• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI PETANI PADI DALAM PROGRAM LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM) DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI PETANI PADI DALAM PROGRAM LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM) DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PETANI PADI DALAM PROGRAM LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM)

DI KECAMATAN GANTARANG

KABUPATEN BULUKUMBA

ALIF MUNANDAR 105960204315

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

PARTISIPASI PETANI PADI DALAM PROGRAM LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM)

DI KECAMATAN GANTARANG

KABUPATEN BULUKUMBA

ALIF MUNANDAR 105960204315

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Partisipasi Petani Padi

dalam Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil

karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Februari 2020

Alif Munandar 105960204315

(6)

ABSTRAK

ALIF MUNANDAR.105960204315. Partisipasi Petani Padi Dalam Program

Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan RAHMAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi petani padi dalam aktifitas lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM) dan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan lembaga ditribusi pangan masyarakat di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

Teknik penentuan sampel yang digunakan untuk mengetahui partisipasi petani padi dalam aktifitas lembaga distribusi pangan masyarakat yaitu teknik

purposive sampling yakni memilih sampel secara sengaja terhadap petani padi

yang berpartisipasi aktif terhadap lembaga distribusi pangan masyarakat, populasi keseluruhan yang berada dalam naungan gabungan kelompok tani yang berpartisipasi terhadap lembaga distribusi pangan masyarakat sebanyak 205 orang yang terdiri dari beberapa kelompok tani,maka sampel yang di ambil sebanyak 30 sampel dari 12 kelompok tani yang memiliki peran penting dalam lembaga kelompok tani, dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian partisipasi petani padi dalam program lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM) di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba, terdapat 3 sub indikator yang pertama partisipasi dalam sub indikator pemanfaatan program yang terfokus pada pemanfaatan sarana dan prasarana yang diberikan oleh gapoktan penerima bantuan, adapun skor yang di peroleh dari pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut sbesar 71,00 % dan termasuk dalam kategori tinggi, sub indikator kedua kontribusi petani dalam program lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM). adapun skor yang di peroleh dari kegiatan tersebut sebesar 65,66 % dan termasuk dalam kategore sedang. Sub indikator ketiga tahap partisipasi dalam pengelolaan program lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM) adapun skor partisipasi petani dalam pengelolaan dan pemeliharaan sebesar 74,33% dan tergolong kategori tinggi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah yang tiada henti diberikan kapada hamba-Nya. Shalawat dan salam

tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat

dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Partisipasi Petani Padi Dalam Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku pembimbing 1 dan Rahmawati, S.Pi,.M.Si.

selaku pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan

mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas

(8)

4. Kedua orang tua ayahanda Muh.asdar dan ibunda dan adikku tercinta Ahmad

Salman dan Ahmad Sudais, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan

bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada seluruh teman-teman seangkatan di Metamorfosis dan terlebih kepada

saudara Wahyudi Rahmat S.P , Resty Yuliana S.P dan saudara Muh. Hasbi,

Zakiyul Fahmi dan Muhlis yang senantiasa memberikan motivasi dalam

penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini tepat pada

waktunya.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang terkait dalam penulisan skripsi ini, sehingga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, Februari 2020

Alif Munandar

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISIS PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latara Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Komoditas ... 6

2.1.1. Gabah ... 6

2.1.2 Beras ... 7

2.2 Petani ... 8

2.3 Program Ketahanan Ketahanan Pangan ... 10

2.4 Kelembagaan Pertanian ... 15

(10)

2.6 Kerangka pikir ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.1.1 Teknik Penentuan Sampel ... 22

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 23

3.3.1 Jenis Data ... 22

3.3.2 Sumber Data ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Pengamatan (observasi) ... 24

3.4.2 Wawancara ... 24

3.4.3 Dokumentasi ... 25

3.5 Teknik Analisi Data... 25

3.6 Definisi Operasional ... 26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 28

4.1.Letak Geografis Kabupaten Bulukumba ... 28

4.2. Kedaan Geografis Desa/ Kelurahan Di Kecamatan Gantarang ... 30

4.3. Iklim dan Cuaca... 30

4.4. Keadaan Demografis Kecaamatan Gantarang ... 31

4.5. Kondisi Pertanian Di Kecamatan Gantarang ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1. Identitas Responden ... 38

5.2. Partisipasi Petani Padi Dalam Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ... 40

(11)

VI.PENUTUP... 46 6.1. Kesimpulan ... 46 6.2.Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Likert... 26

Tabel 2. Kriteria skor ... 26

Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Bulukumba Dirinci Menurut Kecamatan . 29 Tabel 4. Luas Wilayah Status dan Klasifikasi Menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan Gantarang ... 30

Tabel 5. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Luas Desa, Kepadatan Menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan Gantarang. ... 31

Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamnatan Gantarang ... 32

Tabel 7. Luas Lahan Sawah (Ha) ... 34

Tabel 8. Luas Lahan Sawah Menurut Irigasi ... 35

Tabel 9. Luas Lahan Bukan Sawah Tahun... 36

Tabel 10. Sebaran Umur Responden ... 37

Tabel 11. Sebaran Umur Responden ... 38

Tabel 12. Luas Lahan Petani Responden ... 38

Table 13. Jumlah Petani Responden dalam Pemanfaatan Program ... 39

Table 14. Skor Petani Responden dalam Pemanfaatan Program ... 39

Table 15. Jumlah Petani Responden dalam Kontribusi Program ... 40

Table 16. Skor Petani Responden dalam Kontribusi Program ... 41

Table 17. Jumlah Petani Responden dalam Pengelolaan Program ... 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

Lampiran 1. Kuisioner ... 45

Lampiran 2. Identitas Petani Responden Padi di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba ... 47

Lampiran 3 Rekapitulasi Nilai Skor Partisipasi Petani terhadap pemanfaatan dalam LDPM di Kecamatang Gantaran Kabupaten Bulukumba ... 48

Lampiran 4. Rekapitulasi Nilai Skor Partisipasi Petani terhadap Kontribusi dalam LDPM di Kecamatang Gantaran Kabupaten Bulukumba 49

Lampiran 5. Rekapitulasi Nilai Skor Partisipasi Petani terhadap Pengelolaan dalam LDPM di Kecamatang Gantaran Kabupaten Bulukumba 50

Lampiran 6 Peta Lokasi Penelitian ... 51

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, dengan sebagian besar penduduknya

bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian ini diharapkan mampu mencukupi

kebutuhan pangan masyarakat Indonesia secara merata. Adapun konsentrasi

pemerintah pada saat ini terfokus pada pangan merupakan kebutuhan yang harus

dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Dalam hal ini,

masalah mengenai kondisi pangan sedang menimpa sebahagian negara di dunia

termasuk Indonesia. Jumlah pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat besar,

ditambah berkurangnya lahan pertanian yang telah dikonversi menjadi

pemukiman dan lahan industri, menjadikan pangan menjadi salah satu komoditas

yang penting bagi bangsa Indonesia (Arifin, 2005).

