Kajian Regulasi Penyelenggaraan Autonomous
Rail Rapid Transit/Tram Otonom di Indonesia:
Penyusunan Naskah Akademik
Kerjasama Penelitian
Badan Litbang Kementerian Perhubungan – Institut Teknologi Bandung – Universitas Gadjah Mada
Agenda| Topik Diskusi Regulasi Tram Otonom
No
Topik
Penyusun
1
Regulasi Penyelenggaraan Tram Otonom
Ir. Sigit P. Santosa MSME, Sc.D., IPU
2
Sistem operasi Tram Otonom:
a) Tram otonom dalam rencana tata ruang kota
b) Isu operasional Tram Otonom
Dr. Ir. Binsar PH Naipospos
Ir. Sony Sulaksono Wibowo, MT, Ph.D
3
Standar teknis Tram Otonom:
a) Komponen Teknis & Teknologi, Penyusunan Regulasi Teknis
Dr. Augie Widyotriatmo, S.T., M.T
Dr. Eng. Bentang Arief Budiman
4
a) Sistem keselamatan & keamanan, sertifikasi, pengujian,
perawatan tram otonom
b) Manajemen risiko
Ir. Rachman Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D
5
Regulasi Badan Pengelola, Manajemen SDM, Pengusahaan
dan Pembiayaan Tram Otonom (TO)
Dr.rer.pol Eko Agus Prasetio, S.T., MBA
Tenaga Ahli, Asisten, dan Tim Pendamping
No
Nama
Posisi
1 Dr. Ir. Sigit P. Santosa, MSME.
Ahli Bidang Intelligent Transport
2 Dr. Eng. Bentang Arief Budiman
Ahli Bidang Elektrifikasi Transportasi Masal
3 Rachman Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D.
Ahli Bidang Keselamatan Transportasi Masal
4 Dr. Augie Widyotriatmo, S.T., M.T
Ahli Bidang Kontrol, Automasi Transportasi
5 Dr. Ir. Binsar PH Naipospos
Ahli Bidang Perencanaan Transportasi dan Tata Ruang
6 Dian Agung Wicaksono, SH, LL.M.
Ahli Bidang Regulasi dan Hukum
7 Ir. Sony Sulaksono Wibowo, M.T., Ph.D.
Ahli Bidang Perencanaan Transportasi Perkotaan
8 Dr.rer.pol.Eko Agus Prasetio, S.T., MBA
Ahli Bidang Kajian Bisnis, Pembiayaan dan Manajemen Risiko
Tenaga Ahli
No
Nama
1 Muhammad Farda, S.T., M.Sc.(Eng)
2 Adni Bidari Putri, S.T., M.Sc.
3 Siti Raudhatul Fadillah, S.T., M.T.
4 Dita Novizayanti, S.Si.
5 Ulfah Aliifah Rahmah, S.T., M.T.
6
7
Husnul Amri, S.Si.
Bimo Fajar Hantoro, SH
8 Yuniasih Tinekaningrum, SP.
Asisten
No
Nama
1
Dr. Agus Edi Susilo, S.E, M.Sc
2
Dr. Agus Santoso, M.Sc.
3
Drs. EK. Rarendra D., M.Sc.
4
5
Ir. Mutharuddin, M.Si, M.MTr.
Subaryata, S.E.
6
7
Yogi Arsandi S.T., M.T.
Budi Dwi Hartanto, S.T., M.Sc.
8
Tetty Sulastri MBA
9
Arbie Sianipar, S.T.
10
Rida Zakiyah, S.T.
01
Regulasi Penyelenggaraan Tram Otonom
(Ir. Sigit P. Santosa MSME, Sc.D., IPU)
1. Benchmarking Regulasi Internasional
2. Regulasi Terkait di Indonesia
Benchmark
Regulasi
Tram
Otonom
Benchmark| Mapping & Rencana Regulasi Tram Otonom
•
Sistem operasi,
standar teknis
•
Keselamatan,
Sertifikasi, SDM
❑PP
❑Perpres
❑PM
Draft Konten
Regulasi Tram
Otonom:
Regulasi
Kereta/ LLAJ
Indonesia
• Mapping
Adopsi/Modifikasi
• Rencana Konten
Regulasi
Definisi
Definisi Trem Otonom: moda transportasi massal berbasis listrik dengan roda karet yang bergerak pada rel virtual dalam
batas tertentu, serta menggunakan sistem otomatis, kontrol keselamatan dan persinyalan yang aktif.
Di beberapa negara lain, istilah TO menggunakan istilah lain seperti Trackless Tram (di Eropa) dan Autonomous Rail-Rapid
Transit/ART (di China).
Sistem Tram dan Road Crossing (Belanda)
• Perbedaan trem dan kereta:
• Train (kereta) bersifat coarse-meshed, memiliki
kecepatan tinggi, kapasitas besar, infrastruktur
mandiri, terpisah dari jalan.
• Tram bersifat fine-meshed, infrastruktur
semi-mandiri, beroperasi seperti kendaraan di jalan.
• Light train di area perkotaan dapat berupa metro
atau tram.
• Tipe trem:
• City trams: mixed traffic
• Regional trams: semi-mixed traffic
• Inter-regioinal trams: exclusive lane, express
Benchmark| Referensi Regulasi Negara Lain
Sistem Operasi
Aspek Kritis:
• Manajemen rekayasa
lalu lintas
• Limitasi kecepatan
• Alur penumpang dalam
kendaraan TO
Referensi:
•
DB 43T-1835 (China)
•
Local railway & Tramway
Act (Belanda)
Standard Teknis
Aspek Kritis:
•
Spesifikasi teknis teknologi
•
Standar teknis rangka
kendaraan/sarana
•
Sistem persinyalan dan
komunikasi
•
Standar teknis jalur virtual
•
Ketentuan prasarana jalan
Referensi:
• DB 43T-1835 (China)
• German Road Traffic Act (German) • BOStrab (German)
• UN ECE/Trans/WP.29/2020/81 (UN) • SAE J2399_201409 (SAE
International)
• UK Tramways Principles & Guidance (UK)
• UK Design Requirements for Street Track – Tram (UK)
Bisnis, Pembiayaan
dan Manajemen Resiko
Sistem Keselamatan
Aspek Kritis:
• Standar uji dan inspeksi
untuk peralatan dan
mesin kendaraan TO
Referensi:
•
DB 43T-1837 (China)
•
Safety tram and road
crossing (Belanda)
Aspek Kritis:
•
Organisasi dan lingkup
badan pengelola
•
TKDN dan penelitian
dalam negeri
•
Manajemen SDM
•
Skema pengusahaan dan
pembiayaan
Referensi:
Benchmark| Referensi Regulasi Nasional
Sistem Operasi
Aspek Kritis:
• Stakeholders terkait
penyelenggaraan
• Posisi perencanaan TO
• Manajemen rekayasa
lalu lintas
• Prasarana dan fasilitas
pendukung
Referensi:
•
UU 23 thn 2007
•
UU 22 thn 2009
•
PM 20 thn 2010
•
PM 175 thn 2015
•
dst
Standard Teknis
Aspek Kritis:
• Pembebanan jalan
• Spesifikasi teknis
kereta (rangka, sistem
monitoring, kabin, dll.)
