• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Regulasi Penyelenggaraan Autonomous Rail Rapid Transit/Tram Otonom di Indonesia: Penyusunan Naskah Akademik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Regulasi Penyelenggaraan Autonomous Rail Rapid Transit/Tram Otonom di Indonesia: Penyusunan Naskah Akademik"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Regulasi Penyelenggaraan Autonomous

Rail Rapid Transit/Tram Otonom di Indonesia:

Penyusunan Naskah Akademik

Kerjasama Penelitian

Badan Litbang Kementerian Perhubungan – Institut Teknologi Bandung – Universitas Gadjah Mada

(2)

Agenda| Topik Diskusi Regulasi Tram Otonom

No

Topik

Penyusun

1

Regulasi Penyelenggaraan Tram Otonom

Ir. Sigit P. Santosa MSME, Sc.D., IPU

2

Sistem operasi Tram Otonom:

a) Tram otonom dalam rencana tata ruang kota

b) Isu operasional Tram Otonom

Dr. Ir. Binsar PH Naipospos

Ir. Sony Sulaksono Wibowo, MT, Ph.D

3

Standar teknis Tram Otonom:

a) Komponen Teknis & Teknologi, Penyusunan Regulasi Teknis

Dr. Augie Widyotriatmo, S.T., M.T

Dr. Eng. Bentang Arief Budiman

4

a) Sistem keselamatan & keamanan, sertifikasi, pengujian,

perawatan tram otonom

b) Manajemen risiko

Ir. Rachman Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D

5

Regulasi Badan Pengelola, Manajemen SDM, Pengusahaan

dan Pembiayaan Tram Otonom (TO)

Dr.rer.pol Eko Agus Prasetio, S.T., MBA

(3)

Tenaga Ahli, Asisten, dan Tim Pendamping

No

Nama

Posisi

1 Dr. Ir. Sigit P. Santosa, MSME.

Ahli Bidang Intelligent Transport

2 Dr. Eng. Bentang Arief Budiman

Ahli Bidang Elektrifikasi Transportasi Masal

3 Rachman Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D.

Ahli Bidang Keselamatan Transportasi Masal

4 Dr. Augie Widyotriatmo, S.T., M.T

Ahli Bidang Kontrol, Automasi Transportasi

5 Dr. Ir. Binsar PH Naipospos

Ahli Bidang Perencanaan Transportasi dan Tata Ruang

6 Dian Agung Wicaksono, SH, LL.M.

Ahli Bidang Regulasi dan Hukum

7 Ir. Sony Sulaksono Wibowo, M.T., Ph.D.

Ahli Bidang Perencanaan Transportasi Perkotaan

8 Dr.rer.pol.Eko Agus Prasetio, S.T., MBA

Ahli Bidang Kajian Bisnis, Pembiayaan dan Manajemen Risiko

Tenaga Ahli

No

Nama

1 Muhammad Farda, S.T., M.Sc.(Eng)

2 Adni Bidari Putri, S.T., M.Sc.

3 Siti Raudhatul Fadillah, S.T., M.T.

4 Dita Novizayanti, S.Si.

5 Ulfah Aliifah Rahmah, S.T., M.T.

6

7

Husnul Amri, S.Si.

Bimo Fajar Hantoro, SH

8 Yuniasih Tinekaningrum, SP.

Asisten

No

Nama

1

Dr. Agus Edi Susilo, S.E, M.Sc

2

Dr. Agus Santoso, M.Sc.

3

Drs. EK. Rarendra D., M.Sc.

4

5

Ir. Mutharuddin, M.Si, M.MTr.

Subaryata, S.E.

6

7

Yogi Arsandi S.T., M.T.

Budi Dwi Hartanto, S.T., M.Sc.

8

Tetty Sulastri MBA

9

Arbie Sianipar, S.T.

10

Rida Zakiyah, S.T.

(4)

01

Regulasi Penyelenggaraan Tram Otonom

(Ir. Sigit P. Santosa MSME, Sc.D., IPU)

1. Benchmarking Regulasi Internasional

2. Regulasi Terkait di Indonesia

(5)

Benchmark

Regulasi

Tram

Otonom

Benchmark| Mapping & Rencana Regulasi Tram Otonom

Sistem operasi,

standar teknis

Keselamatan,

Sertifikasi, SDM

❑PP

❑Perpres

❑PM

Draft Konten

Regulasi Tram

Otonom:

Regulasi

Kereta/ LLAJ

Indonesia

• Mapping

Adopsi/Modifikasi

• Rencana Konten

Regulasi

(6)

Definisi

Definisi Trem Otonom: moda transportasi massal berbasis listrik dengan roda karet yang bergerak pada rel virtual dalam

batas tertentu, serta menggunakan sistem otomatis, kontrol keselamatan dan persinyalan yang aktif.

Di beberapa negara lain, istilah TO menggunakan istilah lain seperti Trackless Tram (di Eropa) dan Autonomous Rail-Rapid

Transit/ART (di China).

Sistem Tram dan Road Crossing (Belanda)

• Perbedaan trem dan kereta:

• Train (kereta) bersifat coarse-meshed, memiliki

kecepatan tinggi, kapasitas besar, infrastruktur

mandiri, terpisah dari jalan.

• Tram bersifat fine-meshed, infrastruktur

semi-mandiri, beroperasi seperti kendaraan di jalan.

• Light train di area perkotaan dapat berupa metro

atau tram.

• Tipe trem:

• City trams: mixed traffic

• Regional trams: semi-mixed traffic

• Inter-regioinal trams: exclusive lane, express

(7)

Benchmark| Referensi Regulasi Negara Lain

Sistem Operasi

Aspek Kritis:

• Manajemen rekayasa

lalu lintas

• Limitasi kecepatan

• Alur penumpang dalam

kendaraan TO

Referensi:

DB 43T-1835 (China)

Local railway & Tramway

Act (Belanda)

Standard Teknis

Aspek Kritis:

Spesifikasi teknis teknologi

Standar teknis rangka

kendaraan/sarana

Sistem persinyalan dan

komunikasi

Standar teknis jalur virtual

Ketentuan prasarana jalan

Referensi:

• DB 43T-1835 (China)

• German Road Traffic Act (German) • BOStrab (German)

• UN ECE/Trans/WP.29/2020/81 (UN) • SAE J2399_201409 (SAE

International)

• UK Tramways Principles & Guidance (UK)

• UK Design Requirements for Street Track – Tram (UK)

Bisnis, Pembiayaan

dan Manajemen Resiko

Sistem Keselamatan

Aspek Kritis:

• Standar uji dan inspeksi

untuk peralatan dan

mesin kendaraan TO

Referensi:

DB 43T-1837 (China)

Safety tram and road

crossing (Belanda)

Aspek Kritis:

Organisasi dan lingkup

badan pengelola

TKDN dan penelitian

dalam negeri

Manajemen SDM

Skema pengusahaan dan

pembiayaan

Referensi:

(8)

Benchmark| Referensi Regulasi Nasional

Sistem Operasi

Aspek Kritis:

• Stakeholders terkait

penyelenggaraan

• Posisi perencanaan TO

• Manajemen rekayasa

lalu lintas

• Prasarana dan fasilitas

pendukung

Referensi:

UU 23 thn 2007

UU 22 thn 2009

PM 20 thn 2010

PM 175 thn 2015

dst

Standard Teknis

Aspek Kritis:

• Pembebanan jalan

• Spesifikasi teknis

kereta (rangka, sistem

monitoring, kabin, dll.)

