Infeksi dan Imunitas
Malaria
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium melalui gigitan anopheles dengan gejala klinik yang khas demam intermiten
Faktor Resiko : Riwayat pergi ke daerah endemic malaria ( Indonesia : Papua )
Trias Malaria :
Menggigil ( 15 – 60 menit ), Demam 41o ( 2 – 6 jam ), dan berkeringat ( 2 – 4 jam ) yang banyak, tetapi di daerah endemic malaria sering tidak ada Trias malaria dan diare yang dapat menjadi gambaran klinisnya. + diare , nyeri punggung, sakit perut Fase tidak demam berlangsung : P. Falsciparum : 12 jam ( ½ hari ) P. Vivax dan Ovale : 36 jam ( 1 ½ hari ) P. Malariae : 60 jam ( 2 ½ hari ) Anamesa : Riwayat demam yang intermiten atau remiten?, Datang dari daerah endemic?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan SL Gastro ( Hepato Spleno Megali ), TTV ( Suhu tinggi ) Pemeriksaan konjungtiva ( Ikterik dan anemia ) Pemeriksaan Penunjang : Test darah tebal ( giemsa ) : ditemukan parasite fase tropozoid Dip Stick (+) ( enzymatic khusus P.Falciparum dan P. Vivax ) PCR (+) Tata Laksana : Klorokuin R/ Klorokuin tab 150 mg no XX SUC Catatan : Hari I dan II : 4 tablet, selanjutnya 2 table selama 5 hari Pencegahan : sebelum ke daerah endemic makan obat pencegahan dahulu ( Doxisiklin 100 mg setiap hari selama bepergian ) Edukasi : Tirah baring DD : Demam Tifoid, Leptospirosis Catatan : Anopheles : Aktif pada malam hari, berkembang biak di tempat tenang dan kotor
Demam dengue
Adalah demam yang disebabkan oleh arbovirus Den 1‐4 yang apabila terkena akan mendapat kekebalan seumur hidup
Gejala Klinis : Inkubasi ( 3 – 14 hari ) gejala prodromal : sakit kepala, sakit punggung ( tidak khas ),
Khas : Suhu tinggi mendadak + mengigil, Flushed face, Nyeri otot/ sendi, nyeri belakang telinga, Anoreksia, Kolik, sakit menelan, Ruam makropapular Kriteria Demam Dengue ( 2 atau lebih kriteria berikut ) : a. Nyeri kepala b. Nyeri retro‐ orbital c. Mialgia/ antralgia d. Ruam kulit e. Manifestasi Perdarahan f. Leukopenia
Anamesa : Berusaha bedakan saja dengan DBD bedanya belum ada pendarahan, tanya tepat tinggal karena aedes pada lingkungan yang bersih Pemeriksaan Fisik : TTV : suhu tinggi Pemeriksaan Penunjang : Lekopenia ( N : 4.000 – 10.000 ) Trombositopenia ( N : 150.000 – 350.000 ) Hematokrit N ( bedakan dengan DBD↓ ) NS1 Tornikuet Tata Laksana : Tirah baring R/ Paracetamol tab 500 mg No X S3 dd tab 1
Edukasi : bersihkan kakus, jangan ada air yang menggenang ( kaleng yang terisi air hujan ), sampah dikubur, jika ada jentik pada tempat mandi dikuras DD : DBD Catatan : Perbedaan utama dengan DBD adalah tidak adanya kebocoran plasma yang ditandai peningkatan hematokrit & efusi pleura
DBD / DHF
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang disebabkan oleh gigitan aedes dan terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan penumpukan cairan di rongga tubuh Gejala Klinis : Kriteria WHO 1997 ( semua hal dipenuhi ) : a. Demam/ riwayat demam akut, antara 2 – 7 hari biasa bifasikb. Salah satu tanda pendarahan ( Uji bendung (+), Ptekie, Pendarahan mukosa ( bibir, gusi, atau tempat lain ), Hemetemesis/ melena ) c. Trombositopenia < 100.000 d. Minimal satu tanda kebocoran plasma : a. Peningkatan HT > 20% b. Penurunan HT > 20% setelah terapi cairan, disbanding sebelum c. Tanda kebocoran plasma ( asites, efusi pleura, Hipoproteinemia ) Anamesa : Keluhan utama? Mulai kapan demam? Kapan demam?( intesitas, Frekuensi) Lingkungan tempat tinggal? Apakah ada pendarahan?( mimisan, gusi / bibir berdarah ), Apakah ada yang mengalami hal yang sama?
Pemeriksaan Fisik : Ada Ptike, Asites, Efusi Pleura, Uji bendung (+), Pemeriksaan Penunjang : Trombositopenia pada hari ke 3 – 8 Hematokrit > 20 % ( biasa dimulai hari ke 3 demam ) Protein/ albumin ( bisa hipoproteinemia kebocoran plasma ) SGOT dan SGPT dapat ↑ Elektrolit ( untuk pemberian cairan ) Imunosero : IgM (+) ( hari 3‐5 ), IgG (+) ( mulai hari 14) NS1 ( spesifik ) (+) pada hari 1 ‐ 5 Tata Laksana : (Jika trombosit < 100.000 dan atau peningkatan HT >20%) Beri cairan Kristaloid Rumus : 1500 + ( 20x ( BB dalam kg ‐ 20 ) ) R/ Paracetamol tab 500 mg no XV S3 dd tab 1 Edukasi : tirah baring, cukup gizi, Kuras tempat mandi, jangan biarkan air hujan pada tempat yang tenang yang menggenang, sampah dikubur DD : Demam Tifoid Catatan : Aedes : Aktif pada pagi ( 8–10 ) dan siang ( 3‐5 ) hari , berkembang biak di air tenang dan bersih
Demam Tifoid
Adalah pnyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi / paratyphi (Inkubasi : 10 – 14 hari) Gejala Klinis : Demam pada malam hari Diare Sakit perut Mual Muntah Hepatospleno megali Lidah tifoid ( tepi lidah ujungnya merah ) Faktor Resiko : Makan tidak bersih Anamesa : Demamnya bagaiman frekuensi? ( pada malam )Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Anamesa Diare Blok 16 ( ada hepato spleno mgegali ), lidah berselaput, nyeri peritonitis Pemeriksaan Penunjang : SGOT ↑ (N < 35 ) SGPT ↑ ( N < 35 ) Kultur darah ( ditemukan salmonella ) Uji Widal ( titer O = 1/320 , H : 1/640 ) hari ke 7 ‐ 14 Edukasi : Makan bubur saring, rawat tirah baring, jangan makan sembarangan Tata Laksana : R/ Kloramfenikol tab 500 mg no XXV S4 dd tab 1 R/ Timfenikol tab 500 mg no XX S4 dd tab 1 R/ Paracetamol tab 500 mg no XV S3 dd tab 1 DD : Demam Dengue Catatan :
Tetanus
Adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh exotoxin clostridium tetanii dengan gejala neuromuscular , kejang otot, dan trismus Gejala Klinis : Masa inkubasi : ± 8 hari Makin pendek masa inkubasi makin buruk (< 1 minggu : meninggal ), sembuh baik ( >11 hari ) Kaku sekitar luka Trismus, kaku M. Masteter Kaku otot wajah Dinding perut seperti papan Kaku ekstremitas dan kejang hipertonus pada rangsang Opistotonus ( kaku papan ) Kejang tanpa gangguan kesadaranAnamesa : Pernah tertusuk benda berkarat? Apakah ada rasa kaku di daerah tusukan?Pernah di imunisasi DPT? Pemeriksaan Fisik : Ada kaku kuduk, Opistotonus, Audiofobia, Trismus Pemeriksaan Penunjang : Tata Laksana : Pelumpuh otot ( diazepam ) R/ Diazepam supp 10 mg no I Sprn Cuci luka dengan H2O2 R/ Metronidazole tab 1 g no XV S3 dd tab 1 DD : Meningitis
Leptospirosis