• Persyaratan sistem
informasi dan
komunikasi
Referensi:
•
UU 22 thn 2009
•
Perpres 55 thn 2019
•
PP 55 thn 2012
•
PP 6 thn 2017
•
PM 175 thn 2015
•
dst
Bisnis, Pembiayaan
dan Manajemen Resiko
Sistem Keselamatan
Aspek Kritis:
• Standar uji peralatan
dan kendaraan
Referensi:
•
PM 13 thn 2011
Bisnis, Pembiayaan
dan Manajemen Resiko
Referensi: • UU 23 thn 2007 • Perpres No. 103 2015 • Perpres No. 55 2019 • PM 31 thn 2012 • PM 20 thn 2011 • PM 74 2015 • PM 91 2018 • PM 9 2020 • PP 51 2012
Aspek Kritis:
•
Organisasi dan lingkup
badan pengelola
•
TKDN dan penelitian
dalam negeri
•
Manajemen SDM
•
Skema pengusahaan dan
Regulasi| Rencana Materi dan Muatan
▪ Definisi tram otonom
▪ Klasifikasi tram berdasarkan
cakupan wilayah: kota, regional,
inter-regional
▪ Pengaturan prioritas interaksi
lalulintas dan kecepatan
▪ Pengaturan jalur operasi
(mixed/dedicated)
▪ Standard jalur virtual dan beban
jalan (10T)
▪ Standard teknis tram: dimensi,
body, interior, kapasitas 5-6/m
2
,
SDM, dan perawatan
▪ Badan / Lembaga pengatur dan
pengawas keselamatan
▪ Standard sistem otonom,
komunikasi, dan persinyalan
▪ Standar keselamatan
▪ Pengujian dan sertifikasi tram
▪ Tanggung jawab dan penyelidikan
kecelakaan
▪ Sertifikasi dan lisensi operator
▪ Manajemen operasi, bisnis, mitigasi
resiko
Strategy| Rencana Regulasi Tram Otonom
UU
• UU 23/2007
Perkeretaapian
PP/
Perpres
• Strategi pengembangan, Badan/Lembaga Pengatur TO
• R&D dan TKDN
• Infrastruktur & charging
• Tata ruang
• Insentif Fiskal & Non-fiskal
PM
• Standar Operasi
• Standar Teknis
• Standar Pelayanan
• Standar Keselamatan
• Pengujian & Sertifikasi
Perlu sinkronisasi rencana regulasi yang
melibatkan semua stakeholder:
Penyusunan Naskah Akademik
Naskah Akademik
tentang
Penyelenggaraan Trem
Otonom di Indonesia
Regulasi
Nasional
Adaptasi
dan
Modifikasi
ASPEK
Teknis
Yuridis
Manajemen
Bisnis
Tata
Ruang
Regulasi
Negara Lain
Kajian yang
pernah dilakukan
FGD
Data teknis,
proyek eksisting
Expert
Judgement
02
Sistem Operasi Tram Otonom
(Dr. Ir. Binsar PH Naipospos , Ir. Sony Sulaksono Wibowo, MT, Ph.D)
1. Trem Otonom dalam Rencana Tata Ruang
Kota
Trem Otonom dalam Rencana Tata Ruang
Undang- Undang dan Peraturan Pemerintah terkait Tata Ruang
UU RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
• Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar
pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah dapat diberikan insentif
dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah.
• Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b. Pemerintah daerah kepada pemerintah
daerah lainnya; dan
c.
Pemerintah kepada masyarakat.
Pelaksanaan Penataan
Ruang
Insentif Trem Otonom
• keringanan pajak, pemberian
kompensasi, subsidi silang,
imbalan, sewa ruang, dan urun
saham
• pembangunan serta pengadaan
infrastruktur;
• kemudahan prosedur perizinan;
dan/atau
• pemberian penghargaan kepada
masyarakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah.
Disinsentif Trem Otonom
• pengenaan pajak yang tinggi
yang disesuaikan dengan
besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; dan/atau
• pembatasan penyediaan
infrastruktur, pengenaan
kompensasi, dan penalti.
13
• Mayoritas permukiman
• Terdapat ruang terbuka hijau di bagian utara
dan selatan Kota Denpasar
Contoh: Kota Denpasar
• 4 Kecamatan
• 5 Wilayah Pengembangan
• 16 Sub Wilayah Pengembangan
Karakteristik:
14
Trem Otonom dalam Rencana Tata Ruang Kota
No
Isu
Regulasi Terkait
Keterangan
1
Diperlukan penentuan
prasarana/jalur khusus tram
otonom
UU No. 23 Tahun
2007 tentang
Perkeretaapian
Pasal 35:
Prasarana perkeretaapian
umum dan perkeretaapian khusus meliputi : a. jalur kereta
api; b. stasiun kereta api; dan c. fasilitas operasi kereta api)
2
Diperlukan adanya rencana induk
trem otonom
PP No. 56 Tahun
2009 tentang
Penyelenggaraan
Perkeretaapian
pasal 34 : Penyusunan rencana induk perkeretaapian dilakukan dengan memperhatikan
penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian sesuai dengan jenis kereta api yang
meliputi: a. kereta api kecepatan normal; b. kereta api kecepatan tinggi; c. kereta api monorel; d.
kereta api motor induksi linier; e. kereta api gerak udara; f. kereta api levitasi magnetik; g. trem;
dan h. kereta gantung)
3
Diperlukan adanya batasan definisi
dari jalur tram otonom
PP No. 56 Tahun
2009 tentang
Penyelenggaraan
Perkeretaapian
pasal 42: Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a meliputi: a. ruang
manfaat jalur kereta api; b. ruang milik jalur kereta api; dan c. ruang pengawasan jalur kereta api.
4
Diperlukan adanya definisi khusus
terkait tingkat pelayanan trem
otonom
PP No. 72 Tahun
2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan
Kereta Api
pasal 15 : Jaringan
pelayanan perkeretaapian perkotaan
diselenggarakan dengan ciri-ciri
pelayanan: a. menghubungkan beberapa stasiun di wilayah perkotaan; b. melayani banyak
penumpang berdiri; c. memiliki sifat perjalanan ulang alik/komuter; d. melayani penumpang
tetap; e. memiliki jarak dan/atau waktu tempuh pendek; dan f. melayani kebutuhan angkutan
penumpang di dalam kota dan dari daerah sub-urban menuju pusat kota atau sebaliknya.)
5
Diperlukan penyesuaian definisi
badan jalan karena adanya tram
otonom di badan jalan
PP No. 34 Tahun
2006 tentang Jalan
Usulan Regulasi | Sistem Operasi TO
Penyelenggaraan TO
•
Siapa saja yang bertanggung jawab
dalam operasi TO?
•
Apa hak dan kewajiban dari pihak
(stakeholder) yang terlibat?
Posisi Perencanaan TO
•
Ketentuan terkait pembaharuan
pemasukan TO sebagai bagian dari
rencana
induk
transportasi
(perkeretaapian) di Indonesia.
Penggunaan Jalan
•
Penyesuaian
(manajemen
serta
rekayasa
lalu
lintas)
dalam
penggunaan jaringan jalan dengan
adanya TO yang beroperasi.
Peran TO sebagai Penghubung
Pusat Pertumbuhan
•
Ketentuan
pusat
pertumbuhan
mana saja yang dapat dihubungkan
oleh TO.
