BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Identifikasi Tumbuhan
Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium
Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor Jl. Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia terhadap tumbuhan menunjukkan bahwa
tumbuhan yang digunakan adalah sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
sinonim Andropogon nardus dari suku Poaceae.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lamipran 1. Halaman 31
3.2. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Daun Tumbuhan Sereh Wangi
3.2.1. Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik yang meliputi visual dan organoleptis dari
daun tumbuhan sereh wangi diketahui bahwa pemeriksaan visual terdiri dari enam
lembar daun dan daun ketujuh masi menguncup, berwarna hijau muda, daun sereh
wangi tersebut muncul dari pelepah daun yang warnanya hijau sedikit kemerahan.
Daun sereh wangi memiliki tepi daun kasar dan tajam, tulang daun sejajar, bagian
atas dan bawah daun terdapat rambut-rambut, setelah diukur daun sereh wangi
memiliki ukuran rata-rata, lebar + 1,5 cm dan panjang + 1 m. Pemeriksaan secara
organoleptis meliputi pemeriksaan bau dan rasa, bila diremas daunnya
mengeluarkan bau khas aromatik, segar dan rasa sedikit pedas.
Serbuk kering daun sereh wangi berwarna hijau, dan bau yang khas
3.2.2. Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari daun sereh wangi terlihat pada
penampang melintang yang mengenai tulang daun terdapat epidermis atas yang
membentuk agak bulat dan ukurannya tidak sama semuanya, mempunyai rambut
satu sel. Epidermis bawah juga mempunyai bentuk yang sama dengan epidermis
atas namun, ukurannya lebih kecil sedikit. Sel parenkim ada yang berisi tetes
minyak, Sel kolenkim terdapat diantara parenkim. Selanjutnya terdapat xilem dan
floem dari berkas pembuluh tipe kolateral.
Serbuk kering daun sereh wangi memiliki fragmen terdiri dari dinding sel
epidermis sedikit tidak beraturan, terdapat stomata tipe halter, rambut penutup
satu sel dan kelenjar minyak yang berisi minyak atsiri.
3.3 Hasil Penetapan Kadar Air
Pengeringan merupakan suatu usaha untuk menurunkan kadar air bahan
sampai tingkat yang di inginkan. Kadar air akan mempengaruhi kadar minyak
atsiri yang berada pada tumbuhan sereh wangi.
Tabel 3.1. Penetapan kadar air dan kadar minyak pada tumbuhan sereh wangi
Bahan
Penetapan kadar air Penetapan kadar minyak atsiri
Hasil pengukuran
Hasil teori Hasil pengukuran Hasil teori Daun dengan pengeringan 3-4 jam Serbuk kering 32,369% 7,276% 30 – 50% < 10% 1,429% 1,219% + 1,5% + 1,5%
Hasil penetapan kadar air pada pengeringan daun sereh wangi selama 3-4
jam yaitu 32,369% menghasilkan kadar minyak sebesar 1,429%, sedangkan kadar
air yang dihasilkan serbuk kering sebesar 7,276% dan kadar minyak yang
dihasilkan 1,219%, dari hasil ini diketahui bahwa minyak atsiri lebih banyak
terdapat pada daun sereh wangi dengan proses pengeringan 3-4 jam dibawah sinar
matahari daripada minyak yang dihasilkan oleh serbuk kering.
Hilangnya minyak atsiri selama proses pelayuan dan pengeringan bahan
tumbuhan jauh lebih besar daripada hilangnya minyak atsiri yang terjadi selama
penyimpanan bahan tumbuhan setelah tumbuhan tersebut dikeringkan. Menurut
Guenther (1990), salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya kadar
minyak atsiri dari bahan tumbuhan adalah proses pengeringan setelah panen.
Beberapa macam tumbuhan yang masih segar dengan kadar air tinggi akan
kehilangan sebahagian minyak atsirinya selama proses pengeringan. Kehilangan
minyak terutama disebabkan oleh penguapan, oksidasi dan resinifikasi. Selama
proses pengeringan, membran sel berangsur-angsur akan pecah, cairan bebas
melakukan penetrasi dari satu sel ke sel yang lain hingga membentuk
senyawa-senyawa yang mudah menguap (Sastrohamidjojo, 2004).
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. Halaman 59-60
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9. Halaman 61-62
3.4. Identifikasi Minyak Atsiri
Hasil pemeriksaan visual dengan mengamati warna minyak sereh wangi
(citronella oil) di dapat hasil bahwa berwarna kuning pucat dan berupa cairan
jernih. Menurut kriteria mutu citronella oil yang telah ditetapkan Standar
Tabel 3.2. Hasil penentuan indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri
No. Parameter Minyak sereh wangi Pengukuran Hasil berdasarkan teori Minyak sereh wangi
1. 2. Indeks bias Bobot jenis 1,490 0, 8899 1,488 – 1,495 0,876 – 0,91
Dari hasil penelitian nilai indeks bias dan bobot jenis daun sereh wangi
telah memenuhi standart SNI (Standar Nasional Indonesia). Indeks bias yang
didapat sesuai dengan teori, dan menurut ketaren (1985), indeks bias minyak atsiri
berkisar 1,3-1,7. Bobot jenis merupakan perbandingan dari suatu volume minyak
atsiri dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Menurut
Sastrohamidjojo (2004), minyak atsiri dengan air akan terpisah karena minyak
atsiri tidak akan larut dalam air disebabkan berbeda bobot jenisnya. Kedua cairan
membentuk dua lapisan yang terpisah, biasanya minyak atsiri lebih ringan akan
mengambang diatas air.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11 pada halaman 63-64.
3.5. Pemeriksaan Sediaan 3.5.1. Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan losion digunakan untuk mengetahui apakah
sediaan yang dibuat dapat diterima pH fisiologis tubuh atau tidak. Untuk
Tabel 3.3. Hasil pemeriksaan pH sediaan
No. Sediaan Losion pH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Minyak sereh wangi 0% (kontrol) Minyak sereh wangi 0,25% Minyak sereh wangi 0,5% Minyak sereh wangi 0,75% Minyak sereh wangi 1% Minyak sereh wangi 1,5% Minyak sereh wangi 2%
7,1 7,1 7,1 7,2 7,1 7,2 7,2
Keasaman kosmetika sebaiknya sesuai dengan pH kulit antara 4,5 dan 7,0
(Wasitaatmadja, 1997). Pada tabel terlihat bahwa sediaan memiliki pH rata-rata
7,12. pH sediaan mendekati pH kulit normal, maka sediaan losion minyak atsiri
sereh wangi diatas dapat digunakan.
3.5.2 Penentuan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi sediaan losion dengan menggunakan metode zat
warna. Hasil yang diperoleh yaitu masing-masing sediaan menunjukkan bahwa
metil biru tesebar merata pada losion dan membuktikan bahwa sediaan losion
mempunyai tipe emulsi m/a.
3.5.3 Penentuan sifat alir sediaan
Penentuan sifat alir sediaan dilakukan dengan viskometer thomas stromer
(Marthin, 1993). Sifat alir sediaan adalah aliran plastis karena kurva antara beban
Tabel 3.4. Data penentuan sifat alir sediaan losion minyak sereh wangi Beban ( g ) RPM B C D E F G 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 21,78 24,33 28,81 31,74 41,66 47,16 49,50 64,93 65,78 73,52 83,33 89,28 92,59 99,00 104,16 138,88 178,57 181,81 208,33 263,15 270,27 22,32 24,33 28,73 32,15 41,84 47,61 63,29 66,66 68,02 75,18 90,90 98,03 100 125 142,85 142,85 204,08 243,90 256,41 270,27 312,5 23,20 24,39 29,32 32,36 43,85 48,07 67,11 67,11 72,46 76,33 92,59 99,00 102,04 125 144,92 147,05 238,09 250 312,5 312,5 357,14 23,25 24,69 29,41 33,22 47,39 48,54 68,02 68,49 74,62 76,92 92,59 100 104,16 131,57 147,05 169,49 238,09 263,15 322,58 333,33 357,14 23,75 25 32,05 38,75 47,39 49,50 68,96 68,49 76,92 76,92 95,23 103,09 116,27 163,93 169,49 175,43 243,39 270.27 277,77 344,82 434,78 24,33 27,93 33,11 38,91 48,78 63,29 71,42 71,94 80 79,36 100 116,27 125 166,66 169,49 172,41 250 270,27 312,5 370,37 476,19 Keterangan :
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
3.6.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan
Tabel 3.5. Data pengamatan stabilitas sediaan sediaan losion
Pemeriksaan Sediaan Pengamatan (Minggu)
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Warna Bau Mudah dituang kembali Tidak memisah A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM P P P P P P P TB K K K K K K M M M M M M M TM TM TM TM TM TM TM Keterangan :
P : Putih; TB :Tidak berbau
K : Khas; M : Mudah; TM : Tidak Memisah A : losion minyak sereh wangi 0%
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
3.6.7. Uji iritasi
Tabel 3.6. Data uji iritasi
Pengamatan Sediaan B C D E F G Kulit kemerahan Kulit gatal-gatal Kulit bengkak (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Keterangan:
(-) : tidak terjadi iritasi (+) : kulit kemerahan (++) : kulit gatal-gatal (+++) : kulit bengkak
B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
Berdasarkan hasil uji iritasi pada 10 sukarelawan yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan losion yang dibuat pada kulit lengan dalam dan di
belakang telinga selama tiga hari berturut-turut menunjukkan bahwa semua
sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang
diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan.
Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan losion penolak
3.7. Uji Repelan Terhadap Nyamuk
Pengujian dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan yang berusia 18- 56
tahun. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Data kemampuan sediaan losion minyak atsiri sereh wangi terhadap gigitan nyamuk.
Sukarelawan
Jumlah gigitan nyamuk A (2 jam) B (2 jam) C (2jam) D (2jam) E (3jam) F (4jam) G (5jam) I II III IV V VI VII VIII IX X 17 12 15 12 14 16 10 16 10 15 2 2 2 2 3 2 1 4 2 5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan :
A : losion minyak sereh wangi 0% B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
I II III IV V VI VII VIII IX X JU M LA H G IG ITA N N YA M U K SUKARELAWAN
SUKARELAWAN VS JUMLAH GIGITAN
NYAMUK
minyak sereh 0% minyak sereh 0,25% minyak sereh 0,5% minyak sereh 0,75% minyak sereh 1% minyak sereh 1,5% minyak sereh 2%Data kemampuan losion minyak atsiri sereh wangi terhadap gigitan nyamuk.
Pengujian terhadap nyamuk dilakukan selama 2, 3, 4 dan 5 jam, dengan
melihat daya proteksi masing-masing perlakuan. Daya proteksi dihitung dengan
rumus (Komisi Pestisida, 1995) :
∑ nyamuk yang hinggap pada kontrol (0%)-∑ pada perlakuan Daya Proteksi=---x 100%
Tabel 3.8. Data proteksi sediaan losion minyak atsiri sereh wangi terhadap gigitan nyamuk
Sukarelawan Daya proteksi (%)
A B C D E F G I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 88,23 83,33 86,66 83,33 78,57 87,5 90 75 80 66,66 81,92 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan :
A : losion minyak sereh wangi 0% B : losion minyak sereh wangi 0,25% C : losion minyak sereh wangi 0,5% D : losion minyak sereh wangi 0,75% E : losion minyak sereh wangi 1% F : losion minyak sereh wangi 1,5% G : losion minyak sereh wangi 2%
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa minyak atsiri daun sereh wangi
mempunyai efektifitas sebagai repelan nyamuk atau penolak nyamuk. Dapat
dilihat pada konsentrasi minyak sereh 0,5% dan 0,75% selama 2 jam , konsentrasi
minyak sereh 1% selama 3 jam, konsentrasi minyak sereh 1,5% selama 3 jam dan
konsentrasi minyak sereh 2% selama 5 jam menunjukkan bahwa tidak ada gigitan
nyamuk, dengan daya proteksi 100%. Hal ini karena daun sereh wangi
mengandung geraniol, sitronelol dan sitronelal yang berfungsi sebagai penolak
nyamuk. Konsentrasi suatu bahan aktif sangat berpengaruh terhadap keefektifan
maka efek repelan atau penolak nyamuk juga semakin besar dan daya
efektifitasnya juga semakin lama.
Berdasarkan hasil analisis, minyak sereh tersusun dari senyawa-senyawa
sitronelal, sitronelol, geraniol, alpa-pinena, limonene, linalool, sitronelil asetat,
beta kariofilen, geranil asetat, beta kardinen dan elemol. Dari sekian senyawa
tersebut hanya ada tiga senyawa yang kuantitasnya besar yaitu sitronelal,
sitronelol dan geraniol (Sastrohamidjojo, 2004).
Menurut Sri (2005), Senyawa sitronelal mempunyai sifat racun dehidrasi
(desiscant) yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus
menerus pada nyamuk.
Berdasarkan daya proteksi didapat hasil bahwa pada konsentrasi minyak
sereh wangi dengan konsentrasi 0,5% sudah efektif sebagai penolak nyamuk
dengan daya proteksi 100%, begitu juga dengan konsentrasi 0,75%, 1%, 1,5% dan
2% sudah memiliki daya proteksi repelan nyamuk juga. Hasil yang memenuhi
standar Komisi Pestisida Departemen Pertanian RI, yaitu harus memiliki daya
proteksi 90% selama dua jam. Ini berarti losion minyak atsiri sereh wangi dengan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Minyak sereh wangi (citronella oil) dapat diformulasikan dalam sediaan
losion, losion minyak sereh wangi mempunyai efek sebagai penolak nyamuk,
daya penolak nyamuk yang baik di mulai dari konsentrasi 0,5% dan 0,75% untuk
2 jam; 1% untuk 3 jam; 1,5% untuk 4 jam dan 2% untuk 5 jam.
Sediaan losion penolak nyamuk mempunyai pH antara 7,1-7,2 untuk
berbagai konsentrasi yang berbeda, tipe emulsi m/a, homogen pada saat di
oleskan. Sediaan losion mempunyai sifat aliran plastis, tidak mengiritasi kulit dan
cukup aman untuk digunakan, dan stabil pada suhu kamar selama penyimpanan
12 minggu, mudah dituang, tanpa adanya perubahan warna, bau dan pemisahan
fase antara minyak air.
4.2 Saran
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk membuat sediaan penolak
nyamuk dari bahan aktif serai wangi dengan formula yang lain seperti spray dan