Dalam hal mewujudkan hal negara berkewajiban mewujudkan

ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup,

aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang tertera pada Undang-Undang nomor

18 tahun 2012, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga masyarakat

secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI)bias sepanjang waktu memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan

budaya lokal. Pada dasarnya, konsep ketahanan pangan lebih luas dibandingkan

konsep swasembada pangan. Ketahanan pangan mencakup tiga unsur pokok yang

meliputi ketersedian pangan, distribusi, dan konsumsi. Ketiga unsur tersebut harus

(16)

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan diatas, mendorong

pemerintah meluncurkan suatu program untuk memberikan perlindungan dan

pemberdayaan petani, kelompok tani, maupun gabungan kelompok tani terutama

terhadap masalah jatuhnya harga gabah, beras atau jagung disaat panen raya. Pada

Tahun 2009 Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Badan Ketahanan Pangan

telah melaksanakan kegiatan atau Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat (P-LDPM). Pemerintah menyalurkan dana Bantuan Sosial (Bansos)

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada gabungan

kelompok tani agar mampu dan dapat melakukan aktivitas pendistribusian

pangan, serta menyediakan cadangan pangan (Kementerian Pertanian, 2013).

Dana Bantuan Sosial dari program ini tidak semata-mata diberikan kepada

gapoktan, melainkan disalurkan melalui pendampingan dan pembinaan. Dana

tersebut hanya diberikan kepada gabungan kelompok tani pada tahapan

penumbuhan dan pengembangan, yaitu pada tahun pertama dan tahun kedua. Pada

tahun ketiga, gabungan kelompok tani hanya akan menerima pembinaan dari

pendamping yang dilakukan oleh tim teknis maupum tim pembina. Pendampingan

adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendamping berupa bimbingan dan

pembinaan yang dilakukan secara rutin ke pengurus dan anggota gapoktan

binaannya dengan tujuan antara lain: agar mampu menyusun rencana dan

melaksanakan kegiatan secara partisipatif, menyusun dan menetapkan aturan dan

sanksi secara musyawarah dan mufakat, memupuk dan mengatur dana yang

bersumber baik dari anggotanya maupun dari pemerintah, membangun dan

(17)

serta memupuk rasa tanggung jawab terhadap organisasi gapoktan dengan

melakukan pemantauan secara partisipatif, pengendalian, dan pengawasan internal

(Kementerian Pertanian, 2013).

Usaha untuk mencapai keberhasilan dari kegiatan penguatan Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat (penguatan LDPM) ini sangat di perlukan sikap

atau respon yag baik dari petani terhadap pengembangan kelembagaan pertanian.

Ketika diketahui sikap petani maka pemeritah dan pengambil kebijakan dapat

mempertimbangkan kebijakan apa yang cocok untuk pengembangan kegiatann

LDPM. Tentunya hal baru yang di rasakan petani akan menimbulkan sikap yang

berbeda beda terhadap kegiatan penguatan LDPM. Sikap petani yang positif akan

membantu kebrlangsungan dan kemajuan kegiatan penguatan LDPM dan

gapoktan merupakan kelembagaan tani sebagai pelaksana kegiatan PLDPM dalam

hal pengelolaan bantuan modal usaha bagi petani serta pengelolaan program

secara keseluruhan. Peran dan kemampuan Gapoktan sangat menentukan dalam

keberhasilan implementasi program ini. Namun, hal ini tak lepas dari komunikasi

yang terjadi di dalam Gapoktan tersebut baik komunikasi yang terjadi antara

Gapoktan kepada Poktan dan petani serta Badan Ketahanan Pangan Daerah

sebagai pengawas kegiatan.

Dalam suatu proses penyampaian sebuah kegiatan dibutuhkan komunikasi

yang efektif, agar masyarakat dapat diajak, dibimbing, diarahkan sehingga

menjadi masyarakat yang mau dan mampu secara aktif mengembangkan potensi

dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dalam menentukan masa

(18)

sebagaimana yang diharapkan apabila tidak terdapat interaksi dinamis dan

harmonis antara komunikator dan komunikannya. Interaksi yang dinamis dan

harmonis akan terjadi apabila di antara komunikator dan komunikan telah ada

rasapercaya dan keterbukaan, akan tetapi ketika sikap petani negatif mka kegiatan

penguatan LDPM akan mengalami hambatan. dalam penelitia ini akan mengkaji

partisipasi petani padi dalam aktivitas Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(LDPM) di kecamatan gantarang kabupaten bulukumba.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Partisipasi petani Padi Dalam Aktivitas Lembaga DistribusI

Pangan Masyarakat (LDPM) di Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba?

2. Bagaimana Pengelolaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Partisipasi petani Padi Dalam Aktivitas Lembaga

DistribusI Pangan Masyarakat (LDPM) di Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba.

2. Untuk mengetahui pengelolah distribusi pangan masyarakat (LDPM) di

(19)

Kegunaan penelitia ini adalah :

1. Pemerintah daerah dan instansi terkait, mengenai perkembangan pertanian

di Kabupaten Bulukumba khususnya dalam program P-LDPM sehingga

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang lebih

baik di masa yang akan datang.

2. Petani, sebagai motivasi untuk turut bergabung dalam gapoktan penerima

program LDPM sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani.

3. Menambah pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu dan teori yang

diperoleh dari bangku kuliah pada kenyataan di lapangan, sehingga dapat

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas LDPM

2.1.1. Gabah

Gabah merupakan buah padi yang telah dirontokan dari malai (jerami)

yang menjadi bahan pangan pokok di Indonesia. (Harini, 2013). Tanaman padi

merupakan tanaman yang memiliki Family dari Graminae. Tanaman padi

diklasifikasikan dari Kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisio

Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Class Monokotil (monocotyledoneae),

Ordo Glumiflorae (poales), Familia Gramineae (poaceae), Subfamilia

Oryzoideae, Genus : Oryza, Spesies Oryza sativa L. (Norsalis, 2011).

Tanaman padi terdapat 25 Spesies Oryza, species yang terkenal Oryza

sativa dengan dua species yaitu yaponica (padi bulu yang ditanam di daerah

subtropis) dan indica (padi cere yang ditanam di Indonesia). Budidaya dibedakan

menjadi dua yaitu padi gogo (dilahan kering dan tidak digenangi air) dan padi

sawah (padi yang selalu digenangi air) (Purwono dan Purnamawati, 2011). Hasil

tanaman padi yang berupa gabah dipengaruhi oleh beberapa faktoryaitu genetik,

kondisi abiotik dan biotik. Beberapa penelitian diketahui bahwahasil gabah kering

panen (GKP) sangat dipengaruhi oleh kesesuaian varietas yangditanam

keberadaan dan keparahan serangan hama penyakit dan kondisi lingkungan

tumbuh (musim, ketersediaan air, pemupukan yang sesuai, kerebahan tanaman

(21)

Gabah dibedakan menjadidua yaitu Gabah kering panen (GKP) yang

memiliki kadar air 20 – 27% dan gabah kering giling (GKG) yang memiliki kadar

air 14%. (Prasetyo, B. H. dan Suriadikarta, D. A. 2006).

2.1.2. Beras

Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya

(sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat

penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004). Beras merupakan komoditas

pangan yang sangat strategis bagi negara-negara di wilayah Asia tidak terkecuali

bagi negara Indonesia karena hingga saat ini sekitar 95% penduduk Indonesia

masih memanfaatkan beras sebagai komoditas pangan utama (Riyanto et al.,

2013).

Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat

Indonesia.Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu

kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan

mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan,

2004). Sebagian besar karbohidrat dalam beras adalah pati dan hanya sebagian

kecil pentosan, selulosa, hemiselulosa dan gula. Sebanyak 85% - 90% dari berat

kering beras berupa pati.

Kandungan pentosan berkisar 2,0 - 2,5% dan gula 0,6 - 1,4% dari berat

beras pecah kulit. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat fisikokimiawi beras

terutama ditentukan oleh sifat-sifat patinya, karena penyusun utamanya adalah

pati. Protein merupakan penyusun utama kedua beras setelah pati. Beras pecah

(22)

yang utama adalah tiamin, riboflavin, niasin, dan piridoksin, masing-masing

terdapat dalam 4 µg/g, 0,6 µg/g dan 50 µg/g. Vitamin -vitamin tersebut tidak

semuanya dalam bentuk bebas, melainkan terikat. Misalnya riboflavin sebanyak

75% terdapat dalam bentuk ester. Beras mengandung vitamin A dan vitamin D

sangat sedikit, tidak mengandung vitamin C. Kadar abu dari beras giling sebanyak

0,5% atau kurang. Mineral pada beras terutama terdiri atas unsur-unsur fosfor,

magnesium dan kalium. Selain itu terdapat kalsium, klor, natrium, silica, dan besi

(Haryadi, 2006).

2.2 Petani

Menurut Samsudin (1982), petani adalah mereka yang untuk sementara

waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang

usaha tani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga

bayaran. Petani bukanlah bawahan penyuluh, berarti tidak ada pula sifat perintah

dan tugas serta kewajiban tertentu sesuatu hal, tidak pula sesuatu sangsi jabatan

terhadap hasil kerja yang telah diperlihatkan oleh petani. Lebih lanjut,

Landsberger dan Alexandrov (1984) mengemukakan bahwa petani adalah tukang

cocok tanam pedesaan yang surplusnya dipindahkan kepada kelompok

penguasaan yang dominan. Bukan pemilik tanah, tetapi lepasnya penguasaan

terhadapnya dan penguasaan atas tenaga kerjanya sendiri.

Para petani harus selalu memutuskan apa yang dihasilkannya dan

bagaimana menghasilkannya. Petani Indonesia pada umumnya dapat dibagi dalam

tiga kelompok rumah tangga berdasarkan luas usaha taninya : usaha tani luas yang

(23)

rata-rata dibawah 0,5 hektar; dan petani tuna lahan yang mungkin hanya memiliki

sedikit pekarangan di sekitar rumahnya (Makeham dan Malcolm, 1991).

Keputusan yang diambil oleh setiap petani selaku pengelola antara lain

mencakup menentukan pilihan dari antara berbagai tanaman yang mungkin

ditanam pada setiap bidang tanah, menentukan ternak apa yang sebaiknya

dipelihara dan menentukan bagaimana membagi waktu kerja diantara berbagai

tugas, teristimewa pada saat – saat berbagai pekerjaan itu dilakukan serentak

(Mosher, 1978).

Para petani itu layaknya sebagai manusia lainnya tentu mempunyai

keinginan dan harapan-harapan besar yang dapat memperbaiki tingkat

kehidupannya, hanya karena beberapa hal yang berkaitan dengan tingkat

pengetahuan, ekonomi dan psikologinya menjadikan mereka tidakmempunyai

pedoman atau pegangan-pegangan tertentu yang dapat membantu mereka dengan

jalan melangsungkan komunikasi dua arah yang baik (Kartasapoetra, 1991).

Kemampuan petani untuk menerima sesuatu hal baru sifatnya tidak sama,

tergantung kepada keadaan status sosial, status ekonomi, psikologis dan juga

tingkat pendidikan mereka. Pemasukan hal-hal baru yang selalu memakan waktu,

sesuai tahapan-tahapan proses adopsi. Dengan demikian tahapan antara petani

yang satu dengan yang lainnya pada suatu saat yang sama mungkin akan tidak

sama. Sifat-sifat petani pada umumnya dipengaruhi pola pertanian daerahnya, luas

pemilikan tanah, letak desa, topografi, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat

(24)

oleh keadaan luar yang ada dalam lingkungannya. Hal-hal yang mempengaruhi

petani tersebut :

1. Pengaruh dari Susunan Keluarga Sendiri

Banyaknya jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, tingkat perbedaan

umur dan tingkat pendidikan dalam keluarga selalu mempengaruhi bentuk

tindakan dan kegiatan usaha tani. Jika jumlah keluarganya banyak, petani tidak

akan terlalu sibuk dibanding dengan petani yang jumlah keluarganya sedikit.

Pembagian kerja akan lebih terarah jika tingkat umur dan pendidikan keluarga

petani tidak banyak berbeda satu sama lain.

2. Pengaruh Masyarakat Sekitar

Susunan masyarakat, norma-norma sosial masyarakat dan rata-rata status

sosial ekonomi biasanya mempengaruhi kegiatan usaha tahi petani petani yang

ada di dalamnya.

3. Pengaruh Agama dan Kepercayaan

Banyak kegiatan dan bentuk usaha tani yang dipengaruhi oleh kepercayaan

dan adat istiadat masyarakat setempat misalnya dengan sesajen (Samsudin, 1982).

2.3 Program Ketahanan Ketahanan Pangan

Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan program dan kegiatan

ketahanan pangan sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2015-2019. Program yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan

adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat,

sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan yang tercantum dalam

(25)

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Program tersebut mencakup 4

(empat) kegiatan, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan

Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (3)

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan; dan (4)

Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.

Kegiatan kesatu sampai ketiga merupakan kegiatan prioritas nasional yang

ditujukan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan masyarakat yang

membutuhkan partisipasi dan peran serta instansi terkait sesuai dengan

masing-masing kegiatan yang dilaksanakan, serta melalui kerjasama dengan

stakeholders/pemangku kepentingan di pusat dan daerah (BKP Jakarta, 2015).

Pelaksanaan kegiatan tahun 2015 merupakan lanjutan dari kegiatan tahun

sebelumnya, dengan program-program aksinya sebagai berikut :

1. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan

Keamanan Pangan, diarahkan pada Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan (P2KP) yang meliputi: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Promosi; (2)

Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal; serta (3) Promosi dan Sosialisasi

P2KP.

2. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas

Harga Pangan, yaitu :

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM); dan

(26)

3. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan

Rawan Pangan yaitu: Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan,

Pengembangan Desa Mandiri Pangan, dan Pengembangan Sistem

Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) (BKP Jakarta, 2015).

Penjelasan kegiatan dan dukungan anggaran yang berada pada lingkup

Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 dapat diuraikan berdasarkan

subbagian-subbagian pada kegiatan tersebut sebagaimana berikut ini :

a. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

Kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

diarahkan untuk mengupayakan ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau

serta mengurangi jumlah penduduk rawan pangan melalui pemberdayaan

masyarakat. Kegiatan tersebut dibagi dalam 5 (lima) subkegiatan yang meliputi :

(1) Pengembangan Desa dan Kawasan Mandiri Pangan; (2) Sistem Kewaspadaan

Pangan dan Gizi (SKPG); (3) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan

(Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA) Provinsi; (4) Kajian Ketersediaan

Pangan, Rawan Pangan dan Akses Pangan; serta (5) Pembinaan, pemantauan dan

evaluasi Desa dan Kawasan Mandiri Pangan.

Untuk analisis ketersediaan, akses pangan dan kerawanan pangan

dilaksanakan penyusunan FSVA di 34 provinsi serta kajian ketersediaan pangan,

rawan pangan dan akses pangan. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai

informasi yang relevan bagi pimpinan dalam menetapkan kebijakan ketersediaan

(27)

Untuk mengawal pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pembinaan

pemantauan dan evaluasi secara periodik.

b. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

diarahkan untuk mengupayakan pengalokasian pangan kepada masyarakat secara

efektif dan efisien melalui analisis dan koordinasi kebijakan, serta mendorong

terciptanya stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan konsumen.

Subkegiatan yang akan dilaksanakan adalah : (1) Penguatan Lembaga Distribusi

Pangan; (2) Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat; (3) Pengendalian

Kondisi Harga Pangan Pokok; (4) Pemantauan/Pengumpulan Data Distribusi,

Harga dan Cadangan Pangan; serta (5) Pengembangan Model Pemantauan

Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan.

Penguatan LDPM merupakan upaya stabilisasi harga pangan pokok di

tingkat produsen dan penguatan cadangan pangan dalam masa panen raya maupun

paceklik melalui pemberdayaan Gapoktan selama 3 tahun, dimana pada tahun

pertama diberikan dana bansos untuk membangun sarana penyimpanan (gudang),

meyediakan cadangan pangan, dan memasarkan, mendistribusikan, mengolah

gabah/beras hasil produksi petani anggotanya, meningkatkan pendapatan

petani/Gapoktan dan meningkatkan akses pangan.

Tahun kedua diberikan bansos sebagai tambahan modal usaha pada unit

usaha distribusi/pemasaran/pengolahan unit cadangan pangan, dan tahun ketiga

(28)

Gapoktan mandiri dan berkelanjutan dalam mengelola unit-unit usahanya

sehingga tidak tergantung kepada bantuan pemerintah.

Untuk mengantisipasi masa paceklik di daerah rawan pangan, dilakukan

pemberdayaan pengelolaan cadangan pangan bagi kelompok lumbung selama 3

tahun, dimana pada tahun pertama untuk pembangunan fisik lumbung yang

dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Pertanian, serta tahun

kedua dan ketiga diberikan dana bansos untuk pengisian cadangan pangan dan

penguatan kelembagaan.

Untuk memberikan masukan bagi pimpinan dalam menetapkan kebijakan

distribusi, harga, serta cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat,

dilakukan pemantauan harga dan pasokan pangan menjelang hari besar

keagamaan dan nasional, pengendalian harga pangan melalui pengumpulan data

harga dan pasokan pangan secara periodik, analisis dan pemantauan harga tingkat

produsen dan konsumen, distribusi dan cadangan pangan, serta pengembangan

model pemantauan distribusi dan harga pangan dalam memperoleh data secara

cepat dan valid.

c. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

Kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan diarahkan untuk mendorong konsumsi pangan yang beragam, bergizi

seimbang dan aman, melalui analisis, koordinasi kebijakan, promosi dan

pemberdayaan masyarakat di pedesaan. Kegiatan tersebut terdiri dari 7

subkegiatan, yaitu:(1) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP);

(29)

Promosi P2KP; (4) Analisis Situasi Konsumsi Pangan Peduduk; (5) Penanganan

Keamanan Pangan Segar; (6) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal.

d. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada BKP

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan

diarahkan untuk mengelola pelayanan kantor dalam rangka pelaksanaan

ketahanan pangan serta mengembangkan model-model pemberdayaan ketahanan

pangan masyarakat. Pelayanan kantor tersebut berupa: perencanaan, umum,

keuangan dan perlengkapan, evaluasi dan pelaporan, serta dukungan manajemen,

informasi dan administrasi daerah sehingga operasional kantor dan manajemen

pengelolaan program dan kegiatan ketahanan pangan dapat berjalan lancar sesuai

jadwal yang ditetapkan. Disamping itu, dukungan manajemen dan teknis lainnya

diarahkan untuk memfasilitasi Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Pusat dalam

menyelenggarakan sidang pleno, konferensi dan sidang regional dalam

mewujudkan ketahanan pangan masyarakat (BKP Jakarta, 2015).

2.4 Kelembagaan Pertanian

Dalam pengertian sehari-hari, kelembagaan, dapat diartikan dalam arti

sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, kelembagaan dapat diartikan

sebatas identitas (kelompok organisasi) yaitu himpunan individu yang sepakat

untuk menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam arti luas,

kelembagaan mencakup: nilai-nilai, aturan, budaya, dan lain-lain. Sehubungan

dengan adanya beberapa kelembagaan yang dikembangkan kemitraan antara lain

(30)

atau kontrak kerjasama antara lembaga publik dan sektor swasta yang

memungkinkan partisipasi masyarakat (Mardikanto, 2007).

North dalam Saleh, et al (2007) mengemukakan bahwa kelembagaan

(institution) mengandung makna aturan main (rules) yang dianut oleh masyarakat

atau anggota yang dijadikan pedoman oleh seluruh anggota masyarakat atau

anggoata organisasi dalam melakukan transaksi.

Kolopaking dan Tommy, (1994) mengemukakan suatu kelembagaan

dicirikan oleh 3 hal utama, yakni: batas yurisdiksi (yurisdiction of boundary), hak

kepemilikan (property right) dan aturan representasi (rule of representation).

Batas yuridiksi berarti hak hukum atas batas kekuasaan atau batas otoritas yang

dimiliki oleh suatu lembaga, atau mendukung makna kedua-duanya. Konsep

property atau kepemilikan sendiri muncul dari konsep hak dan kewajiban yang

diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau consensus yang mengatur hubungan antar

anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya.

Aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak

berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Aturan

representasi menentukan alokasi dan distribusi sumberdaya. Aturan representasi

mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam

proses pengambilan keputusan. Aturan representasi menentukan alokasi dan

distribusi sumberdaya.

Pemberdayaan kelembagaan di pedesaan sebaiknya mempertimbangkan

pendayagunaan faktor penyediaan sarana produksi, bahan baku serta ketrampilan

(31)

pelayanan yang terjangkau masyarakat, kebijaksanaan pembinaan industri

pedesaan). Kebijaksanaan modal dan investasi harus disesuaikan dengan asaz

kelangkaan dan kebijaksanaan subsidi, agar dapat mengurangi dampak negatif

penerapan penggunaan barang modal di pedesaaan. Pada hakikatnya, pendekatan

penguatan dan pelibatan masyarakat desa dalam pemberdayaan kelembagaan

memberi ruang penuh dalam mengartikulasikan diri mereka dan lingkungannya,

sehingga dapat mencari dan menyusun sendiri bangunan diri dan lingkungannya,

sesuai realitas sosial masyarakat pedesaan (Elisabeth, 2005).

2.5 Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

1. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(Penguatan-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang

bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang

dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk

cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang

tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan LDPM dibiayai melalui

APBN TA 2009 dengan mekanisme dana Bantuan Sosial (Bansos) yang

disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian

Pertanian dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM adalah untuk

mewujudkan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di

tingkat rumah tangga petani melalui pengembangan unit-unit usaha ( unit usaha

(32)

pembangunan sarana penyimpanan milik Gapoktan sehingga dapat meningkatkan

posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan

akses terhadap sumber pangan (Badan Ketahanan Pangan RI, 20013).

