• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Faktor Eksternal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Faktor Eksternal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Davidoff, 1981; Rogers, 1965 (Walgito, 2004: 89), menyatakan bahwa persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor ektern dan intern:

1. Faktor Internal

Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta

keadaan individu pada waktu tertentu.

2. Faktor Eksternal

Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut.

Menurut Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu berikut ini:

a. Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).

(2)

c. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).

Persepsi dari setiap individu juga akan mencerminkan citra diri dari orang tersebut seperti yang dikatakan bahwa citra diri (self image) adalah persepsi tentang diri kita sendiri, dan seringkali tidak kita sadari, karena memiliki bentuk yang sangat halus atau abstrak, dan citra diri juga menyangkut 3 aspek (Brown, 1998), yaitu:

a. Dunia fisik (physical world)

Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita dapat belajar mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari dunia fisikal memberikan pengetahuan diri sendiri. Akan tetapi pengetahuan dari dunia fisik terbatas pada atribut yang bisa diukur dengan yang mudah terlihat dan bersifat subjektif dan kurang bermakna jika tidak dibandingkan dengan individu lainnya.

b. Dunia Sosial (social world)

Sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah masukan dari lingkungan sosial individu. Proses pencapaian pemahaman diri melalui lingkungan sosial tersebut ada dua macam, yaitu:

1). Perbandingan Sosial (social comparison)

(3)

(disebut upward comparison) atau yang lebih buruk (downward comparison) sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

2). Penilaian yang tercerminkan (reflected apraisal) Pengetahuan akan diri individu tercapai dengan cara melihat tanggapan orang lain terhadap perilaku individu. Misalnya jika individu melontarkan gurauan dan individu lain tertawa, hal tersebut dapat menjadi sumber untuk mengetahui bahwa individu lucu.

c. Dunia dalam/ psikologis (inner/ psychologycal world)

Sedangkan untuk sumber berupa penilaian dari dalam diri individu, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri individu, yaitu:

1). Instrospeksi (introspection)

Introspeksi dilakukan agar individu melihat kepada dirinya untuk mencari hal-hal yang menunjang dirinya. Misalnya seseorang yang merasa dirinya pandai, bila berintrospeksi akan melihat berbagai kejadian dalam hidupnya, misalnya bagaimana dirinya menyelesaikan masalah, menjawab pertanyaan, dan sebagainya.

(4)

3). Atribusi kausal (causal attributions)

Cara ini dilakukan dengan mencari tahu alasan dibalik perilaku. Weiner (dalam Brown, 1998) mengatakan bahwa atribusi kausal adalah dimana individu menjawab pertanyaan mengapa dalam melakukan berbagai hal dalam hidupnya. Atribusi kausal ini juga dapat dilakukan kepada perilaku orang lain yang berhubungan dengan individu. Dengan mengetahui apa alasan orang lain melakukan suatu perbuatan yang berhubungan dengan individu, sehingga individu tahu bagaimana gambaran diri sebenarnya. Atribusi yang dibuat mempengaruhi pandangan individu terhadap dirinya.

Seperti yang disebutkan bahwa citra diri seorang individu bisa dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, sosial dan psikologis maka peneliti menyiapkan bebarapa image caption dari akun infia fact yang mencakup dari 3 aspek tersebut untuk memancing narasumber mengungkapkan persepsinya dalam menilai dirinya sendiri. Berikut dua belas image caption yang sudah disiapkan oleh peneliti:

(5)
(6)

IMAGE CAPTION (PSIKOLOGIS)

(7)

a. Citra Diri Positif

1). Memiliki rasa percaya diri yang kuat.

2). Berorientasi pada ambisi yang kuat dan mampu menentukan sasaran hidup.

3). Terorganisir dengan baik dan efisien (tidak terombangambing lagi tanpa tujuan dari hari ke hari).

4). Bersikap mampu.

5). Memiliki kepribadian yang menyenangkan. 6). Mampu mengendalikan diri.

b. Citra Diri Negatif

1). Merasa rendah diri.

2). Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup. 3). Lebih suka menunda waktu.

4). Memiliki landasan yang pesimistik dan emosi negatif.

5). Pemalu dan menyendiri (karena mendapat kritik dari orang lain, hinaan dan ejekan dari teman).

6). Hanya memiliki kepuasan sendiri.

5.1. Analisa Citra Diri pada Aspek Fisik, Sosial dan Psikologis 5.1.1. Narasumber Christa Brilian Damar Hamukti

Latar belakang dari narasumber pertama ini adalah individu yang baru saja mengenal akun instagram pada tahun 2017 dan sudah mulai tertarik dengan konten-konten yang ada di instagram. Hal yang paling menarik bagi narasumber adalah akun yang membahas tentang ilmu pengetahuan alam dan juga akun yang menggali tentang pengembangan diri serta pemulihan jiwa.

Yang pertama pasti stalking ya, stalking wanita, stalking perempuan, stalking mantan. Itu yang pertama ya. Terus yang kedua itu

(8)

akun yang terdapat kata-kata semacam kata-kata pemulihan jiwa, itu yang kedua. Yang ketiga ada akun tentang hand lettering istilahnya, satu lagi

sama artis.”

Narasumber juga mengaku pernah membaca sedikitnya statement dari image caption infia fact di salah satu fitur instagram yaitu explore yang biasanya terdapat banyak sekali akun-akun lain yang tidak diikuti namun post yang sudah dilike oleh beberapa following dari narasumber. Narasumber beranggapan bahwa infia fact bukan akun yang harus dipercaya tapi akun yang dapat menambah wawasan saja.

“Dulu pernah waktu lihat di explore itu kan ada, tak buka tok cuma mau lihat opo sih iki?.” “Sesuai, eh engga ding. Statement yang waktu itu aku lihat di explore itu akun infia fact malah memberi sesuatu dan informasi baru untuk aku. Jadi, oh ternyata ada kaya gini istilahnya

kaya gitu. Aku ndak bisa mengatakan ini benar atau salahnya tapi yang pasti statement itu memberi wawasan baru buat aku, yang pertama kali

aku buka dari infia fact.”

1. Aspek Dunia Fisik

Narasumber memiliki cara pandang yang lebih terbuka dalam menilai sebuah image caption yang sudah disiapkan oleh peneliti, ia juga memiliki banyak pendapat karena pengalaman-pengalaman yang juga sudah dialaminya karena di sini ia banyak mengungkapkan persepsinya menurut hal yang sudah pernah ia alami. Seperti misalnya saat peneliti menanyakan tentang image caption “Di Korea Selatan wanita yang memiliki kantung mata dipandang lucu dan manis”, narasumber langsung menampik hal itu karena ia tidak sependapat dengan statement yang diberikan oleh infia fact tersebut, bisa dibilang narasumber tidak menyukai wanita dengan kantung mata.

(9)

itu ndak lucu ndak manis, tapi yowes biasa aja, flat datar.”

Di image caption yang kedua yaitu “Selain senyuman dan rambut suara seperti anak kecil pada wanita juga sangat menarik bagi kaum laki-laki”. Di sini lagi-lagi narasumber berpendapat sesuai dengan pengalamannya bahwa dia juga memiliki ketertarikan pada wanita yang bersuara seperti anak kecil.

“Karena enak aja gitu, ketika kita bisa berkomunikasi dengan perempuan dan suaranya itu kaya anak kecil yang manja-manja

gitu jadi lebih enak aja didengar, jadi kaya lembut gitu lho sisi kewanitaannya timbul. Nah makanya, saya jujur suka banget sama

suara lembut itu. Karena hidup saya itu kan sering banget tegang atau high-pressure jadi ketika bisa dengar suara wanita yang

lembut gitu hatinya bisa lebih tenang.”

Di image caption yang ketiga ini berisikan “Wanita dengan pakaian ketat tidak berpotensi dijadikan istri”, narasumber mulai menjelaskan cara pandangnya tentang wanita yang berpakaian ketat. “Enggak i bagiku, karena bagiku cara berpakaian itu pilihan bukan tolok ukur. Pilihan mana yang menurut mereka pantas dipakai, cocok untuk bodynya cocok untuk jiwanya sehingga gak melulu seperti itu langsung diklaim tidak cocok untuk dijadikan istri.”

“Kalau menurut saya, mengapa infia fact bisa ngomong seperti itu karena wanita yang lebih terbuka itu memang terlihat open ke semua lelaki dan interpretasi orang ketika melihat wanita dengan pakaian terbuka itu pasti selalu mengarah sifat negatif atau

(10)

“Ya betul saya akan lebih memperhatikan dan lebih mengenal hati dan karakternya juga.”

Menurut William James (Widayatun, 1999: 110) menjelaskan persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan proses dihayati melalui ilusi atau mispersepsi atau trick atau tipuan dan juga bukan salah tanggapan. Seluruh persepsi dari narasumber pertama yang disampaikan kebanyakan memang merupakan hasil pola pikir dari pengalaman-pengalaman yang sudah ia alami. Citra diri yang narasumber bentuk mengarah ke citra diri yang positif karena ia berusaha untuk membangun pendapat bahwa dia adalah laki-laki yang memiliki pandangan terbuka atas informasi wanita yang sudah disediakan yang tentunya juga tidak luput dari pengetahuan dan pengalamannya tentang informasi tersebut. Dari cara bicara dan kata-kata dari narasumber terdapat pendapat tentang hidupnya yang terorganisir sangat kuat tanpa terombang-ambing lagi, dan hal itu merupakan salah satu ciri citra diri positif yang disampaikan oleh James K. Van Fleet. Hal tersebut dapat diinterpretasikan melalui perkataan “Bagiku, ketat atau tidaknya pakaian wanita bukan menjadi tolok ukur dalam menilai potensi tidaknya ia untuk dijadikan istri, namun cukup karakter dan sifatnya saja itu sudah sangat cukup.”

2. Aspek Sosial

(11)

“Nah bagi saya, saya tidak setuju dengan ini. Memang sih kadang wanita itu gampang membocorkan rahasia. Tapi saya kurang setuju dengan statement di bawah ini, pernyataan dalam waktu

setengah jam setelah mengetahui suatu rahasia, itu enggak sih bagiku. Karena menurut saya dalam pergaulan saya bersama wanita-wanita, biasanya cewek itu membocorkan rahasia bukan

karena sengaja tapi dia itu ingin bercanda terus kebablasan, itu menurut pengalaman dari wanita-wanita yang saya kenal.

Sebenarnya mereka itu pintar banget menjaga suatu rahasia, tapi kebanyakan keceplosannya itu adalah ketika dia terbawa saat

gojeg/bercanda.”

Lalu di image caption yang kedua ada disebutkan bahwa “Wanita akan luluh jika diberi bunga atau puisi oleh seorang laki-laki” di sini jawaban narasumber terlihat setuju dengan adanya statement tersebut.

“Ya enggak pengalaman juga sih. Ini eee.. di mana-mana wanita yang saya temui yang punya sifat romantis memang gampang

luluh dengan hal yang romantis.”

“Enggak juga, maksudnya.. saya juga banyak bergaul dengan orang-orang di luar sini juga, ya dengan wanita-wanita yang saya

temui, saya tu suka belajar dari orang. Lihat orang belajar, tingkah lakune piye kaya gitu makanya saya tu tau bahwa

wanita-wanita romantis tu gampang banget luluh dengan bunga, puisi ataupun hal-hal yang romantis lainnya.”

“Malah udah dapat informasi ini dulu, dan image caption ini istilahnya memperkuat apa yang telah saya dapatkan. Karena sebelumnya kan udah dapat informasi dari berbagai media bahwa wanita itu memang suka bunga dan hal-hal yang romantis, seperti

(12)

Di image caption ketiga berisi bahwa “Wanita tidak mengenali cinta pada pandangan pertama dan harus melalui 6 tahap untuk bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Lagi-lagi narasumber sependapat dengan statement tersebut.

“Ya bener banget. Soalnya yang paling menonjol pada cewek itu adalah keinginan cewek untuk melihat usaha dan perjuangan

seseorang yang ingin mendapatkannya, memang sih pandangan pertama itu hanya untuk impress untuk terkesan aja, tapi untuk cinta biasanya wanita lihat dari usahanya untuk mendapatkan si

wanita itu.”

Narasumber juga menanggapi image caption yang berpendapat tentang dirinya bahwa laki-laki sangat mudah merasakan cinta pada pandangan pertama.

“Kalau aku pribadi enggak, cinta pandang pertama itu hanya impress bagiku. Laki-laki mana yang ga “wow” ketika lihat cewek cantik. Semua laki-laki itu pasti pertama yang dilihat itu fisik. Lha tapi kalau untuk cinta itu gak cuma itu tok. Terutama kalau laki-laki itu, eh coba dari diri pribadi saya aja untuk mencintai seorang

cewek itu adalah ketika dia enak gak kalau diajak bicara, ngobrol dan tingkah lakunya itu match gak sih sama kenyamanan diri saya.

Kalau oke ya bisa lanjut ke tahap selanjutnya.”

Image Caption yang keempat berisi tentang “Wanita yang dekat dengan ayahnya pasti akan memiliki hubungan yang langgeng dengan pasangannya.” Narasumber sependapat dengan hal itu dan ingin melakukan hal yang sama agar dapat menjalani hubungan yang langgeng bersama pasangannya juga, dengan lebih mengetahui karakter ayah dari pasangannya tersebut.

(13)

setiap wanita yang saya kenal pasti akan mencari cowok yang sesuai dengan karakter ayahnya atau mungkin caranya cowok

nge-threat sama seperti daddy nya itu nge-nge-threat ceweknya. Jadi memang benar banget, ketika cewek yang deket sama orang tuanya

pasti tau sifatnya, tau cara berkomunikasi dengan baik dan nyaman. Jadi pasti sama pasangannya juga bisa komunikasi

dengan baik pula, gitu...”

“Bener, iya, pasti itu. Dan sedikit banyak juga ingin harus menarget diri harus bisa jadi seperti ayahnya itu sampai ayah cewek itu mengacungi jempol dan mengatakan yo koe wes layak

nggo anakku (ya, kamu layak untuk anakku), gitu.”

