• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI BERBASIS MASYARAKAT PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DAERAH TERTINGGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI BERBASIS MASYARAKAT PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DAERAH TERTINGGAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI BERBASIS

MASYARAKAT PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

DI DAERAH TERTINGGAL

Indonesia adalah negara pertama di dunia yang memberikan pemerintahan desa bukan hanya untuk mengelola pemerintahannya saja, tetapi mengelola ekonominya juga. Tahun 2015 pemerintahan Presiden Jokowi-JK memberikan 20,8 triliun dana langsung ke desa. Tahun 2016 diberikan 46,8 triliun Tahun, 2017 60 triliun artinya setiap desa mendapatkan sekitar 800,4 juta. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal tahun 2015-2019 ada 122 Kabupaten Daerah Tertinggal. Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Bapak Eko Putro Sandjojo yaitu ada 4 Program Prioritas salah satunya adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Dalam rangka mempercepat dan mengefektifkan pembangunan desa perlu mendorong optimalisasi peran ketiga stakeholders pembangunan, yakni (1) Pemerintah: berperan memberikan pelayanan publik, mengarahkan, memfasilitasi kegiatan pembangunan, dan memberikan peluang yang lebih banyak kepada masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan pembangunan; (2) Swasta: berperan memberikan pelayanan privat, sebagai pelaku utama dalam pengembangan usaha non-pertanian sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, penciptaan lapangan kerja, dan kontributor utama dalam peningkatan penerimaan pemerintah; dan (3) Masyarakat: sebagai pemeran utama dalam proses pembangunan, namun perlu pengembangan dan penguatan kelembagaannya agar perannya dalam proses pembangunan dapat lebih optimal.

Meskipun mempunyai peran yang berbeda, ketiganya harus bersinergi dalam pencapaian tujuan masing-masing ke arah pencapaian visi bersama, yakni terciptanya masyarakat bangsa yang sejahtera, atau masyarakat madani. Dalam melakukan perannya, pemerintah senantiasa beriorientasi pada pencapaian tujuannya yakni pelayanan optimum melalui kelembagaan pemerintah yang terpercaya, yakni transparan, konsisten, dan akuntabel, serta efisien dan efektif, agar swasta dan masyarakat kondusif mencapai tujuannya. Sedangkan sektor swasta mengemban perannya menjalankan usaha secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuannya yakni keuntungan maksimum sekaligus meningkatkan lapangan kerja dan pembayaran pajaknya. Selanjutnya, masyarakat juga melakukan fungsi konsumsi dengan membangun kebersamaan diantara anggota masyarakat agar kebutuhannya terpenuhi secara efisien dan efektif untuk mencapai tingkat kegunaan maksimum dari sumberdaya yang dimiliki.

Dalam kerangka “good governanance”, pemerintah perlu melakukan reinventing government dengan memberikan peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan dan pelayanan untuk dirinya sendiri. Menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama (bukan sekedar berpartisipasi) merupakan kata kunci keberhasilan pembangunan di masa datang. Masyarakat sebagai pemeran utama harus diperkuat kelembagaannya agar upaya peningkatan kapasitas dan eksistensinya dapat lebih optimal. Jika kelembagaan masyarakat telah berkembang secara optimal selanjutnya akan mampu berfungsi sebagai motor penggerak pembangunan di wilayah masing-masing.

(2)

Manfaat lain yang akan diperoleh dengan penguatan kelembagaan masyarakat adalah terselenggaranya desentralisasi dan otonomi desa secara nyata, mandiri dan bertanggungjawab. Sebagaimana diketahui, otonomi masyarakat merupakan salah satu pilar penting dari penyelenggaraan otonomi desa. Otonomi masyarakat yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana masyarakat dapat melayani sendiri kebutuhannya dan memecahkan masalahnya dengan bertumpu pada ketersediaan sumberdaya lokal yang ada di dalam penguasaan mereka. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemandirian dalam pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan, pengembangan sumberdaya manusia dan penyelenggaraan pelayanan.

