• Tidak ada hasil yang ditemukan

Darmawan. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Darmawan. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KONFLIK PERAN DAN

KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT

(Studi Kasus pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan

Kabupaten Bangli)

1

I Made Angga Parama Artha,

1

Nyoman Trisna Herawati,

2

Nyoman Ari Surya

Darmawan

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {angga_xoxo@yahoo.com, aris_herawati@yahoo.com,

arysuryadharmawan@yahoo.com} @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor internal pemerintah yang bekerja Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli, sebanyak 41 orang (17 orang dari Inspektorat Kabupaten Gianyar dan 24 orang dari Inspektorat Kabupaten Bangli). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel jenuh sebanyak 41 responden. Jenis data penelitian adalah data primer. Metode pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner. Dari 41 kuesioner yang telah disebar, jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 36 kuesioner dan dari seluruh kuesioner yang kembali dapat dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan yaitu (1) Uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas; (2) Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterosketastisitas, dan uji autokorelasi; (3) analisis regresi yang terdiri dari analisis koefisien determinasi (R2) dan analisis regresi berganda; serta (4) Pengujian hipotesis yang terdiri dari uji t dan uji F didukung dengan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Keahlian audit (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli; (2) Konflik Peran (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli; (3) Kompeksitas tugas (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli; dan (4) Keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli.

Kata Kunci: Keahlian Audit, Konflik Peran, Kompleksitas Tugas, Audit Judgment

Abstract

The study aimed at finding out the effect of auditing expertise, the role of conflict and job complexity on the audit judgment. It was a causal research design using qualitative approach. The population involved all the government internal auditors working under the government office in Bangli and Gianyar Regency, consisting of 41 respondents (17 from Inspectorate office in Gianyar Regency and 24 from Inspectorate office in Bangli Regency). The sample were determined by using saturated sampling for about 41 respondents. The data used was a primary data. The data were collected by using questionnaire. From 41 questionnaire distributed, 36 of them were returned and

(2)

analyzed. The data were analyzed by using (1) Data quality testing, consisted of reliability and validity test; (2) Classical assumption testing, consisted of testing the normality, heterosketastitics, and autocorrelation test; (3) Regression analysis consisted of determination coefficient analysis (R2) and multiple regression analysis; as well as (4) Hypothesis testing consisted of t-test, and F-test supported by SPSS program.

The results indicated that (1) Auditing expertise (X1) had significant effect and positive correlation towards auditing judgment at the Inspectorate Office in Gianyar Regency and Bangli Regency; (2) The role of conflict (X2) had significant effect and

negative correlation towards auditing judgment at the Inspectorate Office in Gianyar Regency and Bangli Regency; (3) Job complexity (X3) had significant effect and negative correlation towards auditing judgment at the Inspectorate Office in Gianyar Regency and Bangli Regency; and (4) Auditing expertise, the role of conflict and job complexity had simultaneous significant effect towards the audit judgment at the Inspectorate Office in Gianyar Regency and Bangli Regency

Key-words: Auditing Expertise, The Role Of Conflict, Job Complexity, Audit Judgment

PENDAHULUAN

Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang leader atau top manajemen dalam setiap organisasi. Pengawasan keuangan daerah bertujuan untuk menjamin bahwa semua sumber daya ekonomi yang dimiliki daerah telah digunakan untuk kepentingan masyarakat di seluruh Indonesia dan telah dipertanggungjawabkan sesuai dengan azas akuntabilitas dan transparansi. Untuk kepentingan tersebut, kemudian daerah membentuk satuan pengawas internal yang dikenal dengan Inspektorat Daerah. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai auditor internal, staf Inspektorat melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Pada umumnya, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum merupakan kriteria audit yang tepat untuk menilai praktik pelaporan keuangan organisasi yang diaudit. Auditing berakar pada prinsip logika yang mendasari ide dan metodenya. Oleh sebab itu judgment dalam auditing merupakan suatu proses yang penting dan tidak dapat dilepaskan dalam auditing.

Judgment auditor merupakan suatu

pertimbangan atau pemikiran dalam memproses perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk melakukan tindakan, penerimaan informasi lebih lanjut, yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.