Di sini narasumber banyak melakukan perbandingan untuk dapat memberikan pendapat yang juga bisa menggambarkan tentang dirinya. Narasumber banyak belajar dari informasi ini agar dapat menjadi individu yang diinginkan oleh khayalak dengan contoh bahwa dia ingin menjadi sosok yang romantis agar dia bisa meluluhkan hati wanita yang ia cintai, dan ia juga ingin menjadi sosok ayah seseorang yang dia cintai agar dapat menjalin hubungan yang langgeng bersama pasangannya. Narasumber juga melindungi citra dirinya dengan menampik statement bahwa laki-laki terlalu mudah untuk merasakan cinta pada pandangan pertama dan berpendapat bahwa hal tersebut tergantung pada diri pribadi masing-masing, ia menganggap bahwa dirinya juga banyak melalui beberapa tahap untuk bisa merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya seperti perkataannya “...dari diri pribadi saya aja untuk mencintai seorang cewek itu adalah ketika dia enak gak kalau diajak bicara,

(14)

3. Aspek Psikologis

Di image caption yang pertama terdapat statement bahwa “Ketika merasakan patah hati, wanita tidak akan pernah bisa mencintai seseorang dengan cara yang sama” di sini narasumber tampak kebingungan karena ia belum pernah punya pengalaman pada statement ini.

“Jujur, saya nggak tau mau jawab apa. Karena saya belum pernah mendalami wanita yang disakiti kemudian apakah dia tidak bisa

mencintai seseorang dengan cara yang sama. Karena dari wanita-wanita yang saya kenal pun saya juga tidak berani untuk menanyakan

hal ini, mantan saya pun juga saya belum berani untuk menanyakan hal itu jadi sebenarnya hal ini juga masih menjadi pertanyaan di otak

saya. Sebenarnya saya juga mencari tau dan menunggu momen yang pas untuk bisa mengetahui jawaban dari hal ini sebenarnya, tapi untuk

saat ini momen yang tepat untuk masuk di bidang seperti ini tu ndak bisa dan susah banget.”

Akhirnya peneliti memberi contoh real yang menggambarkan statement ini dan narasumber pun mulai berani untuk menyuarakan pendapatnya.

“Ya..ya..ya.. aku ngerti maksudmu. Eee.. saya jujur masih belum ada gambaran, tapi mungkin ada yang seperti itu, ini saya cuma nebak aja. Dari contoh praktis yang kamu buat tadi mungkin wanita takut

untuk tidak bisa mencintai orang lain dengan cara yang sama dengan masa yang temporer atau sementara. Jadi si cewek ini mau

memulihkan hatinya terlebih dahulu. Karena saat memulai hubungan yang baru, mungkin dia merasa gak enak dengan cara

yang lama itu tapi kemungkinan semakin lama dijalani pasti perasaan itu juga akan menghilang.”

(15)

jadi saya cukup menjadikan ini wawasan baru. Nah wawasan baru bagi saya berarti saya harus mencobanya, jadi oh berarti saya

harus nge-treat cewek yang pernah disakiti ini jangan sampai terusik lagi luka lamanya. Lha kenapa saya lakukan itu? Karena

dalam rangka mencoba ini, kalau ternyata oke yowes berarti cewek memang seperti itu. Tapi saya juga bakalan suatu saat

mencoba menerjang teori ini dan nggak meng-amini image caption ini. Coba kalau memang itu bisa diterima berarti yang

kemarin-kemarin itu dia memang hanya memulihkan luka lamanya, tapi kalau tidak bisa ya berarti image caption ini bener banget.

Soalnya saya belum pernah mengalami yang seperti ini.”

Image Caption yang kedua berisi tentang “Wanita cenderung lebih egois dibandingkan pria” di sini narasumber tampak sangat setuju dengan statement dari infia fact ini karena hal yang pernah ia alami sebelumnya dengan wanita.

“Lebih egois itu menurut saya, kenapa saya bisa bilang lebih egois itu karena.. ini saya berbicara dari sudut pandang laki-laki lho ya

cewek itu cenderung tidak tau apa yang dipikirkan laki-laki. Jadi dia malah jadi merasa harus menang sendiri gitu lho...Harus jadi spesial dan lain sebagainya. Padahal sebenarnya cowok itu juga ingin dispesialkan dengan cara pemikirannya dia, tapi ya ini laki-laki dan perempuan ini berbeda dan wanitanya juga gak mau tau,

jadi ya laki-laki jadi harus cenderung mengalah sama wanita.”

(16)

“Oh jadi maksudnya seperti itu, kalau maksudnya seperti itu, ee... kalau dari pandangan saya sendiri kalau melulu tentang make up itu juga kurang pas buat saya. Karena wanita dengan wajah yang biasa-biasa saja juga pasti pernah merasa tertekan kok kenapa kok

aku tidak bisa seperti ini atau seperti itu, atau mungkin gak bisa caranya seperti itu.. saya yakin dia juga pengen terlihat cantik.

Dan kalau disangkutpautkan sama make up dan segala macemnya itu sebenarnya semua wanita juga memiliki kesedihannya. Si

wanita yang tidak punya modal ini mungkin dia gak bahagia karena dia perlu modal, ketika gak ada modal dia merasa kurang cantik. Sedangkan wanita yang biasa saja dia sudah cantik tapi dia

merasa minder karena tidak bisa seperti wanita berdandan seperti wanita cantik ber-make-up itu.”

Lalu di image caption yang terakhir ada “Wanita lebih mudah memaafkan dan melupakan dibandingkan pria.” langsung di saat itu juga narasumber terlihat sangat tidak setuju karena hal tersebut sangat bertolak belakang dengan hal yang pernah ia alami sebelumnya.

“Ini ngapusi banget, ini kayanya infia fact tidak melakukan riset ini.. kenapa infia fact bisa-bisanya ngomong seperti ini? Ini tu gak

mungkin banget, apa yang membuat wanita sakit itu pasti akan selalu terungkit di hatinya itu udah pasti. Sehingga dia akan sulit

memaafkan dan melupakan. Menurutku apa infia fact tu gak melakukan studi gitu lho? Padahal ini studi di Ontario, maka dari

itu saya meragukan sedikit gitu lho..”

(17)

melakukan introspeksi diri dalam membangun citra dirinya seperti saat ia berpendapat pada image caption yang pertama. Narasumber akan lebih menilik perasaan wanita agar tidak lebih menyakiti hati wanita tersebut dan justru akan menerjang statement tersebut. Narasumber juga banyak membenarkan statement-statement yang ada tanpa menilik lebih dalam tentang dirinya atau melakukan introspeksi diri terlebih dahulu, di saat ia berpendapat bahwa wanita memang egois dan wanita tidak gampang memaafkan dan melupakan.

1.1.2 Narasumber Feri Dwi Hastuti

Narasumber ini mengaku bahwa ia tidak banyak menggunakan waktunya untuk membuka akun instagram, bahkan ia hanya menghabiskan waktu 5 sampai 10 menit saja untuk menggunakan akun instagram. Narasumber berpendapat bahwa informasi yang diberikan infia fact itu 70% adalah benar.

1. Aspek Fisik

Image caption yang pertama berisi tentang “Di Korea Selatan wanita yang berkantung mata dipandang lucu dan manis.” Di sini narasumber langsung tertawa dan merasa sangat tidak setuju dengan statement yang ada dan malah berpendapat bahwa ia lebih ingin untuk melakukan filler hidung.

“Enggak mbak.. Saya malah lebih tertarik untuk filler hidung mbak karena hidung saya yang kurang mancung”

“Ya bisa dikatakan seperti itu mbak, saya tidak tertarik karena itu sepertinya juga tidak pas untuk saya. Tapi dengan adanya informasi itu wawasan saya semakin bertambah. Saya jadi tau

(18)

Di image caption yang kedua dijelaskan bahwa “Pada Wanita yang paling mudah mengalami penuaan dini bukan di bagian muka melainkan di area dada.” Narasumber tampak setuju dan menunjukkan bahwa ia akan lebih mengantisipasi hal tersebut.