2. Tujuan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM adalah:

a. Meningkatkan kemampuan kelembagaan Gapoktan untuk mengembangkan

unit usaha distribusi hasil pertanian yang mencakup pembelian, penyimpanan,

pengolahan, dan penjualan hasil pertanian dalam rangka mendorong

stabilisasai harga pangan strategis.

b. Meningkatkan kemampuan Gapoktan untuk mengembangkan unit cadangan

pangan untuk menyimpan pangan (gabah/beras) dalam rangka memenuhi

kebutuhan anggotanya,.

c. Meningkatkan kemampuan unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha

pemasaran milik Gapoktan/Poktan dalam mengembangkan jejaring distribusi

pangan dengan mitra di luar wilayahnya

3. Sasaran Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

Sasaran kegiatan Penguatan-LDPM secara nasional adalah:

a. Gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung

b. Gapoktan yang memiliki unit usaha distribusi/pemasaran/pengolahan dan unit

pengelola cadangan pangan

c. Gapoktan yang memiliki lahan sendiri untuk membangun sarana penyimpanan

(gudang).

(33)

Untuk menumbuhkan keberadaan Gapoktan telah dilakukan pembinaan

teknis baik secara formal maupun informal. Penyuluh pertanian yang mewilayahi

Kecamatan Gantarang sebagai petugas pendamping bersama-sama dengan

petugas Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Bulukumba dan koordinator

pertanian kecamatan telah melakukan pembinaan sebagai berikut:

a. Peningkatan kemampuan manajemen Gapoktan mencakup:

 Perencanaan

 Pembukuan untuk kegiatan pengembangan usaha distribusi hasil pertanian atau usaha pemasaran dan atau pengolahan hasil pertanian serta pengelolaan

cadangan pangan

 Pelaporan

 Peningkatan kemampuan teknis sesuai kebutuhan tentang pengelolaan komoditas dalam rangka peningkatan nilai tambah

b. Penyusunan rencana kegiatan mengacu pada alur pikir kegiatan penguatan

LDPM yang berisi:

 Volume pembelian dan pengolahan gabah/beras dari petani anggota  Volume gabah/beras yang akan dijual dan disimpan sebagai penguatan

cadangan pangan

 Kegiatan penunjang (penyiapan tempat/gudang, dan fasilitas penyimpanan Rencana pemupukan cadangan pangane. Rencana pembiayaan

c. Pembuatan desain untuk pembangunan gudang dengan kapasitas 30-40 ton

d. Pengembangan jejaring kemitraan usaha distribusi hasil pertanian

(34)

Pembangunan gudang cadangan pangan, di bangun di atas tanah milik

Gapoktan yang merupakan tanah hibah dari ketua Gapoktan. Dana bansos

kegiatan penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat digunakan untuk

pembelian bahan pembangunan gudang dan pembelian gabah.

2.6 Kerangka Pikir

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak

sosial. Dalam interaksinya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu

terhadap obyek psikologis yang dihadapi.

Sebagai salah satu obyek dari kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat (LDPM) Di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba ini,

petani akan memberikan respon evaluatif artinya petani akan memberikan reaksi

sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam diri individu yang

memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif

atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal

sebagai potensi reaksi sikap terhadap obyek sikap. Sikap merupakan keyakinan

individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang

mungkin terjadi.

Dalam penelitian ini, sikap petani terhadap kegiatan Penguatan Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) didefinisikan sebagai kecenderungan

petani untuk memberikan respon terhadap proyek tersebut. Sikap petani terhadap

kegiatan LDPM ini diukur dengan empat parameter, yaitu : tujuan dari kegiatan

(35)

pelaksanaan kegiatan dari proyek tersebut serta manfaat dan hasil yang dicapai

bagi petani sendiri.

.

Gambar 1. Kerangka Pikir Kelompok Tani

Gapoktan

LDPM

Simpan Pinjam Lumbung Pangan

Partisipasi Petani

Pendapatan Usaha Tani Padi Petani Padi

(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba dalam kurun waktu awal bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

2019, dengan pertimbangan bahwa di Daerah ini merupakan salah satu daerah

yang berpartisipasi dalam Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat yang dinaungi

langsung oleh dinas ketahanan pangan Kabupaten Bulukumba.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yakni memilih sampel secara sengaja terhadap petani padi yang

berpartisipasi terhadap Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat di kecamatan

gantarang kabupaten bulukumba.

Populasi keseluruhan yang berada dalam naungan gabungan kelompok

tani yang berpartisipasi terhadap lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM)

sebanyak 205 orang yang terdiri dari beberapa kelompok tani,maka sampel yang

di ambil sebnyak 30 orang dari 12 kelompok tani yang memiliki peran penting

dalam lembaga kelompok tani.

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data

1. Data Kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kata yang dikumpulkan

(37)

rekaman), yang diproses sebulem siap digunakan melalui pencatatan,

penyuntingan, atau ali tulis, tetapi analisis kuliatatif tetap menggunkan kata-

kata, yang diasannya disusun kedalam teks yang diperluas.

2. Data kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung,

yang berupa informasi atau penjelasan yang dinytakan dengan bilangan atau

bentuk angka.

3.3.2 Sumber Data

1. Pada penelitian ini jenis data yang diambil adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan

diteliti (responden) pada penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari

Gapoktan penerima bantuan program LDPM.

2. Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari lembaga atau instansi

tertentu (Suyanto dan Sutinah 2005). Pada penelitian ini, data sekunder di

peroleh dari Badan Ketahan Pangan Kabupaten Bulukumba.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumplan data dalam penelitian ini ada beberapa cara agar data

yang diperoleh merupakan data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran

yang sebenarnya dari kondisi pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya

meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di Desa Sumberagung.

(38)

3.4.1 Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan

fisik lingkungan maupun diluar lingkungan itu sendiri.Metode ini digunakan

untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, lebih mendalam dan

terperinci, maka dalam melakukan pengamatan dilaksanakan melalui observasi

non partisipan terutama pada saat berlangsungnya kegiatan program. Data dan

informasi yang diperolah melalui pengamatan ini selanjutnya dituangkan dalam

tulisan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

mengenai partisipasi petani padi dalam program aktivitas Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

3.4.2 Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2005:) adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam wawancara, peneliti menggali

sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah subyek.

Pada penelitian ini dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait

dalam Program petani padi dalam program aktivitas Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.. Tujuan dilakukan

wawancara adalah untuk menggali informasi secara langsung dan mendalam dari

(39)

3.4.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya

memperoleh data. Kejadian – kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat

dijadikan atau dipakai untuk menjelaskan kondisi didokumentasikan oleh peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013), skala likert merupakan suatu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan di

ukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut di

jadikan sebagai titik tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat

berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban dari setiap instrument skala likert mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dengan perolehan skor

antara lain:

Tabel 1 Skor Penilaian Skala Likert

NO Kriteria Skor

1. Setuju/sering/positif 3

2. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 2

3 Tidak setuju/tidak pernah/negatif 1

Sumber : Data primer setelah diolah, 2018

Tabel 1 menunjukan bahwa Penilaian skala likert skor tertinggi dengan

jumlah skor 3 yakni responden dengan jawaban setuju/sering/positif. Skor 2 untuk

responden dengan jawaban ragu-ragu/kadang-kadang/netral. Skor terendah yakni

(40)

Tabel 2 Kriteria skor

Tabel 2 menjelaskan bahwa kriteria skor tertinggi dengan bobot 66,67% -

100,00%, kategori sedang dengan bobot 33,34% - 66,67%, dan kategori rendah

dengan bobot 0,00%-33,33%.