• Persyaratan sistem

informasi dan

komunikasi

Referensi:

UU 22 thn 2009

Perpres 55 thn 2019

PP 55 thn 2012

PP 6 thn 2017

PM 175 thn 2015

dst

Bisnis, Pembiayaan

dan Manajemen Resiko

Sistem Keselamatan

Aspek Kritis:

• Standar uji peralatan

dan kendaraan

Referensi:

PM 13 thn 2011

Bisnis, Pembiayaan

dan Manajemen Resiko

Referensi: • UU 23 thn 2007 • Perpres No. 103 2015 • Perpres No. 55 2019 • PM 31 thn 2012 • PM 20 thn 2011 • PM 74 2015 • PM 91 2018 • PM 9 2020 • PP 51 2012

Aspek Kritis:

Organisasi dan lingkup

badan pengelola

TKDN dan penelitian

dalam negeri

Manajemen SDM

Skema pengusahaan dan

(9)

Regulasi| Rencana Materi dan Muatan

▪ Definisi tram otonom

▪ Klasifikasi tram berdasarkan

cakupan wilayah: kota, regional,

inter-regional

▪ Pengaturan prioritas interaksi

lalulintas dan kecepatan

▪ Pengaturan jalur operasi

(mixed/dedicated)

▪ Standard jalur virtual dan beban

jalan (10T)

▪ Standard teknis tram: dimensi,

body, interior, kapasitas 5-6/m

2

,

SDM, dan perawatan

▪ Badan / Lembaga pengatur dan

pengawas keselamatan

▪ Standard sistem otonom,

komunikasi, dan persinyalan

▪ Standar keselamatan

▪ Pengujian dan sertifikasi tram

▪ Tanggung jawab dan penyelidikan

kecelakaan

▪ Sertifikasi dan lisensi operator

▪ Manajemen operasi, bisnis, mitigasi

resiko

(10)

Strategy| Rencana Regulasi Tram Otonom

UU

• UU 23/2007

Perkeretaapian

PP/

Perpres

• Strategi pengembangan, Badan/Lembaga Pengatur TO

• R&D dan TKDN

• Infrastruktur & charging

• Tata ruang

• Insentif Fiskal & Non-fiskal

PM

• Standar Operasi

• Standar Teknis

• Standar Pelayanan

• Standar Keselamatan

• Pengujian & Sertifikasi

Perlu sinkronisasi rencana regulasi yang

melibatkan semua stakeholder:

(11)

Penyusunan Naskah Akademik

Naskah Akademik

tentang

Penyelenggaraan Trem

Otonom di Indonesia

Regulasi

Nasional

Adaptasi

dan

Modifikasi

ASPEK

Teknis

Yuridis

Manajemen

Bisnis

Tata

Ruang

Regulasi

Negara Lain

Kajian yang

pernah dilakukan

FGD

Data teknis,

proyek eksisting

Expert

Judgement

(12)

02

Sistem Operasi Tram Otonom

(Dr. Ir. Binsar PH Naipospos , Ir. Sony Sulaksono Wibowo, MT, Ph.D)

1. Trem Otonom dalam Rencana Tata Ruang

Kota

(13)

Trem Otonom dalam Rencana Tata Ruang

Undang- Undang dan Peraturan Pemerintah terkait Tata Ruang

UU RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang

• Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar

pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah dapat diberikan insentif

dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah.

• Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

b. Pemerintah daerah kepada pemerintah

daerah lainnya; dan

c.

Pemerintah kepada masyarakat.

Pelaksanaan Penataan

Ruang

Insentif Trem Otonom

• keringanan pajak, pemberian

kompensasi, subsidi silang,

imbalan, sewa ruang, dan urun

saham

• pembangunan serta pengadaan

infrastruktur;

• kemudahan prosedur perizinan;

dan/atau

• pemberian penghargaan kepada

masyarakat, swasta dan/atau

pemerintah daerah.

Disinsentif Trem Otonom

• pengenaan pajak yang tinggi

yang disesuaikan dengan

besarnya biaya yang dibutuhkan

untuk mengatasi dampak yang

ditimbulkan akibat pemanfaatan

ruang; dan/atau

• pembatasan penyediaan

infrastruktur, pengenaan

kompensasi, dan penalti.

(14)

13

• Mayoritas permukiman

• Terdapat ruang terbuka hijau di bagian utara

dan selatan Kota Denpasar

Contoh: Kota Denpasar

• 4 Kecamatan

• 5 Wilayah Pengembangan

• 16 Sub Wilayah Pengembangan

Karakteristik:

(15)

14

Trem Otonom dalam Rencana Tata Ruang Kota

No

Isu

Regulasi Terkait

Keterangan

1

Diperlukan penentuan

prasarana/jalur khusus tram

otonom

UU No. 23 Tahun

2007 tentang

Perkeretaapian

Pasal 35:

Prasarana perkeretaapian

umum dan perkeretaapian khusus meliputi : a. jalur kereta

api; b. stasiun kereta api; dan c. fasilitas operasi kereta api)

2

Diperlukan adanya rencana induk

trem otonom

PP No. 56 Tahun

2009 tentang

Penyelenggaraan

Perkeretaapian

pasal 34 : Penyusunan rencana induk perkeretaapian dilakukan dengan memperhatikan

penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian sesuai dengan jenis kereta api yang

meliputi: a. kereta api kecepatan normal; b. kereta api kecepatan tinggi; c. kereta api monorel; d.

kereta api motor induksi linier; e. kereta api gerak udara; f. kereta api levitasi magnetik; g. trem;

dan h. kereta gantung)

3

Diperlukan adanya batasan definisi

dari jalur tram otonom

PP No. 56 Tahun

2009 tentang

Penyelenggaraan

Perkeretaapian

pasal 42: Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a meliputi: a. ruang

manfaat jalur kereta api; b. ruang milik jalur kereta api; dan c. ruang pengawasan jalur kereta api.

4

Diperlukan adanya definisi khusus

terkait tingkat pelayanan trem

otonom

PP No. 72 Tahun

2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan

Kereta Api

pasal 15 : Jaringan

pelayanan perkeretaapian perkotaan

diselenggarakan dengan ciri-ciri

pelayanan: a. menghubungkan beberapa stasiun di wilayah perkotaan; b. melayani banyak

penumpang berdiri; c. memiliki sifat perjalanan ulang alik/komuter; d. melayani penumpang

tetap; e. memiliki jarak dan/atau waktu tempuh pendek; dan f. melayani kebutuhan angkutan

penumpang di dalam kota dan dari daerah sub-urban menuju pusat kota atau sebaliknya.)

5

Diperlukan penyesuaian definisi

badan jalan karena adanya tram

otonom di badan jalan

PP No. 34 Tahun

2006 tentang Jalan

(16)

Usulan Regulasi | Sistem Operasi TO

Penyelenggaraan TO

Siapa saja yang bertanggung jawab

dalam operasi TO?

Apa hak dan kewajiban dari pihak

(stakeholder) yang terlibat?

Posisi Perencanaan TO

Ketentuan terkait pembaharuan

pemasukan TO sebagai bagian dari

rencana

induk

transportasi

(perkeretaapian) di Indonesia.

Penggunaan Jalan

Penyesuaian

(manajemen

serta

rekayasa

lalu

lintas)

dalam

penggunaan jaringan jalan dengan

adanya TO yang beroperasi.

Peran TO sebagai Penghubung

Pusat Pertumbuhan

Ketentuan

pusat

pertumbuhan

mana saja yang dapat dihubungkan

oleh TO.

