PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA,
DAERAH TERTINGGAL DAN
TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG
PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN
Oleh:
Dr. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D
Direktur Daerah Tertinggal, TRansmigrasi dan Perdesaan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Kick Off Trilateral Meeting
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2018
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
2
3
REPUBLIK
INDONESIA
OPTIMALISASI PERAN KEMENDESA PDTT
3
1. Peran Kementerian Desa PDTT sangat
PENTING
dan
KRUSIAL
dalam mewujudkan NAWACITA,
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMN 2015-2019, komitmen global: SDG’s, Climate
Change, dan lainnya;
2. Kementerian Desa PDTT harus mempunyai
MANAJEMEN DATA
,
INFORMASI
dan
PENGETAHUAN
yang lengkap, akurat dan mutakhir tentang desa, daerah tertinggal, pulau-pulau kecil dan transmigrasi;
3. Kementerian Desa PDTT harus
MEMAHAMI KARAKTERISTIK
dan
MASALAH
, dan
PERILAKU
masyarakat di setiap wilayah yang berbeda (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan,
Jawa dan Sumatera);
4. Kementerian Desa PDTT harus mempunyai
RENCANA STRATEGIS
dan
RENCANA KERJA
yang
TERUKUR
,
TERPADU
, dan
BERBASIS KINERJA
;
5. Kementerian Desa PDTT harus
MENJALANKAN FUNGSI REGULASI
,
FUNGSI KOORDINASI
dan
FUNGSI EKSEKUSI
dengan
TUNTAS
,
LUGAS
dan
SEIMBANG
;
6. Kementerian Desa PDTT harus membangun
KERJASAMA
,
KEMITRAAN
dan
KOLABORASI YANG
SOLID, ADIL
dan
BERKELANJUTAN
dengan K/L, PERGURUAN TINGGI, LSM, SWASTA dan Lembaga
4
REPUBLIK INDONESIA
PENYUSUNAN RKP DAN RENJA K/L 2018
4
1. Percepatan pencapaian tujuan dan sasaran RPJMN 2015-2019:
1) Setiap program dan kegiatan mempunyai
TARGET KINERJA
yang
JELAS
dan
TERUKUR
; serta
BERMANFAAT LANGSUNG BAGI RAKYAT
;
2) Sinkronisasi
LOKASI
,
KELOMPOK SASARAN
dan
KEGIATAN
dengan menggunakan pendekatan
WILAYAH Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Jawa-Bali.
2. Penyusunan Program dan Kegiatan Prioritas Tahun 2018:
1) Penajaman kegiatan (jenis kegiatan, lokasi, kelompok sasaran) bersama Bappenas dan DJA Money
follow goals and programs
Pembahasan Renja dan RKA KL
;
2) Penyusunan rencana program dan kegiatan secara
TERPADU
antardirjen dan antardirektorat
Konsolidasi kegiatan antardirjen dan antardirektorat
;
3) Peningkatan intensitas dan kualitas koordinasi dan komunikasi dengan K/L
Percepatan
penanganan dispute
(peraturan, kebijakan, program dan kegiatan), dan
Optimalisasi KERJASAMA
dan KEMITRAAN
dengan K/L;
4) Peningkatan
kualitas sosialisasi
,
rapat koordinasi
,
fasilitasi
, dan
pendampingan
kepada Pemda
Provinsi dan Pemda Kab./KotaOptimalisasi perjalanan dinas dengan agenda terpadu lintas dirjen
dan lintas direktorat;
ARAHAN PRESIDEN
Percepatan Pembangunan Desa
Rapat Terbatas Kabinet
29 Maret 2017
6
6
TINDAK LANJUT
Pelayanan DASAR,
Pengembangan
EKONOMI
DESA
(Produksi, Nilai Tambah,
Kesempatan kerja dan
Pendapatan)
Persentase
KEMISKINAN
DESA
(13,96%)
DUA KALI
LIPAT KOTA
(7,7%)
4
ARAHAN PRESIDEN
TRANSFORMASI DESA
menjadi
KOTA (Sosial, Budaya,
Ekonomi, Politik),
dan
KETERKAITAN DESA-KOTA
Persentase Penduduk
KOTA
terus meningkat
3
PENAJAMAN TARGET
LOKASI, KAWASAN DAN
KELOMPOK SASARAN
Tahun 2017 kita fokus
mengatasi
KETIMPANGAN
ANTARDAERAH
,
KAYA
dan
MISKIN
,
DESA
dan
KOTA
2
PERCEPATAN
PEMBANGUNAN DESA
dan
KAWASAN PERDESAAN
KETIMPANGAN
antara
DESA
dengan
KOTA
merupakan
penyebab utama tingginya
urbanisasi
7
TINDAK LANJUT
ARAHAN PRESIDEN
PELAYANAN DASAR
(pangan, perumahan, pendidikan,
dan kesehatan);
INFRASTRUKTUR DASAR
(air bersih, listrik, jalan, jembatan,
embung, transportasi: darat,
sungai, laut dan udara; dan
telekomunikasi dan informasi); dan
PENGEMBANGAN
EKONOMI DESA
(Produksi,
Pengolahan, Distribusi, Promosi
dan Pemasaran)
Penyaluran dan pemanfaatan
dana desa tersebut bisa
betul-betul efektif sehingga
memberikan
MANFAAT
bagi
WARGA di DESA
terutama
pada
PENURUNAN JUMLAH
PENDUDUK MISKIN
di
PERDESAAN
6
Pola
ALOKASI
dan
DISTRIBUSI, FOKUS
Pemanfaatan,
MANAJEMEN
PENDAMPINGAN, serta
PENGENDALIAN
dan
EVALUASI
DANA DESA
meningkat
Rp.
20,76 T
(2015),
Rp. 46,98 T
(2015), dan
Rp. 60 T
(2017)
8
TINDAK LANJUT
ARAHAN PRESIDEN
SOSIALISASI,
KOORDINASI
dan
SUPERVISI TINGKAT
PUSAT, PROVINSI,
KABUPATEN, KECAMATAN
dan
DESA
Pemanfaatan dana desa
BUKAN HANYA
untuk
MEMBANGUN
INFRASTRUKTUR
, tapi juga
pada upaya
PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS
PEREKONOMIAN DESA
serta upaya
MENGATASI
KEMISKINAN
dan
KETIMPANGAN di DESA
8
Masalah
PENYALURAN
dan
PENCAIRAN DANA DESA
ini
bisa
SEGERA DIATASI
. Dan
TAHUN 2017
ini,
HARUS
DIPASTIKAN SEMUA DESA
BISA MENERIMA DANA
DESA
7
PELAYANAN DASAR
;
INFRASTRUKTUR DASAR
(air bersih, listrik, jalan, jembatan,
embung, transportasi: darat,
sungai, laut dan udara; dan
telekomunikasi dan informasi); dan
PENGEMBANGAN
EKONOMI DESA
(Produksi,
Pengolahan, Distribusi, Promosi
9
9TINDAK LANJUT
ARAHAN PRESIDEN
PEREKERUTAN,
PELATIHAN, PENEMPATAN,
PENGAWASAN
, dan
PENGENDALIAN
oleh
PEMERINTAH DAERAH
Pengelolaan dana desa dapat
melibatkan
PARTISIPASI
WARGA
untuk
PENINGKATAN KUALITAS
HIDUP WARGA DESA
, dan
MASYARAKAT
dapat
IKUT
MENGAWASI PENGUNAAN
DANA DESA
agar
TEPAT
SASARAN
10
REVITALISASI BUMDES
Dana Desa digunakan
LEBIH
BESAR
lagi untuk
PENGEMBANGAN POTENSI
EKONOMI DESA
, terutama
untuk sektor
PERTANIAN,
PERIKANAN, PETERNAKAN
dan
INDUSTRI UMKM
di
desa
9
PENINGKATAN KAPASITAS
PEMERINTAH DAN
MASYARAKAT DESA
KERJASAMA K/L, PEMDA,
BUMN, PERGURUAN
TINGGI
dan
SWASTA
POLA
dan
PENDEKATAN
PEMDAMPINGAN
disesuaikan
10
10TINDAK LANJUT
ARAHAN PRESIDEN
PENDEKATAN BERBASIS
WILAYAH
dan
ASIMETRIS
: Rumusan
Kebijakan, Sosialisasi,
Fasilitasi dan Pendampingan
disesuaikan dengan
KONDISI SOSIAL,
BUDAYA,
dan
EKONOMI
di
SETIAP WILAYAH:
PAPUA, MALUKU, NUSA
TENGGARA, SULAWESI,
KALIMANTAN, JAWA
dan
SUMATERA.
