• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut diperoleh melalui full enumeration survey kepada 100 rumahtangga. Full enumeration survey tersebut dilakukan pada satu RW yang terdiri dari empat RT, dan wilayahnya mencakup dua kampung, yaitu Kampung Kubang dan Kampung Babakan. Masing-masing dilakukan pada 25 rumahtangga pada setiap RT dengan total Anggota Rumahtangga (ART) sebanyak 458 jiwa.

Melalui full enumeration survey tersebut diketahui karakteristik individu, seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Selain untuk mengetahui karakteristik individu, full enumeration survey tersebut juga untuk mengetahui karakteristik rumahtangga, seperti status kategori rumahtangga dan jumlah ART yang bekerja dan/atau berusaha.

5.1. Karakteristik Individu 5.1.1. Jenis Kelamin

Dari 100 rumahtangga yang disurvei, terdiri dari 87 Rumahtangga yang Dikepalai oleh Laki-laki (RMKL) dan 13 Rumahtangga yang Dikepalai oleh Perempuan (RMKP). Dari ketigabelas RMKP tersebut, hampir semuanya adalah janda yang ditinggal mati oleh suaminya, meskipun ada beberapa rumahtangga yang masih berstatus suami istri namun istri yang menjadi pencari nafkah utama. Secara umum, total keseluruhan ART yang disurvei berjumlah 458 jiwa, komposisi antara ART laki-laki dan perempuan tidak begitu jauh berbeda. Namun

(2)

demikian ART laki-laki tetap mempunyai jumlah yang lebih banyak bila dibandingkan dengan ART perempuan. Data selengkapnya mengenai hal tersebut, dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Jumlah Anggota Rumahtangga Miskin menurut Jenis Kelamin, Tahun 2007

Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persen (%)

Laki-laki 244 53,3

Perempuan 214 46,7

Total 458 100,00

Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

5.1.2. Umur

Berdasarkan jumlah penduduk pada kelompok umurnya, penduduk Desa Banjarwaru tergolong umur muda. Hal ini dapat dilihat pada persentase penduduk terbesar adalah penduduk yang tergolong umur produktif, yakni penduduk yang berusia antara 15-55 tahun, kemudian persentase terbesar kedua adalah penduduk yang berumur <15 tahun dan sisanya adalah penduduk yang berumur >55 tahun. Hal ini berkaitan dengan analisis ketergantungan individu (dependency ratio) yang diperoleh dengan cara membagi jumlah penduduk usia muda dan tua dibagi dengan jumlah penduduk usia produktif. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tingkat ketergantungan penduduk Desa Banjarwaru adalah rendah (kurang dari 1,0). Ini berarti bahwa jumlah penduduk usia kerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang bukan usia kerja, yaitu penduduk usia muda dan tua (lansia) dengan tingkat ketergantungan sebesar 0,65 persen. Selengkapnya mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

(3)

Tabel 10. Rumahtangga Miskin menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin Kepala dan Anggota Rumahtangga, Tahun 2007 (dalam persen)

RMKL RMKP Kelompok Umur (tahun) L P L P Total <15 19,38 15,79 5 12,5 33,62 15-55 32,3 27,99 37,5 25 60,48 >55 2,63 1,91 0 20 5,90 Total (%) 54,31 45,69 42,5 57,5 100,00 Total (jiwa) 227 191 17 23 458 Keterangan: L : Laki-laki P : Perempuan

Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

Dilihat dari kelompok umur berdasarkan jenis kelamin ART dan kepala rumahtangganya, maka jumlah ART pada RMKL lebih banyak bila dibandingkan dengan ART pada RMKP. Hal ini dikarenakan jumlah RMKL jauh lebih banyak daripada jumlah RMKP.

Pada RMKL, jumlah ART tertinggi pada kelompok umur <15 tahun, 15-55 tahun dan >15-55 tahun seluruhnya terdapat pada ART yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah ART tertinggi ada pada kelompok umur 15-55 tahun yang berjumlah 32,3 persen. Sedangkan pada RMKP, jumlah tertinggi ART pada kelompok umur <15 tahun dan >55 tahun berada pada ART yang berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 12,5 persen dan 20 persen, dan jumlah ART tertinggi kelompok umur 15-55 tahun ada pada ART yang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 37,5 persen. Dengan demikian, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelaminnya, jumlah ART tertinggi pada RMKL dan RMKP ada pada kelompok umur 15-55 tahun yang berjenis kelamin laki-laki.