Prasarana dan Fasilitas yang

Mendukung TO

Spesifikasi prasarana dan fasilitas

TO

mulai

dari

jalur,

tempat

perhentian

dan

signase

yang

(17)

Ilustrasi Implementasi pada rencana jalur trem Surabaya untuk operasional TO

US-3 Taman Bungkul: 6/2 D US-6 Panglima Sudirman: 4/2 D

US-22/23 Tunjungan/Genteng:

2/1

US-16 JL. Rajawali: 4/1

US-9 Embong Malang: 4/2 UD

US-26 JL. Sonokembang: 4/2 D

US-17 Jembatan Merah: 4/2 D

US-12 Bubutan: 5/1

26 STASIUN TRAM

Jarak antar stasiun • Max : 0,75 km • Min : 0,40 km

Sumber:

Pra Studi Kelayakan AUMC Pemkot Surabaya (2012)

Isu Regulasi terkait Operasional

ASPEK LAJUR JALAN

• Ketentuan jumlah lajur jalan

• Ketentuan lajur operasional → paling kanan, kiri,

contra flow

• Dedikasi lajur → full/part dedicated lane

KELAS DAN FUNGSI JALAN

• Minimum fungsi dan kelas jalan

BATASAN KECEPATAN

• Kecepatan mendekati persimpangan (approach

speed)

• Kecepatan pada lajur jalan

PRIORITAS DI PERSIMPANGAN

• Pengaturan lampu → signal priority

• Prioritas pada simpang tidak bersinyal

• Prioritas dengan penyeberang jalan

PENGATURAN DI KAWASAN KHUSUS

• Kawasan Zona selamat sekolah, RS, dll

Isu Operasional Tram Otonom |

(18)

Usulan Regulasi | Sistem Operasi TO

▪ TO dioperasikan pada fungsi jalan minimum Kolektor Primer

▪ TO hanya dapat dioperasikan pada jalan yang memiliki sekurang-kurangnya 4/2 D (4 lajur 2 arah terbagi).

▪ TO pada segmen jalan dengan minimum 6/2D (6 lajur dua arah terbagi)

o Memiliki dedicated lane dengan pembatas fisik dan menggunakan jalur yang paling jalan

o Jenis perkerasan pada jalur TO disesuaikan dengan karakteristik operasional TO (terkait sensor)

o Pada kondisi khusus, TO-lane dapat sharing hanya dengan angkutan umum jenis bus.

▪ TO dapat dioperasikan kriteria yang kurang dari 6/2D dengan pembatasan

o Minimal 4/2 D dan dengan manajemen lalu lintas yang ketat (Larangan parking on-street dan bebas hambatan samping sepanjang waktu)

o Penerapan contra flow dimungkinkan jika digunakan pembatas fisik

LA

JUR

OPE

RA

SI

O

N

A

L

▪ Batasan kecepatan:

o Persimpangan: 20 km/jam

o Ruas jalan dg pembatas fisik: 60 km/jam

o Ruas jalan dg share-lane: 40 km/jam

K

ECEP

A

TAN

▪ Sistem kontrol dan sensor pada TO sedemikian rupa sehingga setiap mendekati

persimpangan bersinyal, selalu mendapatkan 'green light’ (TO priority system)

▪ Sistem navigasi pada TO untuk real time information tentang kedatangan TO pada

halte

TEKNOL

OG

I

(19)

Usulan Regulasi |

Isu Konflik TO dengan Lalu lintas dan Pedestrian

▪ TO priority system pada persimpangan bersinyal

▪ Kewajiban kendaraan mendahulukan TO

▪ Integrasi rambu dan isyarat untuk lalu lintas, penyebrang jalan dan

pergerakan TO

PERSIMPANGAN SEBIDANG

▪ Tidak ada fasilitas zebra cross dengan dan tanpa isyarat pada jalur TO

kecuali di persimpangan bersinyal

▪ Halte TO menggunakan median jalan dan akses menuju halte hanya dari

simpang-simpang terdekat.

▪ JPO khusus disediakan jika jarak antar simpang lebih besar dari 400 meter

KONFLIK DENGAN PEDESTRIAN

Rambu dan marka

jalur TO

Sistem isyarat TO

(klakson, bel, atau

lampu isyarat pada

lajur, dll)

Rambu larangan

memotong lajur TO

Larangan berhenti

di lajur TO

Batasan kecepatan

kendaraan

Integrasi pemberi

isyarat lalu lintas,

untuk kendaraan

dan TO

Rambu petunjuk dan rambu

informasi untuk lalu lintas dan

pedestrian

(20)

03

Standar Teknis Tram Otonom

(Dr. Augie Widyotriatmo, S.T., M.T, Dr. Eng. Bentang Arief Budiman )

1. Komponen Teknis & Teknologi, Skema Penyusunan

Regulasi Teknis

2. Sistem Elektrifikasi, Rancang Bangun, Sistem

Penggerak, dan Sistem Charging

(21)

Standar Teknis| Trem Otonom

Gambaran umum kontrol Tram Otonom (level SAE 3-4): • Dibekali dengan sistem pemandu otonom terbaru

• Navigasi di koridor khusus dengan mengikuti lajur virtual dari sistem sensor optic, GPS dan LiDAR (kendali longitudinal dan lateral)

• Masih terdapat masinis, dengan fungsi pengawasan dan

Automated Driving System

Longitudinal & Lateral Control

Lane Keeping

Obstacle Detection

Trem Konvensional

Trem Otonom

Gambaran umum kontrol Tram Konvensional: • Kendali longitudinal (traksi dan rem) • Navigasi di rel yang dedicated

• Masinis sebagai pengemudi dan pembaca sistem sinyal, sistem keselamatan, dsb

(22)

Standar Teknis| Komponen Teknis Trem Otonom

Kendali Longitudinal & Lateral (DDT – DDT fallback)

Navigasi (Geo-Guidance; IMU; optical guidance)

Telekomunikasi Data (5G)

Sistem pengenalan

sinyal/rambu-rambu

(23)

Standar Teknis| Skema Penyusunan Regulasi

EU Directive 34/2012: traffic on local railway; EU Directive 49/2004: Railway Safety Directive

Uni-Eropa

Local railway & Tramway Act; Safety tram and road crossing

Belanda

BOStrab 1987/2007: Construction and operation of Light Rail system

Jerman

Trem

Konvensional

Adaptasi dan

Evaluasi

Otonom

Trem

SAE J2399_201409 (Adaptive Cruise Control Operating Characteristics and User Interface) UU 23/2007; PP 6/2017; PP 61/2016; PM 175/2015; PM 13/2011 tentang Kereta; UU 22/2009; PM 44 /2018; PM 45 2019; PP 55/2012 tentang LLAJ; PP 56 2019; Perpres 55/2019 Kendaraan listrik Indonesia

Regulation for safety and risk for Tramways

GB/T 30008 – 2018 : Provision on the operation and management of urban rail transit

China

UK

DBT

43/2020:

Sistem

operasi

ART,

Design,

Acceptance,

Technical Spec, Operation,

China

UN

ECE/TRANS/WP.29/2020/81

UN

(24)

China DB/T 43

Bab 18.1 (Wireless Communication)

Jerman BOStrab

Fourth part : § 23 (Communication

Installations)

Standar Teknis| Usulan Aturan Trem Otonom

PP No 56 Tahun 2009

pasal 103-109 (Fasilitas Pengoperasian Kereta Api) 146 ayat 4 (Uji Fungsi Peralatan Persinyalan)

