• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker payudara 1. Definisi

Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan di sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidakterkontrol Corwin (2009).

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara Rasjidi (2010). Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor dua setelah kanker servik dan terdapat kecenderungan dari tahun ketahun insidennya meningkat.Sebagian besar keganasan payudara datang pada stadium lanjut Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun Emir & Suyatno (2010). Berdasarkan hasil penelitian Ramli, dkk dalam Emir&Suyatno (2010) di RSCMdidapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.

(2)

2. Etiologi kanker payudara

Etiologi kanker payudara Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara, antara lain : a. Usia

Resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nani (2009) mendapatkan bahwa kanker payudara mulai berkembang pesat saat umur 40-49 tahun sebelum wanita memasuki usia 50 tahun keatas, sedangkan risiko kanker payudara sendiri berkembang sampai usia 50 tahun dengan perbandingan peluang 1 diantara 50 wanita. Berdasarkan program Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) yang dilakukan National Cancer Institutte (NCI) insidensi kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Diperkirakan 1 dari 8 wanita mengalami perkembangan penyakit kanker payudara sepanjang hidupnya.Kemungkinan terbesar perkembangan penyakit payudara mulai terjadi pada wanita dengan kisaran umur 40-50 tahun Harianto, Rina, dan Hery (2005).

b. Faktor hormone

Hormon merupakan faktor yang berpengaruh, seperti menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun,

(3)

tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, dan melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun, serta penggunaan pil KB atau terapi hormon esterogen.

c. Riwayat pribadi tentang kanker payudara

Risiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun Harianto, Rina, dan Hery (2005). Mulai terjadi pada wanita dengan kisaran umur 40-50 tahun Harianto, Rina, dan Hery (2005).

d. Riwayat keluarga

Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Hetty (2009) menyatakan bahwa pada studi genetic ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara.

e. Faktor genetic

Terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan suatu gen suseptibilitas kanker payudara.jika seorang wanita memiliki salah satu gen tersebut maka kemungkinan menderita kanker payudara

(4)

sangatlah besar. Riwayat menderita kanker payudara yang diwarisi menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Adanya faktor pembawa (carrier) kanker payudara akan meningkatkan perkembangan kanker payudara pada usia muda. Terdapat hubungan terjadinya kanker ovarium dengan kanker payudara secara genetik yaitu adanya gen kanker payudara-ovarium yang terletak pada kromosom 17q12- 21 (BRCA1) akan memperkuat terjadinya kanker payudara dan ovarium. BRCA2 (Breast Cancer gene two) yang terletak pada kromosom 13 juga dapat memicu terjadinya kanker payudara.BRCA1 (Breast Cancer gene one) merupakan gen supresor tumor yang berperan dalam perkembangan kanker payudara dan ovarium.Meskipun terjadinya kanker payudara dapat disebabkan oleh mutasi BRCA1 dan BRCA2, namun persentase insidensinya kecil Harianto, Rina, dan Hery (2005).

f. Pernah menggunakan obat hormonal

Penggunaan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih hormon atau hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan (infertilitas).

g. Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik.Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

(5)

h. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) inonisasi

Terutama pada bagian dada setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.

i. Wanita yang obesitas (kegemukan)

Pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebih Brunner & Suddarth, 2002).

3. Klasifikasi kanker payudara

Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri.Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.Namun nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut Smeltzer & Bare (2002).

Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal.Wanita – wanita ini bisa saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi.Banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan

(6)

medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan, sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan bukti.Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur.Tanda – tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut.Namun indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan Smeltzer & Bare (2002). Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut :

a. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.

b. Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker.Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

(7)

c. Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit.Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi.Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker).Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. Smeltzer &Bare (2002).

4. Gejala klinis

Gejala klinis yang sering terjadi :

a. Masa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila

b. Rabas putting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau encer.

c. Retraksi atau inversi puting susu.

d. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris). e. Pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya.

f. Kulit yang bersisik di sekeliling putting susu. 5. Penatalaksanan klinis

Modalitas terapi kanker payudara secara umum meliputi: operasi (pembedahan), kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal dan terapi target Suyatno& Pasaribu (2014).

(8)

a. Operasi

Operasi (pembedahan) merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang berbeda-beda . b. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk menghancurkan sel kanker. Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C), metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah satu zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi tersebut.

c. Radioterapi

Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.

B. Peran Keluarga 1. Defenisi

Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh keturunan atau perkawinan. Sementara itu, menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosisal dalam masyarakat yang terdiri atas orang tua dan anak

(9)

baik yang berhubungan melalui pertalian darah perkawinan, maupun adopsi Nasir (2010). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sekelompok individu yang dihubungkan dengan ikatan darah dan emosial, merasa memiliki satu sama lain, memberikan dukungan, melakukan berbagai fungsi dasar, memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi.

Menurut ahli keluarga yaitu Friedman (2010) menjelaskan bahwa keluarga dalam memenuhi kebutuhannya memiliki fungsi fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi lima fungsi yang salah satu nya adalah fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak anak, pemantapan kepribadian anak anak, pemantapan kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila fungsi efektif ini tidak dapat berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaa dari keseluruhan unit keluarga tersebut. Banyak kejadian dalam keluarga yang terkait fungsi efektif ini yang bisa memicu terjadinya ganggua kejiwaan baik pada anggota maupun pada pola keseluruhan unit keluarganya, contoh kejadian kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural dan lain lain. Kejadian tersebut tidak semata mata muncul, tetapi selalu ada pemicunya. Konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai, struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk mencetuskan terjadinya kekambuhan pada keluarga tersebut.

(10)

2. Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan kegiatan yang berhubugan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing masing antara lain adalah : a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga setiap anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengatur rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai denga perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual Setiadi (2008). Jadi peran keluarga adalah memberikan dukungan, membantu memenuhi kebutuhan anggota dan melatih untuk melakukan interaksi satu dengan yang lainya.

(11)

3. Fungsi Keluarga

Fungsi fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi keluarga menurut Freudman (2010) adalah :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan unit keluarga dengan demikian fungsi afektif merupakan fungsi paling viral. Tujuan dari fungsi afektif untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memuhi kebutuhan kebutuhan para anggota keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang dari anggotanya karena respon afektif dari seorang anggota keluarga merupakan penghargaan terhadap kehidupan keluarga. Pada keluarga dengan kanker payudara harus memberikan reinforcement positif terhadap segala kemampuan yang sudah dilakukan klien dengan tujuan untuk meningkatkan harga diri positif. 2) Fungsi Sosialisasi

Fungsi ini bertujuan untuk mengajarkan bagaimana berfungsi dan menerima peran peran sosial dewasa. Keluarga memiliki tanggung jawab untuk mentransformasikan seorang anak menjadi menjadi seorang individu yang dapat bersosialisasi dalam masyarakat. Keluarga diharapkan dapat membantu klien kanker payudara mampu melakukan hubungan sosial baik didalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun diluar lingkungan seperti berinteraksi dengan tetangga sekitarnya, berbelanja, memanfaatkan transportasi umum maupun melakukan iteraksi dalam kelompok yang ada di wilayah tempat tinggalnya.

(12)

3) Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah menjamin kontinuitas keluarga antar generasi dan masyarakat, fungsi reproduksi ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga keberlangsungan hidup masyarakat. Keluarga dengan kanker payudara harus mempertahankan kualitas hidup setiap anggota keluarganya agar keberlangsungan generasi tetap terjaga.

4) Fungsi Ekonomis

Fungsi ekonomis meliputi ketersediaan sumber sumber dari keluarga secara finansial, dan pengalokasian sumber tersebut yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Kemampuan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan yang memadai merupakan suatu persfektif tentang sistem nilai keluarga itu sendiri. Kemampuan keluarga juga harus mendukung anggota keluarga untuk memanfaatkan sumber sumber finansial yang tersedia baik dari keluarga itu sendiri maupun pemerintah seperti askeskin agar pengobatan klien tetap berkelanjutan. Keluarga juga mengaarkan klien untuk mengelola keuangan sesuai kebutuhan klien.

5) Fungsi Perawatan /pemeliharan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharan kesehatan berfungsi untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarganya agar memiliki produktivitas tinggi. Fungsi perawatan keluarga bertujuan mempertahankan keadaaan kesehatan anggota keluarga diantaranya

(13)

adalah merawat anggota keluarga yang menderita kanker dan membawa anggota keluarga kepelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya.

6. Struktur keluarga

Tugas-tugas keluarga pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

a. Pemeliharan fisik keluarga dan para anggotanya b. Pemeliharan sumber-sumber daya ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing –masing anggotanya sesuai dengan kedudukan nya masing-masing

d. Sosialisasi antara anggota keluarga e. Pengaturan jumlah anggota keluarga f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga effendi, 1998 dalam kutipan ide sankita (2015).

C. Kualitas Hidup

a. Pengertian Kualitas Hidup

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kreitler & Ben (2004) dalam Nofitri

(14)

(2009) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu Nofitri (2009).

Menurut WHO (1994) dalam Bangun (2008), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan system nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatanfisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan social dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup dijadikan sebagai aspek untuk menggambarkan kondisi kesehatan Larasati (2012). Adapun menurut Cohen & Lazarus dalam Larasati (2012) kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka.Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya WHOQoL Group (1998) dalam Larasati (2012).

Herman Silitonga (2007) definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita

(15)

terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh The World Organization Quality Of Life (WHOQoL dalam Power, 2003), persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota/ wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Menurut para peneliti, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:

a. Gender atau Jenis Kelamin

Moons, dkk (2004) dalam Noftri (2009) mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Fadda dan Jiron (1999) dalam Noftri (2009) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Bain,

(16)

dkk (2003) dalam Noftri (2009) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik dari pada kualitas hidup perempuan.Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk (2004) dalam Noftri (2009) menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer (1998) dalam Noftri (2009) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

b. Usia

Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup Noftri (2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam Papalia, dkk (2007) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001) menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu.

(17)

c. Pekerjaan

Perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu)Moons, dkk (2004) dalam Noftri (2009). menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanitaWahl, dkk (2004) dalam Noftri (2009).

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998).Penelitian yang menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu menurut penelitian Wahl, dkk (2004) dalam Noftri (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007) dalam Noftri (2009) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. e. Status pernikahan

Perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi pendapat Moons, dkk (2004) dalam Nofitri (2009). Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa

(18)

individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam (Nofitri, 2009).Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam Nofitri, (2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

f. Penghasilan

Menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif penelitian menurut Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam Nofitri (2009) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

g. Hubungan dengan orang lain

Menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif menurut Baxter, dkk (1998) dalam (Nofitri, 2009).mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun

(19)

emosional menurut Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Nofitri, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif.

h. Standard referensi

Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain menurut O’Connor (1993) dalam (Nofitri, 2009). Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQoL(Power, 2003) dalam (Nofitri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial Universitas Sumatera Utara memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya.

c. Dimensi Kualitas Hidup

Menurut (migunani 2016), kualitas hidup terdiri dari empat dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan.

(20)

a. Dimensi Fisik

Dalam hal ini dimensi fisik yaitu aktivitas sehari-hari, ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas kerja.Menurut Tarwoto dan Martonah (2010) aktivitas sehari-hari adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak dalam memenuhi kebutuhan hidup dimana aktivitas dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang atau sendi.

Ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis yaitu seberapa besar kecenderungan individu menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Energi dan kelelahan merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalammenjalankan aktivitas sehari-hari.Sedangkan mobilitas merupakan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.Kemudian sakit dan ketidaknyamanan menggambarkan sejauh mana perasaan keresahan yang dirasakan individu terhadap hal-hal yang menyebabkan individu merasa sakit (Sekarwiri, 2008).

Menurut Tarwoto dan Martonah (2010) istirahat merupakan suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang

(21)

merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masingmasing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.Kapasitas kerja menggambarkan kemampuan yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

b. Dimensi Psikologis

Dimensi psikologis yaitu bodily dan appearance, perasaan negatif , perasaan positif, self – esteem, berfikir, belajar, memori, dan konsentrasi. Aspek sosial meliputi relasi personal, dukungan sosial dan aktivitas seksual. Kemudian aspek lingkungan yang meliputi sumber finansial, freedom, physical safety dan security , perawatan kesehatan dan sosial care lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan serta lingkungan fisik dan transportasi (Sekarwiri, 2008).

Bodily dan appearance menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya.Perasaan negative menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh individu.Perasaan positif merupakan gambaran perasaan yang menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Self – esteem melihat bagaimana individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. Berfikir, belajar, memori, dan konsentrasi dimana keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi, belajar dan menjelaskan fungsi kognitif lainnya (Sekarwiri, 2008).

(22)

c. Dimensi Hubungan Sosial

Dimensi hubungan social mencakup relasi personal, dukungan sosial dan aktivitas sosial. Relasi personal merupakan hubungan individu dengan orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya.Sedangkan aktivitas seksual merupakan gambaran kegiatan seksual yang dilakukan individu (Sekarwiri, 2008). d. Dimensi Lingkungan

Adapun dimensi lingkungan yaitu mencakup sumber financial, Freedom, physical safety dan security, perawatan kesehatan dan sosial care, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan, lingkungan fisik serta transportasi (Sekarwiri, 2008).

D. Kemoterapi

1. Definisi kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker dalam Chyntia (2009). Jadwal pengobatan kemoterapi sangat bervariasi.Seberapa sering dan seberapa lama pasien mendapatkan kemoterapi tergantung pada tipe dan stadium kanker; tujuan pengobatan (apakah kemoterapi digunakan untuk mengobati kanker, mengontrol perkembangannya, atau mengurangi gejala-gejala), tipe

(23)

kemoterapi, dan bagaimana tubuh bereaksi terhadap kemoterapi (dalam Bellenir, 2009).

Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling banyak dilakukan Azwar (2007). Komplikasi kemoterapi juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan, meningkatkan stres dan mempengaruhi kualitas hidup klien.Dengan kata lain tindakan kemoterapi secara signifikan berdampak atau mempengaruhi kualitas hidup dari klien kanker di antaranya kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status ekonomi dan dinamika keluarga (Yusra 2011).WHO dikutip dalam Farida (2010) mengemukakan bahwa kualitas hidup adalah konsep multi dimensional yang meliputi dimensi fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit dan terapi.Cella dan Cherin tahun 2001 dikutip dalam Farida (2010) menyatakan bahwa kualitas hidup merupakan penilaian dan kepuasan klien terhadap tingkat dan fungsi kehidupan mereka dibandingkan dengan keadaan ideal yang seharusnya bisa dicapai menurut klien.

2. Kemoterapi Dibedakan Menjadi Tiga, yaitu :

a. Kemoterapi paliatif, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mengendalikan atau melenyapkan tumor untuk meringankan gejala kanker seperti rasa sakit.

b. Kemoterapi adjuvant, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mencegah kemunculan kembali sel-sel kanker setelah pembedahan atau terapi radiasi untuk mengontrol tumor. Cara kerja kemoterapi ini adalah dengan membidik dan melenyapkan sel kanker yang berkembang dengan sangat cepat di dalam tubuh.

(24)

c. Kemoterapi Neo-adjuvant, kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mengurangi tumor sehingga mudah dioperasi yang diberikan sebelum operasi.

3. Cara Pemberian Kemoterapi

a. Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.

b. Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah sakit, klinik, bahkan di rumah.

c. Dalam bentuk infus, Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis yang terlatih).Tergantung jenisnya, kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa sering penderita harus menjalani kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita.

4. Manfaat Kemoterapi

a. Pengobatan, beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.

b. Kontrol, kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain

c. Mengurangi gejala, bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada pasien, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran pada daerah yang diserang.

(25)

5. Efek Kemoterapi

Pengobatan secara kemoterapi memiliki efek samping, dimana efeknya tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa sering penderita harus menjalani Kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita.Yang paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada-tidak atau berat-ringannya kondisi akan pulih seperti semula. Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh.Bisa menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan dokter juga.Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah seorang dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau hasilnya.

Kebanyakan pasien yang diberikan kemoterapi juga mengalami mual, muntah, dan kerontokan rambut (dalam Tavistock & Routledge, 2002). Banyak orang yang memandang bahwa rambut mereka merupakan bagian yang sangat penting dari penampilan.Pada beberapa budaya, rambut juga merupakan lambang dari kesuburan atau status, sehingga kerontokan rambut dapat menjadi pengalaman yang begitu sulit (dalam Odgen, 2004).

(26)

Kebanyakan efek samping mereda setelah kemoterapi berakhir.Tetapi terkadang efek tersebut dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahuntahun. Kemoterapi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang yang tidak kunjung reda seperti kerusakan hati, paru-paru, ginjal, saraf, atau organ reproduksi. Beberapa tipe kemoterapi bahkan dapat menyebabkan kanker tambahan beberapa tahun kemudian (dalam Bellenir, 2009).

(27)

E. Keragka Teori

: yang di teliti

: yang tidak di teliti

Gambar 2.1

Kerangka teori modifikasi dari : friedman (2003), Koizer & Barbera (2011), WHOQOL group Lopez dan Sayder (2004), dalam Sekarwiri (2008) dan

migunani (2016). Kualitas Hidup

Factor kualitas hidup : 1. Gender 2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Status pernikahan 6. Penghasilan 7. Hubungan dengan orang lain

Dimensi Kualitas Hidup : 1. Kesehatan fisik 2. Kesehatan fisiologis 3. Hubungan sosial 4. Hubungn lingkungan Fungsi keluarga 1.fungsi Afektif 2.fungsi Perawatan 3.fungsi Sosialisasi 4.fungsi Reproduksi 5.fungsi Ekonomi

(28)

F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2 kerangka konsep

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Ha : Ada hubungan fungsi keluarga terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara dengan kemoterapi pertama di RSU Dadi Keluarga Purwokerto.

b. Ho : Tidak ada hubungan fungsi keluarga terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara dengan kemoterapi pertama di RSU Dadi Keluarga Purwokerto.

Fungsi Keluarga: 1.Fungsi Afektif 2.Fungsi Perawatan

Gambar

Gambar 2.2 kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa data uji HA cepat terhadap cairan alantois dari inokulasi langsung pada perlakuan klorinasi telur bersih dan telur kotor bervirus dengan menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol 70% daun kersen ( Muntingia calabura L.) terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Perwujudan hal tersebut, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta bekerjasama dengan

Sistem menyimpan perubahan data, dan menampilkan "Berhasil Memperbarui Rincian Grup Debitur" Skenario alternatif: Tidak terdapat perubahan pada rincian grup debitur

a) plot tunggal yaitu apabila karya fiksi hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebgai hero.. dipergunakan jika pengarang

Proporsi seroproteksi anti-HBs pada 100 anak usia 10– 12 tahun pasca imunisasi dasar hepatitis B lengkap 38%, dengan hasil seropositif 68,7% subjek respons rendah, 26,3% respons

Fungsi getc digunakan utk membaca satu aksara dari peranti input piawai. Contoh input piawai fail dan

Analisis ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menempatkan posisi produk berdasarkan atribut-atribut yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau produk berdasarkan