• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Setiap individu membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Setiap individu membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Beberapa waktu lalu cara seseorang untuk menjalin pertemanan yaitu dengan bertatap muka langsung dengan jarak yang cukup dekat. Cocking dan Mathews (2001) mengatakan bahwa pembentukan persahabatan hanya dapat dilakukan di dunia nyata dengan mengutamakan identitas relasional dan keterbukaan diri yang bersifat saling tukar informasi. Penelitian dari Briggle (2008) pembentukan persahabatan tidak hanya terjadi di dunia nyata akan tetapi juga dapat terjadi di dunia maya. Pembentukan pertemanan di dunia maya dilakukan dengan proses membuka diri secara sukarela sehingga dapat memungkinkan teman di dunia maya untuk memilih apakah melanjutkan sebuah hubungan ataupun menyelesaikan hubungan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Cystic Fibrosis Trust (2011) mengemukakan bahwa saat ini telah terjadi perubahan dalam hal membentuk dan menjalin pertemanan, saat ini pertemanan dapat terjadi dengan individu yang belum pernah ditemui. Perubahan ini terjadi karena adanya perkembangan teknologi komunikasi. Seseorang dapat menjalin interaksi dan berkomunikasi hanya bertemu pada satu tempat dan waktu yang sama, akan tetapi saat ini komunikasi dapat terjadi hanya dengan menggunakan handphone, perangkat komputer maupun internet (Cystic Fibrosis Trust , 2011).

(2)

Weiser (2001) mengemukakan aktivitas yang dapat dilakukan dalam jejaring sosial dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu komersial, informasi dan sosial komunikasi. Hasil penelitian dari Krasnova, Spiekermann, Koroleva, dan Hildebrand (2010) mengatakan bahwa motivasi seseorang menggunakan situs jejaring sosial karena merasakan kenyamanan dalam menceritakan informasi pribadinya. Selain itu, untuk membangun hubungan pertemanan yang baru, menjalin komunikasi kembali dengan teman yang lama, menampilkan profil – profil dan informasi sesuai dengan gambaran yang dipikirkan dan diingingkan.

Penggunaan situs jejaring sosial juga berfungsi untuk menjadi media dalam menyampaikan apa yang terjadi saat ini, apa yang dialami dan apa yang dirasakannya semua dapat dituangkan dengan menggunakan salah satu aplikasi yang terdapat dalam jejaring sosial (Weiser, 2001).

Data yang dimiliki oleh Komnas Perlindungan anak mengatakan bahwa 53 persen pengguna situs jejaring sosial di Indonesia adalah remaja. Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2012 menggungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia di dominasi oleh pengguna rentang usia antara 12-34 tahun. (Merdeka.com, 20 september 2013). Menurut ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi, penggunaan situs jejaring sosial oleh remaja adalah sebagai media untuk menyampaikan keluh kesah mereka, tempat curhat karena dirumah mereka tidak dapat untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan untuk mencari perhatian dari luar lingkungan mereka (Koran Facebook, 2010). Tufecki (2008) mengemukakan bahwa aktivitas remaja dalam jejaring sosial adalah menuliskan

(3)

status, upload foto, menuliskan profil sekolah yang termasuk dalam keterbukaan diri. Tujuan dalam melakukan keterbukaan diri oleh remaja dalam jejaring sosial yaitu untuk memperoleh dukungan, memberikan kemudahan membentuk pertemanan (Tufecki,2008). Perkembangannya jejaring sosial tidak hanya digunakan sebagai wadah menjalin komunikasi, akan tetapi oleh sebagian orang digunakan sebagai salah satu sarana untuk melakukan tindak kejahatan. Kasus penculikan yang terjadi pada tahun 2012, dimana seorang remaja yang berumur 14 tahun menerima permintaan pertemanan dari seorang pria yang berusia lebih tua karena hanya berdasarkan rasa penasaran, rasa penasarannya tersebut berkembang menjadi sebuah hubungan yang lebih intim yaitu dengan pertukaran nomer telpon lalu melakukan proses pertemuan setelah itu remaja tersebut menjadi korban pemerkosaan dan korban trackficking (VoaIndonesia.com, 2012).

Berdasarkan dari data Komisi Nasional Perlindungan anak terdapat 129 kasus penculikan anak dan sebagian besar terjadi karena perkenalan melalui jejaring sosial facebook. Hal ini ditunjang dari data dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa banyak remaja putri Indonesia yang menjadi korban kasus perdagangan manusia yang di rekrut melalui media jejaring sosial. (VoaIndonesia.com, 2012).

