• Tidak ada hasil yang ditemukan

P R O F I L K E S E H A T A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P R O F I L K E S E H A T A N"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

P R O F I L

K E S E H A T A N

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN SUPIORI

(2)

PROFIL

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN SUPIORI

(3)

KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan Kabupaten Supiori ini merupakan bagian penting dari Sistem Kesehatan Kabupaten yang digunakan sebagai sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Kabupaten Supiori Sehat dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Kesehatan.

Dalam Profil Kesehatan ini kami menyajikan data Tahun 2012 dan informasi serta analisis sederhana tentang gambaran umum Kabupaten Supiori, pembangunan kesehatan yang telah dicapai, kinerja pelayanan kesehatan baik sektor kesehatan maupun sektor yang terkait dengan kesehatan, serta masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kami menyadari bahwa data dan informasi yang disajikan masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami senantiasa mengharapkan masukan, saran dan kritik dari semua pihak agar kami dapat menyajikan informasi sesuai yang dibutuhkan .

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan profil ini .

Harapan kami semoga Profil ini bermanfaat bagi pembangunan kesehatan di Kabupaten Supiori dan pihak lain yang membutuhkannya . Akhir kata Kasih dan Penyertaan Tuhan selalu menyertai kita .

Supiori, Mei 2012

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori

dr.Jenggo Suwarko

NIP : 19710326 200121 004

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 3 1. Tujuan Umum 3 2. Tujuan Khusus 3 C. Sistematika Penulisan 4

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Umum 6

1. Letak Geografis 6

2. Iklim 7

3. Kependudukan 8

B. Mata Pencaharian 11

C. Transportasi dan Komunikasi 11

BAB III PROGRAM KESEHATAN KABUPATEN SUPIORI

A. Visi,Misi dan Tujuan Pembangunan 12

1. Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan 12

2. Tujuan Pembangunan Kesehatan 13

B. Pelaksanaan Program Pembangunan 13

1. Program Promosi Kesehatan 13

2. Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan 14 3. Program Pelayanan Kesehatan Keluarga/KIA 14 4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 15 5. Program Pemberantasan & Pencegahan Penyakit 16 6. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 17 7. Program Pengembangan Tenaga Kesehatan 17 8. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan 18

C. Target Kegiatan Kesehatan 20

BAB IV PENCAPAIAN PROGRAM MENUJU KABUPATEN SUPIORI SEHAT

A. Pencapaian Kabupaten Supiori Sehat 23

1. Derajat Kesehatan 23 1.1 Mortalitas 23 1.2 Morbiditas 28 1.3 Status Gizi 31 2. Hasil Antara 32 a. Keadaan Lingkungan 32

b. Perilaku Hidup Sehat 33

c. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 34

3. Proses Dan Masukan 35

a. Pelayanan Kesehatan 35

b. Sumber Daya Kesehatan 37

c. Kontribusi Sektor-Sektor Terkait 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 40

B. Saran 42

(5)
(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan Kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, didukung oleh sistem pengamatan informasi dan manajemen yang handal.

Dalam era desentralisasi dimana terjadi pelimpahan kewenangan ke daerah, hal tersebut membawa dampak dalam pembangunan kesehatan. Jika sebelumnya pembangunan kesehatan lebih mengarah kepada upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif, maka paradigma pembangunan kesehatan sekarang diarahkan kepada upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif dengan pendekatan kewilayahan. Setiap wilayah Kabupaten dan kota dengan karakteristik dan masalah khas daerah memerlukan perencanaan pembangunan kesehatan yang khas daerah. Oleh sebab itu, keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Semua kebijakan pembangunan yang sedang dan atau akan diselenggarakan hendaknya memiliki wawasan kesehatan terpadu. Artinya program pembangunan harus memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan lingkungan sehat dan perilaku sehat.

(7)

Tujuan pembangunan kesehatan menuju “ Kabupaten Supiori Sehat Secara Madiri Tahun 2016 ” adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal ditandai dengan penduduk yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat, memili kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam meningkatkan upaya pembangunan kesehatan di Kabupaten Supiori sehingga setiap tahunnya diharapkan ada kemajuan dan lebih menyentuh masyarakat kecil, maka pembangunan kesehatan harus lebih difokuskan pada daerah-daerah pedalaman.

Profil Kesehatan Kabupaten Supiori Tahun 2012 ini mencoba memberikan gambaran pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pembangunan kesehatan selama tahun 2012 Kabupaten Supiori. Dengan informasi hasil pembangunan kesehatan melalui Profil Kesehatan, diharapkan semua pihak/instansi terkait dapat memanfaatkan dan memberikan solusi terhadap setiap masalah kesehatan yang dihadapi.

Profil Kesehatan Kabupaten Supiori Tahun 2012 yang disajikan ini masih jauh dari harapan atau belum optimal, mengingat lemahnya sistem validasi data dan sistem pencatatan dan pelaporan yang kurang akurat .

(8)

B. T U J U A N

Tujuan Pembuatan Profil Kesehatan Kabupaten Supiori adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap situasi dan masalah kesehatan Kabupaten Supiori pada Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari Profil Kesehatan Kabupaten Supiori Tahun 2012 ini adalah untuk memberikan gambaran :

a. Situasi upaya pelayanan kesehatan di Kabupaten Supiori Tahun 2012 b. Situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Supiori Tahun 2012 c. Dampak program terhadap derajat kesehatan masyarakat .

d. Sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan kesehatan Kabupaten Supiori dalam upaya ” Kabupaten Supiori Sehat secara Mandiri Tahun

(9)

C. SISTEMATIKA

Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut :

Bab-1 : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

Bab-2 : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

Bab-3 : Program Kesehatan Kabupaten/Kota

Bab ini berisi uraian tentang program pokok yang direncanakan oleh Kabupaten/Kota untuk menuju Kabupaten/Kota Sehat. Untuk masing-masing program dijelaskan tujuan, sasaran, dan target yang hendak dicapai di tahun yang bersangkutan. Pada bab ini dibahas pula uraian upaya/kegiatan yang dilakukan di tahun tersebut untuk mencapai target.

Bab-4 : Pencapaian Program Kesehatan menuju Kabupaten/Kota Sehat

Bab ini menguraikan tentang apa saja yang telah dicapai selama satu tahun, kemudian dibandingkan dengan target indikator yang telah ditetapkan baik dalam indikator Kabupaten/Kota Sehat maupun indikator kinerja SPM bidang kesehatan. Maka sajian bab ini mencakup informasi tentang pencapaian kabupaten kota sehat serta hasil pelaksanaan standar pelayanan minimal bidang kesehatan, antara lain

(10)

meliputi gambaran tentang derajat kesehatan, keadaan lingkungan, keadaan perilaku masyarakat, upaya kesehatan dan manajemen kesehatan.

Bab-5 : Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka upaya menuju Kabupaten/Kota Sehat.

Lampiran

Pada lampiran ini berisi tabel data yang merupakan gabungan Indikator Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

(11)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN UMUM

1. GEOGRAFIS

Kabupaten Supiori adalah kabupaten pemekaran dari Kabupaten Biak Numfor. Pemekaran kabupaten ini berdasarkan Undang-undang No 35 Tahun 2003 dengan Sorendiweri sebagai Ibukota Kabupaten.

