• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG

A. Ordo Lepidoptera

Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "sayap bersisik" dan mengacu pada karakteristik yang mencakup sisik mikroskopis yang mirip debu pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang biasanya terbang di siang hari dengan warna yang mencolok dan ngengat yang biasanya terbang di malam hari dengan warna yang kusam.

Lepidoptera merupakan salah satu Ordo yang memiliki anggota terbesar, salah satu anggotanya yaitu kupu-kupu yang memiliki anggota lebih dari 170.000 spesies yang ada di dunia. Jumlah tersebut hanyalah 10 % dari jumlah keseluruhan spesies Lepidoptera di dunia, termasuk di dalamnya ngengat (Peggie & Amir, 2006). Walaupun kupu-kupu hanya sedikit dibandingkan dengan ngengat, namun kupu-kupu lebih dikenal karena kupu-kupu memiliki kebiasaan terbang di siang hari dan memiliki warna yang cerah serta corak yang khas.

Kupu-kupu dapat hidup di berbagai tipe habitat yang berbeda, khususnya di daerah tropis seperti Indonesia. Indonesia merupakan daerah tropis dan memiliki struktur ekologi, geologi dan biografi yang kompleks, oleh karena itu keanekaragaman kupu-kupu di Indonesia pun tinggi. Jumlah spesies kupu-kupu di Indonesia ada sekita 170.000 spesies yang diantaranya terdapat 5000 spesies di Papua (Sihombing, 1999) dan sekitar 560 spesies kupu-kupu di Sulawesi, 24% diantaranya merupakan kupu-kupu endemik (Soehartono & Mardiastuti, 2003).

(2)

Kupu-kupu merupakan serangga phytophagous. Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya sedangkan ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya.

1. Klasifikasi Lepidoptera

Berdasarkan aksesoris tambahan yang terdapat pada sayap Lepidoptera, Ordo Lepidoptera terdiri dari 2 subordo yaitu Yugatae (Familia Eriocraniidae, Micropterygidae dan Hepialidae) dan Frenatae (Familia Cossidae, Plutellidae, Pyralidae, Zygaenidae, Psychidae, Geometridae, Bombycidae, Saturniidae, Sphingidae, Papilionidae, Danaidae, Nymphalidae, Pieridae, Hesperidae (Hadi,

et.al., 2009).

a. Sub Ordo Yugatae

Sub Ordo ini memiliki ciri dimana kedua sayap depan dan belakang memiliki struktur vena yang sama dan dihubungkan dengan yugum yang berbentuk seperti kait pada bagian dasar dari sayap depan dan menjorok ke bagian bawah sayap belakang (Hadi et al., 2009). Dengan adanya yugum, sayap depan dan belakang dari Lepidoptera berlekatan satu sama lain sehingga pada waktu terbang sayap bergerak bersamaan.

b. Sub Ordo Frenatae

Anggota sub Ordo ini memiliki organ khusus yang disebut frenulum atau perluasan sudut humeral pada sayap depan yang merupakan sekelompok rambut kasar yang menjulur ke depan pada pangkal sayap belakang (Hadi et al., 2009). Pada klasifikasi pada versi yang berbeda menurut C. Linnaeus (1758) Ordo Lepidoptera terdiri dari 6 Familia, yaitu:

(3)

1) Familia Papilionidae

Anggota Papilionidae biasanya memiliki ukuran besar, beberapa berwarna mencolok dengan satu atau dua warna pada latar hitam. Tidak semua spesies memiliki ‘ekor’, namun ada beberapa spesies yang memiliki ‘ekor’ yang merupakan perpanjangan dari sudut sayap belakangnya. Beberapa anggota Papilionidae terbang dengan cepat dengan menggunakan sayap depannya untuk mendorong dan sayap balakangnya untuk menyetabilkan dan menentukan arah. Spesies jantan biasanya ditemukan di sekitar genangan air dan pinggir sungai (Morrell, 1960).

Telur berbentuk bulat atau kubah, biasanya ditemukan dibawah permukaan daun inang larva. Larva memiliki daging bercabang khusus berbentuk seperti ‘tanduk’ yang tersembunyi di belakang kepalanya. ‘Tanduk’ ini akan muncul keluar dan mengeluarkan bau yang tidak enak disaat merasa terancam. Beberapa larva muda berbentuk seperti kotoran burung dengan struktur tubuh lembut. Ukuran kepala larva kecil dengan penebalan tubuh di segmen ketiga dan keempat. Pupa selalu menempel di bantalan ranting dengan posisi vertikal terbalik dan terikat oleh sutra tipis (Jaques, 1947).

