm. 86-87  An-Nawâwî, Syarh Muslim, juz XIV, hlm. 87:

Referensi gambar

 sejarahgunungbatu.blogspot.com

 afterrains.blogspot.com  ndiel2.wordpress.com

 cabiklunik.blogspot.com

 habibsyah.blogdetik.com  khat.forumotion.net

Referensi

Dokumen terkait

Metode Ilmiah Sikap Ilmiah Merancang rumusan masalah Menyusun hipotesis Menguji Hipotesis dngan melakukan percobaan Mengamati hasil- hasil percobaan yang dilakukan

Akan tetapi, tidak banyak yang diketahui tentang cabaran yang dihadapi oleh syarikat pembekal penyumberan luar perakaunan luar pesisir kecil dalam pengurusan pengetahuan,

Is the volatility of Mumbai’s real estate market during the past decade, then, an example of the kind of economic destabilization of local and national markets caused by the entry

Kesehatan populasi di Kabupaten Kediri diukur dengan menggunakan metode DALY yang dapat menggambarkan beban maysarakat pertahun akibat menderita TB yang

Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya kepercayaan perbankan terhadap masyarakat maka kegiatan perbankan tidak akan

(Azmiyawati dkk, 2010) menyatakan bahwasannya Matahari adalah sumber energi panas terbesar bagi kehidupan di bumi, matahari termasuk sumber energi panas dan cahaya dan termasuk

Menimbang, bahwa terhadap permohonan bandingnya atas putusan akhir tersebut, Kuasa Pembanding IV telah mengajukan memori banding yang diterima di Kepaniteraan

Ini menunjukkan bahwa kawasan pesisir Kota Tegal merupakan kawasan yang cukup rawan dan rentan terhadap bahaya, seperti bahaya alam yang diakibatkan oleh