(4)

5.1.3. Tingkat Pendidikan

Dilihat dari tingkat pendidikannya, penduduk Desa Banjarwaru tergolong rendah partisipasinya pada pendidikan. Seperti kondisi masyarakat pedesaan pada umumnya, tingkat pendidikan penduduk disana mayoritas hanya sebatas hingga tingkat Sekolah Dasar (SD). Selain karena faktor ekonomi, sebagian dari mereka hingga saat ini masih beranggapan bahwa pendidikan bukanlah hal yang penting dan belum tentu akan menjamin masa depan mereka. Seperti terlihat pada Tabel 11, dapat dipastikan hampir sebagian besar penduduk di desa ini hanya bersekolah hingga jenjang tingkat Sekolah Dasar (SD).

Tabel 11. Rumahtangga Miskin menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin Kepala dan Anggota Rumahtangga (dalam persen)

RMKL RMKP

Tingkat Pendidikan L P L P Total

Tidak sekolah 4,31 6,94 2,5 35 13,54

Belum sekolah 7,89 5,5 0 0 12,23

Bersekolah di SD kelas 7,42 6,46 2,5 5 13,32 Bersekolah di SMP kelas 2,87 1,91 2,5 0 4,59 Bersekolah di SMA kelas 0,96 0,48 2,5 0 1,53

Tamat SD 15,31 13,88 5 7,5 27,73 Tamat SMP 4,07 2,39 2,5 0 6,11 Tamat SMA 3,83 1,67 10 0 5,9 Akademi/universitas tamat 0,72 0,24 2,5 0 1,09 Sedang mesantren 0,96 0,24 7,5 2,5 1,97 Lainnya 5,98 5,98 5 7,5 12,01 Total (%) 54,31 45,69 42,5 57,5 100,00 Total (jiwa) 227 191 17 23 458 Keterangan: L : Laki-laki P : Perempuan

Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah akses mereka terhadap pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan persentase yang semakin rendah pada jumlah persentase tingkat kelulusan pada

(5)

tiap-tiap tingkatan pendidikan. Selanjutnya jika membanding antar jenis kelamin dan kepala rumahtangga, diketahui bahwa tingkat pendidikan perempuan cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Begitu juga jika membanding tingkat pendidikan ART perempuan pada RMKL dan RMKP, ART perempuan pada RMKL jauh lebih akses terhadap pendidikan dibandingkan dengan ART pada RMKP.

Hal ini diduga berhubungan dengan stereotipi gender yang hingga kini berlaku di masyarakat bahwa pendidikan lebih penting ditujukan pada laki-laki karena laki-laki akan menjadi pemimpin keluarga, untuk itu dituntut tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan perempuan yang pada akhirnya hanya akan sebatas menjadi ibu rumahtangga.

5.1.4. Jenis Pekerjaan

Pada Tabel 12 disajikan data selengkapnya mengenai kondisi rumahtangga miskin berdasarkan jenis pekerjaannya. Dari data tersebut diketahui bahwa jenis pekerjaan pada ART miskin tidak begitu bervariasi. Dilihat pada tabel bahwa sebagian besar penduduk di desa ini berstatus tidak bekerja. Hal ini diduga karena selain banyaknya jumlah penduduk yang berumur <15 tahun, juga diketahui bahwa terdapat banyak penduduk yang tergolong usia produktif (15-55 tahun) yang tidak bekerja (pengangguran) khususnya pada ART laki-laki, dan sebagian lain adalah perempuan yang bertatus sebagai ibu rumahtangga. Selebihnya, sebagian besar dari jumlah penduduk yang tidak bekerja tersebut adalah mereka yang masih berstatus sebagai pelajar.

(6)

Tabel 12. Rumahtangga Miskin menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin Kepala dan Anggota Rumahtangga, Tahun 2007 (dalam persen)

RMKL RMKP

Jenis Pekerjaan L P L P Total

Tidak Bekerja 17,94 27,03 20 27,5 45,2 PNS/ABRI 0,24 0,24 0 0 0,44 Petani Pemilik 0,48 0 0 7,5 1,09 Petani Penggarap 5,5 0 0 0 5,02 Buruh Tani 1,91 0,48 0 5 2,62 Pedagang 1,2 0,72 0 0 1,75 Dagang/Warung 0 0,96 0 7,5 1,53 Kuli Bangunan 3,59 0 0 0 3,28 Buruh Pabrik 3,59 5,02 5 2,5 8,52 Tukang Ojek 1,2 0 2,5 0 1,31 Pelajar 12,2 9,81 15 7,5 22,05 Kombinasi 0,24 0,24 0 0 0,44 Lainnya 6,22 1,2 0 0 6,77 Total (jiwa) 227 191 17 23 458 Total (%) 54,31 45,69 42,5 57,5 100 Keterangan: L : Laki-laki P : Perempuan

Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

Dilihat pada Tabel 12, jenis pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk adalah sebagai petani (pemilik dan penggarap), buruh tani, pedagang, dagang/warung, kuli bangunan, buruh pabrik, tukang ojek, PNS, dan lainnya (supir, karyawan swasta, dll).

Pekerjaan sebagai petani tidak lagi diminati oleh penduduk yang tergolong usia muda. Oleh sebab itu, hanya penduduk yang tergolong usia tua yang masih menjalani pekerjaan sebagai petani, itupun hanya sebagai petani penggarap karena sebagian besar lahan di Desa Banjarwaru telah menjadi lahan milik swasta melalui pembebasan tanah yang terjadi pada tahun 1992.

Dari hasil survei yang dilakukan khususnya pada jenis pekerjaan yang dilakukan oleh mayoritas penduduk Desa Banjarwaru, diketahui bahwa pekerjaan

(7)

yang dilakukan oleh mayoritas kaum laki-laki merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan kekuatan fisik, seperti kuli bangunan. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum perempuan merupakan jenis pekerjaan yang tidak mengandalkan kekuatan fisik. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas ART perempuan Desa Banjarwaru yang memiliki usaha dengan membuka usaha warung. Tentu saja hal ini erat kaitannya dengan peranan gender yang selama ini berlaku di masyarakat, yaitu bahwa perempuan meskipun bekerja ia tidak boleh melupakan “kodratnya” sebagai perempuan. Sehingga dalam pemilihan jenis pekerjaan tersebut cenderung memilih pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah, seperti membuka warung. Dengan demikian, meskipun ia menjalankan usaha, ia tetap dapat melakukan tugasnya sebagai ibu rumahtangga untuk mengurus keluarganya.

5.1.5. Status Pekerjaan

Status pekerjaan berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ART. Bila dilihat dari status pekerjaannya, sebagian besar dari ART yang bekerja adalah mereka yang berstatus sebagai karyawan/buruh. Mereka yang berstatus sebagai karyawan/buruh ini adalah mereka yang bekerja sebagai buruh di pabrik, PNS, pelayan restoran, karyawan swasta, dan buruh tani. Dengan demikian, status pekerjaan pada ART miskin di desa ini tergolong tinggi. Pada Tabel 13 diketahui terdapat persentase yang tinggi pada mereka yang berstatus lainnya. Mereka itu adalah yang tidak bekerja, yang termasuk di dalamnya yaitu ibu rumahtangga yang tidak bekerja, ART yang telah berumur lanjut, ART yang termasuk kategori umur produktif namun tidak bekerja (pengangguran), ART yang tergolong masih anak-anak, dan ART yang masih berstatus sebagai pelajar.

(8)

Tabel 13. Rumahtangga Miskin menurut Status Pekerjaan, Jenis Kelamin Kepala dan Anggota Rumahtangga, Tahun 2007 (dalam persen)

RMKL RMKP

Status Pekerjaan L P L P Total

Berusaha Sendiri 10,77 0,72 2,5 0 10,7 Berusaha + TK Keluarga 1,2 0,96 0 7,5 2,62 Berusaha + TK Upahan 0,72 0 0 7,5 1,31 Karyawan/Buruh 11,24 7,18 5 7,5 17,9 Pekerja keluarga 0,24 0 0 0 0,22 Lainnya 30,14 36,84 35 35 67,25 Total (jiwa) 227 191 17 23 458 Total (%) 54,31 45,69 42,5 57,5 100 Keterangan: L : Laki-laki P : Perempuan

Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

5.2. Karakteristik Rumahtangga 5.2.1. Status Kategori Rumahtangga

Untuk melihat karakteristik rumahtangga miskin berdasarkan status kategori rumahtangga diketahui melalui indikator keluarga miskin yang dikeluarkan oleh BPS. Berdasarkan status kategori rumahtangga tersebut diketahui miskin atau tidaknya rumahtangga. Kategori yang digunakan selengkapnya terlihat pada Lampiran 2.

