• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis dan Pembahasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Bab V Analisis dan Pembahasan

V.1 Analisis Peta Struktur Waktu

Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini di interpretasikan sebagai antiklin dan sinklin yang relatif mengarah Utara selatan Barat laut - Tenggara dan dipotong oleh normal fault yang relatif berarah Utara – Selatan. Posisi sumur G-1 berada di pusat closure antiklin. Area yang potensial terdapat gas diperkirakan berada di area antiklin baik di utara maupun di bagian selatan.

V.2 Analisis Kros Plot Log

Analisis kros plot bertujuan untuk melihat pemisahan jenis-jenis litologi dan jenis suatu fluida dengan suatu litologi. Dari analisis kros plot ini diharapkan dapat ditentukan nilai-nilai parameter fisis baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai pemisah (cut off) antara suatu jenis fluida dengan litologi atau antara jenis litologinya.

V.2.1 Kros plot antara log P - Impedance dan S – Impedance

Kros plot antara log P - Impedance dan S – Impedance dengan color key gamma ray (Gambar IV.7) bertujuan untuk melihat kesensitivan log terhadap perubahan litologi. Dari Gambar IV.7 memperlihatkan impedansi akustik (AI) atau P-Impedance (PI) dari batupasir dan lempung saling overlap. Untuk log SI dapat memisahkan litologi suatu jenis batupasir dengan baik, dengan nilai cut off nya sekitar 2950 (m/s.g/cc). Nilai SI yang tinggi, 2950 - 3750 (m/s.g/cc) merupakan gas batupasir dan batupasir terkompaksi sedangkan nilai SI yang rendah, 1500 - 2950 merupakan batupasir yang tidak terkompaksi dan lempung. Dari color key gamma ray, warna hijau menggambarkan nilai gamma ray yang rendah yang mencerminkan batupasir, baik yang terkompaksi maupun tidak. Terlihat bahwa “titik-titik” hijau berada pada kelompok gas batupasir (kotak warna kuning) maupun kelompok lempung/batupasir tak terkompaksi (kotak warna hijau muda).

(2)

Walaupun pada zona target nilai SI nya naik namun nilai densitasnya relatif rendah, nilai densitas yang rendah diakibatkan oleh keberadaan gas yang mensaturasi batupasir. Nilai SI yang tinggi lebih disebabkan karena meningkatnya

akibat melewati litologi batupasir yang terkompaksi. Nilai AI atau P impedance tidak dapat memisahkan dengan baik antara gas - batupasir yang terkompaksi dengan lempung-batupasir tak terkompaksi akibat dari karakter gelombang P nya yang melewati litologi dan fluida pengisinya. Pada log , nilainya terlihat tidak ada perubahan yang signifikan pada zona target. Nilai sebenarnya meningkat cukup signifikan saat melewati batupasir yang terkompaksi, namun bersamaan dengan itu nilai menurun karena melewati gas yang mempunyai densitas lebih rendah dibandingkan air. Hal ini tidak terjadi pada yang hanya melewati litologinya saja.

V.2.2 Kros Plot log dan Gamma Ray

Kros plot log dan gamma ray (Gambar IV.8) bertujuan untuk memisahkan

batupasir dengan lempung dan untuk menentukan batupasir mana yang tesaturasi oleh gas. Dari log gamma ray, nilai gamma ray yang kecil adalah batupasir sedangkan yang besar adalah lempung. Interpretasi yang dilakukan dari analisis kros plot ini adalah jika nilai gamma ray nya di atas 72 API maka dikatagorikan sebagai lempung dan jika di bawah 72 API maka di katagorikan sebagai batupasir.

Untuk melihat batupasir mana yang tesaturasi gas maka dapat dilihat dari log .

Dari interpretasi gamma ray untuk kelompok batupasir, terlihat bahwa adanya

pemisahan untuk nilai yang relatif besar dan nilai yang kecil. Nilai

relatif kecil diinterpretasikan sebagai gas. Dari analisis kros plot log dan

gamma ray dapat disimpulkan bahwa tidak semua batupasir tersaturasi gas. Jika dikombinasikan dengan hasil analisis kros plot log P - Impedance dan S - Impedance memperlihatkan hanya batupasir yang terkompaksi saja yang tersaturasi oleh gas.

V.2.3 Kros plot Log dan Log

Kros plot log dan log bertujuan untuk memisahkan litologi dengan gas.

(3)

nilai cut off 7,8 Gpa.g/cc. Nilai merefleksikan jenis litologi suatu batuan. Nilai yang relatif tinggi yaitu antara 7,8 -13,5 Gpa g/cc mencerminkan nilai batuan yang rigid, dalam kasus ini adalah batupasir yang mungkin terkompaksi. Dalam studi ini batupasir tersebut dianggap terkompaksi walaupun perlu adanya analisis

lebih jauh (tidak hanya dari nilai saja) untuk menyimpulkan batupasir tersebut

terkompaksi atau tidak. Nilai yang relatif rendah yaitu di bawah 7,8 Gpa g/cc

mencerminkan nilai batuan yang tidak rigid, dalam kasus ini adalah lempung dan batupasir yang tidak terkompaksi. Jika dibandingkan analisis kros plot log gamma

ray, terlihat bahwa log memiliki fungsi lebih baik dibandinkan dengan log

gamma ray karena dapat memisahkan jenis batupasir yang terkompaksi atau tidak, berbeda dengan log gamma ray yang hanya dapat memisahkan batupasir dan lempung dengan baik, tetapi tidak dapat membedakan jenis batupasir.

Untuk sumbu , walaupun pada Gambar IV.9 terlihat adanya pemisahan pada

nilai yang relatif tinggi dan rendah namun belum dapat ditentukan nilai pasti

cut off karena masih ada beberapa titik yang saling over lay. Nilai mencerminkan keberadaan fluida/gas yang mensaturasi suatu batuan. Kros plot

log dan log dengan color key gamma ray memperlihatkan hanya batupasir

yang terkompaksi saja yang tersaturasi oleh gas.

V.2.4 Kros plot Log dan Log ⁄

Untuk memisahkan litologi dengan gas yang lebih baik maka diakukan analisis

kros plot log dan log ⁄ . Pada analisis kros plot log dan log ⁄ (Gambar

IV.10) terlihat adanya pemisahan yang cukup baik dari ⁄ , dengan nilai cut off 2,5. Nilai ⁄ mencerminkan keberadaan fluida/gas yang mensaturasi suatu batuan. Nilai ⁄ yang rendah, di bawah 2,5 mencerminkan keberadaan gas, sedangkan yang tinggi yaitu antara 2,5 – 14,0 mencerminkan keberadaan air. Dalam menentukan dan memisahkan jenis fluida, terlihat bahwa dengan menggunakan parameter fisis ⁄ akan diperoleh hasil yang lebih baik jika

(4)

V.3 Analisis Prediksi

Dari pengujian yang dilakukan dengan menggunakan data Han et al (1986) (Gambar IV.12) memperlihatkan hasil prediksi dengan hasil pengukuran yang menunjukan garis mendekati linear (mendekati persamaan garis y=x) baik pada tekanan 5 Mpa maupun 40 Mpa. Lee melakukan pengujian prediksi pada data Han et al (1986) untuk mewakili batupasir-lempung yang terkonsolidasi dan tersaturasi air. Dari Gambar IV.12 memperlihatkan algoritma yang digunakan cukup baik untuk memprediksi dengan menggunakan metode Lee pada data batupasir-lempung yang terkonsolidasi dan tersaturasi air. Pada Gambar IV.13 terlihat bahwa nilai parameter konsolidasi batuan dipengaruhi oleh tekanan diferensialnya, semakin tinggi tekanan diferensialnya semakin kecil nilai parameter konsolidasinya dan semakin tinggi tingkat konsolidasi batuanya.

Lee (2006), menguji metodenya untuk memprediksi data log lapangan untuk mewakili data berupa batuan sedimen batupasir-lempung yang cenderung tidak terkonsolidasi, dan Lee menyimpulkan hasilnya cukup akurat. Dalam studi ini metode Lee digunakan untuk memprediksi pada sumur G-1 yang jenis dan kondisi batuanya heterogen. Dari Gambar IV.14 memperlihatkan hasil prediksi pada sumur G-1. Gambar IV.14 (a) adalah log prediksi (merah) dibandingkan dengan log hasil pengukuran (biru), (b) jika dibandingkan dengan log (hijau). Pada Gambar IV.14 (a) terlihat bahwa hasil prediksi yang dihasilkan kurang akurat untuk beberapa titik terutama disekitar zona target (kedalaman 1250 – 1270) dan untuk Gambar IV.14 (b) memperlihatkan prediksi yang dihasilkan mempunyai korelasi yang tinggi dengan . Namun demikian, disekitar zona

target terdapat perbedaan trend log dengan log . nya cenderung lebih

menguat dibandingkan nya. Dari analisis ini terlihat bahwa terdapat anomali pada log prediksi walaupun tidak sekuat yang diperlihatkan log hasil pengukuranya. Namun demikian, prediksi Lee jauh lebih baik jika dibandingkan dengan prediksi dengan menggunakan persamaan mudrock line Castagna (Lampiran B). Prediksi dengan menggunakan persamaan mudrock line Castagna mempunyai korelasi yang tinggi dengan nya baik di zona target

(5)

Dari analisis kros plot pada log-log hasil turunan prediksi (Gambar IV.15 – IV.18) memperlihatkan suatu pemisahan yang tidak sebesar jika dibandingkan dengan analisis kros plot pada log-log turunan hasil pengukuran, hal ini menyebabkan cukup sukar untuk menentukan nilai cut off nya. Dari analisis ini juga terlihat bahwa anomali yang ditimbulkan dari log prediksi tidak sekuat pada log hasil pengukurannya. Namun demikian, hasil analisis kros plot yang diperoleh dari prediksi Lee memperlihatkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan log prediksi Castagna (mudrock line).

Hasil prediksi V metode Lee (2006) ini juga diuji dengan membandingkan respon AVO nya. Hal ini dilakukan dengan cara membuat sintetik AVO nya baik dengan menggunakan V hasil pengukuran maupun V hasil prediksi metode Lee. Sintetik AVO yang digunakan menggunakan metode Aki-Richard (1979). Gambar V.I merupakan sintetik AVO metode Aki Richard dari log V sumur G-1, prediksi V

Lee dan prediksi V Castagna (V km s⁄ 0,862V 1,172).

Gambar V.I. Sintetik AVO dari log gelombang S sumur G-1, prediksi Lee

dan prediksi Castagna ( ⁄ 0,862 1,172).

Gambar V.2, V.3 dan V.4 adalah hasil respon AVO dari log hasil pengukuran sumur G-1, prediksi dan Castagna. Gambar V.2 memperlihatkan kesesuaian

  Dari log Vs  sumur G1    Dari Vs  Castagna    Dari Vs Lee  (2006)  Base  Top  Gas    Trace Seismik CDP  2041   

(6)

antara hasil respon AVO sintetik (warna biru) dengan respon AVO (warna merah) dari data seismik gather baik pada top maupun base (OWC) nya. Respon AVO data seismik gather yang digunakan terletak pada CDP 2041 line B2, yaitu titik dimana terdapat sumur G-1. Respon AVO yang dihasilkan pada CDP 2041 line B2 memperlihatkan adanya gas-batupasir.

   

Gambar V.2. Respon AVO hasil interpretasi horison marker pada top gas-batupasir dan GWC (base), pada data cdp gather seismik dan sintetik AVO yang diturunkan dari log V hasil pengukuran sumur G-1.

     

Gambar V.3. Respon AVO hasil interpretasi horison pada marker top gas-batupasir dan GWC (base), pada data cdp gather seismik dan sintetik AVO yang diturunkan dari prediksi .

Base  (seismik)  Base  (sintetik)  Top  (seismik)  Top (sintetik) Base  (seismik)  Base  (sintetik)  Top  (seismik)  Top (sintetik)

(7)

Jika melihat hasil respon AVO yang dihasilkan oleh sintetik dari log prediksi Lee (Gambar IV.3), walaupun pada top dan base nya menunjukan keberadaan adanya gas-batupasir namun terlihat respon AVO yang dihasilkan tidak terlalu kuat terutama pada bagian top gas-nya. Untuk respon AVO yang dihasilkan dari sintetik log prediksi Castagna (Gambar V.4) memperlihatkan respon tidak adanya gas. Responya berlawanan arah dengan respon AVO aslinya (kuat refleksinya semakin mengecil).

Gambar V.4. Respon AVO hasil interpretasi horison pada marker top gas-batupasir dan GWC (base), pada data cdp gather seismik dan sintetik AVO yang diturunkan dari log Castagna.

Dalam karakterisasi reservoar, hasil prediksi pada sumur G-1 memperlihatkan nilai parameter konsolidasi berkisar 1,98 sampai dengan 22,50 dengan nilai rata-rata nya adalah 9,44 , Pada zona target nilai parameter konsolidasinya cenderung menurun yaitu rata-ratanya sebesar 5,97. Hal ini memperlihatkan bahwa secara umum litologi pada sumur G-1 tidak terkonsolidasi dan semakin terkonsolidasi pada zona targetnya (top - base batupasir).

V.4 Analisis AVO

Intercept pada top reservoar dari respon AVO (Gambar IV.23) menunjukan nilai negatif yang mendekati nilai nol, hal ini memperlihatkan bahwa lapisan penutup

Base  (seismik)  Base  (sintetik)  Top (sintetik) Top  (seismik) 

(8)

yaitu lempung memiliki nilai impedansi akustik sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan di bawahnya yaitu lapisan batupasir. Respon AVO memperlihatkan respon AVO kelas 2 atau kelas 3. Pada Gambar IV.23 kurva yang kontinu (warna merah dan biru) merupakan hasil interpretasi dari software, sedangkan tanda dot merupakan nilai refleksi hasil interpretasi yang dipick dari data seismik gathernya pada tiap offset. Jika melihat tanda dot-nya, kelas AVO nya lebih ke kelas 2 karena nilai refleksinya relatif mendekati nol pada offset yang mendekati nol (near offset). Semakin bertambahnya offset semakin besar amplitudo atau kuat refleksinya. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis log dan kros plot serta prediksi yang memprlihatkan zona targetnya berupa gas-batupasir yang terkompaksi dan terkonsolidasi. Karakter reservoar gas-gas-batupasir yang terkompaksi dan terkonsolidasi merupakan ciri dari AVO kelas 2.

Dari data seismik stack-nya (stack pada keseluruhan offset) pada Gambar IV.30 memperlihatkan bright-spot pada zona target. Fenomena bright-spot muncul jika terjadi penurunan nilai impedansi akustik yang relatif besar, atau nilai koefesien refleksinya negatif dengan nilai yang tinggi. Ini terjadi pada batas lempung dan batupasir yang sangat poros (Badley, 1985). Hal ini tidak sesuai dengan hasil analisis log dan kros plot yang mengindikasikan zona target merupakan gas-tight batupasir. Untuk kondisi tersebut, tidak akan muncul fenomena bright-spot. Untuk dapat menjelaskan adanya bright-spot pada Gambar IV.31 dan membedakan kelas AVO 2 dengan 3 maka perlu dilakukan anlisis pada parsial stack-nya.

Analisis parsial stack dilakukan dengan membuat angle gathernya (Gambar IV.24) sehingga dapat ditentukan range sudut-sudutnya untuk near,medium,far offset. Gambar V.5, V.6 dan V.7 adalah parsial stack untuk near offset, medium offset dan far offset.

Pada near offsetnya (Gambar V.5) memperlihatkan tidak adanya kenaikan amplitudo yang berarti pada zona target yaitu pada kedalaman (TWT) 1220 ms. Beberapa reflektor terlihat tidak kontinu karena banyaknya noise pada near

(9)

offsetnya. Tidak adanya bright spot pada zona target menandakan litologi zona target adalah gas - batupasir yang terkompaksi.

Gambar V.5 Near offset stack (70 - 150).

Gambar V.6. Medium offset stack (160 - 230). G‐1

(10)

Gambar V.7. Far offset stack (240 - 300).

Dari analisis parsial stack-nya, memperlihatkan kelas AVO pada zona target adalah AVO kelas 2. Hal ini terlihat pada tidak adanya penguatan amplitudo pada near offsetnya dan pada medium, far offsetnya mulai muncul penguatan amplitudo yang cukup berarti di zona target. Analisis atribut AVO A B (Gambar IV.27) memperlihatkan nilai positif (warna merah) yang diinterpretasikan sebagai top dan base gas.

V.5 Analisis Inversi EEI

Inversi EEI gamma ray, lambda-rho , mu-rho dan lambda per mu ⁄

dilakukan untuk melihat penyebaran parameter fisis reservoar baik litologi maupun fluida secara lateral. Dari analisis log, kros plot, dan AVO menunjukan bahwa zona target merupakan gas-batupasir yang kemungkinan besar terkompaksi dan terkonsolidasi. Dengan resolusi gelombang seismik 27 m dan ketebalan reservoar (top-base) sekitar 29 m, maka diharapkan hasil inversinya akan memperlihatkan penyebaran reservoar dan fluida secara baik. Karena jarak antara OWC dan base hanya berkisar 5 m, jauh dari resolusi gelombang seismiknya, maka kemungkinan susah dibedakan OWC dan base nya dari hasil inversi. Gambar V.8 adalah hasil inversi EEI gamma ray pada penampang seismik line B2.

Gambar

Gambar V.I.     Sintetik  AVO  dari  log gelombang S sumur G-1, prediksi   Lee  dan prediksi   Castagna ( ⁄ 0,862 1,172)
Gambar  V.2.    Respon AVO hasil interpretasi horison marker pada top gas- gas-batupasir  dan GWC (base),  pada data cdp gather seismik dan  sintetik AVO yang diturunkan dari log V  hasil pengukuran  sumur G-1
Gambar  V.4.    Respon AVO hasil interpretasi horison pada marker top gas- gas-batupasir dan GWC (base),  pada data cdp gather seismik dan  sintetik AVO yang diturunkan dari log   Castagna
Gambar V.5     Near offset stack (7 0  - 15 0 ).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika ada pasangan yang kawin sesuku berada di daerah perantauan, tetap peraturan adat di tegakkan, karena selagi dia masih berdarah Minang maka adat larangan kawin

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi banyak nikmat dan karunia pada penulis sehingga proses penulisan skripsi yang berjudul “Masa Transisi

kemampuan kognitif mitra tutur dan sumber-sumber konteks yang mesti tecermin dalam caranya berkomunikasi, dan secara khusus terkait dengan pilihannya, apakah harus

Sama halnya pada uji kekuatan tarik, jumlah kulit jagung yang lebih banyak dari tongkol jagung menghasilkan kertas seni dengan kekuatan sobek tinggi, sedangkan

Evaluasi adalah tindakan dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan program berdasarkan penilaian dengan standar pengukuran pelaksanaan kegiatan yang telah

Perubahan dalam pendapatan perkapita penduduk 1 unit (RM juta) akan menyebabkan jumlah kuantiti diminta minyak kelapa sawit bertambah sebanyak 2.81047 tan

Tujuan penelitian ini memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihan handphone Android 4G low end dengan spesifikasi cukup baik dengan harga

bahwa sehubungan budidaya sayur memiliki kesamaan dengan pengembangan budidaya buah, dan untuk menindaklanjuti Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,