A. Latar Belakang
Diselenggarakan oleh:
Didukung oleh:
https://tphwringinputih.id
1. Berdasarkan data dari Disporapar Magelang 2019, angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Magelang naik 6,23 persen menjadi 358.673 orang di tahun 2018. Adapun kunjungan wisatawan nusantara yang beredar di Magelang, naik 18 persen menjadi 5.977.422 orang di tahun 2018. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025, jumlah sampah destinasi wisata dunia bertambah hingga 2,2 miliar ton.
2. Secara khusus, permasalahan sampah berada di kawasan wisata sekitar candi Borobudur dan di wilayah Kabupaten Magelang dinilai UNESCO masih memprihatinkan. Komposisi sampah rata-rata di Kabupaten Magelang berdasarkan data persampahan Kabupaten Magelang terdiri dari 53,6% sampah organik dan 46,4% sampah anorganik. Saat ini telah dibangun 40 Bank Sampah Unit di Borobudur dengan target mencapai 150 unit pada 2021. Tahun 2020 dibangun 12 Tempat Pengelolaan Sampah Reuse Reduce Recycle (TPS-3R), dan tahun 2021 akan ditambah 8 unit TPS-3R sehingga menjadi 20 unit di seluruh desa wilayah Borobudur.
3. Permasalahan pengelolaan sampah salah satunya disebabkan ketimpangan antara biaya investasi untuk pembangunan, penyediaan sarana prasarana persampahan, dan biaya operasional pemeliharaan dengan pendapatan dari retribusi sampah. Bank sampah di kawasan Borobudur, sejauh ini memiliki problem hanya sebatas sebagai picky eater atau mengambil sampah yang bernilai. Sedangkan yang tidak bernilai belum bisa dioptimalkan pemanfaatannya. Belum lagi, bank sampah memiliki rantai cukup panjang dengan kapasitas tampung yang kecil.
RUMAH KREATIF BELAJAR SAMPAH
(TRASH PLAY HOUSE) DESA WRINGINPUTIH
TAHUN 2021
4. Isu mengenai sampah di destinasi wisata tersebut mendapatkan sorotan. Pasalnya, Borobudur mendapatkan penunjukan destinasi wisata unggulan yang tertuang dalam Surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Nomor S.51/PSLBB/PS/PLB 0/2/2020. Perlunya penegakan disiplinuntuk penerapan UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Bupati Magelang Nomor 39 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
5. Menurut data Walhi tahun 2017, TPS3R yang didirikan pemerintah, hanya 35 persen yang masih beroperasi, hal ini disebabkan karena tingginya biaya operasional TPS3R yang tidak terpenuhi dengan pendapatan yang dihasilkannya. Sedangkan Anggaran pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang sampai saat ini masih di bawah 5% per tahun dari total APBD.
6. Setiap harinya, sampah di Kabupaten Magelang mencapai 607 ton dan dapat menimbun Candi Mendut setinggi 13,3 m. Menurut data DLH Kabupaten Magelang Dengan jumlah penduduk 1,2 jiwa, artinya per orang menghasilkan 0,5 kilogram sampah. Belum lagi sampah yang dihasilkan wisatawan Borobudur yang mencapai 5 juta pengunjung setiap tahunnya.
7. Setiap tahunnya, sampah di Kabupaten Magelang mencapai 222 ribu ton sampah sehingga dapat menimbun Candi Borobudur setinggi 35 m. Dengan asumsi yang sama untuk sampah Kabupaten Magelang, ditambah pengunjung wisata yang melonjak 5 kali lipat, maka total sampah yang dihasilkan di seluruh Kabupaten Magelang dapat menimbun sebagian wilayah Kabupaten Magelang, dengan ketinggian 384 m atau 10 kali lebih tinggi dari candi Borobudur, seluas ± kecamatan Borobudur 54,55 km².
8. Perlunya solusi alternatif pendapatan baru dari TPS3R selain dari iuran dan pengelolaan sampah. Masyarakat belum melakukan pemilahan sedari sumbernnya, rendahnya kesadaran masyarakat membayar tarif retribusi pelayanan sampah serta minimnya nilai tambah yang dihasilkan dari sampah untuk masyarakat.
9. Mengingat kecamatan Borobudur adalah Kawasan Strategis Pariwisata (KSP), maka pengelolaan dan pengembangan potensi desa wisata harus selaras dengan pengelolaan lingkungan pariwisata yang berkelanjutan. Melalui Penerapan Rumah Kreatif Belajar Sampah (TRASH PLAY HOUSE) diharapkan menjadi solusi bernilai tambah bagi TPS3R Wringinputih üntuk berkesinambungan sekaligus meningkatkan daya tarik desa wisata dan mendorong terwujudkan kawasan pariwisata yang berkelanjutan.
VISI: “Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House/TPH) menjadi
bagian dari upaya dan komitmen untuk mengurangi dampak negatif sampah di kawasan strategis destinasi wisata prioritas secara produktif, kreatif dan inovatif sehingga menjadi solusi stakeholder wisata dalam upaya konkrit yang terukur dan terintegrasi dalam mewujudkan lingkungan destinasi pariwisata yang berkelanjutan”.
MISI:
1. Melaksanakan usaha Atraksi Wisata Edukasi Sampah di Tempat Pengolahan Sampah Desa di Kawasan Strategis Pariwisata untuk peningkatan daya tarik;
2. Mengembangkan solusi dan peningkatan nilai tambah pengelolaan sampah yang terintegrasi melalui 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace) secara produktif dan inovatif serta berdampak ekonomis bagi masyarakat;
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan wisatawan dalam kebiasaan hidup bersih, sehat dan mendukung pengelolaan sampah terintegrasi di lingkungan destinasi wisata.
4. Penguataan komitmen pelaku usaha dalam penerapan sistem insentif dan disinsentif pengurangan Sampah di kawasan wisata, serta dalam rangka mendukung New Normal Pariwisata (Cleanliness, Healthy, Safety, And Environmental Sustainability),
Maksud dan Tujuan: Meningkatkan kapasitas usaha/produksi Rumah
Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House) di Desa Wringinputih untuk mendukung keberlangsungan pengelolaan sampah TPS3R dan peningkatan daya tarik desa wisata, selain sebagai sarana perusahaan menjalankan program CSR yang impactful dan powerful bagi masyarakat dan membangun lingkungan destinasi pariwisata Borobudur yang berkelanjutan sesuai prinsip Sustainable Development Goals (SDG’s). Penguataan komitmen pelaku usaha dalam penerapan sistem insentif dan disinsentif pengurangan Sampah di kawasan wisata, serta dalam rangka mendukung New Normal Pariwisata (Cleanliness, Healthy, Safety, And Environmental Sustainability),
Filosofis Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House) adalah Gerakan
Produktif Pengelolaan Sampah Terintegrasi di Kawasan Strategis Destinasi Wisata untuk Pariwisata Berkelanjutan, yang mendukung Gerakan Indonesia Bersih yang bertujuan untuk mempengaruhi perubahan perilaku, terutama dalam persepsi dan tanggung jawab warga Indonesia terhadap pengelolaan sampah adalah bagian dari Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2016 untuk revolusi karakter bangsa, atau lebih dikenal sebagai Pergerakan Nasional untuk Revolusi Mental (Gerakan Nasional Revolusi Mental/GNRM).
C. KEMANFAATAN
A. TPS3R DESA
Sumber pendapatan baru untuk memenuhi biaya operasional Peningkatan nilai tambah pemanfaatan output pengolahan sampah Peningkatan dan perluasan penerima manfaat karena pertumbuhan
kapasitas dan kapabilitas layanan B. POKDARWIS
Peningkatan daya Tarik desa wisata berdampak peningkatan kunjungan wisatawan dan peningkatan nilai tambah ekonomi sektor pariwisata desa
Peningkatan profitabilitas usaha wisata dan Pokdarwis sehingga mendapatkan penambahan modal
C. PEMERINTAH DESA
Peningkatan kontribusi Pendapatan Desa (PADes) dari sektor sampah dan wisata
Pengelolaan sampah lebih efektif, penerima manfaat layanan sampah semakin banyak
Efektivitas program layanan umum untuk lingkungan dan pariwisata D. KOMUNITAS MASYARAKAT & perempuan (IRT)
Peningkatan pendapatan komunitas masyarakat dan perempuan dalam partisipasi pengelolaan sampah
Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi pengelolaan dan pemanfaatan sampah
E. WARGA PENERIMA MANFAAT
Monetisasi sampah yang dilakukan pemilahan dari sumbernya untuk pendapatan tambahan
Lingkungan yang bersih dan sampah yang teratur diangkut F. LINGKUNGAN KAWASAN WISATA
Masyarakat dan wisatawan memiliki kesadaran dan perhatian yang tinggi dalam menjaga lingkungan wisata melalui pengelolaan sampah yang efektif
Peningkatan daya tarik desa wisata dan kawasan sehingga berdampak peningkatan kunjungan dan masa tinggal wisatawan yang lebih lama.
Peningkatan produksi pertanian dan agrowisata G. PEMERINTAH DAERAH
Efektifitas pelaksanaan regulasi pengelolaan sampah di desa dan kawasan wisata
Peningkatan sarana layanan pengelolaan sampah dan perluasan penerima manfaat layanan sampah
Penurunan volume sampah yang dibuang ke TPA H. PELAKU USAHA & UMKM
Pertumbuhan pendapatan dari sumber economy sharing BUMDES dan UMKM
Peningkatan efektivitas Corporate Social & Environment Responsibility
1. Sosialisasi dan FGD Manajemen Sampah untuk Sirkuler Ekonomi& Desa wisata berkelanjutan;
2. Training Daur Ulang Sampah untuk Produktivitas Pertanian & Ketahanan Pangan ;
3. Riset Formulasi Pengolahan Maggot BSF untuk Differensiasi Produk Pakan Ternak;
4. Training Manajemen TPS3R untuk Menghasilkan Produk/Jasa bernilai tambah;
5. Pengoperasian Kebun AgroTPH; 6. Produksi Pellet Maggot BSF;
7. Pengoperasian Paket Wisata Edukasi Sampah; 8. Produksi Produk Kreatif Daur Ulang Sampah;
9. Penerapan dan manajemen Solusi Digitalisasi Sampah; 10. Event Promosi Prokes CHSE;
D. PROGRAM KEGIATAN
1. KPP TPS3R Desa Wringinputih;
2. Kepala Dusun dan perangkatnya di lingkungan Desa Wringinputih
3. Komunitas Wanita (Ibu Rumah Tangga) yang peduli dan pegiat lingkungan, sampah dan agrowisata;
4. Kelompok Sadar Wisata dan pelaku wisata Desa Wringinputih; 5. Bank Sampah Dusun Desa Wringinputih;
6. Aktivis Lingkungan dam Pariwisata Berkelanjutan; 7. Siswa dan Mahasiswa di lingkungan Desa Wringinputih