Dalam pengembangan
potensi ekonomi desa,
pendekatannya
TIDAK BISA
PARSIAL
,
TIDAK BOLEH
SEKTORAL
, tapi
HARUS
betul-betul
INTEGRATIF
dari
HULU
sampai
HILIR
TRANSFORMASI DAN AKSELERASI
PEMBANGUNAN DESA DAN DAERAH
SDA
Pengetahuan
Pertanian dan
Pertambangan
Manufaktur dan
Jasa
Peningkat
an
Ka
pa
bilitas
(
Daya
S
ain
g
,
Daya
Tarik
da
n
Daya
Lestari
)
Berburu dan
Pengumpul
dan Bertani
Berpindah
Masyarakat
Maju
Masyarakat
Tradisional
Berkembang
Masyarakat
TRANSFORMASI SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI DAN SUMBER
DAYA DESA DAN DAERAH
Sintesis dan
Daur Ulang
Prasarana
Informasi
Teknologi
Ruang
(darat dan laut)
Jawa dan Sumatera
Papua, Maluku, Nusa Tenggara,
Kalimantan
Kalimantan dan Sulawesi
Perbedaaan Arah (
Direction
), Besaran (
Magnitude
) dan Kecepatan (
Speed
)
Institusi
SDM
13
TRANSFORMASI DESA
1. Regulasi
2. Data dan Sistem
Informasi
3. Pengetahuan
4. Organisasi
5. Masyarakat
6. Pemdesa
7. Prasarana
8. Pendampingan
1. Regulasi
2. Data dan Sistem
Informasi
3. Pengetahuan
4. Organisasi
5. Masyarakat
6. Pemdesa
7. Prasarana
8. Pendampingan
1. Regulasi
2. Data dan Sistem
Informasi
3. Pengetahuan
4. Organisasi
5. Masyarakat
6. Pemdesa
7. Prasarana
8. Pendampingan
Tahapan
•Perencanaan
•Penganggaran
•Pelaksanaan
•Pemantauan dan pengendalian
•Pelaporan
Desa Tertinggal
Desa Mandiri
Desa Berkembang
Desa
Berkelanjutan
(Village-Urban)
Kota
(Urban-Village)
1. Akumulasi modal Sosial-Budaya
2. Akumulasi modal ekonomi
3. Akumulasi modal fisik
4. Akumulasi pengetahuan
Proses
• Partisipasi
• Transparansi
• Akuntabilitas
• Fairness
• Responsibilitas
1. Percepatan pembangunan Desa
SALING BERKAIT
dan
TERPADU
dengan pembangunan
Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan dan Kawasan Transmigrasi;
2. KONDISI
sosial, budaya, dan ekonomi desa di setiap wilayah
BERBEDA
Pendekatan,
kebijakan, program dan kegiatan
BERSIFAT ASIMETRIS BERBASIS WILAYAH
;
3. KAPASITAS
Pemerintah Desa dan masyarakat desa
TIDAK SAMA
untuk setiap wilayah
Pola
SOSIALISASI, PELATIHAN
dan
PENDAMPINGAN BERSIFAT PARTISIPATIF
BERBASIS WILAYAH
;
4. Koordinasi dan konsistensi dalam penyusunan
REGULASI, KEBIJAKAN, PROGRAM
dan
KEGIATAN
dari K/L, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
5. SINERGI
dan
KETERPADUAN PEMBIAYAAN
pembangunan desa dari belanjan K/L dan
dana transfer daerah termasuk dana desa, DAK, dan dari APBD;
6. KERJASAMA
dan
KOORDINASI
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, LSM dan pelaku usaha dalam pendampingan dan
pemberdayaan Pemerintah dan Masyarakat Desa;
7. Pengembangan
SISTEM MANAJEMEN INFORMASI DESA
dan
DAERAH
; serta
POLA
BERBAGI PENGETAHUAN
(
knowledge sharing
),
MANAJEMEN PENGETAHUAN
(
knowledge management
) pembangunan desa; dan
8. Penataan
MANAJEMEN ASSET DESA DAN DAERAH
yang
BAIK, ADIL,
MENGUNTUNGKAN
dan
BERKELANJUTAN
.
TRANSFORMASI DAN AKSELERASI
PEMBANGUNAN DESA
POTRET DAN FAKTA
PEMBANGUNAN DESA
16
REPUBLIK INDONESIA
POTRET MASYARAKAT DESA
16
• Apakah kita memahami dengan benar dan tepat
MASALAH dan AKAR
MASALAH
sosial, budaya dan ekonomi masyarakat yang tersebar dan
beragam?
17
REPUBLIK INDONESIA
17
REALITA DESA DAN DAERAH TERTINGGAL
Banjir Desa Mojo di Kab Bojonegoro Kondisi Jalan Menuju Desa Sambi, Kab. Kotawaringin Kondisi Salah Satu SD di Kabupaten Berau
18
REPUBLIK INDONESIA
18 Kondisi jalan perbatasan di Kab Sintang
Asrama Siswa Di Kab Sintang Masyarakat perbatasan dg BBG Malaysia Jembatan rusak di Papua
Rumah Masyarakat Perbatasan di Kab TTS
Pengembangan ekonomi lokal di Papua
19
REPUBLIK INDONESIA
MENGAPA SEMUA ITU HARUS TERJADI?
APA YANG BISA KTA LAKUKAN??
20
Faktor Produksi
PAPUA
MALUKU
TENGGARA
NUSA
SULAWESI
KALIMANTAN
JAWA
SUMATERA
Lahan
Benih/ Bibit
Bahan Baku
Peralatan
Modal
Pengetahuan/
Teknologi
Informasi
Manajemen Usaha
Pendamping
Prasarana dan
Sarana (listrik, air
bersih,
transportasi)
Baik
Sangat kurang
Cukup
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
21
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH PAPUA
Indikator
Baseline Target
2019
jumlah desa tertinggal
ke berkembang
6.139
280
jumlah desa berkembang
ke mandiri
601
33
Penyebab
ketertinggalan di
Papua:
➢ SDM
➢ Prasarana dan
Sarana Dasar
➢ Aksesibilitas
➢ Ekonomi
o Masih adanya kampung dan distrik yang terisolasi khususnya di PEGUNUNGAN TENGAH disebabkan oleh terbatasnya akses transportasi darat dan tingginya biaya transportasi udara sehingga menyebabkan
DISPARITAS HARGA sangat tinggi.
o Terbatasnya akses AIR BERSIH, LISTRIK dan
TELEKOMUNIKASI.
o Terbatasnya pola budidaya masyarakat yang masih bersifat SUBSISTEN
o Rendahnya PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH dan
PENDAPATAN karena terbatasnya BENIH/BIBIT,
terbatasnya PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
TEKNOLOGI produksi, kurangnya TENAGA PENYULUH dan PENDAMPING, rendahnya hilirisasi PENGOLAHAN produk unggulan, terbatasnya akses PASAR
o Konflik LAHAN dan TANAH ULAYAT
o Rendahnya angka MELEK HURUF dan PARTISIPASI pendidikan, terutama di wilayah pegunungan tengah o tingginya angka KEMATIAN IBU melahirkan dan
ANAK; angka PENYAKIT MENULAR (malaria,
HIV/AIDS, kolera); dan GIZI BURUK, dan lainnya o Terbatasnya dan tidak meratanya DISTRIBUSI
TENAGA PENDIDIKAN dan KESEHATAN
o Terbatasnya AKSES menuju pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan
Isu Strategis
1. Dana Desa: Belum optimalnya manfaat dana desa karena belum
memadainya alokasi dana desa dan rendahnya kualitas belanja.