Judgment auditor diperlukan karena audit

tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa judgment auditor ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Kualitas dari judgment ini akan menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor dalam melakukan tugasnya (Nadhiroh, 2010 dalam Praditaningrum (2012:20).

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan audit judgment. Salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgment adalah keahlian audit. Dalam melaksanakan proses pengauditan, auditor harus meningkatkan kompetensinya dengan menambah keahlian dan pengalaman auditnya. Bedard (1986) dalam Ashari (2011:17) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.

Melalui keahliannya, auditor akan mampu belajar aktif dalam menghadapi tugas audit, mengolah informasi yang relevan, dan berinteraksi sosial dengan sesama auditor, atasan, maupun entitas yang diperiksanya, sehingga dapat menunjang pemberian judgment yang tepat untuk menentukan kualitas dari hasil audit dan juga opini yang akan dikeluarkan oleh auditor. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerah Suci

(3)

Praditaningrum (2012) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgment (Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah)”, yang membuktikan secara empiris bahwa keahlian audit memiliki pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap judgment yang diambil oleh auditor.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi audit judgment yaitu konflik peran. Konflik peran menurut Cahyono (2005) dalam Siagian (2009:16) adalah kemunculan dua (atau lebih) penyampai peran secara berbarengan yang saling bertentangan. Individu akan mengalami konflik peran apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan kepada seseorang, sehingga apabila individu tersebut mematuhi satu diantaranya akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi yang lainnya. Setiap organisasi mengalami masalah konflik peran hanya saja tingkat keseriusan permasalahannya yang berbeda. Demikian halnya pada inspektorat sebagai auditor internal pemerintah, konflik peran tentu mempengaruhi pertimbangan yang dibuat oleh seorang auditor. Penelitian mengenai pengaruh konflik peran terhadap audit

judgment pernah dilakukan oleh Theresia

Mutiara Siagian (2009) yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Konflik Peran dan Kompleksitas Tugas Terhadap Pertimbangan Auditor tahun 2009 Pada Kantor Akuntan Publik di Medan”, yang membuktikan secara empiris bahwa konflik peran secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan auditor.

Selain menghadapi konflik peran, auditor juga mengalami kesulitan lain dalam pelaksanaan tugasnya yang juga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Terutama ketika auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010 dalam Praditaningrum (2012:22)). Kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama

maupun tugas-tugas yang lain. Kompleksitas tugas dapat membuat seorang auditor menjadi tidak konsisten dan tidak akuntabel. Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh auditor.

Penelitian mengenai pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit

judgment pernah dilakukan oleh Anugerah

Suci Praditaningrum (2012) dan Theresia Mutiara Siagian (2009) membuktikan secara empiris bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Namun kedua penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ridha Habibi Z (2009) yang berjudul “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Independensi Auditor dan Kompleksitas Tugas Terhadap Judgment Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Medan”, yang membuktikan secara empiris kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap

judgment auditor.

Masih ada ketidakkonsistenan dari hasil penelitian mengenai audit judgment di Indonesia. Hal ini dikarenakan judgment auditor merupakan sebuah pertimbangan subyektif dari seorang auditor dan sangat tergantung dari persepsi individu mengenai suatu situasi. Selain itu hasil penelitan terdahulu juga belum dapat digeneralisir untuk seluruh Indonesia, sehingga membutuhkan tambahan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam membuat suatu judgment. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengkaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit judgment, khususnya di lingkungan auditor pemerintah.

Penelitian ini pada dasarnya mereplikasi penelitian Anugerah Suci Praditaningrum (2012) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgment (Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah). Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada penambahan variabel baru yakni konflik peran. Hal ini dikarenakan variabel konflik peran belum dimasukkan dalam penelitian sebelumnya, dan peneliti ingin menguji apakah juga akan berpengaruh secara signifikan terhadap

(4)

audit judgment. Dengan harapan penelitian ini akan semakin memperjelas pengaruh variabel-variabel perilaku individu auditor tersebut terhadap audit judgment.

