• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Keperawatan Jiwa i (Rbd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Keperawatan Jiwa i (Rbd)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I “Klien dengan Resiko Bunuh Diri” “Klien dengan Resiko Bunuh Diri”

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa I Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa I

Semester 6 Semester 6

Dosen Pembimbing : Dosen Pembimbing : Ns. Iin Aini Isnawati,

Ns. Iin Aini Isnawati, S.Kep.,M.KesS.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 6 : Disusun Oleh Kelompok 6 :

1

1.. HHaannddookko Mo M.P.P 2.

2. MoMoh Lh Lututfi fi IsIsnanaininii 3

3.. YYuulliiaattiinn

PROGAM STUDY S1 KEPERAWATAN PROGAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN - PROBOLINGGO PAJARAKAN - PROBOLINGGO

2013 2013

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Sega

Segala puji dan syukula puji dan syukur senantir senantiasa di panjaasa di panjatkan kehatkan kehadiradirat t AllaAllah SWTh SWT Sholawat dan salam semoga selalu di limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat dan salam semoga selalu di limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ka

Kami mi menmenyamyampapaikaikan n rasrasa a terterima ima kaskasih ih kepkepadadaa NsNs. . AinAini i IsnIsnawaawati,ti, S.Kep.,M.Kes

S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan jiwa 1 yang telahselaku pembimbing mata kuliah Keperawatan jiwa 1 yang telah membimbing kami untuk membantu dalam proses penyusun makalah ini.

membimbing kami untuk membantu dalam proses penyusun makalah ini. Kami yakin

Kami yakin bahwa makalabahwa makalah ini masih banyak kekh ini masih banyak kekurangannya kareurangannya karena ituna itu kami mengharapkan kritik konstruktif dan saran , khususnya dari ibu Ns.

kami mengharapkan kritik konstruktif dan saran , khususnya dari ibu Ns. AiniAini Isnawati, S.Kep.,M.Kes

Isnawati, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa I selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa I dandan umumnya dari semua pembaca sehingga makalah ini dapat lebih sempurna. umumnya dari semua pembaca sehingga makalah ini dapat lebih sempurna.

Genggong, 2013 Genggong, 2013

(4)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Penderita gangguan skizifrenia di pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiw

seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka kejadiaa dengan angka kejadian n 7 per 1000 penduduk7 per 1000 penduduk (pa

(pada wanda wanita dan priita dan pria samaa sama). Dipe). Diperkirkirakrakan terdan terdapaapat t 4 4 – 10 – 10 % resik% resikoo kejadian

kejadian bunuh bunuh diri diri sepanjang sepanjang rentang rentang kehidupan kehidupan penderita penderita skizofrenia skizofrenia dandan 40 % a

40 % angka pengka percobaan burcobaan bunuh dirinuh diri. Studi . Studi yang dilyang dilakukan akukan WHO melaWHO melaporkanporkan bahwa

bahwa angka angka kematian kematian tertinggi tertinggi pada pada kasus kasus skizofrenia skizofrenia disebabkadisebabkan karen karenana bunuh diri

bunuh diri. Faktor resiko . Faktor resiko bunuh diri bunuh diri pada paspada pasien ien skizofrenia skizofrenia terdapat gejterdapat gejala- ala-ge

gejajala posla posititif terif terdadapapat t ko – ko – momorbrbililititas as dedeprpresesi, kuri, kuranangngnya teya terarapipi,, penu

penurunarunantinntingkat perawagkat perawatan, sakit kronistan, sakit kronis, , tingktingkat pendidiat pendidikan tinggi kan tinggi dandan pengharap

pengharapan an akan akan tampilan tampilan kerja kerja yang yang tinggi tinggi biasanya biasanya terjadi terjadi pada pada fasefase awal dari

awal dari perjalanaperjalanan penyakitnya (Widion penyakitnya (Widiodiningrat , 2009).diningrat , 2009).

Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa seb

sebesesar ar 2-32-3% % jijiwa wa setsetiap tahuiap tahun. n. ZamZaman dahuan dahulu penalu penangnganaanan n papasiesienn ga

gangngguguan an jijiwa wa adadalalah ah dedengngan an didipapasusungng, , didirarantntaiai, , atatau au didiikikatat, , lalalulu dit

ditempempatkatkan an di di rumrumah ah ataatau u huhutan tan jijika ka ganganggugguan an jijiwa wa beberatrat. . TetTetapi api bibilala pasi

pasien terseben tersebut ut tidatidak berbahak berbahaya, dibiaya, dibiarkan berkrkan berkeliaeliaran di desa, sambiran di desa, sambill mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat.

mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat. Bunu

Bunuh h diri dewasa ini diri dewasa ini banybanyak ak terjterjadi adi di di kalakalangan remaja Indonesngan remaja Indonesia.ia. Bunu

Bunuh h diri berawadiri berawal l dan/ atau dan/ atau bereberesiko terjadi ketika siko terjadi ketika mekmekanisanisme me kopikopingng dalam setiap pribadi terhadap masalah atau tingkat stressor tidak

dalam setiap pribadi terhadap masalah atau tingkat stressor tidak efektif atauefektif atau lemah. Oleh karena itu sangatlah perlu suatu pengupayaan pendampingan lemah. Oleh karena itu sangatlah perlu suatu pengupayaan pendampingan terhadap individu yang memiliki stressor berat,

terhadap individu yang memiliki stressor berat, guna meminimalisiguna meminimalisir terjadinyar terjadinya bu

bununuh h didiriri, , memengnginingagat t sesemamakikin n memeniningngkakatntnya ya ststreressssor or yayang ng adada,a, melemahnya mekanisme koping akan meningkatkan resiko bunuh diri.

melemahnya mekanisme koping akan meningkatkan resiko bunuh diri. Un

Untuk tuk menmenananggaggapi pi urauraiaian n masmasalaalah h yanyang g didipappaparkarkan an di di ataatas, s, kitkitaa kelompok 12 berusaha menyajikan konsep bunuh diri yang kami harapkjan kelompok 12 berusaha menyajikan konsep bunuh diri yang kami harapkjan dapat menjadi pemahaman dini untuk semua elemen kemanusiaan yang kita dapat menjadi pemahaman dini untuk semua elemen kemanusiaan yang kita sajikan dalam bentuk makalah kecil

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bunuh diri ?

2. Apa penyebab klien resiko bunuh diri ? 3. Apa gejala klien dengan resiko bunuh diri?

4. Apa rentang respon klien dengan resiko bunuh diri ? 5. Apa saja mitos dan fakta tentang bunuh diri?

6. Bagaimana pohon masalah pada klien dengan resiko bunuh diri?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri?

1.3 Tujuan Penulisan

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan :

1.

Pengertian dari bunuh diri

2.

Penyebab-penyebab dari resiko bunuh diri

3.

Gejala dari klien dengan resiko bunuh diri

4.

Bagaimana rentang respon klien dengan resiko bunuh diri.

5.

Bagaiman mitos dan fakta tentang bunuh diri

6.

Pohon masalah dari resiko bunuh diri

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri(Sheila L, 2001).

Bunuh diri didefinisikan dalam dua kelompok yaitu langsung dan tidak langsung( Edwin,1963).

Menurut kelompok kami Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.

Bunuh diri ialah perbuatan untuk menamatkan atau menghilangkan nyawa diri sendiri.

2.3

Penyebab

a. Faktor predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen(1997) faktor predisposisi bunuh diri antara lain:

1) Diagnostik: 90 % orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga

gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. 2) Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

3) Lingkungan psikososial

Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

4) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

5) Faktor biokimia

(7)

depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri : 1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan

intrapersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti

2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress 3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman

pada diri sendiri

4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

3.3

Rentang Resiko bunuh diri Menurut Shives (2008)

mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Adaptif Maladaptif  

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku destruktif Pencederaan Bunuh diri Peningkatan Diri tak langsung Diri Diri

Beresikoresiko

pertumbuhan langsung

2.4

Tanda dan gejala

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut.

Petunjuk dan gejala yaitu a. Keputusasaan

(8)

c. Alam perasaan depresi d. Agitasi dan gelisah e. Insomnia yang menetap f. Penurunan BB

g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. h. Petunjuk psikiatrik

1) Upaya bunuh diri sebelumnya 2) Kelainan afektif 

3) Alkoholisme dan penyalahgunaan obat

4) Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja 5) Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia 6) Riwayat psikososial

a) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan b) Hidup sendiri

c) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami

d) Faktor-faktor kepribadian

1. Implisit, agresif, rasa bermusuhan 2. Kegiatan kognitif dan negative 3. Keputusasaan

4. Harga diri rendah

5. Batasan/gangguan kepribadian antisocial

2.5 Mitos dan Fakta tentang Bunuh Diri

Mitos Fakta

1.

