• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUSINESS KNOWLEDGE, BUSINESS SKILL, SELF CONFIDENCE DAN INOVASI TERHADAP BUSINESS PERFORMANCE INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH BUSINESS KNOWLEDGE, BUSINESS SKILL, SELF CONFIDENCE DAN INOVASI TERHADAP BUSINESS PERFORMANCE INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

BUSINESS KNOWLEDGE, BUSINESS SKILL,

SELF CONFIDENCE DAN INOVASI TERHADAP

BUSINESS PERFORMANCE

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

Oleh :

ERMAN BUDIANTO

NPM. 1210018212006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

2

Pengaruh

Business Knowledge, Business Skill, Self Confidence

dan Inovasi

Terhadap

Business Performance

Industri Kecil dan Menengah (IKM)

Di Kabupaten Pesisir Selatan

Oleh :

Erman Budianto¹, Zaitul¹, Erni Febrina Harahap¹

¹Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

E-mail : erman.budianto@gmail.com

Abstract

The important of the business performance has been documented by many study. However, business performance of small medium enterprise is stil limited, especially in Indonesia. Therefore, this study aims to investigate the relationship between business knowledge, business skill, self confidence and innovation with business performance among SME in West Sumatera, Indonesia. By using 282 SME and multiple regression analysis, all independent variabels significanly affect the business performance. Briefly, all hipotesys are accepted. Pratical implication of this study is that to increase the business performance of SME, it must increase business knowledge, business skill, self confidence and innovation. Therefore, the regulator can monitor these variabel in order to increase the performance of SME.

Keywords : Business Knowledge, Business Skills, Self confidence, Innovation Management and Business Performance.

Abstrak

Pentingnya kinerja bisnis telah didokumentasikan oleh banyak studi. Namun, penelitian kinerja bisnis perusahaan golongan kecil masih terbatas terutama di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara pengetahuan bisnis, keterampilan bisnis, kepercayaan diri dan inovasi dengan kinerja bisnis antara IKM di Sumatera Barat, Indonesia dengan menggunakan 282 IKM. Analisis data menggunakan regresi ganda adalah periode semua variabel independen yang signifikan mempengaruhi kinerja bisnis secara singkat, semua hipotesis diterima. Implikasi praktis dari penelitian ini bahwa untuk meningkatkan kinerja bisnis IKM itu, harus meningkatkan pengetahuan bisnis, keterampilan bisnis, kepercayaan diri dan inovasi. Oleh karena itu regulasi dapat memantau variabel tersebut dalam rangka meningkatkan kinerja IKM.

Kata Kunci : Business Knowledge, Business Skill, Self Confidence,Inovasi danBusiness Performance.

1. Pendahuluan

Dewasa ini tuntutan akan persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi, oleh karena itu semua sektor bisnis yang ada harus mampu untuk melakukan perubahan dan meningkatkan nilai untuk dapat memaksimalkan kepuasan pelanggan dalam pemenuhan kebutuhannya. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan suatu organisasi atau badan usaha dalam menjalankan kegiatannya adalah kinerja. Menurut Cherrington (1994), kinerja menunjukan pencapaian target kerja yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Salah satu sektor bisnis yang ikut memberikan kontribusi dalam ekonomi di negara ini adalah Industri Kecil dan Menengah (IKM). Berdasarkan data dari Kemenko Perekonomian tahun 2013-2014 (Depkop, www.depkop.go.id, 2015), perkembangan pangsa pasar IKM tahun 2013-2014 sekitar 17,11%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pangsa pasar

perusahaan besar yang hanya sebesar 0,72%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja IKM dalam negeri ini sangat berperan dan penting dalam menigkatkan perekonomian dan pendapatan bagi Negara. Untuk itu perlu adanya upaya dan dukungan pemerintah terhadap IKM dalam meningkatkan produktifitas dan kinerjanya, baik dalam hal deregulasi maupun dukungan terhadap modal kerja bagi IKM yang saat ini menjadi masalah dalam meningkatkan produktifitasnya.

(3)

bisnis dan strategi pemasaran, dan (d) adanya saingan dari produk industri kecil dan menengah yang sama dengan produk yang dihasilkan di Indonesia yang berasal dari negara lain dan dianggap sebagai ancaman.

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pesisir Selatan berusaha untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Pesisir Selatan dengan mengembangkan kompetensi yang ada di IKM Pesisir Selatan dengan memperhatikan SDM berkualitas untuk dapat ikut berpacu dalam kompetisi global saat ini. Sebagai wujud keseriusannya dalam menangani masalah SDM dengan meningkatkan kompetensi individu dan organisasi (Knowledge, Skill dan Ability), hal ini menunjukkan bahwa kompetensi individu sangat diperlukan untuk membentuk kompetensi perusahaan itu sendiri. Namun dalam perkembangan dan pertumbuhan IKM juga menghadapi persoalan yang sama, sehingga kegiatan dan operasinya belum memperlihatkan kinerja karyawan yang optimalkan. Berikut gambaran perkembangan dan pertumbuhan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan :

Dari ringkasan data di atas, terlihat pertumbuhan produksi IKM baik formal maupun non formal sepanjang empat tahun terakhir yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, secara keseluruhan pertumbuhan produksi berfluktuasi. Sepanjang 4 (empat) tahun terakhir kedua jenis IKM ini umumnya mengalami peningkatan yang berfluktuasi. Pada tahun 2012 total produksi kedua jenis IKM adalah sebesar Rp.303,081,509,-kemudian ditahun 2013 terjadi penurunan menjadi Rp.244,690,549 dan kembali terjadi peningkatan kembali pada tahun 2014 dan 2015 masing-masing sebesar Rp. 329,682,290, dan Rp.334,295,783 dimana kenaikan kedua tahun juga relatif rendah.