Prasarana dan Fasilitas yang
Mendukung TO
•
Spesifikasi prasarana dan fasilitas
TO
mulai
dari
jalur,
tempat
perhentian
dan
signase
yang
Ilustrasi Implementasi pada rencana jalur trem Surabaya untuk operasional TO
US-3 Taman Bungkul: 6/2 D US-6 Panglima Sudirman: 4/2 D
US-22/23 Tunjungan/Genteng:
2/1
US-16 JL. Rajawali: 4/1
US-9 Embong Malang: 4/2 UD
US-26 JL. Sonokembang: 4/2 D
US-17 Jembatan Merah: 4/2 D
US-12 Bubutan: 5/1
26 STASIUN TRAM
Jarak antar stasiun • Max : 0,75 km • Min : 0,40 km
Sumber:
Pra Studi Kelayakan AUMC Pemkot Surabaya (2012)
Isu Regulasi terkait Operasional
ASPEK LAJUR JALAN
• Ketentuan jumlah lajur jalan
• Ketentuan lajur operasional → paling kanan, kiri,
contra flow
• Dedikasi lajur → full/part dedicated lane
KELAS DAN FUNGSI JALAN
• Minimum fungsi dan kelas jalan
BATASAN KECEPATAN
• Kecepatan mendekati persimpangan (approach
speed)
• Kecepatan pada lajur jalan
PRIORITAS DI PERSIMPANGAN
• Pengaturan lampu → signal priority
• Prioritas pada simpang tidak bersinyal
• Prioritas dengan penyeberang jalan
PENGATURAN DI KAWASAN KHUSUS
• Kawasan Zona selamat sekolah, RS, dll
Isu Operasional Tram Otonom |
Usulan Regulasi | Sistem Operasi TO
▪ TO dioperasikan pada fungsi jalan minimum Kolektor Primer
▪ TO hanya dapat dioperasikan pada jalan yang memiliki sekurang-kurangnya 4/2 D (4 lajur 2 arah terbagi).
▪ TO pada segmen jalan dengan minimum 6/2D (6 lajur dua arah terbagi)
o Memiliki dedicated lane dengan pembatas fisik dan menggunakan jalur yang paling jalan
o Jenis perkerasan pada jalur TO disesuaikan dengan karakteristik operasional TO (terkait sensor)
o Pada kondisi khusus, TO-lane dapat sharing hanya dengan angkutan umum jenis bus.
▪ TO dapat dioperasikan kriteria yang kurang dari 6/2D dengan pembatasan
o Minimal 4/2 D dan dengan manajemen lalu lintas yang ketat (Larangan parking on-street dan bebas hambatan samping sepanjang waktu)
o Penerapan contra flow dimungkinkan jika digunakan pembatas fisik
LA
JUR
OPE
RA
SI
O
N
A
L
▪ Batasan kecepatan:
o Persimpangan: 20 km/jam
o Ruas jalan dg pembatas fisik: 60 km/jam
o Ruas jalan dg share-lane: 40 km/jam
K
ECEP
A
TAN
▪ Sistem kontrol dan sensor pada TO sedemikian rupa sehingga setiap mendekati
persimpangan bersinyal, selalu mendapatkan 'green light’ (TO priority system)
▪ Sistem navigasi pada TO untuk real time information tentang kedatangan TO pada
halte
TEKNOL
OG
I
Usulan Regulasi |
Isu Konflik TO dengan Lalu lintas dan Pedestrian
▪ TO priority system pada persimpangan bersinyal
▪ Kewajiban kendaraan mendahulukan TO
▪ Integrasi rambu dan isyarat untuk lalu lintas, penyebrang jalan dan
pergerakan TO
PERSIMPANGAN SEBIDANG
▪ Tidak ada fasilitas zebra cross dengan dan tanpa isyarat pada jalur TO
kecuali di persimpangan bersinyal
▪ Halte TO menggunakan median jalan dan akses menuju halte hanya dari
simpang-simpang terdekat.
▪ JPO khusus disediakan jika jarak antar simpang lebih besar dari 400 meter
KONFLIK DENGAN PEDESTRIAN
Rambu dan marka
jalur TO
Sistem isyarat TO
(klakson, bel, atau
lampu isyarat pada
lajur, dll)
Rambu larangan
memotong lajur TO
Larangan berhenti
di lajur TO
Batasan kecepatan
kendaraan
Integrasi pemberi
isyarat lalu lintas,
untuk kendaraan
dan TO
Rambu petunjuk dan rambu
informasi untuk lalu lintas dan
pedestrian
03
Standar Teknis Tram Otonom
(Dr. Augie Widyotriatmo, S.T., M.T, Dr. Eng. Bentang Arief Budiman )
1. Komponen Teknis & Teknologi, Skema Penyusunan
Regulasi Teknis
2. Sistem Elektrifikasi, Rancang Bangun, Sistem
Penggerak, dan Sistem Charging
Standar Teknis| Trem Otonom
Gambaran umum kontrol Tram Otonom (level SAE 3-4): • Dibekali dengan sistem pemandu otonom terbaru
• Navigasi di koridor khusus dengan mengikuti lajur virtual dari sistem sensor optic, GPS dan LiDAR (kendali longitudinal dan lateral)
• Masih terdapat masinis, dengan fungsi pengawasan dan
Automated Driving System
Longitudinal & Lateral Control
Lane Keeping
Obstacle Detection
Trem Konvensional
Trem Otonom
Gambaran umum kontrol Tram Konvensional: • Kendali longitudinal (traksi dan rem) • Navigasi di rel yang dedicated
• Masinis sebagai pengemudi dan pembaca sistem sinyal, sistem keselamatan, dsb
Standar Teknis| Komponen Teknis Trem Otonom
Kendali Longitudinal & Lateral (DDT – DDT fallback)
Navigasi (Geo-Guidance; IMU; optical guidance)
Telekomunikasi Data (5G)
Sistem pengenalan
sinyal/rambu-rambu
Standar Teknis| Skema Penyusunan Regulasi
EU Directive 34/2012: traffic on local railway; EU Directive 49/2004: Railway Safety Directive
Uni-Eropa
Local railway & Tramway Act; Safety tram and road crossing
Belanda
BOStrab 1987/2007: Construction and operation of Light Rail system
Jerman
Trem
Konvensional
Adaptasi dan
Evaluasi
Otonom
Trem
SAE J2399_201409 (Adaptive Cruise Control Operating Characteristics and User Interface) UU 23/2007; PP 6/2017; PP 61/2016; PM 175/2015; PM 13/2011 tentang Kereta; UU 22/2009; PM 44 /2018; PM 45 2019; PP 55/2012 tentang LLAJ; PP 56 2019; Perpres 55/2019 Kendaraan listrik Indonesia
Regulation for safety and risk for Tramways
GB/T 30008 – 2018 : Provision on the operation and management of urban rail transit
China
UK
DBT
43/2020:
Sistem
operasi
ART,
Design,
Acceptance,
Technical Spec, Operation,
China
UN