Oleh karena itu, dikembangkan gagasan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi (BUMDES) yang ada di desa, terutama dalam rangka penerapan pembangunan ekonomi berbasis masyarakat. Sebagai langkah awal akan dilaksanakan program percontohan pembangunan ekonomi berbasis masyarakat di desa. Pilar utama dari program ini adalah kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat.

Dalam rangka mengefektifkan kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), dipandang perlu menyusun Manual Pengembangan Kelembagaan Ekonomi untuk menciptakan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Masyarakat di Desa. Tujuannya adalah Meningkatkan efektivitas pengembangan kelembagaan ekonomi menjadi kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat di Desa.

Berdasarkan konsep pengembangan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat, maka perlu disusun Manual Pengembangan Kelembagaan Ekonomi yang akan dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan yang meliputi sebagai berikut :

I. Persiapan

Kegiatan pengembangan kelembagaan ekonomi yang berbasis masyarakat ini, pada tahap persiapan ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan, yakni :

1. Penyiapan Konsep dan Petunjuk Teknis Pengembangan Kelembagaan Ekonomi

Langkah pertama adalah menyiapkan konsep dasar pengembangan kelembagaan Pembangunan Ekonomi Berbasis masysarakat. Agar konsep tersebut dapat diimplementasikan maka ada dua tahapan kegiatan yang perlu dilakukan:

1) Seminar: Konsep yang telah disusun diseminarkan untuk memperoleh masukan dari para pihak terkait, yakni pakar dibidang kelembagaan ekonomi, kementrian/lembaga/ instansi lain yang mempunyai fungsi pembinaan/pelayanan terkait dengan kelembagaan ekonomi seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

2) Workshop: Hasil seminar tersebut dijadikan dasar penyusunan petunjuk teknis atau manual pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi, yang selanjutnya diworkshopkan dengan melibatkan satuan kerja pemerintah daerah yang mempunyai fungsi pembinaan/pelayanan terkait dengan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi didaerah.

(3)

Hasil workshop tersebut diperbanyak untuk menjadi manual pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi sekaligus sebagai petunjuk teknis bagi fasilitator dan aparat terdepan satuan kerja perangkat daerah yang akan memfasilitasi dan mengarahkan proses pelaksanaan fasilitasinya di daerah.

II.

Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

1. Tim PDT harus sesegera mungkin malakukan penyampaian kepada Bupati Kepala Daerah tentang Rencana Pelaksanaan kegiatan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat pada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di daerah tertinggal;

2. Tim PDT melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk mematangkan rencana pelaksanaan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi di daerah tertinggal. Pada rapat koordinasi sekaligus sosialisasi kegiatan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat, dan meminta pemerintah daerah untuk menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditugaskan untuk mengawal proses pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi di desa yang bersangkutan.

3. Kegiatan koordinasi lebih lanjut berkaitan dengan pemilihan desa lokasi kegiatan pada kabupaten yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan desa dalam hal ini harus memperhatikan keragaman desa yang bersangkutan berdasarkan data dan informasi dari Dinas/Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa kabupaten.

III.

Rekruitmen Fasilitator

Fasilitator sangat tinggi peranannya dalam proses pelembagaan ekonomi di Daerah Tertinggal, oleh karena itu harus diseleksi dan dipersiapkan dengan baik sehingga dapat diperoleh fasilitator yang profesional yakni memiliki kompetensi tinggi, kreativitas tinggi, dan integritas tinggi dalam pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi melalui pendekatan pembangunan ekonomi berbasis masyarakat. Selain itu fasilitator yang akan melaksanakan tahapan proses pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi di daerah, maka diharapkan fasilitator yang dapat tinggal di desa selama proses fasilitasi belangsung. Untuk itu, Tim Kerja dari Kementerian PDT akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan proses seleksi Fasilitator tersebut.

Jumlah fasilitator yang akan dipilih sebanyak satu orang untuk desa, yang akan bekerja secara tim pada desa yang terpilih. Fasilitator ini dalam melaksanakan tugasnya akan difasilitasi oleh Pemerintah Desa dan didampingi oleh orang desa yang banyak mengetahui konsisi sosial-ekonomi dan kelembagaan desa sasaran tersebut.

