• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN : KAPKAYO. Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA. 31 Oktober Kerjasama KAPKAYO dan LP3M STIKES Aisyiyah Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN : KAPKAYO. Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA. 31 Oktober Kerjasama KAPKAYO dan LP3M STIKES Aisyiyah Yogyakarta"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding

Prosiding

Kesiapan Tenaga Kesehatan

Menghadapi MEA

31 Oktober 2015

Kesiapan Tenaga Kesehatan

Menghadapi MEA

31 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL

Kerjasama

KAPKAYO dan LP3M

STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

ISBN : 978-602-18471-2-1

(2)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL

Kesiapan Tenaga Kesehatan

menghadapi MEA

Tim Penyunting:

Sarwinanti Ismarwati Yuli Isnaeni Anjarwati Widaryati Lutfi Nurdian Asnindari Siti Khotimah Mamnu’ah Menik Sri Daryati Ery Khusnal

(3)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL: KESIAPAN TENAGA KESEHATAN MENGHADAPI MEA Tim Penyunting : Sarwinanti Ismarwati Yuli Isnaeni Anjarwati Widaryati

Lutfi Nurdian Asnindari Siti Khotimah

Mamnu’ah

Menik Sri Daryati Ery Khusnal

Setting & Layout : Aswad Creative Desain Cover : Aswad Creative

Cetakan 1, Oktober 2015 ISBN : 978-602-18471-2-1

Diterbitkan

Jl. Ring Road Barat No.63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292

Telp: (0274) 4469199, Fax:(0274) 4469204 email:

website: www.say.ac.id

stikesayo@say.ac.id

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah Nya kepada kami sehingga penyusunan Prosiding Seminar Nasional STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta tahun 2015 ini dapat diselesaikan dengan lancar. Prosiding ini memuat naskah-naskah hasil penelitian yang dipresentasikan pada Seminar Nasional STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Alumni STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta (KAPKAYO).

Seminar Nasional STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta dengan tema “KESIAPAN TENAGA KESEHATAN MENGHADAPI MEA" diselenggarakan sebagai media untuk bertukar informasi hasil penelitian dan pengalaman ilmiah. Tujuan yang ingin dicapai dalam seminar nasional ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami praktik mandiri tenaga kesehatan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2. Memahami perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan

3. Memahami kebijakan PPNI dalam pelaksanaan Praktik Mandiri Perawat Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pimpinan STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta, ketua KAPKAYO, panitia pelaksana seminar, dan semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungan atas terselenggaranya seminar nasional ini. Prosiding ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan masukan untuk perbaikan prosiding ini di masa yang akan datang. Semoga dengan terbitnya prosiding ini akan memberikan kontribusi positif dalam perkembangan profesi perawat, bidan, dan fisioterapis. Selamat mengikuti seminar nasional.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Yogyakarta, Oktober 2015 Kepala LP3M STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

(5)

iv

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i Kata Pengantar ... iii Daftar isi ... iv

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Catur Esty Pamungkas, Mufdlilah ... 1

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Andi Kasrida Dahlan ... 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR PADA IBU BERSALIN SPONTAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA

Aulia Amini, Mufdlilah ... 20

SUNAT PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN AGAMA

Islamiyaturrohmah, Umu Hani ... 34

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN METODE PEER GROUP TERHADAP MINAT IBU MELAKUKAN PAP SMEAR

Anita Dewi Widyastuti, Anjarwati ... 45

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA PIJOT KECAMATAN KERUAK KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Ana Pujianti Harahap ... 54

HUBUNGAN GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PRE MENSTRUAL SYNDROME SISWI KELAS XI SMK NEGERI 1 BANTUL

Elika Puspitasari ... 59

PENGARUH DISKUSI INTERAKTIF TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN TAHUN 2014

Anis Eka Pratiwi ... 69

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2011

(6)

v

PERBEDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT DINI DAN LAMBAT DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RSKIA SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

Evi Wahyuntari, Dewi Rokhanawati ... 85

HUBUNGAN ANTARA PERAN BIDAN SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

Nur Hidayatul Ainiyah ... 96

STUDI KASUS SIKAP PASANGAN INFERTIL PRIMERDI DESA WONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

TAHUN 2011

Agustin Endriyani ... 103

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Inge Anggi Anggarini ... 112

PENGALAMAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM MENJALANI PERAWATANDI RUMAH SAKIT JIWA: STUDI FENOMENOLOGI

Mamnu’ah, Tenti Kurniawati ... 122

PENGARUH PERINEAL CARE DENGAN AIR DAUN SIRIH MERAH TERHADAP KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH MUNTILAN TAHUN 2013

Nuli Nuryanti Zulala, Yuli Isnaeni ... 137

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PARITAS DENGAN KUNJUNGAN NEONATAL TAHUN 2012

Tiara Pratiwi ... 147

HUBUNGAN AKTIVITAS KELAS IBU HAMIL TERHADAP KESIAPAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS GEDONGTENGEN YOGYAKARTA 2014

Nila Qurmiasih, Umu Hani EN ... 155

HUBUNGAN RIWAYAT PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM

Nurul Mahmudah ... 163

FAKTOR PENGHAMBAT INTERNAL PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI PADA MAHASISWA KEBIDANAN DIII

Endang Koni Suryaningsih, Sjafiq, PA ... 170

ANALISIS PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS KECAMATAN AMBALAWI KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT

(7)

vi

MANFAAT MUSCLE PUMPING EKSTREMITAS INFERIOR TERHADAP OEDEMA KAKI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KELURAHAN SIDAKAYA KABUPATEN CILACAP

Enny Fitriahadi ... 196

PENGARUH PEMBERIAN BEDSIDE TEACHING (BST) TERHADAP NILAI DIRECT OBSERVATIONAL OF PROCEDURAL SKILLS (DOPS) PADA KETRAMPILAN PEMERIKSAAN HB SAHLI PADA MAHASISWA KEBIDANAN

Yekti Satriyandari ... 204

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MOTIVATOR KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP-IBU) TERHADAP PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Fani Mayasari, Mufdlilah ... 220

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU HAMIL

Charunia Anggraini, Dhesi Ari Astuti ... 232

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

Septi Indah Permata Sari, Fitria Siswi Utami ... 240

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

Fatmah Zakaria ... 250

STRATEGI COPING PADA PEREMPUAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DOMESTIK DI DAERAH URBAN YOGYAKARTA

Laily Nikmah, Elli Nur Hayati, Mohammad Hakimi ... 257

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN

Intan Mutiara Putri ... 265

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKSUALITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI

Dwi Atma Vica Yanottama, Anita Rahmawati, Hesty Widyasih ... 272

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG HEPATITIS B DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA 2015

(8)

vii

PENGARUH FAKTOR BUDAYA TERHADAP PEMILIHAN IUD PADA PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

Ellyda Rizki Wijhati ... 295

GAMBARAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BALITA KEMBAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARENGAN KABUPATEN TUBAN TAHUN 2014

(9)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKSUALITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI

Dwi Atma Vica Yanottama, Anita Rahmawati, Hesty Widyasih

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta E-mail: vicha_davy_yano@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan tahun 2015. Jenis Penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif. Desain penelitian pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di SMK Bina Harapan Sleman Yogyakarta. Populasi penelitian jumlah 76 siswa. Instrumen penelitian kuesioner yang sudah di uji validitas dan uji reliabilitas. Analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program Micrisoft Office Excel2007 menghasilkan persentase. Hasil penelitian jenis kelamin responden laki-laki 51,32% perempuan 48,68%. Pekerjaan ayah mayoritas wiraswasta 39,47%. Pekerjaan ibu mayoritas lain-lain 35,53%. Pendidikan terakhir ayah mayoritas tamat SMA 52,63%. Pendidikan terakhir ibu mayoritas tamat SMA 52,63%. Tingkat pengetahuan mengenai pengertian tentang seksualitas mayoritas pengetahuan cukup 55,26%. Tingkat pengetahuan mengenai organ reproduksi mayoritaspengetahuan kurang 73,68%. Tingkat pengetahuan mengenai mimpi basah mayoritas pengetahuan cukup 60,53%. Tingkat pengetahuan mengenai menstruasi mayoritas pengetahuan kurang 52,63%. Tingkat pengetahuan mengenai kehamilan mayoritas pengetahuan kurang 63,16%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar siswa di SMK Bina Harapan Sleman Yogyakarta mempunyai pengetahuan cukup 55,26% tentang seksualitas.

Kata Kunci: pengetahuan, seksualitas, remaja

PENDAHULUAN

Remaja merupakan jumlah terbanyak di dunia, dari sekitar 7 miliar jumlah penduduk dunia. Jumlah remaja berusia 10-19 tahun di dunia sekitar 18% dari jumlah penduduk atau sekitar 1,2 miliar penduduk (WHO, 2014). Remaja 15–24

tahun di Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010 berjumlah 40,75 juta atau sekitar 17,15% dari seluruh penduduk yang berjumlah 237,6 juta jiwa.

(10)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Sementara jumlah penduduk 10 – 14 tahun berjumlah 22,7 juta (Badan Pusat Statistik, 2012).

Dampak negatif yang menimpa kaum remaja, akibat pergaulan bebas dikhawatirkan terjadi kehamilan di luar nikah yang tidak diinginkan, dan berujung pada aborsi ilegal yang sangat membahayakan nyawa remaja itu sendiri. Penyalahgunaan obat-obat terlarang, alkoholisme, dan kekerasan, sampai dengan penularan HIV/AIDS di kalangan usia muda, juga menjadi akses atau dampak lanjutan dari akar permasalahan remaja (Mardiya, 2013).

Pembinaan remaja perlu dilakukan melalui dua sisi, disatu sisi pembinaan dilakukan untuk membantu remaja menghadapi tantangan hidup masa sekarang. Disisi lain pembinaan perlu juga dilakukan kepada remaja dalam mempersiapkan kehidupan di masa mendatang. Pembinaan dua arah ini perlu dilakukan secara bersinergis (BKKBN, 2012.). Dalam perkembangan program KB menjadi Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB), maka program Pembinaan Ketahanan Remaja yang pada RPJMN 2004 – 2009 dinamakan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) berkembang menjadi Program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Arah pelaksanaan program KRR pada awalnya melalui pendekatan dari, oleh, dan untuk remaja melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) (BKKBN, 2012.).

PIK Remaja/Mahasiswa adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe, yang dikelola dari oleh dan untuk Remaja/Mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup (life skills), gender dan keterampilan advokasi dan KIE. Keberadaan dan peranan PIK R/M dilingkungan remaja/ mahasiswa sangat penting artinya dalam membantu remaja/mahasiswa untuk memperoleh informasi danpelayanan konseling yang cukup dan benar tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa (BKKBN, 2012.).

(11)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian ini siswa kelas X dan XI di SMK Bina Harapan jumlah 76 orang.. Penelitian dilaksanakan dari 13 Maret 2015 sampai dengan 13 Juni 2015. Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada remaja. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Instrumen telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 14 Maret 2015 dan 20 Maret 2014 di SMK Putera Samodera Sleman sebanyak 50 siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden laki-laki lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan responden perempuan.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis

Kelamin di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Karakteristik Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki – Laki 39 51,32%

Perempuan 37 48,68% Jumlah 76 100%

Pekerjaan ayah dari siswa SMK Bina Harapan tertinggi adalah wiraswasta dibandingkan dengan 5 pilihan pekerjaan yang lain.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Ayah di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Karakteristik Pekerjaan Ayah N %

Tidak Bekerja 5 6,58% Wiraswasta 30 39,47% Buruh 22 28,95% PNS 3 3,95% Pegawai Swasta 13 17,11% Lain - lain 3 3,95% Jumlah 76 100% 274

(12)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Pekerjaan ibu dari siswa SMK Bina Harapan tertinggi adalah lain-lain dibandingkan dengan 5 pilihan pekerjaan yang lain.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Ibu di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Karakteristik Pekerjaan Ibu N %

Tidak Bekerja 0 0% Wiraswasta 23 30,26% Buruh 18 23,68% PNS 2 2,63% Pegawai Swasta 6 7,89% Lain – lain 27 35,53% Jumlah 76 100% Pendidikan terakhir ayah dari siswa SMK Bina Harapan tertinggi adalah

tamat SMA dibandingkan dengan 4 pilihan tingkat pendidikan yang lain.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Terakhir Ayah di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Karakteristik Pendidikan Terakhir Ayah Frekuens i Persentase Tidak Tamat SD 3 3,95% Tamat SD 13 17,11% Tamat SMP 11 14,47% Tamat SMA 40 52,63% Tamat PT 9 11,84% Jumlah 76 100% Pendidikan terakhir ibu dari siswa SMK Bina Harapan tertinggi adalah

tamat SMA dibandingkan dengan 4 pilihan tingkat pendidikan yang lain.

(13)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Terakhir Ibu di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Karakteristik Pendidikan Terakhir Ayah Frekuensi Persentase Tidak Tamat SD 3 3,95% Tamat SD 13 17,11% Tamat SMP 11 14,47% Tamat SMA 40 52,63% Tamat PT 9 11,84% Jumlah 76 100%

Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai pengertian tentang seksualitas paling sedikit dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Pengertian

Seksualitas di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Pengertian Seksualitas Frekuensi Persentase Baik 7 9,21% Cukup 42 55,26% Kurang 27 35,53% Jumlah 76 100% Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai organ

reproduksi paling sedikit dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Organ

Reproduksi di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Organ Reproduksi Frekuensi Persentase Baik 2 2,63% Cukup 18 23,68% Kurang 56 73,68% Jumlah 76 100% 276

(14)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai pubertas paling tinggi dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas di

SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Frekuensi Persentase Baik 34 44,74% Cukup 28 38,16% Kurang 13 17,11% Jumlah 76 100% Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai mimpi basah

paling sedikit dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Mimpi Basah di

SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Mimpi Basah

Frekuensi Persentase

Baik 8 10,53% Cukup 46 60,53% Kurang 22 28,95% Jumlah 76 100% Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai menstruasi paling

sedikit dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi di

SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Frekuensi Persentase Baik 3 3,95% Cukup 33 43,42% Kurang 40 52,63% Jumlah 76 100% 277

(15)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai kehamilan paling sedikit dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Kehamilan di SMK Bina

Harapan Sleman 2015 Tingkat Pengetahuan Tentang Kehamilan Frekuensi Persentase Baik 4 5,26% Cukup 24 31,58% Kurang 48 63,16% Jumlah 76 100% Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai hubungan

seks bebas menjadi yang tertinggi dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan baik.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Hubungan Seks

Bebas di SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Hubungan Seks Bebas Frekuensi Persentase Baik 11 14,47% Cukup 21 27,63% Kurang 44 57,89% Jumlah 76 100% Responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai seksualitas

paling sedikit dibandingakan dengan pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Seksualitas di

SMK Bina Harapan Sleman 2015

Tingkat Pengetahuan Tentang Seksualitas Frekuensi Persentase Baik 2 2,63% Cukup 42 55,26% Kurang 32 42,11% Jumlah 76 100% 278

(16)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, hal ini tidak berarti bahwa laki-laki kurang pengetahuan tentang seksualitas dibanding dengan perempuan. Dilihat dari tingkat pengetahuan tentang seksualitas menunjukkan laki-laki dan perempuan tidak ada pebedaan sama-sama memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden rata-rata memiliki ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, namun hal ini tidak berarti bahwa anak dari ayah yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Dilihat dari tingkat pengetahuan tentang seksualitas menunjukkan bahwa yang memiliki ayah sebagai wiraswasta dengan pekerjaan yang lain tidak ada pebedaan sama-sama memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup. Dalam faktor yang mempengaruhi pengetahuan pekerjaan atau lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selain itu faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya (Mubarak, W.I., Chayatin, M., Rozikin, A., Supradi, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden rata-rata memiliki ibu yang bekerja sebagai tani yang dalam karakteristik termasuk dalam poin lain-lain, namun hal ini tidak berarti bahwa anak dari ibu yang memiliki pekerjaan sebagai tani memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Dilihat dari tingkat pengetahuan tentang seksualitas menunjukkan bahwa yang memiliki ibu sebagai tani dengan pekerjaan yang lain tidak ada pebedaan sama-sama memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup.Dalam faktor yang mempengaruhi pengetahuan pekerjaan atau lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selain itu faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya (Mubarak, W.I., Chayatin, M., Rozikin, A., Supradi, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden rata-rata memiliki ayah yang memiliki pendidikan terakhir tamat SMA, namun hal ini

(17)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

tidak berarti bahwa anak dari ayah yang memiliki pendidikan terakhir tamat SMA memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Dilihat dari tingkat pengetahuan tentang seksualitas menunjukkan bahwa yang memiliki ayah pendidikan terakhir tamat SMA dengan pendidikan terakhir yang lain tidak ada pebedaan sama-sama memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup. Dalam faktor yang mempengaruhi pengetahuan pendidikan merupakan upaya untuk memiliki pengetahuan sehingga terjadi perubahan. Faktor pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami seseorang terutama orang tua yang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal. Selain itu faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya (Mubarak, W.I., Chayatin, M., Rozikin, A., Supradi, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden rata-rata memiliki ibu yang memiliki pendidikan terakhir tamat SMA, namun hal ini tidak berarti bahwa anak dari ibu yang memiliki pendidikan terakhir tamat SMA memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Dilihat dari tingkat pengetahuan tentang seksualitas menunjukkan bahwa yang memiliki ibu pendidikan terakhir tamat SMA dengan pendidikan terakhir yang lain tidak ada pebedaan sama-sama memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup. Dalam faktor yang mempengaruhi pengetahuan pendidikan merupakan upaya untuk memiliki pengetahuan sehingga terjadi perubahan. Faktor pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami seseorang terutama orang tua yang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal. Selain itu faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang pengertian menunjukkan bahwa 55,26% responen memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dipuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sekitar 42 responden dapat menjawab benar. Hasil penetian ini mengidentifiksikan

(18)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

bahwa SMK Bina Harapan belum cukup memahami mengenai pengertian seksualitas.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang masih cukup karena masih kurangnya informasi yang diberikan dari pihak sekolah. Hal ini diperkuat dari pernyataan pihak sekolah yang menyatakan bahwa jam BK hanya diberikan 1 jam setiap minggu dan hanya saat jam BK siswa mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi terutama mengenai seksualitas.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang organ reproduksi menunjukkan bahwa 73,68% responen memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Hal ini dibuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sekitar 56 responden tidak dapat menjawab benar. Hasil penelitian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan kurang memahami mengenai organ reproduksi.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang masih kurang karena tidak ada mata pelajaran yang membahas secara rinci mengenai organ reproduksi. Hal ini diperkuat dari pernyataan pihak sekolah yang menyatakan bahwa siswa hanya memperoleh informasi mengenai organ reproduksi dari kerjasama dengan pihak puskesmas. Dari pihak puskesmas sendiri hanya 1 kali datang pada tahun ajaran baru pada saat siswa kelas X.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang pubertas menunjukkan bahwa 44,74% responen memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini dibuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sekitar 34 responden dapat menjawab benar. Hasil penelitian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan sudah memahami mengenai pengertian pubertas.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang baik karena setengah atau sebagian besar dari responden sudah mengalami masa pubertas. Sebagian besar dari responden sudah mampu mengidentifikasi dan memahami mengenai kondisi yang dialaminya.

(19)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang mimpi basah menunjukkan bahwa 60,53% responen memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dipuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sekitar 46 responden dapat menjawab benar. Hasil penetian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan belum cukup memahami mengenai mimpi basah.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang cukup karena setengah atau sebagian besar dari responden berjenis kelamin laki-laki. Jadi dapat digambarkan bahwa responden mengetahui tentang kondisi yang dialaminya. Sebagian dari responden memahami dan mengetahui apa yang ada disekitarnya sehingga pengetahuan tentang mimpi basah dalam kategori cukup.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang menstruasi menunjukkan bahwa 43,42% responen memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dibuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sekitar 33 responden dapat menjawab benar. Hasil penelitian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan cukup memahami mengenai pengertian menstruasi.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang cukup karena setengah atau sebagian besar dari responden berjenis kelamin laki-laki. Jadi dapat digambarkan bahwa responden mengetahui tentang kondisi yang dialaminya. Sebagian dari responden memahami dan mengetahui apa yang ada disekitarnya sehingga pengetahuan tentang menstruasi dalam kategori cukup.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang kehamilan menunjukkan bahwa 63,16% responen memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Hal ini dibuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sekitar 48 responden tidak dapat menjawab benar. Hasil penelitian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan kurang memahami mengenai kehamilan.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang kurang karena kurangnya pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dari seluruh

(20)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

responden. Jadi dapat digambarkan bahwa responden kurang mengetahui tentang kehamilan. Seluruh responden tidak mendapat fasilitas yang cukup dan memeadai mengenai kehamilan baik dari luar yang bekerja sama dengan pihak sekolah maupun informasi dari sekolah itu sendiri. Sehingga menyebabkan pemahaman dan pengetahuan responden mengenai kehamilan masih sangat kurang.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, terkait tentang seks bebas menunjukkan bahwa 57,89% responen memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Hal ini dibuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sekitar 44 responden tidak dapat menjawab benar. Hasil penelitian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan kurang memahami mengenai seks bebas.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang kurang karena kurangnya pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dari seluruh responden. Jadi dapat digambarkan bahwa responden kurang mengetahui tentang seks bebas. Seluruh responden tidak mendapat fasilitas yang cukup dan memeadai mengenai seks bebas baik dari luar yang bekerja sama dengan pihak sekolah maupun informasi dari sekolah itu sendiri. Informasi mengenai seks bebas hanya disampaikan saat jam BK yaitu satu jam setiap minggunya. Sehingga menyebabkan pemahaman dan pengetahuan responden mengenai seks bebas masih sangat kurang.

Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang seksualitas pada siswa kelas X dan XI SMK Bina Harapan, secara keseluruhan menunjukkan bahwa 55,26% responen memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dibuktikan dari 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sekitar 42 responden dapat menjawab benar. Hasil penelitian ini mengidentifiksikan bahwa SMK Bina Harapan belum cukup memahami mengenai seksualitas.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan dari pengetahuan yang cukup karena kurangnya pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dari seluruh responden. Dari program yang diselenggarakan secara nasional oleh BKKBN untuk meningkatkan kualitas pemahaman remaja terutama pada aspek kesehatan

(21)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

reproduksi. Program PIK R/M yang menjadi jembatan informasi yang diharapkan dapat menjadi sumber dari pengetahuan tentang kesehatan reprodukdi terutama tentang seksualitas. Program tersebut belum berjalan di SMK Bina Harapan. Jadi dapat digambarkan bahwa responden kurang mengetahui tentang seksualitas. Seluruh responden tidak mendapat fasilitas yang cukup informasi yang memeadai mengenai seksualitas baik dari luar yang bekerja sama dengan pihak sekolah maupun informasi dari sekolah itu sendiri. Informasi mengenai seksualitas hanya disampaikan saat jam BK yaitu satu jam setiap minggunya. Sehingga menyebabkan pemahaman dan pengetahuan responden mengenai seksualitas masih kurang.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar siswa di SMK Bina Harapan Sleman Yogyakarta mempunyai pengetahuan cukup 55,26% tentang seksualitas.

Saran

Kepala SMK Bina Harapan disarankan untuk meningkatkan atau membuat suatu program atau kegiatan baru bagi siswa guna meningkatkan pengetahuan dan membentuk perilaku yang tepat pada aspek kesehatan reproduksi remaja. Siswa SMK Bina Harapan disarankan untuk menambah wawasan mengenai kesehatan reproduksi remaja terutama mengenai seksualitas. Peneliti mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja beserta masalah-masalah yang dihadapinya.

DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2014. Global Status Report on Alcohol and Health 2014. Diunduh 25 Januari 2015 dari http://who.int.

Badan Pusat Statistik. 2012. Survey Demografi dan Kesehatan Reproduksi

Remaja Indonesia 2012. Jakarta: BPS.

(22)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Mardiya. 2013. Hari Kependudukan Dunia Tahun 2013 Saatnya Tahu dan Peduli

Terhadap Masalah Remaja. Diunduh 25 Januari 2015 dari

http://kulonprogokab.go.id/

BKKBN. 2012. Pedoman Pengelolan Pusat Informasi dan Konseling

Remaja/Mahasiswa. Jakarta :BKKBN Direktorat Bina Ketahanan Remaja

BKKBN. 2012. Grand Design Program Pembinaan Ketahanan Remaja. Jakarta :BKKBN Direktorat Bina Ketahanan Remaja

BKKBN. 2012.Narasi Anjuran Presentasi Fasilitasi Untuk Topik Seksualitas Jakarta :BKKBN Direktorat Bina Ketahanan Remaja

Mubarak, W.I., Chayatin, M., Rozikin, A., Supradi.2012. Promosi Kesehatan

Sebuah Pengantar Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan sudut merupakan besaran vektor yang mempunyai arah sepanjang sumbu putaran (atau rotasi) yang tegak lurus pada bidang gerak, sesuai gerak maju-mundurnya

Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari

dalam pencarian data barang, stok barang, dan harga barang sehingga dapat terhindar dari kehilangan stok barang dan salah harga. Fitur retur barang membuat

Namun aplikasi MEH-K 3D solids pada benda yang tipis seperti shell hasilnya kurang baik oleh karena shape function Kriging hanya dibangun hanya pada arah panjang dan lebar

Catatan: Untuk skala 1, pilihlah jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda saat masih semester I atau II4. Saya menjadi mudah tersinggung ketika orang- orang yang di luar kultur

Masyarakat pesisir pantai yang di kenal dengan semangat berjuang dalam memecah besarnya gelombang di laut, menjadikan mereka kuat dan tahan akan berbagai cobaan yang

Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa wanita lebih dewasa dan lebih matang secara emosional dibandingkan laki-laki sedangkan menurut beberapa teori yang yang telah