Melihat kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa kemampuan produksi dan daya serap produk-produk IKM di pasar masih relatif rendah, selain itu kondisi ini juga mengindikasikan masih belum optimalnya kinerja yang dihasilkan IKM sehubungan dengan rendahnya kemampuan inovasi dan kreatifitas yang diciptakan oleh pelaku IKM dalam memberikan kepuasan dan loyalitas pelanggan atau konsumen terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh IKM.

Untuk dapat mencapai kinerja yang maksimal perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi. Maupa (2004), kinerja sektor IKM dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni a). faktor eksternal dan b). faktor-faktor internal. Faktor internal meliputi aspek SDM (pemilik, manajer (keyakinan atau kepercayaan diri), dan aspek keuangan, aspek teknis produksi, inovasi dan aspek pemasaran. Sedangkan Faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, aspek sosial budaya dan ekonomi, serta peranan lembaga terkait seperti Pemerintah, Perguruan Tinggi, Swasta, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sedangkan menurut Donelly Gibson, dan Ivancevich, (1996) kinerja dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu: 1). Faktor kemampuan yang meliputi pengetahuan dan keterampilan, 2). Faktor motivasi yang meliputi kondisi sosial, kebutuhan individu, dan kondisi fisik. Namun dari kedua faktor dan permasalahan yang sering dihadapi IKM sulitnya untuk berkembang lebih dipengaruhi oleh faktor internal.

Hasil penelitian Karmilati dan Purbasari, (2012), yang menjadikan variabel dependennya kinerja karyawan menemukan bahwaknowledgedan skill berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja IKM. Sedangkan hasil penelitian Subaedi dkk (2010), yang menjadikan kinerja IKM sebagai variabel dependen, temuan mereka menyimpulkan bahwaknowledge tidak berpengaruh positif terhadap kinerja IKM, sedangkan skill berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja IKM. Selanjutnya hasil penelitian Surya dkk (2010), yang juga menjadikan kinerja karyawan sebagai variabel terikatnya, menyimpulkan bahwa Employee knowledge dan Employee skill berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil riset terdahulu ini, Penulis melihat masih terdapat perbedaan antar peneliti baik dalam menggunakan variabel dependen dengan faktor yang mempengaruhinya seperti knowledge, skill dan ability, maupun hasil penelitian yang masih tidak konsisten antara peneliti. Diantara gab yang ada antar penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk mengetahui dan menganalisis kembali sejauh mana peran dari faktor business knowledge, business skill, dengan menambahkan variabel baru yaitu self confidence dan inovasi yang mempengaruhi kinerja IKM yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.

(4)

Terhadap Business Performance Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten Pesisir Selatan”.

Berikut rumusan masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini :

- Apakah Business Knowledge berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Business Performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan?

- Apakah Business Skill berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Business Performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan?

- ApakahSelf Confidenceberpengaruh positif dan

signifikan terhadap Business Performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan?

- Apakah Inovasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Business Performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan?

2. Kajian Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan output atau hasil kerja yang dihasilkan seorang pegawai atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Jauch dan Glueck (2010); dalam penelitian Suci (2009), Kinerja usaha (business performance) adalah “merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu”. Menurut Bernice and Meredith (2002); dalam penelitian Wispandono (2010), mengemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya sering disamakan dengan kinerjanya. Untuk itu masalah kinerja usaha, khususnya di sektor usaha IKM merupakan faktor yang perlu diperhatikan sebab dengan adanya kinerja usaha yang dihasilkan maka akan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bagi setiap pelaku usaha IKM.

Usaha IKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria usaha kecil. Menurut Peraturan Dirjen Perindustrian Nomor : 55/IKM/PER/8/2007 tentang Usaha Kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri yang terdiri dari Iindustri Kecil dan Industri Menengah yaitu :

a. Perusahaan Industri Kecil adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk nilai tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Perusahaan Industri Menengah adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Dasar pembentukan UPL-IKM adalah Peraturan Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Nomor: 55/IKM/PER/8/2007 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan Unit Pendampingan Langsung Industri Kecil dan Menengah (UPL-IKM), yang merupakan implementasi dari salah satu tujuh kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian Perindustrian RI untuk mencapai target pertumbuhan IKM 12,2% per tahun dan kenaikan peran IKM dalam Product Domestic Bruto (PDB) dari 38% menjadi 54% pada tahun 2025 yang akan datang. Ketujuh kebijakan tersebut adalah : (1) Perkuatan Program; (2) Perkuatan Pendampingan; (3) Perkuatan Kelembagaan; (4) Perkuatan SDM; (5) Perkuatan Teknologi; (6) Perkuatan Jejaring Kerja; (7) Perkuatan Anggaran. UPL-IKM adalah perwujudan dari kebijakan ketiga yaitu Perkuatan Kelembagaan, Anonimous (2009). Sebagai sebuah organisasi publik, peran UPL-IKM adalah sebagai : (1) Fasilitator untuk memfasilitasi IKM dalam kaitannya dengan sumber informasi, sumber modal dan lain-lain; (2) Komunikator untuk menginformasikan hal-hal yang diperlukan oleh perusahaan IKM; (3) Motivator untuk memberikan dorongan dan motivasi kewirausahaan kepada perusahaan IKM; (4) Dinamisator untuk menggerakkan IKM dalam memajukan usaha; (5) Inovator untuk memberikan pemikiran dan masukan kepada IKM; (6) Konsultan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada perusahaan IKM dalam pemecahan masalah dan pengembangan usaha, Anonimous (2009).