Dalam menjalankan tugasnya, inspektorat masing-masing kabupaten/kota di Bali belum dapat menjalankan tugasnya secara maksimal, hal ini disebabkan karena masih banyak temuan audit yang terdeteksi oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya korupsi di Kabupaten Gianyar dan Bangli. Di Kabupaten Gianyar korupsi terjadi melibatkan mantan Bupati Gianyar periode 2008-2013 terkait kasus dugaan korupsi program air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

senilai Rp. 2 miliar

(www.antaranews.com/Berita/382170/Mant

an-Bupati-Ganyar-Diperiksa-Terkait-Korupsi-pdam., diakses pada tanggal 23 Februari 2014). Sedangkan di Kabupaten Bangli pada tahun 2010 terjadi kasus korupsi dana bansos yang menimbulkan kerugian Rp 1,3 miliar yang melibatkan Bupati Bangli dan bendaharanya (http://www.merdeka.com/peristiwa/korupsi-

bansos-mantan-bupati-bangli-dibui-6-tahun.html., diakses pada tanggal 23 Februari 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Untuk menganalisis adanya pengaruh keahlian audit terhadap audit

judgment; (2) Untuk menganalisis adanya

pengaruh konflik peran terhadap audit

judgment; (3) Untuk menganalisis adanya

pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment; dan (4) Untuk menganalisis adanya pengaruh keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas secara bersama-sama atau simultan terhadap audit judgment.

Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut

:

Keahlian audit mencakup seluruh kemampuan dan pengetahuan auditor akan dunia audit itu sendiri yang berasal dari pendidikan formalnya dan juga ditunjang dengan pengalaman dalam praktik audit. Melalui keahliannya, auditor akan mampu belajar aktif dalam menghadapi tugas audit dan mengolah informasi yang relevan.

Selain itu, keahlian seorang auditor juga dapat mempengaruhi kemampuan prediksi dan deteksi auditor terhadap kecurangan maupun kekeliruan sehingga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Dalam setiap penugasan audit yang akan datang auditor akan mengintegrasikan pengalaman serta pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga keahlian dan pengetahuan auditor akan selalu berkembang dan mendukung auditor untuk membuat judgment profesional. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerah Suci Praditaningrum (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa keahlian audit memiliki pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap judgment yang diambil oleh auditor.

H1 : Keahlian Audit berpengaruh

signifikan terhadap audit judgment Konflik peran menurut Cahyono (2005) adalah kemunculan dua (atau lebih) penyampai peran secara berbarengan yang saling bertentangan. Individu yang mengalami konflik peran apabila individu tersebut mmeatuhi satu diantaranya, maka akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi yang lainnya. Demikian halnya pada auditor, konflik peran tentu mempengaruhi audit judgment yang dibuat oleh seorang auditor sebagai badan pengawas profesional yang menjunjung tinggi kode etik dan juga sebagai karyawan (bawahan). Semakin tinggi konflik peran yang dihadapi auditor pada suatu pemeriksaan akan melemahkan audit

judgment yang dibuat oleh auditor yang

kemudian juga akan mempengaruhi opini audit yang akan dihasilkan. Penelitian mengenai pengaruh konflik peran terhadap audit judgment pernah dilakukan oleh Theresia Mutiara Siagian (2009) yang membuktikan secara empiris bahwa konflik peran secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan auditor.

H2 : Konflik peran berpengaruh

signifikan terhadap audit judgment Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010 dalam Praditaningrum (2012:22)). Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas

(5)

yang banyak, berbeda-beda saling terkait satu sama lain. Restuningdiah dan Indriantoro (2000) dalam Praditaningrum (2012) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini dapat menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan seorang auditor menjadi tidak konsisten dan tidak akuntabel. Sehingga dengan adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh audit.

Penelitian mengenai pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit

judgment pernah dilakukan oleh Anugerah

Suci Praditaningrum (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Mutiara Siagian (2009) juga membuktikan secara empiris bahwa kompleksitas tugas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan auditor. Namun kedua penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ridha Habibi Z (2009) yang membuktikan secara empiris kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap judgment auditor.