ECE/TRANS/WP.29/2020/81
UN
China DB/T 43
Bab 18.1 (Wireless Communication)
Jerman BOStrab
Fourth part : § 23 (Communication
Installations)
Standar Teknis| Usulan Aturan Trem Otonom
PP No 56 Tahun 2009
pasal 103-109 (Fasilitas Pengoperasian Kereta Api) 146 ayat 4 (Uji Fungsi Peralatan Persinyalan)
PP No 6 Tahun 2019
pasal 136 (Persyaratan Umum Peralatan Persinyalan)
PM No 44 Tahun 2018
pasal 2-11 (Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan)
PP No 56 Tahun 2009
pasal 110-111 (Fasilitas Pengoperasian Kereta Api) pasal 127 (pembangunan prasarana perkeretaapian) 146 ayat 5 (Uji Fungsi Peralatan Telekomunikasi) PM No 45 Tahun 2018
pasal 2-11 (Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi)
PM 175 tahun 2015
Pasal 40 (Peralatan Pengendali Kereta)
China DBT 43
Bab 8.1 (Virtual Track ) 15.3 (Signal System)
Jerman BOStrab
Sixth part : § 51 (Signals)
- Peralatan persinyalan mekanik (wesel) menjadi sistem intersection signal priority - Perlu mengadopsi standar marka jalan
pada DB/T 43
- Persinyalan (tanda/marka) disesuaikan dengan standar kendaraan otonom
- Komunikasi berbasis data (data audio video) - Membutuhkan implementasi jaringan 5G - Kebutuhan komunikasi antara penumpang
dan pusat sistem kendali
- Dibutuhkan mekanisme uji komunikasi data
SAE
SAE J2399_201409 (Adaptive Cruise Control) Operating
characteristics and User interface
SAE J3197_202004 (Automated Driving System Data Logger)
UN/ECE /TRANS/WP.29/2020/81
Bab 4-8 (ALKS & OEDR)
Annex 5 (test specification for ALKS)
German Road Traffic
Act Straßenverkehrsgeset (StVG) 2017
§1a (Motor Vehicles With Highly or Fully Automated Driving Function)
China DB/T 43
Bab 17 (Intelligent Control System)
- Penambahan standar/regulasi kontrol lateral - Penambahan standar/regulasi sistem OEDR
atau sistem sensor
- Penambahan standar/regulasi perangkat minimum untuk fungsi otonom (fungsi ACC/lane keeping dsb)
- Penambahan standar/regulasi uji sistem otonom (uji ALKS/ACC berdasar UN/ECE) - Penambahan standar sistem
redundancy/minimum risk manouvre
Regulasi existing
Regulasi existing
Regulasi existing
Potensi Adopsi Regulasi
Potensi Adopsi Regulasi
Potensi Adopsi Regulasi
Ringkasan Evaluasi
Ringkasan Evaluasi
Ringkasan Evaluasi
Sis
tem
Sin
yal
Sis
tem
K
o
mu
n
ik
asi
Sis
tem
Ot
o
masi
Standar Teknis | Sistem Elektrifikasi
Rancang
Bangun
Radius Putar Trem
Otonom (TO)
Sambungan Kereta
Dimensi TO
Berat TO
Sistem
Penggerak
Batas Kecepatan Traksi
Kemampuan Menanjak
Sistem Pengereman
Regeneratif
Kapasitas Baterai
Sistem
Charging
Jenis Pengisian
Baterai
Persyaratan
Instalasi
Distribusi
Tegangan
Standar Teknis | Rancang Bangun
Rekomendasi Rancang Bangun TO
•
Badan kereta terbuat dari high strength steel dan aluminium alloy.
•
Dimensi maksimum P x L x T kereta adalah 32 x 2,6 x 3,4 meter.
•
Berat maksimum TO adalah 10 ton per gerbong.
•
Sambungan gerbong dapat secara mekanis maupun virtual.
Tantangan rancang bangun Trem Otonom (TO)
Standar Teknis | Sistem Penggerak
• TO menggunakan sistem penggerak seperti pada Battery Electric Vehicle.
• Sistem penggerak pada TO menggunakan Motor Listrik yang dapat menambah
fitur Regenerative Braking dengan rekomendasi efisiensi diatas 95%.
• 1 kWh = 0.2 – 0.4 km (karena ada energi listrik untuk sensor dan GPS)
• TO menggunakan sistem multi-axle steering sehingga semua gandar dirancang
untuk dapat dikemudikan.
• Baterai yang rekomendasikan untuk TO adalah jenis lithium-titanate (LTO)
1dengan daya sebesar 600 kWh.
2Standar Teknis | Sistem Charging
Jenis pengisian baterai kendaraan listrik:
• Slow charging dilakukan dengan kecepatan kurang dari 4 kW
• Fast charging dengan kecepatan antara 10-20 kW
• Ultrafast charging dengan kecepatan lebih tinggi dari 20 kW dan bahkan dapat mencapai
400 kW
• Battery swapt sebagai alternatif sistem charging pada TO
Standar Teknis| Regulasi yang Diperlukan
Ranc
ang
Ba
ng
un
Sis
tem
Pen
gg
er
ak
Sis
tem
Cha
rg
ing
- PP 55 Tahun 2012 Pasal 5&54 (Dimensi Kendaraan Bermotor, Jalan, dan Beratnya), Pasal 12 (Sudut Kemiringan Minimum), Pasal 71 (Radius Putar), dan Pasal 107&109 (Alat Perangkai Kereta) - UU 22 Tahun 2009 Pasal 19 (Pengelompokan Jalan)
- UU 22 Tahun 2009 Pasal 21 (Batas Kecepatan pada Jalan Bebas Hambatan)
- PP 55 Tahun 2012 Pasal 12 (Kesesuaian Daya Mesin Penggerak terhadap Berat Kendaraan), Pasal 67 (Efisiensi Sistem Rem)
- PM ESDM 13 Tahun 2020 Pasal 3&4 (Jenis Arus, Konektor, dan Teknologi yang Digunakan), Pasal 16 (Fasilitas Penukaran Baterai) - Perpres 55 Tahun 2019 Pasal 22-25 (Infrastruktur Pengisian Listrik)
- China DB 43T-1837 5.2 (Dimensi TO), 4.2.2 (Radius Putar)
- Jepang Technical Regulatory Standards On Railways Article
70-82 (Struktur Kereta dan Perangkatnya)
- Jerman BOStrab Federal Regulations Fifth Part (Rancang
Bangun, Material, Dimensi, dan Interior TO)
- UK Tramways Principles & Guidance BAB 8 (Desain dan
Konstruksi Tram)
- China DB 43T-1837 6.8&6.9 (Batas Kecepatan Berdasarkan Jumlah Muatan), 6.11 (Kinerja Pengereman Berdasarkan Jumlah Muatan Dan Kondisi Jalan), 12 (Sistem Pengereman), 14 (Fungsi yang Perlu Ada pada Baterai)
- China DB 43T-1835 5.2.5 (Batas Kecepatan Berdasarkan Kondisi di Jalan), 5.3.4 (Persentase Perlambatan terhadap Pengereman Maksimum), 5.3.5 (Batas Kecepatan saat Melewati Perlintasan Sebidang)
- China DB 43T-1836 10.1.6.7.8 (Pengaturan Baterai)
- Jepang Technical Regulatory Standards On Railways Article 67 & 69 (Running Gear dan Perangkat Pengereman), Chapter 10 (Operasi Perkeretaapian)
- Jerman BOStrab Federal Regulations Sixth Part: § 49 & § 50 (Batas Kecepatan), Appendix 2 (Parameter Pengereman)
- China DB 43T-1837 4.4 (Besar Tegangan)
- China DB 43T-1835 15.1.3 (Tingkat Tegangan), 18.4 (Fasilitas Power)
- China DB 43T-1836 9.1.3 (Persyaratan Perangkat Catu Daya AC dan DC), 9.2.9 (Fungsi Proteksi pada Sistem Charging), 9.2.8.2 & 9.2.8.3 (Perlindungan
Three-proof Protection dan Anti Karat), 9.4.4 (Persyaratan Instalasi)
- Jepang Technical Regulatory Standards On Railways Article 50 (Peralatan dan Distribusi Tenaga Listrik)
- UK Tramways Principles & Guidance BAB 6 (Sistem Listrik untuk Traksi Tram) - Jerman BOStrab Federal Regulations Fourth Part: § 24-§ 26 (Instalasi Catu Daya)
- Diperlukan regulasi untuk
ukuran TO
- Radius putar dan berat TO sudah
sesuai dengan regulasi yang ada
- Diperlukan regulasi untuk alat
perangkai TO
- Diperlukan regulasi batas kecepatan dan kemampuan menanjak yang lebih spesifik berdasarkan kondisi tertentu - Diperlukan regulasi batas pengereman dan sistem yang digunakan berdasarkan kondisi tertentu
- Diperlukan regulasi mengenai baterai
- Diperlukan regulasi mengenai persyaratan instalasi yang lebih lengkap
- Diperlukan regulasi mengenai distribusi tenaga listrik dengan besar pembagiannya - Diperlukan regulasi mengenai sistem charging selama di halte dan terminal karena tempat yang bersinggungan langsung dengan pengguna jalan lainnya
04
Sistem Keselamatan & Manajemen Resiko
(Ir. Rachman Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D)
1. Standar, Sertifikasi, Perawatan
2. Manajemen Risiko
Regulasi TO | Sistem Keselamatan
MAN
A
JEMEN
RIS
IK
O
IDENTIFIKASI
EVALUASI
PEMETAAN
MITIGASI
IMPLEMENTASI
HASIL
SAFETY, HEALTH, ENVIRO
OPERATIONAL
NON OPERATIONAL
AKAR PENYEBAB
MITIGASI:
• STANDAR, SPESIFIKASI, SERTIFIKASI
• PROSEDUR PENYELENGGARAAN
• SUMBER DAYA MANUSIA
• HUKUM DAN REGULASI
• SOSIALISASI DAN EDUKASI
Regulasi TO | Sistem Keselamatan
• Evaluasi Potensi Risiko Keselamatan
Kategori Potensi
Risiko
Kebolehjadian
Konsekuensi
Mitigas
Kecelakaan
tabrakan
Rendah - Sedang Sedang - Tinggi
Desain, Perawatan, dan
operasional
Kegagalan traksi
Rendah
Rendah
Desain, Perawatan
Kegagalan sistem
operasi
Rendah
Rendah - Tinggi
Desain, Perawatan
Kegagalan layanan
Rendah
Rendah
Desain, Perawatan
Kegagalan mekanik Rendah
Sedang
Desain, Perawatan
Bencana
Rendah – Tinggi
Sedang - Tinggi
Desain, operasional
Non teknis
Rendah - Sedang Rendah - Tinggi
Desain, operasional
Klasifikasi konsekuensi:
• Rendah: tidak signifikan
pada operasional.
• Sedang: menimbulkan
kecelakaan tanpa korban
jiwa, dengan kerugian
signifikan.
• Tinggi: menimbulkan korban
jiwa dan/atau menimbulkan
kerugian yang sangat besar
Penyelenggara perlu melakukan risk analysis secara lebih detail dalam kajian
pendahuluan, berdasarkan kondisi spesifik di lapangan dan teknologi yang
digunakan
Regulasi TO | Sistem Keselamatan
• Mitigasi Risiko Keselamatan
DESAIN
Rancang bangun dan rekayasa dan kalitas
manufaktur yang baik dapat mencegah dan
menurunkan konsekuensi
kegagalan/kecelakaan
OPERASI
SOP operator dalam intervensi/override
operasi TO, Pembinaan kedisiplinan SDM,
mencegah dan/atau menurunkan
konsekuensi risiko
PERAWATAN
Perawatan sarana mencegah kegagalan shg
menurunkan risiko kegagalan/kecelakaan
• PM Standar, Spesifikasi Teknis:
mengadopsi PM 175/2015, dg
tambahan penting: Teknologi
pencegahan kecelakaan (CAS, LDWS,
mannual override), Speed limit,
crashworthiness
• PM Uji sertifikasi kelaikan,
mengadopsi PM 13/2011 dan
code/standar, dg tambahan penting:
uji dinamis (dlm Uji Pertaama dan Uji
Berkala) mengakomodasi berbagai
skenario kegagalan sistem
• Perlu PM operasi, sebagai turunan
dari PP 56/2019 (saat ini belum
ditemukan PM yang mengatur
operasi), dg aspek penting:
Pengaturan peran operator
berdasarkan Level Otonomi 3 atau 4
(SAE); Penyusunan SOP oleh
penyelenggara yg disetujui oleh
regulator, spt: inspection, supervisi
selama operasi, override/manual
operation; Pengembangan dan
pembinaan SDM;
• PM Sertifikasi operator
• Perlu PM perawatan, sebagai turunan
dari PP 56/2019 (saat ini belum
ditemukan PM yang mengatur
perawatan), dengan prinsip program
perawatan disusun oleh
penyelenggara dan distujui oleh
regulator, yg mengacu pada strategi
perawatan code/standar, dan modern
(reliability/risk/condition-based)
• PM sertifikasi tenaga pemeriksa dan
perawatan mengadopsi PM 8, 9, 16,
17 / 2017;
• PM standar tempat dan peralatan
Regulasi TO | Sistem Keselamatan
• Inventarisasi Kebutuhan Regulasi yang terkait Sistem Keselamatan
Peraturan Menteri Perhubungan (PM):
1.
Standar spesifikasi teknis TO
2.
Uji Sertifikasi Kelayakan TO
3.
Sertifikasi Operator TO
4.
Sertifikasi Tenaga Perawatan TO
5.
Lokasi dan Fasilitas Perawatan TO
6.
Persyaratan Operasi TO
7.
Persyaratan Perawatan Sarana TO
8.
Persyaratan Perawatan Prasarana Jalur
TO
SK Dirjen KA atau Peraturan Badan
pengelola atau SK Penyelenggara:
1.
SOP Operasional TO
2.
SOP Perawatan TO
3.
Program pengembangan dan
05
Regulasi Badan Pengelola, Manajemen SDM,
Pengusahaan dan Pembiayaan Tram Otonom (TO)
(Dr. rer.pol. Eko Agus Prasetio, S.T., MBA)
1. Kerangka Peraturan
2. Muatan Peraturan
a) Referensi utama
b) Poin peraturan yang dimodifikasi untuk TO
c) Skala Prioritas Muatan Peraturan
Kerangka Peraturan
Badan
Pengelola
Susunan
Organisasi
Lingkup
Kebijakan
Transportasi Penegakan HukumSistem Informasi dan Telekomunikasi
Tata Ruang
Teknologi, Industri, dan Insentif Fiskal
Manajemen
SDM
Pengembangan
SDM
Pusat
Pelatihan SDM
Komponen Pengembangan SDM Lingkup Pelatihan Kompetensi dan Standar Kompetensi Tahapan Pengembangan SDM Aspek Utama Fasilitas Pengusahaan dan Pembiayaan Skema Usaha dan PembiayaanBiaya
Pengoperasian
Pengusahaan
dan Pelayanan
Perizinan
Badan Usaha
Pembiayaan Implementasi Rencana Induk Wewenang Penyelenggaraan Subsidi Proses Pemilihan Badan Usaha TO Aspek Pembelian Layanan Wewenang dalam Pembelian Layanan Izin Usaha Izin Operasi Kewajiban Badan Usaha Persyaratan TO sebagai angkutan barang Komponen sistem pelayanan TO Penilaian Kualitas Pelayanan Sistem Pengumpulan Tarif Faktor penentu biaya pengoperasian Komponen biaya pengoperasianPM tentang Sistem Operasi TO
Ringkasan Muatan Peraturan
Badan
Pengelola
Manajemen
SDM
Pengusahaan dan PembiayaanSusunan Organisasi Badan Pengelola Lingkup Kebijakan Badan Pengelola
Transportasi
Mengatur sinkronisasi TO dengan moda lain di dalam ekosistem transportasi nasional
Penegakan Hukum
Merumuskan kebijakan penegakan hukum dan perluasan literasi masyarakat
Teknologi, Industri dan Insentif
Merumuskan standar teknologi, kesiapan infrastruktur, pengujian dan sertifikasi, izin
penyelenggaraan usaha, kebijakan insentif dan investasi, penentuan TKDN dan penelitian dalam negeri:
• TKDN bertahap mulai minimum 35% pada 2 tahun pertama, hingga 80% pada tahun ke-10 dst. • Penelitian dan inovasi teknologi industri TO berada di dalam negeri
Sistem Informasi dan Telekomunikasi
Merumuskan kebijakan aliran data beserta standar sistem informasi dan telekomunikasi
Tata Ruang
Merumuskan standar tata ruang TO
Kompetensi dan standar kompetensi SDM TO (termasuk aspek kendaraan listrik dan mitigasi risiko)
Tahapan pengembangan SDM TO
Fasilitas dan lingkup pusat pelatihan
Wewenang pembelian layanan Penerbitan izin usaha dan izin operasi Perjanjian kerja dengan badan usaha Skema bisnis TO sebagai angkutan barang Penilaian manajemen kualitas pelayanan Sistem pengumpulan tarif secara terpusat
Skala Prioritas Kebijakan
High-priority Medium priority Low priority
Muatan Peraturan| Badan Pengelola
Badan
Pengelola
Susunan
Organisasi
Lingkup
Kebijakan
Transportasi Penegakan HukumSistem Informasi dan Telekomunikasi
Tata Ruang
Teknologi, Industri, dan Insentif Fiskal
Dimuat dalam Perpres tentang Penyelenggaraan TO
Referensi Utama:
• Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (BPTJ) • Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric
Vehicle) untuk Transportasi Jalan
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 295/PRT/M/2005 tenteng Badan Pengatur Jalan Tol
• Studi ITB-Kemenhub, ”Perencanaan Implementasi Teknologi Angkutan Umum Otonom Berbasis Energi Listrik Di Wilayah Ibu Kota Negara (Kajian Kebijakan Dan Regulasi”, 2020
• Benchmarking peraturan dan studi literatur
Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO: • Susunan Organisasi
• Jumlah direktorat disesuaikan dengan jumlah lingkup kebijakan (5 Direktorat)
• Rincian tugas, susunan organisasi dan tata kerja ditetapkan oleh aktor multi-kementerian
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Pengelola dapat melibatkan tenaga profesional atau penyedia jasa sesuai dengan bidangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
• Lingkup Kebijakan
• Transportasi: mengatur sinkronisasi TO dengan moda lain di dalam ekosistem transportasi nasional • Penegakan hukum: merumuskan kebijakan penegakan hukum dan perluasan literasi masyarakat
• Teknologi, Industri dan Insentif: merumuskan standar teknologi, kesiapan infrastruktur, pengujian dan sertifikasi, izin penyelenggaraan usaha, kebijakan insentif dan investasi, penentuan TKDN dan penelitian dalam negeri:
• TKDN bertahap mulai minimum 35% pada 2 tahun pertama, hingga 80% pada tahun ke-10 dst. • Penelitian dan inovasi teknologi industri TO berada di dalam negeri
• Sistem informasi dan telekomunikasi: merumuskan kebijakan aliran data beserta standar sistem informasi dan telekomunikasi • Tata Ruang: merumuskan standar tata ruang
Skala Prioritas Muatan Peraturan
Low
Medium
High
•
Susunan Organisasi
•
Lingkup Kebijakan
N/A N/A
Muatan Peraturan| Manajemen SDM
Manajemen
SDM
Pengembangan
SDM
Pusat
Pelatihan SDM
Komponen Pengembangan SDM Lingkup Pelatihan Kompetensi dan Standar Kompetensi Tahapan Pengembangan SDM Aspek Utama FasilitasDimuat dalam Perpres tentang Penyelenggaraan TO
Referensi Utama:
•
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
•
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2011 tentang Akreditasi Badan Hukum Atau Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perkeretaapian
•
PP 51 2012 tentang SDM di bidang Transportasi
•
DB43 – 1835 China (Design Specification for Intelligent Rail Express System)
Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO:
•
Kompetensi terkait kendaraan listrik dan mitigasi risiko termasuk kepada standar kompetensi SDM TO
•
Tahapan pengembangan SDM TO dalam rangka peningkatan pelayanan diawali dengan pembentukan
motivasi internal hingga pembentukan mekanisme pengawasan sosial
•
Pusat pelatihan perlu memliki fasilitas lengkap mulai dari alat simulasi mengemudi, laboratorium,
perpustakaan dan ruang kelas
•
Pusat pelatihan perlu memberikan keahlian secara menyeluruh, baik hal teknis, pra-kerja, maupun
keterampilan vokasi
Skala Prioritas Muatan Peraturan
Low
Medium
High
• Komponen Pengembangan SDM • Tahapan Pengembangan SDM
• Kompetensi dan Standar Kompetensi • Lingkup Pelatihan
• Aspek utama pusat pelatihan SDM
• Fasilitas pusat pelatihan SDM
Muatan Peraturan| Pengusahaan dan Pembiayaan - 1
Pengusahaan dan Pembiayaan Skema Usaha dan PembiayaanPerizinan
Badan Usaha
Pembiayaan Implementasi Rencana Induk Wewenang Penyelenggaraan Subsidi Proses Pemilihan Badan Usaha TO Aspek Pembelian Layanan Wewenang dalam Pembelian Layanan Izin Usaha Izin Operasi Referensi Utama:• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2012 tentang Perizinan Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum • Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Pengurusan
Transportasi
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 91 Tahun 2018 tentang Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Perhubungan Di Bidang Perkeretaapian
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi Angkutan Umum Penumpang Umum Perkotaan
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
• DB43 – 1835 China (Design Specification for Intelligent Rail Express System) Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO:
• Badan pengelola, bersama dengan Menteri, gubernur, bupati/walikota turut berwenang dalam pembelian layanan • Izin usaha diterbitkan oleh pemerintah dan diketahui oleh badan pengelola
• Untuk memperoleh izin usaha, badan usaha perlu melakukan koordinasi dengan badan pengelola • Untuk memperoleh izin operasi, badan usaha perlu memiliki prosedur mitigasi risiko sarana TO • Izin operasi diterbitkan oleh pemerintah dan diketahui oleh badan pengelola
• Perjanjian kerja dengan badan usaha akan melibatkan badan pengelola
Skala Prioritas Muatan Peraturan
Low
Medium
High
• Pembiayaan Implementasi rencana induk • Wewenang penyelenggaraan subsidi • Aspek pembelian layanan
• Wewenang dalam pembelian layanan • Perizinan badan usaha
• Proses pemilihan badan usaha TO
N/A
Dimuat dalam PM tentang Sistem Operasi TO
Dimuat dalam Perpres tentang Penyelenggaraan
Muatan Peraturan| Pengusahaan dan Pembiayaan - 2
Pengusahaan dan PembiayaanBiaya
Pengoperasian
Pengusahaan
dan Pelayanan
Kewajiban Badan Usaha Persyaratan TO sebagai angkutan barang Komponen sistem pelayanan TO Penilaian Kualitas Pelayanan Sistem Pengumpulan Tarif Faktor penentu biaya pengoperasian Komponen biaya pengoperasianDimuat dalam PM tentang Sistem Operasi TO
Referensi Utama:
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2012 tentang Perizinan Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum • Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Pengurusan
Transportasi
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 91 Tahun 2018 tentang Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Perhubungan Di Bidang Perkeretaapian
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi Angkutan Umum Penumpang Umum Perkotaan
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
• DB43 – 1835 China (Design Specification for Intelligent Rail Express System)
Poin Peraturan yang Dimodifikasi/Ditambahkan untuk Konteks TO: • Persyararatan TO sebagai angkutan barang:
• Dimodifikasi dari persyaratan kereta sebagai angkutan barang • Badan usaha TO dapat berbentuk BUMN, BUMD, PT atau Koperasi
• Penilaian manajemen kualitas pelayanan melibatkan pihak ketiga dan dilaksanakan secara teratur • Sistem pengumpulan tarif dibuat secara terpusat dengan mendukung metode multipayment
Skala Prioritas Muatan Peraturan
Low
Medium
High
• Kewajiban badan usaha
• Komponen sistem pelayanan TO • Sistem pengumpulan tarif
• Penilaian kualitas pelayanan • Faktor penentu biaya
pengoperasian
• Komponen biaya pengoperasian
• Persyaratan TO sebagai angkutan barang
06
Strategi dan Kerangka Regulasi Tram Otonom
(Dian Agung Wicaksono, S.H., LL.M.)
1. Mendudukkan ART dalam Sistem Hukum Indonesia:
Pijakan Yuridis Trem Otonom
2. Pemetaan Aktor dalam Penyelenggaraan Trem Otonom
3. Sistematika dan Materi Muatan (Prioritas)
❶ Mendudukkan ART dalam Sistem Hukum Indonesia
ASPEK UU KA UU LLAJ KETERANGAN
Moda • Kereta Api: sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api (vide Pasal 1 angka 2 UU KA).
• Sarana perkeretaapian: kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel (vide Pasal 1 angka 9 UU KA).
• Kendaraan: suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor (vide Pasal 1 angka 7 UU LLAJ).
• Kendaraan Bermotor: setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel (vide Pasal 1 angka 8 UU LLAJ).
• Kendaraan Tidak Bermotor: setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan (vide Pasal 1 angka 9 UU LLAJ).
Dari aspek moda, ART tidak dapat masuk dalam kualifikasi Kendaraan, karena ART bergerak di atas garis pengarah ART (line
follower) yang berfungsi sebagai jalan rel.
Jalur Jalan rel: satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang
mengarahkan jalannya kereta api (vide Pasal 1 angka 7 UU KA).
• Jalan: seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel (vide Pasal 1 angka 12 UU LLAJ).
• Jalan: prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (vide Pasal 1 angka 4 UU Jalan).
• Dari aspek jalur, ART merupakan moda yang bergerak di atas jalan rel dalam definisi satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari konstruksi lain (line follower) yang terletak di permukaan tanah, yang berfungsi mengarahkan jalannya ART. • Oleh karena itu, ART tidak termasuk
sebagai moda yang menggunakan jalan sebagai media pergerakannya secara an
sich.
Penggolongan KA menurut jenis (vide Pasal 4 UU KA): a. Kereta api kecepatan normal; b. Kereta api kecepatan tinggi; c. Kereta api monorel;
d. Kereta api motor induksi linear; e. Kereta api gerak udara;
f. Kereta api levitasi magnetik; g. Trem; dan
h. Kereta gantung.
-ART dari aspek penggolongan lebih dekat dengan trem, mengingat Trem didefinisikan sebagai Kereta api yang bergerak di atas jalan rel yang sebidang dengan jalan (vide Penjelasan Pasal 4 huruf g UU KA).
→UNTUK DAPAT MENGGUNAKAN ART DI INDONESIA, MAKA TEKNOLOGI ART HARUS DISESUAIKAN DENGAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA.
❷ Pemetaan Aktor dalam Penyelenggaraan Trem Otonom
Pemetaan Aktor
dan Kewenangan
Aktor yang
Terlibat Langsung
dalam
Penyelenggaraan
Trem Otonom
Kementerian
Perhubungan
Kementerian
Kominfo
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
PUPR
Pemerintah
Daerah
(Provinsi dan
Kab/Kota)
Polri
manajemen SDM
(pengemudi, staf
operasional)
sarana trem (rancang
bangun, sensor, sinyal,
navigasi, elektrifikasi, dll) →
memberikan delegatie
provisio ke PM Spektek
dan PM Uji dan Sertifikasi
rancang bangun dan
industri trem otonom
dalam negeri
prasarana trem (jalur,
stasiun, fasilitas operasi)
manajemen dan rekayasa lalu lintas (marka,
rambu, keselamatan, kecelakaan,
penegakan hukum)
Dikarenakan melibatkan lebih dari
1 K/L, maka perlu untuk
membentuk peraturan
perundang-undangan yang dapat
mengkoordinasi semua K/L yang
terlibat, yaitu Peraturan Presiden.
❸ Sistematika dan Materi Muatan:
Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Trem Otonom (1)
SISTEMATIKA MATERI MUATAN
BAB I Ketentuan Umum
Ketentuan umum berisi: (a) batasan pengertian atau definisi; (b) singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau (c) hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.