Menurut Donelly, Gibson dan Ivancevich (1996), kinerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1). Faktor kemampuan yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan, 2). Faktor motivasi yang meliputi kondisi sosial, kebutuhan individu, dan kondisi fisik.

Penilaian business performance atau kinerja IKM dalam penelitian ini mengunakan indikator angket yang dikembangkan oleh Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance yang terdiri dari 4 (empat) item pernyataan terkait denganbusiness performance atau kinerja IKM yang dimilik oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

(5)

Knowledge secara umum mencakup 2 (dua) hal yaitu fakta yang dipelajari seseorang dan strategi bagaimana fakta tersebut digunakan. Borich dan Fenton (1977); dalam Singh (2010); dalam Karmilati dan Purbasari (2012), menyatakan : Knowledge competency specify the cognitive understanding a worker is expected to demonstrate”. Kemudian Daft (2008); dalam Karmilati dan Purbasari (2012), “Knowledge is a conclusion drawn from information after it is linked to other information and compared to what is already known”. Blanchard dan Thacker (2010); dalam Karmilati dan Purbasari (2012), memberikan pengertian lebih rinci, “Knowledge is an organized body of facts, principles, procedures, and information acquired over time”. Pendapat lain menurut Hendrik (2003), pengetahuan merupakan data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan serta motivasi dari sumber yang kompeten.

Yuniarsih dan Suwatno (2008), bahwa : ”Pengetahuan adalah suatu informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik.” Pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya, karyawan yang mempunyai pengetahuan yang cukup akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Namun bagi karyawan yang belum mempunyai pengetahuan cukup, maka akan bekerja tersendat-sendat. Pemborosan bahan, waktu dan tenaga serta faktor produksi yang lain akan diperbuat oleh karyawan berpengetahuan kurang. Pemborosan ini akan mempertinggi biaya dalam pencapaian tujuan organisasi. Atau dapat disimpulkan bahwa karyawan yang berpengetahuan kurang, akan mengurangi efisiensi. Maka dari itu, karyawan yang berpengetahuan kurang harus diperbaiki dan dikembangkan melalui pelatihan SDM, agar tidak merugikan usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya.

Penilaian variabel business knowledge atau pengetahuan bisnis yang dimiliki oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan, dalam penelitian ini penulis menggunakan angket yang dikembangkan oleh Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance yang terdiri dari 9 (sembilan) item pernyataan untuk menilai business knowledge yang dimilik oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

2.3Business Skill

Spencer dan Spencer (1993); dalam Karmilati dan Purbasari (2012), menyatakan bahwa Skill merupakan hasil dari berulang kali menerapkan pengetahuan atau kemampuan. Ivanceviche et al (2005); dalam Karmilati dan Purbasari (2012), juga menegaskan Skill adalah bakat yang dipelajari dan yang seseorang miliki untuk melakukan suatu tugas. Lebih jauh Blanchard dan Thacker (2010); dalam Karmilati dan Purbasari (2012) menyatakan terdapat 2 (dua) levelskill, yaitu :Compilation (lower level), yaitu ketika seseorang sedang mempelajari keterampilan tertentu atau baru saja mempelajari, ia masih dalam tahap kompilasi (compilation stage). Ia masih berfikir tentang apa yang akan dan sedang dia lakukan. Sedangkan yang kedua Automaticity (Higher Level), setelah seseorang menguasai keterampilan dan sering menggunakannya telah mencapai tahap otomatisasi.

Wahyudi (2002), yaitu Keterampilan adalah kecakapan atau keahlian untuk melakukan suattu pekerjaan hanya diperoleh dalam praktek, Keterampilan kerja ini dapat dikelompokan 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai beriku: a). Keterampilan mental, seperti analisa, membuat keputusan, menghitung, menghapal. b). Keterampilan fisik, seperti keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaannya sendiri dan c). Keterampilan sosial, yaitu seperti dapat mempengaruhi orang lain, berpidato, menawarkan barang, dan lain-lain.

Penilaian variabel business skill atau keterampilan bisnis yang dimiliki oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan, dalam penelitian ini menggunakan angket yang dikembangkan oleh Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance yang terdiri dari 8 (delapan) item pernyataan terkait dengan business skill atau keterampilan bisnis yang dimiliki oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

2.4 Self Confidence

(6)

menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkan secara tepat.

Self confidence bukan merupakan sesuatu yang sifatnya bawaan tetapi merupakan sesuatu yang terbentuk dari interaksi. Untuk menumbuhkan self confidence diperlukan situasi yang memberikan kesempatan untuk berkompetisi, karena seseorang belajar tentang dirinya sendiri melalui interaksi langsung dan komparasi sosial. Dari interaksi langsung dengan orang lain akan diperoleh informasi tentang diri dan dengan melakukan komparasi sosial seseorang dapat menilai dirinya sendiri bila dibandingkan dengan orang lain. Seseorang akan dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang menjadi percaya diri atau self confidence.