H3 : Kompleksitas tugas berpengaruh

signifikan terhadap audit judgment

Judgment auditor diperlukan karena

audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Karena hal inilah, maka seorang auditor harus memiliki keahlian audit. Dengan keahlian yang dimilikinya, auditor mampu belajar aktif, mengolah informasi yang relevan serta mampu memprediksi dan mendeteksi kecurangan maupun kekeliruan sehingga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Selain itu, dalam melakukan pemeriksaan auditor mungkin saja mengalami konflik peran. Semakin tinggi konflik peran yang dihadapi auditor pada suatu pemeriksaan akan melemahkan audit judgment yang dibuat oleh auditor yang kemudian juga akan mempengaruhi opini audit yang akan dihasilkan, begitu pula sebaliknya.

Selain menghadapi konflik peran, auditor juga mengalami kesulitan lain dalam pelaksanaan tugasnya yang juga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Terutama ketika auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Tingginya tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan seorang auditor menjadi tidak konsisten dan tidak akuntabel. Sehingga kompleksitas tugas yang tinggi dapat melemahkan audit judgment yang dibuat oleh auditor.

H4 : Keahlian audit, konflik peran dan

kompleksitas tugas secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap audit judgment

METODE

Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor internal pemerintah yang bekerja Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli, sebanyak 41 orang (17 orang dari Inspektorat Kabupaten Gianyar dan 24 orang dari Inspektorat Kabupaten Bangli). Pola pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel jenuh.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 4, yaitu Keahlian Audit (X1), Konflik Peran

(X2), Kompleksitas Tugas (X3) dan Audit judgment (Y). Metode pengumpulan data

menggunakan kuesioner.

Uji kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dilakukan dengan teknik korelasi bivariate (person correlation). Untuk uji reliabilitas, suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Grobanch Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2012:48).

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas

(6)

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,

grafik histogram, dan kurva P-Plot (Ghozali, 2012:160). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Adanya gejala

multikolinearitas, menurut Ghozali (2012:106) adalah mempunyai VIF ≥ 10 dan mempunyai angka tolerance ≤ 0,10. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot, dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot.

Data dalam penelitian ini dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis koefisien determinasi dan analisis regresi linier berganda. Kriteria apabila hipotesis diterima adalah jika P value (sig) < α sebesar 0,05 dan jika koefisien regresi searah dengan hipotesis. Secara umum formulasi dari regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji parsial (uji t) maupun uji simultan (uji F). Uji Parsial (t-test) menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Uji Simultan

(F-test) menguji pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 41 buah, dengan tingkat pengembalian 36 buah atau setara dengan 87,80%. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam kuesioner valid, karena nilai signifikansi sudah berada di bawah 0,05. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dapat dikatakan reliabel karena nilai Cronbach’S Alpha > 0,70.

Hasil pengujian normalitas sudah menunjukkan data terdistribusi secara normal, karena hasil tingkat signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,337 untuk variabel Keahlian Audit (X1), 0,415

untuk variabel Konflik Peran (X2), 0,563

untuk variabel Kompleksitas Tugas (X3),

dan 0,734 untuk Audit Judgment (Y). Selain itu, pola distribusi dalam grafik histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan dalam grafik normal P-P Plot

titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Untuk lebih jelasnya hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 sebagai berikut.

Gambar 1 Grafik Histogram Uji Normalitas

Gambar 2 Grafik P-P Plot Uji Normalitas Model regresi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas, dimana nilai VIF variabel Keahlian Audit (X1) sebesar 1,100, Konflik

Peran (X2) sebesar 1,068 dan

Kompleksitas Tugas (X3) sebesar 1,055.

Nilai-nilai tersebut semuanya lebih kecil dari 10. Sedangkan nilai tolerance untuk variabel Keahlian Audit (X1) sebesar 0,909,

Konflik Peran (X2) sebesar 0,936 dan

Kompleksitas Tugas (X3) sebesar 0,948

yang lebih besar dari 0,10. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan tidak terdapat titik-titik yang membentuk suatu

(7)

pola tertentu pada scatterplot yang dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut.

Gambar 3 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 0,438, hal ini menunjukkan bahwa perubahan Audit Judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas sebesar 43,8%, sedangkan sisanya 56,2% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Adapun hasil persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini:

Y= 22,088 + 0,320 X1 - 0,133 X2 – 0,343

X3 + ε

Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan maka digunakan uji parsial dan uji simultan. Hasil uji parsial dan uji simultan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 sebagai berikut.

Tabel 1 Hasil Uji Regresi Parsial

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 22.088 4.652 4.748 0.000 KEAHLIAN_AUDIT 0.320 0.107 0.397 2.989 0.005 KONFLIK_PERAN -0.133 0.060 -0.290 -2.210 0.034 KOMPLEKSITAS_TUGAS -0.343 0.136 -0.329 -2.526 0.017

a. Dependent Variable: AUDIT_JUDGMENT

Tabel 2 Hasil Uji Regresi Simultan

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 59.854 3 19.951 10.075 0.000a

Residual 63.368 32 1.980

Total 123.222 35

a. Predictors: (Constant), KOMPLEKSITAS_TUGAS, KONFLIK_PERAN, KEAHLIAN_AUDIT b. Dependent Variable: AUDIT_JUDGMENT

Pada tabel 1, menunjukkan bahwa keahlian audit memiliki t hitung sebesar 2.989

> t tabel 1,692 dan nilai probabilitas yaitu

0,005 < 0,05. Koefisien regresi keahlian audit bernilai positif yaitu 0,320. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Untuk variabel konflik peran memiliki t hitung

sebesar 2,210 > t tabel 1,692 dan nilai

probabilitas yaitu 0,034 < 0,05. Koefisien

regresi konflik peran bernilai negatif yaitu -0.133. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. Untuk variabel kompleksitas tugas memiliki t hitung sebesar 2.526 > t tabel 1,692

dan nilai probabilitas yaitu 0,017 < 0,05. Koefisien regresi kompleksitas tugas bernilai negatif yaitu -0.343. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima.

(8)

Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau uji F pada tabel 2, didapat F hitung sebesar 10,075 > F tabel 2,89 dengan

tingkat signifikansi 0,000, jauh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat diterima.

Pembahasan

Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Audit

Judgment

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan analisis regresi berganda menghasilkan nilai probabilitas 0,005 dan nilai t hitung

sebesar 2,989. Karena nilai t hitung lebih

besar dari t tabel (2,989 > 1,692) maka H0

ada di daerah penolakan sehingga H1

diterima. Hal ini berarti keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit

judgment. Selain itu dilihat dari nilai

probabilitasnya pada uji t, variabel keahlian audit lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,005 < 0,05) sehingga H1

diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Koefisien regresi keahlian audit bernilai positif yaitu 0,320 menunjukkan bahwa keahlian audit mempunyai arah pengaruh positif terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli dan pengaruhnya signifikan. Artinya apabila keahlian audit semakin meningkat maka judgment yang diambil oleh auditor akan semakin baik dan tepat.

Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Keahlian audit mencakup antara lain: merencanakan pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan. Keahlian auditor dalam melakukan audit menunjukkan tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki auditor. Kemampuan dan pengetahuan auditor di bidang auditing dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun keikutsertaan dalam pelatihan atau seminar. Keahlian auditor juga dapat bertambah seiring dengan pengalaman kerja maupun praktek audit yang telah dilakukannya. Selain itu, keahlian seorang auditor juga dapat mempengaruhi

kemampuan prediksi dan deteksi auditor terhadap kecurangan maupun kekeliruan sehingga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori kognitif Piegat. Aplikasi teori kognitif dapat digunakan untuk mengkaji bagaimana auditor mengambil suatu pertimbangan berdasarkan pengalaman dan keahliannya dalam melaksanakan tugas audit. Setiap kali auditor melakukan audit maka auditor akan belajar dari pengalaman sebelumnya, memahami serta meningkatkan kecermatan dalam pelaksanaan audit. Auditor akan mengintegrasikan pengalaman auditnya dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Proses memahami dan belajar inilah yang menjadi proses peningkatan keahlian auditor, seperti bertambahnya pengetahuan audit dan meningkatnya kemampuan auditor dalam membuat judgment audit. Melalui keahliannya, auditor akan mampu belajar aktif dalam menghadapi tugas audit, mengolah informasi yang relevan, dan berinteraksi sosial dengan sesama auditor, atasan, maupun entitas yang diperiksanya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Anugerah Suci Praditaningrum (2012) yang menjelaskan bahwa auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal sehingga semakin tinggi keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor, maka judgment yang diambil auditor juga akan semakin baik dan tepat.