Penyakit sistemik akibat Lepspiraceae Faktor Resiko : Setelah banjir Epidemik Tempat kumuh Kontak hewan Kerja di sawah,peternakan ,perkebunan Riwayat digigit binatang Kontak dengan urin binatangAnames Pemerik Pemerik Edukasi Tata Lak R/ Amox S4 dd tab DD : M Catatan a : Dem ada k ksaan Fisik : ksaan Penunj : Sete ruma ksana : Tirah xicilin tab 500 b 1 Malaria : mam?, Intesita kaku kuduk? Abdome jang : D S P B lah banjir c ah, h baring 0 mg No XX as dan tinggi ( bisa menin en ( Hepatosp Dikultur dara Serologi spes Pewarnaan s Bilirubin dire uci lantai de i demam?, A ngitis ), nyeri plenomegali ah dan CSS sifik leptospir ilver stein la ct naik engan karbo da perubaha i otot? ), Pemeriksa ra pang gelap ol, jika ada h an pada mat aan mata ( a hewan peliha ta?( ikterik ), ada ikterik ) araan jangan , fotofobia, n di dalam
Tumbuh Kembang
Semoga tidak ada
Musculoskeletal
Osteoporosis
Penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan turunnya densitas masa tulang dan pemburukan mikroarsitektur tulang sehingga jadi rapuh dan mudah patah Faktor Resiko : Usia > 55 tahun Perempuan ( akan ada defisiensi estrogen pada usia lanjut/ pasca menopouse ) Intake kalsium kurang Aktivitas fisik kurang Obat – obatan Tipe 1 : Pasca menopouse karena defisiensi estrogen ( alami )
Tipe 2 : Senilis karena gangguan penyerapan kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder
Anamesa : Usia, Umur Menopouse, Mengarah kepada asupan (kalsium, Fosfor dan Vit.D), Fraktur pada trauma minimal, Imobilisasi lama, TB orang tua, kurang paparan sinar matahari, olahraga, obat, Riwayat Keluarga
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Tulang dan Sendi Blok 14 ( Kiphosis ), TB, gaya berjalan Pemeriksaan Biokimia : Kalsium total serum ( N : 9 – 11 mg /dl ) Kalsium Urin : ( N : Pada diet rendah Ca : <150 mg/ 24 jam ) ( N : Pada diet tinggi Ca : 200 ‐ 300 mg/ 24 jam ) Fosfor Serum ( N 2,5 – 4,5 mg/dl ) Pemeriksaan Radiologis : Densitometri
Edukasi : Olahraga teratur, Asupan kalsium 1000 – 1500 mg/ hari ( susu 1 gelas/hari), Hindari rokok dan alkohol, hindari angkat berat, hindari yang dapat menyebabkan jatuh Tata Laksana : Esterogen 1 – 2 mg per hari DD : Osteomalasia ( kesalahan pembentukan tulang ) Catatan : Esterogen dan testosteron membantu penyerapan kalsium
Atritis Gout / Pirai
Adalah penyakit yang disebabkan akibat deposisi kristal monosodium urat yang terjadi akibat supersaturasi cairan ekstraseluler Faktor Resiko : Pria > Wanita Standart Hidup yang tinggi Makanan yang tinggi urat ( Bir dan alkohol ), Jeroan dan bagian dalam hewan, Seafood ( Scalops, sarden, dll ), Daging ternak ( sapi ), Sayur ( Kol, bayam , kacang – kacangan , asparagus, gandum, dan jamur ) Diagnosis : Kriteria ACR (1997) 1. Didapatkan kristal monosodium Urat di dalam cairan sendi, atau 2. Di dapatkan kristal monosodium Urat di dalam tofus, atau 3. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut ; a. inflamasi maksimal pada hari pertama b. serangan antritis akut lebih dari 1 kali c. artritis monoartikular d. sendi yang terkena berwarna kemerahan e. pembengkakan dan sakit pada sendi MTP I f. serangan pada sendi MTP unilateral g. serangan pada sendi tarsal unilateral h. Tofus i. Hiperurisemia j. pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologik k. kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik l. kultur bakteri cairan sendi negative.
Anamesa : Ada nyeri pada sendi, merah pada sendi, Pada sendi unilateral, ada seperti tulang tambahan pada sendi, ada kelainan bentuk sendi Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Tulang dan Sendi Blok 14 ( deformitas dan merah sendi ) Pemeriksaan Biokimia : LED ↑ ( N : Pria < 10 mm/ jam dan Wanita < 15 mm/ jam ) CRP ( C reactive Protein ) ↑ ( N :0,1 – 0,3 ) Analisis cairan sendi Asam Urat darah ↑ (Laki : 3,5 – 7; wanita : 3 – 6 mg/dl ) dan urin Ureum ↑ ( 10 – 40 mg/dl ) Kreatinin ( 12 – 20 ) CTT Pemeriksaan Radiologis : Radiologi Sendi : lihat apakah ada batu urat Edukasi : Hindari makan Jeroan dan makanan yang banyak mengandung asam urat
Tata Laksana : Kolkisin 3 x sehari 05 – 06 mg SUC Indometasin ( OAINS ) 150 mg/ hari selama 3 hari, lanjut 75 mg / hari sampe radang ↓ DD : Pseudogout, RA Catatan : Peningkatan CRP : ada inflamasi
Osteoatritis / OA
Penyakit degeneratif yang mengenai rawan sendi dan biasanya mengenai pada sendi – sendi penyangga tubuh Faktor Resiko : Usia > 45 tahun Pada > 50 tahun : Wanita > Pria ObesitasAnamesa : Nyeri pada diam yang lama / setelah aktivitas, Lama kaku ± 15 – 30 menit, Ada bunyi pada saat menggerakan sendi, Ada perubahan bentuk sendi Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Tulang dan Sendi Blok 14 ( krepitasi ) Pemeriksaan Biokimia : LED ↑ pada OA inflama f Analisa cairan sendi Pemeriksaan Radiologis : Radiografi sendi yang terserang ( terlihat penyempitan celah sendi ) Artroskopi Edukasi : Jika berat kurangi berat badan, Tata Laksana : Piroksikam 20 mg 1x minum Paracetamol 3x sehari 500 mg 10 butir Injeksi asam hialuronat DD : RA, Gout Catatan : Pemeriksaan lab pada OA kurang berguna
Reumatiod Artritis / RA
Adalah inflamasi sistemik kronik yang terutama mengenai sendi diartodrial ( sendi berkapsul ). Termasuk penyakit autoimun yang idiopatik Faktor Resiko : Usia bukan orang tua Faktor genetik Diagnosis : Kriteria ACR : Pagi kekakuan> 1 jam setiap pagi selama minimal 6 minggu. Arthritis dan jaringan lunak pembengkakan> 3 dari 14 sendi / kelompok bersama, hadir selama minimal 6 minggu Arthritis sendi tangan, hadir selama minimal 6 minggu Symmetric arthritis, hadir selama minimal 6 minggu Nodul subkutan di tempat‐tempat tertentu Rheumatoid Faktor serum positif Radiologi sugestif erosi sendi perubahan 4 dari 7 kriteria di atas dan sudah dialami minimal 6 mingguAnamesa : Apakah merasa kaku setiap pagi, kakunya lebih dari 1 jam, sudah lebih dari 6 minggu
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Tulang dan Sendi Blok 14 ( Swan neck ), Simetris, 3 daerah / lebih Pemeriksaan Biokimia : LED ↑ CRP ( + ) Faktor reumatoid serum ( + ) 85% pasien Cairan sendi ( Leukosit > 2000/mm3 )
Pemeriksaan PA : Biopsi Sinovial/ nodul reumatoid ( kolagen rusak dengan histiosid tersusun palisade ) Pemeriksaan Radiologis : Radiologi tangan dan kaki ( soft tisue sweling, celah sendi menyempit ) Edukasi : ‐ Tata Laksana : Metotrexat 20 mg SUC 1x perminggu Valdecoxib 10 mg 1x perhari DD : OA Catatan : Jika faktor Reumatoid ( ‐ ) bukan berarti bukan RA
Skin and Intergumen
Dermatitis Atopik
Penyakit dermatitis yang disebabkan oleh Hipersensitivitas yang penyebabnya idiopatik Faktor Resiko : Riwayat Atopi keluarga Anamesa : Apakah di keluarga ada yang mengalami hal yang sama?, Apakah ada riwayat alergi pada keluarga, kapan terjadi keluhannya? ( biasanya pada saat tertentu seperti malam hari ) Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( Ada eritem dan udem pada kulit tempat predileksi keluhan ) Pemeriksaan Biokimia : IgE ↑ ( N : 0,1 – 0,4 μg / ml ) Pemeriksaan Penunjang : Patch test ( mengetahui alergi apa ) Edukasi : Hindari Alergen penyebab Tata Laksana : Antihistamin R/ loratadin tab 10 mg No X S1 DD tab 1 R/ Dextrametason tab 4mg no X S1 DD tab 1 DD : Dermatitis Kontak Iritan Catatan : Dermatitis Kontak Alergi hanya berbeda ini dengan kontak langsung / sentuhanDermatitis Kontak Iritan