Individu yang berbicara tentang bunuh diri tidak pernah melaksanakannya

1.

Individu yang bunuh diri seringkali mengirimkan pesan samar-samar atau tidak terlalu smar-samar yang menyampaikan pikiran internal tentang keputusasaan dan destruktif-diri. Baik pesan samar (isyarat tertutup) dan pesan langsung ( isyarat terbuka) tentang bunuh diri harus ditanggapi secara

(9)

2.

Individu yang bunuh diri hanya ingin menyakiti diri mereka sendiri, bukan orang lain

serius, dengan pengkajian dan intervensi yang tepat.

2.

Ketika bunuh diri dalam bentuk bunuh diri memperlihatkan kemarahan terhadap diri sendiri, kemarahan tersebut dapat diarahkan kepada orang lain dalam bentuk tindakan yang direncanakan secara intensif. • Bahaya fisik : Individu psikotik

dapat berespon terhadap suara-suara dari dalam diri yang menyuruhnya untuk membunuh orang lain sebelum membunuh dirinya sendiri. Individu depresi yang memutuskan untuk bunuh diri dengan menggunakan senapan dapat secara implusif  menembak individu yang

mencoba merampas

senapannya untuk

menghalangi bunuh diri tersebut.

• Bahaya Emosional : Sering kali anggota keluarga, teman, professional perawatan kesehatan, dan bahkan polisi yang terlibat dalam upaya menghalangi bunuh diri, atau mereka yang tidak menyadari deprasi dan rencana individu untuk melaksanakan bunuh diri, merasa sangat bersalah dan malu karena mereka

(10)

3.

Tidak ada cara untuk menolong seseorang yang ingin membunuh dirinya.

gagal untuk membantu, dan “terus-menerus” berada dalam keputusasaan dan duka cita tanpa akhir.Beberapa individu yang depresi setelah orang yang dicintai bunuh diri, akan merasionalisasikan bunuh diri tersebut sebagai:“cara yang baik untuk menghindari

penderitaan” dan

merencanakan upaya bunuh diri mereka sendiri untuk bebas dari penderitaan. Beberapa tindakan bunuh diri direncanakan untuk menim-bulkan rasa bersalah dan penderitaan pada individu yang bertahan hidup; misalnya, seseorang yang ingin menghukum orang lain karena menolak atau tidak membalas cintanya.

3.

Individu yang bunuh diri memiliki perasaan yang bercampur aduk (ambivalen) tentang keinginan mereka untuk mati, keinginan untuk membunuh orang lainatau terbunu. Ambivalensi ini sering mencetuskan petunjuk untuk memperoleh bantuan yang terlihat dari isyarat yang tertutup atau terbuka. Intervensi dapat membantu individu yang bunuh diri untuk memperoleh bantuan dari dukungan situasional,

(11)

4.

Jangan menyebut kata bunuh diri kepada individu yang anda curigai akan bunuh diri karena hal ini dapat memberinya gagasan untuk melaksanakan bunuh diri.

5.

Mengabaikan ancaman verbal bunuh diri atau menentang individu untuk melaksanakan rencana bunuh diri akan mengurangi pelaksanaan perilaku tersebut oleh individu bersangkutan.

6.

Sekali ada resiko bunuh diri, selalu ada resiko bunuh diri.

memilih untuk hidup, mempelajari cara koping yang baru dan melanjutkan hidupnya.

4.

Individu yang bunuh diri telah memikirkan gagasan bunuh diri atau mungkin mulai menyusun rencana.

5.

Gestur bunuh diri merupakan sebuah cara yang letal (mematikan) untuk melaksanakan bunuh diri. Jangan pernah mengabaikan atau melewatkan ancaman dan jangan pernah menantang individu untuk melaksanakan ancaman bunuh diri. Semua rencana ancaman, gesture atau isyarat harus ditanggapi secara serius dan segera berikan bantuan yang berfokus pada masalah penyebab individu bunuh diri. Ketika ditanyai tentang bunuh diri, sering kali klien akan merasa lega jika mengetahui bahwa tangisannya untuk memperoleh bantuan didengar dan bantuan segera datang.

6.