Kabupaten Supiori berbatasan dengan:  Sebelah Utara : Samudera Pasifik

 Sebelah Barat : Selat Aruri,  Sebelah Selatan : Selat Yapen

 Sebelah Timur.: Kabupaten Biak Numfor

Kabupaten ini terdiri dari 5 distrik dan 38 desa, dimana sebagian besar desa ( 71 %) dapat dijangkau oleh transportasi darat dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 2.1

Luas Kabupaten Supiori

No Kecamatan Luas Wilayah (km’2) Persentase (%)

1 Supiori Timur 299,9 30,9 2 Supiori Utara 230.5 23,7 3 Supiori Barat 133,9 13,8 4 Supiori Selatan 122,0 12,5 5 Kepulauan Aruri 183,0 18,8 Total 969,3 100,0

(12)

Distrik Supiori Timur merupakan daerah terluas dengan luas wilayah 299,9 km2 ( 30,9 % dari luas Kabupaten Supiori), sedangkan distrik yang luas wilayahnya terkecil yaitu distrik Supiori Selatan dengan luas wilayah 122,0 km2 ( 12,5 % dari luas Kabupaten Supiori).

Letak astronomis Kab. Supiori berada diantara 134°47’ - 136°48’ Bujur Timur dan 0°55 ’-1°31’ Lintang Selatan dengan luas sebesar 969,26 Km² dan ketinggian 0 - 1.030 meter di atas permukaan laut.

2. IKLIM

Rata-rata curah hujan sepanjang Tahun 2012 adalah 266,8 mm dengan jumlah hari hujan 285 hari. Suhu udara minimum adalah 24,6°C dan suhu udara maksimum 30,5°C dengan rata-rata suhu sepanjang tahun sebesar 27,4°C.

(13)

Geografi dan Iklim Kabupaten Supiori

Uraian Satuan 2012

Luas Km² 969,26

Ketinggian Meter 0 - 1.030

Kelembaban % 84,7

Kecepatan Angin Knots 3,8

Tekanan Udara Mbs 1.007,7

Hari Hujan Hari 285

Curah Hujan Mm 266,8

Suhu (⁰C)

Minimum 24,6

Maksimum 30,5

Rata-rata 27,4

Sumber: Supiori Dalam Angka 2012

3. KEPENDUDUKAN

Penduduk Kabupaten Supiori Tahun 2010 dari hasil sensus BPS sebanyak 15.874 jiwa, sedangkan pada Tahun 2011 diperoleh data proyeksi sebanyak 16.350 dan pada Tahun 2012 juga diperoleh data proyeksi penduduk sebanyak 16.841 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 8.895 jiwa ( 52,8 %) dan perempuan sebanyak 7.946 jiwa (47,1%). Distrik yang paling padat penduduknya adalah Kepulauan Aruri dengan luas wilayah 183 km² dengan jumlah penduduknya 4.690 jiwa yang tersebar di 9 ( Sembilan ) desa dengan kepadatan rata-rata penduduk 25,6 per km².

(14)

Sedangkan distrik yang paling jarang jumlah penduduknya adalah Distrik Supiori Utara dengan jumlah penduduk 1.744 jiwa yang tersebar di 5 ( lima ) Desa dengan kepadatan penduduk rata-rata 7,35 per km². Hal ini dapat dilihat dalam bentuk table sebagai berikut :

Table 2.2

Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk,

Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Supiori Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah ( Km² ) Jumlah Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-Rata Jiwa/ Rumah Tangga Kepadatan penduduk / km² Desa Kel . Desa + Kel 1 Supiori Timur 299,9 10 0 10 5.220 924 5,65 17,40 2 Supiori Utara 230,5 5 0 5 1.744 335 5,21 7,57 3 Supiori Barat 133,9 7 0 7 2.277 422 5,40 17,01 4 Supiori Selatan 122,0 7 0 7 2.910 535 5,44 23,85 5 Kep. Aruri 183,0 9 0 9 4.690 843 5,56 25,63 Jumlah 969,3 38 0 38 16.841 3.059 5,51 17,38

(15)

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Golongan Umur Kabupaten Supiori Tahun 2012

No Kelompok Umur ( Tahun )

Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Laki- Laki + Perempuan

1 0-4 1.381 1.251 2.632 2 5-9 1.120 1.060 2.180 3 10-14 1.148 972 2.120 4 15-19 881 753 1.634 5 20-24 769 638 1.407 6 25-29 675 654 1.329 7 30-34 487 472 959 8 35-39 459 445 904 9 40-44 487 468 955 10 45-49 471 371 824 11 50-54 391 328 719 12 55-59 265 211 476 13 60-64 156 124 280 14 65 + 205 199 404 JUMLAH 8.895 7.946 16.841

Sumber : Data Proyeksi Kab. Supiori Tahun 2012

Komposisi Penduduk Kabupaten Supiori menurut kelompok umur, menunjukkan penduduk yang berusia (0-14 tahun) sebanyak 6.932 jiwa atau sebanyak 41,1%, yang berusia produktif (15-44 Tahun ) sebanyak 5.329 jiwa atau sebanyak 31,6 %, yang berusia ( 45- 64 Tahun ) sebanyak 2.299 jiwa atau sebanyak 13,6 %, dan yang berusia 65 tahun keatas sebanyak 404 jiwa atau sebanyak 2,4 %. Jumlah penduduk laki-laki relative seimbang dibandingkan dengan penduduk perempuan yakni masing-masing sebesar laki-laki 8.895 jiwa atau 52,8 %, sedangkan perempuan sebesar 7.946 jiwa atau 47,2 %.

(16)

B. MATA PENCAHARIAN

Mata pencaharian Penduduk Kabupaten Supiori sebagian besar bercocok tanam, nelayan, dan sebagian lagi adalah pegawai negeri, pedagang, dan anggota TNI/ Polisi.

C. TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Wilayah Kabupaten Supiori yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Biak Numfor sehingga sarana transportasi menuju Kabupaten Supiori dapat dilalui dengan transportasi darat. Transportasi kebeberapa distrik juga dapat ditempuh dengan jalur darat tetapi sebagian distrik yang meupakan kepulauan dengan menggunakan perahu bermotor.

Untuk sarana transportasi utama keluar masuk Kabupaten Supiori masih melalui Kabupaten Biak Numfor dengan Pesawat Udara dan Kapal Laut yang dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju Kabupeten Supiori dengan menempuh jarak ±100 km dengan waktu tempuh sekitar 2 - 3 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Supiori adalah kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Papua, sedangkan untuk keseluruhan Daerah Tingkat II, Supiori memiliki luas terkecil setelah Kota Jayapura.

(17)

BAB III

PROGRAM KESEHATAN

A. VISI, MISI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 1. Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan

Visi pembangunan kesehatan Kabupaten Supiori adalah “Kabupaten Supiori Sehat Secara Madiri Tahun 2016“, yang diwujudkan melalui berbagai program kesehatan yang terarah dan berkesinambungan guna mendukung tercapainya visi pembangunan Kabupaten Supiori.

Visi Kabupaten Supiori Sehat 2012 tersebut diwujudkan dengan penetapan Misi pembangunan kesehatan yaitu :

1 Meningkatkan kecukupan dan kompetesi dan kapasitas SDM Kesehatan yang professional dan bebas KKN.

2 Meningkatkan ketersediaan sarana dan Prasarana kesehatan, obat dan alat kesehatan ke kampung-kampung

3 Meningkatkan Jaminan Pelayanan Kesehatan bebas biaya bagi penduduk miskin

4 Meningkatkan Kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi masyarakat.

5 Menanggulangi penyakit ATMFK

6 Menurunkan AKI dan AKB serta mendukung peanggulangan gizi buruk

(18)

2. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Kabupaten Supiori Sehat Secara Madiri 2016 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal yang ditandai dengan penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai kebutuhannya.

B. PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN

Program Pembangunan Kesehatan KabupatenSupiori yang dilaksanakan tahun

2012, meliputi :

1. Program Promosi Kesehatan

Program ini bertujuan untuk menumbuhkan budaya hidup bersih dan sehat, meningkatkan peran serta dan kemandirian masyarakat baik bagi individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan sasaran program: a. Meningkatkan jumlah dan persentase posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

di masing-masing kecamatan

b. Meningkatkan jumlah dan persentase posyandu menurut masing-masing strata

c. Meningkatkan persentase rumah tangga yang ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat)

d. Meningkatkan persentase rumah sehat menurut kecamatan

e. Penyuluhan Langsung melalui penyebarluasan informasi melalui media massa.

