• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER

D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF

DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA

SITE BATU KAJANG

TUGAS AKHIR

KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

MAULANA

140309235591

PROGRAM STUDI ALAT BERAT

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Arifin dan Susiani

Saudara-saudaraku yang kusayangi

Aisa dan Muhammad Nur

Teman-teman 3 TM Politeknik Negeri Balikpapan angkatan 2014

Team Undercarriage Crew

(6)

vi ABSTRAK

Bulldozer merupakan alat berat yang dirancang untuk pekerjaan mendorong,

menimbun, menggusur, dan meratakan material. Komponen utama pada bulldozer adalah engine sebagai penghasil tenaga dan kemudian tenaga tersebut dikirim ke

final drive dan kemudian diteruskan ke undercarriage. Salah satu komponen yang

terdapat pada undercarriage yaitu bushing. Bushing yang terletak pada bagian

track link yang berfungsi sebagai media persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan teeth sprocket, dan juga berfungsi sebagai komponen

yang fleksibel dari track saat bergerak menggulung. Apabila sudah terjadi keausan yang melebihi standar maka perlu dilakukan penggantian komponen. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui umur pakai dari komponen bushing sehingga, kita bisa membuat perencanaan penggantian bushing agar komponen pengganti sudah tersedia dan sebagai upaya mencegah tingginya breakdown yang disebabkan oleh pending part. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data sekunder P2U D375A-5 dari bulan Januari sampai September tahun 2014. Hasil yang di dapat selama penelitian adalah tingkat keausan perjam interval lower

limit : 0.0024 mm/jam, interval upper limit : 0.0028 mm/jam dan usia pakai bushing tercepat : 2986 jam, usia pakai bushing terlama : 3606 jam.

(7)

vii

ABSTRACT

Bulldozer is a heavy equipment designed for pushing job, hoarding, hauling, and leveling down the material. The main component of the bulldozer is the engine as a power producer and then the power is sent to the final drive and then forwarded to the undercarriage. One of the components contained in the undercarriage is bushing. Bushing is located on the track link that serves as a contiguity media between the outer diameter of the bushing with the teeth sprocket surface, and also serves as a flexible component of the track while moving rolled. If there is of wear and tear that exceeds the standard so that it is necessary to replace the component. Therefore, the researcher is interested in conducting the research that is aimed to determine the lifetime of the bushing component so we can make a replacement plan for the replacement of bushing components are available and in an effort to prevent the high breakdown that is caused by pending parts. This research used descriptive method by using secondary data of P2U D375A-5 from January to September 2014. The result of this research is the wear rate of lower limit interval: 0.0024 mm/hours, upper limit interval: 0.0028 mm/hours and Fastest bushing life time: 2986 hours, longest bushing life time: 3606 hours.

(8)
(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Batasan Masalah ... 3 1.4 Tujuan Penelitian ... 3 1.5 Manfaat Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Unit ... 4

2.1.1 Bulldozer ... 4

2.1.2 Pengkodean pada unit Dozer Komatsu D375A-5 ... 4

2.2 Definisi Undercarriage ... 5

2.2.1 Fungsi Undercarriage ... 5

2.2.2 Klasifikasi Undercarriage ... 5

2.3 Komponen Utama Undercarriage ... 6

2.3.1 Track Frame ... 6

(10)

x

2.3.3 Carrier Roller ... 7

2.3.4 Front Idler ... 9

2.3.5 Pin dan Bushing ... 9

2.3.6 Track Link ... 10

2.3.7 Track Adjuster dan Recoil Spring ... 10

2.3.8 Track Shoe ... 11

2.3.9 Guard ... 14

2.3.10 Equalizing Beam ... 15

2.4 Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU) ... 15

2.4.1 Pengukuran Link Pitch ... 16

2.4.2 Pengukuran Link Height ... 17

2.4.3 Pengukuran Bushing O.D ... 17

2.4.4 Pengukuran Grouser ... 17

2.4.5 Pengukuran Carrier Roller ... 18

2.4.6 Pengukuran Idler ... 18

2.4.7 Pengukuran Track Roller ... 19

2.4.8 Pengukuran Sprocket ... 19

2.5 Penyebab-penyebab keausan pada komponen Undercarriage ... 20

2.5.1 Penyebab-penyebab keausan pada link ... 20

2.5.2 Penyebab-penyebab Keausan pada Pin dan Bushing ... 23

2.5.3 Penyebab keausan idler ... 25

2.6 Faktor yang mempengaruhi umur pakai Undercarriage ... 27

2.7 Statistik dan Statistika ... 28

2.7.1 Metode Statistika ... 29

2.7.2 Ukuran Pemusatan Data ... 29

2.7.3 Varian dan Standar Deviasi ... 30

2.7.4 Standard Error of Mean ... 32

2.7.5 Convidence Interval ... 32

(11)

xi

2.8 Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC ... 33

2.8.1 Perhitungan Keausan Komponen Undercarriage dengan Percent Worn Chart ... 33

2.8.2 Perhitungan Tanpa Hour Left Chart ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4 Diagram Alur Metode Penelitian ... 36

3.4.1 Identifikasi Masalah ... 37 3.4.2 Rumusan Masalah ... 37 3.4.3 Studi Literatur ... 37 3.4.4 Shop Manual ... 37 3.4.5 Internet ... 37 3.4.6 Buku Referensi ... 37 3.4.7 Pengumpulan Data ... 38 3.4.8 Pemilahan Data ... 38 3.4.9 Pengolahan Data ... 38

3.4.10 Hasil Dan Pembahasan ... 38

3.4.11 Kesimpulan Dan Saran ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Program Pemeriksaan Undercarriage... 39

4.2 Pengolahan Data Dengan Statistik ... 44

4.2.1 Mencari mean, median, modus dan range ... 45

4.2.2 Varian dan Standar Deviasi ... 46

4.3 Perhitungan interval lower dan interval upper limit ... 47

4.4 Perhitungan Umur Pakai ... 48

4.5 Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC ... 48

(12)

xii

4.5.1 Perhitungan keausan komponen Undercarriage dengan Percent Worn Char ... 48 4.5.2 Perhitungan Tanpa Hour Left Chart ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 50 5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Populasi Unit di PT.Pamapersada Nusantara 1

Gambar 1.2 Diagram biaya Maintenance 2

Gambar 2.1 Bulldozer D375A-5 4

Gambar 2.2 Track Frame Tipe Rigid 5

Gambar 2.3 Track Frame Semi Rigid 6

Gambar 2.4 Track Roller 7

Gambar 2.5 Tipe Center Flange 8

Gambar 2.6 Tipe Single Flange 8

Gambar 2.7 Tipe Flat Carrier Roller 8

Gambar 2.8 Struktur Carrier Roller 9

Gambar 2.9 Front Idler 9

Gambar 2.10 Pin Dan Bushing 10

Gambar 2.11 Seald Lubricated dan Grease Sealed Tipe Rigid 10

Gambar 2.12 Track Adjuster dan Recoil Spring 11

Gambar 2.13 Single Grouser Shoe 11

Gambar 2.14 Double Grouser Shoe 12

Gambar 2.15 Triple Grouser Shoe 12

Gambar 2.16 Swamp Shoe 12

Gambar 2.17 Heavy Duty Shoe 13

Gambar 2.18 Flat Shoe 13

Gambar 2.19 Roadliner (rubber) Shoe 13

Gambar 2.20 Rock Shoe 14

Gambar 2.21 Snow Shoe 14

Gambar 2.22 Roller Guard Large Dozer 15

Gambar 2.23 Equalizing Beam 15

(14)

xiv

Gambar 2.25 Pengukuran Link Pitch 16

Gambar 2.26 Pengukuran Link Height 17

Gambar 2.27 Pengukuran Busing OD 17

Gambar 2.28 Pengukuran Grouser 18

Gambar 2.29 Penggukuran Carrier Roller 18

Gambar 2.30 Pengukuran Idler 19

Gambar 2.31 Pengukuran Track Roller 19

Gambar 2.32 Pengukuran Sprocket 20

Gambar 2.33 Keausan merata pada Link 21

Gambar 2.34 Keausan karena beeringgungan dengan Track Roller 21

Gambar 2.35 Keausan abnormal pada bagian atas link 22

Gambar 2.36 Keausan pada sisi permukaan link 22

Gambar 2.37 Keausan Track Link 23

Gambar 2.38 Singgungan antara Sprocket dan Bushing 23

Gambar 2.39 Arah keausan pada Bushing 24

Gambar 2.40 Akibat persinggungan Pin dan Bushing 25

Gambar 2.41 Idler 25

Gambar 2.42 Garis singgungan antara Track link dan Idler 26

Gambar 2.43 Komponen dalam Idler D375A-5 27

Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian 36

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kode unit 4

Tabel 2.2 Tabel factor yang mempengaruhi usia pakai Undercarriage 28

Tabel 4.1 Seluruh data P2U bushing yang diolah 40

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data P2U Dozer D375A-5

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA adalah anak perusahaan PT UNITED TRACTORS Tbk yang didirikan pada tanggal 27 September 1993 dan menjadi kontraktor terkemuka di Indonesia dan tetap konsisten hingga saat ini. Alat berat salah satu Unit Supporting pada pertambangan di bidang pemindahan tanah, pembukaan lahan dan lain-lain. Salah satunya adalah Bulldozer D375A-5 sebanyak 11 unit di PT. Pamapersada Nusantara site batu kajang.

Gambar 1.1 Populasi Unit di PT.Pamapersada Nusantara (Sumber : PT. United Tractors Tbk)

Bulldozer merupakan alat berat yang dirancang untuk pekerjaan

mendorong, menimbun, menggusur, dan meratakan material. Komponen utama pada bulldozer adalah engine sebagai penghasil tenaga dan kemudian tenaga tersebut dikirim ke final drive dan akan diteruskan oleh undercarriage.

Undercarriage merupakan bagian dari track drive system, komponen yang

terdapat di dalamnya yaitu: idler, track frame, track link, track shoe, track roller,

sprocket, carrier roller. Dalam dunia alat berat biaya perawatan yang terbesar

terletak pada bagian undercariage yang mencapai hingga 60% dari total biaya perawatan, sehingga perlu diadakan pemantauan secara berkala pada setiap komponen. 0 2 4 6 8 10 12 14

Populasi Unit di PT.PAMA

Persada Nusantara

(18)

2

Gambar 1.2 Diagram biaya maintenance (Sumber : Basic Maintenance)

Salah satu komponen yang terdapat pada undercarriage yaitu bushing.

Bushing yang terletak pada bagian track link yang berfungsi sebagai media

persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan teeth sprocket, dan juga berfungsi sebagai komponen yang fleksibel dari track saat bergerak menggulung.

Beberapa permasalahan pada bushing yang sering terjadi salah satunya adalah aus. Aus secara definisi adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena adanya gesekan antara permukaan padat dengan benda lainnya. Definisi gesekan itu sendiri adalah gaya tahan yang menahan gerakan antara dua permukaan solid yang bersentuhan maupun solid dengan liquid.

Dari uraian di atas menjelaskan bahwa bushing merupakan komponen yang memiliki peranan penting pada suatu unit undercarriage, sehingga apabila komponen tersebut mengalami masalah dapat menyebabkan unit breakdown.

Jadi sangat diperlukan untuk mengetahui umur pakai bushing pada komponen undercarriage agar tidak terjadi pending part saat melakukan overhaul yang menyebabkan unit breakdown. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Analisa umur pakai bushing pada unit dozer D375A-5

menggunakan metode deskrptif di PT Pama Persada Nusantara site batu kajang

(19)

3 1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat Latar Belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diambil rumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut :

1. Berapa tingkat keausan perjam bushing undercarriage pada dozer D375A-5 ?

2. Berapa lama usia pakai bushing undercarriage pada dozer D375A-5 ? 3. Apakah ada perbedaan perhitungan menggunakan statistik dengan

perhitungan mengunakan KUC (Komatsu Undecarriage) ?

1.3. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan yang diharapkan, maka disusun batasan masalah guna memperjelas arah dan mengendalikan model sistem yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut :

1. Hanya menggunakan data P2U dozer D375A-5 tahun 2014. 2. Tidak mengukur kekerasan material bushing.

3. Mengabaikan lingkungan dan medan operasi unit.

4. Mengabaikan prilaku operator dalam mengoperasikan unit.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penulisan tugas akhir ini yaitu :

1. Mengetahui tingkat keausan bushing perjam pada dozer D375A-5. 2. Mengetahui usia pakai bushing undercarriage pada dozer D375A-5. 3. Mengetahui perbedaan perhitungan menggunakan statistik dengan

perhitungan menggunakan KUC ?

1.5. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian dalam tugas akhir ini :

1 Mengetahui tentang perhitungan keausan bushing perjam dengan benar.

2 Menambah pengetahuan dan wawasan dari penulis kepada pembaca mengenai bushing pada undercarriage dozer.

(20)

4 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Unit

Gambar 2.1 Bulldozer D375A-5 Sumber: (https://cdn.shopify.com)

2.1.1 Bulldozer

Bulldozer adalah traktor yang mempunyai traksi besar. Dapat melakukan

pekerjaan menggusur, meratakan, menarik dan dapat dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu, berbukit dan di daerah yang berhutan.

2.1.2 Pengkodean pada unit Dozer Komatsu D375A-5

Kode Arti

D Kode Bulldozer Komatsu

37 Ukuran Unit Bulldozer

5 Tipe Pengeraknya Torq Flow Type

A Angle Dozer/Straight Dozer

5 Generation

Tabel 2.1 Kode Unit (Sumber :Basic Course I)

(21)

5 2.2 Definisi Undercarriage

Undercarriage adalah sistem penggerak untuk jenis kendaraan yang berat

roda yang digunakan dozer untuk bergerak, tidak seperti roda pada umumnya yang berbentuk bulat dan kebanyakan terbuat dari karet, undercarriage terbuat dari besi yang saling berhubungan dan digunakan karena tujuan tertentu yaitu untuk mengerakan alat berat dozer yang memiliki beban yang sangat kuat.

2.2.1 Fungsi Undercarriage

Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan

bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi:

1. Untuk menopang dan meneruskan beban unit ke tanah.

2. Bersama-sama dengan system steering dan rem mengarahkan unit bergerak maju dan mundur, kanan dan kiri.

3. Sebagai pembawa dan pendukung unit.

2.2.2 Klasifikasi Undercarriage

Undercarriage dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu tipe rigid

dan tipe semi rigid. 1. Tipe rigid

pada undercarriage tipe ini seperti di tunjukkan pada gambar 2.2 front

idler tidak di lengkapi dengan rubber pad. Final drive juga tidak

dilengkapi dengan ruber bushing dan equalizing beam hanya menempel pada main frame contoh unit yang menggunakan undercarriage tipe ini adalah dozer D80/85A dan 155A.

Gambar 2.2 Track Frame Tipe Rigid (Sumber :Basic Mechanic Course)

(22)

6

2. Tipe semi rigid

Tipe kerangka bawah ini seperti di tunjukan pada gambar 2.3 pada track

framen-nya dilengkapi dengan rubber pad dan pada sprocket dilengkapi

dengan rubber bushing. Undercarriage tipe ini equalizing beam-nya diikat dengan pin pada track frame utama.

Gambar 2.3 Track Frame Semi Rigid Sumber :Basic Mechanic Course

2.3 Komponen Utama Undercarriage 2.3.1 Track Frame

Track Frame merupakan tulang punggung dari pada undercarriage,

sebagai tempat dudukan komponen-komponen undercarriage. Setiap crawler

tractor terdapat dua buah track frame yang di pasang bagian kiri dan kanan unit. Track frame merupakan gabungan baja yang dibentuk menyerupai kotak (box)

yang disusun saling menyilang dan dirakit dengan plat baja yang dilas. Track

frame khusus dirancang agar mampu melawan beban kejut baik dalam kondisi

kerja ringan maupun berat. Berdasarkan cara pengikatannya (mounting) ke main

frame, track frame diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu tipe rigid mounting dan tipe pivot mounting. Perbedaan antara tipe rigid mounting dan tipe pivot mounting adalah :

1. Rigid mounting

Track frame dengan tipe rigid ini diikat (mounting) ke main frame

dengan kaku (rigidly). Track frame dengan tipe seperti ini biasa digunakan pada unit-unit kecil, contohnya pada unit bulldozer D41-6.

(23)

7

2. Pivot mounting

Track frame dengan tipe pivot mounting seperti ini masing-masing track frame-nya dapat bergerak secara bebas (independenly). Track frame

ini digunakan pada unit-unit dengan ukuran menengah sampai dengan unit yang berukuran besar.

2.3.2 Track Roller

Track roller yang terdapat pada sebuah undercarriage berfungsi sebagai

pembagi berat unit ke track dan sebagai pengarah track link, bukan untuk menggulung track. Track roller terdiri atas dua jenis, yaitu single flange dan

double flange. Dua jenis track roller tersebut dipasang dengan susunan tertentu

pada masing-masing track pada crawler tractor. Jumlah track roller yang terpasang pada sebuah undercarriage sangat tergantung dari panjangnya track, semakin panjang track maka semakin banyak pula susunan track roller yang terpasang.

Gambar 2.4 Track Roller (Sumber: Basic Mechanic Course)

2.3.3 Carrier Roller

Carrier roller merupakan salah satu komponen undercarriage yang

berfungsi untuk :

1. Menahan gulungan bagian dari track shoe assembly agar tidak melentur ke bawah.

2. Menjaga kelurusan antara track shoe dengan idler.

Jumlah carrier roller yang terpasang di tiap-tiap sisi track sangat

Tergantung pada panjang-pendeknya track. Umumnya jumlah carrier roller yang terpasang adalah 1 atau 2 carrier roller pada tiap sisi.

(24)

8

Terdapat 2 tipe carrier roller, yaitu tipe flange (flange type) dan tipe flat (flat type). Carrier roller tipe flange dibagi lagi menjadi 2 tipe, yaitu center flange dan single flage.

1. Center flange type pada umumnya digunakan pada unit hydrolic

excavator bulldozer ukuran kecil, dan dozer shovels. Bentuk center

flange type ditunjukkan dalam gambar 2.5.

Gambar 2.5 Tipe Center Flange (Sumber: Basic Mechanic Course)

2. Single flange type seperti ditunjukkan pada gambar 2.6 pada

umumnya digunakan pada unit bulldozer dengan ukuran sedang sampai besar dan dozer shovels.

Gambar 2.6 Tipe Single Flange

(Sumber:Basic Mechanic Course)

3. Carrier roller dengan tipe flat seperti yang ditunjukkan gambar 2.7 digunakan pada hydrolic excavator dengan ukuran kecil.

Gambar 2.7 Tipe Flat Carrier Roller (Sumber: Basic Mechanic Course)

(25)

9

4. Struktur dari carrier roller seperti ditunjukkan dalam gambar 2.8 terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan struktur track

roller. Di dalam carrier roller juga terdapat oli pelumas untuk

mengurangi terjadinya keausan antara bushing dengan shaft. Dan juga terdapat seal untuk mencegah terjadinya kebocoran oli ke luar dan sebaliknya mencegah kotoran agar jangan sampai masuk ke dalam komponen carrier roller.

Gambar 2.8 Struktur Carrier Roller (Sumber: Basic Mechanic Course)

2.3.4 Front Idler

Idler yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 di pasang pada bagian depan dari track frame yang berfungsi sebagai pengarah (guide) track link assembly dan

peredam kejut. Bagian dalam dari idler dilengkapi dengan bushing dan shaft serta oli yang berfungsi sebagai pelumas.

Gambar 2.9 Front Idler (Sumber: Basic Course I)

2.3.5 Pin Dan Bushing

Pada Gambar 2.10, Pin dan Bushing menahan kedua sambungan (link) masing-masing bagian track secara bersama. Pin berfungsi sebagai engsel untuk menghubungkan kedua track link.

(26)

10

Di dalam track yang di pasangin sekat , pin bersifat solid. Di dalam track yang di pasangi sekat dan di lumasi, pin berlubang sehingga area di antara pin dan bushing pada bagian track berikutnya dapat di lumasi.

Gambar 2.10 Pin Dan Bushing

(Sumber: http://carelong.com.cn/product-trakpin-trackbushing.asp)

2.3.6 Track Link

Track link seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 berfungsi sebagai

merubah gerakan putar menjadi gulungan dan tempat tumpuan dari track roller sehinnga memungkinkan unit dapat berjalan. Track link terdiri dari dua tipe, yaitu

sealed and lubricated type track dan grease sealed type track.

Gambar 2.11 sealed lubricated dan grease sealed tipe track

(Sumber:Basic Course I)

2.3.7 Track Adjuster dan Recoil Spring

Recoil spring yang terdapat pada komponen undercarriage seperti yang

ditunjukkan pada gambar 2.12 berfungsi untuk kejutan yang berasal dari front

idler, sehingga hal ini akan dapat memperpanjang umur komponen dan

menambah kenyamanan operator dalam mengoperasikan alat. Sedangkan track

(27)

11

Gambar 2.12 Track Adjuster dan Recoil Spring

(Sumber:Basic Mechanic Course)

2.3.8 Track Shoe

Track shoe merupakan papan baja yang diikat pada track link

menggunakan baut, fungsi utama dari Track shoe adalah landasan yang bersentuhan langsung dengan tanah sehingga saat track di tarik oleh final drive mesin dapat bergerak, berikut jenis-jenis dari track shoe :

1. Single grouser shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.13 digunakan di

dozer untuk keperluan operasi di tanah biasa/general soil (dapat juga

digunakan untuk tanah berbatu). Dapat menghasilkan penetrasi ke permukaan tanah lebih dalam dan traksi baik.

Gambar 2.13 Single Groser Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

2. Double grouser shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.14 Digunakan di dozer untuk keperluan operasi di tanah soft dan hard, ketinggian satu grouser berbeda dengan ketinggian grouser lainnya.

(28)

12

Gambar 2.14 Double Grouser Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

3. Triple grouser shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.15 Dipasang untuk keperluan operasi di tanah yang keras.

Gambar 2.15 Triple Grouser Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

4. Swamp shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.16 Dipasang untuk keperluan operasi di rawa atau di kondisi tanah basah.

Gambar 2.16 Swamp Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

5. Heavy duty shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.17 Dipasang di

dozer untuk keperluan operasi di tanah berpasir bercampur batu yang

sangat abrasive, bentuk sama dengan single grouser shoe, tetapi tebal dan kekuatan bahan berbeda.

(29)

13

Gambar 2.17 Heavy Duty Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

6. Flat shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.18 Dipasang untuk keperluan operasi jalan beraspal atau di dalam gedung.

Gambar 2.18 Flat Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 7. Roadliner (rubber) shoe ditunjukan pada gambar 2.19 Dipasang untuk

keperluan operasi jalan beraspal/di dalam gedung.

Gambar 2.19 Roadliner (rubber) Shoe

(30)

14

8. Rock shoe ditunjukan pada gambar 2.20 Dipasang di dozer untuk keperluan operasi di daerah berbatu, apabila digunakan di daerah berpasir tingkat keausannya besar.

Gambar 2.20 Rock Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

9. Snow shoe ditunjukan pada gambar 2.21 Dipasang untuk keperluan beroperasi di daerah bersalju.

Gambar 2.21 Snow Shoe

(Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008)

2.3.9 Guard

Guard seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.22 berfungsi untuk

melindungi komponen-komponen undercariage dari kerusakan yang diakibatkan oleh gesekan atau benturan dari luar, seperti kayu, batu, dan material keras lainnya. Komponen-komponen yang dilindungi oleh guard diantaranya track

(31)

15

Gambar 2.22 Roller Guard Large Dozer

(Sumber:Basic Mechanic Course)

2.3.10 Equalizing Beam

Equalizing beam seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.23 berfungsi

untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer shovel ) yang diteruskan ke

track frame tersebut dengan ditahan oleh bracket.

Gambar 2.23 Equalizing Beam

(Sumber: http://blandong.com/fungsi-dan-klasifikasi-undercarriage/)

2.4 Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU)

Tujuan dilakukan PPU adalah sebagai tindakan preventive maintenance. Agar kita dapat mengetahui tingkay kehausan pada undercarriage dan sebagai tolak ukur usia pakai komponen.

(32)

16

Gambar 2.24 flow chart program pemeriksaan Undercarriage (PPU) (Sumber: Basic Maintenance)

PPU pada Bulldozer dilakukan pada setiap 500 hours meter. Prosedur pertama sebelum dilakukan pengukuran adalah

1. Bersihkan All component Undercarriage. 2. Siapkan tools Measurment.

Semua prosedur sudah dilaksanakan, maka lakukan pada setip komponen

undercarriage sebagi berikut:

2.4.1 Pengukuran link pitch

Pada pengukuran link pitch, ukurlah panjang empat link dan hasil pengukuran di bagi empat, maka didapat hasil pengukuran yang akurat.

Gambar 2.25 Pengukuran Link Pitch (Sumber: Undercarriage Measurements)

(33)

17 2.4.2 Pengukuran Link Height

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, ukurlah ketinggian link dari track shoe sampai link pitch tread pada tiga tempat, hasil pengukuran terkecil di ambil sebagai hasil pengukuran.

Gambar 2.26 Pengukuran Link Height (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.4.3 Pengukuran Bushing O.D

Untuk mengukur diameter luar bushing gunakan multi scale, ukur bushing pada tiga tempat sehingga didapatkan hasil pengukuran yang akurat.

Gambar 2.27 Pengukuran Bushing OD (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.4.4 Pengukuran Grouser

Ukurlah ketinggian grouser dari ujung grouser sampai kepermukaan shoe menggunakan multiscale pada tiga tempat untuk mendapatan hasil yang akurat

(34)

18

Gambar 2.28 Pengukuran grouser (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.4.5 Pengukuran Carrier Roller

Untuk menggukur carrier roller gunakan outside caliper, sebelum melakukan pengukuran bersihkan permukaan tread roller dari kotoran dan tanah yang menempel, setelah bersih ukur roller pada sekitar tread dengan benar sehingga mendapatkan hasil pengukuran terkecil.

Gambar 2.29 Pengukuran Carrier Roller (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.4.6 Pengukuran Idler

Sebelum melakukan pengukuran pastikan idler dalam keadaan bersih, dalam melakukan pengukuran idler gunakan multiscale ukur kedalaman tread (

(35)

19

Gambar 2.30 Pengukuran Idler (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.4.7 Pengukuran Track Roller

Sebelum mengukur track roller bersihkan permukaan contact roller, untuk mengukur gunakan outside caliper pada contact roller dengan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Gambar 2.31 Pengukuran Track Roller (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.4.8 Pengukuran Sprocket

Sebelum melakukan pengukuran bersihkan sprocket dari kotoran, untuk mengukur sprocket digunakan alat khusus untuk mengukur keausan sprocket yaitu

sprocket wear gauge yang sesuai dengan model unit yang di ukur, untuk

mengukur sprocket garis bawah pada mal harus tepat pada sprocket. sehingga hasil pengukuran tepat.

(36)

20

Gambar 2.32 Pengukuran Sprocket (Sumber: Undercarriage Measurements)

2.5 Penyebeb-penyebab keausan pada komponen Undercarriage

Keausan pada komponen undercarriage terbagi menjadi 2 yaitu normal

limit dan impact limit.

Normal limit adalah batas keausan pada saat alat dioperasikan di daerah

yang berpasir tanpa batu dan pada kondisi dimana tidak terdapat kejutan-kejutan yang terlalu besar dan sering pada undercarriage.

Impact limit adalah batas pada saat alat dioperasikan di daerah yang

berbatu dan pada kondisi di mana undercarriage banyak sekali kejutan. Berikut adalah beberapa keausan yang terjadi pada undercarriage:

2.5.1 Penyebab-penyebab keausan pada link

1. keausan merata pada link

Keausan pada link disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah kontak langsung link dengan track roller yang menahan beban

keseluruhan tractor. Keausan akan disebabkan oleh partikel-partikel

tanah atau pasir keras yang masuk di antara permukaan link dan permukaan roller. Keausan seperti ini menyebabkan ukuran link high berkurang, dan kerusakan pada pin boos. Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan secara langsung antara flange pada track roller dengan pin boss.

(37)

21

Gambar 2.33 Keausan merata pada link

(Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu)

2. Keausan karena bersinggungan dengan track roller

Keausan pada gambar 2.34 karena permukaan link yang berlebih sempit pada ujung mata link (link joints), bagian bertanda ”A” yang mendapat tekanan dari track roller lebih besar pada bagian bertanda “B” sehingga akan cepat aus.

Gambar 2.34 Keausan karena bersinggungan dengan track roller (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu)

3. Keausan abnormal pada atas link

Keausan ini disebabkan karena bersinggungan dengan front idler. Sebetulnya hanya bagian tengah bertanda “C” dari link yang bersinggungan dengan idler. Dengan demikian keausan juga muncul seiring dengan waktu operasinya alat. Keausan seperti ini tidak akan menimbulkan masalah pada undercarriage kecuali jika keausannya sangat parah.

(38)

22

Gambar 2.35 Keausan abnormal pada bagian atas link (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu)

4. Keausan pada sisi permukaan link

Keausan terjadi akibat persinggungan permukaan link dengan permukaan sprocket teeth, permukaan front idler, track dan carrier

roller hal tersebut tidak mungkin dihindarkan. Jika ditengarai bahwa

terjadi keausan yang cepat, penyebabnya bisa dianggap bahwa terjadi kondisi pengoperasian alat yang tidak sesuai :

Akibatnya adalah berkurangnya permukaan link, maka tekanan permukaan dari track roller akan meningkat sehingga keausan permukaan link akan semakin cepat. Umur pakai roller jadi lebih pendek. Keausan yang keterlaluan menyebabkan sulitnya track link ini diremajakan.

Pencegahannya adalah :

Melakukan penyetelan track dengan benar

Mengganti shoe yang lebih pendek

Gambar 2.36 Keausan pada sisi permukaan link

(39)

23

5. Keausan track link

Penyebabnya karena keausan yang di sebabkan track link yang bergerak mengular (Snaky Track). Tengangan track yang kendor menyebabkan gerakan sanky track. Flange pada track roller seharusnya berfungsi untuk menjaga kelurusan gerak track link, maka jika mengalami kerusakan akan berakibat gerakan snaky track.

Gambar 2.37 Keausan track link

(Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu)

2.5.2 Penyebab-penyebab keausan pada Pin dan Bushing

1. Keausan normal pada Pin dan Bushing

Bushing bersinggungan dengan gigi sprocket, sehingga keausan pada

diameter luar bushing harus diteliti dengan keadaan keausan pada gigi

sprocker. Berikut ini hal-hal yang dapat membantu untuk menentukan

penyebab keausan pada diameter luar bushing.

Gambar 2.38 Singgungan antara sprocket dan bushing (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu)

(40)

24

 Keausan pada bagian luar pada arah sisi maju (F)

Keausan ini terjadi akibat gesekan antara bushing dan gigi

sprocket. Gesekan seperti ini terjadi pada bushing meninggalkan

gigi sprocket, dengan kata lain gesekan terjadi pada saat alat bergerak maju.

 Keausan pada bagian atas (V)

Keausan ini terjadi akibat gesekan antara bushing dan gigi

sprocket. pada saat bushing bekerja sepanjang lintasan gigi sprocket untuk mengisi celah backlash antara bushing dan gigi sprocket tersebut.

 Keausan pada bagian luar pada arah sisi mundur (R)

Keausan ini terjadi akibat gesekan antara bushing dan gigi

sprocket. Gesekan seperti ini terjadi pada saat bushing

bersinggungan dengan gigi sprocket pada saat final drive bergerak mundur.

Dampak dari keausan tersebut adalah ketebalan dinding bushing akan menyebabkan kemungkinan terjadi keretakan atau kerusakan pada bushing tersebut.

Gambar 2.39 Arah keausan pada bushing

(41)

25

Gambar 2.40 Akibat persinggungan Pin dan Bushing

(Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu)

2.5.3 Penyebab keausan idler

Idler berfungsi sebagai peredam kejutan pada saat ada impact dari depan

serta sebagai menegangkan dan mengendorkan track, dan membantu menggulung track link agar unit dapat bergerak.

Gambar 2.41 Idler

(Sumber: Shop Manual Komatsu D375-5)

Keausan pada idler dikelompokan menjadi dua yaitu keausan normal dan keausan abnormal.

1. Keausan Normal

Keausan normal disebabkan gesekan antara idler dan track link. Gesekan itu timbul karena adanya dua buah benda yang bertemu. Setiap benda mempunyai koefisien gesekan yang berbeda-beda. Garis singgungan antara idler hanya pada track link maka keausan hanya

(42)

26

pada link high dan depth tread-nya saja. Gesekan track link dan idler akan mengakibatkan keausan. Hal ini wajar terjadi karena idler membutuhkan traksi yang besar untuk bergerak, apabila koefisien geseknya kecil maka idler akan slip.

Gambar 2.42 Garis singgung antara track link dan idler (Sumber: Undercarriage Basic BMC)

2. Keausan Abnormal

Critical point pada idler biasanya terjadi pada shaft dan bushingnya.

Beban yang paling besar pada komponen idler adalah pada shaft yang berfungsi tumpuan atau poros putarannya.

Gaya gesekan selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala

mikroskopis. Ketika kita mencoba menggerakan sebuah

benda,tonjolan-tonjolan mikroskopis ini menggangu gerak tersebut. Sebagai tambahan, pada tingkat atom (ingat bahwa semua materi tersusun dari atom-atom), sebuah tonjolan pada permukaan menyebabkan atom-atom sangat dekat dengan permukaan lainnya. Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut melakukan gaya gesekkan antara suatu dengan yang lain. Gaya gesekan pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah gerakan benda tersebut. Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat menimbulkan aus dan

(43)

27

kerusakan. Semakin kasar bidang lintasan, maka gaya yang dibutuhkan semakin kasar. Sebaliknya semakin licin bidang tersebut maka gaya yang dibutuhkan semakin kecil. Gesekan itu timbul karena adanya dua buah benda yang bertemu. Setiap benda mempunyai koefisien gesekan yang berbeda-beda. Dibutuhkan pelumas yang tepat untuk melumasi

shaft dan bushing idler agar gesekan antara kedua komponen tersebut

dapat perkecil. Pada idler D375-5 di pasang floating seal agar mencegah kebocoran oli dan masuknya debu.

Gambar 2.43 komponen dalam idler D375-5 (Sumber: Shop Manual Komatsu D375-5)

2.6 Faktor yang mempengaruhi umur pakai Undercarriage

Hal-hal yang menyebkan panjangnya umur pakai undercarriage dapat di bagi dalam 3 kelompok :

1. Dikendalikan dari sisi perawatan undercarriage, termasuk track

tension adjustment.

2. Dikendalikan oleh metode pengoperasian alat.

3. Hal-hal yang tidak bias dikendalikan, yaitu pengaruh lingkungan seperti kondisi tanah.

Berikut ini adalah table sederhana yang menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi usia pakai undercarriage :

Shaft

Bushing

(44)

28

Tabel 2.2 Tabel factor yang mempengaruhi usia pakai undercarriage

(Sumber: Undercarriage system KUC procedure manual Komatsu) Untuk mengantisipasi keausan yang berlebihan, perlu dilakukan program

maintenance secara berkala seperti cleaning unit secara rutin dan adjust tension track apabila track link kendor, serta cek kebocoran oli setiap komponen undercarriage yang menggunakan pelumas termasuk shaft idler.

2.7 Statistik dan Statistika

Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data, dan penganalisisan data, serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang dilakukan. Salah satu ilmu yang mendasari dalam mempelajari statistika adalah peluang atau probabilitas.

Somantri (2006:18) menyatakan statistik diartikan sebagai kumpulan fakta yang berbentuk angka-angka yang disusun dalam bentuk daftar atau tabel yang menggambarkan suatu persoalan.

Salah satu alasan diperlukannya statistik adalah generalisasi akan parameter suatu populasi yang dapat diambil dengan hanya meneliti sebagian kecil anggota populasi (sampel). Generalisasi ini bukan tanpa kesalahan, tetapi secara statistik, kesalahan generalisasi dan hal lain yang berhubungan dengan sampel, pengambilan data, rumus (perhitungan) dan lain-lain selalu dapat diprediksi.

(45)

29 2.7.1 Metode Statistika

Metode statistika digolongkan menjadi dua yaitu Metode Statistika Deskriptif dan Metode Statistika Inferensia.

1. Metode Statistika Deskriptif

Somantri (2006:19) berpendapat bahwa statistika deskriptif membahas cara-cara pengumpulan data, penyederhanaan angka-angka pengamatan yang diperoleh (meringkas dan menyajikan), serta melakukan pengukuran pemusatan dan penyebaran data untuk memperoleh informasi yang lebih menarik, berguna dan mudah dipahami.Misal : ukuran tendensi sentral (central tendency),ukuran penyimpangan (standard deviasi), tabel persentase, analisis korelasi, dll

2. Metode Statistika Deskriptif

Somantri (2006:19) menyatakan bahwa statistika inferensia membahas mengenai cara menganalisis data serta mengambil keputusan (berkaitan dengan estimasi parameter dan pengujian hipotesis). Misal : analisis chi

square, analisis variance, analisis korelasi & regresi, analisis faktorial, dll.

2.7.2 Ukuran Pemusatan Data

Ukuran pemusatan data merupakan salah satu pengukuran data dalam statistika. Yang termasuk dalam ukuran pemusatan data adalah rataan (Mean), Median, Modus .

a. Mean

Mean atau rata-rata hitung adalah nilai yang diperoleh dari jumlah sekelompok data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata disimbolkan dengan x.

̅

…………..……….(2.1)

Keterangan : ̅ = mean

= banyaknya data

(46)

30

penjumlahan semua nilai Xi dalam sample

b. Median

Median adalah nilai data yang terletak di tengah setelah data diurutkan. Dengan demikian, median membagi data menjadi dua

bagian yang sama besar. Median (nilai tengah) disimbolkan dengan Me.

1) Untuk data Genap

…………..……….(2.2)

banyaknya data 2) Untuk data ganjil

Langsung mencari nilai tengah dari data yang ada, dengan catatan harus mengurutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar.

c. Modus

Modus adalah data yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi. Modus dilambangkan dengan Mo.

d. Range (rentang)

Range (rentang) adalah sample ukuran deskriptif numberic dari variasi

dalam satu set data. Jarak sama dengan nilai terbesar dikurangi nilai terkecil.

Range = Xlargest - Xsmallest………(2.3)

2.7.3 Varian dan Standar Deviasi

Selain ukuran pemusatan data, setiap data dapat ditandai dengan variasi dan bentuknya. Salah satu langkah sederhana variasi adalah rentang, perbedaan antara yang terbesar dan nilai-nilai terkecil. Lebih umum digunakan dalam statistik adalah standar deviasi dan variasi.Meskipun jangkauan dan rentang interkuartil adalah ukuran variasi, mareka tidak mempertimbangkan bagaimana

(47)

31

mendistribusikan nilai-nilai ekstrim. Dua langkah umun yang digunakan untuk memperhitungkan variasi adalah varian dan standar deviasi. Statistik ini mengukur rata-rata pencar disekitar nilai yang lebih besar berfluktuasi di atas dan nilai-nilai kecil dibawah. Salah satu langkah variasi yang berbeda dari data set ke kumpulan data perbedaan antara perbedaan antara setiap nilai dan rata-rata dan jumlah ini perbedaan kuadrat. Dalam statistic, jumlah ini disebut jumlah kuadrat (atau SS). Jumlah ini dibagi dengan jumlah minus 1 (untuk kemudian dibagi dengan jumlah nilai minus 1 (untuk data sampel) untuk mendapatkan variasi

sampel (S2). Akar kuadrat dari variasi sampel adalah deviasi standar sampel (S).

Karena jumlah perbedaan kuadrat bawah dengan aturan aritmatika akan selalu non-negatif, tidak varians atau deviasi standar tidak dapat pernah menjadi negative. Untuk hampir semua data varians dan standar deviasi akan menjadi nilai

positif. Untuk sampel yang mengandung n nilai-nilai, X1, X2, X3, . . . , Xn, sampel

varians (disimbolkan dengan symbol S2)

Sample of varian :

( ̅) ( ̅) ( ̅) ………(2.4) Standar deviasi :

∑ ( ̅) ………(2.5) Keterangan : Sample Varians S = standar deviasi ̅

( ̅) = ringkasan semua perbedaan kuadrat antara nilai X1

(48)

32 2.7.4 Standard Error of Mean

Standard error yang ditampilkan sebagai output Excel (dalam menu descriptive statistics) adalah standard error dari rata-rata (Standard Error of Mean). Ini adalah pengukuran untuk mengukur seberapa jauh nilai rata-rata

bervariasi dari satu sampel ke sampel lainnya yang diambil dari distribusi yang sama. Rumus untuk mencari standard error of mean adalah sebagai berikut :

√ …………..……….(2.6) Keterangann : 2.7.5 Convidence Interval

Convidence Interval adalah salah satu parameter lain untuk mengukur seberapa akurat Mean sebuah sample mewakili (mencakup) nilai mean populasi sesungguhnya.

a. Interval Lower Limit

Interval Lower Limit = ̅ ( )( )…………..……….(2.7)

b. Interval Upper Limit

Interval Uper Limit = ̅ ( )( )…………..……….(2.8)

Keterangan : ̅

Catatan : untuk digunakan 95% dan nilainya menjadi 1,96. Dapat

ditemukan menggunakan kalkulator distribusi normal.

2.7.6 Perhitungan Umur Pakai

Untuk mencari umur pakai komponen bushing menggunakan rumus sebagai berikut :

(49)

33

a. Umur pakai tercepat

…………..……….(2.9)

b. Umur pakai terlama

…………..……….(2.10)

2.8 Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC (Komatsu

Undercarriage)

2.8.1 Perhitungan Keausan Komponen Undercarriage dengan Percent Worn

Chart

Tingkat keausan normal berarti unit dioperasikan pada kondisi medan biasa. Tingkat keausan impact berarti unit dioperasikan pada kondisi medan yang sering mendapat beban kejut.

Tingkat keausan normal atau impact ditujukan terhadap pengukuran

bushing outside diameter (diameter luar bushing), dan link pitch. Sedangkan untuk

komponen kerangka bawah lainnya tidak dibedakan tingkat keausan normal atau

impact (hanya tercantum satu tingkat keausan).

( ) …………(2.11)

Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dapat dipakai untuk menentukan sampai berapa lama lagi komponen undercarriage dapat dipakai.

2.8.2 Perhitungan Tanpa Hour Left Chart

Service limit dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan (rumus),

tingkat ketelitian dengan menggunakan cara ini lebih akurat jika dibandingkan dengan menggunakan hour left chart. Persamaan yang dipakai sebagai berikut :

…………..……….(2.12)

keterangan :

y = wear rate ( % ) x = operation hour (jam)

(50)

34

a = konstanta, yang harus dicari terlebih dahulu

Apabila keausannya 100%, maka x2 = operating hoursnya adalah sebagai

berikut:

…………..……….(2.13)

(51)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan

data sekunder P2U dozer D375A-5 tahun 2014. Tujuanya adalah untuk mengetahui umur pakai dari komponen bushing.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2017 di

Workshop Teknik Mesin Alat Berat Politeknik Negeri Balikpapan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini, penulis mengumpulkan data berdasarkan pada teori-teori yang diperoleh selama dibangku kuliah dan pada saat

On The Job Training. Dalam pengumpulan data ini, ada beberapa teknik yang

diterapkan oleh penulis, yaitu sebagai berikut :

1. Metode literatur, penelitian memperoleh berbagai macam data yang bersumber dari buku referensi, internet, dan shop manual.

 Buku Referensi :

 Basic Maintenance. Penerbit PT. United Tractor, Jakarta, 2011

 Sistem Final Drive dan Undercarriage. Penerbit PT. United Tractor, Jakarta 2011

 Internet : pengumpulan data untuk menambahkan referensi dan hal-hal

lain yang bias di jadikan bahan pertimbangan dalam menganalisa komponen-komponen pendukung serta teori kerjanya.

Shop Manual : sumber pendoman pada suatu unit untuk mengetahui

serta menganalisa suatu masalah, dan juga mengetahui komponen-komponen seperti bushing serta cara kerjanya. Shop Manual yang digunakan penulis adalah Shop Manual D375A-5.

(52)

36 3.4 Diagram Alir Metode Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian

Mulai Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Studi Literatur

Shop Manual Internet

Buku Referensi

Hasil dan Pembahasan

Selesai Pemilahan Data Pengumpulan Data Sekunder P2U Dozer D375A-5

Pengolahan Data

(53)

37 3.4.1 Identifikasi Masalah

Sebagai langkah awal dalam penelitian ini, maka masalah yang ingin diselesaikan / diteliti harus diidentifikasikan secara jelas.

3.4.2 Rumusan Masalah

Setelah masalah teridentifikasi, maka dilanjutkan dengan perumusan masalah yang ada agar diketahui secara tepat permasalahannya. Selain itu, menentukan tujuan apa saja yang ingin dicapai dengan melakukan penelitian ini sehingga memberi pedoman pada penelitian ini agar lebih fokus dan tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan.

3.4.3 Studi Literatur

Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur yang digunakan penulis dalam menyusun tugas akhir didapat dari berbagai sumber, jurnal, internet dan shop manual.

3.4.4 Shop Manual

Shop manual dan buku-buku Training sebagai sumber pedoman untuk

menganalisa suatu masalah. Serta mengetahui komponen-komponen pada

undercarriage, terutama pada bushing serta cara kerjanya. Oleh karena itu shop manual dan buku-buku training sangat membantu dalam proses penyusunan

Tugas Akhir.

3.4.5 Internet

Internet sangat diperlukan untuk menambahkan referensi dan hal-hal lain yang bisa di jadikan bahan pertimbangan dalam menganalisa komponen-komponen pendukung serta teori kerjanya.

3.4.6 Buku Referensi

Pengumpulan data berupa jurnal-jurnal tentang penelitian serta teori-teori dasar sebagai penyusunan landasan teori pada penulisan tugas akhir analisa umur pakai bushing D375A-5.

(54)

38 3.4.7 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

report hasil P2U D375A-5 dari bulan Januari sampai September tahun 2014.

3.4.8 Pemilahan Data

Dari hasil data sekunder P2U (Program Pemeriksaan Undercarriage) yang ada kemudian pisahkan hasil pengukuran bushing untuk mencari durasi (jam), tingkat keausan (mm), tingkat keausan (mm/jam).

3.4.9 Pengolahan Data

Dari hasil perhitungan keausan perjam yang telah dilakukan apabila ada data extreme yaitu data yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak perlu digunakan karena bisa menggangu perhitungan selanjutnya.

3.4.10 Hasil dan Pembahasan

Kemudian dari hasil perhitungan keausan perjam diolah kembali untuk mencari mean, median, modus, range, varian dan standar deviasi, interval lower

dan interval upper limit, dan umur pakai pada bushing dozer D375A-5.

3.4.11 Kesimpulan dan saran

Dari hasil yang sudah diolah dan kemudian di analisa dapat ditarik kesimpulkan dalam analisa umur pakai bushing seperti mengetahui life time dan juga mengetahui keausan komponen bushing perjamnya, serta memberikan saran kepada pembaca apabila akan meneliti lebih lanjut tentang tugas akhir ini.

(55)

39 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Program Pemeriksaan Undercarriage

Data hasil Program Pemeriksaan Undercarriage (P2U) komponen Bushing hanya tercantum pengukuran komponen undercarriage RH dan LH, Schedule (SMR) unit, nominal measurement dan rebuld limit. Dan data unit yang dilakukan P2U sebanyak 7 unit Bulldozer Komatsu D375A-5 dengan nomor unit :

1. DZ401 4. DZ453 7. DZ476

2. DZ412 5. DZ465

3. DZ448 6. DZ470

Dibawah ini adalah data bushing P2U Dozer yang di gunakan, sebelum dipilah:

Gambar 4.1 Data P2U Unit Dozer D375A-5

Nominal Meas. Rebuild

Limit Left Right Left Right Left Right Left Right Left Right

1121.2 1141.2 56.0 38.0 18.8 10.3 116.0 53.0 40.0 27.5 40.0 27.5 40.0 27.5 22.5 35.0 0.0 6.0

56.0 56.3 19% 18% 23-Apr-15 27-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu 56.3 56.2 18% 18% 27-Apr-15 26-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu 56.5 56.3 17% 18% 30-Apr-15 27-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu 56.0 56.5 19% 17% 23-Apr-15 30-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu 56.5 56.3 17% 18% 30-Apr-15 27-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu 56.0 56.5 19% 17% 23-Apr-15 30-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu 56.0 56.2 19% 18% 23-Apr-15 26-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 18281 18281 2400 2400 Komatsu Komatsu

2.0 2.0 33% 60.0 39.0 2400 2400 Komatsu 18281 18-Nop-14 18-Nop-14 18281 33% Komatsu Komatsu Komatsu 2400 18281 18281 05-Mar-14 05-Mar-14

25.0 25.0 20% 20% 21-Apr-15 21-Apr-15 05-Mar-14 05-Mar-14 2400

46% 13-Nop-14 05-Nop-14 05-Mar-14 05-Mar-14 35.2 34.2 38% 35.6 35.0 35% Komatsu Komatsu Komatsu 2400 2400 2400 Komatsu 18281 18281 18281 2400 18281 98.0 98.0 29% 29% 40% 29% Komatsu Komatsu 2400 2400 2400 Komatsu 18281 18281 18281 2400 18281 Komatsu 28-Mar-15 28-Mar-15 05-Mar-14

22-Mar-15 26-Mar-15 53.2 53.6 16% 1124.0 1124.0 14% 16.2 16.3 31% 14% 07-Mei-15 07-Mei-15 18281 18281 2400 HM Install Komatsu Komatsu Komatsu 2400 2400 Komatsu 2400 18281 18281 13% 03-Mei-15 09-Mei-15 05-Mar-14 05-Mar-14 05-Mar-14 05-Mar-14 Components Measurement % worn

LH Replacement Plan on RH Replacement Plan on

HM Install Life Time LH Life Time RH BRAND PARTS 05-Mar-14 05-Mar-14 05-Mar-14 05-Mar-14 05-Mar-14 16-Nop-14 12-Nop-14

(56)

40

Dari gambar 4.1 dapat diketahui, data yang digunakan hasil P2U pada tahun 2014 sebelum melakukan pengolahan.

a. Mencari durasi pemakaian unit perbulan :

Durasi = HM Bulan Ke 2 (08-Feb-14) - HM Bulan Ke 1 (06-Jan-14) Durasi = HM Bulan Ke 2 (08-Feb-14) - HM Bulan Ke 1 ( 06-Jan-14) = 18858 - 18398

= 460

b. Mencari tingkat keausan per-jam :

Keausan per-jam = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Tabel 4.1 Seluruh data P2U bushing yang diolah

Kode Unit HM saat pengukuran Hasil pengukuran (mm) Durasi (Jam) Tingkat Keausan (mm) Tingkat Keausan (mm)/Jam LH RH LH RH LH RH DZ401 31154 18.8 18.8 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ401 31604 17.5 17.5 450 1.3 1.3 0.0029 0.0029 DZ401 32004 16.2 16.4 400 1.3 1.1 0.0033 0.0028 DZ401 32404 15.2 15.3 400 1.0 1.1 0.0025 0.0027 DZ401 32825 14.6 14.5 421 0.6 0.8 0.0014 0.0019 DZ401 33225 12.2 12.5 400 2.4 2.0 0.0060 0.0050 DZ401 33625 11.2 11.3 400 1.0 1.2 0.0025 0.0030 DZ401 34025 11.2 11.3 400 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ401 34425 10.5 10.6 400 0.7 0.7 0.0018 0.0018 DZ412 28079 14.2 14.2 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ412 28539 13.2 13.0 460 1.0 1.2 0.0022 0.0026

(57)

41 DZ412 28939 12.6 12.5 400 0.6 0.5 0.0015 0.0013 DZ412 29339 11.1 11.3 400 1.5 1.2 0.0038 0.0030 DZ412 29739 10.2 10.2 400 0.9 1.1 0.0023 0.0028 DZ412 30139 9.0 9.2 400 1.2 1.0 0.0030 0.0025 DZ412 30539 9.0 9.2 400 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ412 30939 9.0 9.2 400 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ412 31339 8.0 8.2 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ448 18935 18.8 18.8 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ448 19395 18.8 18.8 460 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ448 19795 18.0 18.0 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ448 20195 17.5 17.6 400 0.5 0.4 0.0013 0.0010 DZ448 20595 17.0 17.0 400 0.5 0.6 0.0013 0.0015 DZ448 20995 16.2 16.0 400 0.8 1.0 0.0020 0.0025 DZ448 21395 16.2 16.0 400 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ448 21795 15.0 15.0 400 1.2 1.0 0.0030 0.0025 DZ448 22195 14.2 14.2 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ453 18398 15.5 15.6 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ453 18858 14.6 14.5 460 0.9 1.1 0.0020 0.0024 DZ453 19258 13.2 13.2 400 1.4 1.3 0.0035 0.0033 DZ453 19658 12.6 12.5 400 0.6 0.7 0.0015 0.0018 DZ453 20058 11.2 11.3 400 1.4 1.2 0.0035 0.0030 DZ453 20458 10.0 10.3 400 1.2 1.0 0.0030 0.0025 DZ453 20858 9.0 9.0 400 1.0 1.3 0.0025 0.0033 DZ453 21258 8.0 8.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ453 21658 7.0 7.6 400 1.0 0.4 0.0025 0.0010 DZ465 15042 15.5 15.5 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ465 15502 14.2 14.3 460 1.3 1.2 0.0028 0.0026 DZ465 15902 13.2 13.4 400 1.0 0.9 0.0025 0.0023 DZ465 16302 12.9 12.5 400 0.3 0.9 0.0007 0.0023 DZ465 16702 11.0 11.0 400 1.9 1.5 0.0048 0.0038 DZ465 17102 10.2 10.2 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ465 17502 8.5 8.6 400 1.7 1.6 0.0043 0.0040

(58)

42

Pada tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa data yang di beri warna kuning adalah data yang tidak valid atau data extrem. Data tersebut tidak dapat di olah pada saat pengujian, maka data tersebut dapat dibuang.

c. Menyatukan semua data

Selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah menyatukan semua data P2U yang sudah di cari durasi dan tingkat keausannya dari total 7 unit menjadi satu seperti tabel 4.2 dibawah. Selanjutnya adalah membuang data ekstrim, data ekstrim yang dimaksud adalah data hasil pengukuran yang berbeda jauh dengan data-data yang lain apakah itu pengukurannya yang terlalu tinggi atau pengukurannya yang terlalu rendah. DZ465 17902 7.0 7.0 400 1.5 1.6 0.0038 0.0040 DZ465 18302 6.0 6.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ470 16216 17.2 17.5 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ470 16676 16.2 16.2 460 1.0 1.3 0.0022 0.0028 DZ470 17076 14.5 14.2 400 1.7 2.0 0.0043 0.0050 DZ470 17476 13.2 13.0 400 1.3 1.2 0.0033 0.0030 DZ470 17892 11.2 11.1 416 2.0 1.9 0.0048 0.0046 DZ470 18308 10.0 10.0 416 1.2 1.1 0.0029 0.0026 DZ470 18708 9.0 9.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ470 19108 8.0 8.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ470 19508 8.0 8.0 400 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ476 13962 18.0 18.0 0 0.0 0.0 0.0000 0.0000 DZ476 14422 17.1 17.4 460 0.9 0.6 0.0020 0.0013 DZ476 14822 16.5 16.5 400 0.6 0.9 0.0015 0.0023 DZ476 15222 15.6 15.6 400 0.9 0.9 0.0023 0.0023 DZ476 15647 14.6 14.5 425 1.0 1.1 0.0024 0.0026 DZ476 16072 13.2 13.2 425 1.4 1.3 0.0033 0.0031 DZ476 16472 12.0 12.1 400 1.2 1.1 0.0030 0.0028 DZ476 16872 11.2 11.3 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ476 17272 10.3 10.5 400 0.9 0.8 0.0023 0.0020

(59)

43

Tabel 4.2 Hasil pengolahan data P2U bushing

Kode Unit HM saat pengukuran Hasil pengukuran (mm) Durasi (Jam) Tingkat Keausan (mm) Tingkat Keausan (mm/jam) LH RH LH RH LH RH DZ401 31604 17.5 17.5 450 1.3 1.3 0.0029 0.0029 DZ401 32004 16.2 16.4 400 1.3 1.1 0.0033 0.0028 DZ401 32404 15.2 15.3 400 1.0 1.1 0.0025 0.0028 DZ401 32825 14.6 14.5 421 0.6 0.8 0.0015 0.0020 DZ401 33625 11.2 11.3 400 1.0 1.2 0.0025 0.0030 DZ401 34425 10.5 10.6 400 0.7 0.7 0.0018 0.0018 DZ412 28539 13.2 13.0 460 1.0 1.2 0.0022 0.0027 DZ412 28939 12.6 12.5 400 0.6 0.5 0.0015 0.0013 DZ412 29339 11.1 11.3 400 1.5 1.2 0.0038 0.0030 DZ412 29739 10.2 10.2 400 0.9 1.1 0.0023 0.0028 DZ412 30139 9.0 9.2 400 1.2 1.0 0.0030 0.0025 DZ412 31339 8.0 8.2 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ448 19795 18.0 18.0 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ448 20195 17.5 17.6 400 0.5 0.4 0.0013 0.0010 DZ448 20595 17.0 17.0 400 0.5 0.6 0.0013 0.0015 DZ448 20995 16.2 16.0 400 0.8 1.0 0.0020 0.0025 DZ448 21795 15.0 15.0 400 1.2 1.0 0.0030 0.0025 DZ448 22195 14.2 14.2 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ453 18858 14.6 14.5 460 0.9 1.1 0.0020 0.0024 DZ453 19258 13.2 13.2 400 1.4 1.3 0.0035 0.0033 DZ453 19658 12.6 12.5 400 0.6 0.7 0.0015 0.0018 DZ453 20058 11.2 11.3 400 1.4 1.2 0.0035 0.0030 DZ453 20458 10.0 10.3 400 1.2 1.0 0.0030 0.0025 DZ453 20858 9.0 9.0 400 1.0 1.3 0.0025 0.0033 DZ453 21258 8.0 8.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ453 21658 7.0 7.6 400 1.0 0.4 0.0025 0.0010

(60)

44 DZ465 15502 14.2 14.3 460 1.3 1.2 0.0029 0.0027 DZ465 15902 13.2 13.4 400 1.0 0.9 0.0025 0.0023 DZ465 16702 11.0 11.0 400 1.9 1.5 0.0048 0.0038 DZ465 17102 10.2 10.2 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ465 17502 8.5 8.6 400 1.7 1.6 0.0043 0.0040 DZ465 17902 7.0 7.0 400 1.5 1.6 0.0038 0.0040 DZ465 18302 6.0 6.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ470 16676 16.2 16.2 460 1.0 1.3 0.0022 0.0029 DZ470 17476 13.2 13.0 400 1.3 1.2 0.0033 0.0030 DZ470 18308 10.0 10.0 416 1.2 1.1 0.0029 0.0027 DZ470 18708 9.0 9.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ470 19108 8.0 8.0 400 1.0 1.0 0.0025 0.0025 DZ476 14422 17.1 17.4 460 0.9 0.6 0.0020 0.0014 DZ476 14822 16.5 16.5 400 0.6 0.9 0.0015 0.0023 DZ476 15222 15.6 15.6 400 0.9 0.9 0.0023 0.0023 DZ476 15647 14.6 14.5 425 1.0 1.1 0.0024 0.0026 DZ476 16072 13.2 13.2 425 1.4 1.3 0.0033 0.0031 DZ476 16472 12.0 12.1 400 1.2 1.1 0.0030 0.0028 DZ476 16872 11.2 11.3 400 0.8 0.8 0.0020 0.0020 DZ476 17272 10.3 10.5 400 0.9 0.8 0.0023 0.0020

Pada table 4.2 Total ada 46 data pengukuran Bushing dari 63 data pengukuran dari 7 unit Bulldozer yang bisa digunakan, ada beberapa data extrem yang dibuang karena tidak dapat melakukan perhitungan maupun pengujian.

4.2 Pengolahan Data Dengan Statistik

Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data, dan penganalisisan data, serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang dilakukan.

(61)

45

4.2.1 Mencari Mean, Median, Modus dan Range

a. Mean ̅ ∑ ̅ ̅

Dari hasil perhitungan diatas diketahui mean atau rata-rata keausan pada bushing adalah 0,0026.

b. Median

Dari hasil tersebut diketahui bahwa median atau nilai tengah berada pada urutan 23,5. Jadi data pada urutan 23 dan urutan 24 di jumlah lalu di bagi 2 sehingga hasilnya adalah Me = 0,0025

c. Modus

Pada bab 2 telah dijelaskan bahwa modus adalah data yang sering muncul / data yang paling banyak muncul dari keseluruhan data

yang ada :

Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah dari tiap data adalah sebagai berikut :

1. 0,0013 = 2 data

2. 0,0015 = 4 data

3. 0,0018 = 1 data

(62)

46 5. 0,0022 = 2 data 6. 0,0023 = 3 data 7. 0,0024 = 1 data 8. 0,0025 = 10 data 9. 0,0029 = 3 data 10. 0,0030 = 4 data 11. 0,0033 = 3 data 12. 0,0035 = 2 data 13. 0,0038 = 2 data 14. 0,0043 = 1 data 15. 0,0048 = 1 data

Data dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa keausan yang paling sering muncul adalah 0,0025 sebanyak 10 data, sehingga dapat diketahui Modusnya adalah 0,0025.

d. Range (rentang)

Range = XLarges - Xsamalles = 0,0048 – 0,0013 = 0,0035

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Range (Rentang) keausan dari data pada tabel 4.2 adalah 0,0035

4.2.2 Varian dan Standar Deviasi

Sample of Varian ∑ ( ̅) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Referensi

Dokumen terkait