Adalah dermatitis yang diebabkan oleh bahan yang menempel pada kulit yang biasanya akibat kerja Faktor Resiko : Yang bekerja pada bahan yang dapat menyebabkan Iritan Wanita > Pria Kulit Putih > Kulit hitam < 8 tahun dan usia tua lebih mudah terkena Dermatitis Kontak Iritan : a. Akut : yang disebabkan oleh bahan iritan kuat dan biasanya disebabkan oleh kecelakaan, dan gejala yang timbul seperti panas, rasa terbakar, eritem, udem, bula, nekrosis, pinggir kelainan kulit berbatas tegas dan asimetris.b. Kronik : karena kontak iritan yang lemah tapi berulang – ulang dengan gejala klinis seperti kulit kering, eritem, skuama, Hyperkeratosis ( penebalan ), Linkenifikasi, batas kelainan tidak tegas
Anamesa : Anamesa mengarah kepada membedakan dia akut atau kronik? Dengan dilihat barang iritannya apa? Dan dengan itu kita bisa melakukan penata laksanaan
Membedakan juga antara kontak iritan Alergik atau bukan, jika alergik biasanya ada keluarga yang punya riwayat alergi, lalu serangan dermatitis seperti akut tetapi sering berulang pada keadaan atau saat tertentu Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( bedakan kronik / akut ) Pemeriksaan Penunjang : Uji tempel barang yang dicurigai ( nyingkirin karena alergi )
Edukasi : Hindari pajanan yang menyebabkan iritan tersebut, memakai alat pelindung diri pada saat berkerja Tata Laksana : Untuk atasi peradangan berikan Hidrokortison ( Kortikosteroid ) secara topikal DD : Dermatitis Kontak Iritan Alergik Catatan : a. Eritem : Kemerahan pada kulit b. Skuama : Lapisan stratum korneum terlepas dari kulit c. Linkenifikasi : Penebalan kulit d. Hiperkeratosis : Penumpukan lapisan kulit secara berlebihan
Skabies / Gudik / Budukan
Adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var Faktor Resiko : Sosial ekonomi rendah Hygine buruk Tinggal perumahan yang sempit Sering meminjam pakaian orang lain Penularan : a. Langsung : jabat tangan, tidur bersama, seks b. Tak langsung : menggunakan pakaian bersama, handuk, sprei, bantal c. Animalis : melalui hewan peliharaan. cth : anjing Anamesa : Suka meminjam baju/ yang dipakai teman?, tempat tinggal?, adakah yang mengalami hal yang sama?, Lokasi gatal ( biasa di lipatan – lipatan kulit ), waktu gatalnya? ( puncak pada malam hari )/ pruritus nocturna,Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( terdapat terowongan / kunikulus di lipatan kulit perifer seperti sela jari, menemukan tungau ) Pemeriksaan Penunjang : a. TTT ( test tinta terowongan ) : tinta akan masuk ke dalam terowongan dan membentuk garis – garis zig – zag
b. Pemeriksaan mikroskop dengan mengambil kulit baik dengan cara menggunakan jarum, menggunakan sikat, atau disayat dan dilihat di bawah mikroskop dan menemukan salah satu stadium dari scracapto scabiae var
Edukasi : Baju yang setelah digunakan dicuci dengan cara dicelupkan pada air yang mendidih, Jangan meminjam pakaian teman, sebisa mungkin untuk teman sekitarnya dengan keluhan yang sama melakukan cuci baju seperti diatas selama minimal 1 minggu, menjaga hygien masing masing dengan mandi bersih
Tata Laksana : Sulfur precipitatum 10% minimal digunakan selam 3 hari karena tidak membunuh stadium telur Topical Sue
Gammexane 1% dalam krim penggunaan cukup 1x karena membunuh semua stadium tidak dianjurkan untuk anak <6thn dan ibu hamil DD : The Great Imitattor Catatan : The Grat Immitatot : Prurigo, Dermatitis, Pedikulosis Korporis
Pitiriasis Vesicolor / Panu
Adalah penyakit kulit kronik yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur yang biasanya berupa bercak halus berwarna putih sampa coklat hitam Faktor Resiko : Semua orang sama resikonya sering di tropis Penularan : Kontak langsung penderitaAnamesa : Pernah kontak dengan penderita?, Ada keluhan? ( biasa tidak ada hanya malu ), Apakah gatal? ( biasa hanya pada saat berkeringat )
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( ada hiperpigmentasi pada kulit putih dan hipopigmentasi pada kulit bewarna ) Pemeriksaan Penunjang : a. DIsinari UV Wood’s light positif : berwarna hijau kebiruan b. Biakan : kerokan kulit akan dijumpai spora kelompok dan hifa pendek berkelompok Edukasi : Menjaga Hygiene dengan mandi yang bersih , hindari kontak dengan orang sekitar, bisa juga dibantu dengan merebus baju
Tata Laksana : Selinium Sulfide ( sampo selsun ) gosokan pada lesi diamkan 15 – 30 menit sebelum mandi
Sistemik : Ketokonazol 1 x 200 mg / hari selama 10 hari DD : Dermatitis Seboroik, Eritrasma, Sifilis II, Vitiligo
Herpes Simpleks
Adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks ( herpes homonis ) tipe I dan tipe II Faktor Resiko : Kontak kulit Gigit kuku Berhubungan seks ( oral or non oral ) Anamesa : Gejala sistemik ?, ada kelainan kulit ?( berupa bentol yang berkelompok di kulit yang sebam )Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( Terdapat Vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritomatosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dan dapat menjadi krusta dan kadang – kadang menjadi ulserasi dangkal ) Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Tzank : Sel datia berinti banyak Edukasi : Jangan ganti – ganti pasangan seks, Tata Laksana : Asiklovir R/ Asiklovir tab 200mg no XXV S5 dd tab 1 DD : Impetigo Vesico Bulosa Catatan : ‐
Herpes Zooster/ Cacar
Adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes Faktor Resiko : Kontak kulit dengan penderita lainAnamesa : Ada demam?ada timbul vesikel ( biasa daerah torakal )?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( Terdapat Vesikel yang berkelompok di atas kulit yang biasa muncul di torakal, berwarna jernih dan lama ‐ lama menjadi pustul)
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Tzank : Sel datia berinti banyak
Edukasi : Istirahat yang banyak, jangan digaruk ,Jaga kebersihan, jangan keluar rumah ( 7 hari setelah keluar gejala kulit ) Tata Laksana : Asiklovir R/ Asiklovir tab 400mg no LXX S5 dd tab 2 DD : Herpes Simpleks Catatan : ‐
Campak / Misel
Adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh ParamiksovirusGejala Klinis : 3C + 1K + 1F ( Caugh, Coryza, Conjungtivitis, Koplek’s Spot ( titik putih di mukosa di depan molar 3 ), Fever, penyebaran dari Chepalokaudal ( belakang telinga – leher menuju ke trunk dan ekstremitas ), tidak ada vesikel hanya eritema dan makula Anamesa : Ada demam? Ada teman yang mengalami hal serupa? Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( terdapat eritem dan macula saja )
Edukasi : Istirahat yang banyak, jangan digaruk ,Jaga kebersihan, jangan keluar rumah untuk sementara Tata Laksana : Suportif (Paracetamol ), Vitamin A DD : Rubella Catatan : ‐
Dermatofitosis / Tinea
Adalah penyakit jaringan yang mengandung zat tanduk, misal stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh jamur dermatofitaFaktor Resiko : Kontak kulit dengan penderita lain Mandi tidak bersi / jarang mandi Tempat tinggal di daerah yang kumuh Gejala Klinis : Gatal Berbatas tegas Aktif di tepi Anamesa : Keluhan utama?( gatal ), sejak kapan? Di mana? Kemerahan? Apakah kering atau basah? Ada bau? Ada nyeri? Klasifikasi : a. Tinea Kapitis : dermatofitosis pada kulit dan kepala b. Tinea Kruris : dermatofitosis pada sekitar anus, bokong dan kadang perut bawah c. Tinea Barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot d. Tinea Pedis et magnum : dermatofitosis pada kaki dan tangan e. Tinea Unguinum : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki f. Tinea Korporis : dermatofitosis pada bagian lain selain di atas
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Kulit Blok 15 ( ditemukan kelainan pada kulit ( tergantung lamanya ) dengan batas tegas dan aktif di pinggir, lokasi tergantung tinea apa akan berbeda predileksi ) Pemeriksaan Penunjang : dengan pemeriksaan mikologik secara langsung atau biakan Tata Laksana : R/ Griseofulvin tab 500 mg No X SUC Catatan :setelah sembuh tetap minum 2 minggu kemudian R/ Mikonazol ung 2% 5 gram fl No I SUE Edukasi : mandi yang bersih, jangan sering meminjam pakaian/ yang dikenakan DD : Dermatitis Catatan : Psoriasis : Tetesan lilin (Skuama yang berubah warna jadi putih pada goresan ) Auspitz ( Timbul titik – titik merah setelah pengerokan skuama yang cukup dalam) Kobner ( timbul psoriasis pada trauma kulit di tempat lain ) Gambaran Psoriasis : bercak eritem yang meninggi dengan skuama di atasnya
Digestivus
Diare
Yaitu buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair, dengan kandungan air tinja lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam ( lebih dari 3x per hari ) Faktor Resiko : Usia < 1 tahun Malnutrisi Makan atau Minum dari air yang tidak dimasak Lingkungan kumuh / tidak Hygine Tinggal di tempat yang kejadian diare tinggi Diare : Bakteri : Lendir, bau, darah, busa Virus : HIpermotilitas usus Parasit : Warna kehijauan, darahAnamesa : Apa saja makanan yang dimakan 1‐7 hari kemarin?, Kondisi lingkungan?, apakah ada keluarga yang mengalami hal yang sama?, Tinjanya ( Konsistensi, bau, warna, ada darah atau tidak ), frekuensi diare?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Anamesa Diare Blok 16 ( Turgor kulit menurun, Pucat ) dan Rectal Toucher ( Hanya jika BAB berdarah ) Pemeriksaan Penunjang : Kultur Edukasi : Minum yang banyak, jika dehidrasi minum larutan oralit ( 1 liter air : 8 sendok gula + 1 sendok garam ) Tata Laksana : Semua kasih metronidazol R/ Metronidazole tab 500 mg noXV S3 DD tab I DD : Diare Virus, Parasit, Bakteri, Keracunan makanan Catatan : Disentri : diare disertai darah dan lendir dalam tinja
Dispepsia
Kumpulan gejala yang tidak nyaman di epigastrium, mual, mutah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, rasa panas yang menjalar di dada Tanda Alarm : Usia > 45 thn Anemia Berat badan turun > 10 kg Anoreksia Muntah persisten Hematemesis melena Riwayat tukak peptik Anamesa : Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Abdomen Patologis Blok 16 ( tidak ada kelainan ) dan TTV ( N ) Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi ( ada tanda alarm / tidak ada 2 minggu tidak membaik ) Foto Barium Sulfat Double Contras Edukasi : Makan sering porsi dikit Tata Laksana : Omeperazol R/ Omeperazole tab 20 mg no XV S1 DD tab I AC DD : Dispepsia Funsional atau organik Catatan :Pankreatitis
Reaksi peradangan pada pankreas Gejala Klinis : a. Kondisi umum jelek b. Gejala seperti dispepsia berat c. Demam d. Ikterus e. Gangguan Haemodinamik f. Syok g. Takikardi h. Bising usus menurun Anamesa : Sejak kapan nyerinya? ( tiba – tiba ), nyeri di mana?, nyeri tekan?Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Abdomen Blok 16 ( Nyeri Tekan hampir seluruh lapang abdomen) Pemeriksaan Penunjang : Amilase ↑ ( N : 17 – 115 μ / L ) Lipase ↑ ( N : 13 – 60 μ / L ) Leukosit ↑ ( N : 5.000 – 10.000 cel / ml ) Gula Darah ↑ ( Sewaktu < 200 mg / dl ) Edukasi : Jika obesitas kurangin berat badan Tata Laksana : Puasa dan pasang infus untuk nutrisi parenteral sampai amilase dan lipase normal lagi, dan tidak ada snyeri ulu hati DD : Gastritis, CROHN desease Catatan :
Ulkus Peptikum
Penyakit saluran cerna bagian atas yang kronis bisa di gaster atau duodenum dengan Nyeri epigastrium, rasa kebakar, sakit lapar Gaster : Sakit pada saat makanDuodenum : 90 menit – 3 jam setelah makan, cepat kenyang, meredah saat minum antasid atau makan, bangun dari tidur jam 00.00 – 03.00 am
Faktor Resiko :
Umur ( semakin tua ) OAINS
Kuman Helicobacter Pylori
Anamesa : Nyeri pada saat sesudah atau sebelum makan?, yang memperberat? ( makan asam, lemak )
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Anamesa Diare Blok 16 ( Nyeri Epigastrium , lembut pada saat ditekan ) Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi ( Ulkus ), Double contras ( terlihat rugae ulkus ) Edukasi : Makan sering dikit
Tata Laksana : H2 RA : R/ Cimetidine tab 400mg no XXX S2 DD tab 1 PPI : R/ Omeprazol tab 20 mg no XV S1 DD 1 Cttn : jika masih ada keluhan kembali lagi DD : Gastritis, CROHN desease Catatan :
Apendisitis
Peradangan pada apendix / umbai cacing Gejala Klinis : a. Akut abdomen pada perut kanan bawah b. Enakan pada saat dia diam c. Nyeri menetap, parah, terlokalisir, tambah parah pas gerak / batuk d. Anoreksia e. N.VAnamesa : Sejak kapan?, dimana?, setelah makan atau sebelum?, Sexual Activity ( DD dengan penyakit lain seperti kehamilan Ektopik dan PID )
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Patologi Abdomen Blok 16 ( Blumberg, Rovsing, Nyeri tekan positif ) , Suhu Normal atau sedikit naik ( perforasi akan diatas 38° C )
Pemeriksaan Penunjang : USG ( Dindingnya menebal dan pelebaran apendix, hilangin DD ), Apendictogram ( Non filling lesion ), BNO , Tes Kehamilan ( Singkirin DD Kehamilan Ektopik )
Edukasi : Apendiktomi SECEPATNYA!!