“Emm bener sih, kalau aku rasain ya bagian muka kita kan memang jarang sekali itu keriput-keriput, tapi kalau bagian dada

kalau tidak benar-benar kita jaga pasti akan sangat mudah mengalami penuaan dini.”

“Ya kan sebelumnya saya melihat dari ibukku ya, terus saya berfikir apa karena untuk anak jadi dadanya molor. Itu yang membuat saya lebih hati-hati juga dalam menjaga area dada saya.

Ditambah lagi saat saya melihat image caption ini, saya jadi tambah takut dan akan lebih menjaga lagi.”

Image Caption yang ketiga tertera bahwa “Di seluruh penjuru dunia terutama di Korea Selatan sedang tren mencelupkan wajah di air es setelah make up.” Narasumber terlihat antusias dengan informasi tersebut dan justru ingin segera mencobanya.

“Kalau ini saya tertarik ini, setauku dalam teknik merias wajah itu awalnya kan ada kaya foundation, puffnya itu kan dikasih air. Tapi

kesalahan orang Indonesia itu puffnya hanya dikasih air biasa saja, padahal lebih bagusnya puff sebelum make up itu harus menggunakan air es. Ini aku malah tertarik ketika ada inovasi

nyelupin hasil riasan ke dalam air es”

“Iya, malah tertarik karena kan pikir ku kan kalau sudah dirias itu kan kalau bisa jangan sampai kena air. Tapi di infia fact ini malah

(19)

Image Caption yang terakhir berisi tentang “Selain senyuman dan rambut yang indah, suara seperti anak kecil juga menjadi salah satu daya tarik seorang wanita.” Narasumber tampak ragu untuk berpendapat tentang statement ini, karena ada pertimbangan.

“Sebenernya saya itu paling tidak suka ya sama cewek yang suaranya dibuat-buat seperti anak kecil seperti itu. Memang aku gak suka, tapi kadang-kadang itu bertolak belakang dengan sifatku

sebagai wanita yang pengen dimanja. Terkadang bukan hanya perilaku saja, tapi secara tidak sengaja suara pun jadi ikut-ikutan

seperti anak kecil begitu. Padahal kalau aku denger orang lain, aku gak suka rasanya pengen tak jitak.”

“Iya, baru aku praktekin kalau sama orang yang aku sayang. Tapi gak lebay kaya orang-orang itu.”

(20)

narasumber lebih menempatkan diri untuk menunjukkan citra dirinya yang sesungguhnya, jadi ia akan menunjukkan suara anak kecilnya hanya kepada orang-orang tertentu saja agar tidak dilihat sebagai orang yang aneh karena menurutnya wanita yang memiliki suara seperti anak kecil itu adalah citra diri yang sangat mengganggu.

2. Aspek Sosial

Image Caption pertama berisi tentang “Wanita tidak bisa menjaga rahasia lebih dari 30 menit saja.” Narasumber tampak bingung harus menjawab apa karena itu merupakan hasil penelitian namun ia tampak tidak terima dengan statement itu.

“Ya betul sekali, karena wanita sangat suka sekali meng-gossip.”

“Tentu enggak dong, memang kodratnya wanita itu mulutnya ember. Tapi ada beberapa wanita yang bisa benar-benar menjaga salah satu rahasia yang ada. Contohnya saya, saya itu seneng sekali cerita sama orang lain karena kalau saya pendem sendiri saya malah jadi tertekan, kesannya malah seperti orang gila.”

(21)

Narasumber mengaku bahwa ia melakukan antisipasi untuk lebih menjaga diri sendiri supaya tidak dipandang sebagai wanita yang tidak dapat menjaga rahasia.

“Jadi kalau lagi ngobrol itu, mikir yang mau dibahas apa jadi rahasia ini jangan sampai keluar di saat keasyikan ngobrol.”

Di image caption yang kedua berisi tentang “Wanita single yang romantis akan mudah luluh jika diberi bunga dan juga puisi oleh pria.” Tanggapan narasumber dalam statement ini tampak bahwa ia tidak terlalu setuju dan menganggap bahwa wanita yang seperti itu hanyalah wanita tertentu saja.

“Wanita pada umumnya memang senang ya diperlakukan spesial dengan orang yang kita sayang, tapi sekarang itu bukan jamannya lagi yang kaya gitu. Mungkin kalau dulu dikasih bunga gitu yang cewek senengnya minta ampun. Lah kalau wanita sekarang itu hal-hal yang seperti itu bagi

dia udah mental, karena cowok-cowok jaman sekarang itu suka gombal. Jadi lebih ke action nya cowok itu sendiri.”

Image caption yang ketiga ini berisi tentang “Wanita tidak mengenal cinta pada pandangan yang pertama melainkan harus mengalami 6 tahap untuk bisa merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya.” Di sini narasumber langsung merasa sangat antusias dan langsung meng iya kan statement tersebut.

“Lha ini mbak, yang ini pinter ini. Itu tadi berhubungan lho mbak sama image caption sebelumnya. Tapi saya tidak

membenarkan ini sepenuhnya juga karena sebenarnya wanita itu juga mengenal cinta pada pandangan pertama bahkan cinta pandangan pertama ini bisa sampai berlarut-larut ke pemikiran

(22)

Narasumber juga berpendapat bahwa cinta pada pandangan pertama juga berlaku pada perempuan namun saat umurnya belum matang, namun setelah perempuan semakin dewasa ia akan mengerti arti cinta yang sesungguhnya.

“Iya, dulu saya seperti itu mbak, tapi sekarang semakin saya dewasa saya juga jadi punya banyak

pertimbangan akan hal itu.”

“Tapi ada juga tipe wanita yang mengarah ke materialistis mbak, jadi dia lebih kepada keegoisannya untuk masa depannya tanpa mempedulikan bidang lain

yang ada pada sosok pasangannya tersebut.”

“Iya dong mbak, kalau bisa jangan cuman 6 tahap tapi bertahap-tahap yang lebih dari 6 tahap itu.”

Image caption yang keempat berisi tentang “Wanita yang dekat dengan ayahnya cenderung memiliki hubungan yang langgeng bersama pasangannya.” Narasumber tampak setuju namun ragu dengan pendapatnya.

“Ini bener banget mbak, karena dari kecil kan kita berkomunikasi dengan laki-laki ya, jadi kita lebih tau ya seluk beluk sifat seorang laki-laki itu seperti apa. Tapi saya

di sini sebenarnya kurang merasakan ya, karena memang ayahku meninggal ketika aku kelas 3 SD. Tapi aku sempat merasakan waktu aku masih kecil dulu dan puji Tuhan aku

menjalin hubungan dengan sangat langgeng.”

(23)

tersebut dan ia mengaku bahwa ia akan mengantisipasi hal itu dengan menjaga diri sendiri agar rahasia yang dimilikinya tidak sampai bocor ke siapapun. Lalu narasumber yang tidak ingin dipandang bodoh atau murahan saat ditanya masalah image caption yang kedua yang berisi wanita gampang luluh dengan bunga dan puisi, narasumber memilih untuk mengharapkan action dari para pria, karena baginya wanita seperti yang dikatakan infia fact itu adalah wanita yang bodoh dan tidak sesuai dengan dirinya. Narasumber juga langsung mencontohkan hal yang sangat mencerminkan gambaran dirinya melalui image caption yang ketiga yaitu bahwa wanita harus memiliki banyak tahap dan pertimbangan dalam perihal jatuh cinta. Di image caption yang keempat, narasumber tampak kebingungan untuk berpendapat pada statement tersebut karena ia tidak memiliki sosok ayah sejak kelas 3 SD. Akhirnya ia juga sependapat karena selama ayahnya hidup ia sangat dekat dengan ayahnya dan statement itu terbukti benar, narasumber memiliki hubungan langgeng selama 6 tahun bersama pasangannya. 3. Aspek Psikologis

Image caption yang pertama berisi tentang “Ketika patah hati, wanita tidak akan pernah bisa mencintai pria dengan cara yang sama.” Narasumber langsung membenarkan statement yang dibuat infia fact ini.