PP No 6 Tahun 2019

pasal 136 (Persyaratan Umum Peralatan Persinyalan)

PM No 44 Tahun 2018

pasal 2-11 (Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan)

PP No 56 Tahun 2009

pasal 110-111 (Fasilitas Pengoperasian Kereta Api) pasal 127 (pembangunan prasarana perkeretaapian) 146 ayat 5 (Uji Fungsi Peralatan Telekomunikasi) PM No 45 Tahun 2018

pasal 2-11 (Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi)

PM 175 tahun 2015

Pasal 40 (Peralatan Pengendali Kereta)

China DBT 43

Bab 8.1 (Virtual Track ) 15.3 (Signal System)

Jerman BOStrab

Sixth part : § 51 (Signals)

- Peralatan persinyalan mekanik (wesel) menjadi sistem intersection signal priority - Perlu mengadopsi standar marka jalan

pada DB/T 43

- Persinyalan (tanda/marka) disesuaikan dengan standar kendaraan otonom

- Komunikasi berbasis data (data audio video) - Membutuhkan implementasi jaringan 5G - Kebutuhan komunikasi antara penumpang

dan pusat sistem kendali

- Dibutuhkan mekanisme uji komunikasi data

SAE

SAE J2399_201409 (Adaptive Cruise Control) Operating

characteristics and User interface

SAE J3197_202004 (Automated Driving System Data Logger)

UN/ECE /TRANS/WP.29/2020/81

Bab 4-8 (ALKS & OEDR)

Annex 5 (test specification for ALKS)

German Road Traffic

Act Straßenverkehrsgeset (StVG) 2017

§1a (Motor Vehicles With Highly or Fully Automated Driving Function)

China DB/T 43

Bab 17 (Intelligent Control System)

- Penambahan standar/regulasi kontrol lateral - Penambahan standar/regulasi sistem OEDR

atau sistem sensor

- Penambahan standar/regulasi perangkat minimum untuk fungsi otonom (fungsi ACC/lane keeping dsb)

- Penambahan standar/regulasi uji sistem otonom (uji ALKS/ACC berdasar UN/ECE) - Penambahan standar sistem

redundancy/minimum risk manouvre

Regulasi existing

Regulasi existing

Regulasi existing

Potensi Adopsi Regulasi

Potensi Adopsi Regulasi

Potensi Adopsi Regulasi

Ringkasan Evaluasi

Ringkasan Evaluasi

Ringkasan Evaluasi

Sis

tem

Sin

yal

Sis

tem

K

o

mu

n

ik

asi

Sis

tem

Ot

o

masi

(25)

Standar Teknis | Sistem Elektrifikasi

Rancang

Bangun

Radius Putar Trem

Otonom (TO)

Sambungan Kereta

Dimensi TO

Berat TO

Sistem

Penggerak

Batas Kecepatan Traksi

Kemampuan Menanjak

Sistem Pengereman

Regeneratif

Kapasitas Baterai

Sistem

Charging

Jenis Pengisian

Baterai

Persyaratan

Instalasi

Distribusi

Tegangan

(26)

Standar Teknis | Rancang Bangun

Rekomendasi Rancang Bangun TO

Badan kereta terbuat dari high strength steel dan aluminium alloy.

Dimensi maksimum P x L x T kereta adalah 32 x 2,6 x 3,4 meter.

Berat maksimum TO adalah 10 ton per gerbong.

Sambungan gerbong dapat secara mekanis maupun virtual.

Tantangan rancang bangun Trem Otonom (TO)

(27)

Standar Teknis | Sistem Penggerak

• TO menggunakan sistem penggerak seperti pada Battery Electric Vehicle.

• Sistem penggerak pada TO menggunakan Motor Listrik yang dapat menambah

fitur Regenerative Braking dengan rekomendasi efisiensi diatas 95%.

• 1 kWh = 0.2 – 0.4 km (karena ada energi listrik untuk sensor dan GPS)

• TO menggunakan sistem multi-axle steering sehingga semua gandar dirancang

untuk dapat dikemudikan.

• Baterai yang rekomendasikan untuk TO adalah jenis lithium-titanate (LTO)

1

dengan daya sebesar 600 kWh.

2

(28)

Standar Teknis | Sistem Charging

Jenis pengisian baterai kendaraan listrik:

• Slow charging dilakukan dengan kecepatan kurang dari 4 kW

• Fast charging dengan kecepatan antara 10-20 kW

• Ultrafast charging dengan kecepatan lebih tinggi dari 20 kW dan bahkan dapat mencapai

400 kW

• Battery swapt sebagai alternatif sistem charging pada TO

(29)

Standar Teknis| Regulasi yang Diperlukan

Ranc

ang

Ba

ng

un

Sis

tem

Pen

gg

er

ak

Sis

tem

Cha

rg

ing

- PP 55 Tahun 2012 Pasal 5&54 (Dimensi Kendaraan Bermotor, Jalan, dan Beratnya), Pasal 12 (Sudut Kemiringan Minimum), Pasal 71 (Radius Putar), dan Pasal 107&109 (Alat Perangkai Kereta) - UU 22 Tahun 2009 Pasal 19 (Pengelompokan Jalan)

- UU 22 Tahun 2009 Pasal 21 (Batas Kecepatan pada Jalan Bebas Hambatan)

- PP 55 Tahun 2012 Pasal 12 (Kesesuaian Daya Mesin Penggerak terhadap Berat Kendaraan), Pasal 67 (Efisiensi Sistem Rem)

- PM ESDM 13 Tahun 2020 Pasal 3&4 (Jenis Arus, Konektor, dan Teknologi yang Digunakan), Pasal 16 (Fasilitas Penukaran Baterai) - Perpres 55 Tahun 2019 Pasal 22-25 (Infrastruktur Pengisian Listrik)

- China DB 43T-1837 5.2 (Dimensi TO), 4.2.2 (Radius Putar)

- Jepang Technical Regulatory Standards On Railways Article

70-82 (Struktur Kereta dan Perangkatnya)

- Jerman BOStrab Federal Regulations Fifth Part (Rancang

Bangun, Material, Dimensi, dan Interior TO)

- UK Tramways Principles & Guidance BAB 8 (Desain dan

Konstruksi Tram)

- China DB 43T-1837 6.8&6.9 (Batas Kecepatan Berdasarkan Jumlah Muatan), 6.11 (Kinerja Pengereman Berdasarkan Jumlah Muatan Dan Kondisi Jalan), 12 (Sistem Pengereman), 14 (Fungsi yang Perlu Ada pada Baterai)

- China DB 43T-1835 5.2.5 (Batas Kecepatan Berdasarkan Kondisi di Jalan), 5.3.4 (Persentase Perlambatan terhadap Pengereman Maksimum), 5.3.5 (Batas Kecepatan saat Melewati Perlintasan Sebidang)

- China DB 43T-1836 10.1.6.7.8 (Pengaturan Baterai)

- Jepang Technical Regulatory Standards On Railways Article 67 & 69 (Running Gear dan Perangkat Pengereman), Chapter 10 (Operasi Perkeretaapian)

- Jerman BOStrab Federal Regulations Sixth Part: § 49 & § 50 (Batas Kecepatan), Appendix 2 (Parameter Pengereman)

- China DB 43T-1837 4.4 (Besar Tegangan)

- China DB 43T-1835 15.1.3 (Tingkat Tegangan), 18.4 (Fasilitas Power)