Menurut Hakim (2002), rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri itu. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses :

a) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

b) Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya tersebut.

c) Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.

d) Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Penilaian variabel self confidence dalam penelitian ini mengikuti kuisioner yang dikembangkan oleh Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance yang terdiri dari 8 (delapan) item pernyataan terkait dengan Self Confidence yang dimilik oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan

2.2 Inovasi

Inovasi adalah salah satu pilihan korporasi dalam menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004), menganggap inovasi sebagai upaya dari perusahaan melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk

mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk yang baru untuk industri. Dengan kata lain inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Ahmed and Shepherd (2010), inovasi perusahaan dapat menghasilkan R & D (Research and Development), produksi serta pendekatan pemasaran dan akhirnya mengarah kepada komersialisasi inovasi tersebut. Inovasi dikatakan sebagai proses mewujudkan ide baru, yang berbeda dengan yang dulu, dengan cara produksi atau dengan membuatnya menjadi nyata, dimana inovasi termasuk generasi evaluasi, konsep baru dan implementasi. Dimana penggunaan metode baru dan berbeda serta teknologi untuk meningkatkan kualitas biaya atau lebih rendah, untuk memenuhi atau melampaui target perusahaan.

Karakteristik inovasi yang mempengaruhi cepat lambat penerimaan informasi Everett (2003), sebagai berikut :

1) Keunggulan relatif (relative advantage) Keunggulan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat di ukur berdasarkan nilai ekonominya, atau dari faktor status sosial, kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.

2) Kompatibilitas (compatibility) - Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

3) Kerumitan (complexity) - Kompleksitas ialah, tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.

4) Kemampuan diuji cobakan (triability)– Kemampuan untuk diujicobakan adalah di mana suatu inovasi dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Jadi agar dapat dengan cepat di adopsi, suatu inovasi harus mampu mengemukakan keunggulanya.

(7)

masyarakat, dan sebaliknya bila sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.

Untuk pengukuran variabel inovasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan atau mengadopsi kuisioner yang dikembangkan oleh Yahya Al-Ansari, Simon Pervan and Jun Xu (2013), Innovation and business performance of SMEs : The case of Dubai, yang dibangun dengan 10 (sepuluh) item pernyataan terkait dengan inovasi yang dilakukan oleh IKM di Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dijelaskan di atas dapat dinyatakan hipotesis Penelitian sebagai beriktu :

- Business Knowledge berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Business Performance (Kinerja IKM) di Kabupaten Pesisir Selatan.

- Business Skill berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Business Performance (Kinerja IKM) di Kabupaten Pesisir Selatan.

- Self confidence berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Business Performance (Kinerja IKM) di Kabupaten Pesisir Selatan.

- Inovasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Business Performance (Kinerja IKM) di Kabupaten Pesisir Selatan.

Berikut kerangka konseptual penelitian :

Gambar 1. Kerangka Konseptual

3. Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah IKM yang ada pada Kecamatan yang wilayahnya saling berdekatan di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu sebanyak 951 IKM. Dengan penggunaan teknik sampel Teknik accidental sampling dan perhitungan rumus slovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 282 IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

Defenisi Operasioanl dan Pengukuran Variabel Penelitian :

1. Variabel Dependen adalah variabel yang menerima pengaruh dari variabel independen. Dimana dalam penelitian ini adalah Business performance IKM (Y) merupakan prestasi organisasi yang dihasilkan oleh IKM di Kabupaten Pesisir Selatan dalam menjalankan aktifitas usahanya.

2. Variabel Independen adalah variabel yang menjadi penyebab bagi variabel dependen yang meliputi :

a) Business knowledge (X1), adalah

pengetahuan yang dimiliki oleh pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki organisasi dalam pencapaian Business performance.

b) Business skill (X2), adalah seperangkap

keterampilan atau professional kerja yang dimiliki pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan dalam memberdayakan potensi yang dimiliki organisasi dalam mencapai Business performance.

c) Self Confidance (X3), adalah merupakan

kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengelola dan menjalankan aktifitas usahanya dalam mencapai Business performance.

d) Inovasi (X4), merupakan kratifitas dan inovasi

yang dimiliki pimpinan IKM di Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengelola dan menjalankan aktifitas usahanya dalam mencapai Business performance.

4. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Untuk mengetahui pengaruh business knowledge, business skill, self confindence dan inovasi terhadap business performance, alat analisis yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh antara beberapa variabel independen.

5. Hasil Pengujian Dan Pembahasan

Berikut hasil pengujian pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, pada Tabel 2 :

Business Knowledge(X1)

Business Performance (Y)

Business Skill

(X2)

Self Confidence

(X3)

H4 H1

H2

H3

(8)

1. Pengaruh Business Knowledge Terhadap

Business Performance

Berdasarkan Tabel 2 di atas, hasil pengujian data dengan analisis regresi linear berganda, menemukan nilai koefisien regresi untuk variabel business knowledge sebesar 0.152 yang merupakan kemampuan variabel business knowledge dalam menjelaskan atau mempengaruhi variabel business performance. Dimana nilai t hitung sebesar 4.691 dan

dengan nilai signifikan sebesar 0.000. Untuk menilai diterima dan ditolaknya hipotesis dengan cara 1 (pertama) dilakukan dengan membandingkan nilai t

hitung dengan t tabel. Dimana nilai t hitung yang dihasil

sebesar 4.691 dengan t tabel pada N = 282, diperoleh

nilai t tabel sebesar 1.972. Dengan demikian, dimana

nilai t hitung > t tabel atau 4.691 > 1.972. Sedangkan

jika menggunakan pendekatan signifikansi dilakukan dengan membandingkan signifikan yang dihasilkan dengan kesalahan menolak data sebesar 0.05. Hasil perbandingan menemukan bahwa signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari kesalahan menolak data pada 0.05 atau 0.000 < 0.05, artinya juga terdapat pengaruh positif dan signifikan business knowledge terhadap business performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan temuan empiris diatas, dapat dijelaskan bahwa business knowledge merupakan faktor yang penting yang sangat diperlukan oleh pimpinan IKM dalam mengelola bisnis yang dijalankannya. Melalui kecukupan pengetahuan terkait dengan seluk beluk bisnis yang dijalankan, baik terkait dengan proses kegiatan produksi, pemasaran dan pelanggan maka pimpinan IKM akan mengetahui dan mampu menganalisis kebutuhan akan kapasitas produksi yang akan dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan atau pemintaan pelanggan. Dalam artian pengetahuan bisnis yang memadai dapat membantu kemajuan atau pertumbuhan bisnis IKM sekaligus dapat mengatisipasi terjadinya kerugian atau masalah yang hendak terjadi.

Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian Subeadi dkk (2010), yang meneliti tentang kompetensi SDM IKM dan pengaruhnya terhadap kinerja IKM. Temuan penelitian mereka sedikit berbeda yaitu menemukan dimana salah satu bentuk kompetensi yaitu knowledge tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja IKM di Surabaya. Selanjutnya penelitian Matin dan Sabagh (2015), yang berjudul Effects of Knowledge Management Capabilities on Organizational Performance in Iranian Export Companies, menemukan bahwa

manajemen pengetahuan (Knowledge Management) berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi (Organizational Performance). Kemudian hasil penelitian Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan entrepreneur (entrepreneur knowledge) secara signifikan memberikan kontribusi terhadap kinerja IKM. Kemudian hasil penelitian. Temuan hipotesis ini sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, seperti yang dinyatakan oleh Hendrik (2003), pengetahuan merupakan data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan serta motivasi dari sumber yang kompeten. Pendapat lain seperti Noeet al (2000), menyatakanknowledge merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi spesifikasi kinerja organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Pengaruh Business Skill Terhadap Business Performance

Berdasarkan Tabel 2, hasil análisis regresi linear berganda dapat dilihat nilai koefisien regresi untuk variabel business skill sebesar 0.112 yang merupakan kemampuan variabel business skill dalam menjelaskan atau mempengaruhi variabel business performance. Dimana nilai t hitung sebesar

2.732 dan dengan nilai signifikan sebesar 0.007.

Selanjutnya untuk menilai diterima dan ditolaknya hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Dimana

nilai thitung yang dihasilkan sebesar 2.732 dengan t

tabel pada N = 282, diperoleh nilai ttabel sebesar 1.972.

Hasil perbandingan menunjukkan nilai thitung> t tabel

atau 2.732 > 1.972. Sementara jika melalui pendekatan signifikansi dilakukan dengan membandingkan signifikan yang dihasilkan dengan kesalahan menolak data sebesar 0.05. Hasil perbandingan menyatakan bahwa signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari kesalahan menolak data pada 0.05 atau 0.007 < 0.05, artinya juga sama dengan pernyataan di atas terdapat pengaruh positif dan signifikan business skill terhadap business performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

(9)

pimpinan IKM akan dapat mengatur dan menjadwalkan kegiatan atau rencana-rencana bisnis secara baik dalam memberikan kepuasan yang maksimal terhadap pelanggan atau konsumen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian penelitian Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance, menyatakan bahwa ketrampilan atau (skill) secara signifikan juga ikut menentukan kinerja IKM atau perusahaan. Selanjutnya hasil penelitian Subaedi dkk (2010), dengan judul “Kompetensi SDM IKM dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja IKM di Surabaya”, hasil temuannya menemukan bahwa skill berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja IKM di Surabaya, Sementara hasil penelitian Karmilati dan RR (2012), dengan judul “Pengukuran Kinerja IKM Menurut Faktor Kompetensi SDM”, juga menemukan bahwa skill berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja IKM.

Dapat ditambahkan bahwa keterampilam atau professional pimpinan IKM dalam professional kerja terhadap usaha yang dijalani akan berdampak terhadap semakin baiknya tingkat pertumbuhan pendapatan dan keberlangsungan hidup dari usaha itu sendiri. Sebagimana yang dinyatakan Ivanceviche et al (2005); dalam Karmilati dan Purbasari (2012), menegaskan Skill adalah bakat yang dipelajari dan yang seseorang miliki untuk melakukan suatu tugas.Skill berubah seiring dengan pelatihan atau pengalaman. Lebih lanjut menurut Noe et al (2000), salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja individu atau organisasi adalah skill yang tergabung dalam kesatuan KSA (knowledge, skill, ability).

3. PengaruhSelf ConfidenceTerhadapBusiness Performance

Hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 2 di atas, menunjukkan nilai koefisien regresi untuk variabel self confidence sebesar 0.208 yang merupakan kemampuan variabel ini dalam menjelaskan atau mempengaruhi variabel business performance. Dimana nilai t hitung sebesar 5.101 dan

dengan nilai signifikan sebesar 0.000. Hasil perbandingan nilai t hitung dengan ttabel. Dimana nilai

t hitung yang dihasilkan sebesar 5.101 dengan t tabel

pada N = 282, diperoleh nilai t tabel sebesar 1.972.