Tabel 14. Jumlah Rumahtangga Miskin menurut Status Kategori Keluarga Miskin, Tahun 2007 (dalam persen)

Status Kategori Keluarga RMKL RMKP Total

Miskin 1,15 7,69 2

Tidak miskin 98,85 92,31 98

Total (rumahtangga) 87 13 100

Total (%) 100 100 100

(9)

Seperti terlihat pada Tabel 14, hampir 90 persen rumahtangga, baik pada RMKL dan RMKP termasuk ke dalam status kategori keluarga tidak miskin. Dengan demikian hanya sebagian kecil rumahtangga di desa ini yang termasuk ke dalam status keluarga miskin.

Dengan menggunakan kriteria keluarga miskin yang dikeluarkan oleh BPS tersebut, diketahui keterangan umum mengenai kondisi rumah dan rumahtangganya. Aspek yang menjadi penentu kemiskinan yaitu dilihat dari ciri tempat tinggal, kepemilikan asset, aspek pangan, aspek sandang, dan aktivitas sosial. Selengkapnya mengenai keterangan umum mengenai kondisi rumah dan rumahtangga pada RMKL dan RMKP dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.2.2. Jumlah ART yang Bekerja dan/atau Berusaha

Untuk mengetahui karakteristik rumahtangga yang lain dilihat dari jumlah ART yang bekerja dan/atau berusaha, karena jumlah ART yang bekerja dan/atau berusaha pada suatu keluarga akan menentukan partisipasi ART terhadap pendapatan keluarga. Jumlah ART yang bekerja dan/atau berusaha dikategorikan menjadi tiga, yaitu: (1) tinggi, apabila seluruh ART bekerja, (2) sedang, apabila kepala keluarga dan istri/suami yang bekerja, dan (3) rendah, apabila hanya kepala keluarga yang bekerja. Berdasarkan kategori tersebut diketahui jumlah ART yang bekerja pada RMKL dan RMKP. Seperti terlihat pada Tabel 15, baik pada RMKL dan RMKP jumlah ART yang bekerja tergolong rendah. Hal ini terlihat dari persentase terbesar ART yang bekerja ada pada kepala keluarga saja yang bekerja, yaitu sebesar 62 persen. Sisanya sebesar 14 persen tergolong sedang (kepala keluarga dan istri/suami yang bekerja), dan sebesar 2 persen tergolong tinggi (seluruh anggota keluarga bekerja).

(10)

Tabel 15. Jumlah Rumahtangga Miskin menurut Jenis Kelamin Kepala Rumahtangga dan ART yang Bekerja (dalam persen)

ART yang Bekerja RMKL RMKP Total Rendah (hanya kepala keluarga yang bekerja) 63,22 53,85 62 Sedang (kepala keluarga dan istri/suami yang bekerja) 16,09 0 14 Tinggi (seluruh anggota keluarga bekerja) 1,15 7,69 2

Lainnya 19,54 38,46 22

Total (rumahtangga) 87 13 100

Total (%) 100 100 100

Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

Diketahui terdapat sebagian besar rumahtangga pada RMKL dan RMKP ART yang bekerja dan/atau berusaha adalah kepala keluarga dan anak saja. Pada RMKL sebagian besar istri hanya bekerja sebagai ibu rumahtangga, sedangkan pada RMKP karena sebagian besar kepala rumahtangganya berstatus sebagai janda maka hanya ibu dan anak saja yang bekerja. Berdasarkan jenis kelamin kepala rumahtangganya diketahui baik pada RMKL dan RMKP, ART yang bekerja tergolong rendah.

5.3. Ikhtisar

Full Enumeration Survey dilakukan pada 100 rumahtangga yang terdiri dari 87 Rumahtangga yang Dikepalai oleh Laki-laki (RMKL) dan 13 Rumahtangga yang Dikepalai oleh Perempuan (RMKP), diketahui bahwa jumlah Anggota Rumahtangga (ART) yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak bila dibandingkan dengan ART yang berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan kelompok umur, baik itu pada RMKL dan RMKP diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar ada pada kelompok umur 15-55 tahun.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Banjarwaru tergolong rendah. Hal ini terlihat dari mayoritas tingkat pendidikan penduduknya yang hanya bersekolah

(11)

hingga tingkat Sekolah Dasar (SD). Persentase penduduk yang putus sekolah dan tidak sekolah juga menunjukkan jumlah yang tinggi. Dilihat dari jenis kelamin ART yang bersekolah, semakin tinggi tingkat pendidikan maka partisipasi perempuan terhadap jenjang pendidikan tersebut semakin rendah bila dibandingkan dengan ART laki-laki.

Hampir sebagian besar penduduk di desa ini baik itu ART yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak bekerja. Hal ini dikarenakan 3 hal, yaitu: pertama, banyak penduduk yang masih tergolong umur sekolah dan masih berstatus sebagai pelajar; kedua, banyak penduduk yang tergolong umur produktif namun tidak memiliki pekerjaan (pengangguran); dan ketiga, banyak ART perempuan yang telah menikah dan hanya bekerja sebagai ibu rumahtangga. Dilihat dari jenis kelamin ART yang bekerja, pada RMKL jumlah ART yang paling banyak bekerja adalah ART laki-laki, sedangkan pada RMKP jumlah ART yang bekerja adalah ART perempuan.

Berdasarkan status pekerjaan, baik pada ART RMKL dan RMKP yang bekerja, lebih banyak diantara mereka yang berstatus sebagai karyawan/buruh. Mereka yang bekerja dengan status sebagai karyawan/buruh tersebut adalah yang bekerja sebagai karyawan swasta atau buruh di pabrik. Persentase terbesar kedua berdasarkan status pekerjaan, adalah mereka yang bekerja dengan status berusaha sendiri. Mereka tersebut adalah yang bekerja sebagai petani penggarap atau kuli bangunan. Sedangkan yang bekerja dan berstatus berusaha dengan bantuan tenaga kerja keluarga adalah mereka yang memiliki pekerjaan dengan berdagang atau membuka warung, dan mereka yang bekerja dan berstatus berusaha dengan bantuan tenaga kerja upahan adalah para petani pemilik. Dengan demikian dilihat

(12)

dari besarnya persentase ART yang bekerja dengan status sebagai karyawan/buruh dibandingkan dengan status pekerjaan yang lainnya menunjukkan bahwa status pekerjaan ART di Desa Banjarwaru tergolong tinggi.

Dengan menggunakan kriteria rumahtangga miskin yang dikeluarkan oleh BPS, lebih dari 90% rumahtangga disana baik pada RMKL dan RMKP tergolong keluarga tidak miskin. Rumahtangga yang tergolong keluarga miskin lebih banyak ditemui pada RMKP dibandingkan pada RMKL. Hal tersebut mengindikasikan bahwa status ekonomi pada RMKL lebih tinggi bila dibandingkan dengan status ekonomi pada RMKP. Untuk melihat karakteristik keluarga, disamping dilihat dari status kategori kategori keluarga, juga dilihat dari jumlah ART yang bekerja. Karena hal tersebut berkaitan dengan total pendapatan suatu keluarga. Diketahui hampir lebih dari 50% baik pada RMKL dan RMKP, jumlah ART yang bekerja pada masing-masing rumahtangga tergolong rendah. Hal itu didasarkan pada jumlah ART yang bekerja terbatas hanya pada kepala keluarga saja.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta

Berdasarkan hasil dari perhitungan aktual dan analisa simulasi bahwa nilai safety factor diantara range nilai 1 sampai 10 dan von misses ≤ 200 MPa (Modulus Elasticity)

Bismillahirrohmanirrohim, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

Pengaruh Penambahan Polyethylene Fiber Dan Serat Sisal Terhadap Kekuatan Fleksural Dan Impak Base Plate Komposit Resin Akrilik.. Insisiv

Rata-rata bidang dasar di lokasi pengukuran sebesar 16,77 m 2 /ha dan kelas distribusi diameter sedikit berbeda dengan sebaran diameter pohon di hutan alam primer

Judul Kegiatan : Bisnis Baru One Stop Shopping Hewan Kesayangan Hamster Pelangi Dengan Warna- Warni Alami Sebagai Upaya Menurunkan Tingkat Stress2. Biaya

bahwa kemampuan berpikir kritis dibekali melalui pemahaman konsep, sintesis, evaluasi, hingga menciptakan solusi. Butir instrumen penilaian berkategori sukar tampak

Teknik yang digunakan untuk membuat model jadwal yang kegiatannya direpresentasikan oleh node (titik) dan dalam grafiknya dihubungkan oleh satu atau lebih hubungan