DD : Ektopik ( wanita ), Nefrolitiasis, Kolesistitis Catatan :
IBS/ Irritable Bowel Syndrome
Setidaknya sudah dialami selama 6 bulan dengan onset selama 3 bulan dari sakit perut yang hilang timbul atau perasaan sakit perut ditambah dengan 2 / lebih kriteria : a. Gejala berkurang setelah BAB b. Frekuensi BAB yang berubah c. Bentuk Feces berubah Gejala Klinis : f. Tidak ada diare pada malam g. Tidak ada turun berat, tidak ada darah h. Sakit pada saat bangun/ tidak tidur i. Timbul pada saat makan atau stress j. Membaik saat BAB / flatusAnamesa : Apakah keluahan yang dirasakan hanya pada satu tempat atau berpindah – pindah ( Berpindah – pindah ), Seberapa sering sakit dialami? ( tidak menentu ), Berapa lama keluhan dirasakan? ( sebentar ), Bagaimana keluhan setelah BAB ( meredah ) Sejak kapan keluhan dialami?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Patologi Abdomen Blok 16 ( Bising usus jika ↑ : diare, ↓ : Konstipasi ) Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi, Klonoskopi Edukasi : Banyak makan serat, Diare Oralit Tata Laksana : Loperamid R/ Loperamid tab 2 mg no X SUC Cttn : Minuman pertama 2 tablet, jika masih diare 1 tablet tiap buang air besar, max 8 tablet DD : IBD Catatan : Untuk IBD lebih sering Melena
Haemoroid
Pelebaran pembuluh darah vena pada anus Faktor Resiko : Kurang makan serat Olahraga berat Anamesa : Keluhannya? ( BAB berdarah segar )Pemeriksaan Fisik : Rectal Toucher ( pada inspeksi ditemukan benjolan pada anus )
Edukasi : Banyak makan serat, kurangi olahraga berlebihan, Operasi jika sudah eksterna, minum air yang banyak, jangan mengedan pada saat BAB Tata Laksana : Rujuk DD : Prolaps Recti Catatan :
Kolera
Penyakit akibat Vibrio cholerae Faktor Resiko : Makan pinggir jalan Tidak Higyen Gejala Klinis : Diare cair tanpa sakit perut Muntah Biasanya tidak ada demamKeram otot ( biasa pada betis, bisep, trisep, dada, dinding perut ( karena gangguan elektrolit Cal dan Cl ) ) Feses : Abu – abu, tidak ada darah, air cucian beras, bau manis menusuk, Claudy pada cairan feses ( pada saat didiamkan akan ada endapan putih ) Anamesa : Makanan yang dimakan dari 3 hari lalu ( inkubasi 1 – 3 hari ) Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Abdomen Blok 16 Pemeriksaan Penunjang : Hematokrit ↑ (N : 40 – 48% (pria), 37‐43% (Wanita) Leukosit ↑ sedang ( N : 5.000 – 10.000 ) BUN dan Kreatinin ↑ ( jika ada gangguan ginjal ) Bicarbonat ↓ ( < 15 mmol / L ) Onion gap ↑ : Na – Cl – Hco3‐ ( N : < 12 ) Asidosis Edukasi : Makan di tempat yang higyen, cuci tangan sebelum dan setelah makan Tata Laksana : R/ Doksisiklin tab 100 mg No III S1 DD3 tab 3 DD : Diare Catatan : Disentri idem kolera hanya ada kolik dengan feces ada lendir dan darah dengan tata laksana : R/ Ciprofloxaxin 500mg tab X
Hepatobiler
Hepatitis A Akut
Infeksi Virus sistemik yang menyerang hati < 6 bulan
Penularan : Fecal oral
Anamesa : Tidak spesifik mengarah ke penyakit viremia biasa ( demam, perut tidak enak, ikterik pada mata, tinja, flu, faringitis, urin warna gelap, pruritus )
Jaundice muncul 1 – 2 minggu setelah gejala klinis muncul Urin gelap dan Clay colored stool : 1 – 5 hari sebelum jaundice
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan mata (ada ikterik (pada saat gejala), Pemeriksaan Gastrointestinal (Hepatomegali ) Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Lab HBsAg : (+) Pada saat masa inkubasi, prodromal dan akut (‐) Pada saat Konvalens dan Window Period AntiHBs : (+) setelah sembuh (‐) Pada kronik dan Window period Anti HBc : (+) Pada window period dan kronik HBeAg : (+) menunjukan menular Igm HAV ( + ) setelah minimal 3 bulan fase akut SGOT & SGPT ↑ ( N : 0 – 35 U/ml ) Alkali fosfatase ↑dikit ( N : 45 – 190 ) Gama GT ↑dikit ( N : 6 – 28 ) Edukasi : Istirahat yang banyak, makan yang sehat dan bersih, jangan beri Paracetamol Tata Laksana : Gatal beri colesteramin ( ijkat bilirubin dibuang ) R/ Colesteramin tab 4 gram X S2 dd tab 1 DD : Hepatitis yang lain Catatan :
Kolesistitis
Reaksi inflamasi dinding kantung empedu oleh karena batu empedu
Anamesa : ada demam,ada nyeri perut kanan atas yang menjalar ke bahu atau sub scapula, Jaundice, mual, muntah, sakit setelah makan lemak?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan abdomen Murphy sign ( + ) Pemeriksaan Penunjang : Leukositosis ( N : 4000 – 10000 / L ) Alkali Fosfatase Gama GT USG ( Shadow Enchanment, Distensi saluran dan kantung empedu ) Foto BNO Abdomen : ada batu empedu Edukasi : Puasa makanan Tata Laksana : Rujuk dokter Tramadol 50 mg R/ Tramadol tab 50 mg no X SUC Cttn : tidak lebih dari 400 mg makan 4‐ 6 jam Sefiksim 200 mg R/ Sefiksim tab 200 mg no V S2 dd tab no 1 DD : Kolangitis, Koledokolitiasis Catatan :
Respirasi
Asthma
Adalah penyakit gangguan pernapasan akibat obstruksi saluran pernapasan yang refersible Faktor Resiko : Anggota keluarga yang pernah menderita asthma Bekerja di tempat yang berdebu Lingkungan rumah yang tidak bersih Perokok aktif maupun pasif Gejala Klinis : Bunyi weezing yang biasa terdengar pada saat ekspirasi Sesak napas periodic dan tergantung alergen Dada terasa penuh Biasa pada malam hari jam 4 – 6 pagiAnamesa : Keluhan utama? ( sesak nafas ) apakah mendapat serangan atau serangan mengi berulang? Gangguan batuk pada malam hari, batuk atau mengi setelah aktivitas, ada pencetus?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Paru ( ada suara tambahan wezing, takipnue, takikardi, tanda gejala berat (penggunaan otot napas tambahan, pulsus parodoksus, deforesis ), ada retraksi sela iga ( kronik ) Pemeriksaan Penunjang : Prick test ( + ) dengan allergen spesifik Spirometri : FEV 1 > 12% pasca pemberian bronkodilator FEV < 12% pasca pemberian histamin Lab : Eusinofil 5‐15% dari leukosit total Tata Laksana : salbutamol 6 puff < 6 tahun, 12 puff > 6 tahun
Edukasi : Jangan olahraga terlalu berat, berusaha menghindari pencetus, ventilasi baik pada rumah, hindari rokok DD : PPOK, Rinitis Alergi Catatan : ‐
Tuberculosis
Adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium Tuberculosis Faktor Resiko : ada anggota keluarga yang menderita TB Gejala Klinis : Batuk > 4 minggu berdahak,ada darah, nyeri dada, dan sesak napas , demam, keringat malam, malaise, nafsu makan menurun, BB↓ Anamesa : keluhan utama? Sejak kapan mulai batuk? Apaka ada dahak? Warnanya? Pemeriksaan Fisik : TTV : suhu naik, Fremitus mengeras Pemeriksaan Penunjang : Kultur sputum BTA ( + ) Foto toraks ( di apex terdapat proses spesifik ) Mantoux ( + : > 15mm ) hanya untuk anak Tuberculin 0,1 ml pada voler Akan timbul eritema dan indurasi Dibaca 48 – 72 jam Ukur indurasi yang terjadi, bukan eritema Ukuran indurasi Hasil Interpretasi0 – 5 mm Negative Belum pernah kontak dengan kuman TBC 6 – 14 mm Positif Vaksinasi BCG sebelumnya
> 15 mm Positif kuat Pernah kontak dengan kuman TBC secara alamiah maupun buatan (melalui vaksinasi BCG)
Sedang mendertia penyakit TBC
Tata Laksana :
Klasifikasi dan tipe penderita Fase Awal Fase lanjutan
Katagori 1 BTA (+) baru
Sakit berat : BTA ( - ) luar paru
2HRZE 2HRZE
4RH 4R3H3
Katagori 2 Kambuh kembali BTA ( + )
Gagal pengobatan
1RHZE 1RHZE
5RHE 5R3H3E3
Katagori 3 TB luar paru ( komplikasi )
TB paru 2 RHZ 2 RHZ 4RH 4R3H3 Iter 1 R/ Rifampisin tab 600 mg no XX (R) S1 dd tab 1 Iter 1 R/ INH tab 400 mg no XX (H) S1 dd tab 1 Iter 1 R/ Pirazinamid tab 2 g no XX (Z) S1 dd tab 1 Iter 1 R/ etambutol tab 1 g no XX (E)
S1 dd tab 1
Edukasi : Pake masker, jangan banyak ke luar rumah, jangan bilang ludah sembarangan, jika kencing merah jangan takut karena itu efek samping Rifampisin DD : Pneumonia Catatan :
Pnemonia
Pnemonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh microorganisme selain TB Gejala Klinis : Demam dengan takikardi Pernah mengigil dan berkeringat Batuk non/produktif ( bisa mukoid, purulent , bercak darah ) Bisa sesak / tidak 20 % ada gejala gastro Lelah, sakit kepala, sakit otot ( myalgia ) Khusus anak : Frekuensi napas tinggi, demam, batuk Anamesa : Sesek napas? Sejak kapan? Ada demam? Apakah ada yang mengalami hal yang sama? Merokok? Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Toraks ( tergantung ada tidaknya konsolidasi biasa Perkusi Redup, Fremitus ↑ : bila konsolidasi ↓ : jika efusi pleura ), RR naik, Otot Pernapasan ( penggunaan otot penapasan tambahan ), (alskultasi : ronki, Bronkeal breath sound, Friction Rub) Pemeriksaan Penunjang : Foto Toraks ( infiltrate pada basal ) Kultur Sputum ( hasil selain TB plg sering strep. Pnemonia ) Tata Laksana : R/ Eritromisin tab 500 mg no XV S3 dd tab 1 Edukasi : Tirah baring, berhenti merokok DD : TBC Catatan :
PPOK
Adalah penyakit penurunan pernapasan yang tidak dapat sembuh sempurna dengan enfisema, bronchitis kronik, dan penurunan jalur udara ( asthma ) Faktor Resiko : Perokok aktif / pasif Kerjaan ( sering kena debu ) Riwayat asthma Infeksi Pernapasan Gejala Klinis : Ekspiratory Wezing Batuk > 3 bulan setahun/ minimal 2 tahun ( setiap hari + dahak ) Dyspnue stlh aktivitas Dapat barrel Chest ( Enfisema )Anamesa : ada sesak napas? Sejak kapan? Intensitas? Ada weezing? ada demam? Riwayat merokok? Pekerjaan?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Respirasi ( hipersonor ) , sianosis di bibir dan kuku, kurus bila kronik, Peranjakan hati mengecil, ekspirasi memanjang
Pemeriksaan Penunjang :
Spiroetri : FEV 1 ( Force Ekspiration Volume ) ↓ FEV 1 / FVC ( Force Vital Capacity ) ↓
Lab : Ht↑ ( karena eritrosit nggi karena napas turun )
Radiologi : Bronkitis : bayangan garis yang parallel keliar dari hilus menuju apex(Tubular shadow) Emfisema : Hiperlucent pada paru , diafragma datar dan rendah Tata Laksana : Simptomatik Edukasi : Hentikan merokok aktif dan kurangi rokok pasif Catatan :
Kard
Syndr
Adalah p Faktor R Gejala K UAP : A 1 2 3 Anames Pemerik Pemerik EKG : 1 2 3 Lab : C Tata Lak 1. U ddiovas
rome Kor
penyakit kega Resiko : Klinis : Angina pecto 1. Serangan 2. Sakitnya 3. Cresendo a : Nyer istira ksaan Fisik : ksaan Penunj 1. Angina : d 2. NSTEMI : D 3. STEMI : ST CK dan CKMB ksana : UAP dan NST dan aritmiaskular
roner Aku
awat darurat oris dengan g n pada saat i sangat bera o ( tambah p ri berapa la ahat? ( singk tidak ada jang : epresi segme Depresi segm T elevasi ( ST B : meningka TEMI : Bed Rut
tan pada jant gejala : stirahat t untuk perta parah, berat, ma? Kapan kirin Stable a a yang spesif en ST, invers men ST, Inver > 1 mV pada at minimal 2x Rest dengan tung akibat f ama kali lama atau se sakitnya/ g ngina ) fik i gel T rsi gel T a 2 atau lebih x dari batas n monitor ECG fase akut dar ering ) gejala muncu h sadapan ), I normal G secara teru ri iskemia mio ul ?, apakah Inversi gelom us menerus u okard h membaik mbang T untuk deteks pada saat si ST defiasi2. SKA : MONA M : morfin R/ Morfin tab 2mg no III SUC Catatan : untuk sakit yang tak tertahankan/ iritable O : Oksigen N : Nitrat R/ isosorbitdinitrat tab 5 mg No V SUC Catatan : apabila masih sakit dapat diulang 3x tiap 5 menit A : Aspirin R/ aspirin tab 162 mg no III S1 dd tab 1 Edukasi : Jangan olahraga berat, istirahat yang banyak, diet rendah kolesterol DD : Stable Angina Pectoris Catatan : ‐
Stable Angina Pectoris
Adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh ketidakseimbangan supply dan demand oksigen ( transien miokard ischemic attack ) Faktor Resiko : Pria > 50 tahun Wanita > 60 tahun Gejala Klinis : Sakit pada dada kiri menjalar ke punggung kiri, ulnar kiri, leher kiri, dagu kiri ( dibawah telinga dan diatas umbilicus ) Akan sembuh pada saat istirahat sering kali sembuh dalam 2 ‐ 5 menit Dieksaserbasi oleh olahraga , tergesa –gesa, stress, seksual activityAnamesa : Seberapa sering gejala muncul? Dimana sakitnya? Berapa lama sakitnya? Munculnya pada saat? Pemeriksaan Fisik : tidak ada yang spesifik ( takikardi pada saat serangan ) Pemeriksaan Penunjang : EKG : bisa normal bisa T inverted ( pada saat iskemik ) CK dan CKMB Normal
Tata Laksana : N : Nitrat R/ isosorbitdinitrat tab 5 mg No V SUC Catatan : apabila masih sakit dapat diulang 3x tiap 5 menit R/ Simvastatin tab 20 mg no X ( untuk turunin kolesterol ) S1 dd tab 1 R/ Propranolol tab 80 mg no X ( anti hipertensi βbloker) S2 dd tab 1 Edukasi : Jangan olahraga terlalu berat, jika serangan istirahat, diet rendah kolesterol DD : Unstable angina pectoris, STEMI, NSTEMI Catatan :
Urogenital
BPH
Penyakit akibat pembesaran kelenjar Prostat non malignan Faktor Resiko : Pria usia > 55 tahun ( tua ) Orang yang BAB jongkok mengurangi Resiko Gejala Klinis : Frekuensi miksi malam naik Susah kencing ( menetes ) Kencing yang tak lampias Anamesa : Keluhan utama? Bagaimana frekuensi kecing ( sering , dikit , sering pada malam), ada nyeri tidak ( biasa tidak ), pancaran urin? Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Reactal Toucher ( ada pembesaran kelenjar prostat bedakan dengan Ca : keras, nodular, dan irregular ) Pemeriksaan Biokimia : PSA > 2,5 ng/ml ( N : 0 – 4 ) Pemeriksaan Penunjang : USG ( ada sisa urin di VU, hidronefrosis dan pembesaran prostat ) Biopsi ( jika PSA > 10 ng/ml) Edukasi : Merujuk untuk dilakukan TURP Tata Laksana : Dikasih dua ‐ duanya R/ Finasterid tab 5 mg no X S1dd tab 1 R/ Prazosin tab 1 mg no X S1 dd tab 1 DD : Batu Saluran kemih dan striktur uretra Catatan : Striktur uretra sama kayak BPH bedanya gejala di dapat setelah pemasangan kateterUrolithiasis
Adalah pengendapan batu pada saluran kemih
Faktor Resiko : Banyak memakan makanan yang dapat menimbulkan batu ( kalsium oksalat ( vit C ), Kalsium fosfat ( kalsium ), Batu asam Urat
Anamesa : Apakah ada sakit di sudut coste vertebra?, sering makan vit C banyak? Banyak minum susu tinggi kalsium? Sering makan jeroan? ada demam?penjalaran penyakitnya (proksimal : dari Arcus costae mengarah ke lokasi batu, jika pada distal : mengarah ke scrotum / vulva ), apakah ada urgency pada saat kencing? Ada darah pada saat kencing?