Banyak jenis yang bersifat sexual dimorphic yaitu berbeda pola sayap jantan dan betina. Beberapa jenis, betina bersifat polymorphic atau memiliki beberapa pola sayap. Untuk jenis yang pola sayap jantan dan betina serupa, betina biasanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dengan sayap yang agak membulat (Morrell, 1960).

(4)

2) Familia Pieridae

Kupu-kupu yang memiliki ukuran tubuh sedang berwarna putih, kuning atau orange dengan warna yang menebal di bagian atas sayap belakang dan pola urat berwarna hitam. Tidak ada perpanjangan sayap yang menyerupai ekor dan banyak jenis yang menunjukan variasi sesuai musim. Beberapa memiliki kebiasaan bermigrasi dan beberapa jenis menunjukan banyak variasi (Morrell, 1960).

Telur mudah untuk dikenali karena berbentuk ramping dan panjang. Larva biasanya bercorak hijau dengan bercak longitudinal silindris dan panjang, tanpa ‘tanduk’ atau ‘ekor’ namun berambut jarang. Pupa berwarna hijau, menempel di bagian anal dan biasanya terikat oleh benang sutra tipis seperti pupa Papilionidae (Jaques, 1947).

3) Familia Danaidae

Danaidae memiliki ukuran tubuh sedang yang biasanya terbang lambat dan rendah. insektifor yang berani untuk menyerang Danaidae sangat sedikit karena Danaidae biasanya mengeluarkan bau dan rasa yang tidak enak dan. Beberapa burung muda yang memakan Danaidae dengan tidak mengutamakan rasa dan bau karena terlalu lapar atau memiliki sistem pencernaan yang kuat seperti pemakan lebah. Jantan memiliki karakter seksual lanjutan pada bentuk jenis dan embelan dari sisik penghasil feromon pada sayapnya. Danaidae jantan juga memiliki sepasang ‘kuas’ berbulu yang dapat dikeluarkan dari abdomen mereka, yang biasanya digunakan pada proses kawin untuk menyapukan feromon dari embelan sisik baunya pada sayap belakang. Pada banyak spesies, ‘kuas’ keluar saat kupu-kupu terancam, yang menyebabkan musuh kebingungan serta mengeluarkan bau

(5)

dan rasa yang tidak enak untuk perlingungan tidak hanya untuk spesies tapi juga untuk menyembuhkan diri setelah terluka (Morrell, 1960).

4) Familia Nymphalidae

Familia Nymphalidae menunjukan variasi yang beragam dalam ukuran, bentuk dan warna serta sulit untuk memberikan karakter khusus pada saat pertama kali mereka diketahui. Seperti Familia Danaidae dan Satyridae, kaki depan kupu-kupu dewasa Nymphalidae tidak digunakan untuk berjalan dan pupa hanya menempel pada bagian anal. Kupu-kupu jantan tidak memiliki bau khusus dan sangat menyukai cahaya matahari (Morrell, 1960).

Beberapa spesies Nymphalidae memiliki kelakuan yang beragam. Beberapa kupu-kupu senang kotoran dan buah yang telah busuk dan lebih memilih bayangan tanaman. Banyak dari jenis kupu Nymphalidae merupakan kupu-kupu khas dari kebun dan tempat terbuka serta mengunjungi bunga. Kupu-kupu-kupu lainnya merupakan kupu-kupu tanah terbuka, tepi hutan dan puncak pohon. Semua spesies Nymphalidae terbang dengan kuat dan cepat (Morrell, 1960).

Gambar 2.1. Euthalia monina (Nymphalidae) (Sumber: Dokumen Pribadi)

(6)

Larva juga bervariasi dan biasanya menunjukan tingkat adaptasi pertahanan yang tinggi. Beberapa memiliki duri yang banyak dan biasanya tanaman inang merupakan tanaman dikotil. Pupa menggantung, biasanya menyerupai daun layu atau sobek. Banyak jenis memiliki facet metalik atau titik (Jaques, 1947).

5) Familia Lycaenidae

Tanpa pengecualian anggota famila Lycaenidae merupakan kupu-kupu berukuran paling kecil, banyak jenis sisiknya berwarna biru metalik, silver atau berwarna tembaga. Pada sayap belakang dari beberapa spesies terdapat satu, dua atau bahkan tiga ‘ekor’ panjang berbentuk benang yang biasanya satu atau dua pasang terkait di bawah titik mata pada cuping sayap.

Beberapa spesies seperti genus Liphra, Miletus dan Spalgis memiliki larva yang memakan serangga lain bukan daun. Kebanyakan larva merupakan perusak kayu yang kepala, kaki dan klasper tersembunyi di bawah karapaks berdaging, beberapa spesies bersimbiosis dengan semut dan sebagai timbal balik untuk perlindungan semut, larva mengeluarkan cairan manis dari kelenjar dorsalnya. Pupa memiliki bentuk dan cara menempel yang sangat beragam, beberapa tidak menempel dan menyerupai daun mati. Beberapa spesies memiliki larva yang tergantung oleh benang sutra tipis, beberapa membentuk pupa di daun yang menggulung yang diikat oleh benang sutra tipis, beberapa yang lain menempel tanpa adanya benang pengikat dan menempel padat dan kuat pada bagian segmen anal (Morrel, 1960).

(7)

6) Familia Hesperioidae

Secara struktur Familia Hesperioidae sangat berbeda dengan Familia yang lain dalam asal vein sayapnya yang berasal dari dasar sayap ataupun dari selnya. Ukuran badan kupu-kupu Hesperioidae labih besar daripada ukuran sayap yang lebih kecil karena Hesperiidae terbang dengan cepat. Kebanyakan menyukai cahaya matahari dan biasa ditemui terbang dengan cepat di sekitar semak Lantana dan Cordia. Tapi kebanyakan aktif hanya di awal pagi dan sekitar pukul 5.30 di sore hari. Walaupun beberapa spesies ditemukan terbang di tengah hari di bagian hutan yang berbayang (Hadi, et. al., 2009).

Larva dari banyak spesies makan pada tanaman monokotil, palem, rerumputan, bambu, jahe dan pisang. Kebanyakan makan dan membentuk pupa di gulungan daun dan kebanyakan dari mereka berwarna putih. Pupa biasanya menempel dengan kait atau dampalan dan terikat oleh lebih dari satu benang (Jaques, 1947).

7) Familia Satyridae

Kebanyakan anggota Satyridae merupakan kupu-kupu kecil, bersayap lebar terkadang membulat, kupu-kupu ini terbang lambat dan mendekati tanah dan bayangan tanaman. Biasanya berwarna coklat dengan beberapa ocelli pada bagian bawah sayap. Jantan dari beberapa spesies memiliki bau yang khas, ‘kuas’ dan penebalan yang berbeda pada beberapa vein di pangkal sayap depannya (Morrell, 1960).

Tanaman inang biasanya monokotil seperti rerumputan, palem dan bambu. Sebagian larva instar awal dari beberapa spesies yang umum ditemukan tidak

(8)

diketahui, beberapa Familia Satyridae tidak menempatkan telur mereka dengan bebas pada tanaman inang terpilih, tapi mereka hanya menjatuhkan telurnya saat terbang di atas rerumputan sehingga sangat sulit untuk diobservasi (Morrell, 1960). Bentuk tubuh larva meruncing ke bagian kepala maupun ke belakang sehingga biasanya dianggap memiliki dua ‘ekor’ dan biasanya ‘bertanduk’. Kebanyakan pupa menggantung dengan menempel pada bagian anal tanpa adanya benang sutra yang menahan dan beberapa dibentuk di tanah diantara akar rerumputan. Kaki depan kupu-kupu dewasa tidak digunakan untuk berjalan (Jaques, 1947).

2. Morfologi

Struktur tubuh kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian yaitu caput, thoraks dan

abdomen dengan 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap di bagian thoraks seperti yang

terlihat pada gambar 2.2. Alat kelamin Lepidoptera terdapat pada bagian ujung ruas abdomennya. Tubuh Lepidoptera dilapisi oleh eksoskeleton atau rangka luar berupa lapisan kitin dan tersusun dalam segmen-segmen seragam yang dipisahkan oleh membran fleksibel. Ketiga bagian tubuh Lepidoptera memiliki struktur yang berbeda-beda dengan fungsinya masing–masing (Morrell, 1960), yaitu :

a. Caput (kepala)

Kepala bulat kecil dengan alat makan berbentuk belalai disebut probosis dan terdapat alat sensorik berupa sepasang antenna yang biasanya menebal di bagian ujungnya. Mata Lepidoptera adalah mata majemuk berbentuk belahan bola pada bagian atas kepala.