2. Pendampingan: Belum efektifnya pendampingan karena kurang
memperhatikan kondisi sosial budaya dan adat masyarakat kampung.
3. Prasarana: Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik
dan informasi; dan terbatasnya akses transportasi dari
kampung-kampung dan distrik ke pusat kegiatan ekonomi.
4. Ekonomi: Terbatasnya pengembangan lembaga ekonomi seperti
22
Indikator
Baseline
Target
2019
jumlah desa tertinggal
ke berkembang
1.358
351
jumlah desa
berkembang ke mandiri
878
43
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH MALUKU
o Masih adanya desa-desa yang terisolasi khususnya di
PULAU-PULAU KECIL yang disebabkan oleh
terbatasnya transportasi laut dan tingginya kerentanan pada perubahan cuaca laut sehingga mengakibatkan tingginya HARGA PANGAN dan
BEBAN BIAYA HIDUP (DISPARITAS HARGA).
o Terbatasnya akses AIR BERSIH, LISTRIK dan
TELEKOMUNIKASI
o Rendahnya PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH dan
PENDAPATAN karena terbatasnya BENIH/BIBIT,
terbatasnya PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
TEKNOLOGI produksi, kurangnya TENAGA PENYULUH dan PENDAMPING, rendahnya hilirisasi PENGOLAHAN produk unggulan, terbatasnya akses PASAR
o Rentan terhadap KONFLIK sosial
o Rendahnya angka MELEK HURUF dan PARTISIPASI pendidikan, terutama di PULAU-PULAU KECIL
o tingginya angka KEMATIAN IBU melahirkan dan
ANAK; dan GIZI BURUK, dan lainnya
o Terbatasnya dan tidak meratanya DISTRIBUSI
TENAGA PENDIDIKAN dan KESEHATAN
o Terbatasnya AKSES menuju pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan
Penyebab
ketertinggalan di
Maluku:
➢ SDM
➢ Prasarana dan
Sarana Dasar
➢ Aksesibilitas
➢ Ekonomi
Isu Strategis
1. Dana Desa: Belum optimalnya manfaat dana desa karena belum
memadainya alokasi dana desa dan rendahnya kualitas belanja.
2. Pendampingan: Belum efektifnya pendampingan karena kurang
memperhatikan kondisi sosial budaya dan adat masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil.
3. Prasarana: Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik
dan informasi; dan terbatasnya akses transportasi dari desa-desa ke
pusat kegiatan ekonomi.
4. Ekonomi: Terbatasnya pengembangan lembaga ekonomi seperti
23
Indikator
Baseline
Target
2019
jumlah desa tertinggal
ke berkembang
1.582
460
jumlah desa
berkembang ke mandiri
2.319
74
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH NUSA TENGGARA
Penyebab
ketertinggalan di
Maluku:
➢ SDM
➢ Prasarana dan
Sarana Dasar
➢ Aksesibilitas
➢ Ekonomi
o Rendahnya angka MELEK HURUF dan PARTISIPASI pendidikan, terutama di PULAU-PULAU KECIL o tingginya angka KEMATIAN IBU melahirkan danANAK; dan GIZI BURUK, dan lainnya
o Terbatasnya dan tidak meratanya DISTRIBUSI
TENAGA PENDIDIKAN dan KESEHATAN
o Terbatasnya AKSES menuju pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan
o Masih adanya desa-desa yang terisolasi khususnya di
PULAU-PULAU KECIL yang disebabkan oleh
terbatasnya transportasi laut dan tingginya kerentanan pada perubahan kondisi cuaca laut sehingga mengakibatkan tingginya HARGA PANGAN dan BEBAN BIAYA HIDUP (DISPARITAS
HARGA).
o Terbatasnya akses AIR BERSIH, LISTRIK dan
TELEKOMUNIKASI
o Rendahnya PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH dan
PENDAPATAN karena terbatasnya BENIH/BIBIT,
terbatasnya PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
TEKNOLOGI produksi, kurangnya TENAGA PENYULUH dan PENDAMPING, rendahnya hilirisasi PENGOLAHAN produk unggulan, terbatasnya akses PASAR
Isu Strategis
1. Dana Desa: Belum optimalnya manfaat dana desa karena belum
memadainya alokasi dana desa dan rendahnya kualitas belanja.
2. Pendampingan: Belum efektifnya pendampingan karena kurang
memperhatikan kondisi sosial budaya dan adat masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil.
3. Prasarana: Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik
dan informasi; dan terbatasnya akses transportasi dari desa-desa ke
pusat kegiatan ekonomi.
4. Ekonomi: Terbatasnya pengembangan lembaga ekonomi seperti
24
Indikator
Baseline
Target
2019
jumlah desa tertinggal
ke berkembang
2.063
723
jumlah desa
berkembang ke
mandiri
6.506
173
o Sering terjadinya BENCANA ALAM seperti tanah longsor dan banjir yang menyebabkan
terhambatnya aksesibilitas masyarakat
Penyebab
ketertinggalan di
Sulawesi:
➢ SDM
➢ Prasarana dan
Sarana Dasar
➢ Aksesibilitas
➢ Ekonomi
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH SULAWESI
o Rendahnya PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH dan
PENDAPATAN karena terbatasnya BENIH/BIBIT,
terbatasnya PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
TEKNOLOGI produksi, kurangnya TENAGA PENYULUH dan PENDAMPING, rendahnya hilirisasi PENGOLAHAN produk unggulan, dan terbatasnya akses PASAR
o Rentan terhadap KONFLIK sosial
o Rendahnya angka MELEK HURUF dan PARTISIPASI pendidikan, terutama di PULAU-PULAU KECIL
o Terbatasnya dan kurang meratanya DISTRIBUSI
TENAGA PENDIDIKAN dan KESEHATAN
o Terbatasnya AKSES menuju pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan
o Masih adanya desa-desa yang terisolasi khususnya di
PULAU-PULAU KECIL terluar yang disebabkan oleh
terbatasnya transportasi laut dan tingginya kerentanan pada perubahan kondisi cuaca laut sehingga mengakibatkan tingginya HARGA PANGAN dan
BEBAN BIAYA HIDUP (DISPARITAS HARGA).
o Terbatasnya akses AIR BERSIH, LISTRIK dan
TELEKOMUNIKASI
Isu Strategis
1. Dana Desa: Belum optimalnya manfaat dana desa karena belum
memadainya alokasi dana desa dan rendahnya kualitas belanja.
2. Pendampingan: Belum efektifnya pendampingan karena kurang
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil.
3. Prasarana: Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik
dan informasi; dan terbatasnya akses transportasi dari desa-desa ke
pusat kegiatan ekonomi.
4. Ekonomi: Terbatasnya pengembangan lembaga ekonomi seperti
25
Indikator
Baseline
Target
2019
jumlah desa tertinggal
ke berkembang
2.452
707
jumlah desa
berkembang ke
mandiri
3.960
146
Penyebab
ketertinggalan
di Kalimantan:
➢ SDM
➢ Prasarana dan
Sarana Dasar
➢ Aksesibilitas
➢ Ekonomi
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH KALIMANTAN
o Sering terjadinya BENCANA ALAM kebakaran hutan yang menyebabkan terhambatnya
aksesibilitas dan rendahnya kualitas kesehatan masyarakat
o Rendahnya PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH dan
PENDAPATAN karena terbatasnya BENIH/BIBIT,
terbatasnya PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
TEKNOLOGI produksi, kurangnya TENAGA PENYULUH
dan PENDAMPING, rendahnya hilirisasi PENGOLAHAN produk unggulan, dan terbatasnya akses PASAR
o Rentan terhadap KONFLIK sosial
o Rendahnya angka MELEK HURUF dan PARTISIPASI pendidikan, terutama di KAWASAN PERBATASAN o Terbatasnya dan kurang meratanya DISTRIBUSI
TENAGA PENDIDIKAN dan KESEHATAN
o Terbatasnya AKSES menuju pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan
Isu Strategis
1. Dana Desa: Belum optimalnya manfaat dana desa karena belum
memadainya alokasi dana desa dan rendahnya kualitas belanja.
2. Pendampingan: Belum efektifnya pendampingan karena kurang
memperhatikan kondisi sosial budaya dan adat masyarakat desa perbatasan.
3. Prasarana: Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik dan
informasi; dan terbatasnya akses transportasi dari desa dan kecamatan ke
pusat kegiatan ekonomi.
4. Ekonomi: Terbatasnya pengembangan lembaga ekonomi seperti koperasi
dan BUMDesa.
o Masih adanya desa-desa yang terisolasi khususnya di
KAWASAN PERBATASAN yang disebabkan oleh
terbatasnya transportasi darat dan udara, dan tingginya biaya transportasi udara sehingga mengakibatkan tingginya HARGA PANGAN dan BEBAN BIAYA
HIDUP (DISPARITAS HARGA).
o Terbatasnya akses AIR BERSIH, LISTRIK dan
TELEKOMUNIKASI
26
Indikator
Baseline
Target
2019
jumlah desa
tertinggal ke
berkembang
5.982
2.119
jumlah desa
berkembang ke
mandiri
16.476
416
Penyebab
ketertinggalan di
Sumatera:
➢ Prasarana
dan Sarana
Dasar
➢ Aksesibilitas
➢ Ekonomi
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH SUMATERA
o Rendahnya PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH dan
PENDAPATAN karena terbatasnya PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN TEKNOLOGI, kurangnya TENAGA PENYULUH dan PENDAMPING, rendahnya
PENGOLAHAN produk, dan terbatasnya akses PASAR.
o Kurangnya MANFAAT Perkebunan dan Pertambangan bagi masyarakat desa.
o Rendahnya angka MELEK HURUF dan PARTISIPASI pendidikan, terutama di PULAU-PULAU KECIL dan
PEGUNUNGAN
o Terbatasnya dan kurang meratanya DISTRIBUUSI
TENAGA PENDIDIKAN dan KESEHATAN
o Terbatasnya AKSES menuju pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan
Isu Strategis
1. Dana Desa: Belum optimalnya manfaat dana desa karena rendahnya
kualitas belanja.
2. Pendampingan: Belum efektifnya pendampingan karena kurang
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa/nagari.
3. Prasarana: Terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik
dan informasi; dan terbatasnya akses transportasi dari desa-desa dan
kecamatan ke pusat kegiatan ekonomi.
4. Ekonomi: Terbatasnya pengembangan lembaga ekonomi seperti
koperasi dan BUMDesa.
o Masih adanya desa-desa yang terisolasi khususnya di
PULAU-PULAU KECIL dan PEGUNUNGAN yang
disebabkan oleh terbatasnya transportasi laut dan darat sehingga mengakibatkan tingginya HARGA
PANGAN dan BEBAN BIAYA HIDUP
(DISPARITAS HARGA).
o Terbatasnya akses AIR BERSIH, LISTRIK dan
TELEKOMUNIKASI
o Sering terjadinya BENCANA ALAM gempa bumi, tanah longsor, banjir dan kebakaran hutan yang menyebabkan terhambatnya aksesibilitas dan rendahnya kualitas kesehatan masyarakat
27
Indikator
Baseline Target
2019
jumlah desa tertinggal
ke berkembang
591
360
jumlah desa
berkembang ke
mandiri
20.282
1.115
Penyebab
Ketertinggalan di
Jawa-Bali:
➢ Akses pasar
FAKTA PEMBANGUNAN WILAYAH JAWA-BALI
o Belum optimalnya PRODUKTIVITAS, NILAI
TAMBAH dan PENDAPATAN karena terbatasnya
hilirisasi PENGOLAHAN produk unggulan, dan terbatasnya akses PASAR
Isu Strategis
1. Dana Desa: Tingkat penyerapan dan kualitas belanja baik.
2. Pendampingan: Pendampingan sudah berjalan dengan baik karena
keterlibatan lembaga penggerak dan pengembangan masyarkat desa
dari LSM dan perguruan tinggi.
3. Prasarana: Belum optimalnya transportasi dari desa ke pusat kegiatan
ekonomi.
4. Ekonomi: lembaga ekonomi seperti koperasi dan BUMDesa sudah
berkembang.
o Sering terjadinya BENCANA ALAM seperti tanah longsor dan banjir yang menyebabkan
terhambatnya aksesibilitas masyarakat
REPUBLIK INDONESI
A
28
JADWAL PENYELESAIAN RKP 2018
29
REPUBLIK INDONESIA
Draft Rancangan
Awal RKP Rancangan Awal RKP Rancangan RKP Perpres RKP Bilateral Meeting (BM) Trilateral Meeting 1(TM -1) Workshop Internal Draft Policy PN dan PP Rakortek SB Pagu Indikatif Rakorbangpus dan Musrenbangnas Pemutakhiran Rancangan Renja Renja Pembicaraan Pendahuluan dengan DPR SB Pagu Anggaran Trilateral Meeting 2 (TM -2) Rancangan Awal Renja
Rancangan Renja RKA-K/L
Jan - Feb
Mar - Jun
Maret
Mei
Juni
Januari
JADWAL PENYUSUNAN RKP DAN RENJA K/L 2018
30
REPUBLIK INDONESIA
RANGKAIAN PELAKSANAAN FORUM PENYUSUNAN RKP 2018
➢
PEMBAHASAN:
1. Kementerian PPN/Bappenas menyampaikan Arah kebijakan dan sasaran RKP 2018, PN, PP, KP, dan
Kebijakan Presiden dalam sektor terkait, kepada Kementerian/Lembaga.
2. Melakukan pembahasan terkait Kegiatan Prioritas, Proyek Prioritas Nasional, proyek K/L yang
mendukung, serta program, kegiatan, output dan indikator K/L termasuk target, lokasi dan alokasi.
BILATERAL
MEETING
19 Januari 2017
➢
PEMBAHASAN:
1.Memastikan bahwa pemerintah daerah memahami penjabaran sasaran Prioritas Nasional RKP
2018 di masing-masing daerah.
2.Melakukan pengendalian perencanaan Prioritas Nasional di daerah dengan memastikan kesiapan
daerah terhadap penjabaran sasaran agenda Prioritas Nasional RKP 2018.
RAKORTEK
K/L-PEMDA
KBI: 21 Feb 2017
KTI: 28 Feb 2017
➢
PEMBAHASAN:
1.Menyampaikan rancangan awal RKP 2018
2.Menyampaikan indikasi Proyek Prioritas Nasional dan Proyek K/L per provinsi
RAKORBANGPUS
11 April 2017
Slide - 30
➢
PEMBAHASAN:
1. Mengintegrasikan berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur.
2.Menyepakati Proyek Prioritas K/L pasca Multilateral Meeting
MULTILATERAL
MEETING
17-20 April 2017
➢
PEMBAHASAN:
1.Menyepakati distribusi indikasi alokasi per program
2.Menyepakati Proyek Prioritas K/L pasca Multilateral Meeting
PRA TRILATERAL
MEETING
21 April 2017
➢
PEMBAHASAN:
Menyepakati usulan kegiatan antara Bappenas, K/L dan pemerintah provinsi per PN, PP, KP, Pro-PN,
K/L yang mendukung PN serta usulan daerah terkait prioritas daerah yang mendukung
Pro-PN sebagai bahan RKP 2018.
MUSRENBANGNAS
26 April-9 Mei
2017
31
REPUBLIK INDONESIA
1. Telah diterbitkan Surat Bersama (SB) MenPPN/Ka Bappenas dan Menkeu
Surat Bersama Pagu Indikatif No.S-398/MK.02/2017 dan
No.B.193/M.PPN/D.8/KU.01.01/05/2017 tanggal 9 Mei 2017 perihal
Pagu
Indikatif Belanja K/L dan Rancangan Awal RKP 2018
2. SB tersebut telah didistribusikan ke K/L pada 12 Mei 2017 dengan
lampiran :
a. CD Rancangan Awal RKP TA 2018
b. Pokok-pokok kebijakan belanja K/L
c. Rincian Pagu Indikatif K/L :
•
Form A : Rincian program
•
Form B : Rincian kegiatan prioritas
•
Form C : Rincian Proyek Prioritas
•
Form D : Rincian PHLN/PDN dan Form E : Rincian SBSN
31
32
REPUBLIK INDONESIA
1.
Melakukan pemutakhiran Rancangan Awal RKP 2018 untuk Pembicaraaan Pendahuluan di DPR
2.
K/L menyusun Rancangan Awal Renja K/L
3.
Melakukan
Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) :
-
Mempertajam prioritas pembangunan (sasaran, alokasi per proyek dan kegiatan prioritas) hingga ke lokasi
-
Pengecekan kesiapan proyek termasuk teknis pelaksanaannya
-
Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 harus
benar-benar siap, terukur dan
berkualitas.
4.
Kesepakatan Trilateral Meeting menjadi bahan untuk memuktahirkan lampiran SB Pagu Indikatif (Lampiran
III.a; III.b, III.c, III.d dan III.e)
5.
Hasil trilateral meeting dituangkan dalam aplikasi
KRISNA.
32
TINDAK LANJUT
Penyesuaian dan
penyelarasan antara
Rancangan Renja
K/L dengan
Rancangan Awal
RKP
TUJUAN
1. RPJMN & Renstra K/L 2015-2019;
2. Rancangan Awal RKP 2018
3. SB Pagu Indikatif 2018
4. Hasil Musrenbangnas 2017
5. Dokumen-dokumen kesiapan kegiatan
(a.l. KAK, RAB, FS, DED, LARAP);
6. Kebijakan Presiden pada sektor terkait.
INPUT
Catatan hasil
kesepakatan
tiga pihak
OUTPUT
1. Bappenas Pemutakhiran RKP
2018
2. K/L perbaikan Rancangan Renja
K/L 2018
3. Kemenkeu & Bappenas Bahan
pembicaraan pendahuluan
Rancangan APBN.
33
REPUBLIK INDONESIA
No
Kegiatan
Tanggal
1
Pertemuan Tiga Pihak (TM) antara Kementerian/lembaga, Kementerian
PPN/Bappenas, dan Kementerian Keuangan
s.d. tanggal 19 Mei 2017
2
Kementerian/Lembaga mengirimkan (submit melalui KRISNA) Rancangan
Renja K/L yang telah disepakati di TM
19 s.d. 23 Mei 2017
3
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan melakukan
approval Rancangan Renja K/L (dalam aplikasi KRISNA) untuk menelaah
apakan sudah sesuai TM.
24 s.d. 29 Mei 2017
4
Rancangan Renja K/L (dalam KRISNA) yang sudah di approve oleh
Bappenas dan Kementerian Keuangan akan dijadikan referensi penyusunan
RKA K/L
Akhir Mei 2017
5
Kementerian/Lembaga mulai menyusun RKA K/L berdasarkan data dari
Renja K/L
Juni 2017
33
34
REPUBLIK INDONESIA
•
Renja K/L 2018 disusun melalui
aplikasi KRISNA yang sudah
terintegrasi dengan (ADIK) dan
RKA K/L,
sehingga K/L tidak
melakukan input berulang pada
beberapa aplikasi
•
Fitur aplikasi KRISNA:
✓
Berbasis web dan terpusat, sehingga
Pengguna tidak perlu melakukan
instalasi
✓
Dilengkapi otorisasi dan otentikasi
✓
Dilengkapi data history serta log
Penyusunan Renja K/L 2018 melalui aplikasi KRISNA
KRISNA: Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran
35
REPUBLIK INDONESIA 35 Kegiatan Program Output KL Sub Output Komponen Kegiatan Program Output KL Sub Output Komponen Sub-Komponen Akun Detail Transfer data melalui sistem informasi (database)Aplikasi Integrasi Renja dan Informasi
Kinerja K/L (ADIK) RKA K/L
K/L melakukan penyusunan Renja dengan
menginput informasi sampai dengan komponen
K/L mengisi informasi detail belanja (akun dan detail)
1 Kali Input
Renja K/L
• Input
ADIK
• Input
RKA KL
• Input
Melakukan
input
berulang
2018
Sebelumnya
KRISNA: SATU SISTEM UNTUK SEMUA
Kegiatan Program Output KL Detail DIPA
Data Renja K/L digunakan untuk
penilaian kinerja (LAKIP)
36
REPUBLIK INDONESIA
36
RKP 2018
PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN WILAYAH
dan REKAP HASIL MUSRENBANGNAS 2017
REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Wilayah
PN PEMBANGUNAN WILAYAH
37Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat
Berkurangnya kesenajangan
antarwilayah
Berkurangnya risiko bencana
Meningkatnya keserasian pemanfaatan
ruang dan pertanahan
KEGIATAN PRIORITAS
Peningkatan sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
KEGIATAN PRIORITAS
Pelayanan Dasar di Daerah tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara PROYEK PRIORITAS Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Air Bersih Pembangunan/rehabilitasi Ruang Kelas Baru
Pembangunan/rehabilitasi gedung sekolah
Pembangunan/rehabilitasi Puskesmas/Pustu
Pengadaan alat kesehatan
KEGIATAN PRIORITAS
Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
PROYEK PRIORITAS
Distribusi tenaga pendidik Distribusi tenaga
kesehatan Pengembangan
Kompetensi Fungsional dan Teknis Aparatur Pemda
Penguatan kapasitas tenaga kerja dan pelaku usaha
KEGIATAN PRIORITAS
Pengembangan Ekonomi di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
KEGIATAN PRIORITAS
Pengelolaan PLBN, Kedaulatan dan Lintas Batas PROYEK PRIORITAS KEGIATAN PRIORITAS Kelembagaan dan Regulasi Pengelolaan Kawasan Perbatasan PROYEK PRIORITAS
PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN DAN DAERAH TERTINGGAL
Penyediaan akses ketenagalistrikan
RANCANGAN PROGRAM PRIORITAS:
PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN DAN DAERAH TERTINGGAL
PROYEK PRIORITAS
Pembangunan, Peningkatan Kapasitas, dan Pemeliharaan jalan & jembatan
Pembangunan dermaga Pembangunan dan rehabilitasi bandara Pelayanan angkutan keperintisan Penyediaan Akses Telekomunikasi Penyediaan Moda Transportasi Penyediaan akses ketenagalistrikan PROYEK PRIORITAS Pemberian Bantuan peralatan pengolahan pasca panen
Fasilitasi Pemasaran dan Pengendalian Harga Komoditas Lokal
Pemberian Fasilitas Kredit Usaha Ekonomi Produktif / UMKM
Peningkatan Kapasitas Nelayan/Petani/ Pelaku Ekonomi Kreatif
Perijinan, Kemitraan dan Penguatan Kelembagaan Usaha
Penyediaan Bahan Baku
dan Input Produksi Pembangunan Infrastruktur Pendukung
Kawasan PLBN
Patroli Pengamanan Batas dan Tanda Batas Wilayah
Pengelolaan Kawasan Maritim Penataan Kelembagaan Diplomasi Perundingan Harmonisasi Peraturan Perundangan Pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
Penyusunan RDTR Kawasan Perbatasan Pembuatan Peta Kawasan Perbatasan, Database Regulasi dan Dokumen Teknis Pengelolaan Perbatasan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perbatasan Peraturan tentang Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pembangunan dan Peningkatan Prasarana Pemerintahan Kawasan Perbatasan Negara Penyelesaian Segmen Batas Operasionalisasi Unit Pengelola Teknis Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu
Kerjasama Multilateral Regulasi Eksport Import
Urusan Wajib dan
Kewenangan
Kegiatan Prioritas Pemenuhan SPM di Desa termasuk Permukiman Transmigrasi Proyek Prioritas Penyediaan Sarana Prasarana Permukiman (Perumahan, Sanitasi, dan Air Bersih)
Penyediaan Pelayanan Dasar Pendidikan dan Kesehatan
Penyediaan Sarana Prasarana Listrik dan Komunikasi
Penyusunan NSPK SPM Desa sesuai Kondisi Geografis Wilayah Penyediaan Sarana Prasarana Pendukung Sosial dan Ekonomi
Kegiatan Prioritas Penanggulangan Kemiskinan dan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa termasuk di Permukiman Transmigrasi Kegiatan Prioritas Pembangunan SDM, Pemberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa termasuk di Permukiman Transmigrasi Kegiatan Prioritas Penguatan Pemerintahan Desa Kegiatan Prioritas Pengawalan Implementasi UU Desa secara Sistematis, Konsisten, dan Berkelanjutan Kegiatan Prioritas Pengembangan Ekonomi Kawasan termasuk Kawasan Transmigrasi untuk Mendorong Pusat Pertumbuhan dan Keterkaitan Desa-Kota Kegiatan Prioritas Pengelolaan Sumber Daya Alam Desa dan Kawasan termasuk Kawasan Transmigrasi dan Sumber Daya Hutan
Proyek Prioritas
Pembentukan dan
Penataan BUMDesa, serta Penguatan Kelembagaan BUMDesa Pembinaan, Pendampingan dalam Pengembangan Usaha dan Kewirausahaan teruatama UMKM Peningkatan Kapasitas dan Aksesibilitas Masyarakat Desa dalam Pemanfataan dan
Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Penguatan Permodalan dan Akses Pasar
Proyek Prioritas
Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa dan Desa Adat dalam Seluruh Tahapan Pembangunan Desa
Pendidikan di Desa Berbasis Keterampilan dan Kewirausahaan
Peningkatan Peran Aktif Masyarakat Desa sebagai Tenaga Pendidikan dan Kader Kesehatan Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pembangunan Desa, termasuk Perempuan, Pemuda, dan Penyandang Disabilitas
Pengembangan Kapasitas Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat dalam Kebudayaan dan Kearifan Lokal Proyek Prioritas Penataan Wilayah, Penataan Kewenangan serta Administrasi Pemerintahan Desa Peningkatan Kapasitas Desa dalam Penyediaan Informasi Desa dan Evaluasi Perkembangan Desa Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah dan
Pemerintahan Desa dalam Tata Kelola Pemerintahan Desa Pembinaan Kelembagaan Pemerintahan Desa Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa dalam Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintahan Desa
Proyek Prioritas
Supervisi dan Pemantauan Penggunaan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa
Sistem Informasi Hasil Pembangunan Desa serta Pelaporan Terpadu Pengelolaan Keuangan Desa termasuk Dana Desa dan Alokasi Dana Desa
Proyek Prioritas
Penataan Kawasan Sentra Nelayan Pengembangan dan Penguatan Destinasi Wisata Pembangunan dan/atau Rehabilitasi Jalan, Jembatan sebagai penghubung kawasan perdesaan dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal/wilayah Pengembangan Kerjasama Pengembangan Kawasan termasuk Pengembangan BUMDes bersama
Peningkatan Fungsi Pasar Antar Desa dan Pusat Pemasaran
Penerapan Teknologi dan inovasi termasuk
Pengembangan
pendidikan kejuruan untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing
Proyek Prioritas
Redistribusi lahan dan hak atas tanah kepada petani, buruh lahan, dan nelayan Rehabilitasi kawasan perdesaan yang rusak dan tercemar lingkungan, terkena dampak bencana serta perubahan iklim Penguatan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam pemanfaatan sumber daya alam, pengelolaan
lingkungan hidup dan teknologi tepat guna Penataan dan
Perencanaan Kawasan Hutan
Penetapan, penataan, dan pengelolaan kawasan perdesaan Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan Penyiapan Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta Akses Internet Desa untuk Interaksi Masyarakat Desa, serta antar desa
PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PERDESAAN
RANCANGAN PROGRAM PRIORITAS:
PROGRAM PRIORITAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA
Kegiatan Prioritas Pemberdayaan MasyarakatProyek
Prioritas
Pembentukan Masyarakat Tangguh Bencana pada daerah risiko bencana tinggi Kegiatan Prioritas Penguatan Kapasitas SDM Penanggulangan BencanaProyek
Prioritas
Sosialisasi dan Simulasi Bencana Kegiatan Prioritas Sarana dan Prasarana KebencanaanProyek
Prioritas
Penyediaan Sistem Peringatan dini Kegiatan Prioritas Pelayanan Dasar KebencanaanProyek
Prioritas
Kegiatan Prioritas Pengembangan Ekonomi di Daerah PascabencanaProyek
Prioritas
Pemulihan dan peningkatan ekonomi masyarakat di daerah pascabencana Kegiatan Prioritas Pengelolaan SDA dan LH BerkelanjutanProyek
Prioritas
Penataan ruang kawasan rawan bencana untuk meningkatkan kapasitas kawasan Pembangunan pusat logistik kebencanaan Rehabilitasi DAS Kegiatan Prioritas Penguatan Kelembagan dan RegulasiProyek
Prioritas
Penyusunan kajian dan peta risiko Penguatan koordinasi penanggulangan bencana Pembentukan dan pelatihan SDM Penanggulangan Bencana Pembangunan infrastruktur mitigasi bencana Pengembangan teknologi kebencanaan Penyediaan layanan data dan informasi bencana Pemulihan pelayanan dasar di daerah pascabencana Rehabilitasi pesisir Pencegahan dan Penanggulangan Karhutlan Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencanaRANCANGAN PROGRAM PRIORITAS:
PENCEGAHAN DAN PENANGGULAN BENCANA:
REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMBAHASAN KEGIATAN KEMENTERIAN DESA PDTT DALAM
MENDUKUNG DAERAH TERTINGGAL DAN PERBATASAN NEGARA
1. Hasil musrenbangnas 2017 sebanyak 101 kegiatan disepakati dilakukan dalam mendukung pembangunan daerah tertinggal, pembangunan Jalan menjadi usulan yang sering disetujui oleh Kemendes PDTT.
2. Dari 101 kegiatan yang telah disetujui, sebanyak 72 kegiatan telah disepakati lokus kabupaten yang mendapatkan bantuan (di 39 kabupaten).
3. Lokasi kegiatan tersebar di 7 wilayah pulau, dengan kegiatan terbanyak di Pulau Papua sebanyak 32 kegiatan. Kabupaten MTB dan Sarmi yang memiliki paling banyak kegiatan yaitu 7 dan 6 kegiatan.
4. Terdapat 16 jenis kegiatan yang disepakati dalam forum musrenbangnas dalam rangka mendukung pembangunan daerah tertinggal.
5. Masih terdapat 65 usulan yang belum dibahas oleh Kemendes PDTT, sehingga perlu dipertimbangkan tindak lanjut kegiatan-kegiatan tersebut.
Kabupaten yang Menerima lebih dari 1 kegiatan
16 12 11 10 9 8 8 7 5 3 3 2 2 2 2 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Kegiatan yang Disepakati
101
4 65
Status Usulan Musrenbangnas 2017
Setuju Tolak
Belum Dibahas
No. Kabupaten Jumlah Kegiatan
1 Kab. Maluku Tenggara Barat 7
2 Kab. Sarmi 6
3 Kab. Lombok Timur 5 4 Kab. Pulau Morotai 5 5 Kab. Sabu Raijua 3
6 Kab. Kepulauan Sula 3 7 Kab. Seluma 3 8 Kab. Hulu Sungai Utara 2 9 Kab. Konawe Kepulauan 2 10 Kab. Maluku Barat Daya 2 11 Kab. Pandeglang 2 12 Kab. Parigi Moutong 2 13 Kab. Pulau Taliabu 2 14 Kab. Sintang 2 15 Kab. Tambrauw 2 0 5 10 15 20 25 30 35 2 7 21 18 32 15 6
Usulan yang Disetujui Per Wilayah Pulau
Perlu Menjaga Konsistensi Hasil Musrenbangnas 2017
sebagai masukan Perencanaan Tahun 2018
42
REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMBAHASAN KEGIATAN KEMENTERIAN DESA PDTT DALAM
MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERDESAAN
387 61 46 0 Disetujui dengan Anggaran KL Ditolak Belum Dibahas Belum Ada Kesepakatan
Status Usulan Kegiatan
dalam Musrenbangnas
1. Hasil musrenbangnas 2017 sebanyak 387 kegiatan (terkait transmigrasi) disepakati dilakukan dalam mendukung pembangunan perdesaan. Pemberian fasilitasi tenaga pendidikan, kesehatan, mental spiritual, dan seni budaya menjadi usulan yang banyak disetujui oleh Kemendes PDTT,
2. Selain kegiatan ketransmigrasian (diatas) juga terdapat kegiatan yang terkait dengan desa (pendampingan desa, bumdes) dan pembangunan kawasan perdesaan. Namun daerah menerima hampir seluruh kegiatan yang dilakukan tersebut.
3. Masih terdapat 61 usulan yang belum dibahas oleh Kemendes PDTT, sehingga perlu dipertimbangkan tindak lanjut kegiatan-kegiatan tersebut
91 1 16 14 16 16 17 16 16 25 2 1 49 84 6 1 2 0 14 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah Kegiatan (Disetujui dengan Anggaran KL) Jumlah Kegiatan (Ditolak)
Jumlah Kegiatan (Belum Dibahas)
Jumlah Kegiatan (Belum Ada Kesepakatan) 4 106 48 131 14 43 34 0 50 100 150
Usulan Yang Disetujui
Usulan Yang Disetujui
43
SB PAGU INDIKATIF
44
REPUBLIK INDONESIA
DISTRIBUSI ALOKASI BELANJA NON OPERASIONAL
KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI TAHUN 2018
No.
Program
SB Pagu
(09 Mei 2017)
1
Program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi
150.142,0
2
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi
35.659,6
3
Program Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan serta Informasi
100.968,6
4
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
2.511.582,3
5
Program Pembangunan Kawasan Perdesaan
301.343,2
6
Program Pengembangan Daerah Tertentu
234.765,4
7
Program Pembangunan Daerah Tertinggal
288.080,0
8
Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi
298.107,9
9
Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
304.879,6
Total
4,225,528.6
Alokasi Rupiah Murni Belum Termasuk :
1. Belanja Operasional Pegawai (komponen 001) : 296.714,0 2. Belanja Operasional Barang (komponen 002) : 180.370,5
45
REPUBLIK INDONESIA
No.
Program
Alokasi (Juta Rupiah)
Penjelasan Singkat
SB Pagu
(09 Mei
2017)
Usulan
Perubahan
Bappenas
Selisih per
Program
1
Program Dukungan Manajemen dan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi
150.142,0
160,044.3
-9.902,3
2
Program Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Kementerian Desa, PDT
dan Transmigrasi
35.659,6
33,667.2
1.992,4
3
Program Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan serta Informasi
100.968,6
110,147.3
-9.178,7
•
Perlu penguatan manajemen data, informasi
dan pengetahuan pembangunan desa, daerah
tertinggal dan transmigrasi
•
Perlu revitalisasi dan peningkatan kapasitas
SDM di daerah
4
Program Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
2.511.582,3
2,532,034.3
-20.452,1
•
Perlu menjaga alokasi PHLN dan RMP.
•
Perlu menjaga terlaksananya kegiatan
pendampingan desa beserta pelatihannya baik
pra tugas dan penyegaran.
•
Alokasi SB termasuk Rp. 57 M untuk PKKPM
yang akan dipindah ke PKP.
•
SB belum mengakomodir alokasi Non
operasional Sesditjen PPMD (Rp 20,45 M).
5
Program Pembangunan Kawasan Perdesaan
301.343,2
273,275.7
28.067,4
•
Direalokasi sehingga sesuai dengan usulan
perubahan Bappenas.
USULAN REDISTRIBUSI ALOKASI BELANJA NON OPERASIONAL
46
REPUBLIK INDONESIA
No.
Program
Alokasi (Juta Rupiah)
Penjelasan Singkat
SB Pagu
(09 Mei 2017)
Perubahan
Usulan
Bappenas
Selisih per
Program
6
Program Pengembangan Daerah Tertentu
234.765,4
257,406.3
-22.641,0
•
Kekurangan alokasi untuk
mendukung kegiatan
Penanganan Pasca Konflik (Rp
8 M)
•
SB belum mengakomodir
alokasi Non operasional
Sesditjen PDTu (Rp 14 M)
7
Program Pembangunan Daerah Tertinggal
288.080,0
304,208.9
-16.128,9
•
Diperlukan peningkatan alokasi
untuk memenuhi tingginya
backlog pemenuhan kebutuhan
daerah tertinggal sesuai hasil
Konreg PPDT dan kesepakatan
Musrenbangnas 2017
•
SB belum mengakomodir
alokasi Non operasional
Sesditjen PDT (Rp 16 M)
8
Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan
Permukiman Transmigrasi
298.107,9
257,398.3
40.709,6
9
Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Transmigrasi
304.879,6
297,346.2
7.533,4
Total
4,225,528.6 4,225,528.6
0
DISTRIBUSI ALOKASI BELANJA NON OPERASIONAL
KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI TAHUN 2018
47
REPUBLIK
INDONESIA
LANJUTAN...
47
➢
KORIDOR terkait Pagu
− Pagu indikatif merupakan batas yang
tidak dapat dilampaui
dan
dapat berkurang berdasarkan hasil kesepakatan
− Pemutakhiran
pagu program, pagu dan keluaran kegiatan
serta
proyek prioritas dimungkinkan dengan mempertimbangkan
pencapaian
sasaran
RJMN
2015-2019,
serta
kesiapan
pelaksanaan.
− Pergeseran pagu antar sumber pendanaan tidak dapat dilakukan
(misal: rupiah murni ke PHLN atau sebaliknya, PNBP ke rupiah
murni atau sebaliknya).
48
REPUBLIK
INDONESIA
LANJUTAN...
48
➢
KICK OFF MEETING TRILATERAL MEETING RKP 2018 diharapkan
dapat menyepakati beberapa hal penting, sebagai dasar
pelaksanaan TM per UKE 1 pada Rabu 17 Mei- Jumat 19 Mei 2017,
antara lain:
1. Distribusi alokasi belanja Non Operasional per program
2. Pemenuhan Belanja Operasional
3. Beberapa catatan dalam pertemuan tiga pihak pemutakhiran Pagu
Indikatif (tindak lanjut Rakorbangpus 2017) pada 21 April 2017
yang masih dispute
49
REPUBLIK INDONESIA
ASPEK
BAPPENAS
KEMENDESA,
PDTT
KEMENKEU
TINDAK LANJUT
1. Alokasi
Non
Operasio
nal
1. Rancangan Pagu Indikatif per K/L telah
disepakati, namun Surat Bersama
Menteri PPN/Kepala Bappenas dan
Menteri Keuangan tentang Pagu
Indikatif 2018 belum dapat ditetapkan;
2. Terdapat perbedaan exercise alokasi
Pagu Indikatif untuk Kemendesa, PDTT
Tahun 2018 Non Operasional sesuai
dengan selisih sebesar Rp. 3,9 Milyar;
3. Untuk distribusi alokasi per program
prioritas disesuaikan dengan
pembagian kegiatan berdasarkan SIMU
sesuai dengan exerciseBappenas,
namun untuk total alokasi non
operasional disesuaikan dengan
exercise Kemenkeu;
4. Pemutakhiran pagu program, pagu dan
keluaran kegiatan serta proyek prioritas
dimungkinkan dengan
mempertimbangkan pencapaian
sasaran RJMN 2015-2019, serta
kesiapan pelaksanaan.
Terkait
pelaksanaan
musrenbangnas
harus dilakukan
secara tuntas.
1. Tahun 2018 sedang
dilakukan finalisasi
exercise kemendesa
sebesar sekitar Rp. 4,7 T
dengan Rp. 4,2 T adalah
untuk mendukung
program prioritas RKP
2018. Alokasi RM
meningkat dibanding
2017;
2. Program dan kegiatan
yang akan dibahas
sebaiknya untuk kegiatan
Prioritas Nasional sejalan
dengan money follow
programs;
3. Kementerian Desa PDTT
mendapatkan alokasi
fungsi pendidikan sebesar
Rp. 98,5 Milyar,
penggunaan alokasi
pendidikan tidak boleh
digunakan untuk kegiatan
selain untuk pelatihan
masyarakat;
1. Kementerian Desa, PDTT
akan melakukan
penyesuaian exercise alokasi
kegiatan berdasarkan
dengan mempertimbangkan
prioritas kegiatan dalam
RKP 2018;
2. Terdapat selisih sebesar Rp
3,9 Milyar antara exercise
yang dilakukan Bappenas
dengan Kemenkeu, alokasi
tersebut akan dianggarkan
untuk program
pengembangan kawasan
transmigrasi;
3. Terkait dengan alokasi
pendidikan yang dikelola
oleh Kemendesa, PDTT akan
digunakan untuk pelatihan
masyarakat dalam
mendukung mendukun PN
Pendidikan Vokasi.
50
REPUBLIK INDONESIA
ASPEK
BAPPENAS
KEMENDESA,
PDTT
KEMENKEU
TINDAK LANJUT
2. Lokus
Prioritas dan
Fokus
Intervensi
1. Penentuan lokus di Ditjen PDT tahun 2018 mengacu pada daftar
80
kabupaten prioritas hasil koordinasi dengan Direktorat Perinden
yang
didalamnya telah memperhitungkan berbagai aspek antara lain:
➢
Mengakomodir lokasi prioritas dalam rangka percepatan pencapaian
target RPJMN 2015-2019 hasil
Mid Term Review
;
➢
Mempertimbangkan indeks ketertinggalan
➢
Memperhatikan distribusi lokasi per provinsi, dll.
2. Penentuan fokus intervensi di Ditjen PDT dan PDTu mengacu pada
usulan pemerintah daerah dalam forum
Konreg PPDT di Makassar
yang selanjutnya akan dilegalisasi melalui Perpres
STRANAS PPDT
2015-2019.
3. Penentuan fokus intervensi di Ditjen PPMD diprioritaskan pada lokasi
desa-desa tertinggal dan desa-desa berkembang terutama di wilayah
Indonesia Timur, Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, serta
Pulau-pulau kecil dan terluar;
4. Penentuan fokus intervensi di Ditjen PKP diprioritaskan pada
sedikitnya
39 lokasi pusat pertumbuhan atau yang saat ini dikenal
dengan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
yang
diharapkan dapat mendorong atau mendukung tercapainya
peningkatan status pada desa-desa tertinggal dan desa-desa
berkembang.
5. Fokus intervensi Ditjen PKP2Trans dan PKTrans adalah pembangunan
dan pengembangan
144 kawasan transmigrasi dan 20 Kawasan
Perkotaan Baru (KPB).
Finalisasi terhadap
penentuan lokus dan fokus
tersebut dilakukan dalam
proses Musrenbangnas
2017
51
REPUBLIK INDONESIA
ASPEK
BAPPENAS
KEMENDESA, PDTT
KEMENKEU
TINDAK LANJUT
3. Dukungan
Management
Perlu adanya standarisasi
biaya dukungan manajemen
per direktorat/kegiatan agar
belanja prioritas lebih
efisien.
➢
Perlu disepakati
besaran/batas
maksimal untuk
dukungan manajemen
yang optimal untuk
mengefisienkan
belanja dukungan
manajemen.
1. Balilatfo telah memberikan
standar biaya pengeluaran
untuk kegiatannya, sehingga
UKE I lainnya dapat melakukan
standarisasi;
2. Kemenkeu akan membantu
untuk menstandarkan
dukungan manajemen di
Kemendes.
3. Alokasi belanja operasional
telah termasuk Gaji ke 13 tetapi
belum termasuk gaji ke 14.
Alokasi belanja operasional
hanya untuk jenis belanja yang
betul-betul operasional seperti
gaji dan layanan perkantoran
Kemendesa, PDTT dan
Kemenkeu akan
melakukan standarisasi
terhadap biaya
administrsi dukungan
manajemen agar dapat
proporsional.
52
PENUTUP.
53
1.Percepatan pembangunan desa, kawasan perdesaan, daerah
tertinggal dan transmigrasi tahun 2018 perlu didasarkan pemahaman
dan pendekatan kewilayahan dengan memperhatikan kondisi sosial,
budaya dan ekonomi rakyat di setiap wilayah;
2.Pengelolaan program dan kegiatan perlu diprioritaskan pada
PEMENUHAN
PELAYANAN
DASAR,
PENGURANGAN
KEMISKINAN
dan
PEMBERDAYAAN,
serta
PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA
;
3.Penguatan koordinasi percepatan pembangunan desa, kawasan
perdesaan, daerah tertinggal dan transmigrasi dengan memperkuat
TIM KOORDINASI dan SEKRETARIAT BERSAMA
yang
beranggotakan perwakilan dari Kementerian Koordinator PMK,
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian
Desa
Pembangunan
Daerah
Tertinggal
dan
Transmigrasi,
Kementerian Dalam Negeri, BPS dan Kementerian/Lembaga lainnya.
PENUTUP
54