• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN PENINGKATAN JUMLAH PELAYANAN BERDASARKAN METODE POHON KEPUTUSAN PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN PENINGKATAN JUMLAH PELAYANAN BERDASARKAN METODE POHON KEPUTUSAN PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN

PENINGKATAN JUMLAH PELAYANAN BERDASARKAN METODE

POHON KEPUTUSAN PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI

Rosanna Wulandari

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PGRI Sukabumi rosanna@stiepgri.ac.id

Abstrak

PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya secara monopoli memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya adalah secara mutlak tidak memiliki pesaing bisnis. Selain daripada itu PDAM Kabupaten Sukabumi menguasai harga pasar (price

maker) dan sekaligus dapat melakukan diskriminasi harga.keputusan peningkatan pelayanan dilakukan apabila biaya marginal sama dengan pendapatan marginal, dan keputusan peningkatan pelayanan tidak dilakukan apabila biaya marginal lebih besar dari pendapatan marginal. Keputusan Peningkatan Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR. Nilai biaya marjinal adalah sebesar Rp. 6.876.831.384, sementara pendapatan marjinal sebesar Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan peningkatan jumlah pelayanan kepada pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan marginal.

Kata Kunci : Efisiensi Biaya, Pohon Keputusan, Peningkatan Pelayanan.

PENDAHULUAN

Berawal dari sebuah dugaan bahwa resiko kerugian dari sebuah perusahaan monopoli dikarenakan biaya yang tidak efisien serta pasar yang sempit atau rendahnya volume penjualan (volume pelayanan). Untuk menghindari resiko tersebut, maka perusahaan monopoli seperti PDAM Kabupaten Sukabumi perlu memperluas pasar dan atau meningkatkan volume penjualan (peningkatan pelayanan) dengan pertimbangan efisiensi biaya.

Menurut Sullivan, Arthur (2011) efisiensi dalam konsep ekonomi merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada penggunaan, pemaksimalan serta

pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa (Dalam Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003).

Kegiatan memproduksi suatu perusahaan akan mencapai efisien ketika perusahaan tersebut mampu memproduksi dalam skala yang ekonomis. Sadono Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah perusahaan dikatakan mencapai skala ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah.

Efisiensi dengan pendekatan biaya adalah mengukur sejauh mana biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau perusahaan untuk mendapatkan hasil

(2)

(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga dapat dibuat perbandingan diantara kedua variabel tersebut. Dalam Sumarjono, Djoko (2004), efisiensi akan tercapai ketika pendapatan marjinal = biaya marjinal.

penulis membuat sebuah hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut:

- H1 : Keputusan Peningkatan Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR - H0 : Keputusan Peningkatan

Pelayanan tidak dilakukan Jika MC > MR

KAJIAN PUSTAKA Efisiensi Biaya

Menurut Carter dan Usry (2002:29), “Biaya didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”. Sedangkan Menurut Mulyadi (2005:8), “biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tersebut”.

Berdasarkan pengertian biaya tersebut, maka biaya pada dasarnya merupakan pengorbanan untuk mendapatkan manfaat ekonomis.

Selanjutnya Mulyadi (2005:14), mengemukakan bahwa biaya dapat digolongkan menurut berikut :

1. Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran Dalam cara ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yg berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Penggolonan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

a. Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, biaya produksi dapat dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengkoordinasi

(3)

kegiatan produksi dan pemasaran produk.

d. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai.

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

1. Biaya Langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Menurut cara penggolongan ini, biaya dapat digolongkan menjadi empat, diantaranya:

a. Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b. Biaya semi variabel, adalah biaya

yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Dalam biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

c. Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

Di dalam Adiwarman A. Karim (2006), dibahasakan bahwa ”Efficient is doing the things right”, yang berarti bahwa melakukan segala hal dengan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Di dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum mengenai efisiensi, yakni efisiensi yang ditinjau dari konsep ekonomi (economic concept) dan efisiensi yang ditinjau dari konsep produksi (production concept). Efisiensi yang ditinjau dengan konsep ekonomi mempunyai cakupan lebih luas yang ditinjau dari segi makro, sementara itu efisiensi dari sudut pandang produksi melihat dari sudut pandang mikro.