- China DB 43T-1836 9.1.3 (Persyaratan Perangkat Catu Daya AC dan DC), 9.2.9 (Fungsi Proteksi pada Sistem Charging), 9.2.8.2 & 9.2.8.3 (Perlindungan

Three-proof Protection dan Anti Karat), 9.4.4 (Persyaratan Instalasi)

- Jepang Technical Regulatory Standards On Railways Article 50 (Peralatan dan Distribusi Tenaga Listrik)

- UK Tramways Principles & Guidance BAB 6 (Sistem Listrik untuk Traksi Tram) - Jerman BOStrab Federal Regulations Fourth Part: § 24-§ 26 (Instalasi Catu Daya)

- Diperlukan regulasi untuk

ukuran TO

- Radius putar dan berat TO sudah

sesuai dengan regulasi yang ada

- Diperlukan regulasi untuk alat

perangkai TO

- Diperlukan regulasi batas kecepatan dan kemampuan menanjak yang lebih spesifik berdasarkan kondisi tertentu - Diperlukan regulasi batas pengereman dan sistem yang digunakan berdasarkan kondisi tertentu

- Diperlukan regulasi mengenai baterai

- Diperlukan regulasi mengenai persyaratan instalasi yang lebih lengkap

- Diperlukan regulasi mengenai distribusi tenaga listrik dengan besar pembagiannya - Diperlukan regulasi mengenai sistem charging selama di halte dan terminal karena tempat yang bersinggungan langsung dengan pengguna jalan lainnya

(30)

04

Sistem Keselamatan & Manajemen Resiko

(Ir. Rachman Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D)

1. Standar, Sertifikasi, Perawatan

2. Manajemen Risiko

(31)

Regulasi TO | Sistem Keselamatan

MAN

A

JEMEN

RIS

IK

O

IDENTIFIKASI

EVALUASI

PEMETAAN

MITIGASI

IMPLEMENTASI

HASIL

SAFETY, HEALTH, ENVIRO

OPERATIONAL

NON OPERATIONAL

AKAR PENYEBAB

MITIGASI:

• STANDAR, SPESIFIKASI, SERTIFIKASI

• PROSEDUR PENYELENGGARAAN

• SUMBER DAYA MANUSIA

• HUKUM DAN REGULASI

• SOSIALISASI DAN EDUKASI

(32)

Regulasi TO | Sistem Keselamatan

• Evaluasi Potensi Risiko Keselamatan

Kategori Potensi

Risiko

Kebolehjadian

Konsekuensi

Mitigas

Kecelakaan

tabrakan

Rendah - Sedang Sedang - Tinggi

Desain, Perawatan, dan

operasional

Kegagalan traksi

Rendah

Rendah

Desain, Perawatan

Kegagalan sistem

operasi

Rendah

Rendah - Tinggi

Desain, Perawatan

Kegagalan layanan

Rendah

Rendah

Desain, Perawatan

Kegagalan mekanik Rendah

Sedang

Desain, Perawatan

Bencana

Rendah – Tinggi

Sedang - Tinggi

Desain, operasional

Non teknis

Rendah - Sedang Rendah - Tinggi

Desain, operasional

Klasifikasi konsekuensi:

• Rendah: tidak signifikan

pada operasional.

• Sedang: menimbulkan

kecelakaan tanpa korban

jiwa, dengan kerugian

signifikan.

• Tinggi: menimbulkan korban

jiwa dan/atau menimbulkan

kerugian yang sangat besar

Penyelenggara perlu melakukan risk analysis secara lebih detail dalam kajian

pendahuluan, berdasarkan kondisi spesifik di lapangan dan teknologi yang

digunakan

(33)

Regulasi TO | Sistem Keselamatan

• Mitigasi Risiko Keselamatan

DESAIN

Rancang bangun dan rekayasa dan kalitas

manufaktur yang baik dapat mencegah dan

menurunkan konsekuensi

kegagalan/kecelakaan

OPERASI

SOP operator dalam intervensi/override

operasi TO, Pembinaan kedisiplinan SDM,

mencegah dan/atau menurunkan

konsekuensi risiko

PERAWATAN

Perawatan sarana mencegah kegagalan shg

menurunkan risiko kegagalan/kecelakaan

• PM Standar, Spesifikasi Teknis:

mengadopsi PM 175/2015, dg

tambahan penting: Teknologi

pencegahan kecelakaan (CAS, LDWS,

mannual override), Speed limit,

crashworthiness

• PM Uji sertifikasi kelaikan,

mengadopsi PM 13/2011 dan

code/standar, dg tambahan penting:

uji dinamis (dlm Uji Pertaama dan Uji

Berkala) mengakomodasi berbagai

skenario kegagalan sistem

• Perlu PM operasi, sebagai turunan

dari PP 56/2019 (saat ini belum

ditemukan PM yang mengatur

operasi), dg aspek penting:

Pengaturan peran operator

berdasarkan Level Otonomi 3 atau 4

(SAE); Penyusunan SOP oleh

penyelenggara yg disetujui oleh

regulator, spt: inspection, supervisi

selama operasi, override/manual

operation; Pengembangan dan

pembinaan SDM;

• PM Sertifikasi operator

• Perlu PM perawatan, sebagai turunan

dari PP 56/2019 (saat ini belum

ditemukan PM yang mengatur

perawatan), dengan prinsip program

perawatan disusun oleh

penyelenggara dan distujui oleh

regulator, yg mengacu pada strategi

perawatan code/standar, dan modern

(reliability/risk/condition-based)

• PM sertifikasi tenaga pemeriksa dan

perawatan mengadopsi PM 8, 9, 16,

17 / 2017;

• PM standar tempat dan peralatan

(34)

Regulasi TO | Sistem Keselamatan

• Inventarisasi Kebutuhan Regulasi yang terkait Sistem Keselamatan

Peraturan Menteri Perhubungan (PM):

1.

Standar spesifikasi teknis TO

2.

Uji Sertifikasi Kelayakan TO

3.

Sertifikasi Operator TO

4.

Sertifikasi Tenaga Perawatan TO

5.

Lokasi dan Fasilitas Perawatan TO

6.

Persyaratan Operasi TO

7.

Persyaratan Perawatan Sarana TO

8.

Persyaratan Perawatan Prasarana Jalur

TO

SK Dirjen KA atau Peraturan Badan

pengelola atau SK Penyelenggara:

1.

SOP Operasional TO

2.

SOP Perawatan TO

3.

Program pengembangan dan

(35)

05

Regulasi Badan Pengelola, Manajemen SDM,

Pengusahaan dan Pembiayaan Tram Otonom (TO)

(Dr. rer.pol. Eko Agus Prasetio, S.T., MBA)

1. Kerangka Peraturan

2. Muatan Peraturan

a) Referensi utama

b) Poin peraturan yang dimodifikasi untuk TO

c) Skala Prioritas Muatan Peraturan

(36)

Kerangka Peraturan

Badan

Pengelola

Susunan

Organisasi

Lingkup

Kebijakan

Transportasi Penegakan Hukum

Sistem Informasi dan Telekomunikasi

Tata Ruang

Teknologi, Industri, dan Insentif Fiskal

Manajemen

SDM

Pengembangan

SDM

Pusat

Pelatihan SDM

Komponen Pengembangan SDM Lingkup Pelatihan Kompetensi dan Standar Kompetensi Tahapan Pengembangan SDM Aspek Utama Fasilitas Pengusahaan dan Pembiayaan Skema Usaha dan Pembiayaan

Biaya

Pengoperasian

Pengusahaan

dan Pelayanan

Perizinan

Badan Usaha

Pembiayaan Implementasi Rencana Induk Wewenang Penyelenggaraan Subsidi Proses Pemilihan Badan Usaha TO Aspek Pembelian Layanan Wewenang dalam Pembelian Layanan Izin Usaha Izin Operasi Kewajiban Badan Usaha Persyaratan TO sebagai angkutan barang Komponen sistem pelayanan TO Penilaian Kualitas Pelayanan Sistem Pengumpulan Tarif Faktor penentu biaya pengoperasian Komponen biaya pengoperasian

PM tentang Sistem Operasi TO

(37)

Ringkasan Muatan Peraturan

Badan

Pengelola

Manajemen

SDM

Pengusahaan dan Pembiayaan

Susunan Organisasi Badan Pengelola Lingkup Kebijakan Badan Pengelola

Transportasi

Mengatur sinkronisasi TO dengan moda lain di dalam ekosistem transportasi nasional

Penegakan Hukum

Merumuskan kebijakan penegakan hukum dan perluasan literasi masyarakat

Teknologi, Industri dan Insentif

Merumuskan standar teknologi, kesiapan infrastruktur, pengujian dan sertifikasi, izin

penyelenggaraan usaha, kebijakan insentif dan investasi, penentuan TKDN dan penelitian dalam negeri:

• TKDN bertahap mulai minimum 35% pada 2 tahun pertama, hingga 80% pada tahun ke-10 dst. • Penelitian dan inovasi teknologi industri TO berada di dalam negeri

Sistem Informasi dan Telekomunikasi

Merumuskan kebijakan aliran data beserta standar sistem informasi dan telekomunikasi

Tata Ruang

Merumuskan standar tata ruang TO

Kompetensi dan standar kompetensi SDM TO (termasuk aspek kendaraan listrik dan mitigasi risiko)

Tahapan pengembangan SDM TO

Fasilitas dan lingkup pusat pelatihan

Wewenang pembelian layanan Penerbitan izin usaha dan izin operasi Perjanjian kerja dengan badan usaha Skema bisnis TO sebagai angkutan barang Penilaian manajemen kualitas pelayanan Sistem pengumpulan tarif secara terpusat

Skala Prioritas Kebijakan

High-priority Medium priority Low priority

(38)

Muatan Peraturan| Badan Pengelola

Badan

Pengelola

Susunan

Organisasi

Lingkup

Kebijakan

Transportasi Penegakan Hukum

Sistem Informasi dan Telekomunikasi

Tata Ruang

Teknologi, Industri, dan Insentif Fiskal

Dimuat dalam Perpres tentang Penyelenggaraan TO

Referensi Utama:

• Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (BPTJ) • Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric

Vehicle) untuk Transportasi Jalan

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 295/PRT/M/2005 tenteng Badan Pengatur Jalan Tol

• Studi ITB-Kemenhub, ”Perencanaan Implementasi Teknologi Angkutan Umum Otonom Berbasis Energi Listrik Di Wilayah Ibu Kota Negara (Kajian Kebijakan Dan Regulasi”, 2020

Benchmarking peraturan dan studi literatur

Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO: • Susunan Organisasi

• Jumlah direktorat disesuaikan dengan jumlah lingkup kebijakan (5 Direktorat)

• Rincian tugas, susunan organisasi dan tata kerja ditetapkan oleh aktor multi-kementerian

• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Pengelola dapat melibatkan tenaga profesional atau penyedia jasa sesuai dengan bidangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan

• Lingkup Kebijakan

• Transportasi: mengatur sinkronisasi TO dengan moda lain di dalam ekosistem transportasi nasional • Penegakan hukum: merumuskan kebijakan penegakan hukum dan perluasan literasi masyarakat

• Teknologi, Industri dan Insentif: merumuskan standar teknologi, kesiapan infrastruktur, pengujian dan sertifikasi, izin penyelenggaraan usaha, kebijakan insentif dan investasi, penentuan TKDN dan penelitian dalam negeri:

• TKDN bertahap mulai minimum 35% pada 2 tahun pertama, hingga 80% pada tahun ke-10 dst. • Penelitian dan inovasi teknologi industri TO berada di dalam negeri

• Sistem informasi dan telekomunikasi: merumuskan kebijakan aliran data beserta standar sistem informasi dan telekomunikasi • Tata Ruang: merumuskan standar tata ruang

Skala Prioritas Muatan Peraturan

Low

Medium

High

Susunan Organisasi

Lingkup Kebijakan

N/A N/A

(39)

Muatan Peraturan| Manajemen SDM

Manajemen

SDM

Pengembangan

SDM

Pusat

Pelatihan SDM

Komponen Pengembangan SDM Lingkup Pelatihan Kompetensi dan Standar Kompetensi Tahapan Pengembangan SDM Aspek Utama Fasilitas

Dimuat dalam Perpres tentang Penyelenggaraan TO

Referensi Utama:

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2011 tentang Akreditasi Badan Hukum Atau Lembaga

Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perkeretaapian

PP 51 2012 tentang SDM di bidang Transportasi

DB43 – 1835 China (Design Specification for Intelligent Rail Express System)

Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO:

Kompetensi terkait kendaraan listrik dan mitigasi risiko termasuk kepada standar kompetensi SDM TO

Tahapan pengembangan SDM TO dalam rangka peningkatan pelayanan diawali dengan pembentukan

motivasi internal hingga pembentukan mekanisme pengawasan sosial

Pusat pelatihan perlu memliki fasilitas lengkap mulai dari alat simulasi mengemudi, laboratorium,

perpustakaan dan ruang kelas

Pusat pelatihan perlu memberikan keahlian secara menyeluruh, baik hal teknis, pra-kerja, maupun

keterampilan vokasi

Skala Prioritas Muatan Peraturan

Low

Medium

High

• Komponen Pengembangan SDM • Tahapan Pengembangan SDM

• Kompetensi dan Standar Kompetensi • Lingkup Pelatihan

• Aspek utama pusat pelatihan SDM

• Fasilitas pusat pelatihan SDM

(40)

Muatan Peraturan| Pengusahaan dan Pembiayaan - 1

Pengusahaan dan Pembiayaan Skema Usaha dan Pembiayaan

Perizinan

Badan Usaha

Pembiayaan Implementasi Rencana Induk Wewenang Penyelenggaraan Subsidi Proses Pemilihan Badan Usaha TO Aspek Pembelian Layanan Wewenang dalam Pembelian Layanan Izin Usaha Izin Operasi Referensi Utama:

• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2012 tentang Perizinan Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum • Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Pengurusan

Transportasi

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 91 Tahun 2018 tentang Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Perhubungan Di Bidang Perkeretaapian

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi Angkutan Umum Penumpang Umum Perkotaan

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek

• DB43 – 1835 China (Design Specification for Intelligent Rail Express System) Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO:

• Badan pengelola, bersama dengan Menteri, gubernur, bupati/walikota turut berwenang dalam pembelian layanan • Izin usaha diterbitkan oleh pemerintah dan diketahui oleh badan pengelola

• Untuk memperoleh izin usaha, badan usaha perlu melakukan koordinasi dengan badan pengelola • Untuk memperoleh izin operasi, badan usaha perlu memiliki prosedur mitigasi risiko sarana TO • Izin operasi diterbitkan oleh pemerintah dan diketahui oleh badan pengelola

• Perjanjian kerja dengan badan usaha akan melibatkan badan pengelola

Skala Prioritas Muatan Peraturan

Low

Medium

High

• Pembiayaan Implementasi rencana induk • Wewenang penyelenggaraan subsidi • Aspek pembelian layanan

