• Tidak ada hasil yang ditemukan

b) pendidik c) tenaga kependidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "b) pendidik c) tenaga kependidikan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NO

Komponen

1

2

3

4

5

1. Kebijakan SRA

a. Memiliki kebijakan anti kekerasan terhadap peserta didik:

1) Komitmen tertulis dalam bentuk ikrar untuk mencegah kekerasan terhadap anak berbentuk seperti pakta integritas

1 1 1 1 1 2) Kebijakan antikekerasan berbentuk SK

internal sekolah dasar (SK Tim Pelaksana dan Tim Pengembang SRA) disusun secara bersama-sama dan melibatkan semua warga satuan pendidikan:

a) peserta didik 0 0 1 1 1

b) pendidik 0 1 1 1 1

c) tenaga kependidikan 0 1 1 1 1 3) Tersedianya kebijakan antikekerasan,

meliputi:

a) adanya larangan:

 terhadap tindak kekerasan dan diskriminasi antar peserta didik;

1 1 1 1 1

 terhadap tindak kekerasan dan diskriminasi yang dilakukan pendidik dan tenaga kependidikan (TU, satpam, penjaga sekolah dan pegawai kebersihan) dengan peserta didik;

1 1 1 1 1

 hukuman fisik (contohnya memukul,

menampar dengan

tangan/cambuk/tongkat/ikat

pinggang/sepatu/balok kayu, menendang, melempar peserta didik, mencakar, mencubit, menggigit, menjambak rambut, menarik telinga, memaksa peserta didik untuk tinggal di posisi yang tidak nyaman dan panas, dll.)

1 1 1 1 1

 bentuk hukuman lain yang merendahkan martabat peserta didik (contohnya menghina, meremehkan, mengejek, dan menyakiti perasaan dan harga diri peserta didik, dll.) oleh pendidik terhadap peserta didik

1 1 1 1 1

b) adanya mekanisme pengaduan dan penanggulangan kasus kekerasan, serta penanganan khusus kejahatan seksual

0 0 1 1 1 b. Melakukan berbagai upaya untuk

melaksanakan kebijakan antikekerasan terhadap peserta didik, melalui:

1) Pencegahan, penanggulangan, dan sanksi terhadap semua bentuk kekerasan (fisik, mental, perlakuan salah, penelantaran, perlakuan menelantarkan, atau eksploitasi) dan kejahatan seksual terhadap peserta didik

0 0 1 1 1

2) peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan kepada seluruh warga sekolah dasar untuk:

(2)

a. pencegahan dan penghapusan diskriminasi terhadap anak penyandang disabilitas, anak dengan HIV/AIDS, anak korban kejahatan seksual, anak korban Napza, dll.

0 0 1 1 1

b. penjaminan kepada peserta didik untuk menikmati kondisi yang layak atas layanan pendidikan yang inklusi;

0 0 0 0 1 c. langkah-langkah dari sekolah dasar untuk

memerangi bullying dan memberikan pelatihan khusus bagi anak penyandang disabilitas dalam melindungi diri

0 0 0 1 1

3) penegakan disiplin dengan nonkekerasan

a) melakukan pelatihan disiplin positif 0 1 1 1 1 b) pemantauan, pengawasan, dan tindakan

pemulihan pelaksanaan disiplin positif 0 0 0 1 1 c) memberikan konsekuensi sesuai dengan

perbuatan yang dilakukan

0 1 1 1 1 c. Melakukan upaya untuk mencegah peserta

didik putus sekolah

1 1 1 1 1 d. Memiliki komitmen untuk menerapkan

prinsip-prinsip SRA dalam manajemen berbasis sekolah dan RKAS setiap tahun

0 0 0 1 1 e. Melakukan pelatihan tentang hak anak dan

SRA bagi pendidik dan tenaga kependidikan

0 1 1 0 0 f. Melakukan peningkatan kualitas kinerja SRA

secara berkelanjutan 0 0 0 1 1

g. Terdapat proses penyadaran dan dukungan bagi warga sekolah untuk memahami gender, hak anak, dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus (misalnya: anak penyandang disabilitas)

0 0 1 1 1

h. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok

0 1 1 0 0 i. Memiliki komitmen untuk mewujudkan

kawasan tanpa napza 0 1 1 0 0

j. Memiliki komitmen untuk menerapkan sekolah aman dari bencana secara struktural dan nonstruktural

0 1 1 1 1 k. Menjamin, melindungi, dan memenuhi hak

peserta didik untuk menjalankan ibadah dan memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama masing-masing