Hasil perbandingan menunjukkan nilai thitung> t tabel

atau 5.101 > 1.972. sedangkan, hasil perbandingan juga menyatakan bahwa signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari kesalahan menolak data pada 0.05 atau 0.000 < 0.05, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan self confidence terhadap business performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

Dari penjelasan ini dapat dinyatakan bahwa, self confidence atau keyakinan/kepercayaan dalam penelitian ini terbukti juga merupkan dakator yang berkontribusi dalam menentukan naik turunnya kinerja organisasi IKM (business performance). Hal ini dapat dikatakan bahwa self confidence adalah sikap positif pimpinan IKM yang merasa memiliki kompetensi atau kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap dirinya maupun lingkungan dari aktifitas bisnis yang dijalani.Self confidence dapat dikatakan juga adalah percaya akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkan secara tepat bagi pimpinan IKM dalam mengelola usahanya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keyakinan menjadi sangat penting untuk menumbuhkan keberanian bagi pimpinan IKM untuk dapat melakukan terobosan bisnis yang diyakini memberikan dampak terhadap perkembangan dan pertumbuhan usaha dalam rangka memaksimalkan kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Antoncic dan Omerzel (2008), dalam Critical entrepreneur knowledge dimensions for the SME performance, menyatakan bahwa keyakinan atau self confidence secara signifikan juga ikut menentukan kinerja perusahaan. Selanjutnya temuan penelitian Andriansyah dan Ratnasari (2014), dalam Effect of Self Confident and Self Assessment for Performance with Social Skill as Moderating Variables, menyatakan bahwa kepercayaan atau self confidence dapat meningkatkan kinerja organisasi.

Hasil hipotesis ini sesuai dengan kajian teoritis yang ada, menurut Bandura (2005), mendefinisikan self confidence sebagai suatu keyakinan seseorang yang mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Selanjutnya pernyataan Hakim (2002), menjelaskan self confidence yaitu sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Menurut Al-Uqshari (2005),self confidenceadalah keyakinan seorang individu akan kemampuan yang dimiliki sehingga merasa puas dengan keadaan dirinya untuk mencapai tujuannya.

4. Pengaruh Inovasi Terhadap Business

Performance

(10)

performance. Dimana nilai t hitung sebesar 3.105 dan

dengan nilai signifikan sebesar 0.002. Sedangkan untuk menilai diterima dan ditolaknya hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung

dengan ttabel. Dimana nilai thitung yang dihasil adalah

sebesar 3.105 dengan t tabel pada N = 282, diperoleh

nilai t tabel sebesar 1.972. Hasil perbandingan

menunjukkan nilai thitung> ttabel atau 3.105 > 1.972.

Selanjutnya hasil perbandingan juga menyatakan bahwa signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari kesalahan menolak data pada 0.05 atau 0.002 < 0.05, Oleh karena itu hasil ini juga menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan inovasi terhadap business performance IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

Hasil ini menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan pimpinan IKM dalam aktifitas usahanya sangat penting dan perlu dalam menciptakan keunggulan dan daya saing produk atau jasa di pasar, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kinerja dari IKM itu sendiri. Dengan kata lain inovasi adalah proses mewujudkan ide baru, yang berbeda dengan yang dulu, dengan cara produksi atau dengan membuatnya menjadi nyata, dimana inovasi termasuk generasi evaluasi, konsep baru dan implementasi. Dimana penggunaan metode baru dan berbeda serta teknologi untuk meningkatkan kualitas biaya atau lebih rendah, untuk memenuhi atau melampaui target perusahaan. Melalui inovasi ini juga perusahaan dapat menemukan pertumbuhan usaha yang diinginkan, karena inovasi akan memberikan keuatan dan nilai tambah bagi produk perusahaan yang dapat memaksimalkan kepuasan pada pelanggan. Selain itu inovasi yang tinggi baik itu inovasi proses maupun inovasi produk akan meningkatkan kemampuan perusahaan menciptakan produk yang berkualitas. Kualitas produk yang tinggi akan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan.

Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian Hartini (2012), yang menemukan bahwa inovasi merupakan kekuatan bagi usaha kecil menengah dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Selanjutnya hasil penelitian Kusumawati (2010), temuan penelitiannya juga menemukan bahwa inovasi produk dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Temuan hipotesis ini relevan dengan kajian teoritis, sebagimana yang diyatakan oleh Freeman (2004), menganggap inovasi sebagai upaya dari perusahaan melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk yang baru untuk industri.

Dengan kata lain inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pendapat lain Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010) inovasi perusahaan dapat menghasilkan R & D (Research and Development),produksi serta pendekatan pemasaran dan akhirnya mengarah kepada komersialisasi inovasi tersebut. Dapat ditambahkan inovasi sebagai fenomena psikologi dan sosial budaya, kedua aspek tersebut dapat merupakan kunci keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, Daghfouset al(1999).

6. Kesimpulan dan Saran

Hasil pengujian dan pembahasan dari penelitian ini menyimpulkan, secara keseluruhan ditemukan pengaruh positif dan signifikan pada semua variabel independen (Busisness knowledge, Business skill, Self Confidence dan Inovasi) terhadap variabel independen yaitu Business performance pada IKM di Kabupaten Pesisir Selatan. Selanjutnya hasil perhitungan Tingkat Capian jawaban Responden (TCR) secara keseluruhan menghasilkan bahwa Business performance yang telah dicapai IKM di Kabupaten Pesisir Selatan secara keseluruhan sudah terlihat cukup baik dengan semua faktor yang mempengaruhinya yang terdiri dari Busisness knowledge, Business skill, Self Confidence dan Inovasi terlihat juga sudah cukup baik dalam menentukan atau mempengaruhi Business performance yang telah dicapai IKM di Kabupaten Pesisir Selatan.