Ketika benar bahwa kebanyakan individu yang berhasil melakukan bunuh diri telah melakukan upaya bunuh diri minimal 1 kali sebelumnya, sebagian besar  individu dengan gagasan bunuh

(12)

diri dapat memiliki resulisi positi terhadap krisi bunuh diri. Dengan dukungan yang tepat, menemukan cara baru untuk menyelesaikan masalah akan membantu individu tersebut memperoleh rasa aman secara emosional dan tidak memerlukan bunuh diri lebih lanjut sebagai cara menyelesaikan masalah.

2.6 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

Resiko bunuh diri

Bunuh diri Faktor predisposisi • Diagnostik kejiwaan • Sifat kepribadian • Lingkungan psikososial • Riwayat keluarga • Faktor biokimia Faktor presipitasi • Perasaan terisolasi • Kegagalan beradaptasi • Perasaan marah/bermusuhan • Cara untuk mengakhiri

kepu-tusasaan Kopping tak efektif 

(13)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

I. PENGKAJIAN PADA KLIEN  A. IDENTITAS

 Identitas Klien:

Nama, jenis kelamin, umur, tempat, tanggal lahir, status, agama, alamat, pendidikan terakhir, suku, tanggal mrs, tanggal pengakajian, no. Med. Rec , diagnosa medis,

 Identitas Penanggung Jawab

Nama, jenis kelamin,agama, alamat,hubungan dengan klien

B. ALASAN MASUK

Sebelum masuk RS, keadaan klien saat di rumah tidak bisa tidur, sering marah, mencoba bunuh diri, tidak mau bicara. Keluarga belum pernah membawa klien untuk berobat

Saat dikaji klien tampak berdiam diri, menundukkan kepala, tidak mau bicara, tidak mau makan, dan minum.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Sebelumnya, klien sudah mengalami gangguan jiwa dan belum pernah dibawa untuk berobat. Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan criminal baik klien sebagai pelaku, korban, maupun saksi, tidak terkaji.

1. Ds :

-Do : Klien sering marah - marah tidak jelas. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : pernah menyaksikan kejadian orang bunuh diri.

2. Ds :

-Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Isolasi Social.

(14)

D. FISIK 1. Tanda Vital TD : 80/60 mmHg S : 36°C N : 100 x/menit P : 24 x/menit 2. Ukur  TB : BB : -3. Keluhan Fisik Ds :

-Do : tidak ada cacat di tubuh klien, klien diam mematung, tidak mau berbicara.

E. PSIKOSOSIAL 1. Genogram

a. Ds : pernah menyaksikan adiknya bunuh diri

b. Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. c. Masalah Keperawatan : resiko tinggi bunuh diri 2. Konsep Diri

Gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri : tidak terkaji. Ds :

-Do : Kien tidak mau bicara dan menundukkan kepala, lebih senang menyendiri

Meninggal karena bunuh diri Mengalami

gangguan jiwa : halusinasi 

(15)

3. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah. 4. Hubungan Sosial

Orang yang berarti, peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat, dan hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak terkaji.

Ds :

-Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri. 5. Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah : tidak terkaji. Ds :

-Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

6. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

F. STATUS MENTAL 1. Penampilan

Ds : klien mengatakan mandi 3 kali sehari, klien punya kebiasaan suka cuci muka

Do : Klien tampak rapid an bersih Masalah Keperawatan :

-2. Pembicaraan Ds :

-Do : Klien tampak membisu, tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

3. Aktivitas Motorik Ds :

-Do : Klien tampak lesu, diam mematung, dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

4. Alam Perasaan Ds :

-Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

5. Afek Ds :

(16)

-Do : ekspresi wajah klien datar, tidak ada respon. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

6. Interaksi selama wawancara Ds :

-Do : tidak ada kontak mata, tidak mau menatap lawan bicara, diam mematung.

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri. 7. Persepsi

Ds :

-Do : dalam mempersepsikan sesuatu cepat Masalah Keperawatan :

-8. Proses Pikir  Ds

:-Do : Klien tergolong siswa berprestasi Masalah Keperawatan:

-9. Isi Pikir / waham Ds

:-Do : Klien gelisah akan nasibnya

Masalah Keperawatan: resiko bunuh diri 10. Tingkat Kesadaran

Ds

:-Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala Masalah Keperawatan: Resiko bunuh diri.