(19)

2. Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Hygiene-Sanitasi

Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Hygiene Sanitasi dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan terutama

menyangkut pengawasan mutu air, pembuangan limbah,

perumahan/pemukiman dan industri. Sasaran program ini adalah :

a. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan

b. Meningkatnya persentase keluarga menggunakan air bersih,

c. Meningkatnya keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan,

d. Meningkatnya persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan;

e. Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk

memelihara lingkungan sehat.

3. Program Pelayanan Kesehatan Keluarga / KIA

Program Kesehatan Keluarga terselenggara melalui upaya pembinaan kesehatan kebidanan dan kandungan, kesehatan balita, kesehatan usia sekolah, kesehatan usia subur dan kesehatan usia lanjut dengan tujuan : meningkatnya kemampuan setiap keluarga dan anggotanya dalam mewujudkan derajat kesehatan keluarga secara mandiri menuju tercapainya keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera.

Sasaran Program ini adalah :

a. Mengetahui jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita b. Mengetahui jumlah kematian maternal

(20)

c. Meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil (K4) , Ibu hamil risti, dan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

d. Meningkatkan cakupan jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1, Fe3 serta imunisasi TT1 dan TT2.

e. Mengetahui jumlah dan persentasi ibu hamil dan neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani .

f. Meningkatkan cakupan kunjungan Neonatus, bayi dan bayi BBLR yang ditangani oleh tenaga kesehatan

g. Mengetahui jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) serta meningkatkan cakupan peserta KB (Keluarga Berencana), peserta KB baru dan peserta KB aktif

h. Mengetahui jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi i. Meningkatkan cakupan pelayanan KB baru

4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita serta usia produktif.

Sasaran program ini adalah :

a. Meningkatkan status gizi bayi dan balita

b. Meningkatkan cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita, pemeriksaan siswa SD, dan pelayanan kesehatan remaja

c. Mendeteksi jumlah kecamatan yang rawan gizi dengan kegiatan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi )

(21)

d. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang mendaptak tablet Fe e. Meningkatkan cakupan jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif f. Meningkatkan cakupan balita mendapatkan Vitamin A

g. Menurunkan prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil dan ibu nifas

5. Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit

Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit dilaksanakan melalui upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit secara terpadu, peningkatan peran dan tanggung jawab masyarakat dan koordinasi dengan program dan sektor terkait dengan tujuan : Menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mengurangi akibat buruk penyakit ( Kecacatan ).

Sasaran Program ini adalah :

a. Meningkatkan Cakupan Imunisasi Bayi

b. Meningkatkan Persentase desa/kelurahan mencapai UCI (Universal Child Imunization)

c. Meningkatkan temuan kasus penyakit TB-Paru, meningkatkan keberhasilan pengobatan TB-Paru dan meningkatkan cakupan persentase TB Paru yang sembuh

d. Meningkatkan cakupan penanganan kasus filariasis

e. Meningkatkan persentase penderita kusta yang selesai berobat

f. Meningkatkan cakupan penanganan kasus HIV-AIDS dan IMS (infeksi menular seksual)

g. Meningkatkan cakupan penanganan penyakit Diare h. Meningkatkan cakupan penanganan penyakit Malaria

(22)

i. Meningkatkan cakupan penanganan penyakit ISPA (Pneumonia)

j. Mengetahui jumlah persentase desa atau kelurahan yang terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam

k. Mengetahui jumlah penderita dan kematian, CFR, KLB menurut jenis KLB, jumlah kecamatan serta jumlah desa yang terserang.

l. Terselenggaranya system surveilans dan kewaspadaan dini serta penanggulangan kejadian luar biasa.

m. Mengetahui jumlah kasus PD3I ( Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi)

6. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pemeriksaan makanan/minuman yang beredar di masyarakat .

Sasaran program adalah :

a. Mengetahui jumlah kebutuhan, pengadaan dan ketersediaan obat essensial dan obat generik

b. Mengetahui jumlah ketersediaan obat generik berlogo menurut jenis obat di sarana pelayanan kesehatan

c. Meningkatkan pendistribusian obat ke sarana pelayanan kesehatan .

7. Program Pengembangan Tenaga Kesehatan

Program ini bertujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan termasuk SDM kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

(23)

Sasaran program ini adalah :

a. Tersedianya SDM (Sumber Daya Manuasia) kesehatan yang didistribusikan secara adil dan merata, serta dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna .

b. Meningkatkan pendayagunaan tenaga kesehatan yang ada dan pengembangan pembinaan karir seluruh tenaga kesehatan

8. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Program ini bertujuan : Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui upaya peningkatan pelayanan kesehatan dasar, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan mengurangi kasus rujukan.

A. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan a. Pelayanan Kesehatan Dasar

 Pelayan rutin puskesmas (di dalam gedung dan di luar gedung)  Pelayanan kesehatan di daerah terpencil

b. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.

(24)

Pelayanan kesehatan rujukan yang dikenal yakni : (i) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan.

Rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Program pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan untuk memberikan pelayanan kesehatan rujukan kepada masyarakat baik dari desa ke puskesmas dan ke Kabupaten (RSUD Supiori ).

(ii) Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya KLB, pencemaran lingkungan, dan bencana.

B. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

a. Pemeliharaan Puskesmas, Pustu, dan Polinkam/Poskeskam b. Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

c. Rehabilitasi Puskesmas Pembantu d. Rehabilitasi Rumah Paramedis

e. Pengadaan Pusling (roda 4 dan roda 2)

f. Pengadaan obat, alat kesehatan dan peralatan medis. C. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kesehatan

a. Pembangunan Puskesmas Pembantu b. Pengadaan Alat Kesehatan.

(25)

D. TARGET PROGRAM KESEHATAN DI KABUPATEN SUPIORI

Target program kesehatan di Kabupaten Supiori Tahun 2012 yang disusun berdasarkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) Nasional, meliputi:

No Indikator Kegiatan Pencapaian

Tahun 2011 Target Tahun 2011 Pencapaian Tahun 2012 Target Tahun 2012 1 Cakupan kunjungan bumil K4 49% 74 % 25,4% 78% 2 Cakupan Kunjungan bumil K1 24,8% 74% 74,6% 78% 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes 67,46% 82% 75,7% 84% 4 Cakupan bumil risti yang dirujuk 2,8 % 92% 18,9% 94% 5 Cakupan Ibu hami mendapat TT2 lengkap 51,4% 84% 55,7% 88% 6 Cakupan kunjungan neonatus lengkap 33,23% 82% 46,5% 84% 7 Cakupan Bayi BBLR yang ditangani 0,62% 100% 3,1% 100% 8 Cakupan kunjungan bayi lengkap 95,3% 74% 14,9% 78% 9 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita &

apras Tidak ada data 66% Tdk ada data 72% 10 Desa/kelurahan UCI 28,9% 82% 42,1% 84%

11 Cakupan rawat jalan Tidak ada

data 16% 38,4% 17%

12 Cakupan rawat inap Tdk ada

data 1,6% 3,0% 17% 13 Balita yang naik berat badannya (N/D) Tdk ada

data 82% 69,4% 84% 14 Balita Bawah Garis Merah 8,5% <15% 5,2% <15% 15 Cakupan Balita mendapat Vit A 2 kali per tahun Tdk ada

data 92% 96,4% 94% 16 Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 49% 78% 31,7% 81% 17 Cakupan pelayanan MP-ASI pada bayi BGM

pada Gakin 100% 83%

Tidak ada

data 86% 18 Cakupan Peserta KB Aktif 73% 74% 39,5%% 78% 19 Cakupan Peserta KB Baru 40,8% 74% 12,2% 78 % 20 Balita Gizi buruk mendapat perawatan Tdk ada

data 100%

Tidak ada

data 100% 21 Bumil risti / komplikasi yang ditangani 6,27% 74% 27,2% 78%

(26)

22 Neonatus risti / komplikasi yang ditangani 1,4% 74% 18,9% 78% 23 Desa/kelurahan mengalami KLB diatasi < 24

jam

Tdk ada

data 100% 8,6% 100% 24 Kecamatan bebas rawan gizi Tdk ada

data 83%

Tdk ada

data 86% 25 AFP Rate per 100.000 penduduk < 15 tahun Tdk ada

data 0 Kasus 1 kasus 0 kasus 26 Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) Tdk ada

data 83%

Tdk ada

data 86% 27 Cakupan balita dengan Pneumonia ditangani 22% 100% 4,2 % 100% 28 Jumlah Kasus Polio 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 0 kasus 29 Jumlah Kasus Hapatitia B 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 0 kasus 30 Klien mendapat penanganan HIV/AIDS Tdk ada

data 100% 32 Kasus 100% 31 Infeksi Menular Seksual ditemukan dan

ditangani

Tdk ada

data 100%

Tdk ada

data 100% 32 Penderita DBD ditangani Tdk ada

data 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 33 Penderita Diare ditangani Tdk ada

data 100% 68,4% 100% 34 Rumah/bangunan bebas jentik Tdk ada

data 78% 1,6 % 81% 35 Institusi yang dibina Tdk ada

data 74%

Tdk ada

data 78% 36 Tempat umum memenuhi syarat Tdk ada

data 74% 66,6% 78% 37 Rumah Tangga Sehat (PHBS) Tdk ada

data 70% 41,58% 75% 38 Bayi mendapat ASI Eksklusif 70,6% 66% 92,1% 72%

39 Posyandu Pratama

Posyandu Madya 100%

Posyandu Purnama Tdk ada

data 48%

Tdk ada

data 56% 40 Upaya penyuluhan P3 NAPZA Tdk ada

data 22%

Tdk ada

data 29% 41 Pengadaan obat esensial Tdk ada

data 92%

Tdk ada

data 94% 42 Pengadaan obat generic Tdk ada

data 92%

Tdk ada

data 94% 43 Penulisan resep generic Tdk ada

data 92%

Tdk ada

(27)

44 Pelayanan Kesehatan Remaja Tdk ada

data 74%

Tdk ada

data 76% 45 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Tdk ada

data 74%

Tdk ada

data 78% 46 Penderita malaria diobati 96,2% 100% 100% 100% 47 Penderita kusta PB selesai berobat (RFT rate). Tdk ada

data 83% 60% 86%

48 Penderita kusta MB selesai berobat (RFT rate). Tdk ada

data 83% 30% 86%

49 Kasus filaria ditangani /diobati Tdk ada

data 100% 0 Kasus 100% 50 Pelayanan gangguan jiwa disarana pelayanan

umum

Tdk ada

data 22%

Tdk ada

data 29% 51 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 94,9 83% 92,3% 86% 52 Sarana Kesehatan dengan kemampuan Gawat

Darurat

Tdk ada

data 84% 17,24 88% 53 Akses ketersediaan darah untuk bumil dan

neonatus yang dirujuk

Tdk ada

data 82%

Tdk ada

data 84% 54 Cakupan Keluarga Miskin Mendapatkan

Pelayanan Kesehatan

Tdk ada

data 100% 92,3% 100% 55 Cakupan WUS yang mendapatkan kapsul

Yodium .

Tdk ada

data 46%

Tdk ada

data 52% 56 Desa dengan garam beryodium baik Tdk ada

data 74%

Tdk ada

data 78% 57 Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada

pekerja formal

Tdk ada

data 74%

Tdk ada

(28)

BAB IV

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

MENUJU KABUPATEN SUPIORI SEHAT

A.

PENCAPAIAN KABUPATEN SUPIORI

Gambaran masyarakat yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kabupaten Supiori adalah “KKaabbuuppaatteenn SSuuppiioorrii SSeehhaatt S

Seeccaarraa MMaaddiirrii 22001166“. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan, diantaranya adalah:

1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi.

2) Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta 3) Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.

1. DERAJAT KESEHATAN 1.1. Mortalitas

Mortalitas (angka kematian) digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan dan upaya pengobatan yang dilakukan.

(29)

a) Jumlah Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup.

Indikator ini merupakan indikator yang mencerminkan permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat kesehatan ibu dan bayi, upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, status gizi ibu, upaya KB, kondisi kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi keluarga.

Data jumlah kematian bayi yang dilaporkan tahun tahun 2011 sebanyak 1 orang dari 319 kelahiran sedangka pada tahun 2012 sebanyak 9 bayi dari 413 kelahiran hidup.

Tabel 4.1

Jumlah Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Supiori Tahun 2010,2011,2012 No Tahun Jumlah Kematian Bayi per

1.000 KH Keterangan

1 2010 35,1 Data lap. Pusk

2 2011 3,1 Data lap. Pusk

3 2012 21,8 Data lap. Pusk

Sumber Data : Laporan KIA Puskesmas Kab. Supiori Tahun 2012

Dari data yang diperoleh dari laporan puskesmas pada tahun 2011 angka kematian bayi sebanyak 3,1% mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebanyak 21,8%. Kemungkinan penyebab adanya kematian bayi di Kabupaten Supiori, jika dikaitkan dengan teori, adalah masih relatif tingginya persentase penolong persalinan oleh tenaga non medis, tingkat pendidikan para ibu masih rendah, tingkat ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan masih kurang. Dan juga kemungkinan Audit Maternal yang belum optimal dalam hal ini sistem pelaporan yang belum akurat, keterbatasan jumlah bidan desa sehingga banyak bidan yang memiliki tugas rangkap.

(30)

b. Jumlah Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup.

Indikator ini berguna untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan dan keberhasilan Kesehatan Ibu Anak (KIA)/Posyandu serta untuk menilai kondisi sanitasi lingkungan.

Data yang diproleh dari laporan Puskesmas Tahun 2012 ada 3 kasus kematian balita. Jika dibandingkan dengan laporan pada tahun 2011 dimana kasus kematian hanya 1 kasus dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kasus kematian balita.

Tabel 4.2

Jumlah Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Supiori Tahun 2011 & 2012 No Tahun Jumlah Kematian Balita per

1.000 KH Keterangan

1 2 3 4

1 2011 3,1 Data lap. Pusk

2 2012 7,3 Data lap. Pusk

Sumber Data : Laporan KIA Puskesmas Kab. Supiori Tahun 2012

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat Angka Kematian Balita tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor kurang dominan. Jumlah kematian balita yang dilaporkan puskesmas belum menunjukkan angka yang sebenarnya, karena pelaporan dari puskesmas belum optimal, masih adanya petugas tidak berada di tempat tugas dan cakupan pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) belum menjangkau seluruh masyarakat sampai ke kampung-kampung.

(31)

c. Jumlah Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran hidup

Indikator ini mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama proses kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang dipengaruhi oleh keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, berbagai komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan, ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri serta sosial ekonomi.

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.

Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan AKI disetiap Puskesmas sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran hidup.

Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Selain itu melalui pengembangan Desa Siaga dengan pembangunan POSKESKAM yang merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam menurunkan AKI.