Sedangkan implikasi dari temuan penelitian ini dapat diberikan sebagai berikut :

1. Implikasi Untuk Akademisi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada literatur penelitian dan kepustakaan pada penelitian-penelitian yang akan datang, khususnya study yang berkaitan dengan PengaruhBusisness knowledge, Business skill, Self Confidence dan Inovasi terhadap Business performasnce pada IKM di Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil Penelitian ini mencoba untuk mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian terdahulu dan memberikan pemahaman baru, dimana secara teoritis hasil penelitian ini masih konsisten dan sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

2. Implikasi Untuk Birokrasi

(11)

rangka perbaikan Business performasnce IKM pada masa yang akan datang. Berikut temuan dan implikasi penelitian :

a) Implikasi terkait dengan business performance IKM, pimpinan IKM harus mampu menciptakan inovasi dalam bentuk ide-ide kreatif yang dapat menjadikan produknya memiliki keunikan dan memiliki daya saing yang tinggi di pasar serta diminati oleh pelanggan. Selain itu pimpinan IKM harus mampu menciptakan metode pemasaran produk yang lebih baik lagi, seperti melakukan perkenalan produk-produk IKM melalui kegiatan promosi dengan jalan mengadakan iven-iven secara personal kepada pelanggan atau mengikuti kegiatan-kegiatan bazar yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Selain itu untuk pencapaian yang telah baik yakni pada pertumbuhan penjualan, diharapkan pimpinan IKM dapat mempertahankannya bahkan meningkatkannya pada masa mendatang dengan jalan memberikan kekonsistenan pelayanan kepada pelangan, seperti meningkatkan pelayanan, harga yang lebih bersaing, melakukan perbaikan secara berkelanjutan pada kegiatan produksi yang lebih efisien dan efektif lagi yang mampu memberikan harga pokok produk yang lebih rendah kepada pelanggan.

b) Untuk perbaikan terhadap business knowledge. pimpinan IKM harus dapat meningkatkan pengetahuannya yang dari waktu kewaktu untuk selalu di update terkait dengan kegiatan bisnis, baik yang berhubungan dengan proses produksi, pelanggan, pesaing maupun dengan aktifitas pemasaran produk-produk IKM. Pimpinan harus selalu membenahi dan menata organisasi bisnisnya menunju kondisi yang ideal dalam pelaksanaan kegiatan operasi usaha. Baik yang terkait dengan alokasi tenaga kerja, waktu dan proses kegiatan produksi agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kemudian terhadap pencapaian yang telah lebih baik seperti ide untuk melakukan pemasaran produk yang lebih luas termasuk rencana untuk pemasaran keluar negeri. Pimpinan IKM harus dapat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengetahui proses dan aturan yang berlaku tentang pemasaran global atau keluar negeri.

c) Untuk perbaikan business skill, pertama pimpinan IKM harus fokus kepada komunikasi dengan lingkungan kerja, hal ini dilakukan agar pendelegasian tugas dan pekerjaan kepada pekerja dapat berjalan dengan baik. Setiap permasalahan dan hambatan pimpinan harus dapat memberikan solusi cepat dan terbaik agar

tidak menganggu proses produksi baik secara kualitas maupun terkait dengan pemakaian bahan baku. Selain itu pimpinan perlu melakukan pengendalian dan pengawasan guna mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan bawahan telah berjalan baik dan sesuai dengan standar kerja yang telah ditentukan. Selanjutnya untuk pencapaian yang telah lebih baik seperti kemampuan untuk melihat gambaran besar tentang usaha, pimpinan IKM harus dapat mengimplementasikan pemikiran dan ide yang ada secara bertahap dalam kegiatan usahanya. Seperti mempersiapkan SDM yang lebih baik melalui pelatihan dan pendidikan, meningkatkan prasarana pendukung dalam kegiatan usaha serta selalu melakukan perbaikan berkelanjutan dalam setiap capaian dalam gambaran usaha yang akan dilakukan.

d) Peningkatan Self confidence, pimpinan IKM, yakni terkait dengan perencanaan pekerjaan dan ketekunan pimpinan untuk konsisten dalam pelaksanaan rencana tersebut walau kadang dalam keadaan tidak menyenangkan. Pimpinan dapat meningkatkan kompetensi baik secara formal maupun non formal melalui jalur pendidikan dan pelatihan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dan kesiapan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan dalam penyusunan perencanaan dan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Selain itu setiap permasalahan yang terjadi harus dapat dicarikan solusi tanpa ditunda-tunda. Pimpinan IKM lebih tekun dan cakap untuk mengali potensi dan ide-ide kreatif dalam mengembangkan proses produksi, inovasi produk dan pemasaran dalam memajukan usaha. Pimpinan diharapkan selalu melakukan pengawasan dan komunikasi terhadap tenaga kerja dan pelanggan tentang hal-hal yang menjadi hambatan atau masalah bagi tenaga kerja dan pelanggan sebagai perbaikan dan evaluasi untuk inovasi pada tahap perencanaan berikutnya.

(12)

harus dapat mempertahankan dan melakukan perbaikan berkesinambungan terkait dengan metode pemasaran yang selalu dapat dikembangkan untuk dapat menjangkau pelanggan yang lebih luas lagi, melalui kerja sama dengan berbagai pihak maupun pemerintah dalam memaksimalkan pertumbuhan penjualan dan usaha IKM, selain itu memotivasi karyawan untuk bisa memunculkan ide-ide baru karyawan dalam memunculkan inovasi produk inilah yang diharapkan akan bisa meningkatkan kinerja perusahaan, agar perusahaan meningkatkan keunggulan bersaing melalui keunggulan sumber daya yang terdiri dari keunggulan keahlian dan keunggulan bahan baku, kemudian juga keunggulan posisi yang terdiri dari keunggulan biaya relatif rendah dan keunggulan nilai bagi pelanggan. Selanjutnya agar perusahaan berupaya untuk bisa menggali kreasi-kreasi baru karyawan sehingga dapat memunculkan produk baru.

Daftar Pustaka

Ahmed, Pervaiz K, & Shepherd, Charles D. (2010). “Innovation Management”, Pearson Education, Inc., New Jersey

Al-Ansari. Yahya, Pervan. Simon and Xu. Jun (2013). Innovation and business performance of SMEs: The case of Dubai. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues. Vol. 6 No. 3/4, 2013 pp. 162-180 q Emerald Group Publishing Limited 1753-7983.

Al-Uqshari, Yusuf. (2005). Percaya Diri Pasti. Jakarta : Gema Insani.

Anonimous. (2009). Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan UPL-IKM. Jakarta: Dirjen IKM Depperin RI.

Antoncic, B. and Omerzel, D.G (2008). “Critical Entrepreneur Knowledge Dimensions for the SME Performance”, Industrial Management & Data Systems, Vol. 108, No. 9, pp. 1182-1199

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi 5. Jakarta : Rineka Cipta.

Bandura, A. (2005).Evolution of social cognitive theory. In K. G. Smith & M. A. Hitt (Eds.), Great minds in management (pp. 9-35). Oxford: Oxford University Press. Blanchard, P.N. and Thacker, J.W.(2010). Effective

Training : Systems, Strategies, and Practices. Prentice Hall, New Jersey. Cherrington, David J,. (1994). Organizational

Behavior : The Management of Individual

and Organizational Performance, Second Edition, Allyn & Bacon, Boston

Daft, Richard L. Manajemen Edisi 1, (2007). Alih bahasa oleh Edward Tanujaya dan Shirly Tiolina. Salemba Empat, Jakarta, 2007 Dinas Koperindag dan Pasar Kabupaten Pesisir

Selatan. (2016). Data Direktori IKM tahun 2015. Painan.

Donnelly, Gibson, dan Ivancevich. (1996).ManajemenEdisi Sembilan Jilid 1. Alih Bahasa: Zuhad Ichyaudin. Jakarta : Erlangga.

Everett. Rogers, M. (1994). A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York: The Free Press. Freeman, L. (2004). Siting Affordable Housing:

Location And Neighborhood Trends Of Low Income Housing Tax Credit Development In The 1990s. Washington DC: The Brookings Institution.

Gibson, Ivancevich, Donnelly. (1996). Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta Barat: Binarupa Aksara.

Hartini. (2012). Peran inovasi: pengembangan kualitas produk dan kinerja bisnis. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, vol.14, no. 1, maret 2012: 63-90

Ignoffo, M. (1999). Everything you need to know about self confidence. (Revised Edition). New York: The Rosen Publishing Group, Inc.

Ivancevich, John M. (2005). Human Resource Management. Eighth Edition. McGraw-Hill. Ivancevich, John. M, dkk. (2001). Perilaku dan

Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga Karmilati dan Purbasari. Niken. RR (2012).

Pengukuran Usaha Kecil dan Menengah Menurut Faktor Kompetensi Sumber Daya Manusia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 14 No.3 Hal. 227-238

Kusumawati F & Hartono, Y, (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba Medika

Matin dan Sabagh (2015). Effects of Knowledge Management Capabilities on Organizational Performance in Iranian Export Companies. Mediterranean Journal of Social Sciences. Vol 6 No 2. ISSN 2039-2117

Maupa, Haris. (2004). Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Usaha Kecil di Sulawesi Selatan. Disertasi Program Pascasarjana Unhas. Tidak dipublikasikan. http://idci.dikti.go.id/pdf/jmk/23/MAN10120 104.pdf

(13)

Advantage, 4th edition, McGraw-Hill/Irwin, New York

Peraturan Dirjen Perindustrian Nomor : 55/IKM/PER/8/2007. Usaha Kecil dan Menengah (IKM)

Ratnasari. Siwi Dyah dan Andriansyah. Agus Salim (2014). Effect of Self Confident and Self Assessment for Performance with Social Skill as Moderating Variables. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 16, Issue 11.Ver.VI (Nov. 2014), PP 43-47

Subaedi. Ardiana., Brahmayanti, I.A., , I.D.K.R. (2010). Kompetensi SDM IKM dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja IKM di Surabaya. Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 42-55. Surabaya

Suci, Rahayu Puji, (2009). Peningkatan Kinerja melalui Orientasi Kewirausahaan, Kemampuan Manajemen, dan Startegi Bisnis (Studi pada Industri Kecil Menengah Bordir di Jawa Timur), Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 1, Maret 2009 ; 46 -58, FE Universitas Widyagama, Malang. Surya.Wahyu.Ardi, Astuti. Siti. Endang dan Susilo.

Heru (2010). Pengaruh Employee Knowledge, Skill, Dan Ability (KSA) Terhadap Penggunaan Sistem Informasi Sumberdaya Manusia dan Kinerja Karyawan. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1, Maret 2010: 42-55.

Wahyudi (2012). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajaran. Affabeta Bandung.

Wahyudi. Bambang (2002),Manjemen sumber Daya Manusia, Penerbit Sulita Bandung.

Wispandono, R.M. Moch. (2010). “Pengaruh Lingkungan Bisnis Terhadap Kinerja Pengrajin Industri Batik di Kabupaten Bankalan”. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 2, Oktober 2010.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait