• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N. Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S A N. Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 1 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

P U T U S A N

Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara antara : ---

RONI EKA SAPUTRA, Warga Negara Indonesia, pekerjaan Mantan

Anggota Polri (Brigadir), Tempat tinggal di Jalan Kuantan Timur RT. 01 RW. 03, Desa Pasir Kemilu, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu;--- Dalam hal ini diwakili oleh kuasanya :---

ABDUL WAHAB AM, S.H, Kewarganegaraan

Indonesia, pekerjaan Advokat dan Konsultan Hukum, beralamat di Kantor Hukum Aswar HM & Associates, Jalan Soekarno-Hatta, Komplek Taman Malibu No. C 4, Pekanbaru-Riau, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 10/10/2013;--- untuk selanjutnya disebut sebagai... PENGGUGAT;

M E L A W A N :

KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU, Tempat Kedudukan di Jalan

Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru;--- Dalam hal ini memberikan kuasa kepada :---

1. Nama : TONI ARIADI EFFENDI, SH.S.IK.MH.;

(2)

Halaman 2 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Jabatan/kesatuan : Kabidkum Polda Riau;---

2. Nama : RUSLI, S.H.;---

Pangkat/Nrp : KOMPOL/60100151;---

Jabatan/kesatuan : Kasubbid Bankum Bidkum Polda Riau;

3. Nama : NERWAN, S.H.;---

Pangkat/Nip : Pembina/196808191996031002;---

Jabatan/kesatuan : Advokat Bidkum Polda Riau;--- Ketiganya berkewarganegaraan Indonesia, beralamat di Jalan Sudirman No. 235 Pekanbaru berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 19 Nopember 2013;--- Untuk selanjutnya disebut sebagai……...….... TERGUGAT; Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tersebut; --- Telah membaca : --- 1. Surat Gugatan Penggugat tanggal 1 Nopember 2013 yang didaftarkan di

Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 8 Nopember 2013, dibawah Register Perkara Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr; 2. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor :

40/PEN-MH/2013/PTUN.Pbr, tanggal 11 Nopember 2013 tentang Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; --- 3. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara

Pekanbaru Nomor : 40/PEN-PP/2013/PTUN.Pbr tanggal 11 Nopember 2013 tentang Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan; --- 4. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara

(3)

Halaman 3 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. 2013 tentang Penetapan Hari Sidang; --- 5. Berkas Perkara a quo; ---

TENTANG DUDUK SENGKETA :

Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 1 Nopember 2013 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 8 Nopember 2013 dan telah diperbaiki pada tanggal 18 Desember 2013, Penggugat telah menggugat Tergugat dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut : --- OBJEK GUGATAN : --- Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Daerah Riau (SKEP Polda Riau) Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia, khusus daftar lampiran No. urut 2, atas nama RONI EKA SAPUTRA, Pangkat/NRP. Brigadir/80050116, Kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir, tertanggal 19 Agustus 2013;--- DASAR GUGATAN--- 1. Bahwa pada tanggal 8 Oktober 2013 Penggugat menerima satu berkas

surat yang berisikan PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI

Dengan Nomor : PUT.KKEP/02/IV/2013/KKEP dan PETIKAN

KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU Nomor : Kep/403/VIII/2013, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat

Dari Dinas Polri. Khususnya dalam daftar lampiran No. urut 2 atas nama

Roni Eka Saputra, Pangkat/NRP Brigadir/80050116, Kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir Tertanggal 19 Agustus 2013, Terhitung mulai tanggal 31 Agustus 2013, yang diterbitkan oleh

(4)

Halaman 4 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Tergugat, sehingga gugatan ini belum daluarsa sebagaimana diatur dalam pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 dan terakhir telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara; --- 2. Bahwa dengan diterbitkanya surat keputusan Kepala Kepolisian Daerah

Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia khusus dalam daftar lampiran no. urut 2 atas nama, Roni Eka Saputra, Pangkat/NRP Brigadir/80050116, Tertanggal 19 Agustus 2013 oleh Tergugat, menimbulkan akibat hukum terhadap Penggugat, dengan tidak lagi diterimanya hak-hak Penggugat sebagai anggota polri yaitu tidak diterimanya gaji sejak tanggal 1 Oktober 2013 sampai pada hari ini serta tidak diberikanya dana pensiun atas nama Penggugat, Bahkan sebelum sidang Komisi Kode Etik Polri yang digelar pada tanggal 19 April 2013 gaji Penggugat mulai bulan maret sudah tidak menerima lagi; --- 3. Bahwa dengan diterbitkanya surat keputusan tersebut oleh Tergugat,

kepentingan Penggugat sangat dirugikan karena tidak lagi dapat menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga dengan memberikan nafkah kepada keluarga dan 2 Orang anak yang masih kecil berumur 6 Tahun dan 12 Tahun dan orang tua yang menjadi kewajibanya; --- 4. Bahwa Penggugat semula adalah Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia, yang telah mengikuti pendidikan kepolisian pada SPN SAMPALI, T.A. 1999/2000. Selanjutnya sebagai anggota Polri, Riwayat pekerjaan Penggugat adalah : --- 1. Tanggal 29 Februari 2000 berdinas di Polda Riau; ---

(5)

Halaman 5 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. 2. Tanggal 22 Maret 2000 Bintara Polda Riau ke Bintara Polres Inhu; --- 3. Tanggal 20 Maret 2001 di SAMAPTA Polres Inhu; --- 4. Tanggal 15 Oktober 2002 di Satlantas Polres Inhu; --- 5. Tanggal 20 September 2003 di BKO Satlantas Air Molek; --- 6. Tanggal 22 Maret 2006 di SAMAPTA Polres Inhu; --- 7. Tanggal 15 Februari 2007 di Samapta Polsek Lirik; --- 8. Tanggal 24 Desember 2007 di Polda Riau; --- 9. Tanggal 18 Maret 2008 Dari Polda Riau ke Polres Inhil, Langsung ke Polsek Kuindra; --- 5. Bahwa pada tanggal 13 Mei 2011 sampai dengan tanggal 25 Juli 2011,

Penggugat tidak masuk kerja, hal ini dikarenakan adanya persoalan keluarga yang sangat berat sekali Penggugat rasakan yakni isteri mintak cerai, yang mana pada saat itu isteri Penggugat tinggal di Rengat Indragiri Hulu. Dan sebelum Penggugat berangkat ke Rengat, Penggugat menghadap minta izin kepada atasan, dan menceritakan persoalan Penggugat kepada atasan yakni kapolsek pada waktu itu dijabat oleh AKP SUHARYONO. dan beliau juga menyarankan agar isteri Penggugat dibawak tinggal di tempat dinas Penggugat; --- 6. Bahwa atas ketidakhadiran Penggugat dalam menjalankan dinas tersebut, Penggugat diperiksa oleh Bid Propam Polres Indragiri Hilir dan Penggugat diberikan sanksi berupa Penahanan gaji selama 8 (Delapan) Bulan. Dan selama sanksi penahanan gaji tersebut, Penggugat tetap menjalankan dinas sepertimana biasanya, dan 8 (Delapan) bulan kemudian baru gaji Penggugat dibayarkan; --- 7. Bahwa berdasarkan Laporan Polisi Nomor : LP/01/VII/2011/Sek Kuindra,

(6)

Halaman 6 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. BPPP/07/VII/2011/Propam, Tanggal 30 Juli 2011 Dan pada hari Jum’at tanggal 19 April 2013, diselenggarakan sidang komisi kode etik polri oleh Polres Indragiri Hilir, berdasarkan surat perintah Kapolres Indragiri Hilir Nomor : Sprin/237/IV/2013, Tanggal 01 April 2013, yang bertindak selaku Ketua Sidang Komisi Kode Etik Polri yakni, KOMPOL YUNIAR ARI DERMAWAN, NRP : 79060820, Jabatan Waka Polres Indragiri Hilir selaku Ketua Sidang Komisi Kode Etik Polri, didampingi oleh KOMPOL SUPRAPTO, S.Sos,Msi, NRP: 60010860, Jabatan Kabag Sumda Polres Indragiri Hilir selaku Wakil Ketua merangkap Anggota Sidang Komisi Kode Etik Polri, serta AKP. ALAKDIN dengan NRP: 64090454, Jabatan Kasat Sabhara Polres Indragiri Hilir Selaku Anggota Sidang Komisi Kode Etik Polri, dan IPDA L. NAINGGOLAN NRP. 65110428. Jabatan Kasi Was Polres Indragiri Hilir sebagai Anggota cadangan; ---

8. Bahwa dalam sidang Komisi Kode Etik Polri tersebut,

Penggugat/Pelanggar dalam surat persangkaan pelanggaran Kode Etik dari penuntut Nomor : PPKE/02/IV/2013/ Propam. tertanggal 10 April 2013 telah melanggar : Pasal 14 ayat (1) Huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2003, Tentang Pemberhentian Anggota Polri; --- 9. Bahwa Penggugat pada saat menjalankan persidangan Komisi Kode Etik

Polri disebut sebagai PELANGGAR, didampingi oleh Briptu ABU HURAIRA (Anggota Polres Indragiri Hilir) sebagai pendamping dalam persidangan, yang ditunjuk oleh akreditur, dan bukan atas permintaan Penggugat/pelanggar, Betapa terkejutnya Penggugat/pelanggar karena pada saat persidangan komisi Kode Etik Polri tersebut, pendamping tidak melakukan pembelaan sebagaimana mestinya pendamping, dan setelah

(7)

Halaman 7 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. persidangan selesai Penggugat/Pelanggar bertanya kepada pendamping, tentang persidangan yang baru selesai dijalankan serta tindakan apa

yang harus dilakukan, lalu dijawab oleh pendamping

Penggugat/Pelanggar “Saya tidak ngerti bang dan baru sekali ini sebagai pendamping pada sidang pemeriksaan Komisi Kode Etik Polri;--- 10. Bahwa Dalam pasal 1 ayat (15) Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun

2012 menyatakan Pendamping adalah Pegawai Negeri pada Polri yang diminta oleh pelanggar atau atasan pelanggar atau akreditor untuk mendampingi terduga pelanggar, dalam pemeriksaan pendahuluan pada tahap pemeriksaan dan sidang KKEP berdasarkan surat perintah;--- 11. Bahwa dalam pasal 76 Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012

menyatakan bahwa Pendamping terduga adalah pegawai negeri pada polri yang memenuhi persyaratan yakni : --- 1. Berpendidikan Sarjana Hukum dan/atau Sarjana Ilmu Kepolisian; --- 2. Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan beracara

secara teknis dan taktis dalam sidang KKEP; --- 3. Tidak sedang menjalani proses hukum atau menjalani hukuman; --- 4. Memiliki surat kuasa dari Terduga pelanggar dan/atau; --- 5. Memiliki surat perintah dari atasan pendamping; --- 12. Bahwa dalam pelaksanaan sidang Komisi Kode Etik Polri terhadap diri

Penggugat surat persangkaan dari penuntut tidak pernah diserahkan kepada Penggugat/pelanggar sebelum pelaksanaan sidang KKEP dan Penggugat/pelanggar baru mengetahui persangkaan saat dibacakan oleh penuntut saat persidangan, Dan dalam Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012, Pasal 25 ayat (1) Hurup c dinyatakan bahwa penuntut

(8)

Halaman 8 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. bertugas menyerahkan surat persangkaan kepada KKEP, terduga Pelanggar/Pendamping; --- 13. Bahwa dari sidang Komisi Kode Etik Polri tersebut berdasarkan surat keputusan Nomor : PUT.KKEP/02/IV/2013/KKEP Tertanggal 19 April 2013 memutuskan dan menetapkan : ---

a. Nama : RONI EKA SAPUTRA; ---

b. Pangkat/Nrp : Brigadir/80050116; ---

c. Jabatan : Anggota Polsek Kuindra; ---

d. Kesatuan : Polres Indragiri Hilir; ---

1. Terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 14 ayat (1) Huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; --- 2. Menjatuhkan sanksi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) Sebagai Anggota Polri; --- 14. Bahwa atas putusan sidang Komisi Kode Etik Polri yang diselenggarakan oleh Polres Indragiri Hilir pada tanggal 19 April 2013, Maka Penggugat/Pelanggar pada tanggal 24 April 2013 menyatakan KEBERATAN/BANDING dan pernyataan banding tersebut diserahkan oleh sdr MUSA kepada anggota provos Polres Indragiri Hilir langsung dan diterima oleh Kasi Propam Polres Indragiri Hilir yakni IPTU HASOLOHAN SIANIPAR. Dan sampai dengan tanggal gugatan ini, Penggugat belum pernah menerima putusan banding tersebut. Dan dalam peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012, Pasal 74 ayat (1) menyatakan bahwa terduga berhak menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, Menunjuk pendamping, Mengajukan saksi

(9)

Halaman 9 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. yang meringankan, Menerima salinan surat persangkaan, Mengajukan eksepsi/Bantahan, Menerima salinan tuntutan, Mengajukan pembelaan, Menerima salinan putusan sidang KKEP, mengajukan Banding atas putusan sidang ke KKEP, dan menerima salinan putusan sidang banding; 15. Bahwa proses dan mekanisme atas pemberhentian dengan tidak hormat

(PDTH) terhadap Penggugat dari mulanya telah mengandung cacat prosedural, cacat administrasi dan mengabaikan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Yakni asas yang menjunjung tinggi norma

kesusilaan, kepatutan dan norma hukum untuk mewujudkan

penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme, sepertimana dinyatakan dalam pasal 1 ke 6 Undang-Undang RI Nomor : 28 Tahun 1999 dan Pasal 3 Undang-Undang RI Nomor : 28 Tahun 1999; --- 16. Bahwa atas dasar dan alasan Penggugat tersebut, Penggugat menilai

bahwa terbitnya obyek gugatan yaitu Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau (SKEPP Kapolda Riau) Nomor : Kep/403/VIII/2013, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia Khusus pada daftar lampiran no urut 2 atas nama RONI EKA SAPUTRA, Pangkat/NRP Brigadir/80050116, Kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir, Tertanggal 19 Agustus 2013, Pada dasarnya mengabaikan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik karena putusan tersebut mengindikasikan

kesewenang-wenangan Tergugat, yaitu mengabaikan Hak-hak

Penggugat serta bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang bersifat prosedural sepertimana diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012; ---

(10)

Halaman 10 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, dengan ini Penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan memberikan atau menjatuhkan keputusan sebagai berikut : ---

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; ---

2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Daerah Riau (SKEP Polda Riau) Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia, khusus daftar lampiran No.

urut 2, atas nama RONI EKA SAPUTRA, Pangkat/NRP.

Brigadir/80050116, Kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir, tertanggal 19 Agustus 2013; ---

3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Daerah Riau (SKEP Polda Riau) Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia, khusus daftar lampiran No.

urut 2, atas nama RONI EKA SAPUTRA, Pangkat/NRP.

Brigadir/80050116, Kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir, tertanggal 19 Agustus 2013; ---

4. Mewajibkan Tergugat untuk merehabilitasi nama baik atau memulihkan harkat martabat dan kedudukan seperti semula Penggugat sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia; ---

5. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya perkara yang timbul dari perkara ini; ---

(11)

Halaman 11 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah mengajukan Jawaban pada persidangan tanggal 15 Januari 2014, dan mengemukakan hal-hal sebagai berikut : ---

Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh penggugat, kecuali yang dengan tegas dan jelas diakui oleh Tergugat : ---

1. Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Penggugat (BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA) telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku di institusi Kepolisian Republik Indonesia yaitu Peraturan Pemerintah RI Nomor : 1 Tahun 2003, Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012, berdasarkan : ---

a. Adanya Laporan Polisi Nomor : LP/01/VI/2011/Riau/Res Inhil/Sek Kuindra tanggal 13 Juni 2011 a.n. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA telah melakukan perbuatan tidak masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja berturut–turut meninggalkan tugas secara tidak sah tanpa izin pimpinan dari tanggal 13 Mei 2011 sampai tanggal 21 Juli 2011 selama 56 (lima puluh enam) hari kerja berturut-turut tanpa izin pimpinan; ---

b. Bahwa berdasarkan Laporan Polisi tersebut, selanjutnya Sie Propam Polres Inhil melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yaitu keterangan saksi-saksi, bukti-bukti petunjuk dan bukti-bukti surat serta keterangan terperiksa yang kemudian menjadi berkas perkara pelanggaran No. Pol.: BPP/07/VII/2011, tanggal 25 Juli 2011; ---

c. Bahwa dari hasil pemberkasan tersebut Sie Propam Polres Inhil melimpahkan berkas perkara tersebut kepada Ankum Penggugat,

(12)

Halaman 12 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

selanjutnya Ankum terperiksa (Kapolres Indragiri Hilir)

memerintahkan kepada Kanit Propam untuk meminta saran dan pendapat hukum kepada pembinaan fungsi hukum Polda Riau guna mendapatkan saran pendapat hukum terhadap penyelesaian perkara Penggugat RONI EKA SAPUTRA; --- d. Bahwa berdasarkan surat permintaan saran pendapat hukum

tersebut, Bidang hukum Polda Riau telah memberikan saran pendapat hukum an. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA Nrp. 80050116 Nomor : R/517/VIII/2011/Bidkum tanggal 16 Agustus 2011 yang intinya perbuatan terperiksa secara yuridis telah memenuhi unsur pasal 14 ayat (1) huruf a PP RI No. 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri yaitu anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut; --- e. Berdasarkan saran pendapat hukum fungsi pembinaan hukum Polda

Riau dan analisa berkas perkara, setelah limpahkan berkas perkara ke Polres Indragiri Hilir maka pada tanggal 3 April 2013, berdasarkan

surat Kasi Propam Polres Indragiri Hilir Nomor :

R/02/IV/2013/Propam perihal usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri telah dibentuk pejabat Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA dan atas usulan tersebut maka terbitlah surat Keputusan Kapolres Indragiri Hilir No. Pol.:

Kep/02/IV/2013/PROPAM tanggal 3 April 2013 tentang

Pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk menyidangkan kasus BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA; ---

(13)

Halaman 13 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. f. Bahwa setelah adanya putusan sidang Komisi Kode Etik terhadap

terperiksa BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA (Penggugat) Nomor : PUT.KKEP/02/IV/2013/KKEP tanggal 19 April 2013, selanjutnya pejabat Komisi Kode Etik memberikan saran pertimbangan kepada pejabat pembentuk komisi kode etik tentang Pemberhentian tidak dengan hormat an. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA), dan selanjutnya Kapolres IIndragiri Hilir selaku Ankum terperiksa mengusulkan ke Kapolda Riau untuk diterbitkan surat keputusan pemberhentian tidak dengan hormat a.n. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA; ---

g. Bahwa Kapolda Riau setelah menerima usulan dari Kapolres Indragiri Hilir selaku ankum terperiksa dan berkas lainnya

selanjutnya Kapolda Riau menerbitkan Surat Keputusan

Pemberhentian Tidak Dengan Hormat a.n. BRIGADIR RONI EKA

SAPUTRA sebagaimana yang tercantum dalam lampiran 1 nomor 2 No. Pol.: Kep/403/VIII/2013 tanggal 19 Agustus 2013, hal ini sesuai dengan surat keputusan Kapolri No. Pol.: Kep/74/XI/2003 tanggal 11 Nopember 2003 yang pada intinya menyatakan wewenang Kapolri

di delegasikan kepada Kapolda Riau tentang pengakhiran dinas anggota Polri yang berpangkat Aiptu kebawah yang sifatnya (PTDH); ---

2. Bahwa Penggugat dalam gugatannya halaman 3 poin 5 telah mengakui

meninggalkan tugas dari tanggal 13 Mei 2011 s/d 25 Juli 2011 lebih kurang 56 (lima puluh enam) hari kerja karena adanya persoalan keluarga sangat berat, namun demikian Penggugat lupa bahwa anggota

(14)

Halaman 14 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat pada aturan yang berlaku di institusi Polri; ---

3. Bahwa dalil Penggugat pada halaman 3 poin 6,7,8 yang menyatakan

bahwa Penggugat atas ketidakhadirannya dalam pelaksanaan dinas telah dilakukan pemeriksaan oleh Propam Polres Indragiri Hilir dan dilakukan penahanan gajinya seterusnya disidangkan dalam sidang komisi kode etik Polri; --- Bahwa benar Tergugat dalam hal ini Polres Indragiri Hilir telah melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Penggugat (BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA) yaitu tidak masuk dinas tanpa izin pimpinan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah RI Nomor : 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri, yaitu anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut dan hal tersebut merupakan ketentuan yang berlaku di institusi Polri sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor : 14 Tahun 2011 dan Peraturan Kapolri Nomor : 19 Tahun 2012; ---

4. Bahwa Penggugat dalam pelaksanaan sidang komisi kode etik sudah

didampingi oleh seorang pendamping, sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dan telah mendapat surat perintah dari atasannya serta memiliki pengetahuan tentang Kepolisian dan tidak sedang menjalani proses hukum; ---

5. Dalil Penggugat yang menyatakan tidak diberikan surat persangkaan

(15)

Halaman 15 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. komisi kode etik dalam hal ini Propam Polres Indragiri Hilir telah memberikan surat persangkaan kepada pendamping Penggugat yaitu ABU HURAIRAH; ---

6. Bahwa mengenai keberatan Penggugat bahwa tidak ada menerima

putusan banding yang diajukan oleh Penggugat dan tidak ada menerima berkas perkara; --- Bahwa Penggugat tidak memahami mekanisme yang berlaku di institusi Polri tentang prosedur pengajuan banding dimana disamping mengajukan keberatan pernyataan banding juga harus disusul dengan memori banding tentang apa yang menjadi keberatan dan harus proaktif menanyakan kepada Propam Polres Indragiri Hilir dan bukan hanya menunggu karena pengajuan banding tersebut murni kepentingan Penggugat;---

7. Pemberhentian tidak dengan hormat yang dilakukan oleh Tergugat

(Kapolda Riau) terhadap BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA dengan surat keputusan Nomor : Kep/403/VIII/2013 tanggal 19 Agustus 2013 sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang berlaku di Institusi Polri dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,

dengan memperhatikan asas keseimbangan (Principle Of

Proportionality) yaitu keseimbangan antara kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat terhadap norma-norma hukum positif institusi Polri serta asas kepastian hukum sehingga anggota Polri yang lain tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga merusak TRIBRATA sebagai falsafah anggota Polri, dengan demikian pemberhentian tersebut telah dipertimbangkan demi kelangsungan Polri yang dicintai masyarakat bukan karena kepentingan individu; ---

(16)

Halaman 16 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

8. Bahwa oleh karena proses dan prosedur terbitnya Surat Keputusan

Pemberhentian Tidak dengan Hormat Kapolda Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013 tanggal 19 Agustus 2013 an. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA telah sesuai dengan prosedur dan mekanisme aturan yang berlaku secara khusus dilingkungan Polri dalam rangka menegakkan hukum dan wibawa Polri ditengah masyarakat dan sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik; --- Kami mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat yang menyidangkan perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut :

1. Menolak seluruh gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan Penggugat tidak dapat diterima; ---

2. Menyatakan surat keputusan Kapolda Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013

tanggal 19 Agustus 2013 tentang pemberhentian tidak dengan hormat dari dinas Polri (PTDH) lampiran 1 nomor urut 2 a.n. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA adalah sah menurut hukum; ---

3. Menolak tuntutan rehabilitasi dari Penggugat; ---

4. Membebankan seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini kepada

Penggugat; --- Menimbang, bahwa atas Jawaban Tergugat tersebut, pihak Penggugat telah mengajukan Replik pada persidangan tanggal 22 Januari 2014 dan atas Replik Penggugat, pihak Tergugat telah mengajukan Duplik pada persidangan tanggal 29 Januari 2014 dan untuk mempersingkat uraian putusan maka Replik Penggugat serta Duplik Tergugat tidak diuraikan pada Putusan namun ditunjuk dalam Berita Acara Persidangan dalam perkara ini;--

Menimbang, bahwa untuk mempertahankan dalil-dalil gugatannya, Pihak Penggugat telah mengajukan bukti tertulis berupa fotokopi surat-surat

(17)

Halaman 17 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. yang telah diberi materai cukup dan telah dilegalisir sehingga dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah serta masing-masing diberi tanda P-1 sampai dengan P-7, sebagai berikut : --- 1. Bukti P-1 : Petikan Surat Keputusan NO.POL. : Skep/1441/XII/1999 tentang Pengangkatan dan Penggajian Siswa Pendidikan Pertama Bintara Polri T.A. 1999/2000 tertanggal 21 Desember 1999 (Foto Copy dari Foto Copy); --- 2. Bukti P-2 : Kartu Anggota Polri No. KTA/185/VIII/2008 atas nama Roni Eka Saputra tertanggal 12-08-2008 (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); --- 3. Bukti P-3 : Petikan Keputusan Nomor : Kep/240/XII/2007 tentang

Kenaikan Pangkat tertanggal 14 Desember 2007 (Foto Copy dari Foto Copy); --- 4. Bukti P-4 : Berita Acara Pernyataan Banding tertanggal 23 April 2013 (Foto Copy dari Foto Copy); --- 5. Bukti P-5 : Putusan Sidang Kimisi Kode Etik Polri Nomor : PUT.KKEP/02/IV/2013/KKEP atas nama Roni Eka Saputra tertanggal 19 April 2013 (Foto Copy dari Foto Copy); --- 6. Bukti P-6 : Petikan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor :

Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri tertanggal 19 Agustus 2013 (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

7. Bukti P-7 : Surat Tuntutan Pelanggaran Kode Etik Nomor :

Tut/02/IV/2013/Propam, tanggal 10 April 2013 (Foto copy dari foto copy); ---

(18)

Halaman 18 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Menimbang, bahwa Penggugat disamping mengajukan bukti tertulis, juga mengajukan 3 (tiga) orang saksi dalam persidangan yang telah memberikan keterangannya di bawah sumpah dalam persidangan yang terbuka untuk umum sebagai berikut : --- 1. INDRA MANU, Yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai

berikut: --- - Bahwa Saksi tahu Penggugat diberhentikan sebagai anggota Polri dari Penggugat sendiri; --- - Bahwa Saksi tidak hadir saat dilakukan sidang KKEP; --- - Bahwa lebih kurang satu minggu surat pernyataan banding dibuat dan diperlihatkan kepada Saksi yang terdiri dari 3 point antara lain tidak menerima keputusan PTDH, untuk dipertimbangkan karena masih memiliki isteri dan anak serta dan lain-lain; --- - Bahwa surat pernyataan banding dibuat di rumah Saksi; --- - Bahwa surat pernyataan banding dikirimkan ke Tembilahan dan

Mapolda Riau; --- - Bahwa Saksi tahu lewat HP kalau surat pernyataan banding sudah diserahkan oleh isteri Penggugat kepada Pak Musa untuk diantarkan kepada Pak Yosman Martondang; --- - Bahwa surat pernyataan banding hanya 1 lembar; --- 2. MUSA EFFENDI, yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai berikut : --- - Bahwa Saksi menyerahkan surat pernyataan banding dalam bentuk

amplop ke Polres Indragiri Hilir pada tanggal 25 Mei 2013; --- - Bahwa Saksi lupa nama yang menerimanya; --- - Bahwa saat itu Saksi tidak tahu apakah surat tersebut disampaikan atau

(19)

Halaman 19 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. tidak; --- - Bahwa saat itu Saksi tidak diberikan tanda terima dan baru meminta tanda terima semalam; --- 3. YOSMAN MARTONDANG, yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai berikut : --- - Bahwa Saksi tahu tentang obyek sengketa;--- - Bahwa Saksi pernah dimintai tolong melalui telepon oleh Pak Musa

untuk menyampaikan obyek sengketa;--- - Bahwa Saksi juga yang mengantarkan surat pernyataan banding;--- - Bahwa obyek sengketa saat itu diserahkan kepada kabidkum Polda Riau;--- - Bahwa surat pernyataan banding diserahkan kepada pegawai di bagian bidkum Polda Riau dan tidak ada tanda terima;---

Menimbang, bahwa untuk membantah dalil-dalil gugatan Penggugat, Pihak Tergugat telah mengajukan bukti tertulis berupa fotokopi surat-surat yang telah diberi materai cukup dan telah dilegalisir sehingga dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah serta masing-masing diberi tanda T-1 sampai dengan T-19, sebagai berikut : ---

1. Bukti T-1 : Laporan Polisi No.Pol. : LP/01/VI/2011/Riau/Res Inhil/Sek

Kuindra tanggal 13 Juni 2011 an. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA (Foto Copy dari Foto Copy); ---

2. Bukti T-2 : Daftar absensi personel Polsek Kuindra an. BRIGADIR

RONI EKA SAPUTRA (Foto Copy dari Foto Copy); ---

3. Bukti T-3 : Berita Acara Pemeriksaan an. BRIGADIR RONI EKA

SAPUTRA tanggal 28 Juli 2012 (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

(20)

Halaman 20 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

4. Bukti T-4 : Surat keputusan tentang pembentukan komisi kode etik

profesi Kepolisian Nomor : Kep/02/IV/2013/PROPAM tanggal 03 April 2013 an. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

5. Bukti T-5 : Surat putusan komisi kode etik profesi Polri Nomor : PUT

KKEP/02/IV/2013/KKEP tanggal 19 April 2013 a.n. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

6. Bukti T-6 : Foto sidang a.n. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA di

Polres Inhil (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

7. Bukti T-7 : Salinan surat keputusan pemberhentian tidak dengan

hormat Nomor : Kep/403/VIII/2013 tanggal 19 Agustus 2013 a.n. BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

8. Bukti T-8 : Pendapat dan saran hukum nomor :

R/517/VIII/2011/Bidkum tanggal 16 Agustus 2011 a.n. Terperiksa BRIGADIR RONI EKA SAPUTRA (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); ---

9. Bukti T-9 : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 1 tahun

2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri (Foto Copy Peraturan Perundang-undangan); --- 10. Bukti T-10 : Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor : 14 tahun 2011 Tentang Komisi Kode Etik Profesi Polri (Foto Copy Peraturan Perundang-undangan);--- 11. Bukti T-11 : Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : 19 tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan

(21)

Halaman 21 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri (Foto Copy Peraturan Perundang-undangan); --- 12. Bukti T-12 : Berkas Perkara Pelanggaran Kode Etik Polri No.

BPP/07/VII/2011, tanggal 25 Juli 2011 a.n. Brigadir Roni Eka Saputra (foto copy dari foto copy); --- 13. Bukti T-13 : Berita Acara Sidang Komisi Kode Etik Polri atas nama

Roni Eka Saputra tertanggal 19 April 2013 (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); --- 14. Bukti T-14 : Nota Pembelaan Atas Tuntutan Pelanggaran Kode Etik

Nomor : NP/07/IV/2013/Rapkum atas nama Brigadir Roni Eka Saputra tertanggal 19 April 2013 (Foto Copy Sesuai Dengan Aslinya); --- 15. Bukti T-15 : Berkas Perkara Sidang Komisi Kode Etik Polri Nomor :

Kep/02/IV/2013/PROPAM tanggal 03 April 2013 (Foto copy sesuai dengan aslinya); --- 16. Bukti T-16 : Berkas Perkara Pemeriksaan Pendahuluan Pelangaran Pearturan Pemerintah Nomor : 1 Tahun 2003 Nomor : BPPP/07/VII/2011/PROPAM tanggal 30 Juli 2011 a.n. Brigadir Roni Eka Saputra (Foto copy dari foto copy); --- 17. Bukti T-17 : Surat Kuasa Penunjukan Pendamping dalam sidang Komisi Kode Etik Polri tanggal 5 April 2013 (Foto copy sesuai dengan aslinya); --- 18. Bukti T-18 : Bukti Pengiriman Pernyataan Banding Pelanggar a.n. Brigadir Roni Eka Saputra tanggal 28 Mei 2013 (Foto copy sesuai dengan aslinya); ---

(22)

Halaman 22 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. 19. Bukti T-19 : Tanda Terima berkas perkara tanggal 6 April 2013 Nomor :

BPPP/07/VII/2011/Propam (Foto copy sesuai dengan aslinya); --- Menimbang, bahwa Tergugat disamping mengajukan bukti tertulis, juga mengajukan 3 (tiga) orang saksi dalam persidangan yang telah memberikan keterangannya di bawah sumpah dalam persidangan yang terbuka untuk umum sebagai berikut : --- 1. AKP. SUHARYONO, yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai

berikut : --- - Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat saat dinas di Polsek Kuindra; ---- - Bahwa Saksi menjabat sebagai Kapolsek Kuindra sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012; --- - Bahwa Saksi saat ini menjabat sebagai Kapolsek Enok sejak pertengahan bulan Desember 2012; --- - Bahwa Penggugat berdinas di Polsek Kuindra selama dua tahun di

bagian Babinkamtibmas; --- - Bahwa Penggugat bertugas di Sabhara sejak bulan Mei tahun 2012;--- - Bahwa setahu Saksi, Penggugat di PTDH karena tidak masuk dinas

mulai tanggal 13 Mei 2011 sampai dengan 25 Juli 2011 secara berturut-turut; --- - Bahwa Saksi mengetahui Penggugat tidak masuk dinas tersebut

berdasarkan hasil rekap absen yang dibuat oleh Hasbi; --- - Bahwa setelah adanya laporan tersebut, kemudian dilakukan laporan ke bagian provos dan diadakan pencarian oleh dua anggota atas perintah

(23)

Halaman 23 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Saksi; --- - Bahwa pencarian dilakukan oleh Yardi dan Hasbi selang dua hari setelah dibuat laporan; --- - Bahwa Saksi pernah ditunjukkan absensi Penggugat oleh Hasbi, bagian provos; --- - Bahwa Penggugat pernah minta izin dua hari kepada Saksi sebelum

tanggal 13 Mei 2011untuk mengambil pakaian dan menemui istrinya; --- - Bahwa Penggugat sejak tanggal 13 Mei sampai tanggal 25 Juli

2011tidak pernah meminta izin kepada Saksi baik lisan ataupun tertulis; - Bahwa penahanan gaji Penggugat dilakukan Saksi sebelum Penggugat

tidak masuk dinas; --- - Bahwa pencarian terhadap Penggugat dilakukan sebanyak dua kali ; ---- - Bahwa batas waktu pencarian terhadap Penggugat dua hari dan setelah itu Saksi melaporkan ke Provos; --- - Bahwa sebelum sidang KKEP, Saksi tidak melakukan pemeriksaan

kepada Penggugat; --- - Bahwa Penggugat kembali masuk dinas tanggal 26 Juli 2011 tanpa

dipanggil Saksi; --- - Bahwa Penggugat melapor kepada Saksi dan kemudian Saksi

mengantar Penggugat ke Provos Polres Indragiri Hilir tiga hari sejak Penggugat masuk dinas; --- - Bahwa Saksi saat itu hanya menyerahkan Penggugat ke Provos Polres

Indragiri Hilir --- - Bahwa setahu Saksi Provos Indragiri Hilir telah melakukan pemeriksaan

terhadap Penggugat;--- - Bahwa Saksi pernah diperiksa oleh Provos Polres Indragiri Hilir

(24)

Halaman 24 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. mengenai ketidakhadiran Penggugat tiga hari setelah Penggugat diperiksa; --- - Bahwa setelah diperksa, Saksi tidak tahu proses selanjutnya karena

diambil alih oleh Polres Indragiri Hilir; --- - Bahwa Saksi melaporkan ketidakhadiran Penggugat karena tidak masuk dinas setelah tanggal 27 Juli 2011; --- - Bahwa Saksi menerima panggilan sidang KKEP sebanyak tiga kali;--- - Bahwa sidang KKEP dilakukan di Polres Indragiri Hilir dengan dihadiri oleh Wakapolres sebagai Ketua, Kasat Bimas sebagai Sekretaris dan Kasi Provos sebagai Penuntut ; --- - Bahwa sidang KKEP terhadap diri Penggugat dilakukan sebanyak tiga

kali; --- - Bahwa materi sidang pertama tentang ketidakhadiran Penggugat; --- - Bahwa Penggugat hadir pada sidang kedua dengan pendamping; --- - Bahwa Saksi dan Penggugat hadir pada sidang pembacaan putusan; --- - Bahwa Penggugat mrengajukan banding secara lisan terhadap, putusan PTDH Penggugat; --- 2. AIPDA EDI ASMANDI, yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai berikut : --- - Bahwa setahu Saksi obyek sengketa terbit berdasarkan laporan dari

Hasbi, anggota Polsek Kuindra;--- - Bahwa Saksi yang memeriksa Penggugat karena tidak masuk dinas sejak tanggal 13 Mei 2011 sampai dengan tanggal 25 Juli 2011 berdasarkan laporan dari Hasbi;---

(25)

Halaman 25 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. - Bahwa Penggugat melanggar Peraturan Pemerintah Nomor : 1 Tahun

2003; --- - Bahwa dalam laporan polisi tersebut tidak tercantum pasal yang dilanggar oleh Penggugat;--- - Bahwa sebagai anggota Propam Polres Indragiri Hilir, Saksi mempunyai tugas melakukan pemeriksaan terhadap semua saksi dan terlapor; --- - Bahwa Penggugat telah dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan namun

tidak pernah muncul; --- - Bahwa telah diterbitkan DPO sejak Penggugat tidak diketemukan; --- - Bahwa Saksi yang membuat panggilan sebanyak tiga kali kepada

Penggugat; --- - Bahwa Saksi yang memeriksa Kapolsek Kuindra, Hasbi dan Yardi; --- - Bahwa Penggugat diperiksa oleh Saksi tanpa pendamping karena Penggugat menolak didampingi pendamping; --- - Bahwa Saksi ada mnembuat berita acara penolakan pendamping Penggugat; --- - Bahwa dasar Saksi memeriksa Penggugat adalah sprint dan barang bukti berupa absensi; --- - Bahwa pada saat dilakukan pemeriksaan, Saksi telah memberitahu kewajiban dan hak-hak Penggugat; --- - Bahwa Saksi tidak hadir pada sidang KKEP karena sakit; --- - Bahwa tidak ada tenggang waktu untuk dilakukan sidang KKEP; --- - Bahwa pada saat Penggugat tidak masuk kerja pada hari yang lain, maka dibuatkan laporan baru; --- 3. AIPTU HASOLOAN SIANIPAR, yang pada pokoknya menerangkan

(26)

hal-Halaman 26 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. hal sebagai berikut : --- - Bahwa Saksi bertugas di Polres Indragiri Hilir sebagai Kasi Propam sejak 27 Oktober 2012; --- - Bahwa Saksi menerima berkas pemeriksaan Penggugat dari Edi

Asmandi; --- - Bahwa berkas (bukti T-12) yang Saksi terima kemudian mengusulkan supaya cepat diproses; --- - Bahwa bukti T-12 Saksi terima tetapi masih banyak kesalahan dan

diperbaiki sehingga menjadi bukti T-16;--- - Bahwa Saksi kemudian mengadakan rapat perwira mengenai Penggugat sebelum dilaksanakan persidangan kode etik; --- - Bahwa Saksi yang mengajukan pendamping untuk Penggugat tanggal 1

April 2013 yang bernama Brigadir Abu Huraira, SH; --- - Bahwa Saksi sebagai Penuntut dalam Sidang KKEP; ---

- Bahwa Saksi bertugas menuntut PTDH, membacakan pra

penuntutan/persangkaan; --- - Bahwa sidang KKEP dilakukan sebanyak 3 kali, yang pertama tanggal 5

April 2013 dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi; --- - Bahwa agenda yang kedua pemeriksaan barang bukti berupa

rekapitulasi absensi bulan Mei, Juni dan Juli tahun 2011; --- - Bahwa berkas pendahuluan (T-16) diberikan kepada Penggugat 3 hari sebelum sidang KKEP dilakukan, tetapi Saksi tidak tahu apakah berkas tersebut sudah diterima oleh Penggugat atau belum karena tidak ada tanda bukti terima; --- - Bahwa sidang ketiga dilaksanakan pada tanggal 19 April 2013 dengan

(27)

Halaman 27 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. - Bahwa Pendamping Penggugat ada melakukan pembelaan; --- - Bahwa tanggal 24 Mei 2013, Saksi menerima pernyataan banding

Penggugat yang kemudian dikirimkan ke Polda Riau pada tanggal 28 Mei 2013; --- - Bahwa Saksi tidak tahu terhadap hasil putusan komisi banding;--- - Bahwa bukti T-12 dirubah oleh Saksi antara lain NRP, tanggal, Saksi yang diperiksa atas nama Tumin yang kemudian menjadi bukti T-16; ---- - Bahwa seharusnya bukan Saksi yang merubah berkas tersebut; --- Menimbang, bahwa pada persidangan tanggal 19 Maret 2014, Penggugat mengajukan Kesimpulan secara lisan, sedangkan Tergugat telah menyerahkan Kesimpulannya secara tertulis tertanggal 19 Maret 2014; --- Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak menyatakan tidak mengajukan suatu apapun lagi dan mohon Putusan; --- Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka segala sesuatu yang terjadi di persidangan sebagaimana termuat dalam berita acara persidangan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan putusan ini;---

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana dimuat dalam duduk perkara tersebut di atas ;---

Menimbang, bahwa obyek sengketa yang dimohonkan batal atau tidak sah dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia khusus dalam daftar lampiran nomor urut 2 atas nama Roni Eka Saputra Pangkat/NRP :

(28)

Halaman 28 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Brigadir/80050116, kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir tertanggal 19 Agustus 2013 (vide bukti P-6 = bukti T-7) ;---

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan jawabannya tertanggal 15 Januari 2014 yang memuat jawaban dalam pokok perkara yang pada pokoknya menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat tanpa mengajukan eksepsi;--- Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat tersebut, Penggugat mengajukan Replik tertanggal 22 Januari 2014 dan terhadap Replik Penggugat tersebut Tergugat telah mengajukan Duplik tertanggal 29 Januari 2014 ;--- Menimbang, bahwa meskipun Tergugat tidak mengajukan eksepsi, terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan segi formil gugatan yang meliputi kewenangan mengadili Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, tenggang waktu mengajukan gugatan dan ada atau tidaknya kepentingan Penggugat untuk mengajukan gugatan terhadap obyek sengketa a quo dengan pertimbangan sebagai berikut :--- Menimbang, bahwa pertama Majelis Hakim akan mempertimbangkan tentang kewenangan mengadili Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru;--

Menimbang, bahwa kewenangan mengadili Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang berbunyi : --- “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan / Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan

(29)

Halaman 29 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang bersifat Konkrit, Individual dan Final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata” ;---

Menimbang, bahwa Majelis Hakim setelah meneliti dan mencermati Surat Keputusan obyek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat (vide bukti P-6=T-7) dengan mengkaitkan unsur-unsur yang terkandung dalam Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim berpendapat bahwa Surat Keputusan obyek sengketa telah memenuhi syarat sebagai Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu telah bersifat Konkrit, Individual dan Final serta menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat ;---

Konkrit : obyek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara tidak

bersifat abstrak, tetapi sudah berbentuk tertentu atau dapat ditentukan yaitu berupa Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia khusus dalam daftar lampiran nomor urut 2 atas nama Roni Eka Saputra Pangkat/NRP : Brigadir/80050116, kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir tertanggal 19 Agustus 2013;---

Individual : artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak ditujukan

untuk umum, melainkan sudah jelas kepada siapa ditujukan, baik terhadap alamat maupun hal yang dituju, demikian halnya Surat Keputusan obyek sengketa adalah ditujukan pribadi kepada Penggugat ; ---

(30)

Halaman 30 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Final : artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut sudah merupakan

keputusan akhir yang dapat dilaksanakan, artinya akibat hukum yang ditimbulkan serta yang dimaksudkan sudah merupakan akibat hukum yang definitif, dengan diterbitkannya Surat Keputusan obyek sengketa oleh Tergugat pada tanggal 19 Agustus 2013 sudah bersifat definitif tanpa memerlukan adanya persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain ;---

Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata

artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut harus mampu menimbulkan perubahan terhadap suatu hubungan hukum yang telah ada, mengubah status hukum atau melahirkan hubungan hukum baru, dengan terbitnya obyek sengketa telah menimbulkan akibat hukum yaitu Penggugat kehilangan hak dan kewajibannya dalam keanggotannya sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia ; .--- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim berpendapat Surat Keputusan obyek sengketa merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan bukanlah merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang diperkecualikan sebagaimana yang dimaksud dalam Ketentuan Pasal 2 dan Pasal 49 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 sehingga merupakan obyek gugatan dalam sengketa Tata Usaha Negara (vide Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara) dan menjadi kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikannya (vide Pasal 47 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara ) ; ---

(31)

Halaman 31 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan apakah Penggugat mempunyai kepentingan yang dirugikan sebagai akibat dari diterbitkannya obyek sengketa sehingga ia mempunyai kapasitas untuk mengajukan gugatan sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- Menimbang, bahwa seseorang atau badan hukum perdata untuk dapat mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan oleh Badan / Pejabat Tata Usaha Negara haruslah mempunyai kepentingan ;---

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpedoman pada Ketentuan Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi sebagai berikut : --- “Seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau disertai tuntutan ganti rugi dan / atau direhabilitasi” ;--- Menimbang, bahwa dasar/alasan yang didalilkan oleh Penggugat dalam gugatannya sebagaimana diuraikan dalam gugatan Penggugat yang pada pokoknya Penggugat merasa dirugikan dengan diterbitkannya Surat Keputusan obyek sengketa karena menyebabkan Penggugat tidak lagi dapat menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga dengan

(32)

Halaman 32 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. memberikan nafkah kepada keluarga dan 2 orang anak dan orang tua yang menjadi kewajibannya ;---

Menimbang, bahwa isi dari obyek sengketa adalah memberhentikan tidak dengan hormat Penggugat dari dinas Kepolisian Republik Indonesia (vide Bukti P-6 = T-7) ;---

Menimbang, bahwa dengan diterbitkannya obyek sengketa a quo mengakibatkan Penggugat kehilangan hak dan kewajibannya dalam keanggotannya sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia ;---

Menimbang, bahwa setelah mencermati dasar gugatan Penggugat yang menyatakan kepentingannya dirugikan dengan terbitnya obyek sengketa a quo dan mencermati isi obyek sengketa, Majelis Hakim berpendapat Penggugat mempunyai kepentingan yang dirugikan akibat terbitnya obyek sengketa a quo dan karenanya Penggugat mempunyai kapasitas sebagai subyek hukum yang kepentingannya dirugikan sebagai akibat diterbitkannya obyek sengketa sehingga secara hukum berhak mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana yang ditentukan dalam Ketentuan Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan tentang tenggang waktu mengajukan gugatan;---

Menimbang, bahwa tenggang waktu mengajukan gugatan diatur dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengatur :---

(33)

Halaman 33 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”;---

Menimbang, bahwa setelah mencermati obyek sengketa yang diterbitkan pada tanggal 19 Agustus 2013 dan berdasarkan dalil Penggugat yang tidak dibantah oleh Tergugat yang pada pokoknya menyatakan bahwa obyek sengketa a quo diterima oleh Penggugat pada tanggal 8 Oktober 2013, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa tanggal 8 Oktober 2013 dapat digunakan sebagai tolok ukur penghitungan tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari mengajukan gugatan;---

Menimbang, bahwa selanjutnya apabila dihitung sejak tanggal 8 Oktober 2013 sampai dengan saat didaftarkannya gugatan Penggugat di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 8 November 2013, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara ;---

Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa formalitas gugatan Penggugat telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dalam pokok perkaranya sebagai berikut :---

Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip hukum administrasi, suatu

Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan/diterbitkan oleh

Badan/Pejabat Tata Usaha Negara tidak boleh mengandung suatu cacat yuridis dari segi prosedural/formal-materil substansial dan wewenang serta

(34)

Halaman 34 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. tidak boleh melanggar Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) (vide Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b. Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara) ; ---

Menimbang, bahwa Penggugat didalam gugatannya memohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru agar Surat Keputusan obyek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah dengan alasan yang pada intinya yaitu bahwa Tergugat dalam menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara a quo telah melanggar Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku serta bertentangan dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (Vide Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara) ;--- Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut Tergugat telah menyangkal dengan jawabannya, yang pada intinya memberikan alasan, yaitu Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan obyek sengketa telah sesuai dengan Ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku serta telah sesuai dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik; ---

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca berkas

perkara, memperhatikan bukti-bukti dalam persidangan terdapat

fakta hukum yang tidak perlu dibuktikan yaitu

Tergugat telah mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia khusus dalam daftar lampiran nomor urut 2 atas nama Roni Eka Saputra Pangkat/NRP :

(35)

Halaman 35 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Brigadir/ 80050116, kesatuan terakhir Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir tertanggal 19 Agustus 2013 (vide bukti P-6 = bukti T-7); --- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti dengan seksama Gugatan Penggugat, Jawaban Tergugat dan Bukti Surat, Keterangan Saksi serta Kesimpulan Para Pihak, maka menurut Majelis Hakim yang menjadi permasalahan hukum dalam perkara ini adalah : --- “Apakah Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa a quo terdapat cacat yuridis, baik dari segi kewenangan, procedural-formal maupun substansial-materil atau sebaliknya ? ;--- Menimbang, bahwa dalam rangka usaha mencari kebenaran materil, maka sesuai Ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dalam bagian penjelasan menerangkan bahwa Hakim Peradilan Tata Usaha Negara dapat menentukan sendiri apa yang harus dibuktikan dan siapa yang harus dibebani pembuktian, hal apa saja yang harus dibuktikan oleh para pihak yang berperkara dan hal apa saja yang harus dibuktikan oleh Hakim sendiri, alat bukti mana saja yang diutamakan untuk dipergunakan dalam pembuktian dan kekuatan pembuktian bukti yang telah diajukan ;--- Menimbang, bahwa dengan berpedoman ketentuan tersebut di atas maka Majelis Hakim dalam mempertimbangkan pokok permasalahan tersebut di atas akan berpedoman pada bukti-bukti dan saksi-saksi yang berkaitan dengan sengketa ini, sedangkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang tidak relevan tetap dianggap sebagai bukti sah namun tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut tetapi tetap dilampirkan dalam berkas perkara ;-- Menimbang, bahwa atas pokok permasalahan tersebut di atas, Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut ;---

(36)

Halaman 36 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim terlebih dahulu akan

mempertimbangkan ; “ Apakah Tergugat mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Keputusan obyek sengketa ?”;---

Menimbang, bahwa untuk mejawab permasalahan tersebut, Majelis Hakim berpedoman pada Ketentuan - Ketentuan di bawah ini yaitu :--- 1. Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ; --- Pasal 1 Ayat (12 ) : “Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata” ;--- 2. Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia , khususnya :--- Pasal 30 Ayat (1) : Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat ;--- Pasal 30 Ayat (3) : Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah ;--- 3. Peraturan Pemerintah Nomor : 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, khususnya pada Pasal 15 dan Bagian Penjelasan pada Bab I Umum yang berbunyi sebagi berikut :--

Pasal 15 : memberhentikan Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia dilakukan oleh : --- a. Presiden Republik Indonesia untuk pangkat Komisaris

(37)

Halaman 37 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk

pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) atau yang lebih rendah ;--- Penjelasan Bab I Umum : Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden sedangkan hal-hal yang bersifat rinci dan teknis kewenangan pengaturan lebih lanjut diserahkan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku penanggung jawab dalam penyelenggaraan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia ;--- 4 Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol : Kep/74/XI/2003 tentang Pokok-Pokok Penyusunan Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri ;--- Angka 5. Pemberhentian Siswa dan Pengakhiran Dinas Polri :---

 b. Pengakhiran dinas Polri dengan kepangkatan AIPTU kebawah dilimpahkan kewenangannya kepada Kapolda dan dilingkungan Mabes Polri dilimpahkan kewenangannya kepada Divisi SDM Kapolri ; --- Panduan Teknis atas Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol : Kep/74/XI/2003 tentang Pokok-Pokok Penyusunan Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri :---

 Pada Bab I Umum : Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

memberikan kepercayaan dan pemberdayaan yang seluas-luasnya dalam bentuk pelimpahan beberapa / sebagian dari kewenangannya kepada Kepala Kepolisian Kesatuan Kewilayahan dan Kepala Satuan

(38)

Halaman 38 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Induk Organisasi di Lingkungan Mabes Polri untuk mengatur Tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri dilingkungan kesatuannya masing – masing ;---

 Pada Bab II angka 5 PEMBERHENTIAN SISWA, PENGAKHIRAN

DINAS DAN MEMPERTAHANKAN DALAM DINAS AKTIF ANGGOTA POLRI huruf b. Pengakhiran Dinas dan mempertahankan Dalam Dinas Aktif Anggota Polri ;---

 Angka 12 : pengakhiran dinas Anggota Polri dengan kepangkatan

Aiptu kebawah yang sifatnya Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) di Kewilayahan, Kapolri melimpahkan kewenangannya kepada Kapolda ;---

 Angka 13 : Surat Keputusannya diterbitkan dan ditandatangani oleh

Kapolda ;--- 5. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol : SKEP/993/XII/2004 tanggal 29 Desember 2004 Tentang Pedoman Administrasi Pengakhiran Dinas Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada bagian Lampiran Bab III Administrasi Angka 2. Tataran Kewenangan huruf. B. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri :--- angka 2 : Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk pangkat Inspektur Polisi Dua (IPDA) sampai dengan Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), penandatanganan oleh Divisi SDM Kapolri ; --- angka 4 : Kapolri melimpahkan kewenangan kepada Kapolda untuk pangkat Ajun Inspektur Polisi Satu ( Aiptu ) kebawah di kewilayahan ;---

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa Kepala Kepolisian Negara Republik

(39)

Halaman 39 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Indonesia berdasarkan atribusi kewenangan yang diperolehnya berwenang untuk memberhentikan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) atau yang lebih rendah dan terhadap kewenangan yang diperolehnya tersebut Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia telah melimpahkan kewenangannya dalam pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana untuk Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di kewilayahan khususnya dari pangkat Ajun Inspektur Satu (AIPTU) ke bawah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia telah melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) ;-

Menimbang, bahwa Surat Keputusan obyek sengketa dikeluarkan oleh Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) yang isinya adalah Pemberhentian Tidak Dengan Hormat terhadap Brigadir Roni Eka Saputra yang bertugas sebagai Anggota Polsek Kuindra Polres Indragiri Hilir, yang mana pangkat Brigadir berada dibawah pangkat Ajun Inspektur Satu dan Brigadir Roni Eka Saputra bertugas berada di wilayah Kepolisian Daerah (Polda) Riau maka sesuai dengan Ketentuan yang berlaku Kepala Kepolisian Daerah Riau (Tergugat) mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Keputusan obyek sengketa berdasarkan pelimpahan kewenangan yang telah diberikan oleh Kapolri ;--- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan menguji dari segi prosedural formal penerbitan Surat Keputusan obyek sengketa, sebagai berikut : ---

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti–bukti tertulis dan keterangan saksi dipersidangan terhadap proses penerbitan obyek sengketa a quo dapat diuraikan sebagai berikut :---

(40)

Halaman 40 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr.

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan polisi No. Pol :

LP/01/VI/2011/Riau/Res Inhil/Sek Kuindra tanggal 13 Juni 2011 dilakukan pemeriksaan terhadap Penggugat sebagai Terperiksa berikut saksi-saksi yaitu Aiptu Yardi, Bripka Tumin Prayitno, AKP. Suharyono dan Briptu Hasbi yang mana pemeriksaan tersebut dilakukan oleh Aipda Edi Asmandi, Ba Lidik Provost Polres Indragiri Hilir berdasarkan surat perintah pemeriksaan Nomor : Sprin. Riksa/ 44/ VI/ 2011/ Propam tertanggal 14 Juni 2011( Vide Bukti T-1,T-12); --- Menimbang, bahwa setelah dilakukan pemeriksaan hasilnya disatukan dalam satu berkas yaitu berkas perkara pelanggaran Kode Etik Polri Nomor : BPP/07/VII/2011 Tertanggal 25 Juli 2011 (vide bukti T-12) kemudian diajukan pada pejabat pembuat surat perintah untuk diteliti kelengkapannya baik secara formil dan materil (vide keterangan saksi Edi Asmandi);---

Menimbang, bahwa setelah dibuat berkas perkara pelanggaran Kode Etik Polri Nomor : BPP/07/VII/2011 Tertanggal 25 Juli 2011 oleh saksi Edi Asmandi kemudian Kapolres Indragiri Hilir mengajukan permohonan pendapat dan saran hukum kepada pengemban fungsi hukum (Bidkum Polda Riau) dan pada tanggal 16 Agustus 2011 Kabidkum Polda Riau mengirimkan surat kepada Kapolres Indragiri Hilir Nomor : R/517/VIII/2011/Bidkum perihal pendapat dan saran hukum atas nama Brigadir Roni Eka Saputra yang intinya Kabidkum Polda Riau berpendapat bahwa berdasarkan bukti dan fakta perbuatan terperiksa (Penggugat) telah memenuhi unsur–unsur atas dugaan pelanggaran Pasal 14 ayat (1) huruf (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 1 Tahun 2003 dan menyarankan agar dilaksanakan sidang komisi kode etik dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku (vide bukti T-8);---

(41)

Halaman 41 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Menimbang, bahwa setelah Surat Bidkum Polda Riau kepada Kapolres Indragiri Hilir Nomor : R/517/VIII/2011/Bidkum perihal pendapat dan saran hukum atas nama Brigadir Roni Eka Saputra maka pada tanggal 1 April 2013 terbit surat perintah Kapolres Indragiri Hilir Nomor : Sprin/237/IV/2013 tentang penunjukan personil untuk melaksanakan sidang Komisi Kode Etik Polri, Nomor : Sprin/238/IV/2013 tentang penunjukan sebagai penuntut sidang Komisi Kode Etik Polri dan Nomor : Sprin/239/IV/2013 tentang penunjukan sebagai sekretaris sidang Komisi Kode Etik Polri (vide bukti T-15);--- Menimbang, bahwa setelah penunjukan personil untuk melaksanakan sidang Komisi Kode Etik Polri pada tanggal 3 April 2013 Kasi Propam Polres Indragiri Hilir mengirimkan surat Nomor : R/02/IV/2013/Propam perihal usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa terduga pelanggar atas nama Brigadir Roni Eka Saputra dan pada hari yang sama Kapolres Indragiri Hilir menerbitkan Surat Keputusan Nomor : KEP/02/IV/2013/Propam tentang pembentukan Komisi Kode Etik Polri (vide bukti T-15);--- Menimbang, bahwa setelah dibentuknya Komisi Kode Etik Polri kemudian dilaksanakan sidang KKEP dan terbit Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri Nomor : PUT. KKEP/02/IV/2013/KKEP pada tanggal 19 April 2013 (vide bukti P-5 = T-5) dan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/403/VIII/2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri tanggal 19 Agustus 2013 (vide bukti P-6 = T-7);--- Menimbang, bahwa di dalam persidangan Majelis Hakim menemukan fakta hukum, bahwa Pelaksanaan Sidang Komisi Kode Etik Polri terhadap Terperiksa Roni Eka Saputra dan Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri Nomor : PUT. KKEP/ 02/IV/ 2013/KKEP pada tanggal 19 April 2013 (vide bukti P-5 = T-5), berdasarkan Berkas Perkara Pemeriksaan Pendahuluan

(42)

Halaman 42 dari 59 halaman Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. Pelanggaran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2003 Nomor : BPPP/07/VII/PROPAM tanggal 30 Juli 2011 (vide bukti T-16) bukan Berkas Perkara Pelanggaran Kode Etik Polri Nomor : BPP/07/VII/2011 tanggal 25 Juli 2011 (vide bukti T-12) hal tersebut didukung oleh keterangan saksi Hasoloan Sianipar yang merupakan Kasi Propam Polres Indragiri Hilir (yang bertugas sejak bulan oktober 2012) dipersidangan telah menerangkan bahwa adanya rentang waktu yang lama antara pendapat dan saran hukum dengan usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polisi dikarenakan pada Berkas Perkara Pelanggaran Kode Etik Polri Nomor : BPP/07/VII/2011 tanggal 25 Juli 2011 terhadap Brigadir Roni Eka Saputra (Penggugat in casu) (vide bukti T-12) terdapat beberapa kesalahan dan atas inisiatif Saksi sendiri sebagai Kasi Propam maka terhadap berkas perkara pemeriksaan pendahuluan tersebut dilakukan perbaikan dan kemudian dirubah menjadi

Berkas Perkara Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2003 Nomor : BPPP/07/VII/PROPAM tanggal 30 Juli 2011 (vide bukti T-16) yang selanjutnya dipergunakan pada saat sidang KKEP;---

Menimbang, bahwa terhadap fakta hukum tersebut, terdapat permasalahan hukum yang harus dijawab oleh Majelis Hakim adalah :--- “Apakah dibenarkan oleh Peraturan perundang-undangan, Berkas Perkara Pelanggaran Kode Etik Polri Nomor : BPP/07/VII/2011 tanggal 25 Juli 2011 (vide bukti T-12) dapat dirubah oleh Kasi Propam dengan Berkas Perkara Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2003 Nomor : BPPP/07/VII/PROPAM tanggal 30 Juli 2011 (vide bukti T-16) yang dijadikan dasar Sidang Komisi Kode Etik Polri ? “ ;---

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri sosial lebih tinggi daripada hasil

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini menggunakan landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. Pembahasan pada

Dengan terbuktinya hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah akibat paparan bising pesawat udara pada masyarakat di sekitar Bandara Adi Sumarmo

Dengan permainan bola warna berekor (bonakor) tersebut diharapkan pembelajaran lempar tangkap bola akan lebih menyenangkan dan siswa akan tertarik untuk mempelajari

“Sekarang pada peralihan zaman dari milenium kedua hingga ketiga, banyak orang Nias sudah pergi keseberang, “Mangalui” katanya, “mencari” pekerjaan,

Area kampus merupakan tempat yang strategis untuk menjalankan bisnis bekal sarapan sehat. Kami merupakan satu-satunya penyedia jasa sarapan untuk mahasiswa yang

Angka kebuntingan 14,3% untuk semen beku pada penelitian ini cukup rendah dibandingkan dengan laporan peneliti sebelumnya, tetapi hal ini dapat dipahami mengingat

Dari hasil pengamatan yang dilakukan memperlihatkan bahwa, rataan persentase daya tetas telur tertinggi pada perlakuan penambahan madu yang berbeda dalam pengencer sperma