(32)

Tabel 4.3

Jumlah Kematian Ibu per 1000 Kelahiran Hidup Kabupaten Supiori Tahun 2010,2011,1012

No Tahun Angka Kematian Ibu Keterangan

1 2 3 4

1 2011 0,6 Data lap. Pusk

2 2012 1,24 Data Lap Pusk

Sumber Data : RSUD & Lap. KIA Puskesmas Kab. Supiori tahun 2012

Data yang diperoleh dari laporan Puskesmas menunjukkan bahwa jumlah kematian Ibu pada tahun 2011 ada 2 orang , sedangkan pada tahun 2012 ada 3 orang. Dimana terjadi peningkatan dari 0,6 menjadi 1,24. Hal disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil selama masa kehamilan dan petugas kesehatan masih kurang dan belum merata dikampung-kampung. Kematian ibu juga disebabkan karena faktor umur yang masih dibawah umur.

c. Angka Harapan Hidup

Indikator ini menggambarkan taraf status kesehatan masyarakat suatu daerah atau negara, yang berarti pula merupakan gambaran hasil pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan.

Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Supiori belum pernah dihitung secara khusus, namun berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2009 menunjukkan bahwa umur harapan hidup masyarakat Papua pada tahun 2005 sebesar 66,2 tahun, meningkat menjadi 67,9 tahun 2007 dan diperkirakan menjadi 68,1 tahun 2008.

(33)

Tabel 4.4

Umur Harapan Hidup (UHH) Masyarakat Papua

No Tahun UHH Keterangan

1 2 3 4

1 2005 66,2

2 2007 67,9

3 2008 68,1

Sumber Data : - Profil Kesehatan Propinsi Papua Tahun 2009

1.2. Morbiditas

Morbiditas (angka kesakitan) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat.

1). Angka kesakitan malaria

Dari data yang diperoleh, kasus malaria klinis (tanpa pemeriksaan Laboratorium) sebanyak 5,616 kasus dan yang malaria positif (dengan pemeriksaan Laboratorium) 3,933 Kasus. Ini berarti penanganan penderita malaria masih rendah (41,2%) .

Tabel 4.5

Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk Kabupaten Supiori Tahun 2011,2012 No Tahun Angka kesakitan Malaria per

1.000 pddk Keterangan

1 2011 93,4 Data lap. Pusk

2 2012 233 Data lap. Pusk

Sumber : data laporan puskesmas tahun 2012

Adapun bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya penanggulangan malaria antara lain melalui :

1. Kepatuhan minum obat anti malaria agar setiap penderita dapat minum obat secara tuntas,

(34)

3. Pencegahan terjadinya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di tempat-tempat/bagian rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di genangan air serta pencegahan terbentuknya sarang nyamuk.

2). Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)

Jumlah perkiraan penderita TB Paru Tahun 2012 adalah 38 orang dan yang klinis sebanyak 22 oarang sedangkan yang BTA (+) sebanyak 11 orang. Penderita BTA (+) yang menjalani pengobatan sebanyak 11 orang dan sembuh sebanyak 6 orang atau (54,5%). Dibandingkan dengan kasus Tahun 2010 Jumlah penderita, TB paru BTA (+) sebanyak 6 orang, dan menjalani pengobatan juga sebanyak 6 orang dengan jumlah kesembuhan senyak 5 orang (83,33%). Dari data tersebut menggambarkan adanya peningkatan kasus TB paru BTA (+) dari 6 kasus pada Tahun 2010 menjadi 11 kasus tahun 2012.

Hambatan pada pelaksanaan program TB di lapangan terletak pada pengawas menelan obat (PMO), dimana tidak semua penderita TB yang diobati mempunyai PMO sehingga petugas TB di unit pelayanan kesehatan harus sekaligus berfungsi sebagai PMO, pelacakan pada penderita mangkir belum berjalan optimal Selain itu faktor pengetahuan, sosial dan ekonomi penderita ikut mempengaruhi evaluasi hasil pengobatan serta faktor jarak penderita dengan puskesmas agak jauh.

3). Angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) per 100.000 penduduk Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2010 sebanyak 2 kasus ( 12,6 %). Sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 berdasarkan laporan tidak ada kasus yang ditemukan tetapi bukan berarti masalah ini diabaikan , dan tetap dilakukan kegiatan seperti Promosi Program Penanggulangan Penyakit.

(35)

Efektiitas dan efisiensi penanggulangan DBD justru terletak pada peran serta masyarakat secara aktif dalam memberantas Vektor Penularannya melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

4). Angka Kesakitan Pneumonia pada balita dengan Jumlah Perkiraan Kasus pada tahun 2012 sebanyak 264 kasus. Kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak 11 orang atau 4,2%.

5). Angka Kesakitan Diare pada Tahun 2012 dengan jumlah perkiraan kasus 712 kasus. Dan kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak 487(68,4 %) kasus.

6.) Kasus HIV/AIDS

Pada Tahun 2012 Jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 32 kasus HIV/AIDS. Sedangkan tahun 2011 belum ada laporan kasus.

Untuk lebih meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS maka Petugas Kesmas dan KPAD Kabupaten Supiori telah pula melakukan kegiatan penyuluhan, dan kegiatan yang berhubungan dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS Tahun 2012.

7.) Angka ”Acute Flacced Paralysis“ (AFP) pada anak usia < 15 th per 100.000 anak .

AFP adalah penderita dengan gejala lumpuh layuh mendadak (akut) bukan karena rudapaksa yang ditemukan pada anak < 15 tahun dan diduga kuat sebagai poliomyelitis.

Surveilans AFP yang dilakukan selama tahun 2012 di beberapa distrik/puskesmas dilaporkan bahwa ada 1 kasus AFP yang ditemukan.

(36)

Tabel 4.6

Angka ”Acute Flacced Paralysis’ (AFP) pada anak < 15 tahun per 100.0000 penduduk di Kabupaten Supiori

Tahun 2011 & 2012

No Tahun AFP rate per 100.000 penduduk Keterangan

1 2011 0 Data Lap Pusk

2 2012 1 Data Lap Pusk

Sumber Data : Laporan STP Puskesmas Kab. Kepulauan Yapen,2010

1.3. Status Gizi

1). Persentase balita dengan gizi kurang dan gizi buruk

Balita dengan gizi buruk adalah balita yang berat badannya di bawah garis merah pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Tahun 2012 dilaporkan kasus balita yang BGM sebanyak 65 kasus dengan jumlah kasus gizi buruk sebanyak 59 kasus. Pada Tahun 2011 kasus balita dengan BGM sebanyak 72 kasus (8,6 %), gizi buruk sebanyak 72 kasus (8,4%) dan gizi kurang dilaporkan sebanyak 220 (25,88%).

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penanganan kasus balita BGM dan Gizi buruk sudah ada peningkatan. Hal ini dapat kita lihat dari menurunnya angka kasus yakni dari balita BGM Tahun 2011 sebanyak 72 menurun 65 kasus pada tahun 2012,sedang balita gizi buruk Tahun 2011 sebanyak 72 kasus menurun menjadi 59 kasus pada tahun 2012.

Tabel 4.7

Persentase Balita Gizi Buruk dan BGM Kabupaten Supiori Tahun 2011 dan 2012 No Tahun Persentase balita gizi

buruk

Persentase

Balita BGM Keterangan

1 2 3 4 5

1 2011 8,4 8,6 Data Lap. Pusk

2 2012 4,8 5,2 Data Lap. Pusk

(37)

2. HASIL ANTARA

a. Keadaan Lingkungan

1.) Presentase rumah sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan.

Pada tahun 2012 telah dilakukan pendataan sejumlah 2.729 rumah yang ada diperiksa 2.304 (84,4%). Dari hasil tersebut diperoleh jumlah rumah sehat sebanyak 958 (41,58%).

2.) Presentase tempat-tempat umum sehat

Yang dimaksud dengan tempat-tempat umum (TTU) adalah suatu tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti terminal, pasar, tempat ibadah, restoran ( rumah makan) dan lain-lain.

TTU sehat adalah TTU yang telah terdaftar, dibina dan dinilai telah memenuhi syarat kesehatan dan bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya.

Selama tahun 2012 dilakukan kegiatan pendataan rumah dan kegiatan ini dikombinasikan sekaligus pendataan TTU dan diperoleh data jumlah TTU yang ada sebanyak 9 dan yang sehat sebanyak 6 (66,67%). Namun Pendataan ini belum berjalan sebagimana mestinya karena faktor tenaga sanitasi yang terbatas sehingga data yang ditampilkan belumlah menggambarkan persentase TTU yang sehat.

(38)

b. Perilaku Hidup Masyarakat

1). Presentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Yang dimaksud dengan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 10 indikator , yaitu Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan , Balita diberi ASI Eksklusif yaitu bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI saja, Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan seperti Askes, Jamsostek , dana sehat, dll , Tidak merokok, Melakukan aktifitas fisik setiap hari, Makan sayur dan buah setiap hari, tersedianya air bersih, Tersedianya jamban, Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan Lantai rumah bukan dari tanah . Namun pada tahun 2012, belum ada data tentang persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat.

2). Presentase Posyandu Purnama dan Mandiri

Posyandu Purnama adalah posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya yaitu, KB, KIA, Gizi dan Imunisasi lebih dari 50 %,serta memiliki program tambahan.

Posyandu Mandiri adalah posyandu telah melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, memiliki program tambahan & Dana Sehat telah menjangkau 50 % KK.

Berdasarkan penilaian posyandu pada tahun 2012, strata posyandu yang ada di Kabupaten Supiori terdiri dari 38 Posyandu yang semuanya termasuk posyandu madya.

(39)

c. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

1). Persentase penduduk memanfaatkan puskesmas

Penduduk yang memanfaatkan puskesmas adalah penduduk yang datang berkunjung ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif). Persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas dapat diketahui karena tidak adanya data/ laporan yang tidak lengkap. Walaupun demikian masyarakat sudah mengetahui tempat yang ditujukan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan di puskesmas melaksanakan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

2). Persentase penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit

Penduduk yang memanfaatkan rumah sakit adalah penduduk yang datang berkunjung ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik milik pemerintah maupun swasta.

3). Persentase sarkes dgn kemampuan laboratorium kesehatan

Sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai standard.

Sarana kesehatan tahun 2012 terdiri atas : 1 RSUD, 5 Puskesmas (4 puskesmas rawat inap, 1 non perawatan).

Semua Puskesmas dan Rumah Sakit telah melakukan pelayanan Laboratorium Kesehatan walaupun tenaga Laboratorium belum mencukupi.

(40)

3. PROSES DAN MASUKAN a. Pelayanan Kesehatan

1). Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan

Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh dokter spesialis kebidanan atau dokter umum atau pembantu bidan atau perawat bidan. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).

Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan pada tahun 2012 sebesar 287 (75,7%) dari 379 persalinan sedangkan target yang ditentukan (84 %) masih ada kesenjangannya (8,3%).

Hal ini berarti masih banyak bumil yang menjalani persalinan di luar tenaga kesehatan seperti dukun atau keluarga sendiri dengan resiko persalinan yang besar. Hal ini diakibatkan masih terbatasnya bidan desa untuk melaksanakan pelayanan ke daerah terpencil.

2). Persentase desa yang mencapai “ Universal Child Imunization” (UCI) Desa mencapai UCI adalah desa/kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap (BCG 1 kali, DPT 3 kali, HB 3 kali, Polio 4 kali dan campak 1 kali) pada bayi > 80 %.

Desa/kelurahan yang mencapai UCI pada tahun 2011 sebanyak 11 (28,9%) desa sedangkan pada tahun 2012 menjadi 16 desa/kelurahan (42,1%) dan masih terdapat kesenjangan yaitu 41,9% dari target 84 %.

(41)

Hal ini menandakan masih kurangnya jangkauan pelayanan imunisasi yang akan berdampak pada meningkatnya penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang sangat potensial menimbulkan KLB/Wabah.

Tabel 4.8

Persentase Desa / Kelurahan ”Universal Child Immunization” di Kabupaten Supiori Tahun 2011 dan 2012

No Tahun Persentase Desa/Kelurahan UCI Keterangan

1 2 3 4

1 2011 28,9 %

2 2012 42,1 %

Sumber Data : Lap. Imunisasi P2M Kab. Supiori tahun 2011

3). Persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe

Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe adalah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya. Pada Tahun 2012 sebanyak 44 (31,6%) dari jumlah kehamilan sebanyak 139 ibu hamil.

Jika dibandingkan dengan target Tahun 2012 yang diharapkan (81%), terdapat kesenjangan sebesar 49,4%, hal ini berarti bahwa pemberian tablet Fe kepada ibu hamil belum optimal, terutama pada desa atau kampung yang sulit dijangkau.

4). Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif

Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sampai mencapai usia minimal 6 bulan.

Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusiif sampai 6 bulan pada tahun 2012 sebanyak 384 (92,1%) bayi yang mendapatkan ASI sampai bulan ke-6 pada tahun 2011 hanya 199 (70,6%) dari jumlah bayi 282 bayi.

(42)

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif sudah mengalami peningkatan sebesar 19,5%.

5). Persentase keluarga miskin yg mendapat pelayanan kesehatan

Sejak krisis ekonomi pada awal tahun 1999, Keluarga miskin (Gakin) yang mendapat pelayanan kesehatan dasar secara gratis melalui program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi Bidang Kesehatan (PD-PSE BK). Pertengahan tahun 2005 menjadi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM). Dan Program ini berlanjut dengan nama Program Kompensasi akibat Penghentian Subsidi BBM (PKPS-BBM) . Pada tahun 2008 s/d 2010 program ini berlanjut dengan nama JAMKESMAS .

Presentase GAKIN yang mendapat pelayanan kesehatan pada tahun 2012 yakni yang mendapat yankes rawat jalan sebanyak 14.589 (86,6%) dan rujukan 111(0,7%) sedangkan yang mendapat rawat inap sebanyak 44 (0,3%) dengan rujukan sebanyak 10 (0,1%).

b. Sumber Daya Kesehatan

1). Rasio dokter umum per 100.000 penduduk Jumlah dokter Umum sebanyak 9 orang .

Rasio dokter umum terhadap penduduk pada tahun 2012 adalah 1 : 1.871 artinya 1 dokter umum melayani 1.1871 Penduduk

3). Rasio dokter gigi per 100.000 penduduk Jumlah dokter Gigi sebanyak 2 orang .

Rasio dokter gigi terhadap penduduk tahun 2012 adalah 1 : 8.421 artinya 1 dokter gigi melayani 8.421 penduduk.

(43)

4). Rasio apoteker per 100.000 penduduk

Jumlah Apoteker dan asisten apoteker sebanyak 11 orang .

Ratio apoteker terhadap penduduk tahun 2011 adalah 1 : 1.531 artinya 1 apoteker melayani 1.531 penduduk.

5). Rasio bidan per 100.000 penduduk Jumlah bidan sebanyak 25 orang .

Rasio bidan terhadap penduduk tahun 2012 adalah 1 : 674 artinya 1 bidan melayani 674 penduduk.

6). Rasio perawat per 100.000 penduduk Jumlah Perawat sebanyak 108 orang .

Rasio perawat terhadap penduduk tahun 2012 adalah 1 : 156 artinya 1 perawat melayani 156 penduduk .

7). Rasio ahli gizi per 100.000 penduduk Jumlah ahli gizi sebanyak 5 orang .

Rasio ahli gizi terhadap penduduk tahun 2012 adalah 1 : 3.368 artinya 1 nutrisionis melayani 3.368 penduduk .

8). Rasio ahli sanitasi per 100.000 penduduk Jumlah ahli sanitasi sebanyak 2 orang .

Rasio ahli sanitasi terhadap penduduk tahun 2012 adalah 1 : 8.421 artinya sanitarian melayani 8.421 penduduk.

9). Rasio ahli kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk Jumlah ahli Kesehatan Masyarakat sebanyak 26 orang .

Rasio ahli kesehatan masyarakat terhadap penduduk tahun 2012 adalah 1 : 648 penduduk .

(44)

c. Kontribusi sektor-sektor terkait

1). Persentase Pasangan Usia Subur Yang Menjadi Akseptor KB

Pasangan usia subur adalah wanita berusia 15-49 tahun dengan status kawin. Berdasarkan sasaran proyeksi jumlah pasangan usia subur (PUS) Kabupaten Supiori Tahun 2011 Pasangan Usia Subur (PUS) dan yang aktif yang menjadi Akseptor KB aktif sebanyak 815 (73,2%). Sedangkan pada tahun 2012 Jumlah PUS 2.863. Peserta KB Baru sebanyak 349 (12,2%) dan peserta KB Aktif sebanyak 1.130 (39,5%).

Tabel 4.9

Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Menjadi Akseptor KB di Kabupaten Supiori

Tahun 2010,2011 dan 2012

No Tahun Peserta KB baru Peserta KB aktif Ket

1 2 3 4 5

1 2010 0 279 (12,3%) Data Lap Pusk

2 2011 455( 40,84%) 815 (73,2%) Data Lap Pusk

3 2012 349 (12,2%) 1.130 (39,5%) Data Lap Pusk

Sumber Data Lap. KIA Puskesmas Kab. Supiori tahun 2012

2). Persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih

Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih (seperti sumur gali/SGL, SPT-DK), penampungan air hujan (PAH), perpipaan dan kolam tandon air (KTA). Pada tahun 2012, Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terhadap Air Bersih sebanyak 1.458 rumah/keluarga atau sekitar 77,7 % dari 1.876 rumah/keluarga yang diperiksa.

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil telaah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan gambaran pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pelayanan kesehatan di Kabupaten Supiori Tahun 2012 yang menunjukkan bahwa beberapa program mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, tetapi ada juga beberapa program yang mengalami penurunan. Penyebab dari penurunan capaian program tersebut adalah penggunaan parameter baru, kurangnya sosialisasi program dengan parameter baru tersebut dan banyaknya program yang harus dilaksanakan puskesmas walaupun memiliki keterbatasan tenaga.

Keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan program merupakan hasil kerjasama lintas program di jajaran kesehatan, maupun keterkaitan pembangunan kesehatan dengan lintas sektor.

Kesimpulan dari hasil pencapaian dan kinerja pembangunan kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator keberhasilan pembangunan yang dicapai di suatu daerah. IPM Kabupaten karena belum dilaksanakan survei terpadu dan cepat.

2. Pada tahun 2010 sesuai laporan puskesmas jumlah kematian ibu adalah 2 orang dan jumlah kematian bayi tahun 2011 adalah 1 orang sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 3 orang.

3. Sesuai laporan puskesmas jumlah kematian balita tahun 2011 adalah 1 orang dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 3 orang

(46)

4. Hasil laporan jumlah kematian ibu dan bayi sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dari masa kehamilan, melahirkan sampai masa nifas. Hal ini nampak dari cakupan K-4 Tahun 2011 yang mencapai 49% dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) sebesar 67,46% sedangkan pada tahun 2012 cakupan K4 mencapai 25,4% dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) sebesar 75,7%.

5. Cakupan kunjungan neonatus lengkap pada tahun 2011 sebesar 33,23% dan kunjungan bayi 95,3% sedangkan pada tahun 2012 kunjungan neonatus lengkap mencapai 46,5 % dan kunjungan bayi minimal 4 kali hanya mencapai 14,9%.

6. Cakupan imunisasi bayi berdampak pada peningkatan Desa/Kelurahan UCI. Pada tahun 2011 hanya mencapai 28,9%, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 42,1% karena itu sangat diperlukan peningkatan promosi kesehatan agar jangkauan pelayanan imunisasi makin luas sehingga meminimalkan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang potensial menimbulkan wabah/KLB. 7. Status gizi masyarakat yang belum membaik ditandai dengan masih tingginya BGM

yaitu pada tahun 2011 ada 72 kasus dan pada tahun 2012 jumlah kasus menurun 65 kasus (5,2%). Rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe pada tahun 2011 mencapai (23,78%) sedangan tahun 2012 meningkat menjadi (31,65%),

8. Peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu belum ada perubahan yang berarti, sehingga perlu upaya yang komprehensif dan inovatif dalam meningkatkan Strata Posyandu dari Pratama menjadi Madya atau Purnama dan Mandiri. Tahun 2011 strata posyandu masih posyandu Pratama dan pada tahun 2012 sudah ada peningkatan dimana posyandu Pratama sudah menjadi Posyandu Madya.

(47)

9. Pencapaian cakupan dan kinerja pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh adanya sarana kesehatan yang cukup memadai dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat, serta tenaga kesehatan yang banyak tersebar merata disemua wilayah/ puskesmas dengan mobilitas yang tinggi dalam melakukan pelayanan kesehatan sesuai standart profesi kepada masyarakat.

10. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) masih perlu terus diperbaiki atau ditata dengan baik.

B. S A R A N

1. Tenaga pelaksana program pelayanan kesehatan, baik di Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang merupakan hal terpenting dalam upaya peningkatan cakupan dan kinerja pelayanan kesehatan harus ditambah secara perlahan agar tercapai Rasio yang diinginkan, disamping perlunya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang telah tersedia melalui pelatihan teknis/fungsional.

2. Perlunya peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor, baik dengan pihak pemerintah maupun swasta atau kemitraan dengan masyarakat, serta perlunya perencanaan dan pelaksanaan program yang komprehensif dan inovatif dalam upaya mempertahankan cakupan atau kinerja pelayanan yang telah tercapai dan peningkatan cakupan atau kinerja pelayanan yang belum tercapai.

3. Diperlukan upaya terobosan, kongkrit serta cepat dalam menata SIMPUS dan SIK sebagai salah satu faktor penting dalam Perencanaan Pembangunan Kesehatan yang lebih Efisien dan Efektif.

4. Dibutuhkan dana yang cukup memadai dalam melaksanakan program kesehatan yang telah disusun secara baik, terutama pada program promosi dan preventif, tanpa melupakan program pengobatan penyakit dan rehabilitatif mengingat penyakit-penyakit infeksi/menular masih tinggi.

(48)
(49)
(50)

KABUPATEN/KOTA SUPIORI TAHUN 2012

L P L + P Satuan

A. GAMBARAN UMUM

1 Luas Wilayah 969 Km2 Tabel 1

2 Jumlah Desa/Kelurahan 38 Desa/Kel Tabel 1

3 Jumlah Penduduk 8,895 7,946 16,841 Jiwa Tabel 2

4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 5.5 Jiwa Tabel 1

5 Kepadatan Penduduk /Km2

17.4 Jiwa/Km2 Tabel 1

6 Rasio Beban Tanggungan 82.3 Tabel 2

7 Rasio Jenis Kelamin 111.9 Tabel 2

8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 0.0 0.0 0.0 % Tabel 4

9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi

SMP+ #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 5

B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian

10 Jumlah Lahir Hidup 217 196 413 Bayi Tabel 6

11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 60.6 62.2 61.4 Tabel 6

12 Jumlah Bayi Mati - - 9 Bayi Tabel 7

13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 0.0 0.0 21.8 per 1.000 KH Tabel 7

14 Jumlah Balita Mati 0 0 0 Balita Tabel 7

15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 0.0 0.0 0.0 per 1.000 KH Tabel 7

16 Jumlah Kematian Ibu 3 Ibu Tabel 8

RESUME PROFIL KESEHATAN

ANGKA/NILAI

(51)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

18 AFP Rate (non polio) < 15 th 13.94 per 100.000 pend <15thn Tabel 9

19 Angka Insidens TB Paru 146 252 195.95 per 100.000 penduduk Tabel 10

20 Angka Prevalensi TB Paru 146 264 201.89 per 100.000 penduduk Tabel 10

21 Angka kematian akibat TB Paru 0 13 5.94 per 100.000 penduduk Tabel 10

22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 25.00 33.33 28.95 % Tabel 11

23 Success Rate TB Paru 25.00 71.43 54.55 % Tabel 12

24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 2.88392213 5.5955236 4.16982563 % Tabel 13

25 Jumlah Kasus Baru HIV 6 8 14 Kasus Tabel 14

26 Jumlah Kasus Baru AIDS 10 8 18 Kasus Tabel 14

27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 0 0 0 Kasus Tabel 14

28 Jumlah Kematian karena AIDS 0 0 0 Jiwa Tabel 14

29 Donor darah diskrining positif HIV 0.00 0.00 0.00 % Tabel 15

30 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 51.29 87.47 68.36 % Tabel 16

31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 3 8 11 Kasus Tabel 17

32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 11 3 14 Kasus Tabel 17

33 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 157 138 148 per 100.000 penduduk Tabel 17

34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 21.43 18.18 24.00 % Tabel 18

35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 14.29 0.00 8.00 % Tabel 18

36 Angka Prevalensi Kusta 15.74 13.84 14.84 per 10.000 Penduduk Tabel 19

37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 0.00 0.00 62.50 % Tabel 20

38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 0.00 0.00 30.00 % Tabel 20

39 Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus Tabel 21

40 Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 21

41 Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 21

(52)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

46 Jumlah Kasus Campak 0 0 0 Kasus Tabel 22

47 Case Fatality Rate Campak #DIV/0! % Tabel 22

48 Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 22

49 Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 22

50 Incidence Rate DBD 0.00 0.00 0.00 per 100.000 penduduk Tabel 23

51 Case Fatality Rate DBD 0.00 0.00 0.00 % Tabel 23

52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0.26 205.13 233.54 per 1.000 penduduk Tabel 24

53 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 24

54 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 25

B.3 Status Gizi

55 Bayi baru lahir ditimbang 87 87 87 % Tabel 26

56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 4.95 1.10 3.13 % Tabel 26

57 Balita Gizi Baik 82.33 83.53 82.84 % Tabel 27

58 Balita Gizi Kurang 13.65 10.27 12.21 % Tabel 27

59 Balita Gizi Buruk 4.02 6.20 4.95 % Tabel 27

C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan

60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 75 % Tabel 28

61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 25.36 % Tabel 28

62 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 75.73 % Tabel 28

63 Pelayanan Ibu Nifas 100.00 % Tabel 28

64 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 55.65 % Tabel 29

(53)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

69 Anak Balita Mendapat Vitamin A 93.35 100.71 96.77 % Tabel 32

70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 100.00 % Tabel 32

71 Peserta KB Baru 12.19 % Tabel 35

72 Peserta KB Aktif 39.47 % Tabel 35

73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) - - 74.79 % Tabel 36

74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) - - 46.46 % Tabel 36

75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) - - 14.89 % Tabel 37

76 Desa/Kelurahan UCI 42.11 % Tabel 38

77 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 100.00 % Tabel 39

78 Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak - % Tabel 39

79 Bayi yang diberi ASI Eksklusif - - 92.13 % Tabel 41

80 Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin - - - % Tabel 42

81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) - - - % Tabel 43

82 Balita ditimbang 112.52 91.09 102.57 % Tabel 44

83 Balita berat badan naik 58 86 69 % Tabel 44

84 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 3 8 5 % Tabel 44

85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan - - - % Tabel 45

86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat - - - % Tabel 46

87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat - - - % Tabel 47

88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) - - - % Tabel 48

89 Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 17.24 % Tabel 49

90 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam 8,600.00 % Tabel 51

(54)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) - - - % Tabel 53

96 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan

mulut - - - % Tabel 53

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar - - 92.33 % Tabel 55

98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup

Askeskin/Jamkesmas - - 92.33 % Tabel 56

99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1

- 86.63 %

Tabel 56

100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3

- 0.66 %

Tabel 56

101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1

- 0.26 %

Tabel 57

102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3

- 0.06 %

Tabel 57

103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 34.01 43.33 38.41 % Tabel 58

104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 3.18 2.74 2.97 % Tabel 58

105 Gross Death Rate (GDR) di RS 1.06 0.46 0.80 per 100.000 pasien keluar Tabel 59

106 Nett Death Rate (NDR) di RS 1.06 0.46 0.80 per 100.000 pasien keluar Tabel 59

107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 5.72 % Tabel 60

108 Length of Stay (LOS) di RS 2.25 Hari Tabel 60

109 Turn of Interval (TOI) di RS 37.09 Hari Tabel 60

(55)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

111 Rumah Sehat 41.58 % Tabel 62

112 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes 1.60 % Tabel 63

113 Keluarga dengan sumber air minum terlindung - % Tabel 65

114 Keluarga memiliki Jamban Sehat 46.92 % Tabel 66

115 Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat - % Tabel 66

116 Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat 46.92 % Tabel 66

117 TUPM Sehat 66.67 % Tabel 67

118 Institusi dibina kesehatan lingkungannya - % Tabel 68

D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan

119 Jumlah Rumah Sakit Umum 1.00 Tabel 70

120 Jumlah Rumah Sakit Khusus - Tabel 70

121 Jumlah Puskesmas Perawatan - Tabel 70

122 Jumlah Puskesmas non-Perawatan - Tabel 70

123 Jumlah Apotek 6.00 Tabel 70

124 Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan 100.00 % Tabel 71

125 Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar - % Tabel 71

126 Jumlah Posyandu 42.00 Posyandu Tabel 72

127 Posyandu Aktif 100.00 % Tabel 72

128 Rasio posyandu per 100 balita 1.59 per 100 balita Tabel 72

129 Jumlah Desa Siaga - Desa Tabel 73

130 Desa Siaga Aktif - % Tabel 73

Gambar

Tabel 56 101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan
TABEL 24 KABUPATEN/KOTA SUPIORI TAHUN  2012 MALARIA L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TABEL 33 KABUPATEN/KOTA SUPIORI TAHUN  2012 PESERTA KB AKTIF MKJP IUD % MOP % MO W % IM  PLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % KON  DOM  % OBAT  VAGI NA % LAIN NYA % JUMLAH % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
TABEL 60 KABUPATEN/KOTA SUPIORI TAHUN  2012 PASIEN KELUAR                 (HIDUP + MATI) PASIEN KELUAR MATI  PASIEN KELUAR MATI  ≥ 48 JAM  DIRAWAT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden tentang ketika mengantar makanan, Driver Go-Food menggunakan sepeda motor yang layak digunakan

158 ADMIRAL UNISI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 3 Beroda. 159 BEATER Universitas Islam Sultan Agung 3

Serat optik merupakan saluran transmisi berupa sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik  yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan

* Masih banyak produk lain yang dapat Anda pilih (lihat catalog regular Tupperware) * Syarat dan ketentuan berlaku.. Untuk penjelasan detail hubungi Consultant/Distributor terdekat

10 Pada perempuan yang tidak gemuk, resistensi insulin juga terdapat pada kurang dari 10% pasien SOPK tapi prevalensinya akan meningkat pada perempuan yang gemuk atau be- rat

Fungsi joshi「が」 pada kalimat (3) sebagai anak kalimat dan merupakan contoh kalimat yang menggunakan joshi yang tepat , karena dalam anak kalimat joshi yang

Retribusi lzin Trayek, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas jasa pelayanan pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan

Fokus penelitian tersebut diamati dari obyektivitas dalam melakukan promosi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti