• Tidak ada hasil yang ditemukan

No Kode: DAR2/Profesional/001/2018. PENAMBANGAN Modul 4: Reklamasi Bekas Tambang. Tim Penyusun: Drs. Odih Supratman, ST., MT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No Kode: DAR2/Profesional/001/2018. PENAMBANGAN Modul 4: Reklamasi Bekas Tambang. Tim Penyusun: Drs. Odih Supratman, ST., MT"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

No Kode: DAR2/Profesional/001/2018

PENAMBANGAN

Modul 4: Reklamasi Bekas Tambang

Tim Penyusun:

Drs. Odih Supratman, ST., MT

PPG DALAM JABATAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 2018

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena h anya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Bahan Ajar Program Keahlian Geologi Pertambangan dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan Bahan Ajar ini dilakukan untuk memberikan pembenaran secara akademis dan sebagai landasan pemikiran dari materi pokok Penambangan yang terdiri dari empat Kegiatan Pembelajaran (1) Tambang Terbuka, (2) Tambang Bawah Tanah dan (3) Reklamasi Bekas Tambang. Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada hasil kajian dan diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat di berbagai pelaksanaan perkembangan di bidang Geologi Pertambangan. Adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman materi secara komprehensif dengan para praktisi dan pakar di bidangnya, serta diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif.

Kelancaran proses penyusunan Bahan Ajar ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Untuk itu, terima kasih atas ketekunan dan kerjasamanya.

Semoga Bahan Ajar ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bandung, April 2018

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

KEGIATAN BELAJAR 3: REKALMASI BEKAS TAMBANG ... 6

A. PENDAHULUAN ... 6

1. Deskripsi Mata Kegiatan ... 6

2. Relevansi Mata Kegiatan ... 7

3. Petunjuk Belajar ... 7

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN ... 8

C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ... 8

D. URAIAN MATERI ... 8

1. Pengertian Reklamasi ... 8

2. Langkah Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi ... 11

3. Penentuan Alat Mekanis ... 25

4. Revegetasi ... 27

5. Perencanaan Reklamasi ... 28

6. Pelaksanaan Reklamasi ... 30

(4)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teras datar ... 15

Gambar 2. Teras kredit ... 16

Gambar 3. Teras guludan ... 17

Gambar 4. Teras kredit (a) dan detail penampang teras bangku (b) ... 18

Gambar 5. Teras kebun (a) lahan sebelum diteras dan teras kebun yang telah ditanami (b) ... 19

Gambar 6. Teras individu ... 20

(5)

iv DAFTAR TABEL

(6)

5 BIDANG KAJIAN PENAMBANGAN

Modul 4 Kegiatan Belajar Reklamasi Bekas Tambang

Selamat datang di Mata Kegiatan Belajar (Modul) Reklmasi bekas tambang. Kita bersama-sama akan membahas tentang definisi reklamasi bekas tambang dan metode reklamasi bekas tambang. Modul berjudul reklamasi bekas tambang ini merupakan bagian dari kajian penambangan yang wajib dipahami oleh peserta PPG bidang keahlian geologi pertambangan.

(7)

6 KEGIATAN BELAJAR 3: REKALMASI BEKAS TAMBANG

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Mata Kegiatan

Ilmu pertambangan merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan penyelidikan, pencarian, studi kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga).

Teknik penambangan merupakan ilmu untuk menentukan metode rencana dan perancangan suatu tambang berdasarkan hasil penyelidikan, studi kelayakan dan hasil eksplorasi mineral-mineral.

Urutan keseluruhan kegiatan di pertambangan modern dilakukan dengan lima tahapan dalam perencanaan tambang yaitu: prospeksi (prospecting), eksplorasi (exploration), pengembangan (development), eksploitasi (exploitation), dan reklamasi (reclamation).

Prospeksi dan eksplorasi, prekursor untuk penambangan, biasanya terkait dan terkadang dapat digabungkan. Ahli geologi dan insinyur pertambangan sering berbagi tanggung jawab untuk dua tahap ini, para ahli geologi lebih terlibat dalam tahap awal, sedangkan insinyur pertambangan lebih banyak terlibat pada tahap akhir. Demikian juga, pengembangan dan eksploitasi adalah tahapan yang saling berkaitan; kedua tahap ini dapat dipertimbangkan sebagai tahapan utama dalam penambangan dan merupakan bidang utama dari insinyur pertambangan.

Penutupan (closure) dan reklamasi lokasi tambang telah menjadi bagian penting dari siklus hidup tambang karena tuntutan masyarakat untuk lingkungan yang lebih bersih dan undang-undang yang lebih ketat yang mengatur pengabaian suatu

(8)

7 tambang. Keseluruhan proses pengembangan tambang dengan pemanfaatan lahan di masa mendatang disebut sebagai pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan reklamasi merupakan akhir dari kegiatan pertambangan yang diharapkan dapat mengembalikan lahan kepada keadaan semula, bahkan jika memungkinkan dapat lebih baik dari kondisi sebelum penambangan. Kegiatan reklamasi meliputi pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali.

2. Relevansi Mata Kegiatan

Teknik penambangan merupakan suatu pekerjaan akhir dari kajian geologi pertambangan ini. Dari pengetahuan awal mengenai batuan dan mineral, Geologi Struktur kemudian dilanjutkan oleh pemetaan eksplorasi, semuanya bermuara ke Teknik penambangan. Teknik penambangan merupakan hal yang kompleks yang berhubungan baik sebelum maupun saat serta setelah penambangan. Teknik penambangan digunakan saat proses menemukan dan menentukan suatu sumber daya mineral atau bahan galian dengan melakukan studi data sekunder dan pengukuran menggunakan metode eksplorasi lansung maupun tidak langsung.

Teknik penambanganpun digunakan untuk merencanakan reklamasi bekas tambang agar bekas tambang ini masih dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan meminimalkan kerusakan yang diakibatkan penambangan.

3. Petunjuk Belajar

Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti:

a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.

(9)

8 b. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam modul ini melalui

pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda.

c. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang.

d. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

 Mampu memahami reklamasi bekas tambang C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

 Mengetahui definisi reklamasi bekas tambang

 Mengetahui metode reklamasi bekas tambang untuk tambang terbuka maupun tambang bawah tanah

D. URAIAN MATERI 1. Pengertian Reklamasi

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan lingkungan ekosistem yang baik dan juga diupayakan menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian yang masih tertinggal.

Reklamasi lahan pasca tambang di Negara-negara maju diatur dalam Undang-Undang. Pelaksanaannya dikontrol sangat ketat oleh warga negara/masyarakat dan pemerintah daerah. Sebagai contoh, yang dilakukan di Negara bagian Illinois USA. Pemerintah atas nama negara mengamankan sumberdaya lahan agar tidak rusak pada aktifitas eksploitasi tambang batubara terbuka. Supervisi reklamasi

(10)

9 lahan dilakukan oleh pemerintah daerah yang didukung dengan Undang-Undang tentang perlindungan sumberdaya lahan dengan perangkat aturan pelaksanaannya (Arnold.2001). Demikian pula di Indonesia, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diikuti tindakan berupa pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan kesejahteraan umum seperti tercantum dalam UUD 1945. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dan diperbarui oleh Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah payung dibidang pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar penyesuaian terhadap perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya, serta menjadikannya sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh didalam suatu sistem (Rensi, 2012).

Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang dan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang, bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi dalam hal ini perusahaan suatu tambang wajib memiliki rencana kegiatan reklamasi tambang dan melaksanakan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang jika tambangnya telah memasuki masa akhir tambang yang berprinsip pada pengelolaan lingkungan hidup. Adapun kegiatan reklamasi yang berprinsip pada pengelolaan lingkungan hidup

Demikian juga pasal 6 UU No. 23 Tahun 1997 (Undang-Undang Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup), yang menyatakan: “Setiap orang berkewajiban

(11)

10 memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup”. Kewajiban pelaksanaan kegiatan reklamasi pasca penambangan di wilayah negara Indonesia, berdasarkan pada peraturan-peraturan yang ada.

Mengacu pada regulasi pemerintah tentang pertambangan berdasarkan Undang - Undang Mineral dan Batubara No. 4 tahun 2009, mewajibkan setiap perusahaan tambang melakukan reklamasi, dan secara rinci diatur pada Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang. Proses reklamasi bekas tambang diharapkan dapat melibatkan peran masyarakat agar dapat menyentuh dari sisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang berkembang di masyarakat.

Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Kegiatan rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan sampai pasca tambang.

Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.

(12)

11 Prinsip dasar reklamasi adalah bahwa:

a. Kegiatan reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh dari kegiatan penambangan.

b. Kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu proses penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan. 2. Langkah Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi

Menurut Dariah [dkk], (2010), bahwa Reklamasi lahan perlu dilakukan diantaranya untuk meningkatkan daya dukung dan daya guna bagi produksi biomassa. Penentuan jenis pemanfaatan lahan antara lain perlu didasarkan atas status kepemilikan dan kondisi bio-fisik lahan, serta kebutuhan masyarakat atau Pemda setempat. Persyaratan pengelolaan lahan tambang tidak cukup hanya dengan studi kelayakan pembukaan usaha penambangan saja, namun perlu dilengkapi juga dengan perencanaan penutupannya (planning of closure), yang mencakup perlindungan lingkungan dan penanggulangan masalah sosial-ekonomi. Hal ini perlu dijadikan salah satu persyaratan dalam pemberian izin penambangan. Reklamasi lahan bekas tambang memerlukan pendekatan dan teknologi yang berbeda tergantung atas sifat gangguan yang terjadi dan juga peruntukannya (penggunaan setelah proses reklamasi). Namun secara umum, garis besar tahapan reklamasi adalah sebagai berikut:

a. Penataan lahan (recountouring) yang akan direklamasi

Lahan yang akan direklamasi ditata sedemikan rupa agar lereng-lereng tidak menyebabkan erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan daya tahan tanah dan penataan saluran drainase.

Selain itu yang dapat dilakukan adalah konvesi tanah permukaan bekas tambang, lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan tanah yang perlu dikonservasi, karena paling memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses reklamasi harus

(13)

12 sudah mulai berjalan sejak proses penambangan dilakukan, karena konservasi tanah pucuk harus dilakukan pada awal penggalian.

Namun banyak perusahaan tambang yang tidak mematuhi hal ini, akibatnya harus mengangkut tanah pucuk dari luar dengan biaya tinggi, dan menimbulkan permasalahan di lokasi tanah pucuk berada. Beberapa hal yang harus diperhatikan, adalah:

a) Menghindari tercampurnya subsoil yang mengandung unsur atau senyawa beracun, seperti pirit, dengan tanah pucuk, dengan cara mengenali sifat-sifat lapisan tanah sebelum penggalian dilakukan,

b) Menggali tanah pucuk sampai lapisan yang memenuhi persyaratan untuk tumbuh tanaman,

c) Menempatkan galian tanah pucuk pada areal yang aman dari erosi dan penimbunan bahan galian lainnya,

d) Menanam legum yang cepat tumbuh pada tumpukan tanah pucuk untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah

b. Penyebaran tanah pucuk

Kegiatan penyebaran tanah pucuk dilakukan merata diseluruh area yang akan direklamasi. Pelaksanaan kegiatan ini mengacu kepada dokumen rencana reklamasi yang telah disepakati dan dilakukan paralel dengan penataan lahan. Untuk mendapatkan tanah pucuk tersebut diambil dari penyimpanan tanah pucuk yang telah diamankan dari hasil pengupasan bahan galian.

Pemindahan tanah yang dihitung untuk pekerjaan reklamasi hanya pemindahan tanah pucuk (topsoil) saja, sedangkan pemindahan tanah penutup (overburden) tidak karena penggalian dan penimbunan overburden (OB) pada blok penambangan merupakan bagian dari kegiatan operasi penambangan dimana OB langsung ditimbun ke blok penambangan yang telah selesai ditambang, sehingga biaya yang diperlukan dibebankan kepada biaya operasi penambangan.

(14)

13 c. Penataan Lahan

Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam, antara lain dengan cara:

a) Menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan limbah tailing (overburden). Lubang kolong yang sangat dalam dibiarkan terbuka, untuk penampung air;

b) Membuat saluran drainase untuk mengendalikan kelebihan air,

c) Menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali, diantaranya dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika tanah sangat bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan suatu teknik konservasi, misalnya dengan pembuatan teras. d) Menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih efisien.

Karena umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk diletakan pada areal atau jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula diletakkan pada lubang tanam.

d. Pengaturan sistem drainase

Pengaturan drainase pada lingkungan reklamasi dan penutupan tambang dikelola secara seksama untuk menghindari efek pelarutan sulfida logam, erosi dan bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan penampung, settling pond, atau bendungan tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas drainase harus memperhitungkan iklim dalam jangka panjang, curah hujan maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek. Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam tambang

(15)

14 e. Pengendalian erosi dan sedimentasi

Untuk pengendalian erosi dan sedimentasi, pengaturan bentuk lahan harus disesuaikan terlebih dahulu dengan kondisi atau keadaaan topografi dan keadaan hidrologi daerah tersebut, kegiatan ini meliputi:

a) Pengaturan Bentung Lereng

Pengaturan bentuk lereng bertujuan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run off), erosi, sedimentasi dan longsor. Dalam menentukan kemiringan lereng dibutuhkan informasi kekuatan batuan, kekuatan batuan untuk menahan tekanan atau gaya tergantung dari sifat fisik dan sifat mekanik batuan tersebut, sehingga pada saat kita akan menentukan suatu kemiringan atau jenjang dan ketinggian suatu lereng, ada baiknya menyesuaikan dengan sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan itu sendiri. Berikut adalah tabel informasi mengenai tinggi jenjang dan kemiringan berdasarkan material:

Tabel 1. Tinggi jenjang dan kemiringan lereng yang dianggap aman

Material Tinggi Jenjang (Meter) Kemiringan Lereng (...°)

Batuan Beku Tak Terbatas 70 – 80

Batuan Sedimen Tak Terbatas 50 – 60

Batuan Semi Keras, Batuan Pasir Kering 25 – 30 40 – 50 Lempung berpasir, batuan lempung 26 – 30 30 – 40 Batuan pasir dan batu pasir 20 – 25 30 – 35

Batu lempung 10 – 15 34 – 40

Material lempung 8 – 10 35 – 40

Batuan 40 – 60 30 – 40

Lempung berpasir 30 – 45 33 – 36

Lempung 20 – 30 38 – 40

Sumber: Kartodharmo, “Pedoman Teknik Peledakan”

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat

(16)

15 pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti Saluran Pembuangan Air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur.

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang.

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang. Berikut adalah bentuk dari teras yang terdiri dari:

 Teras Datar

Dalam Sukartaatmadja (2004) dijelaskan bahwa tujuan pembuatan teras datar adalah untuk memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut garis kontur. Tanah galian ditimbun di tepi luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Di atas pematang sebaiknya ditanami tanaman penguat teras berupa rumput. Sesuai dengan namanya teras ini digunakan pada lahan yang relatif datar dengan kemiringan 0 – 3 %.

Sumber: Priyono et.al 2002

(17)

16  Teras Kredit

Jenis teras ini untk lahan yang landai dan berombak dengan tingkat kemiringan antara 3- 10 %. Pada teras kredit jarak antara dua gulungan biasanya 5 – 12 meter, punggung gulungan yang mengarah ke bawah biasanya diperkuat dengan rumput, sisanya tanaman dan batu.

Sumber: Priyono et.al 2002

Gambar 2. Teras kredit  Teras Guludan dan Pematang

Teras guludan dibuat bertujuan untuk menurangi kecepatan air yang mengalir jika hujan turun. Teras jenis ini cocok digunakam pada lahan yang mempunyai kemiringan sekitar 10 – 15 %. Untuk kedalaman dan lebar saluran tergantung pada kemiringan dan jarak antara dua guludan. Pada teras ini guludan dibuat lebih tinggi dari teras terdahulu dengan bentuk yang agak miring ke arah saluran air.

(18)

17

Sumber: Priyono et.al 2002

Gambar 3. Teras guludan

 Teras Bangku

Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali. Teras ini cocok digunakan untuk tanah yang mempunyai kemiringan antara 10 – 30 %. Teras sangat baik untuk mempertahankan tanah dari bahaya erosi. Perbedaan tinggi antara dua bidang sebaiknya lebih dari 1,5 meter. Sedangkan untuk lebar bidangnya tidak lebih dari 10 meter.

(19)

18 (a)

(b)

Sumber: Priyono et.al 2002

Gambar 4. Teras kredit (a) dan detail penampang teras bangku (b)

 Teras Kebun

as Teras kebun digunakan untuk lahan yang memiliki kemiringan sekitar 30 – 50 %. Cara pembuatan teras ini cukup dilakukan dengan jalur tanaman saja. Teras ini cocok untuk tanaman perkebunan.

(20)

19 (a)

(b)

Sumber: Priyono et.al 2002

Gambar 5. Teras kebun (a) lahan sebelum diteras dan teras kebun yang telah ditanami (b)

 Teras Individu

asTeras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah hujannya terbatas dan

(21)

20 penutupan tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.

Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman dan menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau ditanami dengan rumput atau tanaman penutup tanah.

Sumber: Priyono et.al 2002

Gambar 6. Teras individu

b) Pengaturan Saluran Pembuagan Air (SPA)

Pengaturan Saluran Pembuangan Air (SPA) dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada tempat teretentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.

Jumlah atau bentuk SPA tergantung dari bentuk dari bentuk lahan (topografi) dan luas areal yang akan direklamasi.

(22)

21 Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat bangunan penangkap sedimen, seperti rorak, dan di dekat outlet dibuat bangunan penangkap yang relatif besar. Cara vegetative juga merupakan metode pencegahan erosi yang dapat diterapkan pada areal bekas tambang. Tala’ohu et al. (1995) menggunakan strip vetiver untuk pencegahan erosi pada areal bekas tambang batu bara. Vetiver merupakan pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif menahan erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi lahan buruk sehingga bertindak sebagai tanaman pioner.

f. Penanaman tanaman tertutup (cover crop)

Fungsi dari tanaman penutup (cover crop) adalah untuk mengurangi terjadinya erosi dan meningkatkan kesuburan tanah di lokasi bekas penambangan, yang mana nantinya akan terlihat hijau dengan tumbuhnya cover crop atau tanaman polongan dan juga untuk menjaga kelembaban tanah tersebut. Untuk penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) dapat memilih untuk campuran jenis tanaman polongan seperti Centrasema Pubescens (CP), Colopogonium Mucoides (CM), dan jumlah penyebaran per Hektar berkisar 100-200 kg. dan sistim yang dapat direncanakan seperti spot atau membuat jalur paritan, Untuk mengevaluasi keberhasilan pertumbuhan tanaman dapat ditentukan dari presentasi penutupan tajuk pertumbuhannya, perkembangan akarnya, peningkatan humus dan berfungsi sebagai filter alam, dengan cara ini dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan penanaman cover crop dalam merestorisasi lahan bekas tambang.dan selanjutnya dapat dilakukan penanaman tanaman fast grow 1-2 minggu setelah penanaman cover crop. g. Penanaman tanaman pionir

Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta untuk lebih banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya burung, lebih baik jika digunakan lebih dari satu jenis tanaman pionir/multikultur (Ambodo, 2008). Beberapa jenis tanaman pionir adalah:

(23)

22  Sengon (Paraserianthes falcataria),

 Johar (Casia siamea),  Cemara (Casuarina sp.), dan  Eukaliptus pelita.

Dalam waktu dua tahun kerapatan tajuk yang dibentuk tanaman-tanaman tersebut mampu mencapai 50-60% sehingga kondusif untuk melakukan restorasi jenis-jenis lokal, yang umumnya bersifat semitoleran. Tanaman pioner ditanam dengan sistem pot pada lubang berukuran lebar x panjang x dalam sekitar 60 x 60 x 60 cm, yang diisi dengan tanah pucuk dan pupuk organik. Di beberapa lokasi, tanaman pioneer ditanam langsung setelah penataan lahan, padahal tingkat keberhasilannya relatif rendah (Puslittanak, 1995).

Pada areal bekas timah, meskipun sudah ditanam dengan sistem pot, tanaman tumbuh baik hanya pada awal pertumbuhan, selanjutnya pertumbuhannya lambat dan beberapa diantaranya mati, karena media tanam dalam pot sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Santoso [dkk], (2008) menyatakan bahwa penanaman tanaman pioner sebaiknya dilakukan pada tahun ke 3-5, setelah penanaman tanaman penutup tanah.

h. Penanggulangan logam berat

Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang batas diperlukan perlakuan tertentu untuk mengurangi kadar logam berat tersebut. Vegetasi penutup tanah yang digunakan untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan membangun kandungan bahan organik, bermanfaat pula untuk mengurangi kadungan logam berat dengan menyerapnya ke dalam jaringan (Notohadiprawiro, 2006). Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa bahan organik berkorelasi negatif dengan kelarutan logam berat di dalam tanah, karena keberadaan bahan organik tanah meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah (Salam [dkk]. dalam Haryono dan Soemono, 2009).

(24)

23 Hasil penelitian menunjukkan pemberian bahan organik dikombinasikan dengan pencucian dapat menurunkan kandungan logam mercuri (Hg) dalam tanah sampai 84%. Pada areal dengan kandungan logam berat tinggi sebaiknya jangan dulu dilakukan penanaman komoditas yang dikonsumsi. Perlu dipilih jenis tanaman yang toleran terhadap logam berat, misalnya di Ameria Serikat ditemukan jenis tanaman pohon hutan, diantaranya Betula spp. dan Salix spp. yang dapat bertahan hidup di areal bekas tambang yang mengandung Pb sampai 30.000 mg/kg dan Zn sampai 100.000 mg/kg. Kemampuan ini ternyata dibangkitkan oleh asosiasi pohon dengan mikoriza (Notohadiprawiro, 2006). Perlu diidentifikasi tanaman-tanaman lain yang toleran terhadap logam berat yang dapat tumbuh baik di wilayah tropis seperti Indonesia. Selain dalam tanah penanggulangan pencemaran logam berat dalam air juga harus dilakukan, tanaman eceng gondok dapat digunakan untuk membersihkan badan air dari logam berat (Notohadiprawiro, 2006). Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah biologi disebut dengan bioakumulsi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi keracuan elemen logam berat di lingkungan perairan (Mursyidin, 2006).

Menurut Latifah (2003) mengatakan bahwa Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti:

 bentuk lahan dan kondisi tanah,  kualitas dan aliran air,

 debu,  getaran,

 pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya.

Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain.

(25)

24 a) Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang

terganggu ekologinya.

b) Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya.

Untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Hal-hal yang harus diperhatikan didalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan b) Luas areal yang direklamasikan sama dengan luas areal penambangan. c) Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan

mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi. d) Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak

e) Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.

f) Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan penggunaannya.

g) Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

h) Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktifitas penambangan.

i) Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.

j) Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukkan bagi revegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana rehabilitasi dari Departemen Kehutanan dan RKL yang dibuat.

(26)

25 l) Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang

diharapkan.

3. Penentuan Alat Mekanis

Penentuan alat mekanis dilakukan guna untuk menentukan hasil produksi top soil (tanah penutup) untuk menutupi lubang bukaan yang akan ditutup (direklamasi) Agar dapat menentukan atau merencanakan yang realistis dan terarur maka harus dipelajari dan diamati kengan keadaan lapangan kerja, sehingga dalam produksi kita dapat menentukan alat yang cocok dan dapat memenuhi target produksi.

Komponen-komponen lapangan kerja perlu diperhatikan ialah:

a. Jalan-jalan dan saran pengangkutan yang ada

Yang harus diamati dan dicatat adalah cara pengangkutan yang dapat dipakai untuk mengangkut alat-alat bisnis dan logistik ke tempat kerja. Beberapa kemungkinan:

 Dilalui atau dekat jalan umum  Dilalui atau dekat jalur kereta api

 Dekat dengan lapangan terbang atau pelabuhan  Belum ada jalan umum ataupun jalur kereta api b. Tumbuh-tumbuhan

Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di di tempat kerja perlu diteliti apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa, pohon besar, dsb. Sehingga dapat ditetapkan alat-alat yang perlu dipakai.

c. Macam material dan perubahan volumenya

Setiap macam tumbuhan atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda-beda. Sehingga kondisi material yang terdapat di lokasi kerja harus di catat dan dianalisis dengan tepat macam-macamnya.

(27)

26 d. Daya dukung material

Daya dukung material ini adalah kemampuan material untuk menopang atau mendukung alat-alat berat yang terletak diatasnya.

e. Iklim

Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau (kering). Yang sering menghambat pekerjaan adalah pada waktu musim hujan, sehingga hari-hari kerja menjadi pendek. Jika hujan sangat lebat sehingga tanah menjadi becek dan lengket dan akan menggangu kegiatan produksi karena alat-alat berat tidak akan bekerja dengan baik.

f. Ketinggian dari permukaan laut

Yang berpengaruh dari ketinggian lokasi dari permukaan air laut ini adalah mesin dari alat berat yang dipergunakan, karena kerapatan udara akan rendah pada ketinggian yang tinggi. Contohnya mesin deasel akan yang akan kehilangan tenaganya akibat semakin tinggi tempatnya dari permukaan air laut.

g. Kemiringan, jarak, dan keadaan jalan

Keadaan jalan yang akan dilalui sangat berpengaruh pada daya angkut alat- alat yang dipakai. Bila jalur jalan baik, kapasitas angkut dapat besar karena alat-alat angkut dapat bergerak lebih cepat. Kemiringan dan jarak jalan harus diukur dengan teliti, karena akan menentukan waktu yang diperlukan untuk pengangkutan material tersebut.

h. Efisiensi kerja

Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja selama 60 menit dalam sejam, karena hambatan-hambatan kecil akan selalu terjadi separti menunggu alat, pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin, dll.

(28)

27 i. Syarat-syarat penimbunan

Timbunan mungkin perlu dirapatkan dan dipindahkan pada kelembaban tertentu agar tidak mudah terjadi amblasan serta kemantapan lerengn terjamin.

j. Waktu

Keefektifan waktu harus selalu diperhatikan dalam proses produksi karena untuk memenuhi target produksi dalam jangka waktu yang ditetapkan. Sehingga diperlukan pengetahuan dan data yang cukup lengkap untuk menentukan atau memperkirakan kemampuan alat-alat yang akan dipakai sehingga jumlahnya cukup untuk memenuhi kapasitas perhari.

k. Ongkos-ongkos produksi

 Ongkos-ongkos produksi yang harus diperhitungkan adalah:

 Ongkos tetap, misalnya asuransi, depresiasi, pajak, dan bunga pinjaman  Ongkos operasi, misalnya upah pengemudi, ongkos perawatan dan pemeliharaan alat-alat, pembelian suku cadang, bahan bakar dan minnyak pelumas.

4. Revegetasi

Kegiatan revegetasi sangat diperlukan untuk mengatasi kerusakan lingkungan pertambangan mengingat lahan bekas tambang kondisi tanah sangat marginal, bahan organiknya sangat sedikit, jumlah mikroorganisma tanah potensial sangat minim dan kandungan hara sangat rendah sehingga perlu upaya perbaikan lahan dan pemilihan jenis tanaman yang tepat dengan mempertimbangkan fungsi ekonomi, ekologinya dan estetika serta dikaitkan dengan rencana penutupan tambang.

Revegetasi akan dilakukan pada disposal/area yang telah selesai direklamasi dengan menanam cover crop jenis Centrosema Pubescens, Mucuna sp dan

(29)

28 Selain itu untuk mencegah erosi pada lahan miring (slope) dilakukan juga dilakukan penanaman dengan jenis Gamal, Uraso, Rumput-rumputan, Korobenguk, dan tanaman penutup tanah jenis Kacang-kacangan, selain untuk menghindari erosi permukaan pada slope tersebut sekaligus menahan aliran air permukaan agar dapat meresap ke dalam tanah sehingga lokasi reklamasi tersebut tidak menjadi gersang akibat kekurangan penyerapan air oleh akar tanaman. Berdasarkan Permen Kehutanan RI Nomor: P.4 / Menhut-II / 2011 tentang “Pedoman Reklamasi Hutan” bahwa penanaman pohon tanaman jadi (tanaman akhir) dilakukan dengan jarak tanam 4x4 meter.

Setelah tanaman berumur 3-5 tahun dilakukan penanaman sisipan dengan jenis tanaman yang bernilai komersial seperti jenis-jenis tanaman kehutanan, perkebunan, buah-buahan dan lain-lain:

a. Pengapuran

b. Penyusunan Rancangan Teknik Tanaman c. Pengadaan Bibit

d. Penanaman Tanaman Pokok e. Pemeliharaan

5. Perencanaan Reklamasi

Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik, agar dalam pelaksanaannyadapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam kegiatan operasi penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan. b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.

c. Memeindahkan dan menempatkantanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.

(30)

29 d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai

tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan. e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan

penggunaannya.

f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.

h. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan untuk agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.

i. Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukan bagi vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana rehabilitasi.

j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan

k. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Berikut adalah beberapa hal yang dibutuhkan dalam proses perencanaan reklamasi bekas tambang:

a. Pemerian Lahan

Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang terpenting untuk merencanakan jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi dipengaruhi oleh berbagai faktor utama:

a) Kondisi Iklim, b) Geologi, c) Jenis Tanah, d) Bentuk Alam,

e) Air permukaan dan air tanah, f) Flora dan Fauna,

(31)

30 h) Tata ruang dan lain-lain.

Untuk memperoleh data dimaksud diperlukan suatu penelitian lapangan. Dari berbagai faktor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis tanah merupakan faktor yang terpenting.

b. Pemetaan

Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut. Rencana (tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai dengan kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tahap reklamasi tersebut dilengkapi degan peta skala 1:1000 atau skala lainnya yang disetujui, disertai gambar-gambar teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi dengan peta indeks dengan skala memadai.

Di dalam peta tersebut digambarkan situasi penambangan dan lingkungan, misalnya kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan terak (slag), penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam persediaan air, pemukiman, sungai jembatan, jalan, revegetasi, dan sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/ pembuatannya.

c. Peralatan

Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan peralatan dan sarana prasarana, antara lain: dump truck, bulldozer, excavator, traktor, tugal, back hoe, sekop, cangkul, bangunan pengendali erosi (a.l: susunan karung pasir, tanggul, susunan jerami, bronjong, pagar keliling), beton pelat baja untuk menghindari kecelakaan dan lain-lain.

6. Pelaksanaan Reklamasi

Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan

(32)

31 dari pekerjaan teknik sipil dan teknik re-vegetasi. Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (“landscaping”), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah (“lowgrade”) yang belum dimanfaatkan.

2. Pengendalian erosi dan sidementasi 3. Pengelolaan tanah pucuk (“top soil”).

4. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lainnya.

Menurut Sitorus (2003) alat strategis untuk memperbaiki kerusakan akibat penambangan sistem terbuka adalah dengan mengembalikan sisa hasil penambangan kedalam lubang-lubang tambang, dan menanam kembali vegetasi dengan memperhatikan sisa galian (tailing) yang mengandung bahan beracun. Pada lahan pasca tambang batubara, reklamasi lahan adalah usaha / upaya menciptakan agar permukaan tanah dapat stabil, dapat menopang sendiri secara keberlanjutan (self-sustaining) dan dapat digunakan untuk berproduksi, dimulai dari hubungan antara tanah dan vegetasi, sebagai titik awal membangun ekosistem baru. Reklamasi lahan pasca tambang batubara yang dikaitkan dengan revegetasi pada dasarnya adalah untuk mengatasi berlanjutnya kerusakan lahan dan menciptakan proses pembentukan unsur hara melalui pelapukan serasah daun yang jatuh. Aktifitas tersebut diharapkan dapat secara berkelanjutan dan dapat membentuk ekosistem baru.

(33)

32 E. DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas, Larry (2002)., Coal Geology, John Wiley & Sons.

2. Hartman, Howard L., (2002), Introductory Mining Engineering 2nd edition, John

Wiley & Sons.

3. Suprapto, Sabtanto Joko. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian

Gambar

Tabel 1. Tinggi jenjang dan kemiringan lereng yang dianggap aman
Gambar 1.  Teras datar
Gambar 2.  Teras kredit
Gambar 3.  Teras guludan
+4

Referensi

Dokumen terkait