Gejala Klinis : Rasa kencing yang tidak mau kencing, Kesulitan kencing, post void dribbling, hematuria
Pemeriksaan Fisik : Skill lab pemeriksaan Abdomen Ketok CVA ( + ), Balotemen ( pembesaran ginjal ) dan Bimanual ( teraba pembesaran ginjal )
Jenis Batu : Opaq menuju Lucent : Ca Fosfat, Ca oksalat, Mg Amonuim fosfat, Sistin, As Urat, Xantin
Pemeriksaan Penunjang : Urinalisis : bisa ada Hematuria, piuria, bakteriuria, PH > 7,6 batu anorganik, Asam PH < 5,5 Organik ( asam ) BNO ( liat batu khusus Opaq ) BNO – IVP ( liat aliran ) USG Tata Laksana : Operasi terbuka, Operasi endoskopi (Pncl, Urs Lithotripsi, Litotripsi mekanik ESWL ( electrocorporeal shock wave litotripsi ) ( baiknya utk batu 6mm – 2 cm ) R/ Tramadol tab 50 mg no X SUC Catatan Max 400 mg sehari setiap 4‐6 jam ( jika kita tahu batu < 6 mm ) R/ Hidroclorotiazid tab 25 mg no X S1 dd tab 1 Batu kalsium : Edukasi : Banyak minum air , tergantung batu (jika Ca : kurangin garam dan protein hewani, Jika urat : kurangin asam urat DD : PID Catatan :
Sindroma Nefritik Sindroma Nefrotik Azotemia ( uremia ) Proteinuria masif ( > 3,5 gr/ hari ) +++, ++++ Hipertensi Hipoalbuminemia Hematuria Masif/ Makroskopik Hiperkolesterolemia Proteinuria ( < 3 gr/ hari ) +, ++ Lipiduria Edema Udem anasarka Oliguria ( GFR ↓)
PS GN
Adalah kerusakan glomerulus akibat antibody terhadap streptococcus Faktor Resiko : Anak – anak ( 12 – 14 thn ) > dewasa Anak yang terserang ISPA Anak – anak yang terserang penyakit kulit oleh streptococcusAnamesa : Warna urin ?( hematuria ), ada demam 1‐ 2 minggu sebelumnya? ( ISPA ), Ada kelainan kulit 3‐ 4 minggu sebelumnya? Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Abdomen Nyeri ketuk CVA Pemeriksaan Penunjang : ‐ C3 ↓ ( N : 0,65 – 1,65 ) ‐ C4 Normal ( N : 0,16 – 0,60 ) ‐ ASTO ↑ ( N : < 200 ) ‐ GFR↓ ‐ Darah : o Uremia o Hipertensi ‐ Urinalisis : o Hematuria makro o Proteinuria ( < 3 gr / hari ) o Leukosit ↑ Edukasi : Diet tinggi kalori rendah protein, Kurangi garam Tata Laksana : ( diuretic ) R/ Hidrochlorotiazid tab 25 mg no V S1 dd tab 1 ( Steroid ) R/ Prednison tab 5 mg no XX S3 dd tab 4 DD : Glomerulonefritis ec Virus
UTI / Urinary Track Infection
Infeksi saluran kemih yang dibagi menjadi atas dan bawah Faktor Resiko : Anak kecil cowok Wanita ( lebih besar pada saat mens, hamil ) Pasang kateter Diabetes Urin yang tertahan di kantung kemih Ganti pasangan Batu Gejala Klinis : Atas a. Pielonefritis ( pada daging ginjal, korteks + medulla ) + Ureteritis Ringan : Demam ringan ( dengan / tanpa nyeri kotok CVA/ punggung bawah ) Berat : Demam tinggi dengan kekakuan, n v, Nyeri pinggangBiasa sintomnya akut bisa disertai / tidak gejala sistitis, demam pembeda utama sistitis dan pielonefritis, pada pielonefritis demam tinggi dan sembuh pada 3 hari terapi Bawah a. Sistitis ( radang pada VU ) + Uretritis GK : dysuria , frekuensi ningkat, urgency, nocturia, Hesistensi ( rasa nanggung pengen pipis atau tidak), Gross Hematuri, rasa tidak enak supra pubic Anamesa : Nyeri di mana? Gatal? Sejak kapan? Ada demam? Kencingnya bagaimana?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Abdomen ( CVA (+) pada UTI atas ), Pemeriksaan tekan supra pubic ( UTI bawah ) Pemeriksaan Penunjang : a. Urinalisis : a. Hematuria ( UTI distal ) b. Silinder Leukosit ( UTI proksimal ) c. Silinder Protein ( UTI proksimal ) b. Kultur dengan pengambilan urin suprapubik ( N : steril ), Midstream ( N : <105 ), Kateter ( N : < 105) Edukasi : Minum yang banyak, Menjaga kebersihan alat kelamin Tata Laksana : Kotrimoksazol ( khusus sistitis ) R/ Kotrimoksazol tab 480 mg No III S1 dd tab 1
Kotrimoksazol ( khusus Pielonefritis ) R/ Kotrimoksazol tab 480 mg No XV S1 dd tab 1 R/ Ciprofloksasin tab 500 mg No X S2 dd tab 1 Amoxicilin ( kusus ibu hamil ) R/ Amoxicilin tab 500 mg no XX S3 dd tab 1 DD : STD Catatan : STD : paling sering ada Pus ( Pyuri )
STD
Penyakit yang disebabkan oleh akibat panyakit hubungan seks Faktor Resiko : Sering berganti pasangan PSK Pelaut ( jarang ketemu wanita )Anamesa : Sejak kapan keluhan? Kapan hubungan terakhir?, Koitus suspectus( inkubasi beda )?, Pekerjaan?, Ganti pasangan?
Gejala K Pemerik Edukasi Tata Lak Cefiksim R/ Cefiks S1 dd tab Klinis : ksaan Fisik : : Jang ksana : e sime tab 400 b 1 KGB : pe an berpartne 0 mg No V mbesaran pa er seks bebas ada belakan s, jangan gan g leher dan a nti – ganti pa antara bisep asangan seks, p & trisep( ku , usus sifilis)
DD : Bola Catatan
Hipert
Adalah t BP Klasif Normal Pre Hipe Stage I Stage II Faktor R ak balik aja : Bedain UTItensi
ekanan dara fikasi ertensi Resiko : Ketu Obes Gara Alko < ola Pil KB dengan STD h tinggi dima urunan sitas am banyak hol ahraga B D ( STD ada pu ana Sistole > Sistole Blo <120 120 – 139 140 ‐159 >160 NSAI Stero Pema Stres Mero us keluhanny 120 dan dia ood Presure 9 D oid terapi akaian Vasok s okok ya ) stole > 80 ( E konstriktor Etiologi 95 % DBP <80 80‐89 90‐99 >100 idiopatik )Anamesa : Sejak kapan? Ada keluarga yang mengalami hal yang sama( Hipertensi )? Sering pusing? Makan asin banyak? Deg ‐ degan?, Pegel leher?, Penurunan konsen?, sukar tidur?, Pengobatan antihipertensi sebelumnya? Tanya factor resiko?
Gejala kerusakan organ:
a. Otak dan mata : Sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan , TIA, deficit sensorik atau motoric b. Jantung : palpitasi, nyeri pada dada, sesak, bengkak pada kaki ( Piting Udem ) c. Ginjal : haus, poliuri, nocturi, hematuria d. Arteri perifer, ektremitas dingin,Kaudacatio Intermiten ( pada saat jalan kesemutan ) Indikasi Hipertensi sekunder : a. Riwayat keluarga sakit ginjal b. pasien ada riwayat sakit ginjal, ISK, Hematuri, obat analgesic, atau obat lain c. Berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi ( Feokromasitoma : tumor di medulla kelenjar adrenal jadi sekresi adrenal dan non adrenal ↑ ) d. Episode lemah otot dan tetani ( aldosteronism ) Pemeriksaan Fisik : TTV ( ada hipertensi ) , komplikasi dari di atas Pemeriksaan Penunjang : Darah rutin Glukosa darah Profilipid As Urat Kreatinin Kalium Urinalisis EKG Edukasi : Kurangin makan garam , Olahraga sesuai usia, kurangin kopi dan teh, jangan merokok, jangan minum alkohol Tata Laksana : Target : TD < 140 / 90, untuk resiko tinggi < 130 / 80 Grade Pengobatan Pre hipertensi (120 – 139) Life style Pre Hipertensi + resiko tinggi R/ HCT tab 25 mg No X S1 dd tab 1 Stage I R/ HCT tab 25 mg No X S1 dd tab 1 Stage II 2 kombinasi obat R/ HCT tab 25 mg No X S1 dd tab 1
+ obat lain( ARB , β bloker, ACE inhib, CCB) ( ACE ) : R/ Captopril tab 25 mg No X S2 dd tab 1 Catatan : Dosis awal 6,25 mg cek selama 2 jam jika tidak ada hipotensi lanjutkan ( β Bloker ) : R/ Propranolol tab 40 mg no X S2 dd tab 1 ( ARB ) : R/ Losartan tab 50 mg no X S1 dd tab 1 ( CCB ) : R/ Amlodipin tab 5 mg no X S1 dd tab 1 Catatan : Tanda hipertensi Sekunder : a) Onset < 30 atau > 55 tahun b) Muncul tiba – tiba, parah ( stage II ) c) Rersisten medical terapi selam 6 bulan
Metabolik Endokrin
Diabetes Tipe II
Adalah suatu kelompok penyakit metabolic yang ditandai oleh hiperglikemia Faktor Resiko : Usia > 45 tahun Berat badan lebih Hipertensi ( TD > 140/ 90 ) Keturunan BBLahir > 4 KG Kurang olahraga HDL < 35 , trigliserid > 250 Riwayat sakit jantung Diagnosis : 1. Gejala diabetes + GDS > 200 mg / dl 2. GDP > 125 mg / dl (N < 100 ) 3. HBA1C > 6,5 4. TTGO setelah 2 jam > 200 <‐ DM ( 140 – 200 : ada gangguan, N < 140 ) Screening : setiap 3 tahun > 45 tahun Jika Overweight ( IMT > 25 ) + memiliki minimal 1 faktor resiko Gejala Klinis : Polidipsi Polifagia Poliuria Kesemutan ( hipestesia ) BB ↓ Sering infeksi superfisial Sukar sembuh Anamesa : sering lemas? Ada keluarga yang mengalami hal yang sama? Sering lapar? Sering haus? Sering lapar? Sering bangun malam untuk kencing? Pemeriksaan Fisik : BMI↑ ( factor resiko ) Pemeriksaan Biokimia : HBA1C ↑ ( N : < 6, 5 ) GDS ↑ ( N : 200 ) GDP ↑ ( N < 100 ) Elektrolit ( KAD ) Osmolaritas HONK Pemeriksaan Penunjang : Urinalisis ( Glukosuria (N < 150 ) )Edukasi : kurangi makan gula, kurangi cemilan, kurangi karbo simplek ( permen, nasi ), banyak makan sayur, sering olahraga Tata Laksana : R/ Metformin tab 500 mg no X S2 dd tab 1 DD : DM 1, Toleransi glukosa terganggu ( TGT ) Catatan :
Sindroma Metabolik
Adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari 3 dari 5 kriteria di bawah ini : a. Gula darah puasa ≥ 100 mg / dl b. Tekanan Darah ≥ 130/85 mmHg c. Trigliserid ≥ 150 mg/ dl d. HDL cholesterol < 40 mg / dl ( pria ), < 50 mg / dl ( wanita ) e. Lingkar pinggang asia ≥ 90 ( pria ), ≥ 80 ( wanita ) Faktor Resiko : Obesitas Keturunan Gaya hidup tidak baik Kurang olahraga Penderita DM tipe 2 Pemeriksaan Penunjang : Sesuai kelainan Tata Laksana : ( Turunin kolesterol LDL dan naikin HDL ) R/ simvastatin tab 20 mg no V S1 dd tab 1 Catatan : pada saat sore hari R/ Metformin tab 500 mg no XV S2 dd tab 1 ( turunin hiperkolesterolnemia dan ) R/ gemfibrozil tab 600 mg no XV S2 dd tab 1 ac Catatan : 30 menit sebelum makan pagi dan sore( turunin tekanan darah ) R/ Captopril tab 25 mg no XV S2 dd tab no 1 Edukasi : Perbaiki gaya hidup, DD : PID Catatan :
Tirotoksikosi
Kelainan yang disebabkan oleh kelebihan hormone tiroid di dalam tubuh Graves ( penyebab tirotoksikosis terbanyak ) Faktor Resiko : genetic Perempuan > pria Sering usia 20 ‐50 Jarang pada remaja >pada orang tuaGejala Klinis : Takikardi ( AF pada orang tua) Ginekomastia BB↓ Kelelahan Gugup Tremor Keringat banyak Tidak tahan panas Palpitasi Tumbuh cepat Sering BAB Oligomenorea / aminorae Libido turun Rambut rontok Kulit basah Psikosis Hipertensi Aritmia Gagal jantung Epifisis cepat menutup Insomnia Anamesa : Keluhan utama? Ada terasa pembesaran di daerah sekitar leher? lebih enak di tempat panas atau dingin?
Pemeriksaan Fisik : Bising pada kelenjar tiroid, kelenjar mata teraba, eksolthalmus, kelopak mata tertinggal pada gerakan bola mata, tremor halus, pembesaran kelenjar tiroid Pemeriksaan Penunjang : ‐ TSH ↓ ‐ T3 ↑ ‐ T4 mungkin ↑
Tata Laksana : R/ PTU tab 100 mg tab no XX S3 dd tab 1 Catatan : 4 – 6 minggu, dilanjutkan 50 mg selama setahun Lalu simtomatik lainnya DD : Panic attack, mania, haemocrocitoma
Struma Endemik
Kelainan metabolic yang disebabkan pembesaran kelenjar Tiroid Faktor Resiko : Daerah Endemik kurang asupan yodium Wanita > Pria Gejala Klinis : Tidak ada gejala tirotoksikosis Bisa noduler bisa difuse Membesar dalam waktu yang cukup lama Bisa timbul gejala penekanan trakea / esophagus Pamberton sign bisa + di area substernal goiterAnamesa : Keluhan utama? ( pembesaran pada leher ), sejak kapan? Apakah merasa nyaman di daerah dingin atau panas?, bisa digerakan? Makanan yang dikonsumsi? Pemeriksaan Fisik : Teraba nodule atau difuse di area leher Jika berbentuk nodule indikasi untuk USG Pemeriksaan Penunjang : T3 Normal T4 Normal TSH normal / bisa sedikit ↑ Tata Laksana : R/ Lefotiroksin tab 50 µg XXX S1 dd tab 1 Tidak semua pasien mengalami pengurangan ukuran goiter setelah terapi Pencegahan : Pada daerah endemic makan garam dapur dengan yodium 1/ 10.000 – 1 / 200.000 Suntikan lipidolal 40% 1cc, 1x dalam 3 tahun, untuk 6 tahun kedepan DD : Ca Tiroid, Struma nodusa toksik Catatan : Untuk bedakan dengan CA tiroid Tanda Keganasan pada USG : Mikroklasifikasi, Hipoekogenik, Increase Vascularity