1 1 1 1 1

l. Memastikan pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) di dalam proses pembelajaran

0 1 1 1 1 m. Mengintegrasikan materi kesehatan di dalam

proses pembelajaran

1 1 1 1 1 n. Mengintegrasikan materi kesehatan reproduksi

dalam materi pembelajaran

1 1 1 1 1 o. Mengintegrasikan materi lingkungan hidup di

dalam proses pembelajaran 0 1 1 1 1 p. Memiliki mekanisme rujukan kepada sekolah

lain yang sudah siap melaksanakan pendidikan inklusi

1 1 1 1 1 q. Pelaksanaan Kebijakan pemantauan rutin

untuk perlindungan anak dengan memfungsikan guru piket, duta anak sebagai pelapor dan pelopor, dan komite sekolah

0 0 1 1 1

r. menjadi sekolah rujukan untuk SRA dan memiliki imbas minimal untuk 10 sekolah/madrasah di sekitarnya, serta ada kebijakan sekolah yang membuka kelas layanan khusus bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus dan/atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Anak (PMKSA)

(3)

s. Memperhatikan peserta didik dari kondisi

dehidrasi dan kelaparan pada saat

pembelajaran berlangsung

1 1 1 1 1 t. Prosedur operasi standar untuk penanganan

lebih lanjut bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang melakukan kekerasan

0 0 1 1 1 u. Mewajibkan orangtua untuk melaporkan

riwayat medis anaknya pada saat penerimaan peserta didik baru dan diperbarui setiap tahun untuk deteksi dini dan pencegahan

1 1 1 1 1

v. Membiasakan gerakan penumbuhan budi pekerti di sekolah

2.

Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang

Ramah Anak

a. Pelaksanaan Proses pembelajaran: 1) Proses Pembelajaran:

a) dilakukan dengan cara yang

menyenangkan, inklusif, penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan

diskriminasi terhadap peserta didik baik di dalam dan di luar kelas

1 1 1 1 1

b) memberikan gambaran yang adil, akurat, dan informatif mengenai masyarakat dan budaya lokal

1 1 1 1 1 c) memperhatikan prinsip-prinsip hak

anak

1 1 1 1 1 d) memperhatikan tahap-tahap

perkembangan anak

1 1 1 1 1 2) Menyediakan pengalaman belajar dan

proses pembelajaran yang mengembangkan keragaman karakteristik dan potensi peserta didik

0 0 1 1 1

3) Mengembangkan minat, bakat, dan inovasi serta kreativitas peserta didik melalui kegiatan esktrakurikuler secara individu maupun kelompok

0 0 1 1 1

4) Peserta didik terlibat dalam kegiatan

bermain, berolahraga dan beristirahat 1 1 1 1 1 5) Memotivasi dan memberikan kesempatan

peserta didik untuk menyelenggarakan, mengikuti, dan mengapresiasi kegiatan seni budaya

0 1 1 1 1

6) Menerapkan kebiasaan untuk peduli dan berbudaya lingkungan hidup serta pengurangan resiko bencana dalam pembelajaran

0 0 0 0 1

7) Menumbuhkan wawasan dan rasa kebangsaan pada peserta didik

1 1 1 1 1 b. Penilaian hasil belajar mengacu pada hak anak

:

1) Penilaian pembelajaran dilaksanakan berbasis proses dan mengedepankan penilaian otentik

0 0 1 1 1 2) Menerapkan penilaian pembelajaran tanpa

membandingkan satu peserta didik dengan peserta didik yang lain

0 1 1 1 1 c. Bahan Ajar yang aman dan bebas dari unsur

pornografi, kekerasan, dan radikalisme serta SARA.

0 1 1 1 1

3.

Pendidik

dan

Tenaga

Kependidikan

(4)

a. Pelatihan Hak-hak Anak bagi :

 Kepala sekolah 1 1 1 1 1

 Guru 0 1 1 1 1

 Petugas perpustakaan 0 0 1 1 1

 Penjaga sekolah (petugas keamanan satuan pendidikan)

0 0 1 1 1

 Petugas kebersihan 0 0 1 1 1

 Komite sekolah 0 0 1 1 1

 Pembimbing kegiatan ekstrakurikuler 0 0 1 1 1

 Orangtua/wali 0 0 1 1 1

b. Pendidik dan tenaga kependidikan terlatih tentang:

1) Hak-hak anak 0 1 0 0 0

2) Pengurangan resiko bencana 0 0 1 0 0 3) Penanganan di kondisi darurat 0 0 1 0 0

4) Lingkungan hidup 0 0 1 0 0

5) Pendidikan inklusi 0 0 0 1 1

c. Terdapat Guru Pembimbing Khusus 0 0 0 1 1 d. Membangun komunikasi dengan orangtua

secara berkala

0 1 1 1 1 e. Memfasilitasi pertemuan guru dan orangtua

sebagai ruang apresiasi peserta didik, seperti konferensi siswa

0 0 0 0 1

4.