Pengaruh Konfilk Peran Terhadap Audit

Judgment

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan analisis regresi berganda menghasilkan nilai probabilitas 0,034 dan nilai t hitung

sebesar 2,210. Karena nilai t hitung lebih

besar dari t tabel (2,210 > 1,692) maka H0

ada di daerah penolakan sehingga H1

diterima. Hal ini berarti konflik peran berpengaruh signifikan terhadap audit

judgment. Selain itu dilihat dari nilai

probabilitasnya pada uji t, variabel konflik peran lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,034 < 0,05) sehingga H2

(9)

Koefisien regresi konflik peran bernilai negatif yaitu – 0,133 menunjukkan bahwa konflik peran mempunyai arah pengaruh negatif terhadap audit judgment, dan pengaruhnya signifikan. Artinya apabila konflik peran di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli semakin meningkat maka judgment yang diambil oleh auditor akan semakin tidak baik dan tidak tepat.

Syam (2006) dalam Theresia (2009) menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik peran apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan kepada seseorang, sehingga apabila individu tersebut mematuhi satu diantaranya akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi yang lainnya. Sehingga konflik peran terjadi jika individu mempunyai peran ganda yang bertentangan atau menerima berbagai pengharapan atas peran yang bertentangan atas jabatan tertentu.

Ketika melaksanakan proses audit tidak jarang seorang auditor mengalami konflik peran. Di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, akan tetapi di sisi lain auditor juga harus dapat memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh entitas yang diperiksa agar entitas yang diperiksa puas dengan pekerjaannya. Dalam situasi seperti ini, entitas yang diperiksa dapat mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan auditor dan menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Situasi ini membawa auditor dalam situasi konflik, dimana auditor berusaha untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya, tetapi disisi lain dituntut pula untuk mematuhi perintah dari entitas yang diperiksa maupun dari atasannya. Sehingga semakin tinggi konflik peran atau tekanan yang dihadapi oleh auditor, maka

judgment yang diambil oleh auditor

cenderung kurang tepat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi X dan Y, seorang individu yang mendapat tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa akan cenderung termasuk dalam tipe X, bahwa mereka akan mengambil jalan yang aman dan bersikap disfungsional. Hal ini akan

mengakibatkan auditor tidak mampu membuat judgment yang baik dan tepat. Dalam teori penentuan tujuan juga dijelaskan auditor yang tidak mengetahui dengan pasti tujuannya biasanya cenderung mudah menuruti perintah dari atasan dan entitas yang diperiksa untuk berperilaku menyimpang dari standar etika dan profesional.

Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Theresia (2009) yang dalam penelitiannya menunjukkan konflik peran tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan auditor.

Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi berganda menghasilkan nilai probabilitas 0,017 dan nilai t hitung

sebesar 2,526. Karena nilai t hitung lebih

besar dari t tabel (2,526 > 1,692) maka H0

ada di daerah penolakan sehingga H1

diterima. Hal ini berarti kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap audit

judgment. Selain itu dilihat dari nilai

signifikansi pada uji t variabel keahlian audit lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,017 < 0,05) sehingga H3

diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Koefisien regresi kompleksitas tugas bernilai negatif yaitu – 0,343 menunjukkan bahwa kompleksitas tugas mempunyai arah pengaruh negatif terhadap audit judgment dan pengaruhnya signifikan. Artinya apabila kompleksitas tugas meningkat maka

judgment yang diambil oleh auditor akan

semakin tidak baik dan tidak tepat.

Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010 dalam Suci Praditaningrum (2012:22)). Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda saling terkait satu sama lain. Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (information

(10)

membingungkan (ambigous) dan tidak terstuktur, alternatif-alternatif yang ada tidak dapat didefinisikan, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi.