Setelah fasilitator dipilih dan ditetapkan, maka dilakukan pelatihan/pembekalan fasilitator dengan narasumber disiapkan oleh Kementerian Desa, PDT & transmigrasi. Materi/modulnya meliputi: (1) Pengembangan Ekonomi Lokal, (2) Manual Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Berbasis masyarakat, (3) Manual Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis masyarakat,

(4)

IV. Mobilisasi Fasilitator

Persiapan selesai, kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat adalah mobilisasi fasilitator dengan proses sebagai berikut:

1. Koordinasi dengan Camat dan Kepala Desa lokasi kegiatan untuk persiapan mobilisasi para fasilitator selama bertugas di desa;

2. Mobilisasi fasilitator ke lokasi desa sasaran yang telah ditetapkan bersama dengan pemerintah daerah yang bersangkutan;

3. Mengangkat tenaga pendamping fasilitator terutama dari unsur pemerintahan desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat;

4. Mempersiapkan transportasi dan akomodasi bagi fasilitator dan transportasi bagi tenaga pendamping selama bertugas di desa.

V. Sosialisasi Pengembangan Kelembagaan Ekonomi

Sosilisasi kepada masyarakat lokal tentang konsep pembangunan ekonomi (BUMDES) berbasis masyarakat, pentingnya kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat, manfaat kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat, peran anggota masyarakat pada kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat, serta tahapan-tahapan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat. Sosilisasi dapat dilakukan secara berjenjang dari tingkat desa untuk aparat desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Selanjutnya, mereka bersama fasilitator melakukan sosialisasi ke setiap dusun/kampung. Pada tahap ini sosialisasi dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok fokus/terarah (FGD). Diharapkan seluruh kepala rumahtangga terutama masyarakat terpilih menghadiri kegiatan ini yang diperkirakan untuk keseluruhan desa paling kurang 1/3 penduduk desa, tergantung besaran jumlah rumahtangga yang berdomisili di desa tersebut.

Perlu diingat bahwa sosilisasi dalam program pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku pengurus dan anggota kelompok masyarakat. Perubahan perilaku merupakan tujuan yang paling akhir, karena anggota kelompok komunitas akan berubah perilakunya apabila mereka mempunyai pengetahuan dan pola fikir yang mendukung ke arah perubahan yang diinginkan. Seseorang yang menjalani proses perubahan perilaku mengalami beberapa tahapan, mulai dari tidak tahu menjadi tahu dan memahami, kemudian dari tahu dan memahami menjadi menyetujui akan apa yang diketahui dan dipahaminya. Menyetujui apa yang diketahui dan dipahami masih belum menjamin perubahan perilaku. Seseorang tersebut harus mau mencoba melakukannya. Dan jika seseorang yang telah mencoba melakukannya, merasakan bahwa hal tersebut bermanfaat baginya, maka diharapkan orang tersebut akan melakukannya lagi dan lagi. Semakin tinggi frekuensi pengulangan perbuatan atau tindakan seseorang, maka semakin besar kemungkinan pengulangan

(5)

perbuatan atau tindakan tersebut menjadi kebiasaan. Terakhir, kebiasaan yang sudah baik ini masih harus dipelihara agar menjadi perilaku yang langgeng.

Panjangnya tahapan yang harus dilalui oleh seseorang yang menjalani proses perubahan perilaku, menyebabkan tingginya tingkat kesulitan keberhasilan pengadopsian perilaku. Dengan demikian perlu memberikan stimulus–stimulus tertentu kepada kelompok masyarakat calon adopter. Inti dari pemberian stimulus, merupakan kegiatan komunikasi, sehingga program perlu mengembangkan strategi komunikasi yang tepat untuk mencapai tujuan sosialisasi yang diharapkan.

Jadi, sosialisasi program tidak sekedar penyampaian materi sosialisasi tetapi lebih dari itu merupakan usaha untuk mendapatkan kesepakatan dan menjadikan anggota kelompok masyarakat berperan serta dalam melakukan program pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat.

VI. Analisis Potensi Pengembangan Kelembagaan Ekonomi

Untuk pengembangan kelembagaan ekonomi, terlebih dahulu harus diketahui kelembagaan ekonomi yang sudah ada dan berkembang pada masyarakat tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dan informasi tentang kelembagaan ekonomi yang ada, apakah didesa itu telah ada koperasi, Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), Badan Usaha Milik Desa, Lembaga Keuangan Mikro, dan atau lembaga ekonomi lainnya. Data dan informasi dapat diperoleh pada kantor Pemerintahan Desa dan atau kantor kecamatan.

2. Melakukan pengumpulan data dan informasi tentang kelembagaan berupa aturan main yang dituangkan dalam bentuk Rancangan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah-tangga, dan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan yang dilakukan kelembagaan ekonomi yang ada di desa tersebut dengan memperhatikan kerangka konseptual pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat.

3. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilakukan analisis potensi penyempurnaan kelembagaan berdasarkan kerangka konseptual pengembangan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat. Hasil analisis dapat memberikan alternatif apakah mengembangkan kelembagaan dan bentuk badan usaha yang baru, atau kelembagaannya tetap hanya aturan mainnya disempurnakan.

Analsis dilakukan bersama unsur pemerintahan tingkat desa terkait, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

VII. Pengembangan Kelembagaan Ekonomi

Kegiatan ini akan merupakan tahapan kegiatan yang paling sulit dilaksanakan karena fasilitator harus mampu mengarahkan atau memfasilitasi agar masyarakat desa secara bersama-sama merumuskan aturan main (kelembagaan) masyarakat baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis yang nantinya akan disepakati dan dipatuhi secara bersama untuk mencapai tujuan bersama yakni meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota masyarakat.

(6)

Dalam suatu masyarakat yang kelembagaannya belum mapan atau belum berjalan sesuai yang diharapkan, perlu pelembagaan yakni proses pengembangan kelembagaan dalam bentuk pembuatan atau perbaikan atau perubahan aturan main, agar pencapaian tujuannya lebih efektif, yakni kegunaan maksimum dalam melaksanakan fungsi konsumsi dan keuntungan maksimum dalam melaksanakan fungsi produksi.

Pada tahap sosialisasi telah dijelaskan bahwa melalui proses pembangunan ekonomi berbasis masyarakat akan terjadi peningkatan skala ekonomi, baik dalam pembelian barang-barang kebutuhan maupun dalam penjualan hasil produksi masyarakat desa yang bersangkutan.

Dalam pembelian kebutuhan, pelaksanaan kegiatan pembelian bersama untuk kebutuhan sarana produksi dan bahan konsumsi rumah-tangga, akan meningkatkan skala pembelian sehingga dapat diperoleh harga beli per unit yang lebih murah, yang berarti dengan pendapatan tetap mereka dapat membeli lebih banyak kebutuhan; Demikian pula dalam penjualan produksi, pelaksanaan kegiatan penjualan hasil produksi dilakukan secara bersama dan disatukan dalam jumlah yang lebih besar, posisi tawarnya dalam negosiasi harga menjadi lebih kuat, sehingga diperoleh harga jual per unit produksinya lebih tinggi.

Tujuan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa didukung kelembagaan masyarakat yang terpercaya, yakni transparan, konsisten, dan akuntabel. Kelembagaan masyarakat tersebut pada dasarnya adalah aturan main dimana kepentingan bersama dan kebersamaan menjadi utama dan hanya karena itulah kelembagaan masyarakat menjadi penting dan mencapai esensinya. Oleh sebab itu aturan main ini harus mengakomodir berbagai kepentingan dari unsur-unsur masyarakat dan merupakan rekonsilisasi berbagai kepentingan yang berbeda. Jadi pada dasarnya pengorganisasian harus mencakup seluruh unsur masyarakat dari berbagai strata ekonomi dan sosial, lintas kemajemukan dan heterogenitas masyarakat. Keseluruhan aturan main tersebut dituangkan dalam bentuk Anggaran Dasar, Anggaran

Rumah-tangga, dan Standar Operasional Prosedur (SOP). Dengan demikian baru akan

tercipta kelembagaan ekonomi (Badan Usaha Milik Desa) yang berbasis masyarakat. Agar kegiatan pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi dapat lebih efektif maka kegiatannya dilakukan secara bertahap sebagai berikut: 1. Penyusunan Konsep Penyempurnaan atau Perubahan Anggaran Dasar : Aturan

main yang paling mendasar bagi setiap organisasi adalah Anggaran Dasar yang isinya meliputi tapi tidak terbatas sebagai berikiut: (1) Ketentuan umum, (2) Nama dan Tempat Kedudukan, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Tugas Pokok dan Fungsi, (5) Keanggotaan, (6) Hak dan Kewajiban, (7) Kedaulatan dan hak suara, (8) Kewenangan dan Kewajiban Pengurus, (9) Masa jabatan Pengurus, (10) Pembentukan, Tugas, Hak, dan Kewenangan Badan Usaha, (11) Musyawarah dan Rapat, (12) Kuorum dan Pengambilan Keputusan, (13) Keuangan, (14) Perubahan Anggaran Dasar, dan (14) Ketentuan Peralihan.

Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pertama-tama melakukan evaluasi terhadap anggaran dasar kelembagaan ekonomi yang bersangkutan, kemudian memilah mana yang dapat dipertahankan dan disempurnakan dan mana yang

(7)

perlu diubah sesuai kebutuhan. Karena kegiatan ini merupakan proses awal dari suatu proses pengembangan kelembagaan ekonomi yang ada, maka perlu Focus Group Discussion (FGD) dalam melakukan evaluasi kemudian hasilnya dirangkum menjadi satu kesatuan; Meskipun ini baru penyusunan draft, tapi karena ini untuk kepentingan bersama Perhimpunan Masyarakat maka pesertanya harus mencerminkan keterwakilan anggota masyarakat.

2. Penyusunan Konsep Penyempurnaan atau Perubahan Anggaran

Rumah-tangga: Isinya memuat ketentuan yang mengatur tentang Pelaksanaan Anggaran

Dasar. Pada dasarnya yang disusun atau dirumuskan adalah aturan pelaksanaan Anggaran Dasar, namun perlu menekankan pada Pengorganisasian atau Reorganisasi kelembagaan Ekonomi yang ada menjadi Badan Usaha Milik Desa

yang berbasis masyarakat . Oleh karena itu prosess perumusan dan

pembahasannya sama saja dengan proses penyusunan Anggaran Dasar yakni melalui FGD, pesertanya juga sama mencerminkan keterwakilan anggota masyarakatnya.

3. Pelaksanaan penyusunan atau pnyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah-Tangga : Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan peluang yang lebih

besar kepada seluruh anggota masyarakat di desa untuk melakukan pembahasan bersama konsep Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah-Tangga yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hal ini fokus pembahasan selain aturan main secara menyeluruh, akan menekankan pada Pembentukan Perhimpunan

masyarakat Desa. Mengingat acara ini penting buat anggota masyarakat, karena

aturan main tersebut akan menjadi aturan mereka bersama untuk mereka laksanakan bersama, sehingga diharapkan seluruh anggota masyarakat dapat hadir yang diperkirakan sekitar 1/3 penduduk di desa tersebut hadir.

4. Pelaksanaan Penyusunan atau Penyempurnaan Kelembagaan Ekonomi yang

ada: Pada dasarnya yang dibahas adalah merupakan kelanjutan, namun lebih

menekankan pada Pengorganisasian atau Reorganisasi Lembaga Ekonomi yang ada menjadi Badan Usaha Milik Desa yang berbasis masyarakat. Semiloka ini dimaksudkan untuk membahas bersama konsep pengorganisasian atau reorganisasi (rancangan alternatif bentuk dan struktur organisasi, proses pemilihan direktur dan manejer unit usaha) untuk memperoleh organisasi usaha yang lebih efektif, tepat fungsi dan tepat struktur sesuai dengan perkembangan lingkungan strategisnya. Diperkirakan sekitar 1/3 penduduk di desa tersebut hadir.

5. Penetapan atau penetapan ulang bentuk dan struktur organisasi Perhimpunan

masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa yang berbasis masyarakat.

Berdasarkan hasil semiloka ditetapkan bentuk dan struktur organisasi, serta aturan proses pemilihan pengurusnya. Pada tahapan proses ini juga diharapkan menghasilkan rumusan terkait dengan unit usaha yang akan diemban, disesuaikan dengan kondisi setempat dan kebutuhannya, diantaranya: Pembentukan Unit Produksi, Unit Pemasaran, Unit Lembaga Keuangan Mikro. Struktur organisasi

Badan Usaha Milik Desa yang berbasis masyarakat minimal terdiri atas seorang

Direktur dengan tiga manajer yakni: (1) Manajer Produksi yang terdiri atas: (a) Bagian Penyuluhan dan Penerapan Teknologi; (b) Bagian Standarisasi dan Pengemasan; (c) Bagian Monitoring dan Evaluasi Praktek Terbaik; (2) Manajer

(8)

Pemasaran dan Pembelian yang terdiri atas: (a) Bagian analisis Pasar; (b) Bagian Negosiasi Harga Jual dan Beli; (c) Bagian Pengiriman dan Distribusi; (3) Manajer Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang terdiri atas: (a) Bagian Analisis Kredit; (b) Bagian Pendanaan, dan (c) Bagian Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar. Dalam teori organisasi dikenal konsep structure

follows strategy. Karena itu, struktur organisasi yang dibentuk mengikuti strategi

yang dikembangkan oleh lembaga masing-masing.

6. Pemilihan dan atau pemilihan ulang Pengurus Perhimpunan dan Direksi Badan

Usaha Milik Desa yang berbasis masyarakat. Pemilihan pengurus organisasi

harus mencerminkan keterwakilan dusun atau kampung atau semacamnya, namun yang terpenting adalah kepemimpinan dan kemampuan manajemen para calon pemimpin kelompok masyarakat tersebut. Diharapkan seluruh anggota masyarakat yang diperkirakan sekitar 1/3 penduduk di desa tersebut dapat hadir kembali pada acara tersebut. Setelah pengurus Perhimpunan terbentuk diharapkan segera dilakukan pengangkatan direksi pada Badan Usaha Milik Desa

yang berbasis masyarakat.

7. Diantara beberapa tahapan proses pelembagaan yang tidak kalah pentingnya adalah legalitas formal lembaga ekonomi, yakni pembentukan Badan Usaha

Milik Desa yang berbasis masyarakat, termasuk penetapan Direksi dan Komisaris

serta penetapan modal dasar. Pada tahapan proses ini diharapkan seluruh kepala rumahtangga terutama komunitas terpilih hadir kembali yang diperkirakan sekitar 1/3 penduduk di desa tersebut.

8. Penyusunan Standar Operasonal Prosedur (SOP) pelayanan: Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumahtanga hasil kesepakatan hal tersebut disempurnakan bersama anggota yang telah disampaikan sebelumnya disempurnakan oleh tim penyusun konsep sebelumnya dengan memperhatikan semua masukan pada acara semiloka; Setelah itu dilakukan dalam rangka finalisasi aturan main dengan mengundang kembali seluruh anggota masyarakat di desa tersebut. Sangat diharapkan tokoh masyarakat pada kelompok masyarakat tersebut hadir dan berperan aktif selama acara Lokakarya tersebut;

(9)

Gambar

Direktur

Struktur Organisasi BUMDes

Manager Produksi Manager Pemasaran & Pembelian Manager LKM Sekretaris Bagian Penyuluhan dan Penerapan Teknologi Bagian Standarisasi dan Pengembangan Produk Bagian Monitoring dan Evaluasi Praktek Terbaik Bagian Analisis Pasar Bagian Negosiasi Harga

Jual dan Beli

Bagian Pengiriman Dan Distribusi Bagian Analisis Kredit Bagian Pendanaan Bagian Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan

(10)

VIII. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS

MASYARAKAT

Penyusunan Rencana dan Implementasi Pembangunan Ekonomi Berbasis

Masyarakat

Kegiatan utama pada tahapan ini adalah memfasilitasi seluruh anggota kelompok masyarakat untuk secara bersama-sama menyusun Rencana Pembangunan Ekonomi Berbasis masyarakat sesuai dengan tahapan proses perencanaan. Pada tahapan proses ini diharapkan seluruh kepala rumahtangga anggota masyarakat terpilih hadir kembali yang diperkirakan kurang lebih 1/3 dari jumlah rumahtangga yang berdomisili di desa tersebut.