BAB II
Penyelenggara Trem Otonom
Memuat kewenangan yang dimiliki oleh aktor penyelenggara TO sebagai berikut:
a. Kementerian Perhubungan, meliputi:
1) mengatur standar dan tata cara perawatan prasarana dan sarana TO; 2) mengatur syarat dan kualifikasi tenaga yang melakukan perawatan
prasarana dan sarana TO;
3) mengatur tata cara pengujian prasarana dan sarana TO; 4) mengatur kualifikasi petugas pengatur perjalanan TO;
5) mengatur rencana induk perkeretaapian nasional yang di dalamnya terdapat TO;
6) mengatur standar spesifikasi teknis TO;
7) mengatur jenis, kegiatan, dan kelas stasiun TO; 8) mengatur teknis peralatan persinyalan TO; 9) mengatur teknis peralatan telekomunikasi TO; 10) mengatur teknis instalasi listrik TO;
11) mengatur proses dan tata cara pelaksanaan rancang bangun dan rekayasa sarana TO.
b. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, meliputi:
1) mengatur penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsi dan status jalan untuk penyelenggaraan TO;
2) mengatur persyaratan teknis jalan untuk penyelenggaraan TO; 3) mengatur kelas jalan untuk penyelenggaraan TO.
c. Kementerian Komunikasi dan Informatika, meliputi pemberian izin untuk penyelenggaraan telekomunikasi khusus dalam penyelenggaraan TO.
d. Kementerian Perindustrian, meliputi fasilitasi industri TO menjadi jenis industri strategis dalam negeri.
e. Pemerintah Daerah, meliputi:
1) memasukkan TO dalam rencana induk perkeretaapian daerah; 2) memberikan izin usaha, izin pembangunan, pengadaan, dan izin
operasi prasarana dan sarana TO sesuai lingkup kewenangan daerah;
3) memberikan izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan untuk jalur kereta TO sesuai lingkup kewenangan daerah;
4) menetapkan jaringan jalur dan kelas stasiun kereta TO sesuai lingkup kewenangan daerah;
5) Penetapan jaringan pelayanan kereta TO sesuai lingkup kewenangan daerah;
6) melakukan penyesuaian rencana tata ruang. f. Kepolisian Republik Indonesia, meliputi:
1) penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas, termasuk kecelakaan TO; dan 2) menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
3) koordinasi dengan penyelenggara jalan (dalam hal ini sesuai status jalan) untuk penegakan hukum terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan sebagai pembatas lalu lintas kereta TO, serta kewajiban mendahulukan perjalanan TO.
❸ Sistematika dan Materi Muatan:
Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Trem Otonom (2)
SISTEMATIKA MATERI MUATAN
BAB III
Sarana dan Prasarana Trem Otonom Memuat pengaturan Sarana Trem Otonom yang meliputi:1. Badan Kereta 2. Sistem Penggerak
3. Sistem Baterai 4. Sistem Kontrol 5. Sistem Komunikasi 6. Sistem Otonomi
Memuat pengaturan Prasarana Trem Otonom yang meliputi: 1. Jalur
2. Trek Virtual 3. Rambu Lalu Lintas 4. Sistem Pengisian Daya 5. Stasiun
6. Fasilitas Operasi Memberikan delegatie provisio untuk membentuk:
(a) PMHub tentang Standar Spesifikasi Teknis Trem Otonom; dan
(b) PMHub tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Trem Otonom. BAB IV
Penyelenggaraan Sarana Trem Otonom Penyelenggaraan sarana Trem Otonom, meliputi kegiatan:a. pengadaan sarana; b. pengoperasian sarana;
c. perawatan sarana; dan d. pengusahaan sarana.
Memberikan delegatie provisio untuk membentuk: (a) PMHub tentang Sistem Operasi Trem Otonom; (b) PMHub tentang Perizinan Trem Otonom.
BAB V
Penyelenggaraan Prasarana Trem Otonom Penyelenggaraan prasarana Trem Otonom, meliputi kegiatan:a. pembangunan prasarana; b. pengoperasian prasarana;
c. perawatan prasarana; dan d. pengusahaan prasarana. BAB VI
Manajemen Sumber Daya Manusia Mengatur mengenai:1. Komponen Pengembangan Sumber Daya Manusia 2. Lingkup SDM yang Wajib Mendapatkan Pelatihan 3. Standar Kompetensi
4. Tahapan Pengembangan SDM 5. Pusat Pelatihan
BAB VII
Badan Pengelola Trem Otonom Memuat mengenai:1. Susunan Organisasi BPTO 2. Kewenangan BPTO BAB VIII
Skema Usaha dan Pembiayaan Trem Otonom Mengatur mengenai pengadaan TO dan kewenangan dari Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan TO antara lain penetapan trayek, penetapan tarif, dan monitoring dan evaluasi. BAB IX
❸ Sistematika dan Materi Muatan (Prioritas): PMHub tentang Standar Spesifikasi Teknis Trem Otonom
SISTEMATIKA MATERI MUATAN
BAB I Ketentuan Umum Ibid.
BAB II
Persyaratan Umum Memuat pengaturan sebagai berikut:1. Dasar pengadaan sarana TO
2. Dasar pertimbangan penetapan spesifikasi teknis TO
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan spesifikasi teknis TO (ruang bebas prasarana dan sarana TO, lebar jalan rel, dsb.) BAB III
Persyaratan Teknis Mengatur mengenai spesifikasi teknis dari:1. Konstruksi dan Komponen, yang meliputi: rangka dasar, badan kereta, kabin awak, bogie, peralatan penerus daya, peralatan penggerak, peralatan pengereman, peralatan perangkai, peralatan pengendali, peralatan keselamatan, dan peralatan penghalau rintangan.
2. Peralatan Penunjang, yang meliputi: klakson atau penanda suara, lampu, peralatan komunikasi, dan informasi perjalanan asal tujuan. 3. Perlengkapan Penunjang, yang meliputi: ruang dapur, ruang makan, ruang bagasi, dan toilet.
BAB IV
Persetujuan Teknis Mengatur mengenai kewenangan Direktur Jenderal Perkeretaapian dalam pemberian persetujuan spesifikasi teknis TO. BAB V Ketentuan Penutup Ibid.
❸ Sistematika dan Materi Muatan (Prioritas): PMHub tentang Standar Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Trem Otonom
SISTEMATIKA MATERI MUATAN
BAB I Ketentuan Umum Ibid.
BAB II
Pengujian Trem Otonom Memuat pengaturan mengenai Jenis Pengujian:1. Uji Pertama, meliputi: uji rancang bangun dan rekayasa, uji statis, dan uji dinamis. 2. Uji Berkala, meliputi: uji statis dan dinamis.
a. Uji Rancang Bangun dan Rekayasa, meliputi: rangka dasar; badan; kabin masinis; bogie; peralatan penerus daya; peralatan penggerak; peralatan pengereman; peralatan perangkai; peralatan pengendali; peralatan keselamatan; dan peralatan penghalau rintangan.
b. Uji Statis, meliputi: dimensi; ruang batas sarana; berat; pengereman; kecacatan; pembebanan; sirkulasi udara; temperatur; kelistrikan; kebisingan; intensitas cahaya; penanda suara; peralatan komunikasi; dan kebocoran.
c. Uji Dinamis, meliputi: pengereman; temperatur; getaran; pembebanan dan kemampuan tarik; percepatan; sirkulasi udara; kelistrikan; kebisingan; jarak tempuh; dan otonomi. BAB III
Pelaksanaan Pengujian Trem Otonom
Mengatur mengenai pelaksanaan pengujian TO sebagai berikut: 1. Dokumen permohonan pengujian TO
2. Mekanisme pelaksanaan pengujian TO
3. Dokumen luaran terhadap TO yang telah lulus pengujian berikut kewenangan penerbitan dokumen pengujian 4. Kewajiban dari penyelenggara TO yang memegang dokumen pengujian
5. Sanksi administratif dan tata cara penerapan sanksi terhadap penyelenggara TO yang melakukan pelanggaran kewajiban BAB IV Ketentuan Penutup Ibid.