• Wewenang dalam pembelian layanan • Perizinan badan usaha

• Proses pemilihan badan usaha TO

N/A

Dimuat dalam PM tentang Sistem Operasi TO

Dimuat dalam Perpres tentang Penyelenggaraan

(41)

Muatan Peraturan| Pengusahaan dan Pembiayaan - 2

Pengusahaan dan Pembiayaan

Biaya

Pengoperasian

Pengusahaan

dan Pelayanan

Kewajiban Badan Usaha Persyaratan TO sebagai angkutan barang Komponen sistem pelayanan TO Penilaian Kualitas Pelayanan Sistem Pengumpulan Tarif Faktor penentu biaya pengoperasian Komponen biaya pengoperasian

Dimuat dalam PM tentang Sistem Operasi TO

Referensi Utama:

• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2012 tentang Perizinan Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum • Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Pengurusan

Transportasi

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 91 Tahun 2018 tentang Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Perhubungan Di Bidang Perkeretaapian

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi Angkutan Umum Penumpang Umum Perkotaan

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek

• DB43 – 1835 China (Design Specification for Intelligent Rail Express System)

Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO: • Persyararatan TO sebagai angkutan barang:

• Dimodifikasi dari persyaratan kereta sebagai angkutan barang • Badan usaha TO dapat berbentuk BUMN, BUMD, PT atau Koperasi

• Penilaian manajemen kualitas pelayanan melibatkan pihak ketiga dan dilaksanakan secara teratur • Sistem pengumpulan tarif dibuat secara terpusat dengan mendukung metode multipayment

Skala Prioritas Muatan Peraturan

Low

Medium

High

• Kewajiban badan usaha

• Komponen sistem pelayanan TO • Sistem pengumpulan tarif

• Penilaian kualitas pelayanan • Faktor penentu biaya

pengoperasian

• Komponen biaya pengoperasian

• Persyaratan TO sebagai angkutan barang

(42)

06

Strategi dan Kerangka Regulasi Tram Otonom

(Dian Agung Wicaksono, S.H., LL.M.)

1. Mendudukkan ART dalam Sistem Hukum Indonesia:

Pijakan Yuridis Trem Otonom

2. Pemetaan Aktor dalam Penyelenggaraan Trem Otonom

3. Sistematika dan Materi Muatan (Prioritas)

(43)

❶ Mendudukkan ART dalam Sistem Hukum Indonesia

ASPEK UU KA UU LLAJ KETERANGAN

Moda • Kereta Api: sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api (vide Pasal 1 angka 2 UU KA).

• Sarana perkeretaapian: kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel (vide Pasal 1 angka 9 UU KA).

• Kendaraan: suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas

Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor (vide Pasal 1 angka 7 UU LLAJ).

• Kendaraan Bermotor: setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel (vide Pasal 1 angka 8 UU LLAJ).

• Kendaraan Tidak Bermotor: setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan (vide Pasal 1 angka 9 UU LLAJ).

Dari aspek moda, ART tidak dapat masuk dalam kualifikasi Kendaraan, karena ART bergerak di atas garis pengarah ART (line

follower) yang berfungsi sebagai jalan rel.

Jalur Jalan rel: satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang

mengarahkan jalannya kereta api (vide Pasal 1 angka 7 UU KA).

• Jalan: seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel (vide Pasal 1 angka 12 UU LLAJ).

• Jalan: prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (vide Pasal 1 angka 4 UU Jalan).

• Dari aspek jalur, ART merupakan moda yang bergerak di atas jalan rel dalam definisi satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari konstruksi lain (line follower) yang terletak di permukaan tanah, yang berfungsi mengarahkan jalannya ART. • Oleh karena itu, ART tidak termasuk

sebagai moda yang menggunakan jalan sebagai media pergerakannya secara an

sich.

Penggolongan KA menurut jenis (vide Pasal 4 UU KA): a. Kereta api kecepatan normal; b. Kereta api kecepatan tinggi; c. Kereta api monorel;

d. Kereta api motor induksi linear; e. Kereta api gerak udara;

f. Kereta api levitasi magnetik; g. Trem; dan

h. Kereta gantung.

-ART dari aspek penggolongan lebih dekat dengan trem, mengingat Trem didefinisikan sebagai Kereta api yang bergerak di atas jalan rel yang sebidang dengan jalan (vide Penjelasan Pasal 4 huruf g UU KA).

→UNTUK DAPAT MENGGUNAKAN ART DI INDONESIA, MAKA TEKNOLOGI ART HARUS DISESUAIKAN DENGAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA.

(44)

❷ Pemetaan Aktor dalam Penyelenggaraan Trem Otonom

Pemetaan Aktor

dan Kewenangan

Aktor yang

Terlibat Langsung

dalam

Penyelenggaraan

Trem Otonom

Kementerian

Perhubungan

Kementerian

Kominfo

Kementerian

Perindustrian

Kementerian

PUPR

Pemerintah

Daerah

(Provinsi dan

Kab/Kota)

Polri

manajemen SDM

(pengemudi, staf

operasional)

sarana trem (rancang

bangun, sensor, sinyal,

navigasi, elektrifikasi, dll) →

memberikan delegatie

provisio ke PM Spektek

dan PM Uji dan Sertifikasi

rancang bangun dan

industri trem otonom

dalam negeri

prasarana trem (jalur,

stasiun, fasilitas operasi)

manajemen dan rekayasa lalu lintas (marka,

rambu, keselamatan, kecelakaan,

penegakan hukum)

Dikarenakan melibatkan lebih dari

1 K/L, maka perlu untuk

membentuk peraturan

perundang-undangan yang dapat

mengkoordinasi semua K/L yang

terlibat, yaitu Peraturan Presiden.

(45)

❸ Sistematika dan Materi Muatan:

Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Trem Otonom (1)

SISTEMATIKA MATERI MUATAN

BAB I Ketentuan Umum

Ketentuan umum berisi: (a) batasan pengertian atau definisi; (b) singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau (c) hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.

BAB II

Penyelenggara Trem Otonom

Memuat kewenangan yang dimiliki oleh aktor penyelenggara TO sebagai berikut:

a. Kementerian Perhubungan, meliputi:

1) mengatur standar dan tata cara perawatan prasarana dan sarana TO; 2) mengatur syarat dan kualifikasi tenaga yang melakukan perawatan

prasarana dan sarana TO;

3) mengatur tata cara pengujian prasarana dan sarana TO; 4) mengatur kualifikasi petugas pengatur perjalanan TO;

5) mengatur rencana induk perkeretaapian nasional yang di dalamnya terdapat TO;

6) mengatur standar spesifikasi teknis TO;

7) mengatur jenis, kegiatan, dan kelas stasiun TO; 8) mengatur teknis peralatan persinyalan TO; 9) mengatur teknis peralatan telekomunikasi TO; 10) mengatur teknis instalasi listrik TO;

11) mengatur proses dan tata cara pelaksanaan rancang bangun dan rekayasa sarana TO.

b. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, meliputi:

1) mengatur penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsi dan status jalan untuk penyelenggaraan TO;

2) mengatur persyaratan teknis jalan untuk penyelenggaraan TO; 3) mengatur kelas jalan untuk penyelenggaraan TO.

c. Kementerian Komunikasi dan Informatika, meliputi pemberian izin untuk penyelenggaraan telekomunikasi khusus dalam penyelenggaraan TO.

d. Kementerian Perindustrian, meliputi fasilitasi industri TO menjadi jenis industri strategis dalam negeri.

e. Pemerintah Daerah, meliputi:

1) memasukkan TO dalam rencana induk perkeretaapian daerah; 2) memberikan izin usaha, izin pembangunan, pengadaan, dan izin

operasi prasarana dan sarana TO sesuai lingkup kewenangan daerah;

3) memberikan izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan untuk jalur kereta TO sesuai lingkup kewenangan daerah;

4) menetapkan jaringan jalur dan kelas stasiun kereta TO sesuai lingkup kewenangan daerah;

5) Penetapan jaringan pelayanan kereta TO sesuai lingkup kewenangan daerah;

6) melakukan penyesuaian rencana tata ruang. f. Kepolisian Republik Indonesia, meliputi:

1) penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas, termasuk kecelakaan TO; dan 2) menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

3) koordinasi dengan penyelenggara jalan (dalam hal ini sesuai status jalan) untuk penegakan hukum terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan sebagai pembatas lalu lintas kereta TO, serta kewajiban mendahulukan perjalanan TO.