“Ya ini betul karena pernah jatuh ke lubang, jadi dia gak mau jatuh lubang yang sama lagi. Jadi dia akan lebih strong dan

tidak akan lebih berhati-hati. Ini ya ketika kamu berada di jalanan, kamu terkena jalan yang berlubang dan akhirnya motor

kamu itu rusak, motor kamu itu ibarat hati kamu gitu kan jadi rusak, nah setelah kamu lewat jalan itu lagi tentu kamu jadi ngerti mana yang berlubang dan kamu pasti akan menghindari

(24)

sama. Itu pesenku buat cewek-cewek. Kalau mau balikan lagi sama mantannya karena masih saya sih gak papa menurutku,

tapi jangan sampai memberikan kepercayaan seutuhnya.”

Image caption yang kedua berisi tentang “Wanita yang diklaim cantik level kebahagiaannya tidak lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang biasa-biasa saja.” Narasumber tampak kebingungan dan berpikir sejenak lalu berpendapat.

“Nah laki-laki itu kan rata-rata lebih banyak melihat ke fisik, body yang putih mulus seperti itu ya. Itu tu dia melihatnya

bukan dengan cinta tapi dengan nafsu, maka dari itu ketika mereka sudah menikah, untuk wanita yang cantik itu tidak terlalu

bahagia karena si cowok hanya menilai dari fisik. Tapi memang itu enggak selalu seperti itu ya penilainnya. Seperti misalnya Ardi Bakrie kan fisiknya tidak terlalu tampan ya, tapi dia bisa

menikahi Nia Ramadhani kan beruntung banget, walaupun hubungan mereka tampak seperti fisik tapi pernikahan mereka

baik-baik saja dan bahagia-bahagia aja. Karena mereka juga benar-benar cinta antar satu sama lain bukan hanya memenuhi kepuasan mata saja, kalau yang ingin memenuhi kepuasan mata

saja ya contohnya seperti Jessica Iskandar itu habis dicicipin langsung ditinggalin gitu aja, kan endingnya jadi kurang bagus

ya mbak.”

(25)

“Wah ini bener banget juga nih mbak, bener kan saya menilai bahwa infia fact ini 70% benar.”

“Enggak, itu kodratnya wanita. Wanita selalu ingin dinomor satukan, itu yang membuat wanita lebih egois itu dalam konteks percintaan loh yaa. Tapi kalau konteks lainnya menurutku itu tergantung orangnya, tapi tetep aja

dalam percintaan wanita itu memang lebih egois dibanding laki-laki.”

“Yang jelas aku menyadari, tadi aku bilang aku jujur bahwa aku egois tapi aku sadar bahwa itu bukanlah hal yang baik, makanya dengan pemikiran tidak baik itu aku akan berangsur-angsur berubah dan pasangan kita itu yang secara tidak langsung akan merubah kita.”

Image caption yang keempat atau yang terakhir berisikan tentang “Wanita cenderung lebih mudah memaafkan dan melupakan dibandingkan pria.” Narasumber langsung meng iya kan statement ini dan sedikit bercerita tentang pengalamannya.

“Iya benar, aku share ya aku memiliki adek cowok dan saya pribadi di sini adalah perempuan. Kami berada di

lingkungan dengan latar belakang ayah yang kasar. Adek saya itu adalah adek tiri saya sih, nah hubungan saya sebagai anak tiri dengan ayah tiri saya itu sebenarnya baik walaupun beliau sering melakukan kesalahan dan mungkin ada beberapa kali yang menyakiti hati saya atau bahkan pernah sesekali main tangan dengan saya tapi saya tetap

bisa memaafkan. Tapi beda halnya dengan seorang laki-laki, ketika dia sudah dikasar pasti itu akan membenak di

(26)

adek saya bisa bilang oo titenono aku sok gedhe bakal mateni koe (oo lihat saja nanti kalau aku sudah besar aku

akan membunuhmu). Nah dari situ saya tau kalau dia sudah memendam rasa benci di hatinya, maka dari dini saya selalu menanamkan iman di hatinya bukan dengan

sakit hati.”

Dari berbagai image caption tersebut narasumber banyak melakukan introspeksi diri akan dirinya. Seperti misalnya di image caption ketiga tadi yang mengatakan bahwa wanita lebih egois dibandingkan laki-laki, narasumber tampak setuju dengan adanya statement tersebut namun ia tidak berhenti dengan hal itu, narasumber mengaku akan lebih menilik diri sendiri dan membangun citra diri yang lebih baik lagi di masalah percintaan. Narasumber juga ingin terlihat bahwa untuk bisa mencintai seseorang dengan cara yang sama itu bukanlah hal yang mudah, maka ia lebih berhati-hati dalam bertindak agar tidak merasakan sakit hati yang berulang-ulang kali. Narasumber juga menganggap bahwa menjadi pribadi yang mudah memaafkan dan melupakan itu adalah citra diri yang baik yang akan terus ia tanamkan di dalam dirinya. Di image caption yang kedua, narasumber memilih untuk lebih sadar diri akan level kecantikan diri sendiri untuk mencari pasangan hidup.

1.1.3 Narasumber Yohana Febriasna Kusumaningtyas

Narasumber ini mengaku bahwa ia mulai aktif menggunakan akun instagram dari tahun 2014 dan juga pernah melihat akun infia fact. Ia juga berpendapat positif tentang akun infia fact.

“Eee.. sebenarnya dengan adanya akun ini tu sedikit lebih membantu juga ya kaya yang barusan aku baca ini ya yang dulunya aku gak ngerti sekarang aku jadi ngerti, memang dia juga

(27)

di sana tidak sama seperti yang aku lihat, aku rasakan dan gak tentu seperti itu gitu lho...”

1. Aspek Fisik

Image caption yang pertama berisi tentang “Di Korea Selatan wanita yang memiliki kantung mata itu dipandang lucu dan manis.” Narasumber langsung terlihat tidak setuju dengan statement itu.

“Enggak sih, buat apa kantung mata? Gak usah pakai operasi-operasi kita nggak tidur aja sebenarnya kita udah punya kantung mata. Karena kan di sini dan di sana trend nya juga udah

beda kan, mungkin di sana trend ya tapi kalau di sini kita punya kantung mata malah diketawain sama orang-orang.”

Image caption yang kedua berisi tentang “Pada Wanita yang paling mudah mengalami penuaan dini bukan di bagian muka melainkan di area dada.” Awalnya narasumber tampak bingung dengan apa definisi penuaan dini pada area dada, namun setelah dijelaskan oleh peneliti akhirnya ia berpendapat.

“Emm.. kalau dari aku sih, gak usah menunggu penuaan dini karena merawat hal vital itu kan juga penting. Karena ngerti

sendiri kan sekarang itu lagi jaman sekarang lagi marak-maraknya kanker payudara dan yang lain sebagainya, jadi memang lebih dijaga kesehatan diri sendiri aja jangan fokus ke

penuaan dininya begitu.”

(28)

“Kalau aku sih kebalikan, biasanya kalau aku cuci muka dulu pakai air es baru setelah itu dimake up.”

“Aduh... mungkin di sana memang trend tapi saya mau tanya itu kalau dicelupin gitu ilang gak ya make up nya?”

“Tapi maksudnya apa nggak basah atau gimana-gimana gitu ya? Eee... ya mungkin kalau di sana memang sudah trend dan di sini juga akan trend mungkin bisa dicoba, tapi kalau untuk keseharian

enggak lah ya... mungkin kalau untuk acara-acara besar seperti pernikahan begitu.”

Image caption yang keempat berisi tentang “Selain senyuman dan rambut yang indah, suara seperti anak kecil juga menjadi salah satu daya tarik seorang wanita.” Narasumber tampak setuju dengan statement yang disajikan oleh infia fact tersebut karena hal itu sangat sesuai dengan dirinya.

“Setuju sih sama statement ini, karena terkadang suaraku sendiri pun juga seperti anak kecil. Lha kalau berasa sih, itu keliatan kaya lebih lucu... tapi kalau dilucu-lucu in enggak...”

“Tapi kalau buat anak laki-laki yang ngobrol sama aku, pasti pertama kali yang diucapkan kok suaramu lucu sih, nah kaya

gitu.”

(29)

wajah sebelum make up. Di image caption yang kedua ia merasa mendapatkan informasi baru namun ia masih tetap pada prinsipnya bahwa untuk menjaga area vital tubuh itu bukan hanya payudara saja, tapi kalau bisa semua hal harus diperhatikan dengan sangat baik. Di image caption yang keempat narasumber berpendapat bahwa memang statement itu benar karena hal itu sesuai dengan apa yang ia alami, bahwa wanita yang memiliki suara seperti anak kecil akan lebih menarik dan narasumber sangat baik-baik saja dengan citra dirinya yang seperti itu.

2. Aspek Sosial

Image caption yang pertama tertulis “Wanita tidak dapat menyimpan rahasia lebih dari 30 menit.” Narasumber tampak sangat tidak setuju dengan adanya statement ini.

“Kalau aku pribadi enggak, karena kalau menurutku ketika seseorang sudah menceritakan hal yang private ke diri kita, itu

artinya orang itu sudah percaya sama kita, selain dia percaya sama kita dia juga butuh teman buat ngobrol gitu lho. Kalau kita

mau buka hal private itu ke orang lain ya ngapain temenan? Udah mending gak usah aja. Kalau aku pribadi aku gak setuju sama statement ini, terus kan jadi kayanya wanita itu adalah tempat

yang gak pantas untuk diajak cerita.”

Dan ia mengantisipasi hal itu dengan pembuktian secara real. “Eee... sebenarnya lebih ke pembuktian secara real ya..”

“Ya betul, kaya misalnya contoh kita... kamu mungkin tidak akan pernah percaya dengan apa yang aku katakan sebelum kamu mencoba, nah kalau cuma sekedar ngomong mungkin dalam hati kamu masih ngomong eh belum tentulah kan penelitian di infia fact

(30)

begitu, tapi kalau sudah ada pembuktian dan mencoba itu tadi pasti akan tau dengan sendirinya.”

“Ya nggak nyari juga sebenarnya, tapi ya entah bisa ketemu dengan sendirinya dan lagian untuk membuka suatu rahasia kepada orang lain itu kan nggak semudah kita membalikkan telapak tangan ya, jadi memang kaya kalau nyawanya udah klik sendiri itu pasti dengan sendirinya akan cerita.”

Image caption yang kedua berisi tentang “Wanita yang single dan romantis akan luluh dengan bunga dan puisi.” Narasumber tampak memiliki banyak opini tentang hal ini.

“Tapi apa yaa.. kalau hanya sekedar dikasih.. emm kaya misalnya nih kita single lalu tiba-tiba ada cowok yang datang ke kita terus ngasih bunga dan coklat... sebenarnya diterima sih pasti diterima.. yaudah diterima aja, tapi bukan berarti langsung luluh hatinya gitu enggak.. karena lebih kaya menjaga diri gitu lho. Bisa aja ini cuman sekedar kasih bukan yang lain, karena rata-rata kan perempuan itu modalnya baperan doang kan. Niatnya cuman mau ngasih tapi berkhayalnya udah sampe kemana-mana, nah itu sih lebih kaya mengantisipasi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti itu.”

Image caption yang ketiga berisi tentang “Wanita tidak mengenal cinta pada pandangan yang pertama, ada 6 tahap bagi wanita untuk dapat merasakan cinta yang sesungguhnya.” Narasumber tampak setuju dengan statement itu dan banyak pendapat yang ia berikan.

(31)

untuk menuju ke cinta itu butuh banyak tahap tapi enam tahap ini apa aja gak tau aku.”

“Karena aku nggak pernah menganggap ada cinta pada pandangan pertama jadi ketika kita bilang... eee... pernah sih untuk ngomong cinta pada pandangan pertama tapi lebih ke rasa kagum bukan ke cinta.”

“Apa yaa? Eee.. gak ada sesuatu hal yang spesial sih yang bisa aku bangun. Cukup hanya dengan lihat saja keseharianku seperti apa, kalau kamu bisa terima keseharianku yang sedemikian berarti ketika aku sudah menjadi istimewa pasti kamu akan mau.. kaya gitu. Jadi bukan istimewa dulu yang aku tunjukkan baru setelah itu kamu lihat kebiasaanku, tapi dibalik..”

Image caption yang keempat berisi tentang “Wanita yang dekat dengan ayahnya dapat menjalani hubungan yang langgeng dengan pasangannya.” Narasumber terlihat ragu untuk berpendapat tentang ini, karena ia merasa ia dekat dengan ayahnya namun ia tidak bisa dibilang dapat menjalani hubungan yang langgeng dengan pria karena ia juga pernah putus dengan pacar sebelumnya. Namun setelah diberi penjelasan bahwa langgeng berarti menjalin hubungan yang cukup lama walaupun harus kandas akhirnya ia berpendapat.

“Karena kalau aku deket sama papiku kan berarti aku juga deket sama sesosok laki-laki. Jadi kan sedikit banyak kita jadi ngerti laki-laki itu maunya kaya gimana sih dan cara laki-laki memperlakukan perempuan itu kaya gimana sih. Ketika aku bisa memperlakukan papiku yang sedemikian rupa berarti mungkin aku

bisa memperlakukan pasanganku kelak seperti apa yang aku lakukan ke papiku. Dan sama halnya ketika melihat papiku yang memperlakukan aku like a princess berarti pasanganku kelak juga

(32)

Narasumber banyak menyatakan bahwa dirinya memiliki prinsip yang kuat dalam kehidupannya. Seperti misalnya pada image caption yang pertama ditunjukkan bahwa ia tidak seperti yang dikatakan oleh image caption tersebut, ia membangun persepsi tentang dirinya mempunyai potensi yang sangat baik untuk menjaga suatu rahasia karena rahasia merupakan sesuatu yang sangat perlu untuk dijaga dan bukan hal yang bisa disebar atau diceritakan oleh masyarkat luas. Narasumber juga berpendapat bahwa ia akan mengantisipasi hal itu dengan lebih membuktikan secara real semua yang menjadi prinsip hidupnya. Di image caption yang kedua, narasumber lebih melunak dari yang sebelumnya, ia tidak terlalu setuju dengan statement itu namun bukan berarti ia akan menolak bunga atau puisi yang akan diberikan oleh pria kepadanya. Narasumber membangun citra diri yang lebih lembut dalam masalah statement tersebut namun tetap menekankan bahwa ia akan lebih terkesan dengan aksi nyata dari seorang pria. Di image caption yang ketiga, narasumber lebih banyak terbuka dalam prinsip dirinya dan banyak menjabarkan tentang bagaimana citra dirinya yang ia bentuk. Di sana narasumber mengatakan bahwa ia akan lebih banyak menjadi dirinya sendiri untuk bisa dicintai dibandingkan harus menjadi istimewa terlebih dahulu, dengan tujuan agar pria yang ia cintai mencintai ia dengan kebiasaannya bukan karena keistimewaannya. Di image caption yang keempat, narasumber membantuk citra diri yang lebih ingin diperlakukan baik oleh pasangannya seperti ayahnya memperlakukan ia dengan sangat baik.