Melalui kegiatan tersebut, diharapkan seluruh anggota kelompok masyarakat menyadari dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebagai petunjuk proses penyususnan Rencana Strategis.

1. Fasilitasi menjawab pertanyaan di mana kita sekarang? dimaksudkan adalah pemetaan kondisi umum ekonomi masyarakat saat ini;

2. Fasilitasi menjawab pertanyaan mau ke mana kita? intinya adalah penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan ekonomi yang ingin dicapai;

3. Fasilitasi menjawab pertanyaan kenapa kita belum sampai di sana sekarang? analisis lingkungan strategis baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan tantangan) menggunakan analisis SWOT;

4. Fasilitasi menjawab pertanyaan apa yang harus kita lakukan untuk sampai di sana? Perumusan dan penetapan Program dan Kegiatan Prioritas berdasarkan hasil analisis SWOT, dan fasilitasi penetapan program/kegiatan Tahunan yang akan dusulkan melalui Musyawarah Pembangunan Desa (MusbangDes);

5. Fasilitasi menjawab pertanyaan siapa yang akan melakukan program kegiatan tersebut? Intinya distribusi tugas dan fungsi baik secara kelompok maupun perorangan;

6. Fasilitasi menjawab pertanyaan kapan kita sampai di sana? Perlu penetapan Jadwal Pelaksanaan program dan kegiatan yang telah disepakati dalam bentuk tahunan dan jangka menengah;

7. Fasilitasi menjawab pertanyaan Bagaimana kita mengetahui bahwa kita sudah sampai di sana? Penetapan indikator kinerja dan evaluasi capaian kinerja terutama kinerja hasil (Outcome).

Rencana Strategis tersebut selanjutnya ditetapkan untuk dilaksanakan bersama oleh masyarakat yang bersangkutan.

Penyadaran pada perlunya melakukan suatu usaha secara bersama yang dilandasi oleh nilai kebersamaan merupakan dasar yang sangat penting untuk melangkah ke kegiatan berikutnya yaitu pelembagaan pembangunan ekonomi berbasis masyarakat.

(11)

Agar keterlibatan masyarakat dalam proses refleksi tersebut efektif, kelompok masyarakat harus senantiasa menyadari, atau fasilitator mengingatkan bahwa prakarsa dan inisiatif serta kepemimpinan dari masyarakat yang bersangkutan jauh lebih baik dari perintah secara eksternal. Selain itu, partisipasi anggota masyarakat di dalam masyarakat harus inklusif, di mana semua harus melakukan perannya dengan baik sesuai sumberdaya dan kompetensi yang dimilikinya. Selanjutnya, selama tahap awal proses pembangunan, perubahan sikap dan perilaku orang-orang, sama pentingnya dengan prestasi materil proyek pembangunan fisik.

IX. Penetapan Komoditas Unggulan

Salah satu strategi pembangunan ekonomi masyarakat adalah penetapan komoditas unggulan yang disepakati masyarakat yang bersangkutan. Disadari bahwa pada dasarnya setiap desa mempunyai komoditas yang cukup beragam dan diusahakan dengan sistem pertanian tradisional berskala kecil dan dipasarkan secara sendiri-sendiri. Dalam kondisi demikian, tidak hanya terjadi inefisiensi melainkan juga posisi tawar petani menjadi sangat lemah akibatnya harga produknya menjadi relatif sangat rendah dibanding produk pertanian yang dihasilkan dan dipasarkan dengan tingkat skala ekonomi yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu penyadaran tentang pentingnya penetapan komoditas unggulan pada setiap desa/kelompok masyarakat. Secara teknis, pertimbangan utama penetapan komoditas unggulan pada setiap Desa adalah:

1. Keunggulan komparatif melalui analisis kesesuaian lahan dengan memperhatikan jenis tanah dengan komoditas yang telah dan akan dikembangkan di setiap desa;

2. Keunggulan kompetitif melalui analisis pasar dengan memperhatikan kecenderungan penawaran dan permintaan komoditas yang bersangkutan.

3. Pengalaman komunitas petani setempat mengusakan jenis komoditas tersbut.

Karena proses penetapan komoditas membutuhkan bukan hanya pertimbangan ekonomi saja maka dalam proses penetapannya perlu fasilitator dari penyuluh pertanian lapangan atau petugas pertanian setempat.

X. PENYUSUNAN PRAKTEK TERBAIK (BEST PACTICE)

Mengingat pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi ini akan diterapkan kembali di desa atau Daerah Tertinggal lainnya, maka perlu dilakukan pencatatan tentang praktek terbaik dari keseluruhan tahapan proses pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi yang dilaksanakan pada setiap desa mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan pengembangan kelembagaan sampai pada tahap penguatan kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat. Praktek terbaik pada tahap penguatan kelembagaan ekonomi meliputi: praktek terbaik manajemen produksi/agribisnis, praktek terbaik manajemen pemasaran dan praktek terbaik manajemen lembaga keuangan mikro. Selain itu akan dilakukan pencatatan praktek

(12)

terbaik penerapan teknologi pada keseluruhan tahapan proses produksi usaha tani produk unggulan desa.

Berdasarkan data dan informasi dari pelaporan praktek terbaik tersebut dilakukan transfer teknologi antar pelaku usahatani mulai dari tingkat kelompok, tingkat desa sampai pada tingkat kabupaten.

XI.

MONITORING, PENGENDALIAN, DAN REPLIKASI PROGRAM

Kegitan terakhir adalah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan berkaitan dengan kinerja input, kinerja output, dan kinerja outcome. Monitoring kinerja input dan output untuk proses pengembangan kelembagaan dan penguatan kelembagaan ekonomi dilaksanakan pada tahun pertama, dan monitoring dan evaluasi kinerja outcome dilaksanakan pada tahun berikutnya. Monitoring dilakukan oleh dua pihak, yakni secara internal oleh masyarakat yang bersangkutan, dan secara eksternal oleh pemerintah baik pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Berdasarkan data dan informasi hasil monitoring tersebut terutama terkait dengan hasil pembelajaran dan praktek terbaik tersebut dilakukan: (1) Perbaikan manual pelembagaan ekonomi berbasis masyarakat; (2) Pengendalian program dan sekaligus pengembangan strategi baru dan kerangka keberlanjutan; dan (3) replikasi di desa lain di dalam dan luar daerah.

XII. MANFAAT KEGIATAN

Manfaat kegiatan pengembangan kelembagaan ekonomi (Badan Usaha Milik Desa) yang berbasis masyarakat di Daerah Tertinggal adalah:

1. Meningkatnya skala ekonomi dalam pengadaan barang dan jasa kebutuhan konsumsi rumahtangga dan kebutuhan input produksi;

2. Meningkatnya skala ekonomi dalam penjualan hasil produksi anggota masyarakat;

3. Termanfaatkannya lembaga keuangan mikro terutama untuk mendukung kegiatan produksi dan pemasaran hasil anggota masyarakat.

Kasubdit Penyusunan Indikator Daerah Tertinggal

Referensi

Dokumen terkait

(C) penghitungan energi potensial suatu benda di bumi, yang merupakan hasil kali massa, percepatan gravitasi, dan jarak, tidak terpengaruh karena jarak di sini adalah jarak

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Sistem Informasi Georafis Berbasis Web Untuk Pemetaan Tempat Kost Di Sekitar Perguruan Tinggi Di Kabupaten Jepara

Kesimpulan: 1) Sebagian besar keluarga yang membawa anggota keluarga berkunjung berobat memiliki beban keluarga sebanyak 47 orang (58,8%). 2) Sebagian besar keluarga

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Bupati Belitung Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Terdampak Bencana Non

Taman Nasional (TN) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki tiga fungsi utama, yaitu; perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan pengaruh antara propofol dan ketamin sebagai obat induksi pada anestesi umum terhadap agregasi trombosit dengan mengukur test agregasi

Pendapatan bersih adalah hasil yang diperoleh petani baik petani yang memproduksi biji basah maupun biji kering yang dinyatakan dalam rupiah yang diperoleh

Ekspor CPO Indonesia ke Prancis tidak dalam jumlah besar, bahkan mengalami penurunan sebesar (-26,24%) dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2015) namun keputusan