(46)

❸ Sistematika dan Materi Muatan:

Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Trem Otonom (2)

SISTEMATIKA MATERI MUATAN

BAB III

Sarana dan Prasarana Trem Otonom Memuat pengaturan Sarana Trem Otonom yang meliputi:1. Badan Kereta 2. Sistem Penggerak

3. Sistem Baterai 4. Sistem Kontrol 5. Sistem Komunikasi 6. Sistem Otonomi

Memuat pengaturan Prasarana Trem Otonom yang meliputi: 1. Jalur

2. Trek Virtual 3. Rambu Lalu Lintas 4. Sistem Pengisian Daya 5. Stasiun

6. Fasilitas Operasi Memberikan delegatie provisio untuk membentuk:

(a) PMHub tentang Standar Spesifikasi Teknis Trem Otonom; dan

(b) PMHub tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Trem Otonom. BAB IV

Penyelenggaraan Sarana Trem Otonom Penyelenggaraan sarana Trem Otonom, meliputi kegiatan:a. pengadaan sarana; b. pengoperasian sarana;

c. perawatan sarana; dan d. pengusahaan sarana.

Memberikan delegatie provisio untuk membentuk: (a) PMHub tentang Sistem Operasi Trem Otonom; (b) PMHub tentang Perizinan Trem Otonom.

BAB V

Penyelenggaraan Prasarana Trem Otonom Penyelenggaraan prasarana Trem Otonom, meliputi kegiatan:a. pembangunan prasarana; b. pengoperasian prasarana;

c. perawatan prasarana; dan d. pengusahaan prasarana. BAB VI

Manajemen Sumber Daya Manusia Mengatur mengenai:1. Komponen Pengembangan Sumber Daya Manusia 2. Lingkup SDM yang Wajib Mendapatkan Pelatihan 3. Standar Kompetensi

4. Tahapan Pengembangan SDM 5. Pusat Pelatihan

BAB VII

Badan Pengelola Trem Otonom Memuat mengenai:1. Susunan Organisasi BPTO 2. Kewenangan BPTO BAB VIII

Skema Usaha dan Pembiayaan Trem Otonom Mengatur mengenai pengadaan TO dan kewenangan dari Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan TO antara lain penetapan trayek, penetapan tarif, dan monitoring dan evaluasi. BAB IX

(47)

❸ Sistematika dan Materi Muatan (Prioritas): PMHub tentang Standar Spesifikasi Teknis Trem Otonom

SISTEMATIKA MATERI MUATAN

BAB I Ketentuan Umum Ibid.

BAB II

Persyaratan Umum Memuat pengaturan sebagai berikut:1. Dasar pengadaan sarana TO

2. Dasar pertimbangan penetapan spesifikasi teknis TO

3. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan spesifikasi teknis TO (ruang bebas prasarana dan sarana TO, lebar jalan rel, dsb.) BAB III

Persyaratan Teknis Mengatur mengenai spesifikasi teknis dari:1. Konstruksi dan Komponen, yang meliputi: rangka dasar, badan kereta, kabin awak, bogie, peralatan penerus daya, peralatan penggerak, peralatan pengereman, peralatan perangkai, peralatan pengendali, peralatan keselamatan, dan peralatan penghalau rintangan.

2. Peralatan Penunjang, yang meliputi: klakson atau penanda suara, lampu, peralatan komunikasi, dan informasi perjalanan asal tujuan. 3. Perlengkapan Penunjang, yang meliputi: ruang dapur, ruang makan, ruang bagasi, dan toilet.

BAB IV

Persetujuan Teknis Mengatur mengenai kewenangan Direktur Jenderal Perkeretaapian dalam pemberian persetujuan spesifikasi teknis TO. BAB V Ketentuan Penutup Ibid.

❸ Sistematika dan Materi Muatan (Prioritas): PMHub tentang Standar Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Trem Otonom

SISTEMATIKA MATERI MUATAN

BAB I Ketentuan Umum Ibid.

BAB II

Pengujian Trem Otonom Memuat pengaturan mengenai Jenis Pengujian:1. Uji Pertama, meliputi: uji rancang bangun dan rekayasa, uji statis, dan uji dinamis. 2. Uji Berkala, meliputi: uji statis dan dinamis.

a. Uji Rancang Bangun dan Rekayasa, meliputi: rangka dasar; badan; kabin masinis; bogie; peralatan penerus daya; peralatan penggerak; peralatan pengereman; peralatan perangkai; peralatan pengendali; peralatan keselamatan; dan peralatan penghalau rintangan.

b. Uji Statis, meliputi: dimensi; ruang batas sarana; berat; pengereman; kecacatan; pembebanan; sirkulasi udara; temperatur; kelistrikan; kebisingan; intensitas cahaya; penanda suara; peralatan komunikasi; dan kebocoran.

c. Uji Dinamis, meliputi: pengereman; temperatur; getaran; pembebanan dan kemampuan tarik; percepatan; sirkulasi udara; kelistrikan; kebisingan; jarak tempuh; dan otonomi. BAB III

Pelaksanaan Pengujian Trem Otonom

Mengatur mengenai pelaksanaan pengujian TO sebagai berikut: 1. Dokumen permohonan pengujian TO

2. Mekanisme pelaksanaan pengujian TO

3. Dokumen luaran terhadap TO yang telah lulus pengujian berikut kewenangan penerbitan dokumen pengujian 4. Kewajiban dari penyelenggara TO yang memegang dokumen pengujian

5. Sanksi administratif dan tata cara penerapan sanksi terhadap penyelenggara TO yang melakukan pelanggaran kewajiban BAB IV Ketentuan Penutup Ibid.

(48)

Rekomendasi Produk Hukum

1. Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Trem Otonom (TO)

2. Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar Spesifikasi Teknis Trem Otonom (TO)

Persyaratan teknis

Persetujuan spesifikasi teknis

3. Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar, Tata Cara Penguhian dan Sertifikasi Kelaikan Trem Otonom

(TO)

Pengujian TO

Pelaksanaan pengujian TO

Sertifikasi dan lisensi operator

4. Peraturan Menteri Perhubungan tentang Sistem Operasi Trem Otonom (TO)

Sistem pengoperasian TO

Standar pelayanan dan fasilitas TO

Pengusahaan dan pelayanan TO

Biaya pengoperasioan TO

(49)

Gambar

Ilustrasi Implementasi pada rencana jalur trem Surabaya untuk operasional TO

Referensi

Dokumen terkait