3. Aspek Psikologis

(33)

peneliti memberikan contoh real dan akhirnya narasumber berpendapat.

“Enggak juga sih.. kan di awal tadi aku udah bilang, ini bisa jadi iya bisa jadi enggak. Tapi memang ada hal-hal tertentu aja sih,

gitu..”

“Kalau dari contoh yang kamu katakan ya menurutku itu tergantung sama cowoknya. Ketika kita tahu kalau dia sedang pada masa trauma pada kisah cintanya dan kita mau ngajak dia pacaran lagi ya resiko ditanggung sama diri kita sendiri, jangan sampai nanti di tengah jalan kita malah nyalahin orang itu malah justru diri kita yang salah. Tapi kalau misalnya kita mau

memahami step by stepnya itu tadi mungkin itu bisa, dia mungkin bisa menghilangkan trauma itu tadi sih..”

Image caption yang kedua berisi tentang “Wanita cenderung lebih egois dibanding pria.” Narasumber tampak setuju dengan statement tersebut, namun ia juga merasa bahwa laki-laki juga banyak yang sebenarnya lebih egois dan akhirnya narasumber menceritakan tentang pengalamannya.

“Saat ini aku pacaran pun aku juga merasakan hal yang sama, tapi bukan keegoisan yang sampai menekan kehidupan gitu ya.. eee.. apa ya.. ini adalah contoh nyata ya. Aku kan beribadah di GKJ dan pacarku ini adalah seorang yang beribadah di gereja karismatik. Terkadang buat pergi ke gereja pun terjadi kok cekcok itu, ketika dia minta ditemenin ke gereja sana aku mau tapi ketika aku minta dia untuk temenin aku berbagai alasan kok yang dia

(34)

melunak, tapi ntar balik lagi. Nah itu kan egois yang ya belum bisa diluluhlantakan istilahnya.”

Saat ditanya apakah narasumber baik-baik saja dengan statement seperti itu, ia nampak tidak terima.

“Introspeksilah, ya kali bangga dibilang egois karena jatuhnya emang negatif.”

“Tapi kalau misal keegoisanku ini untuk kebaikan dia, akan aku pertahankan keegoisanku.”

“Eee... ketika aku minta pacarku untuk nggak ngrokok. Mungkin satu hari kamu bisa habis satu bungkus

untuk ngrokok, maksimal 2 hari lah satu bungkus. Sebungkus harganya berapa? Seminggu jadi berapa? Bisa

buat ngapain aja itu uangnya? Jadi lebih kaya perhitungan, diitung-itung itu uangnya bisa buat ngapain

aja.”

Image caption yang ketiga berisi tentang “Wanita yang diklaim cantik level kebahagiaannya lebih rendah dibandingkan wanita biasa-biasa saja” Narasumber terlihat mantap sekali dalam berpendapat dengan kepercayaan diri yang sangat kuat.

“Enggak ah, aku cantik tapi tetap merasa bahagia. Tapi gini, kita melihat standar orang cantik itu kan pasti dengan kacamata yang berbeda-beda kan ya. Menurutku cantik itu tidak harus terlihat wow, yang terlihat dia putih,

make up setiap hari baju bagus dan yang lain sebagainya

(35)

Image caption yang keempat atau yang terakhir berisi tentang “Wanita cenderung lebih mudah memaafkan dan melupakan dibandingkan pria.” Narasumber dengan sangat menyesal harus berpendapat berbeda dengan apa yang tertulis di image caption ini.

“Ini hasil studi kan, mungkin iya.. tapi kalau aku sendiri sih sebagai seorang wanita enggak..”

“Walaupun secara garis besar, yang sering kita temui memang lebih sulit pria kan ya dibanding wanita, tapi

kalau aku enggak..”

“Oh iya tahun 2012 di saat itu keluargaku sedang tertimpa masalah, tapi akhirnya jatuhnya aku yang kena, aku yang harus putus hubungan sama pacarku.. karena memang dari orang tuanya dia sih..dan jujur sampai sekarang aku masih

belum bisa memaafkan mereka sama sekali, udah enam tahun loh. Sebenarnya nggak boleh simpan akar kepahitan,

tapi mungkin proses ya...”

“Aku berharapnya tidak seperti itu, sampai sekarang aku sebenarnya masih tetap berusaha memaafkan. Kadang aku mikir toh semuanya itu juga udah berlalu, toh aku sekarang juga udah punya kehidupan sendiri.. tapi bagiku itu gak

gampang.”

(36)

yang bisa membawa individu untuk berjalan ke arah yang lebih positif. Narasumber membangun citra diri yang teguh bahwa keegoisan memang tidak baik untuk ada dalam pribadi seseorang namun jika untuk hal positif hal itu juga diperlukan. Di image caption yang ketiga narasumber berpendapat bahwa ia merasa kasihan dengan orang yang menganggap bahwa kecantikan hanya dapat diburu dengan seberapa tebal make up, barang mahal dan terlihat wow, ia lebih nyaman dengan citra dirinya yang beranggapan bahwa kecantikan itu ditilik dari kedalaman hatinya dan kacamata kecantikan di tiap individu itu berbeda-beda. Narasumber merasa bahwa dirinya cantik dari kacamatanya dan ia juga merasa level kebahagiannya tetap berada di atas. Di image caption yang pertama, narasumber membangun citra diri yang dibantu dengan komunikasi yang baik bersama pasangannya agar tidak dinilai buruk oleh masyarakat luas. Narasumber lebih menerapkan keterbukaan antar pasangan dan bersama-sama membangun citra diri yang positif di mata masyarakat.

1.2 Refleksi Hasil Penelitian 5.2.1. Refleksi Teori

(37)

dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai-bagai macam bentuk.

Dalam proses persepsi individu tidak hanya menerima satu stimulus saja, tetapi individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilanjutkan dalam skema sebagai berikut:

L S O R L Keterangan : L = Lingkungan

S = Stimulus

O = Organisme atau individu

R = Respon atau reaksi

(38)

responnya yang akan membuat dia dipandang apa oleh masyarakat sekitarnya, untuk itu individu perlu untuk membangun citra diri yang sesuai dengan apa yang ia inginkan dan yang ia pikirkan.

Ketiga narasumber yang diteliti oleh peneliti melakukan proses wawancara yang baik untuk menggali persepsi para narasumber dan semua persepsinya menuju ke citra diri yang positif untuk keperluan hidupnya ke depan. Ciri-ciri persepsi yang disampaikan oleh para narasumber memiliki arah citra diri yang baik yang disampaikan oleh James K.Van fleet (1997) yaitu:

1. Memiliki rasa percaya diri yang kuat.

Pada ketiga narasumber ini terdapat persepsi yang menyatakan bahwa ia memiliki kepercayaan diri yang amat kuat. Contoh: “Enggak ah, aku cantik tapi tetap merasa bahagia. Tapi gini, kita melihat standar orang cantik itu kan pasti dengan kacamata yang berbeda-beda kan ya. Menurutku cantik itu tidak harus terlihat wow, yang terlihat dia putih, make up setiap hari baju bagus dan yang lain sebagainya itu enggak.. sebenarnya orang yang menganggap dirinya cantik hanya dengan hal seperti itu tu malah kasihan.” Di sini terlihat bahwa narasumber memiliki kepercayaan diri yang kuat atas dirinya dan tidak perlu memikirkan orang lain untuk membuat dia down.

2. Berorientasi pada ambisi yang kuat dan mampu menentukan sasaran hidup.

(39)

harus bisa jadi seperti ayahnya itu sampai ayah cewek itu mengacungi jempol dan mengatakan yo koe wes layak nggo anakku (ya, kamu layak untuk anakku), gitu.”

3. Terorganisir dengan baik dan efisien (tidak terombangambing lagi tanpa tujuan dari hari ke hari).

Para narasumber yang diteliti juga memiliki rencana yang terorganisir dengan baik di hari ke depannya. Contohnya: “Ya betul, kaya misalnya contoh kita... kamu mungkin tidak akan pernah percaya dengan apa yang aku katakan sebelum kamu mencoba, nah kalau cuma sekedar ngomong mungkin dalam hati kamu masih ngomong eh belum tentulah kan penelitian di infia fact kemarin seperti itu, bisa jadi itu hanya kamuflase atau topeng begitu, tapi kalau sudah ada pembuktian dan mencoba itu tadi pasti akan tau dengan sendirinya.” Narasumber ingin terus membuktikan kepada siapapun bahwa tidak semua wanita tidak dapat menjaga rahasia dengan komitmennya yang akan dia jalankan setiap hari. 4. Bersikap mampu.

(40)

ngobrol bisa aja keluar batas, bibir kalau udah olahraga ngobrol terkadang rahasia itu keluar tanpa sadar.”

5. Memiliki kepribadian yang menyenangkan.

Ketiga narasumber ini membentuk citra dirinya sebagai pribadi yang menyenangkan. Contoh: “Tapi kalau buat anak laki-laki yang ngobrol sama aku, pasti pertama kali yang diucapkan kok suaramu lucu sih, nah kaya gitu.” Narasumber menceritakan tentang pandangan orang terhadapnya.

6. Mampu mengendalikan diri.

Ketiga narasumber membentuk citra dirinya sebagai pribadi yang mampu mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Seperti contohnya: “Yang jelas aku menyadari, tadi aku bilang aku jujur bahwa aku egois tapi aku sadar bahwa itu bukanlah hal yang baik, makanya dengan pemikiran tidak baik itu aku akan berangsur-angsur berubah dan pasangan kita itu yang secara tidak langsung akan merubah kita.” Narasumber yang mampu mengendalikan diri untuk lebih mengurangi sifat egois pada dirinya. Dan pada narasumber kedua (Feri Dwi Hastuti) ia juga akan memposisikan dirinya untuk bisa bersikap kekanak-kanakan hanya di depan orang yang disayang, bukan ke semua khalayak luas.

5.2.2. Refleksi Penelitian Sebelumnya

(41)

yaitu motif sosial dan informasi, dan motif yang paling dominan di penelitian itu adalah motif informasi yang berarti motif seseorang yang cenderung ingin mendapatkan pengetahuan akan kondisi/keadaan yang ada di dunia ini. Di sini penulis melihat ada kesamaan dalam kepuasan narasumber yang sama, bahwa seperti yang dikatakan ketiga narasumber bahwa informasi-informasi pada image caption di akun infia_fact dapat menambah wawasan bagi para pembacanya, bahwa apa yang sebelumnya mereka tidak tahu mereka jadi tahu setelah membaca informasi pada akun tersebut, seperti contoh jawaban narasumber sebagai berikut:

“Eee.. sebenarnya dengan adanya akun ini tu sedikit lebih membantu juga ya kaya yang barusan aku baca ini ya yang dulunya aku gak ngerti sekarang aku jadi ngerti, memang dia juga

sebagai sumber informasi, tapi ada kalanya juga apa yang ditulis di sana tidak sama seperti yang aku lihat, aku rasakan dan gak

tentu seperti itu gitu lho...”

(42)

infia_fact juga memiliki ketertarika untuk mengikuti gaya-gaya/tren baru yang dibagikan oleh akun infia_fact dan dengan itu mereka dapat menjabarkan persepsi mereka tentang tres tersebut, perilaku yang akan ditimbulkan oleh narasumber akan tidak jauh dari dilakukan atau tidaknya image caption pada akun infia_fact tersebut yang bertujuan untuk membentuk citra diri mereka di mata masyarakat luas. Contohnya seperti jawaban narasumber:

“Kalau ini saya tertarik ini, setauku dalam teknik merias wajah itu awalnya kan ada kaya foundation, puffnya itu kan dikasih air. Tapi kesalahan orang Indonesia itu puffnya hanya dikasih air biasa saja, padahal lebih bagusnya puff sebelum make up itu harus menggunakan air es. Ini aku malah tertarik ketika ada

inovasi nyelupin hasil riasan ke dalam air es”(Feri Dwi Hastuti)

“Enggak sih, buat apa kantung mata? Gak usah pakai operasi-operasi kita nggak tidur aja sebenarnya kita udah punya kantung mata. Karena kan di sini dan di sana trend nya juga udah

beda kan, mungkin di sana trend ya tapi kalau di sini kita punya kantung mata malah diketawain sama orang-orang.”(Yohana

Febriasna Kusumaningtyas)

“Nah kalau ini bener banget, setuju aku. Ee.. cewek mana sih yang tidak mencari cowok yang sama seperti ayahnya? Karena

setiap wanita yang saya kenal pasti akan mencari cowok yang sesuai dengan karakter ayahnya atau mungkin caranya cowok

nge-threat sama seperti daddy nya itu nge-nge-threat ceweknya. Jadi memang benar banget, ketika cewek yang deket sama orang tuanya

pasti tau sifatnya, tau cara berkomunikasi dengan baik dan

(43)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi untuk kedua model Altman Modifikasi dan Springate sebesar 0,135 lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 0,05

hal-hal yang berkaitan dengan operasi penggunaan energi obyek yang diteliti maupun kebutuhan energi keseluruhan bangunan gedung. 4.2.3 Perhitungan dan analisis

Kesimpulan dari penelitian ini ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri pada lansia dengan rheumatoid arthritis di UPT PSTW

2. Meliputi pekerjaan penimbunan dan pemadatan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil yang telah ditentukan serta urugan pasir dibawah lantai untuk bangunan sesuai

Challenges of 3D city model visualisation include how to create the 3D scenes for multiple platforms through Internet and how to automatically generate the multiple

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B1, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

dilakukan pada umur kehamilan 14-16 minggu, jika terlalu awal cairan amnion belum cukup banyak, sedang bila terlambat akan lebih sulit membuat kultur dari sel-sel janin yang