Sarana dan Prasarana SRA

a. Persyaratan Keselamatan :

 struktur bangunan sekolah dengan struktur

yang kuat, kokoh, dan tahan gempa 0 0 0 0 1  bangunan sekolah memiliki alat pemadam

kebakaran yang berfungsi dengan baik

0 0 1 0 0  bangunan sekolah memiliki jalur dan

rambu-rambu evakuasi bencana menuju titik kumpul aman

1 1 0 0 0  bangunan sekolah memenuhi persyaratan

instalasi listrik yang aman 1 1 1 1 1  bangunan sekolah tidak berada di bawah

jaringan listrik tegangan tinggi (sutet)

1 0 0 0 0 b. Persyaratan Kesehatan

 bangunan sekolah memiliki ventilasi alami

dan/atau ventilasi mekanik/buatan 1 0 0 0 0  bangunan sekolah memiliki bukaan

permanen seperti kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi

1 0 0 0 0

 bangunan sekolah menggunakan pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat

1 0 0 0 0  bangunan sekolah memiliki sumber air bersih

yang memenuhi persyaratan kesehatan dan mengalir lancar

(5)

 bangunan sekolah memiliki sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor yang berfungsi dengan baik dan tidak mencemari lingkungan sekitar

0 0 1 1 1

 bangunan sekolah memiliki sistem penyaluran air hujan yang berfungsi dan terpelihara dengan baik

0 0 1 1 1  tersedia tempat pembuangan sampah terpilah

dan tertutup 0 1 0 0 0

 bangunan sekolah menggunakan bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

1 0 0 0 0

c. Persyaratan Kenyamanan

 kapasitas ruang kelas sesuai dengan fungsi ruang, jumlah peserta didik (tidak melebihi 32 peserta didik), dan aktivitas murid

0 0 1 1 1  temperatur dan kelembaban ruang kelas

nyaman untuk kegiatan belajar mengajar

0 1 0 0 0  ruang-ruang pada bangunan sekolah

terutama ruang kelas terhindar dari gangguan silau dan pantulan sinar

0 1 0 0 0  ruang-ruang pada bangunan sekolah

terutama ruang kelas terhindar dari kebisingan

0 1 0 0 0  Pencahayaan dalam kelas yang cukup 1 0 0 0 0 d. Persyaratan Kemudahan

 ukuran lebar koridor mampu dilewati dua orang berpapasan

1 1 1 1 1  lebar pintu kelas minimal 80 cm, mudah

dibuka dan membuka ke arah luar

1 1 1 1 1  tersedia sarana evakuasi berupa sistem

peringatan bahaya 0 1 1 1 1

tersedia toilet dengan jumlah unit

menyesuaikan jumlah murid, yang terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan

0 1 1 1 1  kondisi toilet bersih, lantai tidak licin,

memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik dan sarana pelengkap yang lain seperti perangkat kebersihan

0 1 1 1 1

 pemisahan jarak akses pintu masuk antara

toilet bagi murid laki-laki dan perempuan 0 0 1 1 1  perabot toilet menggunakan ukuran yang

sesuai dengan pengguna

1 1 1 1 1  tersedia toilet bagi penyandang disabilitas 0 0 1 1 1  tersedia wastafel yang layak untuk anak

dengan air bersih yang mengalir dengan sabun cuci tangan

0 1 1 1 1  tersedia ram dengan kemiringan landai

maksimal 1:10 atau 6° dan memiliki dua lapis pegangan rambat atas dan bawah di kedua sisi dengan ketinggian 65-80 cm

0 0 0 0 1

 untuk bangunan sekolah lebih dari satu lantai menyediakan tangga dengan kemiringan tidak lebih dari 60°

0 0 0 1 1  lebar tangga minimal mampu dilewati dua

orang sekaligus

1 1 1 1 1  lebar anak tangga paling sedikit 30 cm, tinggi

anak tangga maksimal 18 cm, dan memiliki dua lapis pegangan rambat atas dan bawah di kedua sisi dengan ketinggian 65-80 cm

0 0 0 1 1

(6)

 perabot terutama pada ruang kelas memiliki standar ukuran sesuai dengan pengguna

1 1 1 1 1 e. Persyaratan Keamanan

 struktur bangunan tidak memiliki sudut yang

tajam dan kasar 1 1 1 1 1

 bangunan sekolah meminimalkan ruang-ruang kosong dan gelap

1 1 1 1 1  perabot tidak memiliki sudut yang tajam dan

membahayakan pengguna

1 1 1 1 1  tersedia kamera pemantau (CCTV) di dalam

kelas maupun di lingkungan sekolah yang rawan

0 0 0 1 1 f. Ruang UKS memiliki peralatan berikut:

1) tempat tidur 1 1 1 1 1

2) alat ukur tinggi badan dan berat badan 1 1 1 1 1 3) alat ukur ketajaman mata dan telinga 1 1 1 1 1 4) perlengkapan Pertolongan Pertama pada

Kondisi Darurat (P3KD)

1 1 1 1 1 g. Sekolah memiliki ruang pembelajaran individu

yang nyaman dan memperhatikan privasi untuk peserta didik inklusi

0 0 1 1 1 h. Sekolah memiliki lapangan olahraga yang bisa

diakses oleh seluruh anak

1 1 1 1 1 i. Sekolah memiliki ruang kreativitas (ruang

keterampilan, pojok membaca, tempat peserta didik mengekspresikan diri, dst.)

0 0 1 1 1 j. Sekolah memiliki area/ruang bermain (lokasi

dan desain dengan perlindungan yang memadai, sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua peserta didik, termasuk anak penyandang disabilitas)

0 0 0 1 1

k. Sekolah memiliki ruang perpustakaan 1 1 1 1 1 l. Tersedia alat permainan edukatif (APE) yang

memenuhi SNI 1 1 1 1 1

m. Sekolah yang memiliki kantin harus memenuhi kriteria:

1) tersedia tempat dan peralatan yang bersih (pengolahan dan persiapan penyajian makanan)

1 1 1 1 1 2) lokasi tidak dekat tempat pembuangan

sampah

1 1 1 1 1 3) ada tempat cuci tangan 1 1 1 1 1 4) makanan dan minuman aman, sehat, dan

halal 1 1 1 1 1

5) pengolah dan penyaji pangan bersih dan sehat

1 1 1 1 1 n. Sekolah memiliki simbol/tanda/rambu terkait

SRA (misal: simbol - dilarang merokok, dilarang

bullying; tanda–titik berkumpul,

laki-perempuan, disabilitas, dll)

0 1 1 1 1

o. Sekolah menyediakan media sosialisasi (materi Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang terkait dengan SRA (misal poster langkah-langkah cuci tangan pakai sabun, buanglah sampah pada tempatnya, slogan yang bermakna himbauan untuk perilaku hidup bersih dan sehat, dll.)

0 0 1 1 1

p. Sekolah menyediakan “Kotak Curhat” bagi peserta didik

0 1 1 1 1 q. Sekolah menyediakan fasilitas untuk media

ekspresi anak, seperti mading

(7)

5.

Partisipasi Anak

a. Peserta didik bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat

1 1 1 1 1 b. Melibatkan peserta didik dalam menyusun

kebijakan dan peraturan sekolah 0 0 0 0 1 c. Mengikutsertakan perwakilan peserta didik

sebagai anggota Tim Pengembang SRA 0 1 1 1 1 d. Pendidik, tenaga kependidikan, dan komite

sekolah mendengarkan dan mempertimbangkan usulan peserta didik untuk memetakan pemenuhan hak dan perlindungan anak, serta rekomendasi untuk RKAS guna mewujudkan SRA

0 0 0 1 1

e. Peserta didik aktif memberikan penilaian

terhadap kondisi sekolah 0 0 0 1 1 f. Peserta didik mampu menjadi pelopor dan

pelapor

0 0 0 1 1 g. Peserta didik berani dan mampu

mengungkapkan pendapat dalam seluruh kegiatan sekolah

0 0 1 1 1

6.

Partisipasi Orang Tua/Wali, Komite

Sekolah, Lembaga Masyarakat, Dunia

Usaha,

Pemangku

Kepentingan

Lainnya, dan Alumni

1. Orang tua/wali

a) menyekolahkan anak dekat dengan

orangtua (rumah/kantor) 1 1 1 1 1 b) menyediakan waktu berkualitas

sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) menit sehari secara rutin untuk mendengarkan dan menanggapi anak

0 1 1 1 1

c) menyediakan waktu berkegiatan bersama secara rutin

0 1 1 1 1 d) menyediakan waktu, pikiran, tenaga, dan

materi sesuai kemampuan untuk memastikan tumbuh kembang, minat, bakat, dan kemampuan anak

0 0 1 1 1

e) memberikan persetujuan untuk setiap kegiatan peserta didik di sekolah yang sesuai dengan prinsip-prinsip SRA

0 0 1 1 1

f) mengawasi keamanan, keselamatan, dan kenyamanan peserta didik, termasuk membatasi/menghilangkan penggunaan internet dan media sosial

(8)

g) bersikap proaktif melalui komite sekolah untuk memastikan SRA masuk ke dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban RKAS

0 0 0 1 1

h) berkomunikasi secara intensif dengan guru, misalnya melalui media sosial

1 1 1 1 1 i) berkomunikasi dengan pihak sekolah

mengenai riwayat kesehatan anak di penerimaan peserta didik baru dan diperbarui secara berkala

1 1 1 1 1

2. Komite Sekolah

a) aktif mengikuti pertemuan koordinasi penyelenggaraan SRA

0 1 1 1 1

b) memberikan masukan terkait penyusunan, penyelenggaraan, dan pertanggungjawaban SRA di dalam RKAS

0 1 1 1 1

c) memfasilitasi mediasi ke pihak luar sekolah terkait mekanisme penanganan kasus kekerasan terhadap peserta didik

0 0 1 1 1

d) berperan aktif dalam memobilisasi sumber daya untuk peningkatan penyelenggaraan SRA

0 0 1 1 1

3. Lembaga masyarakat

a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA

0 1 1 1 1 b) Mengawasi keamanan, keselamatan, dan

kenyamanan peserta didik 0 0 1 1 1 c) Bersikap proaktif dalam mendukung upaya

penerapan prinsip-prinsip SRA

0 0 0 1 1 d) Memberi akses kepada peserta didik dan

pendidik untuk karyawisata, kegiatan seni dan budaya, kegiatan pelayanan sosial, dll.

0 0 0 1 1 4. Dunia usaha dalam bentuk Program Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR)

a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA

0 0 1 1 1 b) Membangun sarana dan prasarana untuk

menunjang kegiatan SRA 0 0 1 1 1

c) Memberi akses kepada peserta didik dan pendidik untuk karyawisata, kegiatan seni dan budaya, kegiatan pelayanan sosial, dll.

0 0 0 1 1 5. Pemangku kepentingan lainnya

a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA yang tidak mengikat

0 0 1 1 1 b) Menyediakan sarana dan prasarana untuk

menunjang kegiatan SRA

0 0 1 1 1 c) Bersikap proaktif untuk mendukung

upaya-upaya dalam memastikan keselamatan, keamanan, kenyamanan anak termasuk pengaruh buruk dari media sosial dan media massa

0 0 0 1 1

6. Alumni

a) Ikatan alumni memberi dukungan

penyelenggaraan kegiatan SRA 0 0 1 1 1 b) Turut serta dalam kepengurusan komite

Referensi

Dokumen terkait

Dan sekolah juga telah melaksanakan pengembangan kurikulum dalam perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru (KTSP dokumen 2) antara lain program tahunan, program

Perlakuan penambahan jenis daging ikan pada kekian dengan bahan baku utama surimi ikan kurisi dan penambahan dengan ikan nila merah, ikan kakap merah dan ikan

pemilihan ukuran blok citra yang akan disisipkan. Semakin kecil ukuran blok maka tanda air yang diekstrak akan mempunyai kualitas visual lebih bagus. Semakin sedikit informasi

P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa

Kesimpulannya, dalam penelitian ini tidak ada pengaruh signifikan antara minat belajar dan kedisiplinan terhadap prestasi belajar PAI pada siswa kelas XI SMA Negeri 7

Seluruh hasil pendugaan umur simpan bumbu masak berdasarkan beberapa atribut mutu (warna, aroma, kenampakan dan keseluruhan) memperlihatkan bahwa bumbu masak yang dikemas

Tanggung jawab ( responsibility ) 4.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku ananiah, ghadhab, hasad, ghibah, dan namimah.. Siswa berdiskusi untuk menemukan contoh-contoh

Persentase jumlah asini yang imunoreaktif continuous, incontinuous dan tidak imunoreaktif dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi keganasan pada hiperplasia