3.6 Definisi operasional

1. Petani adalah mereka yang menanam padi yang menguasai sebidang tanah

pertanian di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

2. Kelembagaan dapat diartikan sebatas entitas (kelompok organisasi) yaitu

himpunan individu yang sepakat untuk menetapkan dan mencapai tujuan

bersama.

3. LDPM adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan

yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha

yang dikelolanya.

4. Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan

bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha

5. Kelompok tani adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang di

bentuk atas dasar kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social,

NO Kriteria Bobot

1 Tinggi 66,67-100,00

2 Sedang 33,34-66,66

(41)

ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha anggota.

6. Partisipasi petani adalah semua petani yang bergabung di suatu kelompok

tani dan berada di bawah naungan gapoktan yang berkontribusi aktif dalam

(42)

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis Kabupaten Bulukumba

Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu

kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan

jarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan

(Makassar). Secara geografis, Kabupaten Bulukumba terletak antara 5o20”

sampai 5o40” lintang selatan dan 119o58” sampai 120o28” bujur timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur dengan Teluk

Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Bantaeng.

Kabupaten Bulukumba secara administratif terbagi menjadi 10

kecamatan meliputi 27 kelurahan dan 99 desa dengan luasan sekitar 1 154.7 km2

atau sekitar 2.5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan. Kecamatan Gantarang

dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing 173.5

km2dan 171.3 km2 (sekitar 30 persen dari luas kabupaten), sedangkan Kecamatan

Ujung Bulu yang merupakan pusat kota kabupaten memiliki luas wilayah terkecil

yaitu 14.4 km2 atau hanya sekitar 1 persen. Kabupaten Bulukumba memiliki

keistimewaan tersendiri dari aspek geografisnya dimana kondisi wilayahnya ada

yang bergunung, bergelombang dan rata serta memiliki garis pantai dengan

panjang kurang lebih 128 km dan luas lautan kurang lebih 921.6 km2yang

berbatasan langsung dengan Laut Flores pada bagian selatan dan Teluk Bone pada

(43)

Kabupaten Bulukumba memiliki wilayah dengan ketinggian bervariasi

dari 0 meter dpl hingga di atas 1000 m. Sebagian besar wilayahnya berada pada

ketinggian 0 sampai 500 m dpl,dimana terdapat 7 kecamatan yang merupakan

daerah pesisir yaitu Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Tiro, Bonto

Bahari, Kajang dan Herlang. Kecamatan Ujung Bulu 100 persen wilayahnya

berada pada ketinggian 0 sampai 25 mdpl dan hanya Kecamatan Kinda ng yang

memiliki ketinggian di atas 1000 mdpl dengan luasan sekitar 34 persen dari luas

kecamatan tersebut.

Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Bulukumba Dirinci Menurut Kecamatan.

NO Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase terhadap Luas Kabupaten 1 Gantarang Pongre 173,5 15,01

2 Ujung Bulu Terang-Terang 14,5 1,25

3 Ujung Loe Dannuang 144,3 12,50

4 Boto Bahari Tana Lemo 108,6 9,4

5 Bonto Tiro Hila-Hila 78,3 6,78

6 Kassi Tanuntung 68,8 5,96

7 Kajang Kassi 129,1 11,18

8 Bulukpa Tanete 171,3 14,84

9 Rilau Ale Palampang 117,5 10,18

10 Kindang Borongrappoa 148,8 12,88

Bulukumba 1154,7 100

Sumber : BPS Kabupaten Bulukumba 2019

Tabel 3 menjelaskan bahwa Kecamatan terluas yakni Kecamatan

Gantarang, dengan luas 173,5 km2 (15,01%), wilayah tersempit di Kecamatan Ujung Bulu dengan luas 14,5 km2 (14,5%).

(44)

4.2. Keadaan Geografis Desa atau Keluraha di Kecamatan Gantarang

Table 4. Luas Wilayah Status dan Klasifikasi Menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan Gantarang.

Dasa/Kelurahan Luas Wilayah km2 Status Klasifikasi

Mario Rennu 11,79 Kelurahan Swasembada

Jalanjang 11,46 Kelurahan Swasembada

Matekko 2,68 Kelurahan Swasembada

Paenre Lompoe 5,15 Desa Swasembada

Bialo 6,4 Desa Swasembada

Bonto Macinna 12,16 Desa Swasembada

Bonto Masila 7,74 Desa Swasembada

Padang 11,08 Desa Swasembada

Barombong 5,06 Desa Swasembada

Bonto Sunggu 5,3 Desa Swasembada

Polewali 7,1 Desa Swasembada

Palambarae 9,93 Desa Swasembada

Bukit Tinggi 5,03 Desa Swasembada

Bonto Nyeleng 11,00 Desa Swasembada

Bukit Harapan 11,33 Desa Swasembada

Dampang 8,14 Desa Swasembada

Bonto Raja 12,29 Desa Swasembada

Benteng

Gattareng 7,07 Desa Swasembada

Gattareng 6,11 Desa Swasembada

Benteng

Malewang 11,17 Desa Swasembada

Taccorong 5,52 Desa Swasembada

Gantarang 173,51

Sumber : KASI PMD Kecamatan Gantarang 2019.

Tabel 4 menunjukkan bahwa wilayah Desa terluas di Kecamatan

Gantarang yakni Desa Bonto Manai dengan luas 12,16 km2. Wilayah tersempit yakni Kelurahan Matekko dengan luas 2,68 km2.

4.3. Iklim dan Cuaca

Curah hujan antara 800-1000 mm/tahun meliputi Kecamatan Ujung

Bulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bonto Bahari. Curah

(45)

sebagian Ujung Loe dan sebagian Bonto Tiro. Curah hujan antara 1500-2000

mm/tahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung

Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bonto Tiro, sebagian

Herlang dan Kajang. Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan

Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa dan Herlang.

4.4. Keadaan Demografis Kecamatan Gantarang

Tabel 5. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Luas Desa, Kepadatan Menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan Gantarang.

Dasa/Kelurahan Penduduk

(Orang) Luas Desa (Km

2 ) Kepadatan (Orang/Km2) Mario Rennu 4519 11,79 383 Jalanjang 5000 11,46 436 Matekko 3852 2,68 1437 Paenre Lompoe 5254 5,15 1020 Bialo 3040 6,4 475 Bonto Macinna 4424 12,16 364 Bonto Masila 2925 7,74 378 Padang 3612 11,08 326 Barombong 1721 5,06 340 Bonto Sunggu 2444 5,3 461 Polewali 5181 7,1 730 Palambarae 3769 9,93 380 Bukit Tinggi 2605 5,03 518 Bonto Nyeleng 3146 11,00 286 Bukit Harapan 2811 11,33 248 Dampang 4274 8,14 525 Bonto Raja 3796 12,29 309 Benteng Gattareng 3154 7,07 446 Gattareng 4091 6,11 670 Benteng Malewang 2669 11,17 239 Taccorong 2294 5,52 416 Gantarang 74582 173,51 430

Sumber : BPS Kabupaten Bulukumba 2019.

Tabel 5 menjelaskan bhawa jumlah penduduk terpadat berada di Desa

(46)

berada di Desa Barombong yakni 1.721 orang. Wilayah Desa terluas yakni Desa

Bonto Raja dengan luas 12,29 km2, wilayah tersempit yakni Desa Matekko dengan luas 2,68 km2 , kepadatan penduduk tertinggi di Desa Mataekko yakni 1437 orang/km2 ,terendah di Desa Benteng Malewang yakni 239 orang/km2 .

Table 6. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamnatan Gantarang.

Kelempok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 3.479 3.322 6.801 5-9 3.557 3.402 6.959 10-14 3.535 3.397 6.932 15-19 3.265 3.152 6.417 20-24 2.733 2.912 5.645 25-29 2.627 2.973 5.600 30-34 2.513 2.955 5.468 35-39 2.609 2.989 5.598 40-44 2.463 2.806 5.269 45-49 2.220 2.608 4.828 50-54 1.861 2.275 4.136 55-59 1.503 1.730 3.233 60-64 1.155 1.363 2.518 65-69 877 1.128 2.005 70-75 615 872 1.487 75+ 631 1.055 1.686 Jumlah 35.643 38.939 74.582

Sumber : BPS Kabupaten Bulukumba 2019.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk tertinggi berada pada

kategori 5 – 9 tahun yakni 6.959 orang. Jumlah penduduk terendah berada pada

kategori umur 70 – 75 tahun dengan jumlah 1.487 orang.

4.5. Kondisi Pertanian di Kecamatan Gantarang

Kabupaten Bulukumba memiliki kontribusi yang cukup besar dalam

upaya menjadikan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai daerah lumbung padi

(47)

berusaha keras dalam upaya membangun system perekonomian dalam

mengandalkan potensi lokal daerah,dan ini tercermin dalam pembangunan Sentra

Kawasan Industri (SKI) Bulukumba yang akan dipusatkan di Kelurahan

Mariorennu, Kecamatan Gantarang. Salah satu pabrik yang kini telah beroperasi

adalah pabrik pengolahan padi atau Rice Processing Complex (RPC) yang

dibangun pada tahun 2011 lalu ini.Pabrik ini merupakan icon bagi masyarakat

Kabupaten Bulukumba. RPC ini juga telah dilengkapi dengan teknologi

pengolahan yang canggih dengan dan berteknologi modern, sehingga beras yang

dihasilkan adalah beras dengan kualitas terbaik dan siap distribusikan dengan

keberadaan pabrik tersebut, kualitas produksi beras petani dapat dipertahankan

6-12 bulan.

Selain itu, dengan keberadaan pabrik tersebut, hasil produksi beras di

Bulukumba juga mengalami peningkatan mencpai 100-350 per hari. Hal tersebut

pada akhirnya dapat member pengaruh bagi stabilitas harga yang dapat terjamin

.Langkah lain yang sedang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten

Bulukumba dalam upaya mendorong pertanian padi sebagai ekonomi lokal yang

berpotensi ekspor adalah melalui penciptaan bibit padi varietas unggul padi yang

dihasilkan dapat memiliki kualitas terbaik diantara beras lainnya. Kementrian

pertanian Indonesia juga telah memberi izin ekspor beras dengan persyaratan

bahwa beras yang dihasilkan adalah jenis beras super dengan menggunakan pupuk

organic untuk selanjutnya diekspor ke pasar internasional.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Kabupaten Bulukumba

(48)

pertanian menjadi sektor basis karenaselain telah dapat untuk memenuhi

kebutuhan pangan penduduk lokal. Komodidti padi dari sektor tersebut juga dapat

dieksporbaik keberbagai wilayah lainnya dalam lingkup nasional, maupun kepasar

Internasional.Pengembangan sektor basis tersebut diupayakan pemerintah daerah

dengan tetap melihat kondisi sumber daya alam dan manusia lokal yang ada.

Adanya system kelembagaan yang baik serta dorongan dari pemerintah daerah

pusat memberi implikasi bagi semakin berkembangnya pertanian padi di

Kabupaten Bulukumba yang kini telah menjadi komoditas ekspor serta

dijadikannya daerah tersebut sebagai salah satu lumbung padi nasional. Potensi

lahan sawah yang diusahakan sampai tahun 2014 seluas 22.458 Ha,untik lebih

jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini ;

Tabel 7. Luas Lahan Sawah (Ha) Tahun 2010 – 2014

NO KECAMATAN DIUSAHAKAN UNTUK PERTANIAN SEMENTARA TIDAK DIUSAHAKAN JUMLAH 1 2 3 4 5 1 GANTARANG 8.011 - 8.011 2 UJUNGBULU 337 - 337 3 UJUNG LOE 2.953 - 2.953 4 BONTOBAHARI 63 - 63 5 BONTOTIRO 168 - 168 6 HERLANG 338 - 338 7 KAJANG 2.300 - 2.249 8 BULUKUMPA 3.119 - 3.169 9 RILAU ALE 3.211 - 3.211 10 KINDANG 1.958 - 1.958 BULUKUMBA 2014 22.458 - 22.458 2013 22.458 - 22.458

(49)

2012 22.458 - 22.458

2011 22.458 - 22.458

2010 22.458 - 22.458

Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Tahun 2014.

Tabel 7 menunjukkan bahwa lahan sawah tersebut di atas menurut jenis

irigasi atau pengairannya, terdiri dari : lahan sawah Irigasi seluas 20.423 hektar

atau sekitar 90,93 % dari total lahan sawah menurut irigasi, dan jenis lahan sawah

tadah hujan sebesar 2.035 hektar, atau 9,07%. Mayoritas lahan sawah di

Kabupaten Bulukumba mampu berproduksi 2 kali dalam setahun.

Tabel 8. Luas Lahan Sawah Menurut Irigasi Tahun 2010 – 2014

NO KECAMATAN IRIGASI TADAH

HUJAN RAWA PASANG SURUT RAWA LEBAK JML 1 2 3 4 5 6 7 1. GANTARANG 8.005,00 6 - - 8.011,00 2. UJUNGBULU 310 27 - - 337 3. UJUNG LOE 2.771,00 182 - - 2.953,00 4. BONTOBAHARI 53 10 - - 63 5. BONTOTIRO 25 143 - - 168 6. HERLANG 0 338 - - 338 7. KAJANG 1.517,00 783 - - 2.300,00 8. BULUKUMPA 3.073,00 46 - - 3.119,00 9. RILAU ALE 2.814,00 397 - - 3.211,00 10. KINDANG 1.855,00 103 - - 1.958,00 BULUKUMBA 2014 20,423,00 2.035,00 - - 22.458,00 2013 20,423,00 2.035,00 - - 22.458,00 2012 20,423,00 2.035,00 - - 22.458,00 2011 11,208,00 7.281,00 1.800,00 2.169,00 24.523,00

(50)

\Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2014

Tabel 8 menunjukkan bahwa Potensi lahan bukan sawah Tahun 2014 di

Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari tegal/ kebun, ladang/ huma, perkebunan,

hutan rakyat, padang/ pengembalaan/ padang rumput dan tambak/ kolam/ empang,

(51)

Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Tahun 2014.

NO KECAMATAN

LAHAN BUKAN SAWAH

TEGAL/KEBUN LADANG/H UMA PERKEBU NAN HUTAN RAKYAT PADANG/PENGE MBALAAN/PADA NG RUMPUT SEMENT ARA TDK DIUSAHA KAN TAMBAK,KOLAM ,EMPANG TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. GANTARANG 3.177 - 4.327 62 12 20 704 8.302 2. UJUNGBULU 134 - - - - 173 307 3. UJUNG LOE 5.295 - 2.348 535 - 1.921 10.099 4. BONTOBAHARI 3.992 - 1.180 1.200 - 20 577 6.969 5. BONTOTIRO 3.944 - 2.080 479 10 144 570 7.227 6. HERLANG 3.608 - 2.214 - - 256 6.078 7. KAJANG 4.877 - 2.008 579 - 2.313 9.777 8. BULUKUMPA 853 - 12.107 165 - 545 13.670 9. RILAU ALE 3.150 4.271 420 16 - 445 8.302 10. KINDANG 1918 7.279 - - - 1.935 11.132 BU L U K U M B A 2014 30.948 11.550 26.684 3.036 22 184 9.439 81.863 2013 30.948 11.550 26.684 3.036 22 184 9.439 81.863 2012 30.948 33.457 1,942 3.020 - - - 76.297 2011 37.878 33.457 1,942 3.020 - - - 76.297 2011 37.573 31.989 3.585 3.831 - - - 76.978

(52)

V. HASIL DAN PEMBHASAN

5.1. Identitas Responden

Identitas responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan

petani. Identitas petani ini digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui

persepsi dan partisipasi petani pada program Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakar. Identitas petani meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan luas

lahan.

5.1.1. Umur Responden

Berdasarkan data responden yang dikumulkan diperoleh umur petani

rata-rata 52 tahun. Kisaran umur responden antara 38 – 72 tahun. Berdasarkan

data responden yang terkumpul dapat diketahui umur responden berada diusi

produktif. Berikut kelasifikasi responden berdasarkan umur :

Table 10. Sebaran Umur Responden.

No Kelompok Umur Jiwa (orang) Persentase (%)

1 32 – 40 3 10

2 41-50 16 53.33

3 51-60 7 23.33

4 61-72 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2019.

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebaran umur responden tertinggi yang ada

di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba berada dalam kelompok umur

41-50 tahun dengan jumlah 10 orang (53,33%),sebaran terendah pada kelempok

(53)

Responden dalam penelitian ini berada pada kelompok umur produktif dan

cukup potensial secara ekonomi untuk kelakuan usahatani,dan kemampuan

mengembangkan usahatani.

5.1.2. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menerima dan

menerapkan program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat. Tingkat

pendidikan responden umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Tingkat

pendidikan responden dapat diliha pada table di bawah.

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 3 10

2 SMP 8 26,66

3 SMA 17 56,66

4 Diploma 2 6.66

Jumlah 30 100

Sumber : Data Perimer Setelah Diolah, 2019.

Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yakni

responden tingkat pendidikan SMA dengan Jumlah 17 orang (56,66%),terendah

Diploma dengan Jumlah 2 orang (6,66%).

Pendidikan merupakan identitas suatu masyarakat.Apabila pendidikan

responden tinggi,maka masyarakat tersebut mampu menerima pengetahuan

maupun inovasi terkait Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(54)

5.1.3. Luas Lahan

Luas lahan petani yang terdaftar dalam Program Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat, akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya bantuan yang

akan disalurkan kepetani. Berikut table luas lahan petani responden.

Table 12. Luas Lahan Petani Responden.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0,5 – 1,0 18 60,0

2 1,5- 2,0 9 30

3 2,5-3,0 3 10

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 12 menunjukkan bahwa luas lahan yang memiliki responden terbagi

dalam 3 kategori yakni:0,5-1,0 ha dengan jumlah 18 0rang (60,0%),luas lahan

1,5-2,0 ha dengan jumlah 9 orang (30%),luas lahan 2,5-30,0 ha dengan jumlah 3

orang (10%).

5.2 Partisipasi Petani Padi Dalam Lembaga Program Distribusi Pangan Ma syarakat

5.2.1 Partisipasi Dalam Pemanfaatan Program

Table 13. Jumlah Petani Responden Dalam Pemanfaatan Program.

No Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tinggi 14 46, 66

2 Sedang 12 40, 00

3 Rendah 4 13, 33

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019.

Tabel 13 menunjukkan bahwa Gapoktan penerima bantuan Program

Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba, data yang diperoleh berdasakan hasil penelitian terdapat sekitar 46,66

(55)

dalam kategori sedang, dan 13,33 % petani yang tergolong dalam kategori rendah

dalam pemanfaatan program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).

Table 14. Skor Petani Responden Dalam Pemanfaatan Program .

No Kategori Skor`(%) Kategori

1 Aktif Dalam Pemanfaatan

Program LDPM 67,66 Tinggi

2 Ikut Dalam Pemanfaatan

Sarana/Prasarana Program LDPM 71,00 Tinggi

3

Berperan Serta Dalam Kegiatan Yang Selalu Menguntungkan LDPM

66,66 Sedang

4 Ikut Serta Memelihara

Sarana/Prasarana Program LDPM 64,33 Sedang

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019.

Sub indikator pertama partisipasi dalam pemanfaat Program Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) yaitu memanfaatkan sarana dan prasarana

yang diberikan oleh Gapoktan berupa gudang penyimpanan gabah dan sarana

transportasi dalam pengelolaan paska panen, sehingga para petani yang terdaftra

dalam kelompok tani yang di naungi oleh gapoktan mabbulo sibatang dapat

dengaan mudah mengelolah hasil panennya. Skor yang diperoleh dari kegiatan

tersebut sebesar 71,00 % dan termasuk dalam kategori tinggi. hasil panen dari

petani langsung di ditribusikan ke perusahaan yang telah bekerjasama dengan

gapoktan mabbulo sibatang yaitu CV. Intani Jaya dan UD. Bonto sungguh. Tetapi

gabah yang di distribusikan tidak semua bisa di kelola oleh pihak CV. Intani jaya

dan UD. Bonto sungguh di karenakan terbatasnya kapasitas pabrik.

Adapun untuk responden yang berperan serta dalam kegiatan yang selalu

menguntungkan LDPM mendapatakan skor 66,66% dan ikut serta memelihara

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir...............................................................................
Gambar 1. Kerangka Pikir Kelompok Tani
Tabel 1 Skor Penilaian Skala Likert
Tabel 2 Kriteria skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan

48 ASRM ASURANSI RAMAYANA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT... BSRE1 - BSR

Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis, meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan

.ةيناثلا ةغللا ديشرتو طيسبت لجأ نم داولدا يمدقتل ةحيح.. وأ ةيناّثلا ةغللا مهفي نأ ذيملاّتلا عيطتسي ثحابلا ىجري يلباقّتلا ليلحّتلا دوجوبو ةيبنجلأا ةغللا

Mulsa daun kering yang diletakkan disekitar tanaman akan berfungsi minimal tiga hal yaitu (a) menekan gulma sehingga tanaman pokok tidak bersaing dengan gulma (b) mulsa daun

1 Januari 2017 26 Hasil uji analisa data menggunakan uji Nonparametrik Kruskall-Wallis dengan p < 0.05 menunjukkan signifikasi 0.001 yang berarti terdapat

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan pemberian umpan balik positif dengan siswa yang diajar dengan model

Mengenai konsep dasar tentang Masyarakat Adat itu sendiri, yang paling klasik bisa dirujuk pada apa yang dikemukakan oleh Ter Haar (1979: 27) dengan konsepnya yang disebut