Penelitian ini sesuai dengan teori motivasi X dan Y, apabila dihadapkan pada suatu tugas dengan kompleksitas yang tinggi auditor akan cenderung termasuk dalam tipe X. Auditor tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Akibatnya auditor tidak mampu mengintegrasikan informasi menjadi suatu

judgment yang baik, sejalan dengan hal

tersebut teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke juga menjelaskan bahwa auditor yang tidak mengetahui tujuan dan maksud dari tugasnya juga akan mengalami kesulitan ketika harus dihadapkan pada suatu tugas yang kompleks. Auditor tersebut tidak mengetahui sasaran apa yang harus dia capai dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat mempengaruhi keakuratan dari judgment yang diambilnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ridha Habibi Z (2009) yang membuktikan secara empiris kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap judgment auditor. Namun berlawanan dengan penelitian mengenai pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment yang pernah dilakukan oleh Theresia (2009) dan Anugerah Suci Praditaningrum (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor.

Pengaruh Keahlian Audit, Konflik Peran Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit

Judgment

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa hipotesis keempat (H4)

yaitu pengaruh keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap audit judgment yang ditunjukan dari hasil uji F. Dari hasil uji F dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel yaitu

10,075 > 2,89 dengan nilai signifikansi pada uji F lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,000 < 0,05) sehingga H4

diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Hal ini berarti keahlian audit, konflik peran,

dan kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

Judgment auditor merupakan suatu

pertimbangan atau pemikiran dalam memproses perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk melakukan tindakan, penerimaan informasi lebih lanjut, yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan audit judgment. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diteliti yakni keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas.

Seorang auditor harus memiliki keahlian audit untuk menunjang tugasnya. Menurut teori kognitif Piegat, auditor mengambil suatu pertimbangan berdasarkan pengalaman dan keahliannya dalam melaksanakan tugas audit. Melalui keahliannya, auditor akan mampu belajar aktif dalam menghadapi tugas audit, mengolah informasi yang relevan, mampu memprediksi dan mendeteksi kecurangan maupun kekeliruan serta berinteraksi sosial dengan sesama auditor, atasan, maupun entitas yang diperiksanya. Sehingga semakin tinggi keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor, maka judgment yang diambil auditor juga akan semakin baik dan tepat.

Selain itu, dalam melakukan pemeriksaan auditor mungkin saja mengalami konflik peran. Dimana setiap peran mengacu pada sebuah indentitas yang mendefinisikan siapa mereka dan bagaimana mereka harus bertindak dalam situasi tertentu. Dalam hasil penelitian ini semakin tinggi konflik peran yang dihadapi auditor pada suatu pemeriksaan akan melemahkan audit judgment yang dibuat oleh auditor yang kemudian juga akan mempengaruhi opini audit yang akan dihasilkan. Menurut teori motivasi X dan Y, seorang individu yang mendapat tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa akan cenderung termasuk dalam tipe X, bahwa mereka akan mengambil jalan yang aman dan bersikap disfungsional. Hal ini akan mengakibatkan auditor tidak mampu membuat judgment yang baik dan tepat. Dalam teori penentuan tujuan juga dijelaskan auditor yang tidak mengetahui dengan pasti tujuannya biasanya

(11)

cenderung mudah menuruti perintah dari atasan dan entitas yang diperiksa untuk berperilaku menyimpang dari standar etika dan profesional.

Selain menghadapi konflik peran, auditor juga mengalami kesulitan lain dalam pelaksanaan tugasnya yang juga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor terutama ketika auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Tingginya tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan seorang auditor menjadi tidak konsisten dan tidak akuntabel. Sehingga kompleksitas tugas yang tinggi dapat melemahkan audit

judgment yang dibuat oleh auditor. Ini

sesuai dengan teori motivasi X dan Y, apabila dihadapkan pada suatu tugas dengan kompleksitas yang tinggi auditor akan cenderung termasuk dalam tipe X. Auditor tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Akibatnya auditor tidak mampu mengintegrasikan informasi menjadi suatu judgment yang baik, sejalan dengan hal tersebut teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke juga menjelaskan bahwa auditor yang tidak mengetahui tujuan dan maksud dari tugasnya juga akan mengalami kesulitan ketika harus dihadapkan pada suatu tugas yang kompleks. Auditor tersebut tidak mengetahui sasaran apa yang harus dia capai dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat mempengaruhi keakuratan dari judgment yang diambilnya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan audit

