• Tidak ada hasil yang ditemukan

IJEEM: Indonesian Journal of Environmental Education and Management, Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IJEEM: Indonesian Journal of Environmental Education and Management, Volume 1 Nomor 1 Januari 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

93

Correlation between Student’s Knowledge of Ecology

Concepts with Ecological Footprint Based on Gender

(Correlational Study Toward Student of 31

High School

Jakarta)

Tania Agnesa

agnesa.tania@gmail.com

ABSTRACT

Ecological footprint is an estimation analysis or measure individual consumption behaviour resulting in the environment. One of the factors which ecological footprint affects are knowledge of ecology concepts and gender. The objective of this research was to determine the relationship between student’s knowledge of ecology concepts to ecological footprint based on gender. This research was conducted on January-February 2016. The method used was descriptive method with correlational study. The sample was simple random sampling about 104 students. The prerequisite test showed that the data was normal and homogen. The first hypothesis test using linear regression test and simple correlation. Regression model obtained Ŷ = 0.047–0.574X had a significant and linear relationship. The coefficient of correlation obtained was –0.72, which means there was a negative relationship between student’s knowledge of ecology concepts to ecological footprint. The coefficient of determination obtained was 0.518, which means student’s knowledge of ecology concepts contributed 51.8% to the ecological footprint. The second hypothesis test using t-test independent sample, significance value obtained was 0.123, which means that there was no significant ecological footprint difference between man students and woman students. The result of this study concluded that there was negative correlation between student’s knowledge of ecology concepts with ecological footprint and gender was no affect the student’s ecological footprint. The higher of knowledge of ecology concepts will reduce their ecological footprint and it will create a balance environment.

(2)

94

Ecological footprint merupakan salah satu pendekatan untuk mengkaji

batas-batas keberlanjutan suatu ekosistem dengan mengukur permintaan masyarakat atas alam dalam area global biokapasitas (Wackernagel&Rees, 1994). Perhitungan ecological footprint dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan metode compound dan component-based (Simmons, et.al., 2000).

Gender didefinisikan sebagai gambaran karakteristik yang dijalankan oleh

pria atau wanita dalam menghadapi kehidupan sosial dan kebudayaan melalui proses sosialisasi (Wharton, 2005). Pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki oleh manusia (John Locke, 1690). Pengertian ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya (Odum, 1993). Pola konsumsi manusia akan makin bertambah seiring dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Pola konsumsi tersebut dipengaruhi oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Adanya peningkatan dalam mengkonsumsi berbagai jenis kebutuhan secara berlebihan akan berdampak pada ketidakseimbangan lingkungan. Hal tersebut dikarenakan, perilaku konsumsi yang meningkat akan meningkatkan pula kegiatan produksi berbagai jenis kebutuhan. Setiap produk yang diproduksi memerlukan lahan untuk proses pembuatannya, maka peningkatan perilaku konsumsi harus diimbangi dengan ketersediaan lahan.

Perilaku individu dalam konsumsi produk kebutuhan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan faktor sosial yaitu gender. Makin tinggi pengetahuan mengenai lingkungan maka kepedulian tentang kualitas lingkungan dan motivasi dalam partisipasi perilaku lingkungan yang bertanggung jawab makin tinggi pula. Adanya perbedaan gender dalam kehidupan sosial juga dapat mempengaruhi pola konsumsi.Oleh karena itu, atas dasar pemikiran tersebut diduga terdapat hubungan yang negatif antara pengetahuan tentang konsep ekologi dengan ecological footprint didasarkan pada

(3)

95

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui studi korelasional. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah pengetahuan siswa tentang konsep-konsep ekologi dan gender, sedangkan variabel terikat (Y) adalah

ecological footprint. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 31 Jakarta,

pada bulan Januari - Februari 2016. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 104 siswa SMAN 31 Jakarta yang ditentukan dengan cara simple random sampling.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Model Regresi Linier antara Pengetahuan Siswa tentang Konsep-Konsep Ekologi dengan Ecological Footprint.

(4)

96 Gambar 2. Perbandingan Rata-Rata Ecological Footprint Siswa

(5)

97 Gambar 3. Rata-Rata Ecological Footprint Tiap Komponen Berdasarkan

(6)

98 negatif antara pengetahuan siswa tentang konsep-konsep ekologi dengan

ecological footprint. Hal ini sesuai dengan pernyataan dimana ecological footprint individu yang cenderung rendah berbanding terbalik dengan

pengetahuan yang dimiliki individu (Brody, 1994). Pengetahuan yang dimiliki siswa dapat mengubah pola perilaku konsumsi siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang tinggi cenderung tidak boros dalam mengonsumsi produk kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pengetahuan ekologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan sikap manusia yang secara langsung mempengaruhi pola perilaku (I Made Putrawan, 2015). Pada pengujian antara ecological footprint siswa yang dipersepsi bergender pria dan siswa yang dipersepsi bergender wanita menunjukan tidak adanya perbedaan.

Tidak adanya perbedaan antara ecological footprint siswa yang dipersepsi bergender pria dan siswa yang dipersepsi bergender wanita disebabkan adanya kesetaraan gender (gender equality) pada siswa di perkotaan seperti Jakarta. Kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana pria dan wanita memiliki kesempatan yang sama dalam proses kehidupan (Johnsson, Gerd & Latham, 2007). Namun, berdasarkan hasil data statistik menunjukan bahwa variansi ecological footprint siswa yang dipersepsi bergender wanita lebih besar daripada siswa yang dipersepsi bergender pria. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan besaran

ecological footprint. Hal ini sesuai dengan penelitian Venus (2011), dimana

variansi yang besar pada ecological footprint wanita menunjukan bahwa wanita tidak dapat mengontrol penggunaan sumber daya. Peningkatan besaran ecological footprint mungkin akan dapat lebih terlihat apabila pengukuran konsumsi ditinjau dari komponen lain selain transportasi dan air.

Rata-rata besaran total ecological footprint siswa adalah 0,4376 gha. Hal ini menunjukkan bahwa, setiap individu siswa di SMAN 31 Jakarta rata-rata membutuhkan lahan untuk menunjang semua aktivitasnya selama di sekolah seluas 0,4376 gha per tahun. Bila ditinjau dari besarnya ecological

(7)

99 sebesar 1,35 gha/individu (Miller, 2012), maka rata-rata besaran total

ecological footprint siswa tergolong rendah. Hal ini dikarenakan, besarnya ecological footprint siswa tidak melampaui kemampuan biokapasitas pada

suatu wilayah.

Besarnya ecological footprint pada komponen transportasi lebih tinggi daripada air. Hal ini menunjukkan bahwa, siswa membutuhkan lahan untuk menyerap karbon atau lahan yang diperlukan untuk mengabsorbsi CO2 dari aktivitas penggunaan transportasi lebih tinggi dibandingkan aktivitas penggunaan air.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengetahuan siswa tentang konsep-konsep ekologi dengan ecological footprint. Artinya makin tinggi tingkat pengetahuan siswa tentang konsep-konsep ekologi maka makin rendah besaran ecological footprint siswa. Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara ecological footprint siswa yang dipersepsi bergender pria dan siswa yang dipersepsi bergender wanita.

V. REFERENSI

Brody, M. (1994). Student Science Knowledge Related to Ecological Crises.

International Journal Science Education.

Johnsson-Latham, G. (2007). A Study on Gender Equality as A Prerequisite

for Sustainable Development. Stockholm: The Environment

Advisory Council

Locke, John. (1690). An Essay Concerning Human Understanding. USA: Pennsylvania State University.

Odum. (1993). Fundamentals of Ecology Third Edition. Philadelphia: W.B. Saunders.

Putrawan, I Made. (2015). Measuring New Environmental Paradigm Based on Student Knowledge About Ecosystem and Locus of Control.

Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 11(2), 325-333.

(8)

100 component-based model of ecological footprinting. Ecological

economics, 32(3), 375-380

Solar, Venus. (2011). Comparative Study on Male and Female Personal Ecological Footprint. International Conference on Biotechnology

and Environmet Management.

Wackernagel, Mathis. (1994). Ecological Footprint And Appropriated Carrying Capacity: A Tool For Planning Toward Sustainability. Canada: The University of British Columbia.

Wharton, A. S. (2005). The sociology of gender: An Introduction to Theory

Gambar

Gambar 1. Model Regresi Linier antara Pengetahuan Siswa tentang  Konsep-Konsep Ekologi dengan Ecological Footprint

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang penelitian yang menitikberatkan pada analisa resepsi makna iklan rokok Djarum Super 2013 (My Life, My Adventure), makan peneliti

(c)  Satu salinan versi akhir dari informasi keuangan kompilasian yang  terdapat pernyataan tanggung jawab dari manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata

 Tidak ada satu pun potential customer Anda (user) yang akan ragu-ragu mengakses profil / iklan Anda di Akupintar.info, karena profil lembaga pendidikan ataupun iklan Anda

Dalam konteks pendidikan, nilai amanah harus dipegang oleh para pengelola madrasah dan guru-guru. Cakupan amanah yang harus mereka pegang adalah sebagai berikut:

Pembelajaran kemahiran menyimak bahasa Arab dengan hanya menggunakan referensi buku yang kurang ter-update dan belum menggunakan perangkat multimedia dalam menyampaikan

Pada saat pemotongan Akrelik 3,35 mm dibutuhkan 3x putaran pemotongan, akibat daya laser 3,5 W tidak maksimal untuk memotong akrelik dengan ketebalan tersebut,

Menurut buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literature (1998, 2) “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan

dapat ditentukan sendiri dengan menggunakan metode trial-error yang sering kita sebut dengan forward kinematik, namun metode tersebut tidak fleksibel dikarenakan jika