11. Memori Ds

:-Do : ingatan klien bagus Masalah keperawatan:

-12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Ds

:-Do : konsentrasi bagus tapi mudah terpecah Masalah keperawatan:

-13. Kemampuan Penilaian Ds

:-Do : Klien tidak mudah menilai orang lain Masalah Keperawatan:

(17)

-14. Daya Tilik Diri Ds

:-Do : Klien tidak mudah menunjukkan daya tarik dirinya Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan

Ds :

-Do : Klien bisa makan sendiri. Masalah keperawatan : -2. BAB/ BAK

Ds :

-Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam BAB/ BAK, pergi, menggunakan dan membersihkan WC, membersihkan dan merapikan pakaian.

Masalah Keperawatan : -3. Mandi

Ds :

-Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam hal mandi dan membersihkan diri, kebersihan daban klien baik

Masalah Keperawatan : -4. Berpakaian/ Berhias

Ds :

-Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam berpakaian/ berhias. Masalah Keperawatan :

-5. Istirahat dan Tidur  Ds :

-Do : Lama dan waktu tidur tidak terkaji, tidak ada persiapan sebelum tidur, dan tidak ada kegiatan sesudah tidur.

Masalah Keperawatan : -6. Penggunaan Obat

Ds :

-Do : Klien memerlukan bantuan dalam penggunaan obat dalam menangani masalh kejiwaan sebelumnya.

(18)

-7. Pemeliharaan Kesehatan Ds :

-Do : Klien mampu memelihara kesehatan diri Masalah keperawatan :

-8. Kegiatan Di Dalam Rumah Ds :

-Do : Klien sering mengurung diri

Masalah keperawatan: Resiko bunuh diri. 9. Kegiatan Di Luar Rumah

Ds :

-Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah keperawatan : Resiko bunuh diri.

H. MEKANISME KOPING Ds :

-Do : Klien mudah stress dalam menanggapi masalah MK : perubahan pola pikir 

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Ds :

-Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala. MK : Resiko bunuh diri.

J. PENGETAHUAN

Tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.

Ds :

-Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala. MK : kurang pengetahuan

K. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik sebenlunya : Schizophrenia paranoid.

Therapi medic :

Thrihexypheniadyl (THD) : 2 X 1 Chlorpromazine (CPZ) : 0 – 0 – ½

(19)

TFP :2 X 5mg L. DATA LAIN

Data pengkajian :

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1) Data subjektif 

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri

2) Data objektif 

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.

b. Gangguan harga diri rendah 1) Data subjektif 

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

2) Data objektif 

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup.

c. Resiko bunuh diri  1) Data subjektif 

Riwayat masa lalu : klien pernah melakukan percobaan bunuh diri dan mencederai diri sendiri, klien mengatakan dikeluarganya ada yang pernah mencoba bunuh diri, klien sering mengalami gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia, klien mngatakan menderita penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik, klien mengatakan sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.

(20)

Klen terlihat menunjukkan tanda-tanda skizofrenia, dari chek up terlihat adanya penyakit kronis maupun akut, klien terlihat depresi.

Data lain yang perlu dikaji :

1. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami

2. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi. 3. Riwayat pengobatan.

4. Riwayat pendidikan dan pekerjaan

5. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan mood.

6. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :  Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah

yang sulit.

 Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.  Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat

gelisah, keparahan gangguan mood).  Sistem pendukung yang ada.

 Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.

 Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar  keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.

7. Symptom yang menyertainya   Apakah klien mengalami :

• Ide bunuh diri

•  Ancaman bunuh diri • Percobaan bunuh diri

• Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja

(21)

dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.

Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :

• Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan

• Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.

• Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.

8. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri:

 Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik  Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien

 Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka.

 Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti klien

 Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya

 Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi  Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan

 Peroleh riwayat penyakit fisik klien

9. Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :

 Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri

 Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.

(22)

 Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.

 Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental  Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol

 Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik  Menunjukkan impulsivitas dan agressif 

 Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan

 Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun.

 Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif  dengan pengobatan

 Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.

10. Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS NO SAD PERSONS Keterangan

1) Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering 3kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh diri

2) Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun lebih.

3) Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri mengalami sindrome depresi.