(9)

b. Thoraks (dada)

Thoraks merupakan bagian tubuh dimana kaki dan sayap terletak, tersusun

atas tiga segmen yang masing-masing terdapat sepasang kaki untuk berjalan dan berpegangan. Dua pasang sayap kupu-kupu terletak di meso thoraks dan pada

meta thoraks. Pada beberapa jenis kupu-kupu seperti Papilionidae dan

Nymphalidae memiliki embelan seperti ekor (tornus). c. Abdomen (perut)

Abdomen Lepidoptera merupakan bagian tubuh paling lunak dibanding caput

dan thoraks. Abdomen memiliki sepuluh segmen, namun hanya tujuh atau depalan yang mudah terlihat. Segmen ujung dari abdomen merupakan alat kelamin kupu-kupu. Pada jantan alat kelaminnya terdiri dari sepasang capit dan pada betina segmen terakhir abdomen berupa ovipositor yang fungsinya untuk meletakkan telur.

Gambar 2.2. Struktur tubuh dan sayap Lepidoptera (Danaidae) (Sumber: Morrell, 1960)

(10)

3. Siklus hidup kupu-kupu

Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan metamorfosis sempurna yang tiap tingkatan siklusnya memiliki bentuk yang berbeda. Kupu-kupu memiliki pola hidup bawaan yang khas antara lain pola reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam populasi yang disebut siklus hidup. Siklus hidup kupu-kupu memiliki empat tahap: telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (dewasa). Keberadaan tahapan larva dan pupa pada siklus hidup kupu-kupu merupakan tahapan yang paling mudah untuk dibedakan dari serangga lain. Kedua tahapan tersebut juga merupakan tahapan terpenting dalam siklus hidup kupu-kupu karena kedua tahapan tersebut berperan penting dalam menentukan keberhasilan siklus reproduksinya (Hadi, et. al., 2009).

Gambar 2.3. Siklus hidup kupu-kupu (Sumber: Anonim, 2008)

(11)

Bentuk larva kupu-kupu sangat berbeda dengan bentuk dewasanya karena larva belum memiliki mata majemuk, antena tereduksi dan tidak memiliki bukti eksternal keberadaan formasi sayap. Larva kupu-kupu melakukan molting pada setiap tahapan larvanya. Sebagian besar kegiatan larva yaitu makan, dengan mayoritas makanan mereka pada dedaunan, meskipun banyak spesies makan batang, akar, buah, atau bunga. Tahapan pupa kupu-kupu biasanya ditemukan di dalam kokon walaupun tidak semua spesies menghasilkan kokon. Kokon merupakan lapisan penutup yang terbuat dari sutera yang dibuat oleh larva instar akhir (Hadi, et al., 2009).

Evolusi pada tahapan pupa sangat berbeda dengan tahapan dewasa yang memungkinkan perkembangan yang terspesialisasi. Larva lebih terspesialisasi dalam pengumpulan makanan sedangkan dewasa berkembang lebih jauh dalam bereproduksi dan melakukan penyebaran. Selain itu, larva mengkonsumsi makanan yang berbeda dan lebih banyak dibandingkan dewasa sehingga dapat mengeliminasi kompetisi yang terjadi antar tahapan. Larva kupu-kupu memakan jaringan tumbuhan hijau untuk pertumbuhannya, sedangkan kupu-kupu dewasa memakan nektar bunga untuk keberlangsungan hidupnya. Ketika keduanya baik larva maupun dewasa terspesialisasi untuk mengumpulkan makanan, sumber makanan mereka tidak sama (Hadi, et al., 2009).

Lepidoptera diurnal dan nokturnal menunjukkan keragaman yang besar dalam ukuran dan tingkat perkembangan. Setiap spesies yang memiliki perkembangan yang cepat dapat menyelesaikan siklus perkembangan mereka dalam waktu tiga minggu, sedangkan yang lebih lambat mungkin memerlukan

(12)

selama dua atau bahkan tiga tahun. Faktor fisik lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan ini yaitu temperatur. Semakin tinggi suhu semakin cepat pula pertumbuhannya (Hadi, et al., 2009).

B. Kenekaragaman Kupu-kupu

Kajian mengenai keanekaragaman kupu-kupu telah banyak dilakukan di semua negara termasuk Indonesia. Karena Indonesia merupakan Negara tropis dengan keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, sehingga kegiatan kajian mengenai keanekaragaman kupu-kupu pun banyak dilakukan. Seperti yang telah di laporkan oleh Panjaitan, di taman wisata Gunung Meja Kabupaten Manokwari terdapat 96 spesies kupu-kupu dan Noerdjito & Amir (1991) menyampaikan bahwa di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya terdapat 64 spesies kupu-kupu dan 20 spesies belum terindentifikasi.

Sedangkan di Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta terdapat 25 spesies (Sin et al. 2002). Keanekaragaman Kupu-kupu di Kampus IPB Darmaga terbilang tinggi dengan ditemukannya 77 spesies dan 3 spesies endemic (Saputro, 2007). Selain itu telah dilaporkan di teluk Wondama, Manokwari bahwa keanekaragaman kupu-kupu di wilayah itu sedang dengan 95 spesies (Shintawati, 2009). Di sepanjang Jalur Lembang-Jayagiri, Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat keanekaragaman kupu-kupu sedang dengan ditemukannya 28 spesies. (Yunita, 2009). Di Resort Gunung Putri, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilaporkan bahwa keanekaragaman kupu-kupu disana sedang dengan ditemukannya 19 spesies. (Syafitri et al., 2010).

(13)

C. Kupu-kupu dengan Tanaman Inang

1. Adaptasi, Kebiasaan Kawin dan Migrasi Lepidoptera

Kebiasaan kupu-kupu sangatlah beragam, tergantung pada adaptasi dari spesies atau kelompok terhadap iklim, jenis lingkungan, tanaman inang, cara makan, dan faktor lainnya. Kupu-kupu merupakan hewan kosmopolitan yang bisa dijumpai hampir di berbagai tipe habitat yang berbeda. Kupu-kupu biasanya mudah ditemukan di suatu wilayah yang terdapat tanaman inangnnya dan terdapat genangan ataupun aliran air di dekatnya karena kupu-kupu sering mengunjungi areal basah untuk memperoleh air. Sebagai serangga poikilotermal yang selalu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan tempat tinggalnya, kupu-kupu lebih banyak di temukan di area terbuka dengan suhu hangat (Nugroho dalam Bidiversitas Indonesia, 2011). Namun ada beberapa jenis lain yang lebih suka di daerah tertutup seperti di bawah tajuk pohon yang lembab dan sejuk.

Dari perbedaan kedua tipe habitat tersebut terdapat perbedaan warna spesies yang mencolok. Kupu-kupu yang teramati terbang di daerah terbuka biasanya memiliki warna sayap yang lebih cerah dan terdiri dari aneka warna. Salah satu contohnya yaitu Graphium sarpedon dengan paduan warna yang cerah. Sedangkan kupu-kupu yang terbang di daerah yang tertutup biasanya memiliki warnah yang lebih gelap, contohnya yaitu Euploea mulciber. Perbedaan warna pada pola sayap kupu-kupu merupakan salah satu pola adaptasi kupu-kupu terhadap kondisi lingkungannya. Warna sayap kupu-kupu yang gelap akan membantu penyerapan panas lingkungan pada tubuh kupu-kupu yang hidupnya di

(14)

habitat tertutup dengan suhu rendah (Nugroho dalam Bidiversitas Indonesia, 2011).

Meskipun jumlah kupu-kupu jauh lebih banyak dan beragam di daerah tropis, beberapa spesies bertahan hidup di batas vegetasi kutub. Banyak sekali spesies yang dapat hidup di hampir setiap lingkungan, dari padang pasir kering dan puncak gunung tinggi sampai ke rawa-rawa dan hutan hujan tropis. Sebagian besar telah beradaptasi untuk kehidupan di relung ekologi yang relatif terbatas dan dapat dibatasi hanya untuk sekelompok kecil tanaman pangan dan lebih sering hanya satu bagian dari satu tanaman. Karena itu mereka jarang melimpah di lebih dari satu tipe habitat. Banyak Lepidoptera hidup hanya di koloni yang terisolasi sebagai sisa populasi, terputus dari kerabatnya di tempat lain oleh perubahan geologi atau iklim (Ehrlich, 1984).

Persebaran dan migrasi kupu-kupu dilakukan oleh setiap individu untuk bertahan dan berada dimana mereka dewasa dan indikator dari habitat yang sesuai menunjukan bahwa migrasi dan persebaran tersebut sukses. Diasumsikan bahwa terdapat perbedaan genetik di dalam populasi untuk jarak persebaran (Baker 1969). Terdapat dua jenis genotip untuk perilaku migrasi dan persebaran yaitu genotip untuk individu yang diam di habitatnya dan yang menyebar. Namun, gen penyebaran tidak mengakumulasi sebuah unit demografi apabila mereka terus-menerus terbawa lebih cepat oleh emigran daripada mereka diperkenalkan oleh imigran. Dalam unit demografi yang menempati bagian berbeda dari suatu habitat dimana sumber daya selalu melimpah, pemilihan tanaman inang akan sangat mendukung individu yang memiliki gen untuk diam di habitatnya kecuali wilayah

(15)

tersebut sangat sempit. Sebenarnya semua individu yang menyebar akan bertahan dan bereproduksi pada habitat mereka yang baru. Saat kualitas habitat selalu cenderung memburuk atau saat sumber daya yang dibutuhkan oleh kupu-kupu dewasa cenderung lebih melimpah jauh dari dimanfaatkan oleh larva, individu dengan genotip yang berpindah dengan cepat akan terdukung (Baker, 1969). Individu yang menyebar akan lebih memilih untuk bereproduksi dari pada mereka yang diam pada habitatnya. Pada kasus ini, unit demografi akan semakin besar karena pergerakan individu akan lebih lama. Kupu-kupu tersebut bergerak dalam mencari sumber daya untuk mekanisme perkembangan dan memastikan wilayah yang sama tidak dicari secara berulang, salah satu bukti dalam mekasisme tersebut yaitu kupu-kupu yang terbang dalam sudut konstan berdasarkan matahari (Baker, 1968).

Banyak kupu-kupu menempati habitat suksesional dan banyak yang bisa menigkatkan kepadatan populasinya yang dapat mengancam kualitas dan kuantitas sumber dayanya. Kupu-kupu lainnya sepertinya telah terprogram secara genetik untuk berpindah tanpa isyarat kepadatan dari daerah yang masih memiliki sumber daya dan luas wilayah yang mendukung. Penyebaran telah terbukti meningkat dengan kepadatan, gangguan dari betina yang dikawin oleh jantan dan menyebabkan emigrasi dari betina. Salah satu contohnya yaitu anggota Genus

Pieris yang menunjukan puncak arah penerbangan geografik dibandingkan

menyebar secara sederhana (Baker, 1969). Bukti keragaman dari pola migrasi kupu-kupu mencerminkan respon memilih untuk gradien lingkungan, khususnya temperatur. Bukti ini muncul bersamaan dengan spesies yang memiliki sumber

(16)

daya yang tersebar luas. Seperti contohnya Pieris yang dapat menigkatkan kemampuan mereka dengan cara berpindah yang mengarah pada fekunditas yang lebih tinggi (Baker, 1969).

2. Kebiasaan Makan dan Pemilihan Tanaman Inang Kupu-kupu

Larva kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang memiliki mandibula dengan fungsi untuk menggigit dan mengunyah. Namun tidak semua bagian tanaman dimakan oleh larva kupu-kupu dan hanya beberapa bagian tanaman yang dimakan seperti daun dan kelopak bunga. Beberapa kelompok larva kupu-kupu memiliki cara makan yang berbeda. Ada beberapa kelompok kupu-kupu yang memakan bagian tepi daun terutama apabila kutikula tanaman tersebut tebal, tetapi banyak dari kelompok kupu-kupu yang memakan permukaan daun dan meninggalkan lubang yang menjadi karakteristik dari suatu spesies. Namun, beberapa spesies memiliki kebiasaan makan yang lebih luas dan kadang-kadang dapat mencapai puncak kelimpahan abnormal dan menggundulkan sebagian besar area hutan gugur atau padang rumput. Mayoritas larva kupu-kupu pada seluruh tahapan memiliki perilaku yang serupa dan mereka hidup pada habitat yang sama dan mengkonsumsi makanan yang sama.

Berbagai kelompok larva kupu-kupu memakan rumput dan teki tahunan. Dalam pemilihan tanaman inang pada kondisi habitat alami, serangga dihadapkan pada berbagai stimulus eksternal, kondisi dan respon internal serta rangkaian dari hambatan lingkungan (Badenes et al., 2004) yang menyebabkan sulitnya membedakan stimulus dari serangga seperti bahan kimia, visualisasi, dan stimulus mekanik dari tanaman inang dan tanaman yang bukan inang.

(17)

Kupu-kupu dewasa mengkonsumsi nektar dari bunga tanaman inangnya. Lepidoptera dewasa dapat menemukan sumber makanan mereka dengan baik dari penglihatan dan bau, penglihatan menjadi sangat penting pada spesies diurnal dan bau sangat penting untuk banyak spesies diurnal dan terutama pada spesies nokturnal. Banyak kelompok Lepidoptera lebih memilih tanaman karena sangat erat kaitannya dengan perolehan nutrisi larva yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan keseluruhan perkembangan, serta bahan kimia untuk tampilan (warna) dan pertahanan sebagai kupu-kupu dewasa (Boppre, 1984). Sumber utama yang digunakan adalah nektar bunga, tetapi getah (terutama jika fermentasi), buah-buahan masak, honeydew homopteran (gula yang mengandung sekresi dari serangga homopteran), kotoran dan bangkai kadang-kadang dikonsumsi oleh kupu. Ada hubungan mutualistik dari jenis yang luas antara spesies kupu-kupu yang mengunjungi bunga dan bunga tanaman yang mereka kunjungi serta penyerbukannya. Namun, hubungan ini jarang spesifik atau obligat, karena jarang tanaman dan Lepidoptera saling ketergantungan.

3. Peran dan Keberadaan Kupu-kupu di Lingkungan

Kupu-kupu memiliki peran dan kontribusi yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan alam dengan perannya sebagai polinator (Amir et

al., 2003; Hamidun, 2003). Diantara semua serangga, kupu-kupu menduduki

posisi vital di dalam ekosistem. Keberadaan dan keanekaragamannya dijadikan indikator lingkungan terestrial yang masih terjaga (Aluri & Rao, 2002). Serta salah bioindikator yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas oleh banyak peneliti (Ramana, el al., 2011).

(18)

Kupu-kupu memberikan pengaruh yang besar terhadap hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada bidang pertanian, larva kupu-kupu dapat menjadi hama dan dianggap musuh bagi manusia. Namun, sebagai konsumen utama dari tanaman hijau, kupu-kupu sangat penting dalam rantai makanan, bukan hanya karena jumlah spesies yang sangat besar dalam Ordo dan keragaman dari kebiasaan makan mereka, tetapi juga karena kelimpahan mereka (Borror et al., 1992). Dalam nilai estetika dari keindahan warnah dan corak, kupu-kupu dapat dijadikan media pendidikan lingkungan. Dari hal tersebut kupu-kupu bisa dikembangkan sebagai produk ekonomi wisata kreatif yang ramah lingkungan seperti Taman Kupu-kupu di Cihanjuang, Cimahi. Bahkan siklus hidup dan metamorfosis sempurna kupu-kupu pun dapat diamati oleh semua kalangan masyarakat.

Kupu-kupu merupakan hewan yang rentan terhadap perubahan lingkungan habitatnya, terutama dampak dari kegiatan manusia dan konversi lahan hutan secara besar-besaran. Kegiatan manusia inilah yang menyebabkan terjadinya kepunahan dan terancamnya keberadaan kupu-kupu saat ini (Thomas, et. al., 2004). Kepunahan kupu-kupu mungkin merupakan komponen dasar dalam dinamika populasi dari banyak kupu-kupu. Peran dari kepunahan dalam dinamika populasi kupu-kupu normal hanya satu aspek dari kepunahan kupu-kupu sekarang ini. Aspek lainnya yaitu kecenderungan tanpa arah dan kecenderungan global terhadap hilangnya populasi kupu-kupu dan spesies sebagai dampak perluasan populasi dan aktivitas manusia (Ehrlich, 1984).

Gambar

Gambar 2.1. Euthalia monina (Nymphalidae)   (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 2.2. Struktur tubuh dan sayap Lepidoptera (Danaidae)   (Sumber: Morrell, 1960)
Gambar 2.3. Siklus hidup kupu-kupu   (Sumber: Anonim, 2008)

Referensi

Dokumen terkait