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju kearah dewasa. Menurut Hall (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa masa remaja yang usianya berkisar antara 12 – 23 tahun diwarnai oleh pergolakan. Masa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan

(4)

suasana hati. Remaja dalam bertindak berbagi pikiran dan perasaan selalu berubah – ubah antara kesombongan dan kerendahan hati, niat yang baki dan godaan serta kebahagiaan dan kesedihan. Pada suatu saat remaja dapat bersikap sangat tidak menyenangkan terhadap kawan-kawannya, sementara dilain pihak akan bersikap lebih baik, kadang-kadang membutuhkan privasi akan tetapi beberapa detik kemudian menginginkan kebersamaan.

Hal menarik dari fenomena perkembangan media sosial dapat melihat fenomena yang terjadi di masyarakat adalah adanya ketebukaan diri yang dilakukan melalui media jejaring sosial. Collins dan Miller (1995) mengemukakan keterbukaan diri dalam hubungan teman adalah hubungan timbal balik mengenai informasi pribadi yang berguna untuk mengembangkan konteks kedekatan dalam sebuah hubungan.

Pendapat ini juga diperkuat dari pernyataan Sanderson (2010) yang mengemukakan bahwa keterbukaan diri bagi seseorang dapat memberikan manfaat dalam hal menambah wawasan dan meningkatkan kesadaran diri seseorang serta memiliki rasa empati, dalam melakukan interaksi dalam sebuah hubungan. Seseorang yang memiliki kemampuan keterbukaan diri maka akan memiliki kemampuan sosial yang baik.

Keterbukaan diri diperlukan dalam pertemanan agar dapat memberikan dampak positif. Berdasarkan teori Johari Windows mengemukakan bahwa seharusnya individu membuka diri dalam posisi daerah terbuka yaitu daerah yang memberikan informasi, perilaku, sikap maupun keinginan serta motivasi

(5)

yang diketahui diri sendiri dan oleh orang lain (Devito,1997). Keterbukaan diri individu mengenai perasaan dapat dilakukan kepada orang yang telah dekat dan telah tercipta rasa nyaman dan telah menerima dukungan. Boyd dan Heer (2006) mengemukakan bahwa keterbukaan diri dalam jejaring sosial bermanfaat untuk menjadi sarana dalam mempresentasikan identitas diri. Pengguna jejaring sosial akan lebih leluasa mengungkapkan apa yang mereka alami dan apa yang mereka pikirkan tanpa harus bertatap muka.

Situs jejaring sosial dapat menjadikan seseorang menjadi pribadi yang lebih terbuka dalam mengungkapkan dirinya. Bargh, McKenna dan Fitzsimons (2002) mengemukakn bahwa remaja yang pemalu dan memiliki keterampilan sosial yang rendah mampu mengekspresikan dirinya melalui media jejaring sosial dibandingkan dengan interaksi tatap muka. Seperti halnya artis Indonesia Luna Maya yang dapat dengan leluasa mengungkapkan mengenai perasaannya terhadap infotaiment, akan tetapi pengungkapan yang dilakukan berujung pada pencekalan terhadap dirinya (Tempo.com, 2009)

Salah satu kasus yang marak terjadi akibat adanya keterbukaan diri melalui sosial media adalah banyaknya tindak kejahatan seperti kasus penculikan, penipuan dan perdagangan perempuan. Adanya remaja putri yang menjadi korban penculikan oleh pria yang dikenalnya melalui media sosial facebook. Selain kasus penculikan, permasalahan lain yang sering terjadi adalah kasus pencemaran nama baik. Beberapa waktu ini publik di perlihatkan sikap arogan yang dimiliki oleh Farhat Abbas, pengacara muda yang selalu memberikan komentar pedas terhadap berbagai kasus yang terjadi, kasus yang

(6)

terbaru adalah komentar Farhat Abbas yang menuliskan makian terhadap Ahmad Dhani dan bertarung tinju dengan anak Ahmad Dhani yang masih berusia remaja (Detik.com, 2013).

Penggunaan situs jejaring sosial selain memiliki dampak negatif dari keterbukaan diri juga dapat menjadi salah satu media untuk menggalang bantuan ataupun dukungan kepada seseorang yang sedang mengalami masalah, dukungan yang diberikan tidak berbentuk dukungan materi tapi hanya berupa dukungan sosial.

Beberapa waktu lalu adanya dukungan sosial yang diberikan kepada Bibit dan Chandra pemimpin KPK melalui aplikasi group di facebook, selain itu juga dukungan sosial melalui facebook yang diberikkan kepada Prita yang terkena masalah dengan salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Contoh lain yang paling baru adalah saat Wanda Hamidah tersandung kasus Narkoba dirumah Raffi Ahmad, Wanda Hamidah menuliskan perasaan yang di alaminya melalui aplikasi update status di facebook, sehingga mendapatkan feedback dan dukungan sosial berupa kata – kata semangat dari temanduniamayanya (Tempo.com, 2013) .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bernardon, Babb, Larson dan Gragg (2011) mengungkapkan bahwa dengan adanya dukungan sosial dan kehadiran orang lain yang diberikan kepada individu lainnya akan mencegah rasa putus asa dan mengurai kesepian. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian dari Hardie dan Tee (2007) yang mengungkapkan pengguna jejaring sosial menghabiskan waktu semakin bayak dalam aktivitas online, memiliki

(7)

kecemasan sosial, secara emosioal merasakan kesepian dan memperoleh dukungan yang lebih besar dari media sosial.

Seseorang yang mengakses dan terlibat dalam jejaring sosial merasa sudah saling mengenal dan sudah mengetahui individu – individu yang menjadi teman mereka, walaupun terkadang secara fisik mereka belum bertemu dan bertatap muka. Kedekatan itu biasanya terjadi hanya berdasarkan bahasa verbal yang intens, maka seseorang dengan mudahnya dapat menjadi terbuka dengan orang, dapat memberikan dukungan emosional berdasarkan dari rasa yang percaya. Rasa percaya ini terjadi dengan intensitas pemberian komentar yang sering saat seseorang menuliskan sesuatu.

Hasil penelitian yang telah dilakukan Leung (2002) menunjukan bahwa kesepian tidak terkait dengan penggunaan chatting ICQ akan tetapi berkaitan langsung dengan valensi, akurasi dan jumlah pengungkapan diri melalui media chatting,selain itu Mital,Israel dan Agrawal (2010) mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertukaran informasi dengan pengungkapan informasi dan hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa kepercayaan sebagai mediasi secara tidak langsung pada proses pertukaran informasi dan pengungkapan informasi.

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Stone (1996) dan Turkle (1997) mengemukakan bahwa beberapa waktu ini internet telah mengubah pola interaksi interpersonal sehingga memungkinkan seseorang untuk berbagi pengalaman pribadi kepada orang asing. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat

(8)

dari Bargh, et., (2002) yang mengatakan bahwa jenis interaksi melalui jejaring sosial lebih memungkinkan terjadi proses keterbukaan diri dibandingkan dengan interaksi yang terjadi dengan bertatap muka, proses keterbukaan diri di media online lebih sering terjadi karena adanya anonimitas.

Penelitian dari Harrison dan Thomas (2009) mengatakan bahwa tidak ada batas yang jelas antara indetitas pengguna jejaring sosial, individu merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas dunia, proses yang terpenting adalah terbukanya pengguna jejaring sosial. Pola interaksi antar individu yang mengalami perubahan ini mengakibatkan terjadinya pergeseran keterbukaan dri individu dalam jejaring sosial, dimana individu pengguna jejaring sosial lebih cenderung mengungkapkan segala perasaan, ide maupun pandangannya terhadap orang lain dengan cara menampilkannya di aplikasi situs.

Johnson dan Johnson (2009) mengemukakan keterbukaan diri adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan individu tersebut, tanggapan yang diberikan tidaklah bersifat fakta yang sebenarnya akan tetapi lebih mengarah kepada perasaan.

Individu yang melakukan proses keterbukaan diri selalu memiliki resiko. Saat individu mengungkapkan diri maka individu tersebut harus siap untuk di sukai maupun ditolak. Walaupun demikian yang menjadi landasan yang kokoh

(9)

untuk sebuah hubungan yang baik adalah adanya keterbukaan diri di antara individu yang menjalin hubungan (Johnson & Johnson,2009).

Menurut Johnson dan Johnson (2009) mengemukakan bahwa kepercayaan merupakan aspek dalam suatu hubungan dan secara terus menerus berubah serta bervariasi yang dibangun melalui rangkaian tindakan trusting dan trustworty. Trusting adalah kemauan untuk mengambil resiko terhadap akibat yang baik atupun buruk, sedangkan trustworty adalah perilaku yang melibatkan penerimaan terhadap kepercayaan orang lain. Dalam sebuah pengungkapan diri memiliki resiko yang harus siap untuk diterima yaitu perasaan dan informasi serta idenya apakah akan diterima ataupun ditolak.

Kepercayaan adalah sebuah harapan kepada kemampuan orang lain. Saat seseorang memberikan sebuah informasi ataupun memaparkan idenya, dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah percaya dan telah memberikan sebuah harapan pada seseorang yang dijadikan tempat bercerita. Dan kepercayaan itu akan berujung pada sebuah reaksi yang akan diterima, reaksi tersebut dapat sebuah penerimaan berbentuk dukungan maupun penolakan.

Dukungan sosial ini menurut Rook dan Dooley seperti dikutip dalam Goldsmith (2004) memiliki dua sumber dukungan yaitu dari sumber artifisial yaitu berasal dari dukungan sosial yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan primer seseorang, dan dukungan sosial yang bersumber dari natural yaitu dukungan sosial yang natural diterima oleh seseorang melalui interaksi dalam

(10)

kehidupannya secara spontan dengan orang – orang yang berada dekat dengan sekitarnya misalnya saja anggota keluarga dan teman dekatnya.

Dengan adanya situs jejaring sosial seseorang yang mempunyai masalah ataupun beban pikiran dapat menuangkannya melalui salah satu aplikasi yang tersedia misalnya dengan menuliskan status yang berisikan hal apa yang dipikirkan maka akan terdapat beberapa teman dalam situs tersebut memberikan komentar berisi penerimaan dan dukungan berupa penyemangat akan tetapi juga dapat menerima komentar yang berisi penolakan. Dengan perkembangan teknologi seseorang dapat menerima dukungan sosial tidak hanya melalui interaksi fisik yang bertemu langsung tapi juga melalui media jejaring sosial.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penelitian ini memilih tiga fenomena yang terjadi akibat adanya perkembangan teknologi yaitu keterbukaan diri yang terjadi dalam jejaring sosial, kepercayaan yang terjadi dalam jejaring sosial dan dukungan sosial yang diperoleh melalui aktif dalam jejaring sosial.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang dikemukakan diatas, pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut apakah kepercayaan interpersonal dapat berperan sebagai mediator terhadap dukungan sosial dan keterbukaan diri remaja dalam menggunakan jejaring sosial.

(11)

C. Tujuan dan manfaat

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui peranan kepercayaan interpersonal sebagai mediator dari dukungan social dan keterbukaan diri dalam situs jejaring sosial.

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini agar dapat memberikan sumbangsih, pemikiran, wacana, ide dan informasi terhadap perkembangan psikologi sosial terutama dalam bahasan psikologi komunikasi terkait permasalahan keterbukaan diri dalam jejaring sosial online.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang penting bagi masyarakat luas, terutama bagi orangtua terkait keterbukaan diri dalam jejaring sosial sehingga dapat meminimalisir kasus – kasus kejahatan yang terjadi sebelumnya, dengan cara meningkatkan kesadaran dalam berinteraksi dengan keluarga, agar dapat berkomunikasi dengan cara membangun hubungan interpersonal dalam keluarga.

D. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

1. Leung (2002). Loneliness, Self-Disclosure, and ICQ (“I Seek You”) Use. Meneliti mengenai hubungan antara kesepian pengungkapan diri dan media chatting ICQ. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesepian tidak terkait

(12)

dengan penggunaan chatting ICQ akan tetapi berkaitan langsung dengan valensi, akurasi dan jumlah pengungkapan diri melalui media chatting.

2. Mital, Israel dan Agarwal. (2010) Information exchange and information disclosurei n social networking web sites Mediating role of trust. Penelitian ini meneliti hubungan yang terjadi antara pertukaran informasi dan pembukaan informasi pada remaja.

3. Blau (2011). Application use, online relationship types self disclosure and internet abuse among children and youth : implication for education and internet safety program. Penelitian ini meneliti mengenai tipe – tipe keterbukaan diri terhadap penggunaan internet pada anak remaja.

Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan ketiga penelitian yang telah dikemukan, karena penelitian ini akan berfokus pada keterbukaan diri sebagai variabel dependen. Dalam penelitian ini akan melihat hubungan antara dukungan sosial dan kepercayaan interpersonal sebagai mediator terhadap keterbukaan diri remaja dalam media jejaring sosial. Subjek yang akan diteliti adalah remaja yang duduk dibangku SMA dengan karakteristik anak remaja yang berusia 14 – 18 tahun, yang menggunakan jejaring sosial aktif. Pengguna jejaring sosial aktif dalam hal ini, dalam kesehariannya selalu menggunakan jejaring sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang mempengaruhi akumulasi terbesar terjadi pada akar tanaman untuk logam Cr dan Ni, disebabkan akar merupakan jaringan tanaman yang kontak langsung dengan

Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu

Karena pada saat pengambilan tiap foto asumsi bahwa pada saat pemotretan berada dalam kondisi tegak lurus, sumbu-sumbu optik kamera tidak miring, jarak kamera

Demikian juga halnya dengan perguruan tinggi yang sangat bertumpu pada human capital, perlu mengelola organisasi yang mendorong terbentuknya budaya knowledge creation,

Hasil yang disajikan berupa grafik tingkat pertumbuhan keausan terhadap jumlah rotasi, grafik tingkat pertumbuhan contact pressure terhadap jumlah rotasi dan contact area,

Mengingat akan luasnya pengertian-pengertian masalah yang ada maka dalam menyusun skripsi ini penulis hanya membatasi permasalahan yang dapat disajikan berkaitan dengan

Perhitungan indeks RCA bertujuan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas nenas dan pisang Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain (dunia) yang juga

Semua mononom pangkat genap akan membentuk kurva yang memiliki sifat seperti pada mononom pangkat dua yaitu simetris terhadap sumbu-y, berada di atas sumbu-x