4) Previous attempts (Percobaan sebelumnya) 65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah pernah melakukan percobaan sebelumnya

5) ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang menyalahnugunakan alcohol

6) Rational thinking Loss ( Kehilangan berpikir rasional) Orang skizofrenia dan dementia lebih sering melakukan bunuh diri disbanding general populasi

7) Sosial support lacking ( Kurang dukungan social) Orang yang melakukan bunuh diri biasanya kurannya dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang bermakna serta

(23)

dukungan spiritual keagaamaan

8) Organized plan ( perencanaan yang teroranisasi) Adanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri merupakan resiko tinggi

9) No spouse ( Tidak memiliki pasangan) Orang duda, janda, single adalah lebih rentang disbanding menikah

10) Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko tinggi melakukan bunuh diri.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

c. Resiko tinggi bunuh diri

3.3 Intervensi Keperawatan

 Diagnosa Keperawatan 1 : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

a. Tujuan Umum:

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. b. Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan:

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.  Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

 Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.

2.

Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri. Tindakan:

 Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

 Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

 Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.

(24)

3.

Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda bunuh diri. Tindakan :

  Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

 Observasi tanda bunuh diri.

 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

4.

Klien dapat mengidentifikasi bunuh diri yang biasa dilakukan. Tindakan:

  Anjurkan mengungkapkan upaya bunuh diri yang biasa/ pernah dilakukan.

 Bantu bermain peran sesuai dengan bunuh diri yang biasa dilakukan.

 Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5.

Klien dapat mengidentifikasi akibat bunuh diri. Tindakan:

 Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

 Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6.

Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

 Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

 Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

 Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung

(25)

 Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

7.

Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol bunuh diri. Tindakan:

 Bantu memilih cara yang paling tepat.

 Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

 Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

 Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

  Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat  jengkel / marah.

8.

Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.

 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan:

 Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).

 Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

  Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

 Diagnosa Keperawatan 2 : gangguan konsep diri : harga diri rendah 1. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

(26)

2. Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)  Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaannya

 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif   yang dimiliki

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,

utamakan memberi pujian yang realistis

 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Diskusikan pula kemampuan yang dapat

dilanjutkan setelah pulang ke rumah

d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

(27)

 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

 Beri pujian atas keberhasilan klien

 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah  Beri reinforcement positif atas keterlibatan

• Diagnosa 3 : Resiko bunuh diri 

1. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

2. Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :

 Perkenalkan diri dengan klien

 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.  Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

 Bersifat hangat dan bersahabat.

(28)

b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan :

 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).

 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

  Awasi klien secara ketat setiap saat.

a. Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan :

 Dengarkan keluhan yang dirasakan.

 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.

 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.

 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.

 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.

b. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan :

 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

 Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

c. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif  Tindakan :

  Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)

(29)

 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.

 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif 

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Klien : Resiko Bunuh Diri Pertemuan : Ke-1 (Pertama)

I. PROSES KEPERAWATAN 1. KONDISI KLIEN

Data Objektif :

• Bersikap impulsif 

• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)

•  Ada riwayat penyakit mental (depresi,psikosis,dan penyalahgunaan alkohol)

(30)

• Pengganguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,atau kegagalan dalam karier)

• Status perkawinan yang tidak harmonis Data Subjektif :

• Memiliki ide untuk melakukan tindakan bunuh diri/ mengakhiri kehidupan

• Mengungkapkan keinginan untuk mati

• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

•  Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga

• Berbicara tentang kematian,menanyakan tentang dosis obat yang mematikan

(31)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko Bunuh Diri

3. TUJUAN KEPERAWATAN

• Klien tetap aman dan selamat

• Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya • Klien dapat mengungkapkan perasaannya

• Klien dapat meningkatkan harga diri

4. TINDAKAN KEPERAWATAN

• Melakukan kontrak pengkajian dengan klien • Menemani klien terus menerus

• Menjauhkan semua benda yang membahayakan klien

• Memastikan bahwa klien telah benar-benar meminum obatnyajika klien mendapatkan obat

• Menjelaskan dengan lembut kepada klien bahwa perawat akan melindungi klien sampai klien tidak mempunyai keinginan bunuh diri • Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri

• Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri • Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

II. STRATEGI KOMONIKASI TERAPEUTIK 1. ORIENTASI

• Salam Terapeutik “Selamat pagi pak?” • Memperkenalkan Diri

“Nama sayaperawat N, Bapak boleh memanggil saya N (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan). Nama Bapak siapa? Dan Bapak ingin dipanggil dengan sebutan apa?”

• Membuka Pembicaraan dengan Topik Umum

“Apakah saya mengganggu Bapak A? Apa yang sedang Bapak A lakukan hari ini?”

(32)

• Evaluasi/ Validasi Kontrak

“Bagaimana perasaan Bapak A pagi ini?”

“Saya yang akan merawat Bapak A di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan masalah yang Bapak A hadapi.”

a. Topik : “Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang hal atau perasaan yang menyebabkan Bapak A ingin mengakhiri kehidupan Bapak A?”.

b. Tempat : “Bapak A mau di mana kita berbincang-bincang,bagaimana bila di ruang duduk?”

c. Waktu : “Mau berapa lama kita berbincang-bincang saat ini? Bagaimana bila 15 menit?”

2. KERJA

“Apakah Bapak A pernah berniat untuk bunuh diri?”

“Apakah Bapak A pernah mencoba bunuh diri?Dengan cara apa? Apa yang Bapak A rasakan saat itu?”

“Apa yang menyebabkan Bapak Amemiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan Bapak A?”

“Bapak A tampaknya membutuhkan pertolongan karena Bapak A punya keinginan untuk bunuh diri untuk itu saya akan menemani Bapak A di sini.”

“Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak A untuk memastikan tidak ada benda yang membahayakan Bapak A.”

“Apakah Bapak A telah meminum obat yang diberikan oleh perawat? Kalau belum saya akan membantu Bapak A untuk minum obat.”

“Apa yang Bapak A lakukan bila keinginan bunuh diri tersebut muncul?” “Saya akan membantu Bapak A agar keinginan untuk bunuh diri hilang.” “Kalau keinginan bunuh diri itu muncul,Bapak A bisa langsung meminta bantuan perawat atau keluarga yang mengunjungi. Katakan pada kami bahwa keinginan bunuh diri itu muncul.”

“Cara lain yang bisa digunakan adalah mengalihkan perhatian atau pikiran Bapak A dengan cara mencari teman untuk diajak berbincang-bincang.”

(33)

• Evaluasi Perasaan Klien Setelah Berbincang-bincang

“Bagaimana perasaan Bapak A setelah kita berbincang-bincang?  Apakah Bapak A merasa ada manfaatnya kita berbincang-bincang

saat ini?Apakah saat ini keinginan bunuh diri itu ada?”.

• Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan pada Pertemuan Ini “Apakah Bapak A masih ingat cara mengatasi keinginan bunuh diri? Coba Bapak A sebutkan agar keinginan bunuh diri itu tidak muncul lagi.”

• Tindak Lanjut

“Saya harap bila nanti keinginan untuk bunuh diri itu muncul lagi,Bapak A bisa mempraktikkan cara-cara yang sudah kita pelajari tadi.”

• Kontrak untuk Pertemuan yang Akan Datang

a. Topik : “Baiklah kita sudah berbincang-bincang selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang tentang cara mengatasi rasa bersalah dan rasa rendah diri yang Bapak alami?”

b. Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja?”

c. Waktu : “Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11 siang nanti, setelah Bapak A bertemu dengan teman-teman?”

(34)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Penyebab bunuh diri ada dua yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi meliputi: diagnostik, sifat, kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat keluarga, faktor biokimia. Sedangkan faktor presipitasi meliputi : perasaan terisolasi, kegagalan beradaptasi, perasaan marah/ bermusuhan, cara untuk mengakhiri keputusasaan. Tanda dan gejala klien yang resiko bunuh diri biasanya putus asa, BB menurun, harga diri rendah dan lain-lain.

Salah satu mitos tentang bunuh diri adalah Individu yang berbicara tentang bunuh diri tidak pernah melaksanakannya, padahal faktanya individu yang bunuh diri seringkali mengirimkan pesan samar-samar atau tidak terlalu smar-samar-samar yang menyampaikan pikiran internal tentang keputusasaan dan destruktif-diri. Baik pesan samar (isyarat tertutup) dan pesan langsung (isyarat terbuka) tentang bunuh diri harus ditanggapi secara serius, dengan pengkajian dan intervensi yang tepat.

4.2 Saran

Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus memahami secara rinci tentang gangguan jiwa terutama pada klien dengan resiko bunuh diri sehingga kita dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan benar terhadap klien dengan gangguan jiwa yang resiko bunuh diri. Selain itu diharapkan bagi perarawat untuk selalu mendampingi pasien dengan resiko bunuh diri setelah membaca

Referensi

Dokumen terkait