Efisiensi dalam konsep produksi terbatas pada melihat hubungan teknis dan operasional dalam suatu proses produksi, yaitu konversi input menjadi output. (Walter, 1995 & Sarjana, 1999 dalam Sutawijaya, Adrian.; dan Etty Puji Lestari, 2009: 53). Sedangkan efisiensi ekonomi melihat secara luas pada pengalokasian sumber-sumber daya di dalam suatu perekonomian yang mendatangkan kesejahteraan di dalam masyarakat. (Sukirno, Sadono: 2008) Menurut Sullivan, Arthur (2011), “efisiensi dalam konsep ekonomi merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada

(4)

penggunaan, pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa” (Dalam Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003). Penggunaan sumber-sumber daya bisa dikatakan efisien apabila: (1) Seluruh sumber-sumber daya yang tersedia sepenuhnya digunakan; (2) Corak penggunaannya adalah sudah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi corak penggunaan lain yang akan memberikan tambahan kemakmuran bagi masyarakat/individu. (Sukirno, Sadono: 2008) Sementara itu, efisiensi di dalam konsep produksi cenderung menilai secara teknis dan operasional, sehingga efisiensi di dalam konsep produksi umumnya dilihat dari sudut pandang teknis dan biaya. Menurut Sadono Sukirno (2008), di dalam proses produksi, efisiensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu efisiensi produktif dan efisiensi alokatif.

a. Efisiensi produktif, adalah menilai efisiensi di dalam tahapan produksi. Penilaian efisiensi produktif dapat dilihat dari sisi biaya. Untuk mencapai efisiensi produktif ini harus dipenuhi dua syarat. Pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan adalah yang paling minimum. Kedua, perusahaan atau industri secara keseluruhan harus memproduksikan barang pada biaya rata-rata yang paling rendah.

b. Sedangkan efisiensi alokatif, menilai efisiensi secara teknis di dalam proses produksi, yakni dari segi pengalokasiaan sumber-sumber daya yang tersedia. Efisiensi alokatif akan tercapai ketika alokasi sumbersumber daya tersebut ke berbagai kegiatan ekonomi/produksi telah mencapai tingkat yang maksimum/optimum.

Di dalam kegiatan ekonomi, konsep efisiensi tertuju pada bagaimana penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan biaya yang paling rendah yang mungkin dapat dicapai, serta mampu mengalokasikan sumber-sumber ekonomi pada penggunaan yang paling bernilai (Taswan, 2006).

Kegiatan memproduksi suatu perusahaan akan mencapai efisien ketika perusahaan tersebut mampu memproduksi dalam skala yang ekonomis. Sadono Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah perusahaan dikatakan mencapai skala ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah.

Skala ekonomis dapat tercapai ketika output dapat digandakan dengan biaya (cost per unit) kurang dari dua kali lipat atau perusahaan yang memproduksi dalam skala ekonomis, ketika setiap adanya tambahan produksi, biaya produksi justru semakin menurun, sehingga pada akhirnya membawa pada kondisi yang efisien. (Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld, 2007).

(5)

Menurut Sugiarto, dkk (2005) skala ekonomi suatu perusahaan tercermin dengan penurunan biaya produksi (input) sejalan dengan kenaikan jumlah produksinya (output). Sebaliknya, perusahaan akan memproduksi dalam skala yang tidak ekonomis ketika setiap kenaikan jumlah outputnya menyebabkan biaya yang semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan menggunakan kurva biaya rata-rata jangka panjang (Long Run Average Cost).Skala ekonomis tercapai ketika kurva LRAC menurun hingga titik minimum, sedangkan skala tidak ekonomis (dis-economis) terjadi ketika kurva LRAC menanjak naik.

Perusahaan yang melakukan kegiatan produksinya pada skala produksi yang ekonomis akan senantiasa berada dalam kondisi yang efisien, sebab kegiatan produksi dilakukan dengan biaya yang rendah. Hal ini sangat tergantung dari kemampuan dan usaha perusahaan untuk mencapai kondisi yang tersebut. Beberapa faktor penting yang dapat menimbulkan skala ekonomi (Sukirno, Sadono: 2008), yaitu:

a. Spesialisasi faktor-faktor produksi Spesialisasi dilakukan dengan melakukan pembagian unit-unit kerja kedalam bidang-bidang tertentu secara khusus. Dengan dilakukannya spesialisasi, produktivitas pekerja akan meningkat, karena pekerjaan dilakukan masing-masing secara

khusus, dibanding dengan perusahaan yang tidak melakukan spesialisasi, dimana pekerjanya harus menjalankan beberapa tugas. Perusahaan yang melakukan spesialisasi akan memproduksi dalam skala yang ekonomis (disamping spesialisasi menurunkan biaya per unit), dibanding dengan perusahaan yang tidak melakukan spesialisasi, walaupun biaya yang dikeluarkan oleh kedua perusahaan sama, akan tetapi perusahaan yang melakukan spesialisasi masih bisa berada di dalam skala ekonomis, karena produktivitas yang lebih tinggi.

b. Penambahan kapasitas produksi (skala usaha) Menurut Sadono Sukirno (2008), produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan pertambahan kapasitas ini akan menyebabkan kegiatan memproduksi semakin bertambah efisien. Paling tidak, ada beberapa alasan, yakni:

- biaya input yang semakin murah. Makin tinggi produksi, makin banyak input yang digunakan, seperti bahan baku, mesin dan peralatan lainnya. Harga dari barang-barang tersebut akan menjadi murah apabila pembelian

(6)

dalam kapasitas yang banyak; kemudian penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia lebih optimal. Terkadang produksi dalam kapasitas yang lebih kecil adakalanya terdapat bahan-bahan yang terbuang (waste), sehingga hal tersebut tidak efisien. Namun ketika memproduksi dengan kapasitas yang besar maka penggunaan bahanbahan input dapat lebih optimal.

- Penggunaan teknologi (mekanisasi), yang menggantikan penggunaan jasa manusia, sehingga permintaan terhadap tenaga manusia berkurang yang kemudian akan menyebabkan biaya input yang harus dikeluarkan akan berkurang pula.

Pengukuran Efisiensi Biaya

1. Pendekatan Teknis

Efisiensi teknis merupakan suatu ukuran yang membandingkan antara keluaran (output) dan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari sejumlah input yang digunakan (Suseno, Priyonggo, 2008). Efisiensi merupakan perbandingan antara output dan input yang berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input tertentu, yang berarti jika rasio outputinput semakin besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi.(Shone Rinald, 1981 dalam Komaryatin, Nurul: 2006).

2. Pendekatan Biaya

Efisiensi dengan pendekatan biaya adalah mengukur sejauh mana biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau perusahaan untuk mendapatkan hasil (keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga dapat dibuat perbandingan diantara kedua variabel tersebut. Dalam Sumarjono, Djoko (2004), efisiensi akan tercapai ketika pendapatan marjinal = biaya marjinal. Kusnadi, dkk (1999) menuturkan bahwa perusahaan akan mengalami kondisi yang tidak efisien ketika biaya marjinal untuk menambah hasil produksi sudah lebih besar dari pendapatan marjinalnya (MC>MR). Sehingga ketika memproduksi dengan tambahan biaya yang semakin besar akan memperkecil keuntungan (laba perusahaan).

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan melaksanakan tugas tersebut (Handoko, 2009).

Menurut Gibson dkk (1997) dalam Sumijatun (2009) keputusan merupakan tanggapan manajer terhadap permasalahan. Setiap keputusan adalah akibat dari proses

(7)

dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi manajer. Pengambilan keputusan adalah proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam, dan proses yang melibatkan pendekatan sistematik dengan langkah-langkah yang berurutan.

Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu. Pengambilan keputusan sering dianggap sinonim dengan manajemen (Marquis & Huston, 2010).

Model Pengambilan Keputusan

1. Model Normatif

Menurut Swanburg (2000) model normatif untuk pembuatan keputusan ini tidak realistis karena asumsinya jelas memilih diantara alternative yang teridentifikasi. Ada tujuh langkah untuk membuat keputusan dalam model analisis ini:

a. menemukan dan menganalisis masalah,

b. mengidentifikasi semua alternatif yang memungkinkan,

c. mengevaluasi pro dan kontra dari masing-masing alternatif,

d. mengurutkan alternatif,

e. memilih alternative yang dapat memaksimalkan kepuasaan, f. pelaksanaan,

g. evaluasi.

2. Model Pohon Keputusan

Vroom menggunakan jawaban untuk tujuh pertanyaan diagnostik dalam bentuk pohon keputusan untuk mengidentifikasi tipe-tipe gaya kepemimpinan yang digunakan dalam model manajemen pembuatan keputusan. Pertanyaan berfokus pada perlindungan kualitas dan penerimaan keputusan dan kesesuaian yang adekuat dari informasi, keseuaian tujuan, struktur masalah, penerimaan oleh subordinat, konflik, keadilan, dan prioritas implementasi (Swanburg, 2000).

Pohon keputusan adalah model prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki. Contoh dari pohon keputusan dapat dilihat di Gambar berikut ini.

Gambar 1 Pohon Keputusan

Disini setiap percabangan menyatakan kondisi yang harus dipenuhi dan tiap ujung pohon menyatakan kelas data. Contoh di Gambar 1 adalah identifikasi pembeli komputer,dari pohon keputusan tersebut diketahui bahwa salah satu kelompok yang potensial membeli komputer adalah

(8)

orang yang berusia di bawah 30 tahun dan juga pelajar. Setelah sebuah pohon keputusan dibangun maka dapat digunakan untuk mengklasifikasikan record yang belum ada kelasnya. Dimulai dari node root, menggunakan tes terhadap atribut dari record yang belum ada kelasnya tersebut lalu mengikuti cabang yang sesuai dengan hasil dari tes tersebut, yang akan membawa kepada internal node (node yang memiliki satu cabang masuk dan dua atau lebih cabang yang keluar), dengan cara harus melakukan tes lagi terhadap atribut atau node daun. Record yang kelasnya tidak diketahui kemudian diberikan kelas yang sesuai dengan kelas yang ada pada node daun. Pada pohon keputusan setiap simpul daun menandai label kelas. Proses dalam pohon keputusan yaitu mengubah bentuk data (tabel) menjadi model pohon (tree) kemudian mengubah model pohon tersebut menjadi aturan (rule).

3. Model Deskriptif

Simon mengembangkan model ini didasarkan pada asumsi bahwa pembuat keputusan adalah seseorang yang melihat masalah secara rasional dalam membuat solusi yang bisa dilakukan yang didasarkan pada informasi yang diketahuinya. Model ini dapat digunakan untuk membuat berbagai keputusan yang informasinya tidak lengkap diakibatkan karena keterbatasan waktu, uang, atau orang dan kenyataan bahwa orang tidak selalu memilih yang paling baik (Swanburg,

2000). Ada lima langkah pengambilan keputusan dalam model dekripsi:

1. menetapkan tujuan yang dapat diterima,

2. menguraikan persepsi subjektif tentang masalah,

3. mengidentifikasi alternatif yang bisa diterima,

4. mengevaluasi setiap alternatif, 5. menyeleksi alternatif,

6. menerapkan keputusan, 7. evaluasi

METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kuantitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

Metode kuantitatif menurut Sugiono (2008 :7), “adalah metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivism”. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yakni konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian merupakan

(9)

angka-angka dan analisa menggunakan statistik.

Unit Analisis

Menurut Hamidi (2005: 75-76) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian.

Dari cara mengungkap unit analisis data dengan menetapkan kriteria responden tersebut, peneliti dengan sendirinya akan memperoleh siapa dan apa yang menjadi subjek penelitiannya. Dalam hal ini peneliti akan mencoba menemukan informasi awal yakni melakukan aktivitas pengumpulan data. Adapun yang menjadi informasi awal dari penelitian ini adalah berupa data laporan keuangan PDAM Kabupaten Sukabumi.

Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan hal, orang, barang, ruang, gejala atau kegiatan yang akan diteliti. Menurut Hadari Nawawi (2005 : 141) mengatakan bahwa :

“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memilii karekteristik tertentu dalam penelitian”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 57), menyatakan bahwa : Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi dalam hal ini jumlah populasi adalah data laporan keuangan yang disajikan oleh PDAM Kabupaten Sukabumi.

Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2009:62), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada para populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti boleh mengambil sampel dari populasi tersebut.

Selanjutnya diambil dari populasi data yang tersedia untuk beberapa periode terakhir.

Operasionalisasi Variabel

Penelitian dapat dijabarkan dalam dimensi dan indikator-indikator dari variabel dalam penelitian ini. Dari indikator-indikator tersebut dapat disusun pengukurannya sehingga dengan data kuantitatif yang didapat dalam penelitian digunakan sebagai bahan analisis data statistik.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel efisiensi biaya dan keputusan peningkatan pelayanan, untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian yang merupakan indikator-indikator variabel dapat dijabarkan sebagai berikut :

(10)

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

Efisiensi Biaya (X)

Sadono Sukirno(2008)

1. Marginal Cost (Biaya Marjinal)

2. Marginal Revenue (Pendapatan Marjinal)

Rata- Rata Biaya Marginal Rata-Rata Pendapatan Marginal

Peningkatan Pelayanan

(Y) (Wibowo, 2007)

1. Meningkatkan jumlah jasa yang ditawarkan 2. Meningkatkan jumlah

pelanggan

Jumlah Pelayanan dari Satu Periode Ke Periode Yang Lain

Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis laporan keuangan dengan tujuan mengukur efisiensi biaya, peningkatan jumlah pelayanan (volume penjualan), serta tingkat profitabilitas perusahaan. Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.

Adapun masing-masing teknik analisis laporan keuangan tersebut penulis jelasakan sebagai berikut:

1. Analisis Trend atau time series adalah analisis rasio perusahaan untuk beberapa periode.

2. Analisis Cross Sectional, dengan analisis ini analis membandingkan rasio-rasio perusahaan (company ratio) dengan rata-rata rasio perusahaan sejenis atau industri (rasio rata-rata/rasio standard) untuk waktu yang sama

Sementara itu untuk membuat keputusan peningkatan pelayanan, penulis menggunakan metode pohon keputusan. Pohon keputusan adalah salah satu metode klasifikasi yang paling populer karena mudah untuk diinterpretasi oleh manusia. Pohon keputusan adalah model prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki. Konsep dari pohon keputusan adalah mengubah data menjadi pohon keputusan dan aturan-aturan keputusan. Manfaat utama dari penggunaan pohon keputusan adalah kemampuannya untuk mem-break down proses pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih simpel sehingga pengambil keputusan akan lebih menginterpretasikan solusi dari permasalahan. Pohon Keputusan juga berguna

(11)

untuk mengeksplorasi data, menemukan hubungan tersembunyi

Adapun kriteria keputusan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Jika MC ≤ MR, maka keputusan peningkatan pelayanan dilakukan 2. Jika MC > MR, maka keputusan

peningkatan pelayanan tidak dilakukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis efisiensi biaya terhadap keputusan peningkatan pelayanan, dimana tujuan tersebut disebabkan oleh kemungkinan yang akan terjadi dalam pengelolaan sebuah perusahaan monopoli yaitu kerugian yang disebabkan oleh kurang

efisiensinya biaya serta pasar yang relatif kecil. Pasar yang kecil dimaksudkan pada dua buah aspek yaitu dilihat dari sudut pandang volume penjualan jasa yang sedikit ataupul luas cakupan wilayah atas pelanggan yang dimiliki.

Berikut ini akan dilakukan analisis laporan keuangan untuk mengukur seberapa besar efisiensi biaya dan peningkatan pelayanan pada PDAM Kabupaten Sukabumi.

Analisis Efisiensi Biaya

Untuk mengukur efisiensi biaya, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa kriteria efisiensi yang digunakan adalah apabila biaya marjinal (MC) lebih kecil sama dengan (≤) pendapatan marginal.

Adapun data yang menjadi alat ukur untuk menganalisa efisiensi biaya, penulis sajikan sebagai berikut:

Tabel 2

Data Laporan Laba Rugi Perbandingan

PDAM Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dan Tahun 2015

KETERANGAN PERIODE NAIK/TURUN

2015 2014 (Rp) (%)

PENDAPATAN USAHA

Pendapatan Air 46.934.681.576 39.995.820.300 6.938.861.276 17,35 Pendapatan Non Air 3.564.956.279 3.618.776.115 -53.819.836 -1,49 Jumlah Pendapatan Usaha 50.499.637.855 43.614.596.415 6.885.041.440 15,79

BEBAN LANGSUNG USAHA

Beban Sumber Air 1.970.896.358 2.677.899.819 -707.003.461 -26,40 Beban Pengolahan Air 11.098.361.505 9.535.435.169 1.562.926.336 16,39 Beban Transmisi Distribusi 9.945.545.737 9.516.634.893 428.910.844 4,51

(12)

Jumlah Beban Langsung 23.014.803.600 21.729.969.881 1.284.833.719 5,91 Laba (Rugi) Kotor Usaha 27.484.834.255 21.884.626.534 5.600.207.721 25,59

BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI

Beban Umum dan Administrasi 26.251.914.135 20.659.916.470 5.591.997.665 27,07 Laba (Rugi) Usaha 1.232.920.120 1.224.710.064 8.210.056 0,67

PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan Lain-Lain 190.358.851 335.237.678 -144.878.827 -43,22 Beban Lain-Lain - 315.777.374 -315.777.374 -100,00 Jumlah (Net) Pendapatan dan

Beban Lain-Lain 190.358.851 19.460.304 170.898.547 878,19

LABA (RUGI) SEBELUM

PAJAK 1.423.278.971 1.244.170.368 179.108.603 14,40

Beban Pajak Penghasilan -454.976.000 -344.243.000 -110.733.000 32,17

LABA (RUGI) BERSIH

SETELAH PAJAK 1.878.254.971 1.588.413.368 289.841.603 18,25

*Sumber : Laporan Auditor Tahun 2015

Data di atas menunjukan bahwa secara akumulasi menunjukan adanya peningkatan tahun 2015 yang cukup signifikan atas laba setelah pajak yakni sebesar 18,25% atau sebesar Rp. 289.841.603 (dua ratus delapan puluh

sembilan juta delapan ratus empat puluh satu enam ratus tiga rupiah) dari tahun 2014. Dari data tersebut kemudian dapat kita ukur besarnya biaya marjinal (MC) yaitu dengan melakukan perhitngan sebagai berikut: MC = TCn - TCn-1 MC = (FCn + VCn) -(FCn-1 + VCn-1) MC = (26.251.914.135 + 23.014.803.600) - (20.659.916.470 + 21.79.969.881) MC = 49.266.717.735 - 42.389.886.351 MC = 6.876.831.384 MR = (TRn - TRn-1) MR = 50.499.637.855 - 43.614.596.415 MR = 6.885.041.440

(13)

Berdasarkan hasil analisa di atas dapat kita simpulkan bahwa PDAM Kabupaten Sukabumi telah melakukan efisiensi, dimana Biaya Marjinal (MC) ≤ Pendapatan Marjinal (MR), yaitu Rp. 6.876.831.384 ≤ Rp. 6.885.041.440

Analisis Peningkatan Pelayanan

Untuk mengukur peningkatan pelayanan adalah dengan cara menganalisa Seberapa besar jumlah pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat sebagai pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi dengan cara membandingkan antara pelayanan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya bahwa indikator peningkatan pelayanan dengan cara menganalisa jumlah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.

Analisa terhadap peningkatan pelayanan sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Peningkatan Pelayanan

Tahun Pendapatan Rasio (%) 2014 39.995.820.300 100,00 2015 46.934.681.576 117,35 *Sumber : Laporan Keuangan Diolah

Berdasarkan data tabel di atas, yang dimaksud dengan pendapatan adalah pendapatan air, dimana pada tahun 2014 diperoleh pendapatan sebesar Rp.39.995.820.300, sementara tahun 2015 sebesar Rp.46.934.681.576, dengan demikian antara tahun 2014 dengan tahun 2015 terjadi peningkatan, dimana peningkatan pada tahun 2015 adalah sebesar 17,35% sebagaimana angka rasio pada tabel tersebut. Rasio tahun 2014 adalah sebesar 100% sebagai dasar pembanding, sementara rasio pada tahun

2015 adalah sebesar 117,35% sebagai hasil perbandingan antara pendapatan tahun 2015 dengan tahun 2014.

Analisis Efisiensi Biaya Terhadap Keputusan Peningkatan Pelayanan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk membuat keputusan melakukan peningkatan pelayanan atau tidak, digunakan kriteria keputusan dengan membandingkan antara biaya marjinal (MC) dengan pendapatan marjinal (MR)

Selanjutnya penulis melakukan analisis dengan pohon keputusan sebagai berikut:

(14)

MC ≤ MR MC Ya MR ≤ > MR ≤ MR > MC ≤ MC Tidak Ya Ya Ya 6.876.831.384 6.885.041.440 *Sumber : Pramudiono,2008 Pembahsan

Berdasarkan gambar pohon keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa keputusan peningkatan pelayanan dapat dilaksanakan karena biaya marjinal lebih kecil dari pada pendapatan marjinal. Dapat kita ketahui bahwa nilai biaya marjinal adalah sebesar Rp. 6.876.831.384, sementara pendapatan marjinal sebesar Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan peningkatan jumlah pelayanan kepada pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan marginal.

Perhitungan biaya marjinal didasarkan pada perubahan jumlah total biaya selama dua periode terakhir, sementara perhitungan pendapatan marjinal dihitung berdasarkan perubahan total pendapatan usaha selama dua periode terakhir pada tahun yang sama.

Untuk memininalisir resiko kerugian sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya yaitu tidak adanya efisiensi

biaya dan pasar yang relatif kecil, maka PDAM Kabupaten Sukabumi memiliki peluang dalam meningkatkan pelayanan, akan tetapi perlu juga mengkaji faktor-faktor lain agar di dalam membuat keputusan untuk meningkatkan pelayanan dapat meminimalisir kegagalan dari sebuah keputusan yang bisa merugikan perusahaan serta pihak lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Selanjutnya penulis memberikan kesimpulan atas hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:

1. Efisiensi biaya pada PDAM Kabupaten Sukabumi dengan mengukur perubahan jumlah biaya dan pendapatan selama dua periode terakhir menunjukan bahwa biaya marjinal lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan marjinal, dimana biaya marjinal (MC) sebesar Rp.6.876.831.384, sementara pendapatan marjinal sebesar Rp.6.885.041.440. Oleh karena itu maka PDAM Kabupaten Sukabumi telah melakukan efisiensi biaya.

2. Keputusan Peningkatan Jumlah Pelayanan pada PDAM Kabupaten Sukabumi dengan melihat jumlah pendapatan air selama tahun 2014

(15)

dengan tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa PDAM Kabupaten Sukabumi pada dasarnya telah melakukan peningkatan pelayanan kepada pelanggan, dimana pada tahun 2014 diperoleh pendapatan yang bersumber dari jasa penyediaan air untuk pelanggan sebesar Rp. 39.995.820.300 dan pada tahun 2015 sebesar Rp. 46.934.681.576 3. Analisis Efisiensi Biaya Terhadap

Keputusan Peningkatan Pelayanan Pada PDAM Kabupate Sukabumi sebagaimana hasil analisis pohon keputusan dapat disimpulkan bahwa PDAM Kabupaten Sukabumi dapat melakukan peningkatan pelayanan apabila melihat indikator biaya marjinal dan pendapatan marjinal sebagai dasar analisis efisiensi biaya.

Saran

Berkaitan dengan hasil analisa data dalam penelitian serta observasi di lapangan, penulis menyampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebaiknya PDAM Kabupaten Sukabumi terus meningkatkan efisiensi biaya dan mengoptimalkan jumlah pendapatan dengan cara meningkatkan pelayanan kepada

pelanggan untuk memaksimalkan laba

2. Sebaiknya PDAM Kabupaten Sukabumi terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan cara menambah pasokan pelayanan air dan atau memperluas pasar dengan tetap mempertimbangkan efisiensi. 3. Walaupun PDAM Kabupaten

Sukabumi memiliki peluang dalam meningkatkan pelayanan, akan tetapi perlu juga mengkaji faktor-faktor lain agar di dalam membuat keputusan untuk meningkatkan pelayanan dapat meminimalisir kegagalan dari sebuah keputusan yang bisa merugikan perusahaan serta pihak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K. and Milton F. Usry, 2002, Cost Accounting, Buku 1, Edisi 13, Alih Bahasa : Krista, Salemba Empat, Jakarta.

Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam-Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Komaryatin, Nurul. 2006. Analisis Efisiensi Teknis Industri BPR di Eks.Karisidenan Pati. Tesis S2 Pasca Sarjana Uniiversitas Diponegoro

(16)

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Handayani. Jakarta. Edisi 4. EGC.

Mulyadi. 2005, Akuntansi Biaya, Edisi kelima, Cetakan ketujuh, Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

Nicholson, Walter. 1999. Mikro Ekonomi Intermediates dan Aplikasinya. Edisi Kedelapan. Diterjemahkan oleh IGN Bayu Mahendra & Abdul Aziz. Penerbit Erlangga

Pramudiono, Iko. Pengantar Data Mining: Menambang Permata Pengetahuan di Gunung Data

Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung

Suharno & Yudi Sutarso. 2006. Marketing in Practice. Graha Ilmu, Yogyakarta

Sukirno, Sadono, (2008). Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi ketiga. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Sullivan, Artur (2011). Ekonomics:

Principle in action. Upper Saddle River, New Jersey

Sumarjono, Djoko (2004). Diktat Kuliah, Ilmu Ekonomi Produksi. Prodi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang

Suseno, Priyonggo. 2008. Analisis Kinerja dan Skala Ekonomi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Journal of Islamic and Economics, Volume 2 No.1.Jakarta

Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta : CV. Trans Info Media Swanburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Terjemahan. Jakarta: EGC

Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. UPP AMP YKPN, Yogyakarta Robert Pindyck & Daniel L. Rubinfeld.

2007. Mikroekonomi edisi keenam. Indeks: Jakarta

Gambar

Gambar 1 Pohon Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, realitas objektif masyarakat Desa Karangkedawang adalah apa yang diyakini dan dilakukan sebagai respon.. Sebagian besar masyarakat beragama Islam, tetapi

Berdasarkan penjelasan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan penggunaan bahasa Arab dalam interaksi sosial, mahasiswa Universitas Canal Suez

1. al-ma’ sebagai alat untu bersuci atau untuk kebersihan. Bersuci yang dimaksud dalam kandungan hadis ini adalah berwudhu, beristinja, membersihkan kemaluan setelah

[r]

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Pelaksanaan Penerapan Metode An-Nahdliyah Dalam Belajar Membaca Al-Qur’an di TPQ Pondok Pesantren MIA Moyoketen Boyolangu

Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, Atau Dia menganugerahkan kedua

Namun, kode hybrid orthogonal small set dengan panjang 16 chip memiliki cross-correlation bernilai nol pada pergeseran waktu bukan nol yang terjadi lebih jarang dibandingkan

Pada halaman Beranda ini, web site menampilkan halaman Manage User atau daftar User yang telah terdaftar di website Badan Wakaf Al-Quran, Menampilkan Halaman Manage Hikmah,