judgment yang terjadi dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya keahlian audit, konflik peran, dan kompleksitas tugas.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) Keahlian audit (X1) mempunyai

pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli (2) Konflik Peran (X2)

mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif terhadap audit judgment

di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. (3) Kompeksitas tugas (X3) mempunyai

pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. (4) Keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. Dari pengujian koefisien determinasi diperoleh adjusted R square sebesar 0,438. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan Audit Judgment di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas sebesar 43,8%, sedangkan sisanya 56,2% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini.

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain: (1) Bagi pihak Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli sebagai auditor intern diharapkan lebih memperhatikan keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas karena berpengaruh terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor dalam melaksanakan proses audit; (2) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selajutnya, terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan keahlian audit, konflik peran, kompleksitas tugas dan audit judgment sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang dapat menjadi referensi di bidang pengauditan; (3) Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari kejelasan pengaruh keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. Ada beberapa variabel lain yang diindikasi mempengaruhi audit

judgment yang belum diungkap dalam

penelitian ini, seperti diantarannya gender, pemahaman kode etik profesi akuntan, tekanan ketaatan, independensi auditor,

locus of control, pengetahuan, persepsi etis

dan lain sebagainya; (4) Untuk penelitian selanjutnya, lokasi penelitian juga bisa

(12)

ditambahkan seperti menambah jumlah inspektorat yang digunakan sehingga hasil penelitian ini bisa digenaralisasi untuk seluruh Provinsi Bali. Lokasi penelitian juga bisa diganti dengan menggunakan auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan auditor pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Atau bisa juga menggunakan auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP), sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan pengaruh keahlian audit, konflik peran dan kompleksitas tugas terhadap audit

judgment pada auditor intern pemerintah

dengan auditor ekstern (swasta).

DAFTAR PUSTAKA

Anantara, Wayan. 2012. Korupsi Bansos,

Mantan Bupati Bangli Dibui 6

Tahun. Diperoleh dari

www.merdeka.com/peristiwa/korup si-bansos-mantan-bupati-bangli-dibui-6-tahun.html. Diakses pada tanggal 23 Februari 2014.

Ashari, Ruslan. 2011. Pengaruh Keahlian,

Independensi, Dan Etika Terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Skripsi.

Program Kekhususan Akuntansi Pemerintahan Pengawasan Keuangan Negara, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin. Cahyono, Dwi, 2005. Pengaruh Mentoring

Terhadap Kepuasan Kerja, Konflik Peran dan Prestasi Kerja Serta Niatan Untuk Pindah. Simposium

Nasional Akuntansi VIII, Solo. Hal: 676-693.

Habibi Z, Muhammad Ridha. 2009.

Pengaruh Tekanan Ketaatan,

Independensi Auditor, Dan

Kompleksitas Tugas Terhadap

Judgment Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Medan. Tesis.

Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan

Kompleksitas Tugas Terhadap

Audit Judgment. Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007

Praditaningrum, Anugrah Suci. 2012.

Analisis Faktor-Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Audit

Judgment (Studi Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah).

Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Siagian, Theresia Mutiara. 2009. Pengaruh

Budaya Organisasi, Konflik Peran

Dan Kompleksitas Tugas

Terhadap Pertimbangan Auditor Tahun 2009 Pada Kantor Akuntan Publik Di Medan. Skripsi. Jurusan

Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Syam, Fazli, dan Muslim A. Djalil, 2006.

Pengaruh Orientasi Profesional

terhadap Konflik Peran.

Simposium Nasional Akuntansi Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Tirthayasa, I Made. 2013. Mantan Bupati

Gianyar Diperiksa Terkait Korupsi

PDAM. Diperoleh dari

www.antaranews.com/berita/38217 0/mantan-bupati-gianyar-diperiksa-terkait-kasus-korupsi-pdam.

Diakses pada tanggal 23 Februari 2013.

Gambar

Gambar 1 Grafik Histogram Uji Normalitas
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Parsial

Referensi

Dokumen terkait

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan